Anda di halaman 1dari 16

Harjono (1988) dalam Jamaris (2005:9) 'mengemukakan bahwa dari semua aspek bahasa asing yang

harus dikuasai siswa dalam proses belajar ialah aspek kosakata. "Penguasaan kosakata seseorang dapat
dilihat dari hal-hal berikut. Ketepatan ucapan, penempatan tekanan dan nada yang sesuai, pilihan kata,
dan ketepatan sasaran. pembicaraan (Nurbiana, 2008: 3-6). Sedangkan menurut Izzan (2011:74)
penguasaan kosakata adalah ukuran kemampuan seseorang akan kosakata yang meliputi tahap pertama
adalah membedakan bunyi huruf yang satu dengan yang lainnya, membedakan pelafalan huruf. Tahap
kedua, mengenali petanda gramatika, seperti urutan kata, imbuhan dan intonasi. Tahap ketiga, aplikasi
yaitu penggunaan kata-kata dalam

percakapan dan pemilihan kata yang tepat. Menurut Al-Khuly (2002) ciri-ciri seorang anak memahami
sebuah kata, untuk tingkat usia Taman Kanak-Kanak, anak memahami kata tersebut ketika ia mendengar
atau membacanya, anak mampu mengucapkan kata tersebut dengan benar. Pada tingkat usia yang lebih
tinggi, anak mampu menuliskan kata dengan benar, mampu menggunakan kata tersebut sesuai konteks
serta mampu. membaca kata tersebut baik ketika terpisah

dari kalimat maupun dalam konteks kalimat.

Anak-anak belajar kosakata dengan dual cara Pertama, mereka mendengar kata-kata dari orangtua, dari
anak-anak yang lebih tua, dari teman sepermainan, dari televisi, dari radio, tempat bermain, toko dan
pusat perbelanjaan. Kedua, mereka mengalaminya sendiri mereka mengatakan benda-benda, mereka
memakannya, mereka merabanya, mereka menciumnya, mereka meminumnya. Menurut Slatery dan
Willis (2001) ada dua tahap dalam pembelajaran kosakata pada anak usia dini yaitu: 'bicarakan dengan
anak tentang. nama-nama benda yang akan dipelajari dan mintalah anak-anak untuk menunjukkan
benda- benda yang dinamai tadi (Balai Bahasa, 2010:2).

Berikut ini lima langkah penting dalam pembelajaran kosakata bagi anak usia dini. a. Memiliki sumber
untuk bertemu

dengan kata-kata baru

b. Memiliki gambar (image) jelas baik yang berupa visual maupun audio

mengenai bentuk dari kata-kata baru c. Mempelajari makna kata-kata tersebut.


d. Memiliki kaitan ingatan yang kuat antara bentuk dan makna kata-kata baru tadi

e. Menggunakan kata-kata tersebut (Balai Bahasa UPI: 2010)

f. Kosakata yang digunakan untuk menjelaskan kosakata berikutnya adalah kosakata yang telah dikenal
oleh anak, yaitu kosakata yang ada dilingkungan sekitar anak.

Cara anak memepelajari kosakata: Pertama, mereka mendengar kata-kata

tersebut dari:

Orang tua

Anak-anak yang lebuh tua

Teman sepermainan

Televisi dan radio

Tempat bermain

Toko, pusat perbelanjaan.

Kedua, mereka mengalaminya sendiri: Mereka mengatakan benda-benda Mereka memakannya Mereka
merabanya Mereka menciumnya Mereka meminumnya (Tarigan, 1986:6).

Pembelajaran bahasa utamanya pengenalan kosata pada anak haruslah melalui sebuah konteks
pemakaian yang utuh, dan anak dilibatkan secara langsung dalam pengenalan kosata baru tersebut hal
ini akan berdampak pada kemampuan anak dalam menguasai kosakata yang baru. Nurgiantoro (2015:
43), mengatakan bahwa anak akan belajar bahasa dengan cepat apabila bahasa atau kosakata yang
diperolehnya langsung berada dalam konteks pemakaian sesungguhnya.

Perkembangan Bahasa Anak

Pada usia 2-2,5 tahun anak sudah bisa mengucapkan empat kata, bisa menyusun kalimat sederhana dan
nada tanya sudah sangat jelas. Usia 2,5 - 3 tahun bahasa sudah lancar dan mengerti pembicaraan orang
lain. 3- 4 tahun senang mendengar cerita, bisa menguasai bahasa cerita dalam buku. 4-6

Pendahuluan

Bahasa tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia, sebab sebagai makhluk sosial bahasa. digunakan
untuk berkomunikasi dengan makhluk hidup lainnya. Manusia tidak dapat hidup tanpa makhluk hidup
lainnya. Bahasa sebagai penyatu interaksi manusia dalam bentuk komunikasi (Pramesti 2015:83).

Di Indonesia, bahasa Indonesiamenjadi salah satu mata pelajaran yangwajib diajarkan pada pendidikan
formal,sejak tingkat sekolah dasar sampai tingkat perguruan tinggi. Dalam proses pembelajarannya,
materi bahasa Indonesia diberikan sesuai dengan kebutuhan siswa.

Ruang lingkup bahasa Indonesia di sekolah dasar dalam kurikulum 2013 yang sudah terintregasi dengan
mata pelajaran lainnya melalui kompetensi dasar adalah menggunakan bahasa secara efektif dan efisien
sesuai dengan etika yang berlaku, baik secara lisan maupun tulisan, menghargai dan bangga
menggunakan bahasa Indonesia dengan tepat dan kreatif untuk berbagai tujuan. Salah satu
pembelajaran bahasa Indonesia adalah pembelajaran kosakata, perlu disadari bahwa belajar bahasa
Indonesia tidak akan terlepas dari belajar kosakata. Nastiti (2017:5) menyatakan bahwa penguasaaan
kosakata adalah kegiatan menguasai atau kemampuan memahami dan menggunakan kata-kata yang
terdapat dalam suatu bahasa, baik lisan maupun tulisan.

Menurut Tarigan dalam Widiyaningsih (2017::3) yang menyatakan bahwa kualitas berbahasa seseorang
jelas bergantung pada kualitas dan kuantitas kosakata yang dimilikinya, maka semakin banyak kosakata
yang dimilikinya maka semakin baik pula keterampilannya dalam berbahasa. Kosakata sebagai salah satu
materi pelajaran bahasa Indonesia di sekolah mempunyai peran penting sabagai dasar siswa untuk
menguasai materi pembelajaran baik pembelajaran bahasa Indonesia maupun pembelajaran lainnya
yang menyebabkan pembelajarankosakata semakin harus dipelajari secara lebih serius dan terarah.

Kendala penyebab rendahnya penguasaan kosakata bahasa Indonesia pada siswa kelas 1 SDN NO. 43
Tapang Aceh karena siswa kurang aktif dalam penggunaan bahasa Indonesia sebagai alat komunikasi
pada kehidupan seharihari, pada umumnya siswa pada sekolah dasar tersebut hanya menggunakan
bahasa Indonesia pada saat jam pelajaran berlangsung saja dan dalam kehidupan sehari-hari mereka
pada umumnya masih menggunakan bahasa daerah setempat yaitu bahasa daerah setempat yaitu
bahasa Dayak Seberuang. Selain itu, kendala yang muncul pada proses pembelajaran disebabkan karena
media yang digunakan dalam pembelajaran masih terbatas, dan belum bervariasi sehingga
menyebabkan siswa cepat bosan dan kurang aktif terhadap pembelajaran, dan pada hasilnya, siswa
bahkan sibuk sendiri bersama temantemannya tanpa memperhatikan penjelasan gurunya. Sehingga
terjadi masalah dalam proses pembelajaran menjadi tidak maksimal.

Nastiti (2017:5) menyatakan bahwa penguasaaan kosakata adalah kegiatan menguasai atau kemampuan
memahami makna dan menggunakan kata-kata dalam bahasa Indonesia, baik lisan maupun tulisan.
Watts dalam Khomsah (2011:21) memperkirakan jumlah kosakata yang dikuasai seseorang penutur
bahasa yaitu (1) umur 5 tahun menguasai 2000 kata; (2) umur 7 tahun menguasai 7000 kata; (3) umur
14 tahun menguasai 14.000 kata; (4) umur 17 tahun menguasai 150.000 kata; dan (5) umur 19 tahun
menguasai 600.000 kata. Berbeda dengan Dardjowidjojo dalam Khomsah (2011: 24) yang tidak
menjelaskan jumlah kosakata yang dimiliki penutur bahasa tetapi lebih jauh membahas pemerolehan
kosakata. Istilah pemerolehan digunakan sebagai padanan, yaitu proses penguasaan bahasa yang
dilakukan anak-anak secara natural pada waktu ia belajar bahasa ibunya. Istilah pemerolehan bahasa
tidak hanya digunakan untuk memperoleh bahasa kedua. Pemerolehan bahasa adalah bagian yang tidak
terpisah dari perkembangan kognitif secara keseluruhan, dengan kata lain bahasa adalah hasil dari
perkembangan intelek secara keseluruhan dan sebagai lanjutan pola-pola perilaku yang sederhana.
Penguasaan kosakata merupakan kemampuan seseorang dalam menguasai atau kemampuan
memahami makna serta menggunakan kata-kata yang terdapat dalam bahasa Indonesia baik lisan
maupun tulisan.

Berdasarkan uraian tersebut maka peneliti perlu melakukan penelitian tindakan kelas dengan judul
"Peningkatan Penguasaan Kosakata Bahasa Indonesia Menggunakan Media Gambar pada Siswa Kelas 1
SDN NO. 43 Tapang Aceh Tahun Ajaran 2019/2020",

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dengan menggunakan
metode deskriptif dan bentuk penelitian tindakan kelas. Wardhani dan Kuswaya Wihardit (2008:1.4)
mendefinisikan bahwa "Penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh guru didalam
kelasnya sendiri melalui refleksi diri, dengan tujuan untuk memperbaiki kinerja sebagai guru, sehingga
hasil belajar siswa menjadi meningkat".

Lokasi penelitian dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri 43 Tapang Aceh Kecamatan Sepauk Kabupaten
Sintang dengan subjek penelitian adalah kelas 1 Sekolah Dasar Negeri 43 Tapang Aceh tahun ajaran
2019/2020. Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus. Dalam penelitian ini, peneliti melibatkan
seorang guru kelas 1 untuk menjadi kolaborator.
Sumber data dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Teknik pengumpulan data yang
digunakan adalah teknik observasi dan teknik pengukuran dengan alat pengumpulan data yang
digunakan adalah lembar observasi, catatan lapangan dan tes. Teknik analisis data yang digunakan
dalam penelitian menggunakan teknik analisis model Miles dan Huberman. Adapun tahapan dalam
analisis data terdiri dari tahap pengumpulan data, tahap reduksi data, tahap display data dan tahap
verifikasi atau kesimpulan.

Amelia. 2017. "Analisis Partisipasi Kelas Siswa Laki-laki dan Perempuan". Jurnal Perempuan, Agama, dan
Jender. Volume 16 nomor 01.

Ardian 2017. "Upaya Peningkatan Penguasaan Kosakata Bahasa Indonesia pada Anak Kelompok TK B
melalui Metode Bernyanyi di TK

Aisyiyah Demangan Sambi Boyolali tahun ajaran 2016/2017", Skripsi. Surakarta: Institut Agama Islam
Negeri Surakarta.

Arikunto. 2015. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.

Arikunto. 2013. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Angkowo, R. Dan A.Kosasih. 2007. Optimalisasi Media Pembelajaran. Jakarta: PT Grasido.

Febrisma, 2013. "Upaya Meningkatkan Kosakata Melalui Metode Bermain Peran Pada Anak Tunagrahita
Ringan Kelas DV di SLB Kartini Batam". Jurnal Ilmiah Pendidikan Khusus. Volume 01 nomor 02.

Handayani. 2013. "Meningkatkan Partisipasi Belajar Siswa dalam Pembelajaran IPS Menggunakan
Metode Role Playing pada Siswa Kelas V SD Negeri Playen III." Skripsi. Yogyakarta: Universitas Negeri
Yogyakarta.

Heru. 2017. Aplikasi Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dalam Pendidikan Kesehatan. Jawa Timur: Forum
Ilmiah Kesehatan.
Khomsah. 2011. "Peningkatan Penguasaan Kosakata melalui Media Pass Piture dengan Menggunakan
Metode Permainan Kata pada Siswa Kelas B-2TK Kartika III-20 Srondol Semarang. Skripsi. Semarang:
Universitas Negeri Semarang.

Moleong, 2016. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Murfiah. 2017. Pembelajaran Terpadu. Bandung: Refika Aditama

Nastiti, M. 2017. "Peningkatan Penguasaan Kosakata Melalui Metode Bursa Kata Siswa Kelas IVB

SDN 01 Gunung

Sari Tahun Ajaran 2017/2018". Skripsi. Mataram: Universitas Mataram.

Nurhayati, 2016. "Peningkatan Partisipasi dan Prestasi Belajar PKn dengan Model Pakem Siswa Sekolah
Dasar. Jurnal Pendidikan Sekolah Dasar. Volume 02 nomor 01. Nurjannah. 2014. "Peningkatan
Kemampuan Penguasaan Kosakata Melalui Kartu Huruf Bergambar Siswa Kelas II SDN 5 Soni". Jurnal
Kreatif Tadulako Online. Volume 04 nomor 08. Perwasih, A. C. 2013. "Penerapan Media Gambar pada
Tema Kegiatan Sehari-hari untuk

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa di Sekolah Dasar". JPGSD. Volume 01 nomor 02. Pramesti. 2015.
"Peningkatan Penguasaan Kosakata Bahasa Indonesia dalam Keterampilan Membaca

Melalui Teka Teki Silang". Jurnal Puitika, Volume 11 nomor 01. Rusilowati. 2017. Pengembangan
Insrumen Penilaian. Semarang: Unnes Press.

Samsudin. 2016. "Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPS melalui Media Gambar pada Siswa Kelas
II MIN Melika Gunung Kidul". Jurnal Pendidikan Madrasah. Volume 01 nomor 01. Siregar. 2017.
"Penggunaan Media Gambar untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA pada Siswa Sekolah Dasar". Jurnal
Ilmu Pendidikan Sosial, Sains, dan Humaniora. Volume 03 Nomor 04. Susanto, A. 2011. Perkembangan
Anak Usia Dini Pengantar dalam Berbagai Aspeknya.

Jakarta: Kencana Prenadamedia Group.

Sugiyono. 2015. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta Sugiyono. 2018.
Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. Bandung: Alfabeta. Tarigan. 2015. Pengajaran
Kosakata. Bandung: CV Angkasa.

Widiyaningsih. 2017. "Peningkatan Penguasaan Kosakata melalui

Hasil belajar

Hasil belajar siswa merupakan prestasi yang dicapai siswa secara akademis melalui ujian dan tugas,
keaktifan bertanya dan menjawab pertanyaan yang mendukung perolehan hasil belajar tersebut. Di
kalangan akademis memang sering muncul pemikiran bahwa keberhasilan pendidikan tidak ditentukan
oleh nilai siswa yang tertera di raport atau di ijasah, akan tetapi untuk ukuran keberhasilan bidang
kognitif dapat diketahui melalui hasil belajar seorang siswa. Menurut Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan
Zain dalam Supardi (2013), untuk mengetahui indikator keberhasilan belajar dapat dilihat dari daya
serap siswa dan perilaku yang tampak pada siswa. Hasil belajar yang dimaksudkan adalah pencapaian
prestasi belajar yang dicapai siswa dengan kriteria, atau nilai yang telah ditetapkan". Sedangkan
menurut Nana Sudjana bahwa ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari
enam aspek yakni pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi. Ranah
ini lebih menekankan kepada kemampuan berpikir logis dan rasional. Sedangkan menurut Suprijono
dalam Thobroni (2016:20) hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian,
sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan. Hasil belajar siswa yang didapatkan melalui pendidikan akan
mampu bersaing dalam berbagai aktivitas kehidupan masyarakat. Keadaan persaingan saat ini
diperlukan sumber daya manusia yang berkualitas yaitu sumber daya manusia yang terampil. Hal ini
sesuai dengan tujuan pendidikan nasional dalam Undang-undang Republik Indonesia No 20 tahun 2003,
tentang Pendidikan Nasional (Undang-undang Sisdiknas) yang mengemukakan bahwa Pendidikan
Nasional bertujuan mengembangkan potensi peserta didik.

Hasil belajar menurut Susanto (2013:5) adalah perubahan-perubahan yang terjadi pada siswa, baik
perubahan yang menyangkut aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik sebagai hasil dari kegiatan
pembelajaran yang telah dilakukan. Dalam taksonomi Bloom hasil belajar lebih memusatkan perhatian
terhadap pengetahuan, sikap, dan keterampilan (Suyono,2011:167). Sehingga dapat disimpulkan bahwa
hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki oleh siswa setelah la mengikuti kegiatan
pembelajaran dan mendapat pengalaman dari kegiatan belajar yang telah dilaksanakan. Pada penelitian
tindakan kelas ini peneliti memusatkan pada ranah kognitif saja.

Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar menurut Susanto (2013:15-18) diantaranya kecerdasan
anak, kestapan atau kematangan siswa dalam mengikuti kegiatan belajar, minat siswa dalam belajar,
model penyajian materi pembelajaran yang disediakan oleh guru, dan suasana belajar yang
menyenangkan sehingga membuat siswa menjadi lebih senang dalam pembelajaran. Sedangkan
menurut Sabri (2007:45) hasil belajar dipengaruhi oleh faktor dari dalam diri mereka dan faktor
lingkungan. Faktor- faktor inilah yang menjadi pertimbangan dalam melakukan perbaikan model
pembelajaran yanga ada.

Hasil belajar merupakan pembentukan dan perubahan tingkah laku atau kemampuan yang dihasilkan
dari proses kegiatan belajar yang menghasilkan prestasi belajar.

Hasil belajar dilihat dari sudut pandang para ahli berbeda-beda. Menurut Hamalik dalam Asep Jihad
(2013, hlm 15) mengemukakan bahwa, "Hasil-hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai,
pengertian-pengertian dan sikap-sikap, serta apersepsi dan abilitas". Selanjutnya Sudjana dalam Asep
Jihad (2013, hlm 15) berpendapat bahwa,

26

"Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman
belajarnya".

Senada dengan Benjamin S. Bloom. Usman dalam Asep Jihad (2013, hlm 16-20) menyatakan bahwa hasil
belajar yang dicapai oleh siswa sangat erat kaitannya dengan rumusan tujuan instruksional yang
direncanakan guru sebelumnya yang dikelompoka kedalam 3 kategori, yakni domain kognitif, afektif,
dan psikomotor:

1) Domain Kognitif
a) Pengetahuan (Knowledge). Jenjang yang paling rendah dalam kemampuan kognitif meliputi hal-hal
pengingatan yang bersifat khusus atau universal, mengetahui metode dan proses, pengingatan terhadap
suatu pola, struktur atau seting. Dalam hal ini tekanan utama pada pengenalan kembali fakta, prinsip,
kata-kata yang dapat dipakai: definisikan, ulang, laporkan, ingat, garis bawahi, sebutkan, daftar dan

sambungkan. ) Pemahaman (Comprehension). Jenjang setingkat di atas pengetahuan b Ini akan meliputi
penerimaan dalam kamunikasi secara akurat,

menempatkan hasil komunikasi dalam bentuk penyajian yang berbeda, mereorganisasikannya secara
setingkat tanpa merubah pengertian dan dapat mengeksplorasikan. Kata-kata yang dapat dipakai:
menterjemah,

nyatakan kembali, diskusikan, gambarkan, reorganisasikan, jelaskan, Identifikasi, tempatkan, review,


ceritakan, paparkan

Aplikasi atau penggunaan prinsip atau metode pada situasi yang baru.

c) Kata-kata yang dapat dipakai antara lain: interpretasikan terapkan. laksanakan gunakan
demonstrasikan praktekan ilustrasikan.

3) Ranah Psikomotorik

11

a) Menirukan. Apabila ditunjukan kepada anak didik suatu action yang dapat diamati (observable), maka
ia akan membuat suatu tiruan terhadap action itu sampai pada tingkat sistim otot-ototnya dan dituntun
oleh dorongan hari unuk menirukan. Kata-kata yang dapat dipakai: menirukan pengulangan, coba
akukan, berketetapan hati, mau, minat, bergairah.

b) Manipulasi. Pada fase ini anak didik data menampilkan suatu acation seperti yng diajarkan dan juga
tidak hanya pada seperti yang diamati. Dia mulat dapat membedakan anatara satu set action dengan
yang lain., menjadi mampu memilih action yang diperlukan dan mulai memiliki keterampilan dalam
memanipulasi.

c) Keseksamaan (Precision). Ini meliputi kemampuan anak didik dalam penampilan yang telah sampai
pada tingkat perbaikan yang lebih tinggi dalam mereproduksi suatu kegiatan tertentu. Kata-kata yang
dapat dipakai lakukan kembali, kerjakan kembali, hasilkan, kontrol, teliti.

d) Artikulasi (Articulation). Yang utama disini anak didik telah dapat mengkoordinasikan serentetetan
action dengan menetapkan uruta/sikuen secara tepat diantara action yang berbeda-beda. Kata- kata
yang dapat dipakai: lakukan secara harmonis, lakukan secara unit.

e) Naturalisasi. Tingkat terakhir dari kemampuan psikomotorik adalah apabila anak telah dapat
melakukan secara alami satu action atau sejumlah action yang urut. Keterampilan penampilan ini telah
sampai pada kemampuan yang paling tinggi dan action tersebut ditampilkan dengan pengeluaran
energy yang minimum.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat dipahami bahwa hasil

belajar adalah perubahan yang terjadi secara sadar pada diri siswa berupa

perkembangan dan peningkatan aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan

yang didapatkan setelah dilaksanakannya proses pembelajaran.

A. Kajian Teori Hasil Belajar

1. Belajar

Oemar Hamalik (200127) mengemukakan pengertian belajar adalah suatu proses perubahan tingkah
laku individu melalui interaksi dengan lingkungan. Slameto (2003 2) berpendapat bahwa belajar ialah
suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku secara
keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Hal ini sesuai
dengan pendapat Suparwoto (2004: 41) bahwa belajar pada intinya adalah proses internalisasi dalam
diri individu yang belajar dapat dikenali produk belajarnya yaitu berupa perubahan, baik penguasaan
materi, tingkah laku, maupun keterampilan.

Menurut Winkel belajar adalah semua aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi
aktif dalam lingkungan, yang menghasilkan perubahan- perubahan dalam pengelolaan pemahaman.
Menurut Ernest R. Hilgard belajar merupakan proses perbuatan yang dilakukan dengan sengaja, yang
kemudian menimbulkan perubahan, yang keadaannya berbeda dari perubahan yang ditimbulkan oleh
lainnya. Sifat perubahannya relatif permanen, tidak akan kembali kepada keadaan semula. Tidak bisa
diterapkan pada perubahan akibat situasi sesaat, seperti perubahan akibat kelelahan, sakit, mabuk, dan
sebagainya (Purwanto, 2008: 51)

Sedangkan pengertian belajar menurut Gagne (Mulyani Sumantri & Johar Permana, 1999: 16) belajar
merupakan sejenis perubahan yang diperlihatkan dalam perubahan tingkah laku, yang keadaaannya
berbeda dari sebelum individu berada dalam situasi belajar dan sesudah melakukan tindakan yang
serupa itu. Perubahan terjadi akibat adanya suatu pengalaman atau latihan. Berbeda dengan perubahan
serta-merta akibat refleks atau perilaku yang bersifat naluriah.

Dari pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa di dalam belajar ada suatu perubahan tingkah
laku dalam diri seseorang berupa pengetahuan, pemahaman, maupun sikap yang diperoleh melalui
proses belajar. Perubahan tingkah laku yang diperoleh merupakan hasil interaksi dengan lingkungan
Interaksi tersebut salah satunya adalah proses pembelajaran yang diperoleh di sekolah. Oleh karena itu
dapat dikatakan bahwa dengan belajar seseorang dapat memperoleh sesuatu yang baru baik itu
pengetahuan, keterampilan maupun sikap.

2. Hasil Belajar

Menurut Nana Sudjana (2005: 20) hakikat hasil belajar adalah perubahan tingkah laku individu yang
mencakup aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Menurut Nana Sudjana (2005: 38) hasil belajar yang
dicapai siswa dipengaruhi oleh dua faktor utama yakni faktor dari dalam diri siswa itu dan faktor yang
datang dari luar diri siswa atau faktor lingkungan. Faktor yang datang dari diri siswa terutama
kemampuan yang dimilikinya. Faktor kemampuan siswa besar sekali pengaruhnya terhadap hasil belajar
yang dicapai. Disamping faktor kemampuan yang dimiliki siswa, juga ada faktor lain, seperti motivasi
belajar, minat dan perhatian, sikap dan kebiasaan belajar, ketekunan, sosial ekonomi, faktor fisik dan
psikis.
Dalam sistem pendidikan nasional rumusan tujuan pendiikan, baik tujuan kurikuler maupun tujuan
instruksional, menggunakan hasil belajar dari Bloom

3. Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Berhasil atau tidaknya seseorang dalam belajar disebabkan beberapa factor yang mempengaruhi
pencapaian hasil belajar. M. Dalyono (2009: 55) mengemukakan faktor faktor yang mempengaruhi hasil
belajar yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Factor internal meliputi kesehatan, intelegensi dan
bakat, minat dan motivasi, dan cara belajar. Sedangkan factor eksternal meliputi keluarga, sekolah,
masyarakat dan lingkungan sekitar

a. Faktor internal, yaitu faktor yang berasal dari dalam diri, meliputi:

1. Kesehatan

Kesehatan jasmani dan rohani sangat besar pengaruhnya terhadap kemampuan belajar. Bila seseorang
tidak sehat dapat. mengakibatkan tidak bergairah untuk belajar. Demikian pula jika kesehatan rohani
kurang baik dapat menganggu atau mengurangi semangat belajar. Dengan semangat belajar yang
rendah tentu akan menyebabkan hasil belajar yang rendah pula.

2. Intelegensi dan bakat

Kedua aspek kejiwaan ini besar sekali pengaruhnya terhadap kemampuan belajar. Seseorang yang
memiliki intelegensi baik (IQ- nya tinggi) umumnya mudah belajar dan hasilnya cenderung baik.
Sebaliknya orang yang intelegensinya rendah, cenderung mengalami kesulitan dalam belajar, lambat
berpikir, sehingga hasil belajarnya pun rendah. Orang yang memiliki bakat akan lebih mudah dan cepat
pandai bila dibandingkan dengan orang yang tidak memiliki bakat.

3. Minat dan motivasi

Minat dan motivasi adalah dua aspek psikis yang besar pengaruhnya terhadap pencapaian hasil belajar.
Minat belajar ynag besar cenderung memperoleh hasil belajar yang tinggi, sebaliknya

17
minat belajar kurang akan memperoleh hasil belajar yang rendah. Seseorang yang belajar dengan
motivasi yang kuat, akan melaksanakan semua kegiatan belajarnya dengan sungguh-sungguh, penuh
gairah atau semangat. Kuat lemahnya motivasi belajar seseorang turut mempengaruhi hasil belajar.
Minat dan motivasi belajar ini dapat juga dipengaruhi oleh cara guru dalam menyampaikan materi
pembelajaran. Guru yang menyampaikan materi dengan metode dan cara yang inovatif akan
mempengaruhi juga minat dan motivasi siswanya

4. Cara belajar

Cara belajar seseorang juga mempengaruhi pencapaian hasil belajar. Belajar tanpa memperhatikan
teknik dan faktor fisiologis, psikologis, dan ilmu kesehatan akan memperoleh hasil yang kurang
memuaskan. Cara belajar antar anak berbeda beda. Ada anak yang dapat dengan cepat menyerap
materi pelajaran dengan cara visual atau melihat langsung, audio atau dengan cara mendengarkan dari
orang lain dan ada pula anak yang memiliki cara belajar kinestetik yaitu dengan gerak motoriknya
misalnya dengan cara berjalan jalan dan mengalami langsung aktivitas belajarnya..

b. Faktor eksternal, yaitu faktor yang berasal dari luar diri, meliputi:

1. Keluarga

18

Keluarga sangatlah besar pengaruhnya terhadap keberhasilan siswa dalam belajar. Tinggi rendahnya
pendidikan orang tua, besar kecilnya penghasilan, cukup atau kurang perhatian dan bimbingan orang
tua, kerukunan antar anggota keluarga, hubungan antara anak dengan anggota keluarga yang lain,
situasi dan kondisi rumah juga mempengaruhi hasil belajar.

2. Sekolah

Keadaan sekolah tempat belajar mempengaruhi keberhasilan belajar. Kualitas guru, metode mengajar,
kesesuaian kurikulum dengan kemampuan siswa, keadaan fasilitas di sekolah, keadaan ruangan, jumlah
siswa perkelas, pelaksanaan tata tertib sekolah, dan sebagainya, semua mempengaruhi hasil belajar
siswa. Metode pengajaran guru yang inovatif dapat pula mempengaruhi hasil belajar siswa. Metode
mengajar dengan model koopertif misalnya, dengan siswa belajar secara kelompok dapat merangsang
siswa untuk mengadakan interaksi dengan temannya yang lain. Teknik belajar dengan teman sebaya pun
dapat mengaktifkan keterampilan proses yang dimiliki oleh anak.

3. Masyarakat

Keadaan masyarakat juga menentukan hasil belajar siswa. Bila di sekitar tempat tinggal siswa keadaan
masyarakatnya terdiri dari orang orang yang berpendidikan, akan mendorong siswa lebih giat lagi dalam
belajar. Tetapi jika di sekitar tempat tinggal siswa banyak

19

anak anak yang nakal, pengangguran, tidak bersekolah maka akan mengurangi semangat belajar
sehingga motivasi dan hasil belajar berkurang.

4. Lingkungan sekitar

Keadaan lingkungan tempat tinggal, juga sangat mempengaruhi hasil belajar. Bila rumah berada pada
daerah padat penduduk dan keadaan lalu lintas yang membisingkan, banyak suara orang yang hiruk
pikuk, suara mesin dari pabrik, polusi udara, iklim yang terlalu panas, akan mempengaruhi gairah siswa
dalam belajar. Tempat yang sepi dan beriklim sejuk akan menunjang proses belajar siswa.

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas atau sering disebut dengan CAR (Classroom Action
Research). Penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa
sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama (Suharsimi,
dkk., 2008: 3). Penelitian ini menggunakan desain tindakan model Kemmis & McTaggart. Model ini
merupakan pengembangan dari konsep dasar yang diperkenalkan oleh Kurt Lewin, hanya saja
komponen acting (tindakan) dengan observing (pengamatan) dijadikan sebagai suatu kesatuan karena
keduanya merupakan kegiatan yang tidak terpisahkan, terjadi dalam waktu yang sama. Model yang
dikemukakan oleh Kemmis & McTaggart terdiri dari empat komponen, yaitu: perencanaan, tindakan,
observasi dan refleksi. Keempat komponen yang berupa untaian tersebut dipandang sebagai satu siklus.
Pengertian siklus dalam hal iniadalah putaran kegiatan yang terdiri dari perencanaan, tindakan,
pengamatan dan refleksi (Wijaya Kusumah & Dedi Dwitagama, 2010: 20-21).
Metode Teka-Teki Silang dapat digunakan sebagai strategi pembelajaran yang baik dan menyenangkan
tanpa kehilangan esensi belajar yang sedang berlangsung (Himsyah Zaini. 2017: 71). Metode dan media
pembelajaran aktif seperti ini yang dapat digunakan untuk mengatasi permasalahan yang terjadi pada
pelajaran IPS kelas IX E di MTsN 6 Ponorogo. Berdasarkan pada permasalahan yang ada, maka peneliti
tertarik untuk mengangkat penelitian yang berjudul "Upaya Meningkatkan Minat dan Hasil Belajar IPS
Menggunakan Metode Teka-Teki Silang di Kelas IX E DI MTsN 6 Ponorogo.

PENDAHULUAN

Pendidikan merupakan kebutuhan yang sangat penting untuk menjamin kelangsungan hidup dan
merupakan modal besar dalam menghadapi persaingan di saat ini. Sekolah merupakan lembaga
pendidikan yang menjadi salah satu faktor penentu tercapai tidaknya tujuan pendidikan di Indonesia.
Kegiatan belajar mengajar akan berjalan lancar jika komponen-komponen yang ada pada sekolah
terpenuhi dan berfungsi sebagaimana mestinya. Ada beberapa komponen yang berpengaruh dalam
proses belajar mengajar, diantaranya adalah guru, sarana dan prasarana, metode pembelajaran,
kurikulum dan lingkungan belajar yang efektif dan menyenangkan. Antara komponen yang satu dengan
yang lain harus saling mendukung dalam mewujudkan tujuan pendidikan yang diharapkan.

Faktor dari dalam individu siswa juga sangat berpengaruh dalam proses belajar mengajar, seperti minat
siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar. Menumbuhkan minat belajar siswa merupakan salah
satu faktor penting dalamkegiatan belajar mengajar. Tanpa adanya minat belajar, tidak mungkin siswa
memiliki kemauan belajar dan dapat mencapai prestasi belajar yang optimal. Guru dituntut untuk dapat
melakukan usaha-usaha dalam menumbuhkan dan membangkitkan minat belajar siswanya dalam
pembelajaran. Seorang guru tidak hanya cukup menyampaikan materi pelajaran semata, akan tetapi
guru juga harus bisa menciptakan suasana belajar yang baik dan menyenangkan. Guru juga harus tepat
dalam pemilihan metode dan strategi yang digunakan dalam proses pembelajaran yang sesuai dengan
materi dan keadaan siswa

Penggunaan metode pembelajaran dalam suatu proses pembelajaran mempunyai pengaruh yang besar
dalam tercapainya tujuan pembelajaran. Penggunaan metode pembelajaran yang tepat tentunya akan
berpengaruh terhadap minat belajar siswa dalam mengikuti proses pembelajaran. Minat belajar yang
tinggi akan membawa perasaan senang, sehingga materi pelajaran yang disampaikan oleh guru dapat
dipahami atau diserap oleh siswa. Metode pembelajaran mempunyai peranan yang sangat penting
karena metode pembelajaran menjadi sarana dalam menyampaikan materi pelajaran. Tanpa metode
yang tepat, maka suatu proses pembelajaran tidak akan berlangsung secara efektif dan efisien. Metode
pembelajaran tersebut harus mampu mengikutsertakan semua siswa untuk berperan aktif dalam proses
pembelajaran, mampu mengembangkan kemampuan siswa untuk berfikir kritis sehingga proses
pembelajaran menjadi lebih menarik dan menyenangkan sekaligus dapat menumbuhkan minat belajar
siswa sehingga prestasi belajar siswa diharapkan akan meningkat.

Kenyataanya untuk mewujudkan proses pembelajaran yang aktif dan menyenangkan seperti yang telah
disampaikan di atas ternyata tidaklah mudah. Begitupula yang terjadi pada pembelajaran IPS. Proses
pembelajaran di dalam kelas hanya diarahkan kepada kemampuan anak untuk menghafal informasi dan
tidak diarahkan untuk membangun dan mengembangkan karakter serta potensi yang dimiliki (Wina
Sanjaya, 2008: 1-2). Pendekatan dalam pembelajaran masih terlalu didominasi peran guru (TEACHER
ORIENTED). Pembelajaran lebih berpusat pada guru sehingga kurang memberikan kesempatan pada
siswa untuk belajar aktif dalam pembelajaran di kelas. Penggunaan metode ceramah merupakan pilihan
utama dalam pembelajaran. Dalam metode ceramah, guru menyampaikan informasi dan pengetahuan
secara lisan kepada siswa, sehingga siswa cenderung pasif dalam pembelajaran karena hanya mencatat
dan mendengarkan. Kondisi seperti ini yang terkadang membuat proses pembelajaran kurang menarik
dan berpengaruh pada minat belajar siswa.

Idealnya suatu proses pembelajaran dibutuhkan strategi yang tepat khususnya dalam pembelajaran IPS
yang telah dirancang untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan analisis
terhadap kondisi sosial masyarakat dalam memasuki kehidupan bermasyarakat.

Anda mungkin juga menyukai