Anda di halaman 1dari 10

PENINGKATAN MINAT BELAJAR DAN KETERAMPILAN MENYIMAK CERITA

SISWA KELAS 5 UPTD SD NEGERI BANYUAJUH 6 MELALUI METODE


PEMBELAJARAN WORD SQUARE

Sri Defi1, Agung Setyawan2, Mohamad Usman3, Moh. Rahbini4


Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Ilmu Pendidikan,
Universitas Trunojoyo Madura, Kamal 69162, Bangkalan, Jawa Timur, Indonesia

Email.: 190611100096@student.trunojoyo.ac.id

Abstrak

Keterampilan menyimak merupakan salah satu keterampilan yang penting dimiliki setiap individu.
Keterampilan menyimak juga merupakan bagian dari peningkatan literasi siswa. Namun dalam proses
pembelajaran akan sulit untuk meningkatkan keterampilan tersebut apabila diri siswa tidak memiliki minat
dalam belajar. Oleh karena itu hal ini menjadi tujuan dalam penelitian tindakan kelas yang dilakukan untuk
meningkatkan minat belajar dan keterampilan menyimak cerita siswa melalui model pembelajarn Word
Square. Jenis penelitian adalah penelitian tindakan kelas menggunakan Model Kemmis and Mc Tanggart.
Teknik analisis data deskriptif kualitatif dengan teknik pengumpulan data melalui observasi dan tes tulis.
Subjek penelitian siswa kelas V di UPTD SDN Banyuajuh 6 Kecamatan Kamal Kabupaten Bangkalan.
dengan hasil penelitian rata-rata skor pra siklus 53 (Rendah), siklus I 78 (Sedang), dan siklus II 98 (Tinggi).
Menunjukkan pengaruh keberhasilan metode pembelajaran Word Square dalam meningkatkan minat belajar
dan keterampilan menyimak cerita.

Kata Kunci : minat belajar, keterampilan menyimak cerita, Word Square

Abstract

Listening skill is one of the most important skills for every individual. Listening skills are also part of
improving student literacy. However, in the learning process it will be difficult to improve these skills if
students do not have an interest in learning. Therefore, this is the goal of classroom action research to
increase students' interest in learning and listening skills through the Word Square learning model. This type
of research is classroom action research using the Kemmis and Mc Tanggart Model. Qualitative descriptive
data analysis techniques with data collection techniques through observation and written tests. The research
subjects were fifth grade students at UPTD SDN Banyuajuh 6, Kamal District, Bangkalan Regency. with the
results of the study the average pre-cycle score was 53 (Low), the first cycle was 78 (Medium), and the
second cycle was 98 (High). Shows the effect of the success of the Word Square learning method in
increasing interest in learning and story listening skills.

Keywords: interest in learning, story listening skills, Word Square

PENDAHULUAN

Indonesia kaya akan Bahasa, namun tidak lupa bahwa Bahasa utama adalah Bahasa
Indonesia. bagi siswa yang memang tinggal dikota-kota besar tidak sulit untuk bisa berbahasa
Indonesia, karena didukung juga oleh lingkungan sekitar yang penggunaan Bahasa kesehariannya
adalah Bahasa Indonesia. namun bagaimana dengan siswa yang tinggal di pedesaan, siswa yang
tinggal didesa yang Bahasa sehari-harinya adalah Bahasa daerah akan sulit memahami dan bisa
berbahasa Indonesia dengan benar.

1
Menurut BSNP (dalam Suyatno, 2012) tujuan pembelajaran Bahasa Indonesia yaitu : 1)
berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika yang berlaku, baik secara lisan ataupun
tulis, 2) menghargai dan bangga menggunakan Bahasa Indonesia sebagai Bahasa kesatuan dan
Bahasa negara, 3) memahami dan menggunakan Bahasa Indonesia dengan tepat dan kreatif untuk
berbagai tujuan, 4) menggunakan Bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemamouan intelektual,
kematangan emosional dan social, 5) menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk memperluas
wawasan, 6) menghargai dan membanggakan sastra Indonesia sebagai khasan budaya dan
intelektual.
Hakikatnya pengajaran Bahasa Indonesia adalah pengajaran keterampilan berbahasa, bukan
pengajaran tentang Bahasa. Proses pembelajaran Bahasa Indonesia memiliki 4 keterampilan yang
harus dipelajari, yaitu menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Salah satu keterampilan yang
harus dikuasai adalah menyimak. Menyimak menurut Abas merupakan proses untuk
mengorganisasi apa yang didengar dan menempatkan pesan suara-suara yang didengarkan dan
ditangkap menjadi makna yang dapat diterima. Menyimak merupakan keterampilan yang penting
dimiliki oleh setiap individu karena keterampilan menyimak memiliki dampak besar dalam kegiatan
belajar, pekerjaan, dan kualitas komunikasi, (Hermawan, 2012). Kegiatan menyimak juga
merupakan kegiatan yang banyak dilakukan dalam kegiatan belajar mengajar, siswa dapat
memahami materi yang disampaikan guru dan tujuan pembelajaran akan tercapai.
Namun kenyataan yang ada di lapangan, berdasarkan hasil observasi di SD Negeri
Banyuajuh 6, Kecamatan Kamal, Kabupaten Bangkalan. Siswa tidak terlalu tertarik dalam belajar
Bahasa Indonesia. Siswa hanya mendengarkan dan melakukan tugas sesuai yang diperintah oleh
guru. Tidak ada minat yang timbul pada diri siswa untuk belajar Bahasa Indonesia mereka hanya
membaca menulis tanpa mengetahui maksud dari apa yang mereka lakukan. Tentu hal tersebut akan
berdampak buruk bagi siswa dan tujuan pembelajaran tidak tercapai.
Berdasarkan wawancara yang dilakukan pada guru kelas V, ada permasalahan yang dihadapi
selama proses pembelajaran. Selama proses pembelajaran siswa hanya mendengarkan apa yang
disampaikan guru, hal ini dikarenakan siswa kurang pemahaman akan Bahasa Indonesia, literasi
siswa sangat kurang dikarenakan beberapa hal diantaranya: 1) jarangnya penggunaan Bahasa
Indonesia dikarenakan kebiasaan siswa menggunakan Bahasa daerah, 2) rendahnya minat siswa
terhadap pemebelajaran Bahasa Indonesia. 3) rasa bosan siswa saat pembelajaran berlangsung.
Permasalahan diatas perlu segera diatasi agar siswa mampu menyimak pembelajaran dengan baik
sehingga akan berdampak baik terhadap meningkatnya literasi anak dan meningkatkan minat anak
dalam belajar Bahasa Indonesia.

KAJIAN PUSTAKA

2
Pendidikan Dasar
Pendidikan dasar menurut Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003
pasal 17 ayat 1 dan 2 merupakan jenjang pendidikan yang dilandasi jenjang menengah yang
berbentuk sekolah dasar (SD) dan madrasah ibtidaiyah (MI) atau bentuk lain yang sederajat dan
sekolah menengah pertama (SMP) dan madrasah tsanawiyah (MTs) atau bentuk lain yang sederajat.
Tujuan pendidikan sekolah dasar menurut Miras dkk. (2005) bertujuan sebagai proses
pengembangan kemampuan yang paling mendasar pada setiap siswa, siswa belajar secara aktif
kerena adanya dorongan dalam diri dan suasana yang memeberikan kemudahan bagi perkembangan
dirinya.
Dalam rangka mencapai tujuan pendidikan di atas, menciptakan suasana yang kondusif serta
nyaman, merupakan tugas seorang guru dalam menciptakan suasana kelas yang diinginkan. Selain
sebagai persyaratan encapai tujuan pendidikan sekolah dasar, menciptakan suasana kelas yang
kondusif dan nyaman merupakan salah satu cara menarik minat siswa dalam belajar.
Belajar dan Metode Pembelajaran
Menurut Ferari, dkk. Dalam Wulan (2000) belajar merupakan proses mengubah tingkah laku
siswa yang dipengaruhi oleh faktor internat dan eksternal. Saat proses belajar mengajar akan terjadi
interaksi antara guru dan siswa. Peserta didik secara psikologis pada saat mengikuti kegiatan belajar
akan dipengaruhi oleh faktor motovasi, konsentrasi, reaksi, orgaisasi, pemahaman dan ulangan.
Oleh karena itu untuk memacu kegairahan minat siswa dalam belajar dan melatih untuk berpikir
kreatif maka diperlukan suatu metode khusus dalam merangsang siswa untuk belajar.
Metode pembelajaran adalah suatu perencanaan atau pola yang digunakan sebagai pedoman
dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran tutorial. (Trianto, 2010). Pupuh dan
Sobry S (2010) berpendapat “makin tepat metode yang digunakan maka semakin efektif mencapai
tujuan pembelajaran”. Selain mencapai tujuan pembelajaran, pemilihan metode yang tepat dapat
meningkatkan hasil belajar siswa dan meningkatkan perkembangan anak. Havighurst menyatakan
bahwa perkembangan adalah tugas yang dapat muncul saat atau suatu priode tertentu dari
kehidupan individu yang apabila berhasil akan meimbulkan rasa bangga dan membawa kearah
keberhasilan dalam melaksanakan tugas-tugas berikutnya. Perkembangan anak meliputi
perkembangan intelektual, Bahasa, sosial, emosi dan moral. Seluruh perkembangan diatas harus
dapat dilakukan pada diri setiap anak, salah satunya perkembangan Bahasa mereka.
Bahasa dan Pembelajaran Bahasa Indonesia
Bahasa adalah simbol atau sarana dalam berkomunikasi dengan orang lain. Syamsu Yusuf
(2007: 138) mengungkapkan bahwa perkembangan Bahasa mencakup semua cara untuk
berkomunikasi, dimana oikiran dan oerasaan dinyatakan dalam bentuk tulisan, lisan, isyarat, atau

3
gerakan dengan menggunakann kata-kata, kalimat bunyi, lambang, gambar, atau lukisan. Usia
sekolah dasar meupakan usia pesatnya perkembangan kemampuan mengenal dan menguasai
pembendaharaan kata (vocabulary). Untuk usia anak sekolah dasar minimal dapat menguasai tiga
kategori, yaitu : 1) dapat membuat kalimat yang lebih sempurna, 2) dapat membut kalimat
majemuk, 3) dapat menyususn dan mengajukan pertanyaan. Dalam meningkatkan perkembangan
Bahasa ini maka sekolah-sekolah dasar umumnya memiliki pembelajaran Bahasa Indonesia.
Menurut BSNP (dalam Suyatno, 2012) tujuan pembelajaran Bahasa Indonesia yaitu : 1)
berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika yang berlaku, baik secara lisan ataupun
tulis, 2) menghargai dan bangga menggunakan Bahasa Indonesia sebagai Bahasa kesatuan dan
Bahasa negara, 3) memahami dan menggunakan Bahasa Indonesia dengan tepat dan kreatif untuk
berbagai tujuan, 4) menggunakan Bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemamouan intelektual,
kematangan emosional dan social, 5) menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk memperluas
wawasan, 6) menghargai dan membanggakan sastra Indonesia sebagai khasan budaya dan
intelektual.
Keterampilan Menyimak
Hakikatnya pengajaran Bahasa Indonesia adalah pengajaran keterampilan berbahasa, bukan
pengajaran tentang Bahasa. Proses pembelajaran Bahasa Indonesia memiliki 4 keterampilan yang
harus dipelajari, yaitu menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Salah satu keterampilan yang
harus dikuasai adalah menyimak. Menyimak menurut Abas merupakan proses untuk
mengorganisasi apa yang didengar dan menempatkan pesan suara-suara yang didengarkan dan
ditangkap menjadi makna yang dapat diterima. Menyimak merupakan keterampilan yang penting
dimiliki oleh setiap individu karena keterampilan menyimak memiliki dampak besar dalam kegiatan
belajar, pekerjaan, dan kualitas komunikasi, (Hermawan, 2012). Kegiatan menyimak juga
merupakan kegiatan yang banyak dilakukan dalam kegiatan belajar mengajar, siswa dapat
memahami materi yang disampaikan guru dan tujuan pembelajaran akan tercapai. Meningkatkan
minat belajar, hasil belajar, perkembangan Bahasa, dan keterampilan menyimak sebagai mana yang
dipaparkan di atas, maka salah satu cara yang dapat dilakukan adalah pemilihan metode pebelajaran
word square.
Minat Belajar
Menurut Sukardi (1988:61), minat diartikan sebagai suatu kesukaan, kegemaran atau
kesenangan akan sesuatu. Menurut Sardiman (2007: 77) minat adlaah suatu kondisi yang terjadi
apabila seseorang melihat ciri-ciri atau situasi yang dihubungkan dengan keinginan dan kebutuhan
sendiri. Sardiman juga mengungkapkan bahwa minat timbul tidak secara tiba-tiba, melainkan
timbul akibat partisipan, pengalaman, kebiasaan, pada waktu belajar atau bekerja. Menurut Bloom

4
(1982: 77) minat adalah subject-related affect, yang didalamnya termasuk minat dan sikao terhadap
materi pembelajaran.
Berdasakan pengertian-pengertian minat diatas tujuan utama minat belajar adalah menarik
siswa untuk memiliki keinginan belajar sesuai apa yang mereka senangi. Upaya-upaya yang
dilakukan untuk merealisasikan keinginan atau rasa terhadap objek atau keinginan tertentu. Minat
juga merupakan faktor penting dalam kegiatan belajar seorang siswa. Kegiatan belajar yang
dilakukan tidak sesuai minat siswa akan berpengaruh negative terhadap hasil belajar siswa. Dalam
dunia pendidikan minat merupakan kekuatan motivasi yang menyebabkan seseorang memusatkan
perhatian terhadap seseorang, suatu benda, atau kegiatan. Maka dari uraian di atas menjelaskan
seberapa pentingnya peningkatan minat belajar siswa untuk memperoleh hasil belajar yang baik dan
mencapai tujuan pembelajran.
Metode Word Square
Word Square adalah metode pembelajaran yang memadukan kemampuan menjawab
pertanyaan dengan kejelian dalam mencocokkan jawaban pada kotak-kotak jawaban (Kurniasih &
Berlin, 2015). Metode pembelajaran word square ini hampir mirip dengan teka-teki silang namun
yang membedakan dalam word square ini jawaban sudah ada dalam kotak namun disamarkan
dengan huruf pengecoh. Tujuan adanya huruf pengecoh disini adalah untuk melatih sikap teliti dan
kritis. Pengguanan metode ini dapat menarik minat siswa dalam belajar karena metode ini
merupakan metode belajar sambal bermain. Sintak metode word square yaitu: 1) fase
menyampaikan tujuan, guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai sesuai
kompetensi, 2) fase menyajikan informasi, guru menyampaikan materi dengan cara siswa
menyimak cerita yang dibacakan oleh guru. 3) fase membimbing siswa dalam bekerja dan belajar,
guru membimbing siswa dalam mengerjakan LKS word square, 4) fase evaluasi, guru memberikan
evaluasi kepada siswa untuk mengetahui sejuh mana pemahaman siswa terhadap materi
pembelajaran yang telah disampaikan. 5) fase memberikan penghargaan, guru memberikan
penghargaan upaya atau hasil belajar siswa berupa 1 poin untuk setiap jawaban yang benar.
Metode pembelajaran word square memiliki kelebihan dan kekurangan, Kurniasih & Berlin
(2015) menyatakan kelebihan metode word square sebagai berikut : 1) mendorong pemahaman
siswa terhadap materi pelajaran, 2) siswa terlatih untuk disiplin, 3) sebagai latihan untuk kritis dan
teliti, 4) merangsang siswa berpikir efektif. Selain kelebihan, terdapat juga kekeurangan/kelmahan
metode word square yakni : 1) dengan materi yang teah dipersiapkan, akhirnya dapat menumpulkan
kreatifitas siswa, 2) siswa tinggal menerima bahan mentah, 3) siswa tidak dapat mengembangkan
materi yang ada dengan kemampuan dan potensi yang dimilikinya.
Untuk melatih keterampilan menyimak siswa, metode word square ini dikemas dalam sebuah
cerita. Dari cerita tersebut siswa akan dilatih untuk menyimak isi cerita. Kemudian guru akan
5
memeberi pertanyaan sesuai isi cerita. Jawaban dari pertanyaan akan disajikan dalam huruf-huruf
dalam sebuah kotak. Apabila siswa dapat menyimak dengan baik maka siswa akan dengan mudah
menentukan jawaban dengan benar.

METODE PENELITIAN

Jenis Penelitian yang digunakan adalah Penelitian tindakan kelas dengan menggunakan Model
Kemmis and Mc Tanggart. Model Kemmis and Mc Tanggart adalah model penelitian tidndakan
kelas kedua yang merupakan hasil pengembangan model Kurt Lewin. Model ini memiliki dua
siklus dengan tiga tahapan, yaitu : 1) perencanaan (plenning), 2) tindakan (action) dan pengamatan
(observing), 3) refleksi (reflecting). Komponen tindakan dan pengamatan dijadikan satu dengan
alasan keduanya dalam praktik tidak dapat dipisahkan. Penelitian yang dilakukan adalah
pengguanaan metode pembelajaran Word Square dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia di kelas
V, sebagai cara meningkatkan minat belajar dan keterampilan menyimak cerita. Analisis data yang
digunakan adalah analisis data deskriptif kualitatif.

HASIL
Perencanaan pelaksanaan penelitian tindakan kelas pada siklus II mengacu pada hasil observasi
Siklus I. Dari hasil observasi awal, permasalahan yang ditemui adalah sebagai berikut :
1) Siswa masih banyak mencontek jawaban.
2) Teknik pemberian tes kurang tepat, karena jawaban dilakukan berkelompok.
3) Siswa belum sepenuhnya memahami cara menjawab tes Word Square
4) Hasil penilaian atau skor rata-rata yang diperoleh belum mencapai Indikator keberhasilan
penelitian, yang mana indikator keberhasilah penelitian ini apabila presentase nilai rata-rata
mencapai minimal 85% atau termasuk kategori baik dan ketuntasan klasikal minimal 85% siswa
mendapatkan nilai lebih dari 85.
Dari permasalahan yang ada maka diputuskan perbaikan pembelajaran untuk meningkatkan
minat belajar dan keterampilan menyimak cerita siswa kelas V UPTD SD Negeri Banyuajuh 6
Kecamatan Kamal Kabupaten Bangkalan Tahun Pelajaran 2021/2022.
Untuk mengoptimalkan pelaksanaan perbaikan pembelajaran, maka disusun perencanaan
sebagai berikut :
1) Menyususn RPP dengan memperhatikan kel ebihan dan kelemahan siswa.
2) Menyiapkan media pembelajaran.
3) Menyiapkan lembar observasi.
4) Menentukan pelaksanaan observasi.
5) Menyiapkan alat evaluasi.
6
Hasil pengamatan yang dilakukan oleh observer dan penelitian selama pelaksanaan
pembelajaran Siklus II melalui penelitian tindakan kelas dengan menggunakan metode Word
Square, diperoleh catatan bahwa pada siklus II hasil tes Word Square dalam meningkatkan
keterampilan menyimak cerita mencapai skor keberhasilan penelitian. Dari hasil observasi siklus II,
diperoleh skor hasil tes Word Square sebagai berikut:

Tabel 1. Rekapitulasi Data Keterampilan Menyimak Cerita Pra Siklus


No. Data Keterampilan Pra Siklus Presentase
Pra Siklus

1 Tinggi 24 89%

2 Sedang 1 4%

3 Rendah 2 7%

Dari data tersebut dapat diperoleh bahwa skor rata-rata keterampilan dalam menyimak cerita
melalui tes Word Square adalah 98 (Tinggi). Ada 2 siswa yang termasuk dalam kategori rendah, 1
siswa kategori sedang, dan 24 siswa dengan kategori tinggi.
Berdasarkan hasil observasi terhadap keterampilan menyimak cerita melalui metode Word
Square pada siklus II, adalah sebagai berikut :
1) Pelaksanaan siklus II dilakukan berdasarkan adanya kekurangan pada siklus I, yaitu cara
pengerjaan tes word square dijelaskan kembali secara terperinci agar siswa memahami cara
pengerjaan tes word square.
2) Jumlah soal tes lebih sedikit dari soal tes siklus I dan cara pengerjaan dilakukan secara individu.
3) Hasil siklus II menunjukkan keberhasilan metode Word Square dalam meningkatkan minat
belajar dan keterampilan menyimak cerita siswa kelas V UPTD SD Negeri Banyuajuh 6, dengan
nilai rata-rata mencapai 98% (Tinggi).
Hasil yang diperoleh pada siklus II adalah 89% nilai rata-rata siswa berada dalam kategori
“Tinggi”. Maka hal tersebut menunjukan keberhasilan metode yang dilakukan dengan penetapan
Indikator keberhasilan penelitian ini apabila presentase nilai rata-rata mencapai minimal 85% atau
termasuk kategori baik dan ketuntasan klasikal minimal 85%.

PEMBAHASAN
Penelitian tindakan kelas yang dilakukan melalui dua siklus ini dilakukan untuk mengetahui
apakah penerapan metode Word Square dapat meningkatkan minat belajar dan keterampilan
menyimak carita siswa kelas V UPTD SD Negeri Banyuajuh 6 Kecamatan Kamal Kabupaten
Bangkalan. Dapat dilihat peningkatan skor keterampilan menyimak cerita siswa berdasarkan hasil

7
observasi mulai dari siklus awal (Pra siklus), siklus I dan siklus II. Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada gambar Grafik 1 :

Grafik 1. Skor Peningkatan Keterampilan Menyimak Cerita Siswa

Skor Peningkatan Keterampilan Menyimak


Cerita Siswa
98
100
90 78
80
70 53
60
50
40
30
20
10
0
Pra Siklus Siklus I Siklus II

Dari data grafik diatas dapat dilihat peningkatan skor keterampilan menyimak cerita siswa
dalam perbaikan pembelajaran dari awal sebelum dilakukan tindakan yaitu 53 kategori kurang,
meningkat siklus I menjadi 78 kategori sedang, dan terjadi peningkatan kembali pada siklus II
menjadi 98 kategori tinggi.
Dari hasil yang terdapat pada tabel dan grafik diatas menunjukkan peningkatan keterampilan
menyimak carita siswa kelas V UPTD SD Negeri Banyuajuh 6 Kecamatan Kamal Kabupaten
Bangkalan melalui Metode Pembelajaran Word Square. Hal ini terjadi karena metode pembelajaran
yang digunakan dapat menarik minat belajar siswa. Menurut Sukardi (1988:61), minat diartikan
sebagai suatu kesukaan, kegemaran atau kesenangan akan sesuatu. Karena anak sekolah dasar
merupakan anak yang masih senang bermain dan memiliki kebutuhan untuk bermain maka dari itu
metode Word Square menjadi metode yang dapat meningkatkan minat belajar mereka dengan
melakukan kegiatan belajar sambil bermain.
Saat minat belajar anak sudah timbul dalam belajar khususnya dalam meningkatkan
keterampilan mereka dalam belajar, keterampilan menyimak merupakan salah satu cara
peningkatan literasi. Menyimak merupakan keterampilan yang penting dimiliki oleh setiap individu
karena keterampilan menyimak memiliki dampak besar dalam kegiatan belajar, pekerjaan, dan

8
kualitas komunikasi, (Hermawan, 2012). Kegiatan menyimak juga merupakan kegiatan yang
banyak dilakukan dalam kegiatan belajar mengajar, siswa dapat memahami materi yang
disampaikan guru dan tujuan pembelajaran akan tercapai. Meningkatkan minat belajar, hasil belajar,
perkembangan Bahasa, dan keterampilan menyimak sebagai mana yang dipaparkan di atas, maka
salah satu cara yang dapat dilakukan adalah pemilihan metode pebelajaran word square. Dengan
keberhasilan ini juga menjadi keberhasilan dalam mencapai tujuan pendidikan yangmana Tujuan
pendidikan sekolah dasar menurut Miras dkk. (2005) bertujuan sebagai proses pengembangan
kemampuan yang paling mendasar pada setiap siswa, siswa belajar secara aktif kerena adanya
dorongan dalam diri dan suasana yang memeberikan kemudahan bagi perkembangan dirinya.

SIMPULAN
Penelitian tindakan kelas dilakukan di UPTD SD Negeri Banyuajuh 6 Kecamatan Kamal
Kabupaten Bangkalan. penelitian dilakukan di kelas V melalui observasi dan wawancara yang
dilakukan kepada siswa, guru, dan kepala sekolah, menegnai permasalahan yang dihadapi di SD
tersebut. permasalahan yang ditemukan adalah rendahnya keterampilan menyimak siswa yang
disebabkan oleh minat belajar siswa kurang.
Pemecahan masalah dilakukan dengan menerapkan model pembelajaran Word Square, model
pembelajaran Word Square adalah metode pembelajaran yang memadukan kemampuan menjawab
pertanyaan dengan kejelian dalam mencocokkan jawaban pada kotak-kotak jawaban (Kurniasih &
Berlin, 2015). Penelitian menggunakan teknik analisis data deskriptif kualitatif. Pengumpulan data
dilakukan dari kegiatan pengamatan (observasi) selama proses pembelajaran berlangsung dan data
akhir (hasil belajar siswa) diperoleh dari penilaian hasil tes tertulis.
Hasil belajar siswa pra siklus mendapatkan jumlah skor 1.440 dengan rata-rata skor 53
(Rendah). Ada 15 siswa yang termasuk dalam kategori rendah, 8 siswa kategori sedang, dan 4
siswa dengan kategori tinggi. Dengan presentase kategori rendah 55%, kategori sedang 30% dan
kategori tinggi 15%. Hasil belajar siswa siklus I mendapatkan jumlah skor 2.100 dengan rata-rata
skor 78 (Sedang). Ada 4 siswa yang termasuk dalam kategori rendah, 10 siswa kategori sedang,
dan 13 siswa dengan kategori tinggi. Dengan presentase kategori rendah 15%, kategori sedang
37% dan kategori tinggi 48%. Hasil belajar siklus II mendapatkan jumlah skor 2.480 dengan rata-
rata skor 98 (Tinggi). Ada 2 siswa yang termasuk dalam kategori rendah, 1 siswa kategori sedang,
dan 24 siswa dengan kategori tinggi. Dengan presentase kategori rendah 7%, kategori sedang 4%
dan kategori tinggi 89%.

DAFTAR PUSTAKA

9
Agiari. G.A, dkk. 2016. Penerapan Model Pembelajaran Word Square Untuk Meningkatkan
Keterampilan Menyimak Cerita Pada Siswa Kelas V. singaraja: . e-journal PGSD universitas
Pendidikan Ganesha. Vol. 4, No, 1.
Nasition. M.K. 2017. Pengunaan metode pembelajaran dalam peningkatan hasil belajar siswa.
Studia didaktika: jurnal ilmiah bidang pendidikan. Vol. 11, No. ..1. ISSN 1978-8169
Sirait. E.D. 2016. Pengaruh minat belajar terhadap prestasi belajar matematika. Jakarta: Jurnal
formatif. No. 6 Vol. 1. ISSN 2088-351x.
Susanto. Ahmad. 2013. Teori Belajar dan Pembelajaran Di Sekolah Dasar. Jakarta: Prenadamedia
Group. ISBN 978-602-7985-11-7

10

Anda mungkin juga menyukai