Anda di halaman 1dari 10

Jurnal Basicedu Volume 3 Nomor 4 Tahun 2019 Halaman 1038-1046

JURNAL BASICEDU
Research & Learning in Elementary Education
https://jbasic.org/index.php/basicedu

PENERAPAN STORYTELLING UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN


BERBICARA DI SEKOLAH DASAR
Desmarita Khairoes1, Taufina2

Universitas Negeri Padang, Sumatera Barat, Indonesia1,2


Email: desmaritakhairoes099@gmail.com1 , taufina_taufik@yahoo.co.id2

Abstrak:

penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan keterampilan berbicara siswa dan membantu siswa kelas I SDN
02 Koto Tangah Batu Ampa. Penelitian ini menggunakan Storytelling. Jenis penelitian ini adalah penelitian
tindakan kelas yang dilaksanakan dalam 2 siklus yang terdiri atas kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan
akhir. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi, catatan lapangan, dan dokumentasi. Analisis data
menggunakan kualitatif dan kuantitatif. Hasil penelitian menumjukkan terdapat penimgkatan kemampuan
berbicara melalui storytelling bahwa pada tindakan siklus I dari 25 oarang peserta didik yang tuntas 60% . dan
pada siklus II 88% dengan kategori sangat baik. Hal ini berarti pembelajaran pada siklus II telah memenuhi
indikator keberhasilan sehinnga dapat didimpulkan bahwa perbaikan pembelajaran dengan storytelling dapat
meningkatkan keterampilan berbicara siwa pada mata pelajaran bahasa Indonesia di kelas I SD Negeri 02
Koto Tangah Batu Ampa.

Kata Kunci : Keterampilan Berbicara, Pembelajaran Tematik dan Storytelling.

Abstract:
This research aims to improve students' speaking skills and help students of grade I SDN 02 Koto Tangah
Batu Ampa. This research uses Storytelling. This type of research is a classroom action research conducted in
2 cycles consisting of initial activities, core activities, and final activities. Data collection techniques using
observation, field notes, and documentation. Data analysis uses qualitative and quantitative. The results
showed there was an increase in speaking ability through storytelling that in the first cycle of the 25 students
60% completed. and in the second cycle 88% with a very good category. This means that learning in cycle II
has met the indicators of success so that it can be concluded that the improvement of learning by storytelling
can improve students' speaking skills in Indonesian subjects in grade I of SD Negeri 02 Koto Tangah Batu
Ampa.
Keywords: Speaking Skills, Thematic Learning and Storytelling

@Jurnal Basicedu Prodi PGSD FIP UPTT 2019

 Corresponding author :
Address : ISSN 2580-3735 (Media Cetak)
Email : ISSN 2580-1147 (Media Online)
Phone :

Jurnal Basicedu Vol 3 No 4 November Tahun 2019 p-ISSN 2580-3735 e-ISSN 2580-1147
1039 Penerapan Storytelling untuk meningkatkan keterampilan berbicara di Sekolah Dasar –
Desmarita Khairoes, Taufina

PENDAHULUAN baik internal maupun eksternal yang terus


Pendidikan adalah komponen berubah. Dalam konteks ini kurikulum sebagai
penting yang harus dimiliki oleh setiap bangsa, produk kebijakan bersifat dinamis, kontestual,
termasuk Indonesia. Melalui pendidikan dan relatif(Machali, 2015).
diharapkan terciptalah generasi penerus yang Kurikulum 2013 mengintegrasikan
bisa mengharumkan nama bangsa dikancah tiga ranah kompetensi yaitu sikap,
Internasional. Pendidikan juga merupakan pengetahuan dan keterampilan yang dalam
salah satu aspek yang menentukan masa depan implementasinya terangkum dalam
bangsa. Undang – undang RI nomor 20 tahun Kompetensi Inti 1 (KI-1) berupa sikap
2003tentang Sistem Pendidikan Nasional (UU spiritual, Kompetensi Inti 2 ( KI-2) berupa
Sisdiknas) mengenai tujuan pendidikn nasional sikap sosial, Kompetensi Inti 3(KI-3) berupa
yang harus digunakan dalam mengembangkan pengetahuan,dan Kompetensi Inti 4 ( KI-4)
upaya pendidikan di Indonesia. Pendidikan berupa Keterampilan(kemendikbud, 2016).
Nasional brtujuan untuk berkembangnya Pembelajaran bahasa Indonesia
potensi peserta didik agar menjadi manusia memiliki peran yang sangat penting bukan
yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan hanya untuk membina keterampilan
Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, komunikasi saja melainkan juga kepentingan
berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi penguasaan ilmu pengetahuan yang lain.
warga negara yang demokratis serta Melalui bahasa, peserta didik belajar berbagai
bertanggung jawab. pengetahuan yang ada di dunia ini. Dalam
Kurikulum merupakan jantungnya konteks ini bahasa digunakan para peserta
pendidikn (Curruculum is The Heart of didik belajar berbagai macam ilmu
Education). Sejak Indonesia merdeka, pengetahuan yang di ajarkan di
pendidikan telah mengalami berbagai sekolah(Tambunan, 2017).
perubahan dan perbaikan kebijakan kurikulum. Sekolah sebagai wadah dalam
Dalam sejarah kurikulum di Indonesia Paling prosesbelajar yang mempunyai kedudukan
tidak telah mengalami sebelas kali dinamika yang amat penting dalam dunia pendidikan.
perubahan. Dimulai dari masa Oleh karena itu, pendidikan di sekolah
prakemerdekaan dengan bentuk yang sangat memegang peran yang sangat penting yaitu
sederhana, dan masa kemerdekaan yang terus dalam rangka mewujudkan pendidikan
menerus di sempurnakan yaitu pada tahun nasional secara optimalan maksimal seperti
1947, 1952, 1964, 1968, 1975, 1984, 1994, apa yang diharapkan selama ini. Dalam proses
2004, 2006, dan tahun 2013. Berbagai belajar mengajar di sekolah guru menjadi
kebijakan perubahan kurikulum tersebut peran utama dalam menciptakan suatu
didasarkan pada hasil analisis, evaluasi, situasiinteraktif yang bersifat edukatif, yaitu
prediksi dan berbagai tantangan yang dihadapi interaksi antara guru dengan peserta didik,

Jurnal Basicedu Vol 3 No 4 November Tahun 2019 p-ISSN 2580-3735 e-ISSN 2580-1147
1040 Penerapan Storytelling untuk meningkatkan keterampilan berbicara di Sekolah Dasar –
Desmarita Khairoes, Taufina

peserta didik dengan peserta didik dan sumber judul cerita, e) mendengarkan judul cerita, f)
pembelajaran yang dapat menunjang mulai storytelling, g) setelah selesai
tercapainya tujuan dari belajar. storytelling anak memberikan kesimpulan isi
Dalam pembelajaran di sekolah, cerita, h) guru melengkapi kesimpulan cerita
keterampilan berbicara diperlukan sebagai alat dari peserta didik.
menyatakan pendapat, gagasan, memberikan Dalam Kamus Besar Bahasa
informasi atau menerima informasi. Indonesia (2001: 1180) keterampilan adalah
Berdasarkan hal di atas, peneliti memilih kecakapan untuk menyelesaikan
Storytelling untuk di jadikan sebagai strategi tugas(Sufriadi, 2015). Dapat disimpulkan
dan salah satu upaya dalam meningkatkan bahwa keterampilan adalah kemampuan
keterampilan berbicara peserta didik di SDN peserta didik dalam melakukan berbagai
02 Koto Tangah Batu Ampa yang berjumlah aktivitas dalam usahanya untuk menyelesaikan
25 orang belum secara baik ditingkatkan. tugasnya. Keterampilan tersebut perlu dilatih
Padahal keterampilan berbicara sangat penting kepada peserta didik sejak dini supaya di masa
untuk ditingkatkan dan awal yang cocok yang akan datang peserta didik akan tumbuh
dikembangkan keterampilan berbicara yaitu menjadi generasi yang terampil dan cekatan
pada masalah pendidikan disekolah dasar dalam melakukan segala aktivitas , dan
(Eko, 2016). mampu menghadapi permasalahan dalam
Berdasarkan hasil observasi awal hidup mereka.
yang dilakukan ditemukan masih rendahnya Definisi berbicara juga dikemukakan
kemampuan berbicara peserta didik. Dan hasil oleh Brown dan Yule (Tambunan, 2017).
observasi kegiatan yang dilakukan dalam Berbicara adalah kemampuan mengucapkan
kelas, guru masih kurang dalam melakukan bunyi – bunyi bahasa untuk mengekspresikan
kegiatan bervariasi dalam kegiatan atau menyampaikan pikiran, gagasan atau
pembelajaran. Pentingnya aktivitas yang dapat persaan secara lisan.
muncul rasa ingin tahu peserta didik, Tujuan utama berbicara adalah untuk
pengalaman sensori dan mengeksplorasi ide dapat berkomunikasi dengan baik. Komunikasi
akan dapat meningkatkan motivasi peserta merupakan pengiriman dan penerimaan pesan
didik dalm kegiatan pembelajaran. atau berita antara dua orang atau lebih
Bercerita mempu mengembangkan sehingga pesan yang dimaksud dapat
kemampuan berbicara anak di sekolah dengan dipahami. Oleh karena itu, agar dapat
langkah – langkah sebagai berikut:a) peserta menyampaikan pesan secara lebih efektif,
didik mengatur posisi duduknya , b) anak pembicara juga harus memahami apa yang
memperhatikan guru, c) peserta didik akan disampaikan atau dikomunikasikan.
termotivasi untuk mendengarkan cerita, d) TIM LBB SSC Intersolusi ( 2006:84)
anak di berikan kesempatan untuk memberi berpendapat tujuan dari berbicara yakninya

Jurnal Basicedu Vol 3 No 4 November Tahun 2019 p-ISSN 2580-3735 e-ISSN 2580-1147
1041 Penerapan Storytelling untuk meningkatkan keterampilan berbicara di Sekolah Dasar –
Desmarita Khairoes, Taufina

untuk: 1) memberitahukan sesuatu kepada orang lain tentang suatu peristiwa atau
pendengar, 2) meyakinkan atau kejadian.
mempengaruhi pendengar, serta 3) menghibur Selanjutnya Jennings juga
pendengar. menjelaskan bahwa storytelling adalah suatu
Berdasarkan pendapat dari para ahli seni yang tidak dibatasi oleh waktu dan
di atas, dapat disimpulkan bahwa tujuan dari budaya. Bercerita juga merupakan alat untuk
berbicara secara khusus adalah untuk dapat menyampaikan pengetahuan, perasaan, pikiran
berkomunikasi. Sedangkan tujuan berbicara dan ide.
secara umum ialah untuk memberitahukan Menurut Cameron bahwa
atau melaporkan informasi kepada penerima Storytelling merupakan suatu kegiatan lisan
informasi, meyakinkan ataupun mempengaruhi yang telah dirancang tidak hanya untuk
penerima informasi, untuk menghibur, serta didengarkan akan tetapi juga terlibat di
menghendaki reaksi atau tanggapan dari dalamnya. Oleh sebab itu melalui bercerita ini
pendengar itu sendiri. para peserta didik dapat berfantasi dan
Storytelling ( bercerita atau menerima kesan – kesan yang membuat
mendongeng) adalag suatu rangkaian dari jiwanya menjadi aktif. Berdasarkan pendapat
sebuah strategi yang lebih sistematis berisi dari para ahli di atas peneliti dapat
aktivitas dari pemindahan cerita yaitu dari menyimpulkan melalui storytelling ini di
pencerita kepada si pendengar(Soesilo, 2018). harapkan akan dapat membantu memberikan
Subyanto menjelaskan bahwa sebuah pengalaman yang menarik bagi peserta
bercerita adalah serangkaian dari strategi yang didik sehingga peserta didik mampu untuk
sifatnya sitematis berupa aktivitas pemindahan menceritakan kembali cerita yang telah
cerita dari pencerita kepada didengarnya dalam rangka peningkatan
pendengar(Winarsih & Martani, 2018). kemampuan berbicara peserta didik dan
Pengetahuan yang terbentuk pada peserta didik kemudian memperoleh nilai yang bermakna
mengenai bentuk, atau karakter dari berbagai dari isi sebuah cerita.
tokoh dapat dihasilkan dari mendengarkan
cerita yang dituturkan oleh pencerita itu METODE
sendiri. Penelitian yang digunakan peneliti
Whitehead mengemukakan bahwa adalah Metode Penelitian Tindakan Kelas. Dan
storytelling adalah suatu kejadian baik yang metode ini terdidri dari tahapan yang
nyata maupun imajinasi yang telah disususn bersiklus. Tiap siklus dilakukan beberapa
untuk disampaikan atau dibagikan kepada tahapan, yakni: a) perencanaan tindakan, b)
orang lain. Bercerita berarti menekankan pelaksanaan tindakan, c) observasi, d) refleksi.
narasi bahwa seseorang mengatakan kepada Pelaksanaan tindakan ini dilakukan dalam
siklus berulang. Setiap pelaksanaan dilakukan

Jurnal Basicedu Vol 3 No 4 November Tahun 2019 p-ISSN 2580-3735 e-ISSN 2580-1147
1042 Penerapan Storytelling untuk meningkatkan keterampilan berbicara di Sekolah Dasar –
Desmarita Khairoes, Taufina

sesuai dengan RPP ysng telah disiapkan. kurang mampu berkomunikasi dengan baik,
Model ini mengacu pada memodifikasi mencampur aduklan antara bahsa Indonesia
giagram yang mencantumkan Kemmis dan Mc dengan bahasa daerah.
Tanggart ( Depdiknas, 2005: 6), seperti pada
Tabel 1. Hasil skor siswa
gambar. Pada model penelitian ini, tindakan Juml
(acting) dan obsevasi ( observing) dijadikan ah
Skor %
N L/ skor Ketera
Nama Idea Daya
sebagai satu kesatuan karena kedua o P pero ngan
l Serap
leha
komponenya merupakan dua kegiatan yang
n
tidak bisa dipisahkan. Afifa Galuh
1 P 100 5,3 5,3 TT
Fatiha
Teknik pengumpulan data yang digunakan Alhtaf Fitrah
2 L 100 4,1 4,1 TT
dalam penelitian ini adalah observasi, Janksie
3 Anisa 100 6,9 6,9 T
wawancara dan dokumentasi. Analisis data Nabillah P
berupa analisis darta kuantitatif dan analisis Marfi
4 Arsya 100 5,0 5,0 TT
data kualitatif. Analisis data kuantitatif barupa Rahmanda P
Putri
hasil observasi dalam bentuk tabel data dan
5 Asha Sharieza P 100 6,6 6,6 T
grafik. Sedangkan pada analisis data kualitatif 6 Bella Zahra 100 6,6 6,6 T
P
Maharani
dilakukan dengan cara mereduksi data, display
7 Chantika 100 6,9 6,9 T
P
data dan penarikan kesimpulan. Rosady
8 Chelsea Okta 100 6,9 6,9 T
P
Valencia
HASIL DAN PEMBAHASAN
9 Dinda Putri 100 5,3 5,3 TT
P
Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini Seriena
10 Difa Okta 100 5,3 5,3 TT
adalah observasi di kelas I SD Negeri 02 Koto L
Yudha
Tangah Batu Ampa. Rata – rata yang didapat 11 Elfira Agustin
P
100 6.9 6.9 T
Fania
dari hasil belajar siswa adalah 60,82. 12 Farhan 100 5,6 5,6 TT
L
Berdasarkan data yang diambil dari Wali Ghiffary
13 Fasya Putri 100 7,8 7,8 T
Kelas I SD Negeri 02 Koto Tangah Batu P
Tiana
14 Fitri Arifah P 100 6,9 6,9 T
Ampa menyatakan bahwa nilai belajar klasikal
15 Fitria Indra 100 5,0 5,0 TT
P
anak yang belum tuntas mencapai 52%. Hal Yelti
16 Ghina 100 7,8 7,8 T
inilah yang menyebabkan keterampilan Kutimala
P

berbicara peserta didik masih rendah. Para 17 Hanifah Aulia


P
100 5,3 5,3 TT
Nabilla
peserta didik masih banyak uang malu dan 18 Haviza Joya 100 4,8 4,8 TT
P
takut untuk sekedar bertanya ataupun Rigeri
19 Igo Cikal 100 6,6 6,6 T
mengeluarkan pendapat mereka. Penggunaan L
Muharam
bahasa mereka sangat kental sekali, dalam 20 Khairani 100 5,8 5,8 TT
P
Ramadhani
kehidupan sehari – hari peserta didik 21 Luthfi Diona 100 6,8 6,8 T
L
Pratama
menggunkan bahasa IBU ( bahasa Minang
22 M. Ikhwanul 100 5,6 5,6 TT
L
Kabau). Oleh sebab itu banyak peserta didik Arif

Jurnal Basicedu Vol 3 No 4 November Tahun 2019 p-ISSN 2580-3735 e-ISSN 2580-1147
1043 Penerapan Storytelling untuk meningkatkan keterampilan berbicara di Sekolah Dasar –
Desmarita Khairoes, Taufina

23 M.Rizki 100 7,6 7,6 T Yelti


Miftha L 16 Ghina 100 7,8 7,8 T
P
Alhamid Kutimala
24 Muhammad 100 6,6 6,6 T 17 Hanifah 100 5,3 5,3 TT
L Aulia P
Iqbal Nabilla
25 Muhammad 100 7,5 7,5 T 18 Haviza Joya 100 4,8 4,8 TT
L P
Wefi Delin Rigeri
Keterangan : T = Tuntas ,TT = Tidak Tuntas 19 Igo Cikal 100 6,6 6,6 T
L
Muharam
Berdasarkan hasil obsevasi aktivitas 20 Khairani 100 5,8 5,8 TT
P
Ramadhani
guru menunjukkan jumlah skor yang diperoleh 21 Luthfi 100 6,8 6,8 T
Diona L
dari semua item penilaian adalah 10 dari 16 Pratama
22 M. 100 5,6 5,6 TT
skor total dan persentasi rata – rata 62,5% Ikhwanul L
Arif
dengan kriteria cukup. Hasil yang diperoleh 23 M.Rizki 100 7,6 7,6 T
belum mencapai indikator yang telah Miftha L
Alhamid
ditetapkan, sehingga guru masih perlu 24 Muhammad
L
100 5,6 5,6 TT
Iqbal
meningkatkan aktivitas peserta didik. 25 Muhammad 100 7,5 7,5 T
L
Wefi Delin
Tabel 2. Analisis Tes Tindakan Siklus I
Berdasarkan analisis di atas, skor rata-
Jumla
N
L Skor
h skor
% Kete rata sudah menunjukkan peningkatan dari hasil
Nama / Idea Daya rang
o perole belajar sebelum di adakan penelitian 52%,
P l Serap an
han
Afifa Galuh yaitu sebesar 8%. Presentase tumtas klasikal
1 P 100 5,3 5,3 TT
Fatiha
Alhtaf yang diperoleh setelah penelitian yaitu sebesa
2 Fitrah L 100 4,1 4,1 TT
Janksie 60%, belum mencapai presentase ketuntasan
3 Anisa 100 6,9 6,9 T
Nabillah P
yang telah ditetapkan oleh sekolah yaitu 70%.
Marfi
4 Arsya 100 5,0 5,0 TT Pelaksanaan pada siklus II tidaklah
Rahmanda P
Putri jauh berbeda dengan siklus I, hanya saja
5 Asha 100 6,6 6,6 T
P beberapa hal yang di anggap kurang pada
Sharieza
6 Bella Zahra 100 6,6 6,6 T
P siklus I diperbaiki pada siklus II.
Maharani
7 Chantika 100 6,9 6,9 T
Rosady
P Tabel 3. Analisis Tes Tindakan Siklus II
8 Chelsea 100 6,9 6,9 T
Okta P Jumla %
Valencia Skor Ket
N L/ h skor Daya
Nama Idea eran
9 Dinda Putri 100 5,3 5,3 TT o P perole Sera
P l gan
Seriena han p
10 Difa Okta 100 5,3 5,3 TT Afifa Galuh
L 1 P 100 7,3 7,3 T
Yudha Fatiha
11 Elfira 100 6.9 6.9 T Alhtaf Fitrah
2 L 100 7,1 7,1 T
Agustin P Janksie
Fania 3 Anisa 100 6,9 6,9 T
12 Farhan 100 5,6 5,6 TT Nabillah P
L
Ghiffary Marfi
13 Fasya Putri 100 7,8 7,8 T 4 Arsya 100 7,0 7,0 T
P
Tiana Rahmanda P
14 Fitri Arifah P 100 6,9 6,9 T Putri
15 Fitria Indra P 100 5,0 5,0 TT 5 Asha Sharieza P 100 6,3 6,3 T

Jurnal Basicedu Vol 3 No 4 November Tahun 2019 p-ISSN 2580-3735 e-ISSN 2580-1147
1044 Penerapan Storytelling untuk meningkatkan keterampilan berbicara di Sekolah Dasar –
Desmarita Khairoes, Taufina

6 Bella Zahra
P
100 6,3 6,3 T Penerapan Storytelling dalam
Maharani
7 Chantika 100 6,3 6,3 T pembelajaran Bahasa Indonesia sesuai dengan
P
Rosady
8 Chelsea Okta 100 6,9 6,9 T hasil penelitian yang dilaksanakan dalam dua
P
Valencia
9 Dinda Putri 100 6,6 6,6 T
siklus dapat meningkatkan hasili belajar para
P
Seriena peserta didik pada kelas I SD Negeri 02 Koto
10 Difa Okta 100 6,6 6,6 T
L
Yudha Tangah Batu Ampa. Berdasarkan penelitan ini
11 Elfira Agustin 100 6.9 6.9 T
P telah menunjukkan bahwa pada kelas rendah
Fania
12 Farhan 100 5,6 5,6 TT
L memanglah belajar sambil bermain. Dan
Ghiffary
13 Fasya Putri 100 7,8 7,8 T
P berdasarkan data yang diambil dapat
Tiana
14 Fitri Arifah P 100 6,9 6,9 T disimpulkan bahwa penerapan Storytelling ini
15 Fitria Indra 100 5,0 5,0 TT
P
Yelti dapat meningkatkan keterampilan berbicara
16 Ghina 100 7,8 7,8 T
P peserta didik terutama di kelas rendah.
Kutimala
17 Hanifah Aulia 100 6,6 6,6 T
Nabilla
P Penerapan Storytelling telah
18 Haviza Joya 100 6,8 6,8 TT menunjukkan bahwa hasil belajar siswa dapat
P
Rigeri
19 Igo Cikal 100 6,3 6,3 T meningkat. Dan dari data juga menunjukkan
L
Muharam
20 Khairani 100 6,8 6,8 T bahwa siklus I peserta didik sudah
P
Ramadhani
21 Luthfi Diona 100 6,6 6,6 T menunjukkan peningkatan hasil belajarnya
L
Pratama
22 M. Ikhwanul 100 7,6 7,6 T
dari 60,82 menjadi 64,28 meskipun belum
L
Arif mencapai KKM yang telah di tetapkan yaitu
23 M.Rizki 100 7,6 7,6 T
Miftha L 65. Penerapan Storytelling ini dianggap baik
Alhamid
24 Muhammad 100 6,8 6,8 T maka dilakukanlah siklus II dalam rangka
L
Iqbal
25 Muhammad 100 6,5 6,5 T meningkatkan hasil belajar peserta didik. Dan
L
Wefi Delin
hasilnyatelah membuktikan bahwa terdapat
kenaikan 15% dari Siklus I yaitu antara 64,28
Berdasarkan hasil evaluasi
menjadi 79.94. peningkatan ini adalah hasil
pelaksanaan tindakan siklus II bahwa motivasi
belajar peserta didik dari siklus I ke siklus II
peserta didik dalam kegiatan pembelajaran
telah mengalami peningkatan.
sangat baik, dan peserta didik lebih aktifdalam
Terdapat 3 peserta didik yang belum
mendengarkan guru mengajar. Dan juga
tuntas. Hal ini di sebabkan ketiga peserta didik
terlihat pada siklus II ini hanya 3 orang peserta
tersebut mempunyai kekurangan daya tangkap
didik saja yang tidak tuntas perolehannya. Hal
dan masih malu berbicara di depan kelas.
tersebut menunjukkan terdapat peningkatan
Berdasarkan data di atas dapat peneliti
presentase perolehan dari siklus I ke siklus II,
yaitu 64,28% pada siklus I menjadi 79,94% simpulkan bahwa keterampilan berbicara
pada siklus II atau kenaikannya apabila di melalui penerapan storytelling dapat
presentasekan sebesar 15,66%. meningkatkan hasil belajar peserta didik.
Penerapan Storytelling ini dapat

Jurnal Basicedu Vol 3 No 4 November Tahun 2019 p-ISSN 2580-3735 e-ISSN 2580-1147
1045 Penerapan Storytelling untuk meningkatkan keterampilan berbicara di Sekolah Dasar –
Desmarita Khairoes, Taufina

meningkatkan perhatian peserta didik, dan DAFTAR PUSTAKA


merangsang para peserta didik untuk lebih
Aji, W. N., & Budiyono, S. (2018).
aktif dalam proses belajar di dalam kelas International Journal of Active Learning
The Teaching Strategy of Bahasa
Indonesia in Curriculum 2013.
SIMPULAN International Journal of Active Learning,
3(2), 58–64.
Berdasarkan hasil dan pembahasan,
maka dapat peneliti simpulkan bahwa Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur
Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.
penerapan storytelling dapat meningkatkan Jakarta: PT Rineka Cipta.
keterampilan berbicara pada peserta didik di
Anwar, Ruminiati, S. (2017). Pembelajaran
kelas I SD Negari 02 Koto Tangah Batu Tematik Terpadu. Cendekia, (978-602-
Ampa, serta dapat meningkatkan aktivitas 71836-6–7), 1005–1013. Retrieved from
Mohfaridnurulanwar.
belajar peserta didik. Selain hal itu
keterampilan berbicara dapat ditingkatkan Eko. (2016). Peningkatan Keterampilan
Berbicara Melalui Metode Storytelling
melalui penerapan storytelling, dengan hasil (Bercerita) Dengan Menggunakan
belajar peserta didik dari 60,82(nilai rata – rata Boneka Tangan Pada Mata Pelajaran
Bahasa Indonesia Siswa Kelas V Sd
hasil belajar sebelum penelitian) menjadi Negeri Teloyo 3. Naskah Publikasi
64,28 (siklus I) dan 79,94 ( siklus II). Ilmiah, 2(4), 4–5.

Begitupun pada ketuntasan klasikal meningkat Machali, I. (2015). Kebijakan Perubahan


dari ketuntasan 60% pada siklus I menjadi Kurikulum 2013 dalam Menyongsong
Indonesia Emas Tahun 2045. Jurnal
88%pada siklus II. Demikian peningkatan Pendidikan Islam, 3(1), 71.
daya serap klasikal dari 64,28% pada siklus I https://doi.org/10.14421/jpi.2014.31.71-
94
minjadi 79,94 % pada siklus II.
Guru diharapkan lebih banyak Soesilo, dkk. (2018). Meningkatkan
Kemampuan Berbicara Anak Usia 5-6
memberikan kesempatan pada peserta didik Tahun Melalui Digital Storytelling Di Tk
untuk mengembangkan keterampilan berbicara Apple Kids Salatiga Apple Kids Salatiga
terlihat kesulitan di aspek fonologis .
Anak – anak harus di kenalkan dengan Seperti , ketika masih ada yang kurang
berbagai macam cerita atau storytelling agar jelas atau perlu keterlambatan ini
berdampak pad. Pendidikan Usia Dini,
dapat merangsang otak peserta didik dan 12(1), 1–11.
mengasah keterampilan berbicara pada diri
Sufriadi. (2015). Pembelajaran Bahasa
peserta didik Indonesia Kelas Rendah Di Sekolah
Dasar Islam Sabilal Muhtadin
Banjarmasin (the Learning of Indonesian
of Low Class At Islamic Primary School
of Sabilal Muhtadin Banjarmasin).
Jurnal Bahasa, Satra, Dan
Pembelajarannya, 5(1), 81–93. Retrieved
from
http://ppjp.unlam.ac.id/journal/index.php
/jbsp

Jurnal Basicedu Vol 3 No 4 November Tahun 2019 p-ISSN 2580-3735 e-ISSN 2580-1147
1046 Penerapan Storytelling untuk meningkatkan keterampilan berbicara di Sekolah Dasar –
Desmarita Khairoes, Taufina

Tambunan, P. (2017). Pembelajaran


Keterampilan Berbicara Di Sekolah
Dasar. The British Journal of Psychiatry,
112(483), 211–212.
https://doi.org/10.1192/bjp.112.483.211-
a

Winarsih, T., & Martani, W. (2018).


Storytelling Using Wayang Kancil To
Enhance the Understanding of Prosocial
Behavior for Preschool Children.
SOSIOHUMANIORA: Jurnal Ilmiah
Ilmu Sosial Dan Humaniora, 4(1), 23–
36.
https://doi.org/10.30738/sosio.v4i1.2214

Zainal Abidin. (2018). Peningkatan


kemampuan berbicara pembelajaran
bahasa indonesia dengan teknik
bercerita ( story telling ) pada sekolah
dasar. 1(1), 3–13.

Zuhriyah, M. (2017). Storytelling to Improve


Students’ Speaking Skill. English
Education: Jurnal Tadris Bahasa
Inggris, 10(1), 119–134. Retrieved from
http://ejournal.radenintan.ac.id/index.php
/ENGEDU/article/view/879/753

Jurnal Basicedu Vol 3 No 4 November Tahun 2019 p-ISSN 2580-3735 e-ISSN 2580-1147
1006 Penerapan Storytelling untuk meningkatkan keterampilan berbicara di Sekolah Dasar –
Desmarita Khairoes, Taufina

Jurnal Basicedu Vol 3 No 4 November Tahun 2019 p-ISSN 2580-3735 e-ISSN 2580-1147

Anda mungkin juga menyukai