Anda di halaman 1dari 12

Pujiastuti dan Kulup,Struktur Kata dan Suku Kata 111

STRUKTUR KATA DAN SUKU KATA


DALAM PERKEMBANGAN FONOLOGIS BAHASA INDONESIA
ANAK TUNARUNGU USIA PRASEKOLAH

Rahayu Pujiastuti dan Luluk Isani Kulup


FKIP, Universitas PGRI Adi Buana Surabaya
rahayu_pujiastuti30@yahoo.co.id
kulupluluk@gmail.com

Abstrak: Penelitian longitudinal ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan


mengeksplanasikan struktur kata dan suku kata dalam perkembangan fonologis bahasa
Indonesia anak tunarungu usia prasekolah. Objek penelitian ini yaitu ujaran yang
dapat memberi informasi struktur kata dan suku kata dalam perkembangan fonologis
bahasa Indonesia anak tunarungu usia prasekolah. Subjek penelitian ini adalah tiga
anak tunarungu kelompok A TKLB-B yang mempunyai taraf ketunarunguan ringan,
sedang, dan berat. Untuk mengumpulkan data digunakan teknik pengamatan,
pemancingan, perekaman, dan pencatatan. Untuk menganalisis data digunakan teknik
pilah, balik, dan hubung. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa (1)
perkembangan struktur kata dalam perkembangan fonologis bahasa Indonesia anak
tunarungu usia prasekolah (a) dari struktur vokoid (V) hingga struktur yang lebih
kompleks (KV, VV, VKV, KVK, KVV, KVKV, KKV, VVK, KKVKV, KVVK, VKKV,
VKVVK, KVKVVK); (b) dari struktur kata yang diakhiri vokoid hingga struktur yang
diakhiri kontoid; (2) perkembangan suku kata anak tunarungu usia prasekolah
mempunyai urutan V, KV, VK, KVK, dan KKV.
Kata kunci: perkembangan, struktur kata, suku kata, anak tunarungu

Abstract:This longitudinal research aims to describe and to explain the structure of


words and syllables in Indonesian phonological development of preschool children with
hearing impairment. The object of this study is speech that can inform the structure of
words and syllables in Indonesian phonological development of preschool children with
hearing impairment. The subjects were three deaf children of group A-B TKLB which
have a level of mild, moderate, and severe hearing impairment. To collect the data, the
researcher used observational techniques, namely: stimulating, recording, and note-
taking. Techniques used to analyze the data were sorting, rechecking, and connecting.
Based on the results of this study, it can be concluded that (1) the development of the
structure of the word in the development of Indonesian phonological of preschool
children with hearing impairment were (a) started from the vocoid (V) structure to a
more complex structure (CV, VV, VCV, CVC, CVV, CVCV, CCV, VVC, CCVCV, CVVC,
VCCV, VCVVC, CVCVVC); (B) from the word structure ended with vocoid (V) to the
structures that ended with contoid (C); (2) the development of phonological syllables in
the development of Indonesian preschool children with hearing impairment have the
following the sequence of V, CV, VC, CVC, and CCV.
Keywords: development, word structure, syllable, children with hearing impairment
112 BASTRA, Vol. 3, No. 2, Desember 2016

PENDAHULUAN disebut language acquisition device


Kata adalah satuan terkecil yang (Chomsky dalam Singleton and Ryan,
dapat diujarkan sebagai bentuk bebas. 2004:6). Akan tetapi, menurut Krashen
Kata dapat berupa morfem atau (dalam Cook, 1993:51), kemampuan
kombinasi morfem (Kridalaksana, memperoleh bahasa juga bergantung
1993:89). Dalam pemerolehan fonologis, adanya pajanan ujaran dari orang-orang
kata yang dihasilkan oleh anak-anak tidak di sekitarnya. Melalui pajanan tersebut,
langsung berupa kata, tetapi dapat berupa anak memperoleh masukan sehingga
suku kata, bahkan kadang hanya berupa berguna bagi pengetahuan atau
vokoid. kompetensinya. Dengan adanya
Hal tersebut juga terjadi pada anak pengetahuan itu, anak dapat melakukan
tunarungu. Anak tunarungu adalah anak performansi.
yang cacat pendengaran karena kurang Keterbatasan anak untuk menerima
mampu mendengar atau tidak mampu pajanan bahasa pasti berdampak pada
mendengar. Bothroyd (dalam Bunawan kemampuan untuk memahami bahasa
dan Yuwati, 2000:5-6) menyatakan juga kemampuan untuk memproduksi
bahwa tunarungu menunjuk segala bahasa. Hal itulah yang terjadi pada anak
gangguan dalam daya dengar yang tunarungu. Karena keterbatasan
meliputi kehilangan daya dengar dan pendengaran, anak tunarungu memiliki
gangguan proses pendengaran. Akibat keterbatasan untuk memahami pajanan
kedua hal tersebut, anak tunarungu sulit kata dari orang di sekelilingnya sehingga
atau tidak dapat menerima pajanan berdampak pada kata yang
bahasa karena pendengarannya kurang diproduksinya.
atau tidak berfungsi. Berdasarkan kegiatan prapenelitian
Pada dasarnya, setiap anak yang dilakukan pada dua anak tunarungu
mempunyai kemampuan untuk dengan taraf ketunarunguan berat dan
memperoleh bahasa. Hal tersebut sedang yang berusia sekitar 5;0 diperoleh
disebabkan pada diri anak terdapat dua ilustrasi berikut.
peranti untuk memperoleh bahasa yang

Ilustrasi 1
Peneliti juga menanyakan gambar anggota tubuh
Pnl : Ini apa? (Sambil menunjuk mata)
Ila :  “Mata”
Pnl : Berapa matanya?
Ila : (Diam)
Pnl : Dua (Sambil memberi isyarat jari)
Ila : (juga menirukan isyarat jari) “Mata”
Pnl : Ini apa? (Sambil menunjuk hidung)
Ila :  “Hidung”

Ilustrasi 2
Peneliti memperlihatkan gambar anggota tubuh
Pnl : Ini apa? (Sambil menunjuk rambut)
Ald :  “Rambut”
Pnl : Ini apa? (Sambil menunjuk mata)
Pujiastuti dan Kulup,Struktur Kata dan Suku Kata 113

Ald :  “Mata”


Pnl : Berapa?
Ald : (Hanya melihat peneliti)
Pnl : Dua
Ald :  “Mata”

Bila dicermati, jawaban kedua anak pemerolehan bahasa menggambarkan


tunarungu atas pertanyaan peneliti perkembangan kognitif anak.
memberi informasi menarik dan penting. Perkembangan struktur kata dan
Dikatakan menarik karena anak suku kata adalah salah satu kajian dalam
tunarungu tersebut masih menunjukkan perkembangan fonologis. Menurut
tahap awal perkembangan bahasa Salkind (2002:119-120), perkembangan
pertama yaitu tahap holofrase. Padahal, adalah proses perubahan dari waktu ke
kedua anak tersebut sudah berusia 5;0. waktu yang terjadi karena interaksi
Seperti diketahui bahwa seorang anak lingkungan dengan mental seseorang.
sekitar usia 5;0 telah memperoleh bahasa Perkembangan mencakup tahapan
pertama secara sempurna (Steinberg, perubahan yang terjadi secara urut dan
Nagata, dan Aline, 2001:3-27; Crystal secara progresif ke tingkat yang lebih
dalam Singleton dan Ryan, 2004:25-26; kompleks.
Harley, 2008:104). Perkembangan fonologis adalah
Dikatakan penting karena bila urutan pemerolehan bahasa Indonesia
dicermati, struktur kata dan suku kata yang berhubungan dengan bunyi. Bunyi
yang dihasilkan kedua anak tunarungu yang dimaksud yaitu bunyi bahasa.
tersebut dapat memberi gambaran Menurut Dobrovolsky (2000:13) dan
perkembangan kognitifnya. Pada ilustrasi Fromkin (2000:478), studi bunyi
1, anak menghasilkan kata , , mempelajari dua hal yaitu fonetik dan
dan Kata-kata yang dihasilkan anak fonologi. Fonetik adalah ilmu yang
tersebut mempunyai struktur kata VKV mempelajari bunyi bahasa yang meliputi:
dan V, serta mempunyai suku kata yang alat bicara, proses menghasilkan bunyi
hanya terdiri atas V dan VK-V. Hal bahasa, serta jenis bunyi bahasa yang
tersebut berbeda dengan kata yang dihasilkan; tanpa mengacu pada fungsi
dihasilkan pada ilustrasi 2 yaitu , bunyi bahasa sebagai pembeda makna
, dan Kata-kata yang dalam bahasa tertentu. Fonologi adalah
dihasilkan anak tersebut sudah lebih ilmu yang mempelajari sistem yang
kompleks yaitu mempunyai struktur kata memuat aturan, representasi, dan prinsip-
VKV, KVKV, dan KV, serta mempunyai prinsip yang menentukan pola bunyi dari
struktur kata V-KV, KVK-V, dan KV. sebuah bahasa atau beberapa bahasa.
Perbedaan perkembangan struktur kata Menurut Thomas dan Carmach
dan suku kata kedua anak tunarungu (dalam Muslich, 2012:14), yang menjadi
dengan taraf ketunarunguan berat dan masalah pada anak tunarungu yaitu
sedang tersebut memberi informasi masalah fonetis. Oleh karena itu,
tentang perkembangan kognitifnya. Hal penelitian ini hanya akan melihat
tersebut selaras dengan pernyataan Piaget perkembangan fonologis anak tunarungu
(dalam Cohen, 2002:36; Brown, 2007:33- secara fonetis. Kajian fonetis yang
34) bahwa perkembangan atau urutan dimaksud yaitu perkembangan struktur
kata dan suku kata (silabel).
114 BASTRA, Vol. 3, No. 2, Desember 2016

Struktur adalah organisasi berbagai diharapkan juga dapat diperoleh


unsur bahasa sehingga menjadi satu pola gambaran perkembangan kognitif anak
tertentu (Kridalaksana, 1993:183). tunarungu usia prasekolah.
Dengan demikian, struktur kata adalah
organisasi berbagai unsur bahasa dalam METODE PENELITIAN
suatu kata sehingga menjadi satu pola Penelitian ini termasuk penelitian
tertentu. Satu kata dapat terdiri atas kualitatif secara longitudinal. Hal tersebut
bermacam struktur kata. Setiap struktur selaras dengan masalah dalam penelitian
kata dapat terdiri satu suku kata ini yaitu memperoleh gambaran
(monosilabel), dua suku kata perkembangan bahasa (Steinberg,
(dwisilabel), atau banyak suku kata Nagata, dan Aline, 2001:3-27; Crystal
(polisilabel). dalam Singleton dan Ryan, 2004:11).
Suku kata yang juga biasa disebut Objek penelitian berupa ujaran
silabel adalah satuan ritmis terkecil dalam yang mampu memberi informasi struktur
suatu arus ujaran atau bunyi ujaran. kata dan suku kata dalam perkembangan
Sebagai satuan berirama atau ritmis, suku fonologis bahasa Indonesia anak
kata mempunyai puncak sonoritas yaitu tunarungu. Subjek penelitian ini adalah
kenyaringan bunyi yang terjadi akibat tiga anak tunarungu kelompok ATKLB-
adanya ruang resonansi, baik rongga B. Menurut Ingram (1992:21), penetapan
mulut, hidung atau rongga lainnya dalam tiga orang sebagai subjek untuk
kepala atau dada (Dobrovolsky, 2000:19; memenuhi angka minimal absolut dengan
Fromkin, 2000:481; Verhaar, 2008:41- harapan dapat menentukan ciri umum
47; 2008:59). perkembangan tuturan bahasa Indonesia
Dalam suku kata akan terlihat anak tunarungu. Bila hanya
adanya urutan bunyi kontoid-vokoid. menggunakan satu subjek kurang dapat
Oleh Chaer (2009:58-59), urutan yang memperoleh gambaran, anak tersebut
demikian disebut dengan fonotaktik. khas atau tidak, bila dua subjek tidak
Fonotaktik terdiri atas (1) onset; (2) koda; dapat diketahui dari kedua subjek
(3) nuklus. Melalui urutan tersebut akan tersebut yang khas, tetapi dengan tiga
terbentuk pola suku kata. Kridalaksana subjek, sekurang-kurangnya akan
(1993:158) menyatakan bahwa pola mempunyai mayoritas yang dapat
adalah pengaturan atau susunan unsur- digunakan untuk membuat keputusan.
unsur bahasa yang sistematis menurut Ketiga subjek memperoleh bahasa
keteraturan dalam bahasa. Dengan pertama berupa bahasa Indonesia,
demikian, pola suku dapat diartikan mempunyai taraf ketunarunguan ringan,
sebagai pengaturan atau susunan silabel sedang, dan berat, serta tidak tunaganda.
atau suku kata yang sistematis menurut Menurut Kirk, et all. (2009:331),
keteraturan dalam bahasa, contohnya: V, berdasarkan ketetapan American Speech
KV, VK, KKV, VKK, dan sebagainya. Language Hearing Association atau
Dalam makalah ini pembahasan ASHA, tingkat ketunarunguan terbagi
diarahkan pada dua hal. Pertama, menjadi lima kategori, yaitu (1) sangat
perkembangan struktur kata bahasa ringan dengan intensitas 15-20 dB;(2)
Indonesia anak tunarungu usia ringan dengan intensitas 20-40 dB; (3)
prasekolah. Kedua, perkembangan suku sedang dengan intensitas 40-60 dB;(4)
kata bahasa Indonesia anak tunarungu berat dengan intensitas 60-80 dB; (5)
usia prasekolah. Melalui penelitian ini sangat berat dengan intensitas 80 dB atau
Pujiastuti dan Kulup,Struktur Kata dan Suku Kata 115

lebih keras. Tingkat ketunarunguan Yulianto (2001:68) bahwa pola satuan


sangat ringan tidak digunakan karena mingguan sering digunakan di bidang
masih dapat mendengar dengan baik, medis untuk menggambarkan
sedangkan tingkat ketunarunguan sangat perkembangan fisis dan di bidang
berat tidak digunakan karena sudah tidak psikologi untuk menggambarkan
mungkin dapat mendengarkan meskipun perkembangan kognitif. Analisis data
diberi alat bantu dengar. Selain itu, ketiga menggunakan teknik pilah, balik, dan
subjek tidak tunagrahita sehingga dapat hubung.
diperoleh gambaran perkembangan
secara benar. HASIL PENELITIAN
Data dikumpulkan dengan teknik Struktur Kata dan Suku Kata pada
pengamatan (partisipatif dan Subjek dengan Taraf Ketunarunguan
nonpartisipatif), pemancingan, Ringan
perekaman, dan pencatatan. Media yang Kata yang dihasilkan subjek dengan
digunakan untuk pemancingan yaitu taraf ketunarunguan ringan (untuk
media relia dan media visual karena selanjutnya disebut SR) terdiri atas satu
subjek adalah anak tunarungu. Pola suku kata, dua suku kata, dan tiga suku
waktu yang digunakan untuk kata. Pada periode 1 hingga 26, SR
mengumpulkan data disebut periode. menghasilkan kata yang terdiri atas
Setiap periode pengumpulan data beberapa macam struktur. Hal tersebut
dimaksudkan untuk pengumpulan data dapat dilihat pada beberapa kata yang
untuk setiap minggu. Pengumpulan data dikutip pada tabel berikut ini.
seminggu sekali ini memakai acuan dari

Tabel 1 Perkembangan Struktur Kata Bahasa Indonesia pada SR


Per. Struktur Kata Bunyi yang Dihasilkan Glos
1 V , ,  telinga, bakso, guru
KV , ,  ibu, lampu, rambut
2 VV , ,  bata, tangan, balon
3 VKV , ,  bapak, buku, aqua
4 KVKV , ,  mata, bapa, pipis
5 VKKV , ,  rambut, jambu, rumah
7 KKVKV ,  merah, meja
10 VVK ,  hitam, ayam
11 KVVK , ,  ayam, jalan, tangan
KVK ,  kebab, minum
14 KVKVK ,  minum, coklat
17 VKVV  ikan
19 VKVVK ,  hitam, ayam
21 VKVK ,  rambut, sakit
22 KVKVV ,  makan, tangan
24 KVKVVK ,  salam, jalan

Bila tabel tersebut dicermati, SR Berdasarkan struktur kata tersebut


menghasilkan 16 struktur kata. Keenam dapat dilihat juga perkembangan suku
belas struktur kata tersebut, ada yang kata yang dihasilkan oleh SRHal tersebut
terdiri atas satu suku, dua suku, dan tiga dapat dilihat pada rekapitulasi data di
suku. bawah ini.
116 BASTRA, Vol. 3, No. 2, Desember 2016

Tabel 2 Rekapitulasi Data Suku Kata Bahasa Indonesia pada SR


Per. Bunyi yang Dihasilkan Glos Suku Kata
1 , ,  telinga, bakso, guru V
, ,  ibu, lampu, rambut KV
2 , ,  bata, tangan, balon V-V
3 , ,  bapak, buku, aqua V-KV, VK-V
4 , ,  mata, bapa, pipis KVK-V, KV-KV
5 , ,  rambut, jambu, rumah V-KKV
7 ,  merah, meja KKV-KV
10 ,  hitam, ayam V-VK
11 , ,  ayam, jalan, tangan KV-VK
,  kebab, minum KVK
14 ,  minum, coklat KV-KVK
17  ikan V-KV-V
19 ,  hitam, ayam V-KV-VK
21 ,  rambut, sakit V-KVK
22 ,  makan, tangan KV-KV-V
24 ,  salam, jalan KV-KV-VK

Hingga periode 26, tidak terlihat dilihat rekapitulasi data pola suku kata
lagi perkembangan pola suku kata yang bahasa Indonesia pada tabel berikut.
dihasilkan SR. Untuk lebih jelas dapat

Tabel 3 Perkembangan Suku Kata Bahasa Indonesia SR


No. Per. Pola Silabel
1. 1 V dan KV
2. 2 VK
3. 3 KVK
4. 5 KKV

Perkembangan Struktur Kata dan struktur dan terdiri atas satu suku kata,
Suku Kata pada Subjek dengan dua suku kata, dan tiga suku kata.
Ketunarunguan Sedang Perkembangan struktur baru terjadi mulai
Seperti halnya SR, kata yang pada periode 2 seiring dengan
dihasilkan subjek dengan taraf dihasilkannya bunyi bahasa oleh SS. Hal
ketunarunguan sedang (untuk selanjutnya tersebut dapat dilihat pada tabel berikut
disebut SS) mempunyai beberapa macam ini.

Tabel 4 Perkembangan Struktur Kata Bahasa Indonesia pada SS


Per. Struktur Kata Bunyi yang Dihasilkan Glos
2 V ,  mata, bakso
3 V ,  susu, buku
KV ,  ibu, bakpo
4 VKV ,  bapak, apel
5 VV , ,  tahu, tangan, makan
6 VKV ,  buku, aqua
7 VKV  bulu
8 KVK ,  nyam-nyam, minum
9 KVV ,  bola, balon
12 VVK ,  ayam, hitam
14 VKKV ,  lampu, rambut
17 VKVV ,  ikan, hitam
Pujiastuti dan Kulup,Struktur Kata dan Suku Kata 117

19 KKVKV ,  mata, mi


21 VKVVK  hitam
KVKV , ,  tape, bapak, buka
22 VKVK ,  minum, perut
KVKVV ,  makan, salam
24 KVVK , jalan, bukan
25 KVKVK , ,  Mobil, coklat, laut
26 KVKVVK  makan
VKVK  sakit

Bila tabel tersebut dicermati, SS Berdasarkan struktur kata tersebut


menghasilkan 17 struktur kata. Ketujuh dapat dilihat juga perkembangan suku
belas struktur kata tersebut, ada yang kata yang dihasilkan oleh SS. Hal
terdiri atas satu suku, dua suku, dan tiga tersebut dapat dilihat pada rekapitulasi
suku. data di bawah ini.

Tabel 5 Rekapitulasi Data Suku Kata Bahasa Indonesia pada SS


Per. Bunyi yang Dihasilkan Glos Suku Kata
2 ,  mata, bakso V
3 ,  susu, buku V
,  ibu, bakpo KV
4 ,  bapak, apel V-KV
5 , ,  tahu, tangan, makan V-V
6 ,  buku, aqua VK-V
7  bulu VK-V
8 ,  nyam-nyam, minum KVK
9 ,  bola, balon KV-V
12 ,  ayam, hitam V-VK
14 ,  lampu, rambut V-KKV
17 ,  ikan, hitam V-KV-V
19 ,  mata, mi KKV-KV
21  hitam V-KV-VK
, ,  tape, bapak, buka KV-KV
22 ,  minum, perut V-KVK
,  makan, salam KV-KV-V
24 , jalan, bukan KV-VK
25 , ,  Mobil, coklat, laut KV-KVK
26  makan KV-KV-VK
 sakit V-KVK

Hingga periode 26, tidak terlihat lagi dilihat rekapitulasi data pola suku kata
perkembangan pola suku kata yang bahasa Indonesia pada tabel berikut.
dihasilkan SS. Untuk lebih jelas dapat

Tabel 6 Perkembangan Pola Suku Kata Bahasa Indonesia SS


No. Per. Pola Silabel
1. 2 V
2. 3 KV
3. 6 VK
4. 8 KVK
5. 14 KKV
118 BASTRA, Vol. 3, No. 2, Desember 2016

Perkembangan Pola Struktur Kata dan tiga suku kata. Akan tetapi,
dan Suku Kata pada Subjek dengan perkembangan struktur baru terjadi pada
Ketunarunguan Berat periode 2. Pada periode tersebut hingga
Subjek dengan taraf ketunarunguan periode akhir yaitu periode 26, SB
berat (untuk selanjutnya disebut SB) menghasilkan kata yang terdiri atas
terdiri atas satu suku kata, dua suku kata, beberapa macam struktur.

Tabel 7 Perkembangan Struktur Kata Bahasa Indonesia pada SB


Per. Struktur Kata Bunyi yang Dihasilkan Glos
2 V , ,  mata, bola, telinga
4 V ,  bakso, bakpo
5 KV ,  Bapak, ibu
6 VKV ,  lampu, susu
7 VV ,  nyam-nyam, tangan
9 KVV , bola, wortel
11 KVKV ,  pipi, mata
12 KVK  minum
13 KKV ,  empat, mi
VVK ,  enam, salam
15 KKVKV ,  merah, meja
KVKV , ,  pinter, buka, baju
17 KVVK ,  ayam, coklat
19 VKKV ,  lampu, rumah
21 VKVVK ,  hitam, ayam
VKVV ,  ikan
23 VKVK  jatuh
25 KVKVV ,  makan, bukan
26 VKVK  sakit
KVKVVK ,  jalan

Bila tabel tersebut dicermati, SB Berdasarkan struktur kata tersebut


menghasilkan 18 struktur kata. Kelima dapat dilihat juga perkembangan suku
belas struktur kata tersebut, ada yang kata yang dihasilkan oleh SB. Hal
terdiri atas satu suku, dua suku, dan tiga tersebut dapat dilihat pada rekapitulasi
suku. data di bawah ini.

Tabel 8 Rekapitulasi Data Suku Kata Bahasa Indonesia pada SS


Per. Bunyi yang Dihasilkan Glos Suku Kata
2 , ,  mata, bola, telinga V
4 ,  bakso, bakpo V
5 ,  Bapak, ibu KV
6 ,  lampu, susu V-KV, VK-V
7 ,  nyam-nyam, tangan V-V
9 , bola, wortel KV-V
11 ,  pipi, mata KV-KV
12  minum KVK
13 ,  empat, mi KKV
,  enam, salam V-VK
15 ,  merah, meja KKV-KV
, ,  pinter, buka, baju KV-KV
17 ,  ayam, coklat KV-VK
19 ,  lampu, rumah V-KKV
21 ,  hitam, ayam VKVVK
,  ikan VKVV
Pujiastuti dan Kulup,Struktur Kata dan Suku Kata 119

23  jatuh VKVK


25 ,  makan, bukan KVKVV
26  sakit VKVK
,  jalan KVKVVK

Hingga periode 26, tidak terlihat dilihat rekapitulasi data pola suku kata
lagi perkembangan pola suku kata yang bahasa Indonesia pada tabel berikut.
dihasilkan SB. Untuk lebih jelas dapat
Tabel 9 Perkembangan Pola Suku Kata Bahasa Indonesia SB
No. Per. Pola Silabel
1. 2 V
2. 5 KV
3. 6 VK
4. 12 KVK
5. 13 KKV

PEMBAHASAN mempunyai perkembangan menurut


Struktur Kata dalam Perkembangan urutan alamiah. Hal tersebut dapat dilihat
Fonologis Anak Tunarungu dari perkembangan struktur kata tersebut.
Pada data terlihat struktur kata yang Struktur kata yang terdiri atas satu huruf
dihasilkan oleh ketiga subjek meski ada menjadi dua huruf dan berkembang
berbeda, tetapi pada dasarnya hampir menjadi lebih kompleks, seperti: V, KV,
memiliki kesamaan. Apabila dicermati, VV, KVK, VKV, KVKV, dan
kata yang dihasilkan ketiga subjek seterusnya.
meskipun ada yang berbeda, tetap

Tabel 10 Rekapitulasi Kekomplekan Perkembangan Struktur Kata Bahasa Indonesia


Anak Tunarungu
SR SS SB
No.
Per. Struktur Kata Per. Struktur Kata Per. Struktur Kata
1. 1 V 3 V 4 V
2. KV KV 5 KV
3. 2 VV 4 VKV 6 VKV
4. 3 VKV 5 VV 7 VV
5. 4 KVKV 8 KVK 9 KVV
6. 5 VKKV 9 KVV

Struktur kata yang diakhiri dengan Keadaan tersebut sangat logis dalam
vokoid lebih dulu diperoleh para subjek perkembangan kognitif karena bagi anak
daripada struktur kata yang diakhiri tunarungu mengucapkan kata yang
kontoid. Kata yang memiliki struktur V, diakhiri kontoid bukan sesuatu yang
KV, VKV, KVKV, KKV, KKVKV mudah. Contohnya, pada awal
diperoleh lebih dulu daripada struktur perkembangan kata makan dan jalan.
VK, KVK, VVK, KVVK, VKVVK.
120 BASTRA, Vol. 3, No. 2, Desember 2016

Per. Perkembangan Per. Perkembangan


         
6       7     
9       18     
16       21     
25           

Suku Kata dalam Perkembangan dengan pernyataan Bunawan dan Yuwati,
Fonologis Anak Tunarungu (2000:6) bahwa anak tunarungu baru
Pada anak tunarungu yang masih memasuki tahap linguistik pada saat
berada pada jenjang TKLB, khususnya masuk sekolah. Tahap linguistik tersebut
TKLB-B kelompok A, perkembangan dinamakan tahap holofrase. Sebagai anak
suku kata sebagai salah satu bagian yang berada pada tahap holofrase, anak
dalam perkembangan fonologis tunarungu TKLB-B kelompok A juga
merupakan hal yang penting. Suku kata baru memperoleh ujaran satu kata. Hal
merupakan salah satu fenomena yang tersebut sesuai dengan pernyataan
sering muncul pada anak sebagai Darjowidjoyo (2012:248) bahwa pada
pengganti kata. tahap holofrase, anak menghasilkan
Pada saat belum memasuki jenjang ujaran satu kata, bahkan kadang hanya
sekolah, anak tunarungu yang menjadi bagian kata atau suku kata. Anak masih
subjek penelitian belum mengenal bahasa memproduksi kategori kata utama.
Indonesia; masih berada pada tahap Pada subjek ringan, sedang, dan
pralinguistik. Dikatakan demikian, karena berat terlihat bahwa suku kata yang
anak tunarungu berkomunikasi hanya dihasilkan memiliki data yang sama
dengan melihat, menunjuk, memegang meskipun waktu pemerolehannya
atau menyampaikan ciri benda atau berbeda. Hal tersebut dapat dilihat pada
peristiwa tertentu. Hal tersebut sesuai tabel berikut.

Tabel 8 Rekapitulasi Perkembangan Pola Suku Kata Bahasa Indonesia Anak


Tunarungu
SR SS SB
No.
Per. Pola Suku Kata Per. Pola Suku Kata Per. Pola Suku Kata
1. 1 V dan KV 2 V 2 V
2. 2 VK 3 KV 5 KV
3. 3 KVK 6 VK 6 VK
4. 5 KKV 8 KVK 12 KVK
5. 14 KKV 13 KKV

Bila dicermati, ada suku kata yang perkembangan suku kata anak tunarungu
masih harus ditentukan urutan usia prasekolah sebagai berikut.
pemerolehannya, yaitu V dan KV karena
SR dan SS memperoleh pada periode VKVVKKVKKKV
yang sama. Oleh karena itu, digunakan
teori Ingram, dengan melihat dua orang Anak tunarungu memproduksi kata
yang menghasilkan diputuskan bahwa dengan terlebih dahulu memperoleh suku
kata, bahkan hanya vokoid bukan tanpa
Pujiastuti dan Kulup,Struktur Kata dan Suku Kata 121

makna. Menurut Darjowidjojo rongga mulut, rongga hidung, atau


(2012:243), anak Indonesia harus rongga lainnya yaitu vokoid bukan
mencerna kosakata melalui proses kontoid. Pernyataan itu dipertegas oleh
pemenggalan. Masukan yang diterima Muslich (2012:73) yang menyatakan
anak tentu tidak mungkin bentuk yang bahwa suatu rangkaian bunyi bahasa
langsung utuh. Untuk dapat memproduksi yang diucapkan oleh seorang penutur
kata tidak dapat langsung dilakukan, pasti memiliki puncak kenyaringan yang
tetapi harus dibantu dengan suku-suku dikenal dengan nama sonoritas di antara
katanya. Misalnya, untuk menghasilkan bunyi yang diucapkan. Hal tersebut
kata mata dan buku, anak mengucapkan biasanya terjadi pada vokoid, bukan
dengan  dan . Kata tersebut kontoid. Keseluruhan data ketiga subjek
dihasilkan anak melalui suku kata membuktikan hal tersebut. Pada ketiga
 dan . Pemenggalan subjek proses awal dihasilkannya struktur
tersebut bukan berarti tidak kata berupa vokoid saja kemudian
menggambarkan apa-apa. Hal tersebut berkembang ke arah yang lebih
dikarenakan pemenggalan pada dasarnya kompleks.
memerlukan proses psikologis dan
menyangkut kemampuan kognitif anak. SIMPULAN
Oleh karena itu, perkembangan kognitif Berdasarkan hasil penelitian dapat
anak dapat dilihat dari perkembangan disimpulkan bahwa (1) perkembangan
bahasa. struktur kata dalam perkembangan
Berdasarkan hasil analisis data, fonologis bahasa Indonesia anak
urutan pemerolehan silabel anak tunarungu usia prasekolah (a) dari
tunarungu seperti halnya urutan struktur vokoid (V) hingga struktur yang
pemerolehan yang lain yaitu menurut lebih kompleks (KV, VV, VKV, KVK,
urutan alamiah. Artinya, adanya bunyi KVV, KVKV, KKV, VVK, KKVKV,
atau bentuk bahasa yang diperoleh lebih KVVK, VKKV, VKVVK, KVKVVK);
awal dari bentuk yang lain (Krashen (b) dari struktur kata yang diakhiri
dalam Brown, 2007:294). Pada anak vokoid hingga struktur yang diakhiri
tunarungu dengan taraf ketunarunguan kontoid; (2) perkembangan suku kata
ringan, sedang, maupun berat memang dalam perkembangan fonologis bahasa
terlihat bahwa kata yang dihasilkan tidak Indonesia anak tunarungu usia prasekolah
langsung berupa kata, tetapi berupa suku mempunyai urutan V, KV, VK, KVK,
kata. Dari suku kata yang hanya terdiri dan KKV.
atas vokoid sampai kombinasi kontoid-
vokoid yang lebih kompleks. DAFTAR PUSTAKA
Suku kata yang dihasilkan subjek Brown, Douglas H. 2007. Principles of
banyak yang berupa vokoid karena dalam Language Learning and Teaching.
suku kata, puncak sonoritas memang New York: Pearson Education.
berada pada vokoid. Sebagai satuan
ritmis terkecil dalam suatu arus ujaran Bunawan, L. dan Yuwati, C.S. 2000.
atau bunyi ujaran, silabel mempunyai Penguasaan Bahasa Anak
vokoid yang menjadi puncak Tunarungu. Jakarta: Santi Rama.
kenyaringan/sonoritas. Menurut Chaer Chaer, Abdul. 2009. Fonologi Bahasa
(2009:57), bunyi yang paling banyak Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.
menggunakan ruang resonansi berupa
122 BASTRA, Vol. 3, No. 2, Desember 2016

Cohen, David. 2002. How Child’s Mind Kridalaksana, Harimurti. 1993. Kamus
Develops. New York: Routledge. Linguistik. Jakarta: PT Gramedia.
Cook, Vivian. 1993. Linguistics and Muslich, Masnur. 2012. Fonologi Bahasa
Second Language Aqcuisition. Indonesia: Tinjauan Deskriptif
London: The Macmillan Press Ltd. Sistem Bunyi Bahasa Indonesia.
Dardjowidjojo, Soenjono. 2000. Echa: Jakarta: PT Bumi Aksara.
Kisah Pemerolehan Bahasa Anak Salkind, Neil J. 2002. Child
Indonesia. Jakarta: PT Gramedia Development. New York:
Widiasarana Indonesia. MacMillan Library Reference
Dobrovolsky, Michael. 2000. “Phonetics: USA.
The Sounds of Language” in Singleton, D. dan Ryan, L. 2004.
Contemporary Linguistics: An Language Acquisition: The Age
Introduction. London: Pearson Factor. Clevedon: Multilingual
Education. Matters Ltd.
Fromkin, Victoria A. 2000. Linguistics: Steinberg, D.D., Nagata, H., dan Aline,
An Introduction to Linguistic D.P. 2001. Psycholinguistics
Theory. Berlin: Blackwell Language Mind and World.
Publishing. London: Longman.
Harley, Trevor A. 2008. Psychology of Verhaar, J.W.M. 2008. Asas-asas
Language. Canada: Psychology Linguistik Umum. Yogyakarta:
Press. Gajah Mada University Press.
Ingram, David. 1992. First Language Yulianto, Bambang. 2009.
Acquisition: Method, Description, Perkembangan Fonologis Bahasa
and Explanation. Cambridge: Anak. Surabaya: Unesa University
Cambridge University Press. Press.
Kirk, et.all. 2009. Educating Exceptional
Children. Canada: Wadsworth.

Anda mungkin juga menyukai