Anda di halaman 1dari 53

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Pendidikan pada dasarnya tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan

manusia. Dengan adanya pendidikan manusia akan mendapatkan ilmu

pengetahuan. Menurut Undang-undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003

“Pendidikan adalah usaha untuk mewujudkan suasana belajar dan perubahan

belajar supaya siswa aktif dalam mengembangkan kemampuan dirinya untuk

memiliki kekuatan kegamaan, pengendalian diri, kecerdasan, akhlak yang mulia

serta keterampilan untuk dirinya sendiri, masyarakat, bangsa dan negara”.

Pendidikan merupakan unsur penting dalam suatu bangsa dalam

mewariskan nilai agar dapat menjalani kehidupan di masyarakat dengan baik.

Pendidikan dapat membantu siswa dalam mengembangkan peserta didik dalam

kemampuan, kecakapan, serta karakter pribadi siswa ke arah yang baik bagi

dirinya maupun lingkungannya. Pendidikan merupakan salah satu unsur

kehidupan yang tidak bisa ditinggalkan oleh semua manusia. Menurut Rusmaini

(dalam Maryamah, 2015:304) pendidikan berfungsi untuk mengembangkan diri

agar kemampuan yang ada pada dirinya dapat dikembangkan, serta membentuk

karakter menjadi yang lebih baik lagi bagi dirinya sendiri maupun didalam

lingkungan sekitarnya.

Secara umum, diketahui bahwa bahasa adalah alat komunikasi utama

dalam kehidupan manusia. Oleh sebab itu, disetiap sekolah, baik sekolah dasar

(SD) maupun menengah, bahasa dimasukkkan ke dalam salah satu mata pelajaran

1
2

pokok yang wajib dipelajari oleh setiap siswa. Pembelajaran bahasa Indonesia ini

diarahkan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam berkomunikasi dengan

menggunakan bahasa Indonesia agar siswa dapat memahami pelajaran-pelajaran

lain yang menggunakan bahasa Indonesia. Kurikulum yang digunakan dalam SD

Negeri Sumber Jaya ini adalah kurikulum 2013, kurikulum 2013 adalah

kurikulum yang berlaku dalam Sistem Pendidikan Indonesia. Kurikulum 2013

adalah kurikulum baru yang dilaksanakan secara bertahap pada satuan pendidikan

mulai tahun ajaran baru 2013/2014. Kurikulum ini merupakan kurikulum tetap

yang diterapkan oleh pemerintah untuk menggantikan kurikulum 2006 atau

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan yang telah berlaku selama kurang lebih 6

tahun. Kurikulum 2013 memiliki empat aspek penilaian yaitu aspek pengetahuan,

aspek keterampilan, aspek sikap, dan perilaku. (Yusuf, 2018:265).

Pembelajaran bahasa Indonesia memiliki peran yang sangat penting

yaitu memberi pengaruh dalam perkembangan intelektual, sosial dan emosi

peserta didik serta sebagai pendorong keberhasilan dalam mempelajari

pelajaran yang lainnya. Pembelajaran bahasa Indonesia merupakan salah satu

pembelajaran yang wajib diajarkan di Sekolah Dasar di wilayah Indonesia.

Pembelajaran bahasa Indonesia penting diajarkan mengacu pada tujuan

pembelajaran bahasa Indonesia, yaitu: “(1) Komunikasi secara efektif dan

efisien dengan etika yang berlaku baik secara lisan maupun tulisan, (2)

menghargai dan bangga menggunakan Bahasa Indonesia sebagai Bahasa

Persatuan, (3) Memahami Bahasa Indonesia dan menggunakannya dengan

tepat dan untuk berbagai tujuan,(4) Menggunakan bahasa indonesia untuk


3

meningkatkan kemampuan pengetahuan, emosional dan sosial, (5)

Memanfaatkan karya sastra untuk memperluas pengetahuan dan kemampuan

seseorang dalam berbahasa”. Mulyasa (dalam Afandi, 2013:15).

Berdasarkan wawancara pada tanggal 18 Maret 2021 dengan Ibu Rini

Fauzatul Janah, yang merupakan Guru kelas III di SD Negeri Sumber Jaya.

Diketahui bahwa hasil belajar siswa kelas IIIpada pembelajaran Bahasa

Indonesia kurang memuaskan, dan masih banyak siswa memperoleh nilai di

bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah diterapkan di sekolah

yaitu 65. Hal ini dapat dibuktikan bahwa sebagian besar hasil belajar Bahasa

Indonesia siswa kelas III, siswa yang belum mencapai KKM sebanyak 59%

dari 16 siswa (10 siswa) siswa yang mencapai nilai KKM yaitu sebanyak

41% dari 16 siswa (6 siswa).

Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa tingkat keberhasilan belajar

Bahasa Indonesia siswa masih rendah. Untuk memperoleh hasil belajar yang

diinginkan sesuai dengan kriteria yang ditetapkan, maka diperlukan langkah-

langkah yang tepat dalam menerapkan model pembelajaran. Terdapat

beberapa model pembelajaran yang dapat diterapkan dalam memperbaiki

pembelajaran Bahasa Indonesia, salah satunya yaitu menggunakan model

pembelajaran Cooperative Script. Dengan menerapkan model pembelajaran

cooperative script yang diharapkan dapat membantu siswa dalam

meningkatkan hasil belajar mata pelajaran Bahasa Indonesia Siswa Kelas III

SD Negeri Sumber Jaya.


4

Penelitian ini juga relevan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Salamiah (2018) dalam penelitiannya yang berjudul “Penerapan Model

Pembelajaran Kooperatif Tipe Script Untuk Meningkatkan Hasil Belajar

Bahasa Indonesia Pada Materi Menyimak Cerita Siswa Kelas VI SD Negeri

020 Tembilahan Hilir ”Pembelajaran menyimak cerita anak telah diberikan

guru kepada siswa kelas VI SD Negeri 020 Tembilahan Hilir. Berdasarkan tes

awal hasilnya hanya mencapai nilai rata-rata 20% atau belum memuaskan.

Penelitian ini dilakukan di kelas VI SD Negeri 020 Tembilahan Hilir dengan

jumlah subjek 20 orang siswa. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini

melalui tes dan observasi. Kemudian teknik analisis yang dilakukan secara

deskriptif. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa hasil belajar Bahasa

Indonesia mengalami peningkatan. Hal ini terlihat pada awal tes sebesar 20%

atau hanya 4 siswa dari 20 siswa yang tuntas, pada siklus I meningkat

menjadi 50% karena dari 20 siswa 10 siswa tuntas, dan pada siklus II

meningkat sebesar 85% yakni dari 20 siswa 17 siswa.

Berdasarkan permasalahan di atas, penulis tertarik melakukan

penelitian dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran Cooperative Script

Terhadap Hasil Belajar Bahasa Indonesia Siswa Kelas III SD Negeri Sumber

Jaya”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka secara umum yang menjadi

permasalahan yang akan dibahas yaitu “Apakah hasil belajar Bahasa

Indonesia siswa kelas III SD Negeri Sumber Jaya setelah di terapkan model
5

Cooperative Script secara signifikan tuntas?”

C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dijelaskan, tujuan dari

penulisan makalah ini adalah “Untuk mengetahui hasil belajar Bahasa

Indonesia setelah diterapkan model Cooperative Script secara signifikan

tuntas.”

D. Manfaat Penulisan

Penulisan ini di harapkan dapat bermanfaat untuk :

1. Bagi Siswa

Untuk memotivasi belajar siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran

terutama pada pengajaran menggunakan model pembelajaran cooperative

script dan untuk meningkatkan keaktifan siswa.

2. Bagi Guru

Sebagai bahan informasi atau referensi dalam penggunaan model

pembelajaran cooperative script untuk meningkatkan hasil belajar siswa

dalam proses pembelajaran di kelas.

3. Sekolah

Tulisan ini dapat dijadikan sebagai sumbangsih bagi sekolah dalam

meningkatkan mutu pendidikan dan prestasi hasil belajar siswa dengan

menggunakan model pembelajaran cooperative script.

4. Penulis

Sebagai penambah wawasan dan pengetahuan penulis ketika menjadi

seorang guru serta menambah pengetahuan dalam penggunaan model


6

pembelajaran cooperative script dalam pembelajaran Bahasa Indonesia.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut:

1. Model pembelajaran yang akan diterapkan untuk kelas III SD Negeri

Sumber Jaya adalah model pembelajaran cooperative script.

2. Materi Bahasa Indonesia yang diajarkan menemukan dan menuliskan

makna kata/istilah yang ada didalam teks yang ada di tema (3) Benda di

Sekitarku Sub Tema (4) Keajaiban Perubahan Wujud di Sekitarku.

3. Kompetensi Dasar Bahasa Indonesia

3.1.1 Menggali informasi tentang konsep perubahan wujud benda

dalam kehidupan sehari-hari yang disajikan dalam bentuk lisan,

tulis, visual, dan/atau eksplorasi lingkungan.

4. Hasil belajar yang dihasilkan yaitu hasil belajar ranah kognitif.

5. Penelitian ini dilakukan di SD Negeri Sumber Jaya, pada Kelas III

semester ganjil tahun ajaran 2021/2022.


7

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori
1. Pengertian Belajar dan Pembelajaran
a. Pengertian Belajar
Menurut Sudjana (dalam Afandi, 2013:1), memandang belajar

adalah suatu proses yang di sertai adanya perubahan dari individu,

perubahan dapat dilihat dari hasil belajar seseorang yang ditunjukan

seperti perubahan pengetahuan, pemahaman, karakter, kemampuan,

percakapan, kebiasaan serta keterampilan dan berubahnya sudut pandang

yang ada pada seseorang yang belajar. Sedangkan, menurut Djamarah

(2017:431) belajar adalah proses perubahan perilaku dari pengalaman

belajar dan percobaan dalam belajar. Maka, belajar dapat diartikan sebagai

proses transformasi dari interaksi individu dengan lingkungan

disekitarnya.

Sementara menurut Susanto (dalam Asriyani, 2017:2) belajar

adalah suatu aktivitas yang dilakukan seseorang dengan sengaja dalam

keadaan sadar untuk memperoleh suatu konsep, pemahaman, atau

pengetahuan baru sehingga memungkinkan seseorang terjadinya

perubahan perilaku yang relatif tetap baik dalam berpikir, merasa, maupun

dalam bertindak.

Berdasarkan pengertian belajar dari para ahli di atas, belajar adalah

suatu proses kegiatan yang sangat erat kaitannya di kehidupan manusia

dan dilingkungan siswa. Perubahan dari proses belajar dapat ditunjukkan

dalam perubahan pengetahuan, pemahanan, karakter, keterampilan,


8

kebiasaan sikap serta tingkah laku pada seseorang yang belajar.

b. Pengertian Pembelajaran

Menurut Rusman (dalam Salamiah 2018:2), menyatakan bahwa

pembelajaran adalah proses interaksi siswa dengan guru dan sumber

belajar pada lingkungan belajar. Proses pembelajaran harus terencana,

dilaksanakan, dinilai, serta diberikan pengawasan agar lebih terarah pada

tujuan yang akan dicapai.

Sedangkan, menurut Sagala (dalam Afandi, 2013:15) pembelajaran

adalah “suatu proses lingkungan seorang individu secara disengaja

dikelola untuk turut serta dalam tingkah laku pada kondisi khusus atau

menghasilkan respon terhadap situasi tertentu, pembelajaran merupakan

himpunan khusus dari pendidikan”. Lingkungan belajar harus dikelola

dengan baik karena pembelajaran adalah peranan penting dalam

pendidikan.

Menurut Nurdyansyah (2016:2) pembelajaran dipandang memiliki

kualitas yang baik jika interaksi yang terjadi lebih dari satu arah, yaitu

yakni guru-siswa, siswa-guru, siswa-siswa, siswa-sumber belajar, dan

siswa-lingkungan belajar, agar terciptanya tujuan pembelajaran.

Berdasarkan pengertian pembelajaran dari para ahli di atas,

pembelajaran adalah suatu proses kegiatan terencana yang di lakukan oleh

guru dan peserta didik yang mengkondisikan atau merangsang peserta

didik agar dapat belajar dengan baik sehingga tercapainya tujuan

pembelajaran.
9

2. Pengertian Hasil Belajar


Menurut Sudjana (dalam Husamah, 2016:18) hasil belajar adalah

kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima

pengalaman belajarnya. Sedangkan, menurut Arikunto (dalam Hadijah,

2018:95) sebagai hasil yang telah dicapai seseorang setelah mengalami

proses belajar dengan terlebih dahulu mengadakan evaluasi dari proses

belajar yang dilakukan.

Sementara, menurut Bloom (dalam Afandi, 2013:4) yang

menggolongkan ke dalam tiga ranah yang perlu diperhatikan dalam proses

belajar mengajar. Tiga ranah tersebut adalah ranah kognitif, efektif, dan

psikomotor. Ranah kognitif mencakup hasil belajar yang berhubungan

dengan ingatan, pengetahuan, dan kemampuan intelektual. Ranah efektif

mencakup hasil belajar yang berhubungan dengan sikap, nilai-nilai,

perasaan, dan minat. Ranah psikomotor mencakup hasil belajar yang

berhubungan dengan keterampilan fisik atau gerak yang ditunjang oleh

kemampuan psikis.

Berdasarkan pengertian hasil belajar dari para ahli di atas, hasil

belajar adalah suatu hasil yang diperoleh siswa setelah siswa tersebut

melakukan kegiatan belajar dan pembelajaran serta bukti keberhasilan

yang telah dicapai oleh seseorang dengan melibatkan aspek kognitif,

afektif maupun psikomotor yang dinyatakan dalam symbol, huruf maupun

kalimat.
10

3. Pengertian Model Pembelajaran

Menurut Suprijono (2015:65) model pembelajaran mengarah pada

pendekatan yang akan digunakan, termasuk tujuan pembelajaran, langkah-

langkah dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran, dan

pengelolaan kelas.

Menurut Joyce & Weil (dalam Fathurrohman, 2015:30)

mendefinisikan model pembelajaran sebagai persiapam atau suatu model

yang akan digunakan sebagai panduan dalam melaksanakan pembelajaran

di kelas atau pembelajaran dalam tutorial dan untuk menentukan

perangkat-perangkat pembelajaran. Sedangkan, menurut Trianto (dalam

Hadijah, 2018:95) menyatakan bahwa model pembelajaran merupakan

model yang digunakan sebagai panduan dalam merencanakan

pembelajaran dikelas atau pembelajaran bantuan.

Berdasarkan pengertian model pembelajaran dari para ahli di atas,

model pembelajaran adalah bentuk pembelajaran yang telah didasarkan

pada langkah-langkah pembelajaran yang sistematis sehingga dapat

membantu peserta didikuntuk belajar aktif sehingga dapat meningkatkan

hasil belajar peserta didik itu sendiri. Setiap pendidik atau guru hendaknya

mengetahui dan menguasai beberapa teori mengenai model pembelajaran,

sehingga guru atau pendidik tersebut akan dapat menerapkannya di kelas

dalam proses pembelajaran. Dengan penggunaan model pembelajaran

yang tepat dalam setiap pembelajaran nantinya diharapkan akan dapat

menghasilkan proses belajar yang menyenangkan dan dapat meningkatkan


11

hasil belajar pada setiap siswa.

4. Model Pembelajaran Cooperative Script


a. Pengertian Model Pembelajaran Cooperative Script
Menurut Suprijono (dalam Hadijah, 2018:96) menjelaskan bahwa

cooperative script merupakan cara belajar siswa dimana siswa akan

berkelompok yang terdiri dari 2 orang dan bergantian untuk

menyimpulkan bagian-bagian dari materi yang dipelajari. Sementara,

menurut Huda (2017:213), cooperative script adalah salah satu strategi

pembelajaran dimana siswa berkelompok, 1 kelompok terdiri dari 2 orang

siswa yang berpasangan dan bergantian secara lisan dalam menyimpulkan

bagian-bagian dari materi yang dipelajari.

Sedangkan, menurut Sudrajat (dalam Salamiah, 2018:3) model

pembelajaran cooperative script (skrip kooperatif) adalah model belajar

dimana siswa akan dikelompokkan menjadi 1 kelompok yang terdiri dari 2

orang siswa dan bergantian secara lisan menyimpulkan bagian-bagian dari

materi yang dipelajari. Model pembelajaran ini ditunjukan untuk

membantu siswa berpikir secara tersusun dan berkonsentrasi dalam materi

pembelajaran.

Berdasarkan pengertian model pembelajaran dari para ahli di atas,

cooperative script adalah suatu pembelajaran dimana siswa berpasangan

dan bergantian secara lisan dalam menyimpulkan bagian-bagian materi

yang dipelajari. Dalam model pembelajaran ini siswa juga dilatih dan

dituntut untuk saling bekerja sama satu sama lain dan memungkinkan

siswanya untuk menemukan ide-ide pokok dari gagasan besar yang


12

disampaikan oleh guru. Pada pembelajaran cooperative script akan ada

kesepakatan antara siswa tentang aturan-aturan dalam berkolaborasi.

Masalah yang dipecahkan bersama akan disimpulkan bersama-sama. Peran

guru hanya mengarahkan siswa untuk mencapai tujuan belajar. Interaksi

belajar yang terjadi benar-benar interaksi dominan siswa dengan siswa.

Pembelajaran cooperative script benar-benar menguatkan kemampuan

siswa untuk mengaktualisasikan pengetahuan dan keterampilannya, jadi

benar-benar sangat sesuai dengan pendekatan yang dikembangkan saat ini.

b. Langkah-langkah Model Pembelajaran Cooperative Script

Menurut Suprijono (2015:145) langkah-langkah dalam model

cooperative script adalah sebagai berikut:

1. Guru membagi siswa dalam satu kelompok secara berpasangan, yang

terdiri dari 2 orang siswa.

2. Guru membagikan materi atau teks bacaan yang akan dibaca dan untuk

membuat ringkasannya.

3. Guru dan siswa menetapkan siapa siswa yang akan maju dan

membacakan hasil ringkasannya.

4. Kelompok siswa lainnya lain memeriksa hasil ringkasan yang

dibacakan didepan kelas oleh kelompok yang maju didepan kelas, dan

menghubungkannya dengan materi yang disampaikan oleh guru.

5. Kemudian, kelompok lainnya maju untuk membacakan hasil

ringkasannya.
13

6. Guru dan siswa melakukan kegiatan seperti itu kelompok siswa maju

didepan kelas.

7. Setelah semua kelompok maju didepan kelas, guru dan siswa bersama-

sama membuat kesimpulan materi pembelajaran.

8. Penutup.

Menurut Shoimin (2017:49) langkah-langkah model pembelajaran

cooperative script adalah sebagai berikut:

1. Guru membagi siswa berpasangan

2. Guru membagikan wacana/materi kepada masing-masing kelompok

untuk dibaca dan membuat ringkasan.

3. Guru mempersilahkan kelompok yang sudah membuat ringkasan untuk

maju kedepan kelas untuk menunjukkan hasil ringkasannya.

4. Kelompok lain yang belum mendapatkan giliran untuk maju kedepan

kelas memeriksa ringkasan kelompok yang maju didepan kelas, serta

menghubungkan materi yang sebelumnya dengan materi lainnya.

5. Kelompok lain yang belum maju akan mendapatkan giliran maju

kedepan kelas untuk membacakan ringkasan yang telah dibuat.

6. Guru dan siswa bersama-sama membuat kesimpulan materi

pembelajaran yang dilakukan hari ini

Sedangkan langkah-langkah yang harus dilakukan dalam model

pembelajaran cooperative script menurut Huda (2017:213) adalah sebagai

berikut:

1. Guru membagi siswa ke dalam satu kelompok secara berpasangan.


14

2. Guru membagikan materi untuk dibaca dan membuat ringkasan.

3. Guru mempersilahkan kelompok yang sudah membuat ringkasan untuk

dibacakan kedepan kelas.

4. Kelompok yang maju didepan kelas selengkap mungkin membacakan

ringkasan yang sudah dibuat. Selama kelompok yang maju kedepan

kelas membacakan hasil ringkasannya, kelompok yang lainnnya harus

menyimak dan mencatat yang kurang lengkap. Dan membantu

menghubungkannya dengan materi sebelumnya atau dengan materi

lainnya.

5. Guru dan siswa kembali melakukan lengkah-langkah seperti di atas.

6. Guru dan siswa bersama-sama membuat kesimpulan materi

pembelajaran.

7. Penutup.

Berdasarkan langkah-langkah dari para ahli di atas, langkah-

langkah untuk melakukan model pembelajaran cooperative script adalah

(1) guru membagi siswa secara berpasangan, (2) guru membagi

wacana/materi untuk dibaca dan untuk membuat ringkasan, (3) guru

mempersilahkan kelompok yang sudah membuat ringkasan maju kedepan

kelas untuk membacakan hasil ringkasannya, (4) Kelompok lain yang

belum mendapatkan giliran untuk maju, harus menyimak dan mengoreksi

ringkasan kelompok yang maju didepan kelas, serta membantu

menghubungkan materi sebelumnya atau dengan materi lainnya, (5) Guru

dan siswa melakukan lengkah-langkah seperti diatas hingga semua


15

kelompok yang maju kedepan kelas, (6) guru dan siswa berdiskusi

bersama untuk membuat kesimpulan materi pelajaran.

c. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Cooperative Script


Menurut Shoimin (2017:51) kelebihan model pembelajaran

cooperative script diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Melatih mendengarkan dengan teliti serta cermat.

2. Setiap kelompok mendapatkan giliran untuk maju kedepan kelas.

3. Melatih berbicara untuk menyampaikan pendapat kepada orang lain.

Menurut Hamdani (dalam Mahdalena, 2020:128) kelebihan model

pembelajaran cooperative script adalah sebagai berikut:

1. Melatih pendengaran,

2. Setiap kelompok mendapatkan giliran maju kedepan kelas,

3. Melatih mengungkapkan pendapat orang lain,

Sedangkan, menurut Huda (dalam Mahdalena, 2020:128) kelebihan

model pembelajaran cooperative script adalah sebagai berikut:

1. Dapat menumbuhkan gagasan baru, daya berfikir kritis, serta

mengembangkan jiwa keberanian dalam menyampaikan hal-hal baru.

2. Mengajarkan siswa untuk percaya pada kemampuannya sendiri untuk

berfikir.

3. Mendorong siswa untuk berlatih memecahkan masalah dengan

mengungkapkan dan membandingkan pendapatnya kepada teman-

temannya.

4. Memudahkan siswa untuk berdiskusi dan melakukan interaksi social.

5. Meningkatkan kemampuan berfikir kreatif.


16

6. Memotivasi siswa untuk lebih berani untuk mengungkapkan

pendapatnya.

Model pembelajaran cooperative script merupakan pendekatan

yang menyenangkan bagi siswa untuk mencapai hasil akademik dan sosial

termasuk meningkatkan prestasi belajar, percaya diri untuk menyampaikan

pendapatnya kepada orang lain. Model pembelajaran cooperative script

meningkatkan siswa yang kurang tepat dalam menjawab untuk tetap berani

menyampaikan pendapatnya. Model cooperative script juga memudahkan

siswa untuk melakukan interaksi social, sehingga mengembangkan

keterampilan dan kemampuan dalam berdiskusi dan siswa lebih

menghargai pendapat orang lain.

Kekurangan model pembelajaran cooperative script menurut

Baroto (dalam Salamiah, 2018:3) adalah sebagai berikut:

1. Hanya digunakan untuk mata pembelajaran tertentu.

2. Hanya dilakukan oleh dua orang.

Menurut Hamdani (dalam Magdalena, 2020:128) kekurangan

model pembelajaran cooperative script adalah sebagai berikut:

1. Hanya digunakan pada pembelajaran tertentu.

2. Hanya dilakukan oleh dua orang.

Sedangkan, menurut Huda (dalam Magdalena, 2020:128)

kekurangan model pembelajaran cooperative script adalah sebagai berikut:

1. Ketakutan siswa untuk menyampaikan pendapat kepada teman-

temannya.
17

2. Siswa kurang memahami akan model pembelajaran yang digunakan.

3. Kesulitan menilai siswa sebagai individu karena mereka berada dalam

kelompok.

Setiap model pembelajaran pasti memiliki kelebihan dan

kekurangan, begitu juga dengan model pembelajaran cooperative script

ini. Beberapa siswa mungkin pada awalnya takut untuk mengeluarkan

pendapatnya kepada siswa lainnya, karena kurangnya rasa percaya diri.

Penggunaan Model pembelajaran cooperative script lengkap dalam

menguraikan dan melaporkan setiap penampilan siswa dan tiap tugas

siswa, dan banyak menghabiskan waktu untuk menghitung hasil prestasi

kelompok.

d. Solusi Kekurangan Model Pembelajaran Cooperative Script

Berdasarkan beberapa kekurangan model cooperative script, maka

penulis memberikan solusi untuk mengatasi kekurangan-kekurangan

tersebut, antara lain: guru perlu memperhatikan terlebih dahulu materi

pembahasan yang sesuai dengan model pembelajaran apakah sesuai

dengan model pembelajaran, guru harus bisa memotivasi rasa percaya diri

untuk pada siswa agar tidak takut untuk mengeluarkan pendapatnya

didepan teman-temannya. Guru memotivasi siswa agar siswa bisa berfikir

kreatif untuk menumbuhkan ide-ide atau gagasan baru. Misalnya, dengan

memberikan motivasi atau penguatan saat pembelajaran, mengefektifkan

waktu yang tersedia agar semua tujuan dapat tercapai, mengamati setiap

siswa dengan cara memantau aktivitas mereka dalam tiap kelompok


18

sehingga penilaian individu menjadi mudah.

5. Pembelajaran Bahasa Indonesia

Belajar bahasa pada hakikatnya adalah belajar komunikasi. Oleh

karena itu, pembelajaran bahasa diarahkan untuk meningkatkan

kemampuan belajar dalam berkomunikasi, baik secara lisan maupun tulis.

Hal ini relevan dengan kurikulum 2013 bahwa kompetensi belajar bahasa

diarahkan ke dalam empat sub aspek, yaitu membaca, berbicara,

menyimak dan mendengarkan. Menurut Basiran (dalam Hanna, 2014:52)

tujuan pembelajaran bahasa adalah keterampilan komunikasi dalam

berbagai konteks komunikasi. Kemampuan yang dikembangkan adalah

daya tangkap makna, peran, daya tafsir, menilai, dan mengekspresikan diri

dengan berbahasa. Semua itu dikelompokkan menjadi kebahasaan,

pemahaman, dan penggunaan.

Usaha mencapai tujuan tersebut, kita harus mengetahui tujuan dan

peran pembelajaran Bahasa Indonesia. Tujuan pembelajaran Bahasa

Indonesia di SD yang harus dipahami oleh guru dinyatakan dalam Badan

Standar Nasional Pendidikan (dalam Farhrohman, 2017:26) adalah sebagai

berikut: (a) Komukasi lebih terarah dan menyenangkan sesuai dengan

etika yang berlaku, baik secara lisan maupun tulisan, (b) Menghargai dan

bangga dalam menggunakan Bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan

dan bahasa Negara, (c) Memahami dan menggunakan Bahasa Indonesia

dengan tepat untuk berbagai tujuan, (d) menggunakan Bahasa Indonesia

untuk meningkatkan kemampuan pengetahuan, serta kematangan


19

emosional dan sosial, (e) Memanfaatkan karya sastra untuk memperluas

wawasan pengetahuan, memperbaiki budi pekerti, serta meningkatkan

kemampuan dalam berbahasa, (f) menghargai dan bangga akan sastra

Indonesia sebagai kekayaan budaya dan intelektual bagi manusia

Indonesia.

Pembelajaran di Sekolah Dasar ini dapat dibagi menjadi

pembelajaran kelas rendah dan pembelajaran kelas tinggi. Pembelajaran

Bahasa Indonesia di kelas rendah memiliki kekhasan sendiri. Kekhasan ini

tampak dari pembelajaran yang menggunakan pendekatan tematik.

Kekhasan pendekatan dan isi materi ajar di kelas rendah dibuat agar tujuan

Bahasa Indonesia tercapai, yaitu: (1) Siswa menghargai dan

mengembangkan Bahasa Indonesia sebagai bahasa Persatuan dan bahasa

Negara, (2) Memahami Bahasa Indonesia dari segala macam segi bentuk

makna, dan fungsi serta digunakan dengan tepat dan kreatif untuk

bermacam-macam tujuan, keperluan serta kondisi. (3) Memiliki

kemampuan menggunakan Bahasa Indonesia untuk meningkatkan

pengetahuan, serta kematangan emosional dan sosial, (4) disiplin dalam

berpikir dan berbahasa baik tertulis maupun lisan, (5) mampu menikmati

dan memanfaatkan karya sastra untuk mengembangkan sastra Bahasa

Indonesia sebagai kekayaan budaya dan Pengetahuan bagi rakyat

Indonesia. (Khair, 2018:84).

Berdasarkan pengertian para ahli di atas, pembelajaran Bahasa

Indonesia sangatlah penting untuk anak usia Sekolah Dasar karena


20

pelajaran Bahasa Indonesia merupakan penunjang keberhasilan dalam

mempelajari semua mata pelajaran. Bahasa juga merupakan alat

komunikasi dengan sesama manusia. Selain itu, Bahasa Indoneisa juga

dapat membantu mengenal dirinya, budanyanya, dan dapat berbicara

dengan baik. Bahasa Indonesia juga merupakan ciri khas dari bangsa

Indonesia dan digunakan sebagai bahasa Nasional. Hal ini yang

merupakan sebab mengapa Bahasa Indonesia penting diajarkan pada

semua jenjang pendidikan, terutama di Sekolah Dasar karena merupakan

dasar dari semua pembelajaran.

B. Kajian Penelitian Yang Relevan

1. Penelitian ini juga relevan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Quratul Aini (2017) yang berjudul “Penerapan Model Pembelajaran

Cooperative Script Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Mata Pelajaran

Bahasa Indonesia” tujuan dalam penelitian ini adalah untuk

meningkatkan proses dan hasil belajar mata pelajaran Bahasa Indonesia

materi Cerita Rakyat pada siswa kelas V melalui model

pembelajaran cooperative script. Objek penelitian ini adalah siswa SDN

Sirnagalih 03 Kelas V A yang terdiri dari 32 siswa. Penelitian ini

dilakukan pada semester ganjil tahun pelajaran 2017/2018. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa nilai rata-rata mata pelajaran Bahasa

Indonesia pada siklus I memperoleh ketuntasan hasil belajar sebesar

67,15%, hasil belajar siklus II memperoleh ketuntasan hasil belajar

sebesar 80,12%. Sedangkan dengan kualitas pelaksanaan pembelajaran


21

pada siklus I memperoleh nilai sebesar 78,5% dan pada siklus II

meningkat menjadi 86,1%. Begitu pula dengan hasil observasi perilaku

siswa menunjukkan adanya peningkatan pada aktivitas siswa dengan

memperoleh nilai rata-rata pada siklus I yaitu 65,31%, sedangkan siklus

II memperoleh nilai rata-rata sebesar 75.00%. Berdasarkan hasil

penelitian dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran cooperative

script dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas V A di SDN

Sirnagalih 03 Kelurahan Sukamatri Kecamatan Tamansari Kabupaten

Bogor.

2. Penelitian ini juga relevan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Wibawa Hikmah (2018) dalam penelitiannya yang berjudul “Penerapan

Model Cooperative Script Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa

Dalam Membaca Materi Untuk Menemukan Kalimat Utama Di SD

Negeri Cirunten Kelas IV” Keterampilan membaca merupakan

keterampilan yang penting dalam pelajaran Bahasa Indonesia. Pada

materi menentukan kalimat utama dalam sebuah paragraph, masih

banyak siswa belum memahami konsep kalimat utama, seperti halnya di

Kelas IV SD Negeri Cirunten, dimana ada siswa yang tidak tahu dan

binggung tentang cara menentukan kalimat utama secara baik dan

benar. Berdasarkan masalah yang dihadapi, maka peneliti akan

menerapakan model cooperative script. Tujuan penelitian ini yaitu

untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV SD Cirunten, dengan

menerapkan model cooperative script yang diharapkan dapat membantu


22

siswa dalam memahami materi menentukan kalimat utama di kelas IV

SD Negeri Cirunten. Subjek yang di penelitian ini berjumlah 35 siswa

yang terdiri dari 16 siswa dan 19 siswi, penelitian dilakukan pada

semester genap tahun pelajaran 2017/2018. Hasil penelitian pada awal

memperoleh rata-rata nilai 72,05 dan siklus akhir 83,25 menunjukkan

adanya peningkatan yang terjadi dalam proses kegiatan pembelajaran.

Hasil penilaian rata-rata pada siklus pertama sebesar 3,57 dan siklus

kedua 4,65.

3. Penelitian ini juga relevan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Salamiah (2018) dalam penelitiannya yang berjudul “Penerapan Model

Pembelajaran Kooperatif Tipe Script Untuk Meningkatkan Hasil

Belajar Bahasa Indonesia Pada Materi Menyimak Cerita Siswa Kelas

VI SD Negeri 020 Tembilahan Hilir ”Pembelajaran menyimak cerita

anak telah diberikan guru kepada siswa kelas VI SD Negeri 020

Tembilahan Hilir. Berdasarkan tes awal hasilnya hanya mencapai nilai

rata-rata 20% atau belum memuaskan. Penelitian ini dilakukan di kelas

VI SD Negeri 020 Tembilahan Hilir dengan jumlah subjek 20 orang

siswa. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini melalui tes dan

observasi. Kemudian teknik analisis yang dilakukan secara deskriptif.

Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa hasil belajar Bahasa

Indonesia mengalami peningkatan. Hal ini terlihat pada awal tes sebesar

20% atau hanya 4 siswa dari 20 siswa yang tuntas, pada siklus I
23

meningkat menjadi 50% karena dari 20 siswa 10 siswa tuntas, dan pada

siklus II meningkat sebesar 85% yakni dari 20 siswa 17 siswa.

Berdasarkan dari penelitian yang relevan di atas, dapat

disimpulkan bahwa terdapat perbedaan dan persamaan sebagai berikut:

No Perbedaan Persamaan
.
1 Penelitian yang relevan yang dilakukan oleh Persamaan dengan penulis
Quratul Aini (2017) yaitu tentang materi yaitu pembelajaran Bahasa
cerita rakyat pada siswa V SD Negeri Indonesia dan menggunakan
Sirnagalih 03, sedangkan penulis model pembelajaran
menggunakan materi menemukan cooperative script.
kosakata/istilah pada kelas III SD Negeri
Sumber Jaya.
2 Penelitian yang relevan yang dilakukan oleh Persamaan dengan penulis
Wibawa Hikmah (2018) yaitu tentang yaitu pembelajaran Bahasa
membaca materi untuk menentukan kalimat Indonesia menggunakan
utama pada siswa kelas IV SD Negeri model pembelajaran
Ciruten, sedangkan penulis menggunakan cooperative script.
materi menemukan kosakata/istilah pada
kelas III SD Negeri Sumber Jaya.
3 Penelitian yang relevan yang dilakukan oleh Persamaan dengan penulis
Salamiah (2018) yaitu tentang materi yaitu pembelajaran Bahasa
menyimak cerita pada siswa VI SD Negeri Indonesia menggunakan
020 Tembilahan Hilir, sedangkan penulis model pembelajaran
menggunakan materi menemukan cooperative script.
kosakata/istilah pada kelas III SD Negeri
Sumber Jaya.

C. Kerangka Berpikir

Menurut Uma (dalam Sugiyono, 2016:91) kerangka berfikir

merupakan suatu model konseptual tentang bagaimana teori berhubungan

melalui berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai masalah yang

penting. Kerangka berfikir yang baik adalah kerangka berfikir yang akan
24

menjelaskan secara teoritis perpaduan antar variabel yang akan diteliti.

Kegiatan pertama yang penulis lakukan ialah membuat planing

(perencanaan), kegiatan kedua ialah peneliti melakukan observasi

(pengamatan). Siswa SD Negeri Sumber Jaya Kelas III dalam mata

pelajaran diharapkan dapat belajar dari guru dengan memanfaatkan

sarana dan prasarana yang ada di sekolah secara optimal agar dapat

memberikan wawasan pengetahuan yang luas kepada siswa. Dalam

peneliti kerangka berfikirnya yaitu, jika penerapan model pembelajaran

cooperative script maka hasil belajar yang dicapai akan tinggi pula

dengan (positif), maka keberhasilan pembelajaran akan memuaskan

dengan tercapainya tujuan pembelajaran.

Berdasarkan pernyataan di atas, maka penulis tertarik untuk

menerapkan model pembelajaran dengan menggunakan model

pembelajaran cooperative script untuk dapat tercapaiannya hasil belajar

yang baik dan hasil belajar siswa mencapai kriteria (KKM). Oleh karena

itu diharapkan siswa dapat berperan aktif dan dapat lebih memahami

dalam pembelajaran Bahasa Indonesia.

(Observasi)
Kondisi Awal

Guru belum
menerapkan model
Cooperative Script

Hasil belajar Bahasa


Indonesia masih
rendah, belum tuntas
25

Pre-test

Guru menerapkan
model Cooperative
Script

Post-test

Hasil belajar siswa pada pelajaran


Bahasa Indonesia (Kondisi akhir
signifikan tuntas)

Bagan 2.1. Kerangka Berfikir

Maksud dari kerangka berfikir di atas yaitu hasil observasi yang

telah dilakukan kondisi awal bahwa sebagian besar siswa belum mencapai

nilai KKM yang telah diterapkan di sekolah. Untuk itu, sebelum

menerapkan model pembelajaran cooperative script terlebih dahulu di

lakukan pre-test.

Kemudian memberikan penjelasan mengenai materi yang akan

dibahas di kelas menggunakan model pembelajaran cooperative script,

setelah diberikan pembelajaran maka dilakukan post-test atau tes akhir

untuk mengetahui tingkat ketuntasan siswa setelah diberikan pengayaan.

D. Hipotesis Penelitian
Menurut Sugiyono (2016:96) hipotesis merupakan jawaban

sementara untuk suatu rumusan masalah penelitian, dimana rumusan

masalah ini penelitian sudah dinyatakan dalam suatu bentuk kalimat


26

pertanyaan. Dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikan baru

didasarkan pada teori relevan dan belum didasarkan pada fakta-fakta yang

didapatkan melalui penelitian, yang diperoleh melalui pengumpulan data.

Jadi, hipotesis juga dapat dinyatakan sebagai jawaban teoritis atau dari

observasi penelitian terhadap rumusan masalah penelitian, belum jawaban

yang empirik atau hasul uji coba dengan data. Hipotesis dalam penelitian ini

ialah “Hasil Belajar Indonesia Siswa Kelas III SD Negeri Sumber Jaya

setelah diterapkannya model Pembelajaran Cooperative Script secara

signifikan tuntas”.
25

BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu merupakan

penelitian eksperimen semu. Dalam penelitian ini penulis menggunakan

desain penelitian Pre-Eksperimental Designs. Di dalam penelitian ini bentuk

eksperimen yang digunakan adalah One-Group Pretest-Posttest Design, yang

dimana penelitian ini terdapat pre-test, sebelum diberi perlakuan kemudian

baru diadakan post-test setelah dilakukan perlakuan. Oleh karena itu, hasil

perlakuan dapat diketahui lebih akurat, karena dapat membandingkan

keadaan hasil sebelum diberi perlakuan. Menurut Sugiyono (2016:111)

desain eksperimen dapat dilihat pada tabel 3.1 sebagai berikut:

Tabel 3.1
Pre-test and Post-test Group

O1 X O 2

Keterangan:
O1 = Sebelum diberi perlakuan (nilai pretest)
O2 = Setelah diberi perlakuan (nilai post-test)
X = Pengaruh dari Perlakuan

B. Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Sumber Jaya Kecamatan

Sumber Harta Kabupaten Musi Rawas. Penulis mengambil spesifikasi kelas

yang digunakan untuk penelitian ini yaitu kelas III pada semester ganjil pada
26

ajaran tahun 2021/2022.

C. Populasi dan Sampel Penelitian


1. Populasi Penelitian

Populasi adalah himpunan keseluruhan karakteristik dari objek

yang di teliti. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas III SD

Sumber Jaya tahun ajaran 2021/2022 yang berjumlah 16 siswa. Secara rinci

populasi penelitian dapat dilihat pada tabel 3.2.

Tabel 3.2
Populasi Siswa Kelas III SD Negeri Sumber Jaya
No Kelas Laki-laki Perempuan Jumlah
1 III 7 9 16
Jumlah 7 9 16
Sumber: SD Negeri Sumber Jaya

2. Sampel Penelitian

Cara pengambilan sampel pada penelitian ini adalah dengan

sampling jenuh. Sampling jenuh ialah teknik penentuan sampel bila semua

anggota populasi digunakan sebagai sampel. Jadi, sampel dalam penelitian ini

adalah seluruh siswa kelas III yang berjumlah 16 siswa.

Tabel 3.3
Sampel Penelitian Siswa Kelas III SD Negeri Sumber Jaya
No Kelas Laki-laki Perempuan Jumlah
1 III 7 9 16
Jumlah 7 9 16
Sumber: Wali Kelas III SD Negeri Sumber Jaya
27

D. Teknik Pengumpulan Data


1. Definisi Konseptual

Menurut Sugiyono (2016:308) teknik pengumpulan data ialah suatu

langkah utama untuk dapat mengumpulkan data yang diperlukan oleh peneliti

sehingga dapat menentukan berhasil atau tidaknya suatu penelitian. Teknik

pengumpulan data yang akan digunakan untuk dapat mengetahui hasil belajar

siswa adalah teknik dengan melalui tes. Tes ialah prosedur yang terstruktur

untuk mengobservasi dan memberikan suatu gambaran sejumlah atau lebih

dari seseorang dengan bantuan suatu sistem kategoris.

Dengan itu dapat di nyatakan tes merupakan prosedur atau langkah

yang sistematis (Arikunto, 2010:266). Tes ini digunakan untuk pengumpulan

data hasil belajar. Tes dilaksanakan sebanyak dua kali, yang dilaksanakan

sebelum pembelajaran (pretest) dan sesudah kegiatan pembelajaran (post-

test). Tes yang diberikan berbentuk essay sebanyak 10 soal.

2. Jenis Instrumen Penelitian


Menurut Sugiyono (2016:133) instrumen penelitian merupakan suatu

alat yang digunakan untuk dapat memperoleh atau mengumpulkan data dalam

rangka memecahkan suatu masalah penelitian serta untuk mencapai tujuan

penelitian. Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini ialah

soal tes hasil belajar. Penelitian ini untuk mengetahui Penerapan Model

Pembelajaran Cooperative Script pada Pembelajaran Bahasa Indonesia Kelas

III SD Negeri Sumber Jaya. Adapun tes yang digunakan dalam penelitian ini

adalah tes yang berbentuk essay berjumlah 10 soal.


28

3. Kisi-kisi Soal Instrumen

Nama Sekolah : SD Negeri Sumber Jaya


Kelas/Semester : III/I
Tema 3 : Benda di Sekitarku
Subtema 4 : Keajaiban Perubahan Wujud di Sekitarku.
Jumlah/Bentuk Soal : 10/Essay
Materi Pokok : Menemukan makna kata sulit.
Kompetensi Dasar : 3.1 Menggali informasi tentang konsep kehisupan
sehari-hari yang disajikan dalam bentuk lisan,
tulis, visual, dan/atau eksplorasi lingkungan.

Tabel 3.4
Kisi-kisi Soal Uji Coba Instrumen
Indikator Indikator Soal Tahap No. Skor
Kognitif Soal
3.1.1Mengetahui 1. Siswa dapat menuliskan makna Pengetahuan 1 8
informasi terkait kata yang ada di dalam teks (Cl)
konsep perubahan Bertani Garam.
wujud benda dalam 2. Siswa dapat menuliskan makna Pengetahuan 2 8
kehidupan sehari-hari. kata yang ada di dalam teks (Cl)
Bertani Garam.
3. Siswa dapat menuliskan makna Pengetahuan 3 8
kata yang ada di dalam teks (Cl)
Bertani Garam.
4. Siswa dapat menjelaskan makna Pemahaman 4 10
kata yang ada di dalam teks (C2)
Bertani Garam.
5. Siswa dapat menjelaskan makna Pemahaman 5 10
kata yang ada di dalam teks (C2)
Bertani Garam.
3.1.2 Mengidentifikasi 6. Siswa dapat menjelaskan makna Pemahaman 6 10
kata/istilah pembentuk kata yang ada di dalam teks (C2)
benda dengan tepat. Bertani Garam.
7. Siswa dapat menjelaskan makna Pemahaman 7 10
kata yang ada di dalam teks (C2)
Bertani Garam.
8. Siswa dapat menuliskan istilah Penerapan 8 12
makna kata yang ada di dalam teks (C3)
Membuat Gulali.
9. Siswa dapat menuliskan istilah Penerapan 9 12
makna kata yang ada di dalam teks (C3)
Membuat Gulali.
10. Siswa dapat menuliskan istilah Penerapan 10 12
makna kata yang ada di dalam teks (C3)
Membuat Gulali.
29

E. Validitas dan Reabilitas


a. Validitas Instrumen

Validitas berhubungan dengan apakah tes mengukur apa yang

diukurnya dan seberapa baik dia melakukannya. Sebelum soal dites ini

dipakai harus dilakukan uji coba dahulu. Selanjutnya dilakukan pengujian

validitas. (Jakni, 2016:164). Untuk mengetahui validitas butir soal, digunakan

rumus korelasi product moment pearson yaitu sebagai berikut:

rxy= (Jakni, 2016:165)


N ∑ xy−(∑ x)(∑ y )
√{ N ∑ x 2−(∑ x)² }{ N ∑ y 2−(∑ y )² }
Keterangan:
rxy = Koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y
N = Banyaknya peserta tes
x = Nilai hasil uji coba
y = Nilai rata-rata harian

Klasifikasi untuk menginterpretasi besarnya nilai koefisien pada tabel

3.5 sebagai berikut:

Tabel 3.5
Interpretasi Nilai Koefisien Korelasi
Interpretasi Nilai rxy Kriteria
rxy ≤ 0,20 Sangat Rendah
0,20 < rxy ≤ 0,40 Rendah
0,40 < rxy ≤ 0,60 Cukup
0,60 < rxy ≤ 0,80 Tinggi
0,80 < rxy ≤1,00 Sangat Tinggi
(Jakni, 2016:165)

Jika rxy > rtabel maka, butir soal valid. Sebaliknya jika rxy ≤ rtabel maka,

butir soal tidak valid. Berdasarkan hasil perhitungan hasil uji coba instrumen,

maka hasil validitas butir soal dapat dilihat pada tabel 3.6.
30

Tabel 3.6
Rekapitulasi Hasil Analisis Validitas Butir Soal
No Nilai rxy Nilai rtabel Keterangan
1 0,62 0,46 Valid/ Tinggi
2 0,50 0,46 Valid/ Cukup
3 0,66 0,46 Valid/ Tinggi
4 0,64 0,46 Valid/ Tinggi
5 0,51 0,46 Valid/Cukup
6 0,72 0,46 Valid/ Tinggi
7 0,55 0,46 Valid/ Cukup
8 0,68 0,46 Valid/ Tinggi
9 0,19 0,46 Tidak Valid/Sangat Rendah
10 0,01 0,46 Tidak Valid/Sangat Rendah

Berdasarkan analisis perhitungan validitas didapatkan 8 item soal yang

valid dengan nomor 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, dan 8 dengan keterangan 3 valid cukup

dan 5 valid tinggi, sedangkan untuk soal yang tidak valid ada 2 item soal

dengan nomor 9 dan 10 keterangan valid sangat rendah.

b. Uji Reabilitas

Menurut Sudjana (dalam Afandi, 2013:76) reliabilitas penilaian adalah

ketetapan alat tersebut dalam menilai apa yang dinilainya. Artinya, kapan pun

alat tersebut digunakan hasil yang diberikan relatif sama. Apabila data tersebut

benar-benar sesuai kebenarannya, maka berapa kalipun diambil tetap akan

sama. Rumus untuk menghitung koefisien reliabilitas soal bentuk essay

menggunakan rumus alpha, yaitu:

(Jakni, 2016:167)
r11 = ( n
( n−1))(
1−
∑ σb ²
σt ² )
Keterangan:
r11 = Reliabilitas instrumen
n = Banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal
∑σb ² = Jumlah varians butir
31

σt ² = Varians total
Klasifikasi untuk menginterpretasi besarnya nilai koefisien reliabilitas

terdapat pada tabel 3.7 sebagai berikut:

Tabel 3.7
Koefisien Korelasi Reabilitas
Koefisien Korelasi Korelasi Interpretasi Validitas
0,90 < r11 ≤ 1,00 Sangat Tinggi Sangat Tepat/Sangat Baik
0,70 < r11 ≤ 0,90 Tinggi Tepat/ Baik
0,40 < r11 ≤ 0,70 Cukup Cukup Tepat/Baik
0,20 < r11 ≤ 0,40 Rendah Tidak Tepat/Buruk
r11 ≤ 0,20 Sangat Rendah Sangat tidak tepat / Sangat buruk
(Jakni, 2016:167)

Berdasarkan analisis uji instrument dengan rumus αlphα maka dapat

diperoleh koefisien korelasi reliabilitas sebesar 0,78. Dengan demikian maka

dapat menunjukkan soal tersebut mempunyai reabilitas tinggi, sehingga dapat

dipercaya sebagai alat ukur.

c. Daya Pembeda

Daya pembeda butir soal adalah seberapa jauh kemampuan suatu butir

soal tersebut untuk dapat membedakan antara siswa yang berkemampuan

tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah (Jakni, 2016:167). Rumus

yang di gunakan untuk mencari daya pembeda pada butir soal adalah :

JB A −¿JB
DP = B
¿
JS A (Jakni, 2016:167)

Keterangan:
DP : Daya pembeda.
JBA : Jumlah skor kelompok atas.
JBB : Jumlah skor kelompok bawah.
JSA : Jumlah skor ideal kelompok atas.
32

Kriteria klasifikasi daya pembeda menurut Jakni (2016:167) dapat dilihat

pada tabel 3.8 sebagai berikut :

Tabel 3.8
Klasifikasi Daya Pembeda
Nilai Klasifikasi
DP ≤ 0,00 Sangat Jelek
0,00 < DP ≤ 0,20 Jelek
0,20 < DP ≤ 0,40 Cukup
0,40 < DP ≤ 0,70 Baik
0,70 < DP ≤ 1,00 Sangat Baik
(Jakni, 2016:167)

Berdasarkan hasil Interprestasi hasil analisis daya pembeda butir soal

dapat dilihat pada tabel 3.9 berikut ini:

Tabel 3.9
Rekapitulasi Hasil Analisis Daya Pembeda
Jumlah Skor Jumlah Skor Jumlah Skor
Kelompok Kelompok Ideal Daya
No Atas Kelompok Pembeda Keterangan
Atas/Bawah
1 30 8 80 0,27 Cukup
2 32 14 80 0,22 Cukup
3 41 11 80 0,37 Cukup
4 27 9 100 0,18 Jelek
5 28 13 100 0,15 Jelek
6 32 2 100 0,30 Cukup
7 34 6 100 0,28 Cukup
8 31 4 120 0,22 Cukup
9 22 22 120 0,00 Sangat Jelek
10 18 18 120 0,00 Sangat Jelek

Berdasarkan analisis hasil perhitungan daya pembeda butir soal yang

berjumlah 10 soal uji coba maka didapatkan 6 soal dalam kategori cukup, 2

item soal dalam kategori jelek, dan 2 soal dalam kategori sangat jelek.

d. Tingkat Kesukaran
33

Tingkat kesukaran butir soal menunjukkan apakah butir soal tersebut

tergolong dalam butir sukar, sedang dan mudah (Jakni, 2016:168). Tingkat

kesukaran pada masing-masing butir soal dihitung dengan menggunakan rumus

sebagai berikut:
n A +n B
IK = (Jakni, 2016:168)
N A+ N B
Keterangan :
IK = Indeks Kesukaran
nA = Jumlah skor kelompok atas siswa yang menjawab benar
n B = Jumlah skor kelompok bawah yang menjawab benar
N A = Jumlah skor ideal kelompok atas
N B = Jumlah skor ideal kelompok bawah

Kriteria interprestasi tingkat kesukaran butir soal menurut Jakni


(2016:168) dapat dilihat pada tabel 3.10 sebagai berikut :
Tabel 3.10
Klasifikasi Kriteria Tingkat Kesukaran
Nilai Klasifikasi
0,00 < IK ≤ 0,30 Sukar
0,31 < IK ≤ 0,70 Sedang
0,71 < IK ≤ 1,00 Mudah
(Jakni, 2016:168)

Berdasarkan hasil Interprestasi hasil analisis daya pembeda butir soal

dapat dilihat pada tabel 3.11 berikut ini:

Tabel 3.11
Rekapitulasi Hasil Analisis Indeks Kesukaran
Jumlah Skor Jumlah Jumlah Skor Indeks
No Kelompok Skor Ideal Kesukaran Keterangan
Atas Kelompok Kelompok
Atas/Bawah
1 30 8 80 0,24 Sukar
2 32 14 80 0,27 Sukar
3 41 11 80 0,32 Sedang
4 27 9 100 0,18 Sukar
5 28 13 100 0,20 Sukar
Jumlah Skor Jumlah Jumlah Skor Indeks
34

No Kelompok Skor Ideal Kesukaran Keterangan


Atas Kelompok Kelompok
Atas/Bawah
6 32 2 100 0,17 Sukar
7 34 6 100 0,20 Sukar
8 31 4 120 0,14 Sukar
9 22 22 120 0,18 Sukar
10 18 18 120 0,12 Sukar

Berdasarkan analisis hasil perhitungan Indeks Kesukaran butir soal yang

berjumlah 10 soal uji coba maka didapatkan semua soal dalam kategori sukar.

Berdasarkan hasil analisis uji coba instrumen yang telah dilakukan maka

rekapitulasi hasil tes uji coba instrumen dapat dilihat pada tabel 3.12

Tabel 3.12
Hasil Analisis Hasil Uji Coba Instrumen
No Validitas Reliabilitas Daya Pembeda Indeks Keterangan
Kesukaran
1 0,63 Valid 0,27 Cukup 0,24 Sukar Digunakan
2 0,59 Valid 0,22 Jelek 0,29 Sukar Digunakan
3 0,66 Valid 0,37 Cukup 0,32 Sedang Digunakan
4 0,65 Valid 0,18 Jelek 0,18 Sukar Digunakan
5 0,66 Valid 0,89 0,15 Jelek 0,20 Sukar Digunakan
6 0,71 Valid Reliabilitas 0,30 Cukup 0,17 Sukar Digunakan
7 0,50 Valid Tinggi 0,28 Cukup 0,20 Sukar Digunakan
8 0,67 Valid 0,22 Cukup 0,14 Sukar Digunakan
9 0,20 Tidak 0,00 Sangat 0,18 Sukar Tidak
Valid Jelek Digunakan
10 0,01 Tidak 0,00 Sangat 0,12 Sukar Tidak
Valid Jelek Digunakan

Berdasarkan analisis uji instrumen yang telah dilakukan didapatkan 3

soal yang dalam kategori valid cukup dan 5 soal dalam kategori valid tinggi,

dan 2 soal dalam kategori tidak valid dengan jumlah soal yang diuji coba

sebanyak 10 soal, pada perhitungan reliabilitas didapatkan nilai 0,89 atau

dalam kategori reliabilitilas tinggi. Pada perhitungan daya pembeda terdapat 6

soal cukup, 2 soal jelek dan 2 soal sangat jelek. Untuk perhitungan indeks
35

kesukaran terdapat 1 soal dengan kategori sedang dan 9 soal termasuk dalam

kategori sukar.

E. Teknik Analisis Data


Teknik analisis yang dilakukan dalam penelitian ini adalah menggunakan

teknis analisis data tes. Teknik analisis data terhadap hasil belajar dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Menentukan Nilai Rata-rata dan Simpangan Baku

Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar penerapan model

pembelajaran cooperative script terhadap hasil belajar, maka teknik yang

digunakan untuk menganalisis data adalah menggunakan rumus yang di

kemukakan oleh Sugiyono (2017:285) :


∑ xi
x= (Sugiyono, 2017:285)
n

S=
√ ∑ (xi−x )²
(n−1) (Sugiyono, 2017:285)

Keterangan :
s = Simpangan baku
x = Mean (rata-rata)
xi = Nilai x ke i sampai ke n
n = Jumlah sampel

2. Uji Normalitas Data

Uji normalitas data digunakan untuk melihat kenormalan data.

Rumus yang digunakan rumus Chi kuadrat (X2) dalam Arikunto (2014:335),

dengan rumus sebagai berikut:

(ƒo −ƒh )²
χ2 = ∑
ƒh (Arikunto, 2014:335)
36

Keterangan:
χ2 = Chi Kuadrat
ƒo = Frekuensi yang diobservasi
ƒh = Frekuensi yang diharapkan

3. Uji Hipotesis

Menurut Arikunto (2010:110), hipotesis dapat diartikan sebagai suatu

jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai

terbukti melalui data yang terkumpul. Jika kedua data berdistribusi normal

dan hasil dari simpangan baku tidak diketahui, maka uji statistik yang

digunakan yaitu dengan rumus sebagai berikut:

χ−μ o (Sudjana, 2005:226)


Z= σ
√n
Keterangan:
z = Nilai Zhitung, selanjutnya disebut Zhitung
χ = Rata-rata xi
μo = Nilai yang dihipotesiskan
σ = Standar deviasi
n = Jumlah anggota sampel

Kriteria pengujian hipotesisnya ialah jika Zhitung ¿ Ztabel maka Ha diterima

dan H 0 ditolak. Jika Zhitung≤ Ztabel maka Ha ditolak dan maka H 0 diterima.

Dengan taraf signifikan yaitu α = 0,05 dan dk = (n-1).

F. Hipotesis Penelitian

Hipotesis statistika dalam penelitian ini adalah hipotesis kerja (H α) dan

hipotesis nihil (Ho).

Hα : Hasil belajar siswa kelas III SD Negeri Sumber Jaya setelah diterapkan

model pembelajaran Cooperative Script tuntas ( μ ≥ 65).


37

Ho : Hasil belajar siswa kelas III SD Negeri Sumber Jaya setelah penerapan

model pembelajaran Cooperative Script belum tuntas ( μ<¿ 65).

Sedangkan, kriteria pengujian hipotesis pada penilitian ini adalah jika

Zhitung ≥ Ztabel maka Hα diterima dan H0 ditolak dan jika Zhitung < Ztabel maka H0

ditolak dan Ha diterima.


38

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Penelitian dilaksanakan dari tanggal 3 November sampai dengan 3

Desember 2021 penelitian menggunakan satu kelas sebagai sampel dalam

penelitian, yaitu kelas III SD Negeri Sumber Jaya Tahun Ajaran 2021/2022.

Pada saat penelitian, dalam hal ini peneliti terlebih dahulu bertindak sebagai

pengajar atau guru. Sebelum melakukan penelitian, penulis terlebih dahulu

melakukan uji coba instrument yang dilakukan untuk melihat kualitas dari

setiap butir soal yang akan digunakan oleh penulis saat melakukan penelitian.

Uji coba instrument dilakukan penelitian dengan 10 soal dengan berbentuk

essay yang dilaksanakan pada tanggal 5 November 2022 di kelas IV SD

Negeri Sumber Jaya dengan jumlah siswa sebanyak 18 siswa.

Selanjutnya hasil uji coba instrument dianalisis oleh penulis guna

mengetahui tingkat validitas, reliabilitas, daya pembeda dan tingkat

kesukaran dari setiap butir soal. Berdasarkan uji coba instrument didapatkan 8

soal yang valid dan 2 soal yang tidak valid, sedangkan untuk tingkat

reliabilitas 0,89 dengan keterangan reliabilitas tinggi, berdasarkan

perhitungan daya pembeda didapatkan 6 soal dalam kategori cukup, 2 soal

dalam kategori jelek dan 2 soal dalam kategori sangat jelek, adapun untuk

perhitungan indeks kesukaran 1 soal dalam indeks sedang dan 9 soal dalam

kategori sukar.

Penelitian dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran Cooperative

Script Terhadap Hasil Belajar Bahasa Indonesia Siswa Kelas III SD Negeri
39

Sumber Jaya”. Jumlah siswa yang ada di kelas III SD Negeri Sumber Jaya

berjumlah 16 siswa yang terdiri atas 1 kelas. Dalam penelitian ini sampel

diambil dari populasi, mengingat populasi hanya ada 1 kelas jadi teknik

pengambilan sampel menggunakan teknik sampling jenuh karena populasi

juga merupakan sampel dalam penelitian ini. Sebagai sampel penelitian

berjumlah 16 siswa. Langkah selanjutnya kelas yang telah terpilih kemudian

akan diberikan penerapan dengan menggunakan Model Cooperative Script.

Penelitian ini dilakukan sesuai dengan jam pelajaran Bahasa

Indonesia di sekolah. Selanjutnya hasil penelitian dapat diperoleh dari data tes

dengan bentuk soal essay sebanyak 8 (delapan) butir soal. Tes yang dilakukan

adalah tes awal (pre-test) atau tes yang dilaksanakan sebelum siswa diberikan

perlakuan dengan menggunakan Model Cooperative Script. Selanjutnya

dilakukan perlakuan dengan menggunakan Model Cooperative Script

sebanyak dua kali pertemuan. Selanjutnya dilakukan tes akhir (post-test) yang

dilaksanakan setelah sampel mendapat perlakuan menggunakan Model

Cooperative Script dalam pembelajaran Bahasa Indonesia.

1. Deskripsi Kemampuan Awal (Pre-test)

Pre-test dilakukan oleh penulis pada pertemuan pada tanggal 8

November 2021 dengan jumlah siswa sebanyak 16 siswa. Kemudian soal pre-

test diberikan sebanyak 8 soal yang berbentuk essay yang harus di kerjakan

oleh siswa kelas III SD Negeri Sumber Jaya. Adapun distribusi frekuensi

hasil data pre-test siswa dapat dilihat pada tabel berikut:


40

Tabel 4.1
Distribusi Frekuensi Hasil Data Pre-test
Kelas Eksperimen
Rentang Nilai Predikat
(RN) Frekuensi Presentase
≥ 65 Tuntas 0 0%
< 65 Tidak Tuntas 16 100%
Jumlah 16
Rata-rata 29,12

Berdasarkan hasil perhitungan data pre-test yang di lakukan oleh

penulis, maka dapat dilihat bahwa pada kegiatan pre-test yang berjumlah 16

siswa yang mendapatkan hasil presentase nilai melebihi ≥ 65 (Tuntas)

sebanyak 0 siswa atau dengan presentase (0%) dan nilai < 65 (Tidak tuntas)

sebanyak 16 siswa atau dengan presentase (100%). Sehingga dapat dikatakan

bahwa pada kemampuan awal (pre-test) siswa masih tergolong gagal atau

dapat dikatakan siswa belum ada yang mencapai nilai KKM 65. Hal ini

disebabkan siswa belum diberikan perlakuan dengan menggunakan Model

cooperative script pada mata pelajaran Bahasa Indonesia.

2. Deskripsi Kemampuan Akhir (Post-test)

Post-test dilakukan oleh penulis pada pertemuan keempat pada

tanggal 13 November 2021 dengan jumlah siswa sebanyak 16 siswa.

Kemudian soal post-test diberikan sebanyak 8 soal yang berbentuk essay

yang harus di kerjakan oleh siswa kelas III SD Negeri Sumber Jaya. Adapun

distribusi frekuensi hasil data post-test siswa dapat dilihat pada tabel 4.2 di

bawah ini:
41

Tabel 4.2
Distribusi Frekuensi Hasil Data Post-test
Kelas Eksperimen
Rentang Nilai Predikat
(RN) Frekuensi Presentase
≥ 65 Tuntas 16 0%
< 65 Tidak Tuntas 0 100%
Jumlah 16
Rata-rata 68,31

Berdasarkan hasil perhitungan data post-test yang di lakukan oleh

penulis, maka dapat dilihat bahwa pada kegiatan post-test yang berjumlah 16

siswa yang mendapatkan hasil presentase nilai melebihi ≥ 65 (Tuntas)

sebanyak 16 siswa atau dengan presentase (100%) dan nilai < 65 (Tidak

tuntas) sebanyak 0 siswa atau dengan presentase (0%). Sehingga dapat

dikatakan bahwa pada kemampuan akhir (post-test) siswa setelah dilakukan

Model Pembelajaran Cooperative Script termasuk dalam kategori tuntas.

Berdasarkan hasil yang dihitung dari kemampuan awal (pre-test) dan

kemampuan akhir (post-test) mendapatkan peningkatan rata-rata kemampuan

awal sebesar 29,12 sedangkan kemampuan akhir rata-rata nilai sebesar 68,31.

Sehingga dapat dikatakan bahwa hasil belajar Bahasa Indonesia siswa kelas

III SD Negeri Sumber Jaya setelah diterapkan medel pembelajaran

Cooperative Script secara signifikan tuntas.

3. Pengujian Prasyarat Analisis

a. Menentukan Nilai Rata-rata dan Simpangan Baku

Dalam penelitian untuk dapat mengetahui ketuntasan secara

signifikan hasil belajar siswa melalui Penerapan Model Pembelajaran

Cooperative Script Terhadap Hasil Belajar Siswa kelas III SD Negeri Sumber
42

Jaya. Berdasarkan perhitungan yang dilakukan menggunakan rumus rata-rata

dan rumus simpangan baku pada kelas eksperimen pada kegiatan pre-test dan

kegiatan post-test dapat dilihat pada tabel 4.3 berikut ini:

Tabel 4.3
Hasil Perhitungan Rata-rata dan Simpangan Baku
Variabel Rata-rata Simpangan Baku
Pre-test 29,12 5,29
Post-test 68,31 2,77

Berdasarkan hasil perhitungan rata-rata dan simpangan baku

didapatkan pada tes awal (pre-test) rata-rata nilai sebesar 29,12 dengan

simpangan baku 5,29. Sedangkan pada tes akhir (post-test) didapatkan nilai

rata-rata siswa 69,31 dengan simpangan baku 2,77.

b. Uji Normalitas Data

Uji normalitas data digunakan untuk mengetahui kenormalan data

dalam sebuah penelitian. Adapun rumus yang digunakan peneliti untuk

menghitung uji normalitas data adalah uji kecocokan X2 (chi kuadrat).

Adapun hasil analisis uji normalitas data tes awal (pre-test) dan tes akhir

(post-test) maka dapat dilihat pada tabel 4.4 di bawah ini:

Tabel 4.4
Hasil Analisis Uji Normalitas Data Tes
X2 hitung Dk X2 tabel Kesimpulan
Pre-test 5,4725 4 11,01 Normal
Post-test 2,8522 4 11,01 Normal

Berdasarkan perhitungan hasil analisis uji normalitas data X2 hitung

dibandingkan dengan X2 tabel dengan derajat kebebasan (Dk) = 5 – 1, dimana n

adalah banyaknya kelas interval data dengan taraf signifikannya 5%.


43

Berdasarkan analisis perhitungan uji normalitas data tes pada tes awal X2 hitung

= 5,4725 dengan X2 tabel = 11,07 dengan ketentuan jika X2 hitung < X2 tabel maka

dapat dinyatakan bahwa data distribusi normal, apabila X2 hitung ≥ X2 tabel maka

dapat dinyatakan bahwa data tidak berdistribusi normal. Dalam hal ini data

pre-test dinyatakan berdistribusi normal. Begitupun dengan data tes akhir

bahwa X2 hitung = 2,8522 > X2 tabel = 11,07 maka dapat dikatan bahwa data pos-

test berdistribusi normal.

c. Uji Hipotesis

Uji hipotesis yang telah dilakukan maka dapat dikatakan bahwa pre-

test dan post-test berdistribusi normal. Karena data dapat dinyatakan

berdistribusi normal dan simpangan baku telah diketahui. Berdasarkan hasil

perhitungan diperoleh Zhitung = 4,67 dengan Ztabel = 1,64 dengan demikian Zhitung

(4,67) > Ztabel (1,64), sehingga dalam hal ini H0 ditolak dan Hα diterima.

Maka dari itu hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini dapat diterima

kebenarannya, sehingga dapat dikatakan model pembelajaran cooperative

script dapat menuntaskan hasil belajar siswa pada pembalajaran Bahasa

Indonesia kelas III SD Negeri Sumber Jaya.

B. Pembahasan

Pada kegiatan awal penulis melakukan uji coba instrument terlebih

dahulu untuk melihat kualitas dari setiap butir soal. Uji coba instrument

dilakukan di kelas IV SD Negeri Sumber Jaya menggunakan soal tes. tes

dilakukan menggunakan 10 soal dengan tingkat kognitif yang berbeda-beda,

dari C1 sampai dengan C3. Setelah dilakukan uji coba instrumen


44

menggunakan 10 soal berdasarkan hasil analisis didapatkan 8 soal dalam

kategori valid dan 2 soal dalam kategori tidak valid. Soal yang valid ada pada

nomor 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, dan 8 berdasarkan perhitungan 3 soal dalam kategori

valid cukup dan 5 soal dalam kategori valid tinggi.

Selanjutnya setelah didapatkan hasil perhitungan uji coba intrumen

penulis mulai melakukan pre-test atau tes awal pada siswa kelas III SD

Negeri Sumber Jaya yang merupakan sampel dalam penelitian yang

berjumlah 16 siswa. Berdasarkan hasil analisis perhitungan hasil data pre-test

didapatkan nilai rata-rata siswa 29,12 dengan simpangan baku 5,29.

Pada pertemuan pertama, tanggal 9 November 2021 tahapan awal

penulis mengkondisikan kelas terlebih dahulu. Kelas dimulai dengan salam,

selanjutnya penulis meminta salah satu siswa yang berangkat lebih awal

untuk mempimpin do’a sebelum belajar. Penulis menanyakan kabar dan

mengecek kehadiran siswa. Selanjutnya penulis menanamkan sikap disiplin

setiap saat dan manfaatnya bagi tercapainya cita-cita. Untuk dapat

meningkatkan nasionalisme siswa secara bersama-sama siswa dan penulis

menyanyikan lagu nasional Republik Indonesia.

Kegiatan awal pembelajaran, penulis menjelaskan tentang materi yang

akan di ajarkan oleh penulis yaitu menentukan kata sulit dan makna kata. Dan

penulis memberikan sebuah teks yang akan di bacakan yaitu Bertani Garam

untuk menjelaskan bagaimana menemukan kata sulit dan makna kata sulit.

Selanjutnya, jika penulis menanyakan kepada peserta didik tentang apa yang

di jelaskan oleh penulis tersebut. Setelah semua peserta didik mulai paham
45

akan apa yang di jelaskan oleh penulis, penulis mulai membagikan teks

bacaan kepada siswa, kemudian penulis membagi 1 kelompok yang terdiri

dari 2 orang siswa. Penulis membagi kelompok tersebut berdasarkan tempat

duduk sebangku siswa. Setelah siswa selesai menjawab pertanyaan yang ada

di didalam soal kemudian siswa menukarkan jawabannya dengan kelompok

lain dan bersama-sama memeriksa jawaban yang telah dituliskan.

Setelah proses pembelajaran selesai siswa bergantian maju kedepan

kelas untuk memberikan tanggapan mengenai pembelajaran yang telah

dilakukan hari ini. Kemudian penulis memberikan penguatan terhadap

jawaban yang diberikan oleh siswa. Selanjutnya siswa diberikan kesempatan

berbicara ataupun bertanya dan memberikan informasi dari siswa lainnya.

Kemudian, kelas ditutup dengan salam dan doa penutup yang dipimpin oleh

salah seorang siswa.

Pada pertemuan kedua, pada tanggal 10 November 2021 penulis

mengkondisikan kelas selanjutnya kelas dimulai dengan salam selanjutnya

penulis menanyakan kabar dan mengecek kehadiran siswa. Setelah selesai

penulis meminta salah satu teman dikelas untuk mempimpin do’a sebelum

belajar. Selanjutnya untuk menanamkan sikap disiplin setiap saat dan

manfaatnya bagi tercapainya cita-cita. Untuk dapat meningkatkan

nasionalisme siswa secara bersama-sama siswa dan penulis menyanyikan

lagu nasional Republik Indonesia.

Penulis menjelaskan tentang materi yang akan di ajarkan oleh penulis

yaitu menentukan kata sulit dan makna kata. Dan penulis memberikan sebuah
46

teks yang akan di bacakan yaitu tentang Membuat gulali untuk menjelaskan

lagi bagaimana menentukan kata sulit dan makna kata. Selanjutnya, jika

penulis menanyakan kepada siswa tentang apa yang di jelaskan oleh penulis

tersebut. Setelah semua siswa mulai paham akan apa yang di jelaskan oleh

penulis, penulis mulai membagikan teks bacaan kepada siswa, kemudian

penulis membagi 1 kelompok yang terdiri dari 2 orang siswa. penulis

membagi kelompok tersebut berdasarkan tempat duduk sebangku siswa.

Setelah siswa selesai menjawab pertanyaan yang ada di didalam soal

kemudian siswa menukarkan jawabannya dengan kelompok lain dan

bersama-sama memeriksa jawaban yang telah dituliskan.

Penulis mengulangi/menjelaskan kembali materi dan bersama-sama

membuat kesimpulan materi pelajaran. Kemudian penulis memberikan

penguatan terhadap jawaban yang diberikan oleh siswa. Tanya jawab tentang

materi yang telah dipelajari (untuk mengetahui hasil ketercapaian materi dan

kesulitan yang dialami selama proses pembelajaran). Kemudian, kelas ditutup

dengan salam dan doa penutup yang dipimpin oleh salah seorang siswa.

Dengan diterapkannya model cooperative script siswa mulai merasa

senang dan gembira dalam berpasangan, mereka saling berdiskusi, dan saling

membantu dalam pemecahan masalah soal yang diberikan oleh peneliti.

Sehingga suasana belajar terlihat aktif dan menyenangkan. Hasil tes akhir

kelas eksperimen menunjukan bahwa hasil belajar setelah diberikan

perlakuan menggunakan model pembelajaran cooperative script langkah

selanjutnya peneliti melakukan test akhir atau post-test untuk melihat


47

kemampuan akhir siswa setelah diberikan perlakuan menggunakan model

cooperative script. Post-test dilakukan penulis menggunakan 8 soal

berdasarkan hasil analisis didapatkan rata-rata nilai 68,31 dengan simpangan

baku 2,77. Dengan nilai tertinggi siswa 74 dan nilai terendah 65. Siswa yang

tuntas untuk tes akhir sebanyak 16 siswa dengan persentasi 100% dan siswa

yang tidak tuntas sebanyak 0 siswa dengan persentasi 0%.

Berdasarkan analisis pengujian hipotesis diperoleh bahwa Zhitung =

4,67 dengan Ztabel = 1,64 pada taraf signifikan (α = 0,05). Sehingga diperoleh

Zhitung (4,67) ˃ Ztabel (1,64). Sehingga dalam hal ini menunjukkan bahwa hasil

perhitungan Zhitung = lebih besar dari pada Ztabel, maka H0 ditolak dan Hα

diterima. Artinya hipotesis yang dilakukan peneliti dapat diterima

kebenarannya, sehingga dapat disimpulkan bahwa model cooperative script

dapat menuntaskan hasil belajar siswa pada pembelajaran Bahasa Indonesia

kelas III SD Negeri Sumber Jaya secara signifikan tuntas.


48

BAB V
SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan

bahwa Hasil belajar Bahasa Indonesia siswa kelas III SD Negeri Sumber Jaya

setelah diterapkannya model cooperative script secara signifikan tuntas.

Dalam hal ini berdasarkan hasil perhitungan yang dilakukan analisis uji

hipotesis data ahir siswa maka didapatkan Zhitung = 4,67. Berdasarkan hasil

nilai post-test dengan taraf signifikan α = 0,05, diperoleh Z tabel = 1,64 maka

Zhitung 4,67 > Ztabel = 1,64, dengan hal ini maka H0 ditolak dan Hα diterima.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa model cooperative script dapat

menuntaskan hasil belajar secara signifikan pada mata pelajaran Bahasa

Indonesia siswa kelas III SD Negeri Sumber Jaya.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian, maka dalam hal ini peneliti

menyampaikan saran sebagai berikut:

1. Bagi siswa, diharapkan kedepannya untuk dapat disiplin waktu mengikuti

proses pembelajaran dan aktif dan tidak bosan dalam proses pembelajaran

agar dapat meningkatkan hasil belar siswa khususnya pada pembelajaran

Bahasa Indonesia.

2. Bagi guru, diharapkan untuk dapat menambahkan pengetahuan dan

pengalaman dalam menentukan strategi pembelajaran yang tepat untuk

memperbaiki dan juga meningkatkan kegiatan pembelajaran.


49

3. Bagi sekolah, diharapkan untuk dapat mengadakan pelatihan-pelatihan

khusus seperti seminar untuk dapat meningkatkan profesionalismen guru

dalam kegiatan pembelajaran.

4. Bagi penulis, diharapkan kedepannya dapat menjadikan hasil penelitian ini

sebagai salah satu langkah awal untuk lebih menganalisis seberapa banyak

ilmu-ilmu yang didapat di bangku kuliah untuk dapat diterapkan pada

masa yang akan datang.


50

DAFTAR PUSTAKA

Afandi, M. (2013). Evaluasi Pembelajaran Sekolah Dasar. Semarang: Unissula


Press.
______ (2013). Model Dan Metode Pembelajaran Di Sekolah. Semarang:
Unissula Press.
Ahmadi, R. (2016). Pengantar Pendidikan (Asas dan Filsafat Pendidikan).
Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:


Rineka Cipta
Asriyani, S. (2017). e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha. 5 (2) 2.
Farhrohman. (2017). Jurnal Implementasi Pembelajaran Bahasa Indonesia di
SD/MI. 9 (1) 24-26.

Fathurrohman, M. (2015). Model-Model Pembelajaran Inovatif. Yogyakarta: Ar-


ruzz Media.
Hadijah, S. (2018). Jurnal Ilmiah Ilmu Pendidikan. 1 (3) 95.
Hanna. (2014). Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra.1 (1) 52.
Hasnibeti. (2017). Jurnal Ilmu Pendidikan Sosial, sains, dan Humaniora.3 (3)
429.
Haris, A., Jihad, A. (2010). Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta: Multi Pressindo.

Huda, M. (2017) . Model-model Pengajaran dan Pembelajaran. Yogyakarta:


Pustaka Pelajar.
Hutapea, B. (2018). School Education Journal.8 (3) 299.
Husamah. (2016). Belajar dan Pembelajaran.Malang: Universitas
Muhammadiyah Malang Press.
Jakni.(2016). Metodologi Penelitian Eksperimen Bidang Pendidikan. Bandung:
Alfabeta.

Khair, U. (2018). Jurnal Pendidikan Dasar. 2 (1) 84.


51

Maftuhah, Y. (2014). Jurnal Penerapan Strategi Cooperative Script Dengan


Media Komik Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Kelas V Pada Mata
Pelajaran Bahasa Indonesia di SD Negeri II Gedong Tahun Ajaran 2013/ 2014. 1
(1) 42.

Mahdalena, S. (2020). Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Penerapan


Model Pembelajaran Cooperative Script Pada Mata Pelajaran Ilmu
Pengetahuan Sosial Kelas VA Siswa Sekolah Dasar Negeri 010 Sungai
Beringin. 1 (1) 128.

Maryamah. (2015). Jurnal Penerapan Metode Cooperative Script Terhadap Hasil


Belajar Siswa Kelas V Pada Mata Pelajaran SKI Di Madrasah
Ibtidaiyah Nurul Huda Kabupaten Oku Timur. 2 (7) 304.

Nudyansyah. (2016). Inovasi Model Pembelajaran. Sidoarjo:Nizamia Learning


Center
Salamiah. (2018). Jurnal PAJAR (Pendidikan dan Pengajaran) Program Studi
Pendidikan Guru Sekolah Dasar FKIP Universitas Riau. 1 (1), 2-3.
Sudjana. (2005). Metode Statistika. Bandung: Tarsito

Sugiyono. (2016). Metode Penelitian & Pengembangan (Research and


Development). Bandung: Alfabeta.

______ (2017). Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif


dan R&D). Bandung: Alfabeta.

Shoimin, A., (2017). 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013.


Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Suprijono, A. (2010). Cooperative Learning, Teori Dan Aplikasi Paikem.
Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Yusuf, W., F. (2018). Implementasi Kurikulum 2013 (K-13) Pada Mata Pelajaran
Pendidikan Agama Islam Sekolah Dasar (SD). 3 (2) 265.

Anda mungkin juga menyukai