Anda di halaman 1dari 17

JGI: JURNAL GURU INDONESIA

20xx, x(y), hlm. xx - xx


https://jurnal.ppjb-sip.org/index.php/jgi/index
E-ISSN: XXXX-XXXX | DOI:

Pelafalan Bentuk Kata pada Anak Tunarungu SLB Manunggal Slawi


Kabupaten Tegal

Pronunciation of Word Forms in Deaf Children at SLB Manunggal


Slawi Tegal Regency

Ainun Rokhmah1

Artikel diterima editor tanggal xx-xx-xxx, disetujui untuk dipublikasikan tanggal xx-xx-xxx
Doi: xxxxx-xxxxx (kosongkan)

Abstrak

Taraf ketunarunguan dan tingkat ecerdasan pada seseorang berdampak pada pemerolehan
bahasanya. Oleh sebab itu, penguasaan bahasa dan pembendaharaan kata pada setiap tunarungu
berbeda. Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan pemerolehan bentuk kata secara lisan pada
anak tunarungu SLB Manunggal Slawi Kabupaten Tegal. Metode penelitian yang digunakan pada
penelitian ini adalah kualitatif deskriptif. Kemudian teknik pengumpulan data yang digunakan pada
penelitian ini adalah teknik pancing dan rekam. Sementara itu, teknik analisis data pada penelitian ini
adalah teknik hubung banding sama (HBS). Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan
menunjukkan bahwa dari 30 bentuk kata yang diujikan, 3 responden dapat melafalkan semuanya, 2
responden hanya dapat melafalkan 29 bentuk kata, dan 2 responden tidak dapat melafalkannya.
Responden bernama Fransisca melafalkan 1 bentuk kata dengan tepat, 28 kata tidak tepat karena
ada yang mengalami perubahan dan pelesapan fonem. Responden bernama Naila Putri melafalkan
10 kata dengan tepat, 20 kata tidak tepat karena ada yang mengalami pelesapan, perubahan fonem,
serta penambahan fonem. Responden bernama Nayla Annajwa melafalkan 7 kata dengan tepat, 23
kata tidak tepat karena ada yang mengalami pelesapan dan perubahan fonem. Responden bernama
Rizqi melafalkan 8 kata dengan tepat, 22 kata tidak tepat karena ada yang mengalami pelesapan
dan perubahan fonem. Responden bernama Khamid melafalkan 8 kata dengan tepat, 21 kata tidak
tepat karena ada yang mengalami pelesapan dan perubahan fonem. Kemudian 2 responden bernama
Nadhin dan Diaz tidak dapat melafalkan 30 bentuk kata.
Kata kunci: pelafalan , bentuk kata, tunarungu

Abstract

The level of deafness and the level of intelligence in a person has an impact on his language
acquisition. Therefore, the mastery of language and vocabulary for each deaf is different. The purpose
of this study was to describe the acquisition of verbal forms of deaf children at SLB Manunggal Slawi,
Tegal Regency. The research method used in this research is descriptive qualitative. Then the data
collection technique used in this study is the fishing and recording technique. Meanwhile, the data

1
Ainun Rokhmah, IAIN Syekh Nurjati Cirebon, ainunrokhmah73@gmail.com

JURNAL GURU INDONESIA | Vol: X No: X Tahun 20XX


(Nama Penulis Korespondensi)

analysis technique in this study is the same comparative relationship technique. Based on the results
of the research and discussion, it showed that of the 30 tenses tested, 3 respondents could pronounce
them all, 2 respondents could only pronounce 29 forms of words, and 2 respondents could not
pronounce them. A respondent named Fransisca pronounces 1 word form correctly, 28 words are
incorrect because there are changes and loss of phonemes. A respondent named Naila Putri
pronounces 10 words correctly, 20 words incorrectly because there are misspellings, phoneme
changes, and the addition of phonemes. A respondent named Nayla Annajwa pronounces 7 words
correctly, 23 words incorrectly because there are misspellings and phoneme changes. A respondent
named Rizqi pronounces 8 words correctly, 22 words incorrectly because some have lost and changed
phonemes. A respondent named Khamid pronounces 8 words correctly, 21 words incorrectly because
some of them have lost and changed phonemes. Then 2 respondents named Nadhin and Diaz could
not pronounce 30 word forms.

Keywords: pronunciation, word form, deafness

1. Pendahuluan
Indra pendengaran bagi manusia sangat lah penting. Karena melalui pendengaran manusia
dapat memeroleh informasi dari lingkungannya, termasuk memeroleh bahasa. Namun, hal demikian
tidak berlaku pada anak tunarungu. Wasita (2012: 28) mendefinisikan tunarungu adalah orang yang
kurang bisa atau kesulitan untuk mendengar dari yang ringan hingga berat. Karena kesulitannya
dalam mendengar, maka seorang penyandang tunarungu akan mengalami kesulitan berkomunikasi
baik secara ekspresif maupun reseptif. Bukan hanya masalah komunikasi, seorang penyandang
tunarungu juga akan mendapat permasalahan lain untuk dirinya sendiri dan orang lain. Masalah-
masalah tersebut di antaranya 1) masalah di bidang kognitif, 2) masalah pada komunikasi dan
bahasa, 3) masalah pada perceptual, 4) masalah dalam bidang pendidikan, 5) masalah di bidang
emosi, 6) masalah di bidang sosial, 7) masalah dalam memperoleh pekerjaan atau valsional, dan 8)
masalah bagi orang tua dan masyarakat. Boothroyd (dalam Wasita, 2012: 13)
Dari semua permasalahan tersebut, permasalahan komunikasi dan bahasa adalah
permasalahan yang paling urgen. Seperti yang dikatakan oleh Leigh (dalam Widjaya, 2015: 26) bahwa
dampak terbesar dari tunarungu adalah terjadinya kemiskinan bahasa dan dalam penguasaan bahasa
secara keseluruhan. Oleh sebab itu, anak tunarungu mendapatkan program khusus yang diterbitkan
oleh Direktorat Pembinaan Pendidikan Khusus dan Layanan Khusus Direktorat Jenderal Pendidikan
Dasar Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, program tersebut adalah PKPBI (Pengembangan
Komunikasi Persepsi Bunyi dan Irama). Program tersebut merupakan program yang wajib diikuti oleh
peserta didik tunarungu jenjang TKLB, SDLB, dan SMPLB, sedangkan jenjang SMALB bersifat
fakultatif.
Melalui program tersebut, siswa tunarungu dapat mengembangkan komunikasinya dengan
cara mempersepsi bunyi dan irama, serta belajar melafalkan fonem, kata, dan kalimat sederhana. Hal
ini lah yang dikatakan sebagai pemerolehan bahasa. Saputra (2022:2) menyatakan bahwa
pemerolehan bahasa merupakan proses yang dilalui seorang anak untuk dapat menguasai suatu
bahasa, baik itu bahasa pertama, kedua, ketiga, dan seterusnya. Proses tersebut dilalui anak secara
mengalir, tida sadar. Seperti yang telah dikemukakan oleh Maksan (dalam Suardi & Indah
Permatasari, 2019: 266) bahwa penguasaan bahasa dilakukan dengan proses yang tidak disadari,
ipmlisit, dan informal.
Menurut Arsanti (2014: 34) pemerolehan bahasa anak berkaitan dengan konsep universal, di
mana pada pada konsep tersebut menyatakan bahwa pemerolehan bahasa dapat berupa
pemerolehan fonologi, pemerolehan sintaksis, pemerolehan leksikon, dan pemerolehan pragmatik.
Adapun dalam penelitian ini mengkaji pemerolehan bahasa anak tunarungu pada bidang fonologi.
Menurut Jakobson (dalam Apriani, 2019: 12) pemerolehan fonologi merupakan hukum yang
mengatur setiap perubahan bunyi. Kurniati (2017: 50-51) mengatakan bahwa pemerolehan fonologi

2
JGI: JURNAL GURU INDONESIA
20xx, x(y), hlm. xx - xx
https://jurnal.ppjb-sip.org/index.php/jgi/index
E-ISSN: XXXX-XXXX | DOI:

berkenaan dengan proses konstruksi silabel atau suku kata yang terdiri dari gabungan vokal dan
konsonan. Pemerolehen fonologi diawali dengan pemerolehan bunyi dasar seperti /p/, /a/, /i/, /u/,
/t/, /c/, /m/, dan lainnya. Jakobson dalam (Suardi, dkk., 2019: 271) Adapun pemerolehan bahasa
pada anak tunarungu pada penelitian ini berfokus pada pemerolehan di bidang fonologi.
Telah ada beberapa penelitian yang mengkaji pemerolehan bahasa pada anak tunarungu.
Salah satunya penelitian Yuanita Ayu Widia (2012) yang berjudul “Pemerolehan Kosakata Anak
Tunarungu Berdasarkan Kelas Kata Bahasa Indonesia di SDLB Karya Mulia II Surabaya: Kajian
Psikolinguistik”. Prosedur pada penelitian ini menggunkan pendekatan kualitataif. Teknik
pengumpulan datanya menggunakan teknik pancing. Penelitian tersebut menemukan bahwa
Pemerolehan kosakata yang pada anak tunarungu cenderung didominasi oleh kata benda. Hal ini
dikarenakan anak tunarungu lebih cepat menanggapi hal-hal yangbersifat konkret.
Kemudian Christine (2016) melakukan riset dengan judul “Pemerolehan Bahasa Anak
Tunarungu”. Penelitian studi kasus tersebut menggunakan teknik observasi, wawancara, dan
dokumentasi sebagai pengumpulan data. Data yang terkumpul kemudian dianalisis melalui reduksi
data, penyajian data, pengambilan simpulan, dan verifikasi data. Hasil penelitiannya menunjukkan
bahwa anak tunarungu dapat memeroleh bahasa secara oral meskipun tanpa bantuan bahasa
isyarat.
Adapun penelitian Eko Kuntarto, dkk. (2020) dengan judul “Pemerolehan Bahasa Anak
Berkebutuhan Khusus (Tunarungu) dalam Memahami Bahasa”. Penelitian strudi pustaka tersebut
menggunakan metode deskripstif untuk menuliskan hasil penelitiannya. Hasl penelitiannya
menyatakan bahwa masa pemerolehan bahasa anak tunarungu dengan anak normal memiliki
perbedaan. Anak normal dapat menghubungkan pengalaman dan lambang bahasa melalui
pendengaran, sedangkan anak tunarungu lebih difokuskan pada penglihatannya untuk memeroleh
bahasa.
Dari 3 penelitian dengan judul yang berbeda di atas, belum ada penelitian pemerolehan
bahasa anak tunarungu pada anak tunarungu SLB Manunggal Slawi Kabupaten Tegal. Berdasarkan
observasi yang telah dilakukan pada tanggal 13 November 2021, dijumpai 3 siswa kelas menengah
dengan tingkat kecerdasan dan tingkat ketunarunguan yang berbeda-beda. Siswa A dengan IQ rata-
rata dan jenis ketunarunguan berat, ia memiliki pemerolehan bahasa lisan yang cukup baik. Siswa A
dapat melafalkan kata [mata] dengan artikulasi dan bunyi yang jelas, tidak terdapat perubahan
maupun pelesapan fonem. Siswa B dengan IQ rata-rata dan jenis ketunarunguan berat, pemerolehan
bahasa lisannya masih terbilang cukup baik juga, karena artikulasi dan bunyi yang dikeluarkan
mulutnya cukup jelas. Namun saat melafalkan kata [mata] ia mengalami pelesapan fonem [t].
Kemudian siswa C dengan IQ rendah dan jenis ketunarunguan sangat berat, ia memiliki pemerolehan
bahasa lisan yang terbilang kurang baik. Karena saat diminta untuk melafalkan kata [mata] tidak ada
bunyi apapun yang keluar dari mulutnya, ia hanya membuka mulutnya lebar.
Dari deskripsi hasil observasi tersebut, dapat dilihat bahwa mereka memiliki kemampuan
pemerolehan bahasa yang berbeda. Hal ini dilatar belakangi oleh tingkat kecerdasan dan tingkat
ketunarunguan yang berbeda. Pendapat ini diperkuat oleh Narafshan (dalam Saputra 2022: 3) yang
menyatakan bahwa intelegensi merupakan faktor penentu cepat lambatnya proses pemerolehan
bahasa pada anak. Jika intelegensi anak berfungsi dan berkembang dengan baik, maka pemerolehan
bahasanya pun akan mengikuti kemampuan intelegensinya. Sementara itu, Carrol (dalam Indah,
2012: 13) menyebutkan bahwa salah satu faktor yang memengaruhi pemerolehan bahasa anak
tunarungu adalah tingkat kerusakan pendengaran. Artinya, semakin parah tingkat kerusakan
pendengaran pada anak tunarungu, maka pemerolehan bahasanya pun semakin terbatas.
Tidak hanya tingkat kecerdasan dan tingkat ketunarunguan, pemerolehan bahasa pada anak
tunarungu juga dipengaruhi oleh beberapa hal lain, seperti struktur bagian mulut. Hal ini dipercaya

JURNAL GURU INDONESIA | Vol: X No: X Tahun 20XX


(Nama Penulis Korespondensi)

dengan melihat pendapat dari Chaer (dalam Indah 2008: 13) menegaskan bahwa gangguan berbicara
yang menghambat pelafalan anak terjadi akibat kelainan paru-paru (pulmonal), pita suara (laringal),
lidah (lingual), serta rongga mulut dan kerongkongan (resonental). Struktur bagaian mulut yang tidak
sempurna seperti pendeknya alat ucap yakni lidah menghambat pelafalan anak.
Dengan demikian, untuk mengetahui bagaimana bentuk pemerolehan bahasa pada anak
tunarungu dan kebermanfaatannya sebagai instrumen penilaian pembelajaran, dilakukan penelitian
yang berjudul “Pemerolehan Bentuk Kata pada Tunarungu SLB Manunggal Slawi Kabupaten”.

2. Metode Penelitian
Penelitian yang dilakukan di Sekolah Luar Biasa (SLB) Manunggal Slawi Kabupaten Tegal
merupakan penelitian kualitatif. Menurut Sugiyono (2013: 7) penelitian kualitatif adalah penelitian
yang bermetode interpretatif karena data hasil penelitian lebih berkaitan dengan interpretasi
terhadap data yang dijumpai di lapangan. Pendapat lain dari Fatihudin (2015: 29) mengartikan
penelitian kualitatif sebagai penelitian yang lebih banyak menggunakan data subjektif, mencakup
penelaahan dan penyampaian berdasarkan persepsi untuk mendapat pemahaman terhadap
peristiwa sosial dan kemanusiaan. Sejalan dengan pendapat Fatihudin, Siyoto (2015: 11)
menegaskan bahwa penelitian kualitatif merupakan penelitian yang tujuannya mendeskripsikan
masalah-masalah sosial berdasarkan pandangan peneliti. Untuk itu, penelitian kualitatif dapat
dicirikan dengan pengamatan pada situasi lingkungan secara alamiah alias tidak ada manipulasi,
terbuka pada semua yang terjadi, sangat teliti terhadap segala hal yang menyangkut soal data,
memerhatikan proses, menganggap bahwa perubahan adalah hal yang dinamis, baik secara individu
maupun keseluruhan. (Suharsaputra, 2014: 181)
Sementara itu, berkenaan dengan penelitian kualitatif, Creswell (dalam Semiawan,2010: 7)
mendefinisikan penelitian kualitatif sebagai pendekatan untuk menjelajahi dan memahami suatu
fenomena sentral. Untuk mengetahui fenomena sentral tersebut, peneliti memberi pertanyaan
umum dan agak luas mengenai hal-hal yang ingin diteliti kepada partisipan. Setelah memeroleh
inforasi dari hasil tanya jawab kemudian dikumpulkan. Karena pengumpulan informasi menggunakan
proses tanya jawab, maka biasanya informasi berbentuk teks. Teks yang diperoleh kemudian
dianalisis hingga menghasilkan gambaran atau deskripsi. Dengan demikian, maka dapat
disederhanakan penelitian kualitatif adalah pengamatan terhadap situasi alamiah yang dilakukan
oleh seseorang untuk memeroleh informasi yang kemudian hasilnya dituangkan dalam bentuk teks.
Adapun untuk menyajikan hasil penelitian ini menggunakan metode deskriptif. Sejalan
dengan itu, Strauss dan Corbin (dalam Hakim, 2017: 44) menjelaskan bahwa gambaran akhir dari
penelitian kualitatif deskriptif tidak berbentuk angka-angka melainkan kata-kata, sebab temuan-
temuannya tidak diperoleh menggunakan prosedur kuantifikasi, perhitungan statistik, dan
sejenisnya. Jadi, penelitian ini menyajikan data-data yang diperoleh dengan bentuk deskripsi.
Penelitian kualitatif deskriptif ini memakai data primer. Siyoto (2015: 67-68) data primer adalah
adalah data yang didapat secara langsung oleh peneliti karena adanya observasi, wawancara, diskusi
terfokus, atau penyebaran kuesioner yang dilakukan oleh peneliti. Data primer pada penelitian ini
berupa pelafalan bentuk kata pada siswa tunarungu kelas 7 SLB Manunggal Slawi Kabupaten Tegal.
Dengan demikian, yang menjadi sumber data pada penelitian ini adalah siswa tunarungu kelas 7 SLB
Manunggal Slawi Kabupaten Tegal. Pemilihan sumber data tersebut dilakukan dengan teknik cluster
sampling. Teknik sampling ini digunakan untuk menentukan sampel jika sumber data sangat luas.
Teknik pengambilan sampel daerah melalui dua tahap, yaitu tahap pertama menentukan daerah,
tahap selanjutnya menentukan orang-orang yang ada pada daerah tersebut dengan sampling juga.
(Sugiyono, 2013: 83)
Data penelitian yang berupa pelafalan bentuk kata siswa tunarungu tersebut dikumpulkan
dengan menggunakan teknik pancing dan teknik rekam. Berkaitan dengan teknik pancing,
Sudaryanto (2015: 209) mengemukakan bahwa teknik adalah teknik yang cara kerjanya si peneliti
memberi pancingan kepada informan supaya ia mau bicara. Teknik pancing dilakukan bersama

4
JGI: JURNAL GURU INDONESIA
20xx, x(y), hlm. xx - xx
https://jurnal.ppjb-sip.org/index.php/jgi/index
E-ISSN: XXXX-XXXX | DOI:

dengan teknik yang kedua dalam penelitian ini, yakni teknik rekam. Jadi, ketika peneliti melakukan
pemancingan terhadap responden, saat itu juga dilakukan teknik rekam. Hal ini sesuai dengan yang
dikatakan oleh Sudaryanto (2015: 210) bahwa teknik rekam dapat dilakukan bersamaan saat teknik
pertama.
Adapun pada proses pengumpulan data, diperlukan adanya sebuah instrumen guna
memudahkan peneliti untuk menganalisisnya. Hal ini sejalan dengan yang dikatakan Kusumastuti
(2019: 90) bahwa instrumen dalam sebuah penelitian dikenakan untuk memeroleh dan
mengumpulkan data agar data lebih mudah untuk dianalisis sehingga masalah penelitian pun cepat
terpecahkan. Oleh sebab itu, penelitian ini menggunakan instrumen pengumpulan data berupa kartu
data. Kartu data tersebut memudahkan peneliti untuk menganalisis data yang telah terkumpul,
karena pada kartu data tersebut memuat klasifikasi bentuk kata yang diperoleh secara lisan oleh
siswa tunarungu kelas 7 SLB Manunggal Slawi Kabupaten Tegal.
Dalam menganalisis data yang telah terkumpul, metode yang digunakan pada penelitian ini
adalah metode padan. Sudaryanto (2015: 242) memberi pengertian metode padan sebagai metode
yang menggunakan alat penentu dari luar dan terlepas dari bahasa itu sendiri. Sejalan dengan itu,
Azwardi (2018:108) menyebutkan bahwa metode padan ada dua macam yaitu metode pada
intralingual dan metode pada ekstralingual. Adapun pada penelitian ini menggunakan metode padan
intralingual, dengan tujuan agar dapat membandingkan bahasa yang diperoleh anak tunarungu
dengan bahasa yang benar. Berdasarkan hal tersebut, maka dari itu teknik yang digunakan pada
penelitian ini adalah teknik unsur pilah penentu (PUP) dengan daya pilah fonetis artikulatoris. Lalu
untuk teknik lanjutannya yaitu teknik hubung banding menyamakan (HBS). Jadi, peneliti
menyamakan pelafalan bentuk kata siswa tunarungu kedengan bunyi bahasa yang benar.

3. Hasil dan Pembahasan


Berdasarkan hasil penelitian terkait pemerolehan bahasa secara lisan anak tunarungu,
tepatnya pemerolehan bentuk kata pada siswa tunarungu di kelas 7 SLB Manunggal Slawi dengan IQ
dan tingkat ketunarunguan yang berbeda, di antaranya: 1). Fransisca dengan IQ rata-rata dan jenis
ketunarunguan sangat berat, 2). Rizqi dengan IQ rata-rata dan jenis ketunarunguan berat, 3). Naila
Putri dengan IQ rata-rata dan jenis ketunarunguan berat, 4) Nayla Annajwa dengan IQ rata-rata dan
jenis ketunarunguan sangat berat, 5) Khamid dengan IQ rata-rata dan jenis ketunarunguan berat, 6)
Nadhin dengan IQ di bawah rata-rata dan jenis ketunarunguan sangat berat, dan 7). Diaz dengan IQ
di bawah rata-rata dan jenis ketunarunguan sangat berat, menunjukkan bahwa 5 siswa bernama
Fransisca, Naila Putri, Nayla Annajwa, Rizqi, dan Khamid mampu memeroleh secara lisan bentuk kata
30 bentuk kata namun pelafalannya ada yang mengalami pelesapan, perubahan, dan penambahan
fonem. Kecuali siswa yang bernama Nadhin dan Diaz, dari 30 bentuk kata tidak ada satu kata pun
yang dapat Nadhin dan Diaz peroleh secara lisan. Untuk melihat adanya ketidaktepatan pemerolehan
secara lisan oleh kelima siswa di atas, berikut adalah deskripsinya.
a. Pemerolehan Bentuk Kata Asal
Kata asal adalah bentuk terkecil yang menjadi asal dari satu atau beberapa tingkat lebih
tinggi dari suatau kata. Jadi, kata asal tidak dapat diuraikan lebih kecil lagi dari kata itu. Bentuk kata
yang ditemukan dalam penelitian ini ada 28 kata, berikut adalah pembahasannya.
1. Pelafalan kata [topi]
Pelafalan kata [topi] terdapat ketidaktepatan saat melafalkan. Dari 7 responden terdapat 2
responden yang tidak tepat saat melafalkan kata [topi] yaitu responden bernama Fransisca dan
Khamid. 2 responden lain bernama Nadhin dan Diaz tidak dapat melafalkan kata [topi]. Saat diminta
untuk melafalkannya, mulut Nadhin dan Diaz tidak mengeluarkan bunyi apapun.

JURNAL GURU INDONESIA | Vol: X No: X Tahun 20XX


(Nama Penulis Korespondensi)

Kata [topi] dilafalkan responden bernama Fransisca menjadi [tapa]. Dari pelafalannya, dapat
diketahui bahwa ada perubahan pada fonem vokal tengah [o] dan fonem vokal belakang [i]. Fonem
vokal tengah [o] yang seharusnya dilafalkan dengan posisi lidah diangkat dalam ketinggian sepertiga
di bawah vokal tertutup dan bentuk mulut membundar, namun Fransisca melafalkannya dengan
posisi lidah rendah dan bentuk mulut tidak bundar juga tidak melebar sehingga bunyi pelafalan yang
dihasilkan adalah fonem vokal [a] yakni vokal rendah, depan, terbuka, netral.
Sementara itu, responden bernama Khamid melafalkan kata [topi] menjadi [tope]. Responden
bernama Khamid memiliki ketidaktepatan dalam melafalkan fonem vokal [i] belakang. Fonem vokal
[i] belakang yang dilafalkan dengan posisi lidah diangkat dalam ketinggian sepertiga di bawah langit-
langit dan bentuk mulut terbang melebar, namun Khamid melafalkannya dengan posisi lidah diangkat
dalam ketinggian sepertiga di bawah langit-langit sehingga fonem yang dihasilkan adalah fonem [e]
yaitu vokal sedang atas, depan, semi tertutup, tak bundar.
2. Pelafalan kata [pintu]
Kata [pintu] yang dilafalkan oleh 7 responden terdapat ketidak tepatan pelafalan pada 4
responden yaitu responden yang bernama Fransisca, Nayla Putri, Nayla Annajwa, dan Rizqi. 1
responden bernama Khamid melafalkannya dengan tepat yaitu [pintu]. Semantara itu, 2 responden
bernama Nadhin dan Diaz tidak mengeluarkan bunyi apapun saat melafalkan kata [pintu].
Responden bernama Fransisca dan Naila Putri melafalkan kata [pintu] menjadi [itu]. Dari
pelafalannya dapat dilihat ada pelesapan bunyi konsonan [p] akhir dan konsonan [n] tengah.
Konsonan [p] akhir yang merupakan konsonan bilabial, hambat, tak bersuara tidak dilafalkan oleh
Fransisca dan Naila Putri sehingga bunyi konsonan [p] terjadi pelesapan. Pelesapan lain terjadi pada
fonem konsonan [n] tengah, yakni fonem apikoalveolar, nasal. Fransisca dan Naila Putri tidak dapat
melafalkan fonem konsonan [n] tengah.
Responden lain yang tidak tepat saat melafalkan kata [pintu] yaitu naila Putri. Anajwa dan Rizqi.
Pada pelafalan mereka terdapat pelesapan dan perubahan bunyi konsonan. Nayla Annajwa
mengamali perubahan bunyi konsonan saat melafalkan fonem konsonan [n] tengah. Fonem [n]
konsonan apikoalveolar, nasal dilafalkan menjadi fonem [h] konsonan laringal, geseran, bersuara.
Sementara itu, pelesapan terjadi pada fonem konsonan [n] saat dilafalkan Rizqi. Fonem [n] konsonan
apikoalveolar, nasal tidak dilafalkan oleh Rizqi sehingg terjadi pelesapan.
3. Pelafalan kata [makan]
Kata [makan] yang dilafalkan oleh 7 responden, 5 di antaranya mengalami pelesapan dalam
melafalkan fonem konsonan [k] tengah dan konsonan [n] belakang pelafalan fonem terjadi,
sedangkan 2 responden yang bernama Nadhin dan Diaz tidak dapat melafalkan kata [makan].
Dari 5 responden tersebut, 3 responden yaitu Fransisca,Naila Putri, dan Nayla Annajwa
melafalkannya dengan bentuk [ma an]. Pelafalan 3 responden tersebut mengalami pelesapan saat
melafalkan fonem konsonan [k] tengah. Konsonan dosrsovelar, hambat, tak bersuara tidak dapat
dilafalkan oleh Fransisca, Naila Putri, dan Nayla Annajwa sehingga terjadi pelesapan pada fonem
kosonan [k] tengah.
Pelesapan juga terjadi pada fonem konsonan [n] saat dilafalkan oleh 2 responden yang bernama
Rizqi dan Khamid. Kedua responden tersebut tidak dapat melafalkan konsonan apikoalveolar, nasal,
sehingga terjadi pelesapan fonem konsonan [n].
4. Pelafalan kata [mandi]
Dari 7 responden yang melafalkan kata [mandi], 5 di antaranya dapat melafalkannya, namun 2
responden bernama Nadhin dan Diaz tidak dapat melafalkannya. Bunyi kata [mandi] tidak keluar dari
mulutnya.
Sementara itu, pelafalan kata [mandi] mengalami perubahan dan pelesapan saat dilafalkan 5
responden lainnya. Perubahan terjadi pada pelafalan fonem [m] awal dan fonem [d] tengah,
sedangkan pelesapan terjadi pada pelafalan fonem konsonan [n] tengah, [d] tengah dan fonem vokal
[i] belakang.

6
JGI: JURNAL GURU INDONESIA
20xx, x(y), hlm. xx - xx
https://jurnal.ppjb-sip.org/index.php/jgi/index
E-ISSN: XXXX-XXXX | DOI:

Perubahan fonem [m] konsonan bilabial, nasal terjadi saat dilafalkan oleh responden yang
bernama Naila Putri. Naila Putri melafalkan kata [mandi] menjadi [pahi]. Fonem [m] konsonan
bilabial, nasal dilafalkan Naila Putri menjadi menjadi fonem [p] konsonan bilabial, hambat, tak
bersuara. Perubahan fonem selanjutnya yakni fonem [d] konsonan apikoalveolar, hambat, bersuara
terjadi saat dilafalkan responden bernama Fransisca. Fransisca melafalkan kata [mandi] menjadi
[mahi], pada silabel dua yakni [di], Fransisca melafalkan fonem konsonan [d] menjadi fonem [h]
konsonan laringal, geseran, bersuara.
Kemudian pelesapan fonem [n] konsonan apikoalveolar, nasal, terjadi saat dilafalkan oleh 5
responden yaitu Fransisca, Naila Putri, Nayla Annajwa, Rizqi, dan Khamid. Selain terjadi pelesapan
fonem konsonan [n], responden yang bernama Khamid juga mengalami pelesapan saat melafalkan
[d] apikoalveolar, hambat, bersuara dan pelesapan [d] konsonan apikoalveolar, hambat, dan
pelesapan fonem [i] vokal, tinggi, tak bundar, sehingga yang seharusnya dilafalkan kata [mandi],
namun Khamid melafalkannya menjadi [ma].
5. Pelafalan kata [siang]
Pelafalan kata [siang] yang dilafalkan 7 responden, 3 di antaranya mengalami pelesapan dan
perubahan fonem, sedangkan 4 responden lainnya yakni yang bernama Fransisca, Khamid, Nadhin,
dan Diaz tidak dapat melafalkan kata [siang]. Saat peneliti menunjukkan gambar yang di dalamnya
juga disertai tulisan sian kepada responden bernama Fransisca, Khamid, Nadhin, dan Diaz tidak,
bunyi [siang] tidak keluar dari mulutnya.
Sementara itu, responden bernama Rizqi melafalkan kata [siaƞ] menjadi [iña]. Dari pelafalannya,
terdapat pelesapan pada fonem [s] konsonan laminoalveolar, geseran, bersuara, pelesapan fonem
[ƞ] konsonan dorsovelar, nasal, dan perubahan pada fonem [a] vokal depan, rendah, tak bundar
menjadi fonem [ñ] konsonan laminopalatal, nasal.
Responden bernama Nayla Annajwa mengalami pelesapan fonem [ƞ] konsonan dorsovelar, nasal.
Nayla Annajwa melafalkan kata [siaƞ] menjadi [sia]. Pelesapan juga terjadi pada responden bernama
Naila Putri. Naila Putri melafalkan kata [siaƞ] menjadi [sa]. Dari pelafalan Naila Putri yakni [sa] ada
pelesapan fonem [i] depan, tinggi, tak bundar, dan pelesapan pada fonem [ƞ] konsonan dorsovelar,
nasal.
6. Pelafalan kata [malam]
Kata [malam] yang dilafalkan oleh 7 responden, 3 responden bernama Nayla Annjawa, Rizqi, dan
Khamid melafalkannya dengan tepat yaitu [malam], 2 responden bernama Fransisca dan Naila Putri
mengalami ketidaktepatan dalam melafalkan. 2 responden lain yakni Nadhin dan Diaz tidak dapat
melafalkan kata [malam].
Responden bernama Fransisca mengalami pelesapan pada fonem akhir [m] konsonan bilabial,
nasal, ia melafalkan kata [malam] menjadi [mala]. Sementara itu, responden bernama Naila putri
mengalami perubahan saat melafalkan fonem [a] vokal depan, rendah, tak bundar pada silabel
kedua. Naila melafalkan kata [malam] menjadi [malǝm].
7. Pelafalan kata [padai]
7 rensponden yang melafalkan kata [pandai], 5 di antaranya dapat melafalkannya namun dengan
tepat. 2 responden lainnya yakni Nadhin dan Diaz tidak dapat melafalkan kata [mandi]. Saat
ditunjukkan gambar dan tulisan [pandai], mereka tidak mengeluarkan bunyi apapun dari mulutnya.
Responden yang tidak tepat melafalkan kata [pandai] yang pertama yaitu Fransisca, ia
melafalkannya menjadi [padai]. Dari pelafalannya, terdapat pelesapan fonem [n] konsonan
apikoalveolar, nasal. Responden kedua yaitu Naila Putri, ia melafalkan kata [pandai] menjadi [palaja].
Dari hasil pelafalan Fansisca terdapat pelesapan fonem [n] konsonan apikoalveolar, nasal. Selain itu,
terjadi penambahan satu silabel yaitu [la] di tengah. Jadi, kata [pandai] tersusun dari dua silabel [pan]
dan [dai], fransisca melafalkannya menjadi 3 silabel yaitu [pa], [la], dan [ja].

JURNAL GURU INDONESIA | Vol: X No: X Tahun 20XX


(Nama Penulis Korespondensi)

Responden ketiga yang tidak tepat melafalkan kata [pandai] yaitu Nayla Annajwa. Naila Annajwa
melafalkannya menjadi [pada]. Pelafalan kata [pandai] pada nayla Annajwa mengalami pelesapan
fonem [n] konsonan apikoalveolar, nasal, dan pelesapan fonem [i] vokal depan, tinggi, tak bundar.
Responden keempat yang tidak tepat melafalkan kata [pandai] yaitu Rizqi. Rizqi melafalkan kata
[pandai] menjadi [paka]. Pada silabel pertama yaitu [pan] terdapat pelesapan fonem [n] konsonan
apikoalveolar, nasal. Pada silabel kedua yaitu [dai] terjadi perubahan pelafalan fonem [d] konsonan
apikoalveolar, hambat, bersuara, menjadi fonem [k] konsonan dorsovelar, hambat, tak bersuara.
Selain itu, terjadi pelesapan fonem [i] vokal depan, tinggi tak bersuara.
Responden kelima yang tidak tepat saat melafalkan kata pandai yaitu Khamid. Khamid melafalkan
kata [pandai] menjadi [pai]. Pada silabel pertama yakni [pan] terjadi pelesapan fonem [n] konsonan
apikoalveolar, nasal. Kemudian saat melafalkan silabel kedua yakni [dai], Khamid mengalami
pelesapan [d] konsonan apikoalveolar, hambat, bersuara, dan pelesapan fonem [i] vokal depan,
tinggi, tak bundar.
8. Pelafalan kata [malas]
Kata [malas] yang dilafalkan oleh 7 responden, 2 di antaranya yaitu responden yang bernama
Naila Putrid an Nayla Annajwa dapat melafalkannya dengan tepat. 3 responden bernama Fransisca,
Rizqi, dan Khamid mengalami ketidaktepatan dalam melafalkan. 2 responden bernama Nadhin dan
Diaz tidak dapat melafalkan kata [malas], saat dipancing untuk melafalkannya, tidak ada bunyi yang
dikeluarkan dari mulutnya.
Responden pertama yang tidak tepat saat melafalkan kata [malas] yaitu Fransisca, ia
melafalkannya menjadi [mala]. Pada silabel kedua yaitu [las] mengalami pelesapan pada fonem [s]
konsonan laminoalveolar, geseran, tak bersuara.
Reponden kedua yang mengalami ketidaktepatan saat melafalkan kata [malas] yaitu Rizqi. Rizqi
melafalkan kata [malas] mejadi [malah]. Pada silabel kedua yakni [las] terjadi perubahan pada fonem
[s] laminoalveolar, geseran, tak bersuara menjadi fonem [h] konsonan laringal, geseran, bersuara.
Kemudian responden ketiga yang tidak tepat saat melafalkan kata [malas] yaitu Khamid. Kata
[makan] dilafalkannya menjadi [maka]. Pada silabel kedua yakni [las] ada perubahan fonem [l]
apikoalveolar sampingan menjadi [k] konsonan dorsovelar, hambat, tak bersuara. Selain itu ada
pelesapan fonem [s] laminoalveolar, geseran, tak bersuara.
9. Pelafalan kata [ikan]
Responden yang dapat melafalkan kata [ikan] dengan tepat yaitu Khamid. 4 responden tidak
dapat melafalkan kata [ikan] dengan tepat yaitu fransisca, Naila Putri, Nayla Annajwa, dan Rizqi.
Sementara itu, 2 responden bernama Nadhin dan Diaz tidak dapat melafalkan kata [ikan], karena saat
dipancing utnuk melafalkannya, Nadhin dan Diaz tidak mengeluarkan bunyi apapun dari mulutnya.
Responden yang tidak dapat melafalkan kata [ikan] dengan tepat yang pertama yaitu Fransisca.
Fransisca melafalkan kata [ikan] menjadi [ia]. Pada silabel kedua yakni [kan] terdapat pelesapan pada
fonem [k] konsonan dorsovelar, hambat, tak bersuara. Selain itu, juga terdapat pelesapan pada
konsonan [n] apikoalveolar, nasal.
Responden kedua yang tidak tepat melafalkan kata [ikan] yaitu Naila Putri. Naila Putri
melafalkannya menjadi [lal]. Kata [ikan] yang terdir dari dua silabel yaitu [i] dan [kan] dilafalkan oleh
Naila Putri menjadi satu silabel. Silabel pertama [i] tidak dilafalkan oleh Naila Putri sehingga terjadi
pelesapan pada fonem [i] vokal depan, tinggi, tak bundar. Kemudian silabel kedua terjadi perubahan
pelafalan fonem [k] konsonan dorsovelar hambat tak bersuara menjadi fonem [l] apikoalveolar,
sampingan.
Responden ketiga yang tidak tepat saat melafalkan kata [ikan] yaitu Naila Annajwa, ia
melafalkannya menjadi [ian]. Pada silabel kedua yaitu [kan] terjadi pelesapan saat melafalkan fonem
[k] konsonan dorsovelar, hambat, hambat, tak bersuara.
Responden terakhir yang tidak tepat saat melafalkan kata [ikan] yaitu Rizqi. Rizqi melafalkan kata
[ikan] menjadi [ika]. Ada pelesapan pada silabel kedua, yakni saat melafalkan fonem [n]
apikoalveolar, nasal.

8
JGI: JURNAL GURU INDONESIA
20xx, x(y), hlm. xx - xx
https://jurnal.ppjb-sip.org/index.php/jgi/index
E-ISSN: XXXX-XXXX | DOI:

10. Pelafalan kata [burUƞ]


Responden yang dapat pelafalkan kata [burUƞ] yaitu Khamid. 4 Responden dapat melafalkannya,
namun tidak tepat yaitu Fransisca, Naila Putri, Nayla Annajwa, dan Rizqi. Sementara itu, 2 responden
benama Nadhin dan Diaz tidak dapat melafalkan kata [burUƞ]. Saat ditunjukkan gambar dan tulisan
burung, Nadhin dan Diaz tidak mengeluarkan bunyi apapun dari mulutnya.
Responden yang tidak tepat melafalkan kata [burUƞ] yang pertama yaitu Fransisca, ia
melafalkannya menjadi [pulu]. Pada silabel pertama yakni [bu] terdapat perubahan fonem yang
seharusnya [b] konsonan bilabial, hambat, bersuara, Fransisca melafalkannya menjadi fonem [p]
konsonan bilabial, hambat, tak bersuara. Kemudian pada silabel kedua terdapat perubahan fonem [r]
konsonan apikoalveolar, getar menjadi [l] apikoalveolar, sampingan. Selain itu, terjadi pelesapan
fonem [ƞ].
Responden kedua yang tidak tepat melafalkan kata [burUƞ] yaitu Naila Putri. Ia melafalkan kata
[burUƞ] menjadi [bulu]. Pada silabel kedua terdapat perubahan fonem [r] konsonan apikoalveolar,
getar, menjadi [l] konsonan apikoalveolar, sampingan. Selain itu, Naila Putri mengalami pelesapan
saat melafalkan fonem [ƞ].
Responden ketiga yang tidak tepat melafalkan kata [burUƞ] yang yaitu Naila Annajwa. Nayla
Annajwa melafalkan kata [burUƞ] menjadi [bu u]. Saat melafalkan silabel kedua, terjadi pelesapan
pada fonem [r] apikoalveolar, getar, dan pelesapan fonem [ƞ] konsonen dorsovelar, nasal.
Responden terakhir tidak tepat melafalkan kata [burUƞ] yang yaitu Rizqi. Kata [burUƞ] dilafalkan
Rizqi menjadi [buwUƞ]. Pada silabel kedua terdapat perubahan fonem [r] konsonan apikoalveolar,
getar, menjadi fonem [w] konsonan bilabial, semi vokal.
11. Pelafalan kata [mata]
Kata [mata] dapat dilafalkan dengan tepat oleh 5 responden bernama Fransisca, Naila Putri, Nayla
Annajwa, Rizqi, dan Khamid. Sementara itu, 2 responden bernama Nadhin dan Diaz tidak dapat
melafalkan kata [mata]. Saat dipancing dengan menunjukkan gambar dan tulisan mata, mereka
mengeluarkan bunyi apapun dari mulutnya.
12. Pelafalan kata [hidUƞ]
Kata [hidUƞ] dapat dilafalkan oleh 5 responden, namun pelafalannya tidak tepat. Responden yang
dapat melafalkannya yaitu Fransisca, Naila Putri, Nayla Annajwa, rizqi, dan Khamid. Sementara 2
responden lainnya yakni Nadhin dan Diaz tidak dapat melafalkan kata [hidUƞ].
Ketidaktepatan pelafalan kata [hidUƞ] oleh responden pertama yakni Fransisca. Ia melafalkan kata
[hidUƞ] menjadi [iu]. Silabel pertam ayang seharusnya [hi] mengalami pelesapan pada fonem [h]
konsonan laringal, geseran, bersuara. Kemudian saat melafakan silabel kedua yakni [dUƞ] mengalami
pelesapan fonem [d] konsonan apikoalveolar, hambat, bersuara, dan pelesapan fonem [ƞ] konsonan
dorsovelar, nasal.
Selanjutnya, responden bernama Naila Putri, Nayla Annajwa, dan Rizqi mengalami pelesapan saat
melafalkan silabel kedua yakni [dUƞ]. Mereka melafalkannya menjadi [du]. Jadi, terdapat pelesapan
pada fonem konsonan dorsovelar, nasal.
Responden terakhir yang tidak tepat melafalkan kata [hidUƞ] yaitu Khamid. Kata [hidUƞ]
dilafalkannya menjadi [idUƞ]. Saat melafalkan silabel pertama yakni [hi], Khamid mengalami
pelesapan fonem [h] konsonan laringal, geseran, bersuara.
13. Pelafalan kata [taƞan]
Kata [taƞan] dapat dilafalkan dengan tepat oleh 1 responden bernama Naila Putri. 4 responden
dapat melafalkan responden namun tidak tepat yakni responden bernama Fransisca, Nayla Annajwa,
Rizqi dan Khamid. Sementara itu, 2 responden bernama Nadhin dan Diaz saat ditunjukkan gambar
dan tulisan tangan, mereka berdua tidak mengeluarkan bunyi apapun dari mulutnya.

JURNAL GURU INDONESIA | Vol: X No: X Tahun 20XX


(Nama Penulis Korespondensi)

Ketidaktepatan pelafalan kata [taƞan] mengalami pelesapan saat melafalkan silabel kedua yaitu
[ƞan]. Responden bernama Rizqi dan Khamid melafalkannya menjadi [ƞa]. Pelesapan terjadi pada
fonem [n] konsonan apikoalveolar, nasal.
Sementara itu, ketidak tepatan pelafalan kata [taƞan] oleh responden bernama Fransisca karena
ia melafalkannya menjadi [aa]. Saat melafalkan kedua silabel yakni [ta] dan [ƞan] mengalami
pelesapan. Silabel pertama terjadi pelesapan pada fonem [t] konsonan apikoalveolar, hambat, tak
bersuara. Lalu pelesapan pada silabel kedua yaitu fonem [ƞ] konsonan dorsovelar, nasal, dan fonem
[n] konsonan apikoalveolar, nasal.
Responden terakhir yang tidak tepat saat melafalkan kata kata [taƞan] yaitu Nayla Annajwa. Kata
[taƞan] dilafalkannya menjadi [taan]. Saat melafalkan silabel kedua yakni [ƞan] terjadi pelesapan [ƞ]
konsonan dorsovelar, nasal.
14. Pelafalan kata [kaki]
Dari 7 responden, yang dapat melafalkan kata [kaki] sebanyak 5 responden. Responden yang
dapat melafalkan kata [kaki] dengan tepat ada 2, yaitu responden yang bernama Rizqi dan Khamid. 3
responden yang bernama Fransisca, Naila Putri, dan Nayla Annajwa dapat melafalkannya namun
tidak tepat. Sementara itu, 2 responden yang tidak dapat melafalkan kata [kaki] yaitu Nadhin dan
Diaz.
Responden yang bernama Fransisca dan Nayla Annajwa tidak dapat melafalkan kata [kaki] dengan
tepat yaitu Fransisca. Mereka melafalkan kata [kaki] menjadi [a i]. Berdasarkan pelafalannya,
Fransisca dan Nayla Annajwa mengalami pelesapan fonem [k] konsonan dorsovelar, hambat, tak
bersuara pada silabel pertama dan kedua. Sementara itu, responden bernama Naila Putri melafalkan
kata [kaki] menjadi [ka i]. Dari pelafalannya, maka dapat dilihat bahwa Naila Putri mengalami
pelesapan pada silabel kedua yaitu fonem [k] konsonan dorsovelar, hambat, tak bersuara.
15. Pelafalan kata [rambUt]
Kata [rambUt] dapat dilafalkan oleh 5 responden bernama Fransisca, Naila Putri, Nayla Annajwa,
Rizqi, dan Khamid. Responden yang tidak dapat melafalkannya yaitu Nadhin dan Diaz.
Kata [rambUt] dilafalkan oleh responden yang bernama Fransisca menjadi [yampu]. Dari
pelafalannya, terdapat perubahan pada silabel pertama yakni [ram], fonem [r] konsonan
apikoalveolar, getar, namun Farnsisca melafalkannya menjadi [y] konsonan laminopalatal, semivokal.
Kemudian pada silabel kedua yakni [bUt] terdapat perubahan dan pelesapan. Perubahan tersebut
pada fonem [b] konsonan bilabial, hambat, bersuara, sementara pelesapannya terdapat pada fonem
[t] konsonan apikoalveolar, hambat, tak bersuara.
Kemudian kata [rambUt] juga dilafalkan tidak tepat oleh responden bernama Naila Putri. Ia
melafalkannya menjadi [lambUt]. Dari pelafalannya, maka dapat dilihat bahwa ada perubahan pada
silabel pertama dan kedua. Pada silabel pertama yakni [ram] terdapat perubahan fonem [r] konsonan
apikoalveolar, getar, menjadi [l] konsonan apikoalveolar, sampingan.
Responden ketiga yang melafalkan kata [rambUt] tidak tepat yaitu Nayla Annajwa. Kata [rambUt]
dilafalkannya menjadi [lambu]. Dari pelafalannya menunjukkan adanya perubahan fonem pada
silabel pertama dan ada pelesapan pada silabel kedua. Silabel pertama yakni [ram], fonem [r]
apikoalveolar, getar yang seharusnya dilafalkan, namun Nayla Annajwa melafalkannya menjadi
fonem [l] apikoalveolar, sampingan. Kemudian pada silabel kedua terdapat pelesapan fonem
terakhir, yaitu fonem [t] konsonan apikoalveolar, hambat, tak bersuara.
Responden bernama Rizi juga tidak tepat melafalkan kata [ramBut]. Ia melafalkannya menjadi
[lambat]. Pelafalan kata [rambUt] oleh Rizqi menunjukkan adanya perubahan fonem pada silabel
pertam adan kedua. Silabel pertama terdapat perubahan fonem [r] konsonan apikoalveolar, getar,
menjadi [l] konsonan apikoalveolar, sampingan.
Responden terakhir yang dapat melafalkan kata [ramBut] namun tidak tepat yaitu Khamid. Ia
melafalkannya menjadi [ambu]. Dari pelafalan Khamid menunjukkan adanya pelesapan pada silabel
pertama dan kedua. Silabel pertama terdapat pelesapan fonem [r] apikoalveolar, getar, sdangkan
silabel kedua terdapat pelesapan fonem [t] apikoalveolar, hambat, tak bersuara.

10
JGI: JURNAL GURU INDONESIA
20xx, x(y), hlm. xx - xx
https://jurnal.ppjb-sip.org/index.php/jgi/index
E-ISSN: XXXX-XXXX | DOI:

16. Pelafalan kata [mulUt]


Kata [muLut] dapat dilafalkan oleh 1 responden yang bernama Rizqi. 4 responden lagi dapat
melafalkannya, namun tidak tepat yaitu Farnsisca, Naila Putri, Nayla Annajwa, dan Khamid.
Kata [mulUt] dilafalkan tidak tepat oleh responden bernama Fransisca karena ia melafalkannya
menjadi [pulu]. Dari pelafalannya pada silabel pertama terdapat perubahan fonem [m] bilabial, nasal,
menjadi [p] konsonan bilabial, hambat, tak bersuara, sementara pada silabel kedua mengalami
pelesapan pada fonem [t] konsonan apikoalveolar, hambat, tak bersuara.
Responden bernama Naila Putri melafalkan kata [mulUt] menjadi [mbulUt]. Berdasarkan
pelafalannya, dapat dilihat pada silabel pertama terdapat penambahan fonem [b] konsonan bilabial,
hambat, bersuara.
Berbeda dengan Fransisca dan naila Putri, responden bernama Nayla Annjwa melafalkannya
menjadi [pulUt]. Pada silabel pertama terdapat perubahan fonem [m] konsonan bilabial nasal,
menjadi fonem [p] konsonan bilabial, hambat, tak bersuara.
Sementara itu, responden bernama Khamid melafalkan kata [mulUt] menjadi [muku].
Pelafalannya menunjukkan adanya perubahan dan pelesapan pada silabel kedua. Perubahan terjadi
pada fonem [l] konsonan apikoalveolar, sampingan, menjadi [k] konsonan dorsovelar, hambat, tak
bersuara, sedangkan pelesapannya terdapat pada fonem [t] konsonan apikoalveolar, gambit, tak
bersuara.
17. Pelafalan kata [bapa?]
Kata [bapa?] mampu dilafalkan dengan tepat oleh 3 responden bernama Naila Putri, Rizqi, dan
Khamid. 2 responden bernama Fransisca dan Nayla Annajwa juga mampu melafalkannya namun
tidak tepat. Sementara itu, 2 responden bernama Nadhin dan Diaz tidak dapat melafalkannya.
Responden yang dapat melafalkannya namun tidak tepat, mereka ada yang mengalami perubahan
fonem dan pelesapan fonem. Responden bernama Franssisca contohnya, berdasarkan pelafalannya
yakni [papa], terdapat perubahan fonem [b] konsonen bilabial, hambat, bersuara, menjadi fonem [p]
konsonan bilabial, hambat, tak bersuara. Selain itu, terdapat pelesapan pada silabel kedua yakni
fonem [?] konsonan glottal, hambat.
Perubahan fonem jug aterjadi pada Nayla Annajwa. Ia melafalkan kata [bapa?] menjadi [bapah].
Perubahan fonem terjadi pada silabel kedua, yaitu fonem [?] konsonan, glottal, hambat, menjadi
fonem [h] konsonan laringal, geseran, bersuara.
18. Pelafalan kata [ibu]
Kata [ibu] dilafalkan dengan tepat oleh 3 responden yang bernama Naila Putri, Nayla Annajwa,
dan Rizqi. 2 responden lain juga dapat melafalkannya namun tidak tepat, yakni fransisca dan Khamid.
Sementra itu, responden bernama Nadhin dan Khamid tidak dapat melafalkannya.
Responden yang melafalkan kata [ibu] namun tidak tepat, mereka mengalami perubahan dan
penambahan fonem. Responden yang mengalami perubahan fonem yaitu Fransisca. Fransisca
melafalkan kata [ibu] menjadi [ipu]. Pada silabel kedua yakni [bu], fonem [b] konsonan bilabial,
hambat, bersuara, ia melafalkannya menjadi [p] konsonan bilabial, hambat, tak bersuara. Sementara
itu, penambahan fonem dilakukan oleh responden bernama Khamid. Khamid melafalkan kata [ibu]
menjadi [kibu]. Penambahan fonem terdapat pada silabel pertama. Khamid melafalkannya dengan
menambah fonem [k] konsonan dorsovelar, hambat, tak bersuara.
19. Pelafalan kata [kakɛ?]
Responden yang dapat melafalkan kata [kakɛ?] dengan tepat ada 2, yaitu Rizqi dan Khamid. 3
responden lain yang dapat melafalkan kata [kakɛ?] namun tidak tepat yaitu Fransisca, Naila Putri, dan
Nayla Annajwa. Adapun 2 responden yang tidak dapat melafalkan [kakɛ?] bernama Nadhin dan Diaz.
3 responden yang tidak tepat melafalkan kata [kakɛ?] dengan tepat, mereka mengalami
perubahan dan pelesapan pada silabel pertama dan kedua. Perubahan fonem dapat dilihat dari

JURNAL GURU INDONESIA | Vol: X No: X Tahun 20XX


(Nama Penulis Korespondensi)

pelafalan responden bernama Fransisca, ia melafalkan kata [kakɛ?] menjadi [lalɛh]. Pada silabel
pertama, terdapat perubahan fonem [k] konsonan dorsovelar, hambat, tak bersuara, menjadi fonem
[l] konsonan apikoalveolar, sampingan. Sedangkan pada silabel kedua, selain terdapat perubahan
fonem [k] konsonan dorsovelar, hambat, tak bersuara, juga terdapat perubahan fonem [?] konsonan
glottal, hambat, menjadi fonem [h] konsonan laringal, geseran, bersuara.
Perubahan dan pelesapan fonem juga terjadi pada responden bernama Nayla Annajwa, karena
kata [kakɛ?] ia lafalkan menjadi [a ǝ]. Dari pelafalannya, terdapat pelesapan fonem [k] konsonan
dorsovelar, hambat, tak bersuara pada silabel pertama dan kedua. Selain itu, pada silabel kedua juga
terdapat perubahan fonem [?] glottal, hambat, dan perubahan fonem [ɛ] vokal depan, sedang, atas,
tak bundar, menjadi fonem [ǝ] vokal tengah, sedang, tak bundar.
Berbeda dengan Fransisca dan Nayla Annajwa, responden bernama Naila Putri hanya mengalami
pelesapan fonem, karena kata [kakɛ?] ia lafalkan menjadi [ka e]. Naila Putri mengalami pelesapan
pada silabel kedua, yakni pelesapan pada fonem [k] konsonan dorsovelar, hambat, tak bersuara, dan
fonem [?] glottal, hambat.
20. Pelafalan kata [nenɛ?]
Kata [nenɛ?] dilafalkan dengan tepat oleh 2 rsponden bernama Naila Putri dan Nayla Annajwa. 3
responden lain juga dapat melafalkannya namun tidak tepat, yakni responden yang bernama
Fransisca, Rizqi, dan Khamid. 2 responden tidak dapat melafalkannya yakni responden yang bernama
Nadhin dan Khamid.
Responden yang melafakan kata [nenɛ?] tidak tepat, mereka mengalami perubahan fonem dan
pelesapan fonem. Responden bernama Fransisca contohnya, ia mengalami perubahan fonem.
Fransisca melafalkan kata [nenɛ?] menjadi [nenɛh]. Pada silabel kedua, Fransisca mengalami
perubahan fonem [?] konsonan glottal, hambat, menjadi fonem [h] konsonan laringal, geseran,
bersuara. Lain halnya dengan responden bernama Khamid, ia mengalami perubahan pada silabel
pertama dan kedua. Kata [nenɛ?] Khamid lafalkan menjadi [kekɛ?]. Fonem [n] konsonan
apikoalveolar, nasal, dilafalkan menjadi fonem [k] konsonan dorsovelar, hambat, tak bersuara.
Perbeda dengan Fransisca dan Khamid, responden bernama Rizqi tidak hanya mengalami
perubahan fonem, namun ia juga mengalami pelesapan fonem. Kata [nenɛ?] ia lafalkan menjadi [ǝ ǝ].
Pada silabel pertama dan kedua, Rizqi mengalami pelesapan fonem [n] konsonan apikoalveolar,
nasal, dan perubahan fonem [e] vokal depan, sedang, atas, tak bundar, menjadi fonem [ǝ] vokal
tengah, sedang, tak bundar. Selain itu, pada silabel kedua juga mengalami pelesapan [?] konsonan
glottal, hambat.
21. Pelafalan kata [tidUr]
Kata [tidUr] dapat dilafalkan oleh 5 responden yaitu Fransisca, Naila Putri, Nayla Annajwa, Rizqi,
dan Khamid. 2 responden bernama Nadhin dan Diaz tidak dapat melafalkannya, saat ditunjukkan
gambar beserta tulisan tidur, tidak ada bunyi apapun yang keluar dari mulutnya.
5 responden yang melafalkan kata [tidUr] namun tidak tepat, 3 di antaranya yaitu Naila Putri,
Nayla Annajwa, dan Rizqi, mereka melafalkan kata [tidUr] menjadi [tidu]. Pelafalan mereka
mengalami pelesan pada silabel kedua, yaitu pelesapan fonem [r] konsonan apikoalveolar, getar.
Berbeda dengan mereka bertiga, responden bernama Khamid mengalami perubahan dan pelesapan
pada silabel kedua. Silabel kedua yang seharusnya dilafalkan [dUr], Khamid melafalkannya menjadi
[bu]. Fonem [d] konsonan apikoalveolar, hambat, bersuara. Selain itu, terdapat pelesapan pada
fonem [r] konsonan apikoalveolar, getar.
Kemudian responden bernama Fransisca, ia mengalami pelesapan pada silabel pertam adan
kedua. Kata [tidUr] ia melafalkannya menjadi [i u]. Pada silabel pertama, terdapat pelesapan fonem
[t] konsonan apikoalveolar, hambat, tak bersuara, sedangkan pada silabel kedua, terdapat pelesapan
fonem [d] konsonan apikoalveolar, hambat, bersuara, dan pelesapan fonem [r] konsonan
apikoalveolar, getar.
22. Pelafalan kata [baƞUn]

12
JGI: JURNAL GURU INDONESIA
20xx, x(y), hlm. xx - xx
https://jurnal.ppjb-sip.org/index.php/jgi/index
E-ISSN: XXXX-XXXX | DOI:

Responden yang dapat melafalkan kata [baƞUn] yaitu Fransisca, Naila Putri, Nayla Annajwa, Rizqi,
dan Khamid, sedangkan responden yang tidak dapat melafalkannya yaitu Nadhin dan Diaz.
Responden bernama Fransisca, ia melafalkan kata [baƞUn] menjadi [ba u]. Fransisca mengalami
pelesanan pada silabel kedua, yaitu fonem [ƞ] konsonan dorsovelar, nasal, dan pelesapan fonem [n]
konsonan apikoalveolar, nasal.
Berbeda dengan Fransisca, responden bernama Nayla Annajwa hanya mengalami pelesapan pada
fonem [ƞ] konsonan dorsovelar, nasal. Jadi, kata yang seharusnya [baƞUn], ia melafalkannya menjadi
[ba un]. Kemudian Responden bernama Khamid, selain mengalami pelesapan fonem [ƞ] konsonan
dorsovelar, nasal, Khamid jug amengalami penambahan fonem pada silabel kedua, yakni
penambahan fonem [ǝ] vokal tengah, sedang, tak bundar, setelah fonem [u] vokal belakang, atas,
bundar.
Sementara itu, responden bernama Naila Putrid an Rizqi mengalami pelesapan pada fonem yang
sama, yaitu fonem [ƞ] konsonan dorsovelar, nasal. mereka melafalkan kata [baƞUn] menjadi [baƞu].
23. Pelafalan [gayUh]
Dari 7 responden, yang dapat melafalkan kata [gayUh] dengan tepat hanya 1 responden, yaitu
Naila Putri. 4 responden lain dapat melafalkannya namun mengalami pelesapan. Adapun responden
yang tidak dapat melafalkan kata [gayUh] yaitu Nadhin dan Diaz.
Responden yang mengalami pelesapan contohnya Fransisca dan Khamid. Kata [gayUh] mereka
melafalkannya menjadi [a u]. Farnsisca dan Khamid melesapkan fonem [g] konsonan dorsovelar,
hambat, bersuara, pelesapan fonem [y] konsonan laminopalatal, semivokal, dan pelesapan fonem [h]
konsonan laringal, geseran, bersuara.
Selanjutnya responden bernama Rizqi, hanya mengalami pelesapan pada fonem [h] konsonan
laringal, geseran, bersuara. Jadi, kata yang seharusnya dilafalkan adalah [gayUh], Rizqi melafalkannya
menjadi [gayu]. Lain halnya dengan Nayla Annajwa, selain mengalami pelesapan pada fonem [h]
konsonan konsonan laringal, geseran, bersuara. Nayla Annajwa juga mengalami pelesapan pada
fonem [g] konsonan dorsovelar, hambat, bersuara. Jadi, kata yang seharusnya [gayUh], Nayla
Annajwa melafalkannya menjadi [ayu].
24. Pelafalan kata [dor⸧ƞ]
Kata [dor⸧ƞ] tidak dapat dilafalkan oleh 2 responden yang bernama Nadhin dan Diaz. 5
responden lainnya dapat melafalkannya, yaitu responden yang bernama Fransisca, Naila Putri, Nayla
Annajwa, Rizqi, dan Khamid.
Meskipun dapat melafalkannya, mereka ad ayang mengalami pelesapan dan perubahan fonem.
Responden bernama Naila Putri contohnya, kata [dor⸧ƞ] ia lafalkan menjadi [do lo]. Naila Putri
melesapkan fonem [r] apikoalveolar, getar, dan pelesanan [ƞ] konsonan dorsovelar, nasal, sedangkan
perubahan fonemnya terdapat pada silabel kedua yaitu fonem yang seharusnya [r] konsonan
apikoalveolar, berganti menjadi fonem [l] konsonan apikoalveolar, sampingan.
Responden bernam Fransisca berbeda dengan Naila Putri, ia mengalami pelesapan fonem lebih
banyak. Kata yang seharusnya [dor⸧ƞ], ia lafalkan menjadi [o o]. Fransisca mengalami pelesapan
pada fonem [d] konsonan apikoalveolar, hambat bersuara, pelesapan fonem [r] konsonan
apikoalveolar, getar, dan pelesapan fonem [ƞ] konsonan dorsovelar, nasal.
Sementara itu, 3 responden bernama Nayla Annajwa, Rizqi, dan Khamid melafalkan kata [dor⸧ƞ]
menjadi [do o]. Pada pelafalan mereka mengalami pelesapan fonem [r] konsonan apikoalveolar,
getar, dan fonem [ƞ] konsonan dorsovelar, nasal.
25. Pelafalan kata [vanila]
7 responden yang dapat melafalkan kata [vanila] dengan tepat hanya 1 responden yaitu Naila
Putri. 4 responden lain jg dapat melafalkannya, namun ada yang mengalami pelesapan dan
perubahan fonem. 2 responden yang tidak dapat melafalkan kata [vanila] yaitu Nadhin dan Diaz.

JURNAL GURU INDONESIA | Vol: X No: X Tahun 20XX


(Nama Penulis Korespondensi)

Responden yang dapat melafalkan kata [vanila] namun tidak tepat, yang pertama yaitu Fransisca.
Fransisca melafalkan kata [vanila] menjadi [a a la]. Pada silabel pertama, terdapat pelesapan fonem
[v] konsonan labiodental, geseran, tak bersuara. Pada silabel kedua, terdapat pelesapan fonem [n]
konsonan apikoalveolar, nasal, dan perubahan fonem [i] vokal depan, tinggi, tak bundar.
Selanjutnya, responden bernama Nayla Annajwa, ia melafalkannya menjadi [panila]. Pada silabel
pertama terjadi perubahan fonem, yakni fonem yang seharusnya [v] konsonan labiodental, geseran,
tak bersuara, berubah menjadi fonem [p] konsonan bilabial, hambat, tak bersuara.
Sementara itu, responden bernama Rizqi mengalami pelesapan pada silabel kedua, yakni
pelesapan fonem [n] konsonan apikoalveolar, nasal. Berbeda dengan Rizqi, selain mengalami
pelesapan fonem [n] konsonan apikoalveolar, Khamid jug amengalami pelesapan fonem [v] konsonan
labiodental, geseran, tak bersuara. Jadi, kata yang seharusnya [vanila], namun Khamid melafalkannya
menjadi [a i la]
26. Pelafalan kata [cokǝlat]
7 respoden yang dapat melafalkan kata [cokǝlat] ada 5 yaitu Fransisca, Naila Putri, Nayla Annajwa,
Rizqi, dan Khamid. 2 responden bernama Nadhin dan Diaz, ketika dimint auntuk melafalkan kata
[cokǝlat], tidak ada bunyi apapun yang keluar dari mulutnya.
5 responden dapat melafalkan kata [cokǝlat] namun mereka ada yang mengalami pelesapan dan
perubahan fonem. Responden bernama Fransisca contohnya, ia melafalkan kata [cokǝlat] menjadi [o
la]. Hasil pelafalannya menunjukkan bahwa Fransisca mengalami pelesapan pada silabel pertama,
kedua, dan ketiga. Pelesapan pada silabel pertama yaitu pelesapan pada fonem [c] konsonan
laminopalatal, paduan, tak bersuara. Kemudian pada silabel kedua Fransisca mengalami pelesapan
fonem [k] konsonan dorsovelar, hambat, tak bersuara, dan fonem [o] vokal belakang, sedang,
bundar, sedangkan pada silabel kedua, Farnsisca mengalami pelesapan fonem [l] konsonan
apikoalveolar, sampingan, dan fonem [t] konsonan apikoalveolar, hambat, tak bersuara.
Berbeda dengan Farnsisca, responden lain tidak begitu banyak mengalami pelesapan pada setiap
silabelnya. Responden bernama Khamid mengalami pelesapan pada silabel pertama dan kedua. Kata
[cokǝlat] dilafalkan Khamid menjadi […lat]. Silabel pertama dan kedua tidak dapat Khamid lafalkan.
Jadi, Khamid mengalami pelesapan fonem [c] konsonan laminopalatal, paduan, tak bersuara, fonem
[o] vokal belakang, sedang bundar, fonem [k] konsonan dorsovelar, hambat, tak bersuara, dan fonem
[ǝ] vokal tengah, sedang, tak bundar.
Responden bernama Rizqi juga mengalami pelesapan pada silabel pertama dan kedua, namun
pada silabel pertama ia hanya mengalami pelesapan satu fonem yaitu fonem [c] konsonan
laminopalatal, paduan, tak bersuara. Kemudian pada silabel kedua, Rizqi mengalami pelesapan
fonem [k] konsonan dorsovelar, hambat, tak bersuara, dan fonem [ǝ] vokal tengah, sedang, tak
bundar. Lain halnya dengan Rizqi, responden bernama Nayla Annajwa hanya mengalami pelesapan
fonem [c] konsonan laminopalatal, paduan, tak bersuara, pad asilabel pertama, dan pelesapan fonem
[k] konsonan dorsovelar, hambat, tak bersuara, pada silabel kedua.
27. Pelafalan kata [nasi]
Kata [nasi] dapat dilafalkan oleh 5 responden, 1 di antaranya dapat melafalkannya dengan tepat
yaitu responden yang bernama Naila Putri, sedangkan 4 lainnya melafalkannya tidak tepat yaitu
responden yang bernama Fransisca, Nayla Annajwa, Rizqi, dan Khamid. 2 responden lain yang tidak
dapat mengeluarkan bunyi apapun sat diminta untuk melafalkan kata [nasi], yaitu Nadhin dan Diaz.
Responden bernama Rizqi dan Khamid melafalkan kata [nasi] menjadi [na i]. Mereka berdua
mengalami pelesapan fonem [s] konsonan laminoalveolar, geseran, tak bersuara. Pelesapan fonem
tersebut jug aterjadi pada responden bernama Nayla Annajwa, namun selain pelesapan fonem [s]
konsonan laminoalveolar, geseran, tak bersuara, Nayla Annajwa juga mengalami pelesapan fonem [n]
apikoalveolar, nasal.
Lain halnya dengan responden yang bernama Fransisca, ia tidak mengalami pelesapan melainkan
perubahan fonem pada fonem [n] konsonan apikoalveolar, nasal, menjadi [l] apikoalveolar,
sampingan pada silabel pertama, dan perubahan fonem [s] laminoalveolar, geseran, tak bersuara,

14
JGI: JURNAL GURU INDONESIA
20xx, x(y), hlm. xx - xx
https://jurnal.ppjb-sip.org/index.php/jgi/index
E-ISSN: XXXX-XXXX | DOI:

menjadi fonem [l] apikoalveolar, sampingan, dan perubahan fonem [i] vokal depan, tinggi, tak
bundar, menjadi fonem [a] vokal depan, rendah, tak bundar. Jadi, kata yang seharusnya [nasi], Nayla
Ananjwa melafalkannya menjadi [a i].
28. Pelafalan kata [roti]
Kata [roti] dapat dilafalkan oleh 5 responden yaitu Fransisca, Naila Putri, Nayla Annajwa, Rizqi,
dan Khamid. 2 responden bernama Nadhin dan Diaz tidak dapat melafalkannya, karena saat
dipancing untuk melafalakan kata [roti] tetap tidak ada bunyi apapun yang keluar dari mulutnya.
5 responden yang dapat melafalkan kata [roti], mereka melafalkannya dengan tidak tepat. 4
responden bernama Fransisca, Nayla Annajwa, Rizqi, dan Khamid melafalkannya menjadi [oti].
Mereka bertiga melesapkan fonem [r] konsonan apikoalveolar, getar. Sementara itu, responden
bernama Naila Putri tidak mengalami melesapan melainkan perubahan fonem [r] apikoalveolar, getar
menjadi fonem [l] apikoalveolar, sampingan.
b. Pemerolehan Bentuk Kata Dasar
Kata dasar merupakan kata yang menjadi pembentukan kata berikutnya. Untuk
membedakanny adengan kat asal, kata dasar masih bisa dibagi menjadi bentuk yang lebih kecil dari
sebelumnya, sedangkan kat asal tidak bisa dibagi lagi karena kata asal merupakan bentuk yang paling
kecil. Kata dasar yang ditemukan pada penelitian ini hany ada dua, yaitu kata [bǝrmaiIn] dan kata
[mǝñañi].
1. Pelafalan kata [bǝrmaiIn]
Dari 7 responden, yang dapat melafalkan kata hanya [bǝrmaiIn], di antaranya yaitu Fransisca,
Naila Putri, Nayla Annajwa, Rizqi, dan Khamid. 2 responden tidak dapat melafalkannya, yaitu
responden yang bernama Nadhin dan Diaz.
Kelima responden di atas dapat melafalkan kata [bǝrmaiIn] namun pelafalannya tidak sempurna,
karena ada yang mereka mengalami pelesapan dan perubahan fonem. Responden bernama farnsisca
contohnya, ia melafalkan kata [bǝrmaiIn] menjadi [pa ma]. Kata [bǝrmaiIn] yang terdiri dari tiga
silabel, ia lafalkan menjadi 2 silabel. Silabel terakhir tidak ia lafalkan. Jadi, ada pelesapan fonem [i]
vokal depan, tinggi, tak bundar, dan fonem [n] konsonan laminopalatal, nasal. Sedangkan pada silabel
pertama, Farnsisca mengalami perubahan fonem [b] konsonan bilabial, hambat, bersuara menjadi
fonem [p] konsonan bilabial, hambat, tak bersuara.
Responden bernama Khamid juga mengalami perubahan dan pelesapan. Kata [bǝrmaiIn] Khamid
lafalkan menjadi [pǝma i]. Dari pelafalannya, dapat dilihat ada perubahan fonem [b] konsonan
bilabial, hambat, bersuara, menjadi fonem [p] bilabial, hambat, tak bersuara. Bukan hanya itu, pada
konsonan pertama Khamid juga melesapkan fonem [r] konsonan apikoalveolar, getar. Kemudian
padasilabel ketiga, Khamid melesapkan fonem [n] konsonan apikoalveolar, nasal.
Berbeda dengan Fransisca dan Khamid, responden bernama Nayla Annajwa dan Rizqi hanya
mengalami pelesapan fonem. Pelesapan fonem tersebut terjadi pada silabel pertama. Kata
[bǝrmaiIn] mereka lafalkan menjadi [bǝmaIn]. Jadi, mereka melesapkan fonem [r] konsonan
apikoalveolar, getar.
Sementara itu, responden bernama Naila Putri hanya mengalami perubahan fonem pada silabel
pertama. Kata [bǝrmaiIn] ia lafalkan menjadi [bǝlmaIn]. Fonem [r] konsonan apikoalveolar ia lafalkan
menjadi fonem [l] apikoalveolar, sampingan.
2. Pelafalan kata [mǝñañi]
Kata [mǝñañi] hanya dapat dilafalkan dengan tepat oleh 2 responden yaitu Nayla Annajwa dan
Khamid. 3 responden lain dapat melafalkannya, namun mengalami pelesapan dan perubahan fonem,
yaitu responden yang bernama Fransisca, Naila Putri, dan Rizqi. Sedangkan 2 responden bernama
Nadhin dan Diaz tidak dapat melafalkannya.

JURNAL GURU INDONESIA | Vol: X No: X Tahun 20XX


(Nama Penulis Korespondensi)

Responden yang mengalami pelesapan dan perubahan fonem yaitu Fransisca dan Rizqi.
Responden bernama Fransisca melafakan kata [mǝñañi] menjadi [mǝña a]. Dari pelafalan Farnsisca,
terdapat pelesapan pada silabel ketiga yaitu fonem [ñ] konsonan laminopalatal, nasal, dan
perubahan fonem [i] vokal depan, tinggi, tak bundar. Lain halnya dengan Fransisca, responden
bernama Rizqi hanya mengalami pelesapan pada silabel ketiga yaitu fonem [ñ] konsonan
laminopalatal, nasal. Sementara itu, Responden bernama Naila Putri mengalami perubahan pada
silabel pertama. Kata [mǝñañi] ia lafalkan menjadi [pǝñañi]. Pada silabel pertama, fonem [m]
konsonan bilabial, nasal, dilafalkan menjadi [p] konsonan bilabial, hambat, tak bersuara.

4. Simpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa dari 30 bentuk kata yang
diujikan, 3 responden dapat melafalkan semuanya, 2 responden hanya dapat melafalkan 29 bentuk
kata, dan 2 responden tidak dapat melafalkannya. Responden bernama Fransisca melafalkan 1
bentuk kata dengan tepat, 28 kata tidak tepat karena ada yang mengalami perubahan dan pelesapan
fonem. Responden bernama Naila Putri melafalkan 10 kata dengan tepat, 20 kata tidak tepat karena
ada yang mengalami pelesapan, perubahan fonem, serta penambahan fonem. Responden bernama
Nayla Annajwa melafalkan 7 kata dengan tepat, 23 kata tidak tepat karena ada yang mengalami
pelesapan dan perubahan fonem. Responden bernama Rizqi melafalkan 8 kata dengan tepat, 22 kata
tidak tepat karena ada yang mengalami pelesapan dan perubahan fonem. Responden bernama
Khamid melafalkan 8 kata dengan tepat, 21 kata tidak tepat karena ada yang mengalami pelesapan
dan perubahan fonem. Kemudian 2 responden bernama Nadhin dan Diaz tidak dapat melafalkan 30
bentuk kata.

Daftar pustaka
Apriani, T. 2019. “Pemerolehan Fonologi dan Leksikon pada Anak Usia 3.6 Tahun: Kajian
Psikolinguistik.” Widyabastra 07(1).
Arsanti, M. 2014. “ Pemerolehan Bahasa pada Anak Tunarungu.” Jurnal PBSI 3(2):24–47.
Azwardi. (2018). Metode Penelitian Bahasa: Pendidikan Sastra Dan Bahasa Indonesia. Aceh: Syiah
Kuala University Press.
Fatihudin, D. (2015). Metode Penelitian Untuk Ilmu Ekonomi, Manajemen, Dan Akuntansi. Sidoarjo:
Zifatama Publisher.
Hakim, A. (2017). Metodologi Penelitian: Penelitian Kualitatif, Tindakan Kelas & Studi Kasus. S
ukabumi: CV Jejak.
Indah, N.R. (2012). Gangguan Berbahasa. Malang: UIN MALIKI PRESS.
Indah, N. R. 2008. Proses Pemerolehan Bahasa : Dari Kemampuan Hingga Kekurangmampuan. Lingua
3:1–17.
Kurniati, E. 2017. Perkembangan Bahasa pada Anak Dalam Psikologi Serta Implikasinya dalam
Pembelajaran. Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi 17(3):47–56.
Saputra, D., & Syahrul R. 2022. Faktor-Faktor Penyebab Perbedaan Pemerolehan Bahasa Pertama
Anak Usia 4 Tahun Di Desa Jujun Kabupaten Kerinci Provinsi Jambi. Lingua 17(21).
Semiawan, R. (2010). Metode Penelitian Kualitatif: Jenis, Karakteristik Dan Keunggulannya. Jakarta:
PT Gramedia Widiasarana Indonesia.
Siyoto, S., & Ali S. (2015). Dasar Metodologi Penelitian. Yogyakarta: Literasi Media Publishing.

16
JGI: JURNAL GURU INDONESIA
20xx, x(y), hlm. xx - xx
https://jurnal.ppjb-sip.org/index.php/jgi/index
E-ISSN: XXXX-XXXX | DOI:

Suardi, I. P. (Eds.) Pemerolehan Bahasa Pertama Pada Anak Usia Dini. Jurnal Obsesi 3(1):265–73.
Sudaryanto. (2015). Metode Dan Teknik Analisis Bahasa. Yogyakarta: Sanata Dharma University
Press.
Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Suharsaputra, U. (2014). Metode Penelitian Kualitatif, Kuantitatif, dan Tindakan. Bandung: Refika
Aditama.
Wasita, A. (2012). Seluk Beluk Tunarungu & Tunawicara. Yogyakarta: Javalitera.
Widjaya, A. (2015). Memahami Anak Tuna Rungu. Yogyakarta: Familia.

JURNAL GURU INDONESIA | Vol: X No: X Tahun 20XX

Anda mungkin juga menyukai