Anda di halaman 1dari 24

MUSYAWARAH CABANG II

SRIKANDI PEMUDA
PANCASILA
KOTA LUBUK LINGGAU

Tempat: …………………………….
Tanggal: ….. …. 2022

Rancangan Materi Komisi B


Program Umum
“Sekali Layar Terkembang Surut Kita
Berpantang”
MATERI KOMISI B
RANCANGAN PROGRAM KERJA SRIKANDI PEMUDA PANCASILA
KOTA LUBUK LINGGAU MASA BAKTI 2022-2026

BAB I

PENDAHULUAN

Keanekaragaman masyarakat Kota Lubuk Linggau adalah rahmat dan Anugerah Illahi yang
menjelma menjadi kekuatan kemerdekaan dan pembangunan bangsa, Realitas bangsa
Indonesia adalah kemajemukan agama, suku, bahasa, strata sosial, pekerjaan, golongan, garis
pemikiran, bahkan kepribadian, dapat dipersatukan menjadi satu bangsa, satu bahasa, dan satu
negara. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar, dengan kekayaan alam; bumi, daratan,
dan lautan, keluhuran tradisi adat-istiadat, serta ciri bangsa yang religius merupakan kekuatan
Indonesia sebagai bangsa yang besar. Mengelola negara dan bangsa seluas dan sebesar itu
tentulah bukan hal yang mudah. Mengelola bangsa yang majemuk dan sebesar tersebut
memerlukan pondasi negara dan pemerintahan yang kokoh. Srikandi Pemuda Pancasila
meyakini bahwa hanya pandangan hidup Pancasila dan bentuk Negara Kesatuan
Republik Indonesia / NKRI yang bisa mengelola kebhinekaan secara bijaksana agar
bergerak menuju persatuan, kemakmuran, keadilan, dan kesejahteraan bangsa.

Keyakinan tersebut terbukti dalam fakta sejarah masa kelahiran Pemuda Pancasila dimana
pada saat itu Indonesia penuh dengan fragmentasi politik serta konflik kepentingan antara
pemerintahan pusat dengan kelompok elit pejuang didaerah Polemik politik aliran serta
pemberontakan fisik daerah-daerah mengakibatkan stagnasi pembangunan kesejahteraan
masyarakat dan kebuntuan politik yang begitu fundamental sehingga mengancam
kelangsungan hidup bangsa secara keseluruhan. Para pendiri Pemuda Pancasila menyadari
bahwa terlalu mahal harga yang harus dibayar bila kemerdekaan dan kedaulatan yang baru
berhasil direbut menjadi tercerai-berai dan hancur, dan pada ujungnya justru memudahkan
bangsa asing menguasai Indonesia kembali. Oleh sebab itu, para pendiri Pemuda Pancasila
melaksanakan langkah sistematis untuk memecah kebuntuan politik nasional yang begitu
fundamental, menghentikan konflik dasar negara dan perdebatan tata pemerintahan, melalui
dukungan penuh pelaksanaan Dekrit Presiden 5 Juli 1959 serta pembentukan kekuatan-
kekuatan sosial dan politik yang diharapkan mampu membangun keadaan bangsa kearah lebih
baik, keadaan yg mumpuni untuk mengisi cita-cita Proklamasi Kemerdekaan, Pancasila, &
UUD 1945. Sejak saat itu hingga saat ini Pemuda Pancasila meyakini bahwa nilai-nilai
Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa harus terus diaktualisasikan secara sistematis,
yakni 5 (lima) nilai dasar yang tersusun sebagai satu kesatuan perangkat ideologi negara,
1
dengan sila pertama sebagai fundamen etis perwujudan sila-sila berikutnya.
Sila pertama Ketuhanan yang Maha Esa melandasi kenyataan bangsa Indonesia yang
adalah bangsa berTuhan. Setiap orang Indonesia adalah insan berTuhan sesuai agama
keyakinannya masing-masing. Negara Indonesia adalah Negara yang berTuhan dimana setiap
warga-negaranya dapat menyembah Tuhannya secara leluasa. Praktek penyelenggaraan
negara dan interaksi kehidupan masyarakat sehari-hari dalam negara ini tidak diperkenankan
adanya sikap dan perbuatan yang anti-ketuhanan ataupun anti keagamaan. Pada saat yang
sama negara menjamin kemerdekaan tiap penduduk memeluk agamanya masing-masing dan
beribadat menurut agama dan kepercayaannya. Dalam hal ini, negara tidak merepresentasikan
agama tertentu tetapi negara memfasilitasi, melindungi, dan menjamin keamanan warganya
melaksanakan ajaran agama karena keyakinan dan kesadarannya.

Berdasarkan sila pertama tersebut Negara Indonesia adalah negara Pancasila yang tidak
memposisikan hubungan negara dan agama secara diametral dan meninggalkan agama ke
ruang privat. Negara melindungi dan mengembangkan kehidupan beragama sementara agama
menguatkan etika social, namun negara Pancasila juga bukan negara agama yang
merepresentasikan satu unsur agama saja. Negara Pancasila berdiri diatas semua penduduk
yang multiagama dan multikeyakinan, dan mempunyai jarak yang sama dengan semua agama,
melindungi, dan mengembangkan semua agama.

Peran agama dan negara tidak dipisahkan namun dibedakan, dengan syarat keduanya,
memahami batas kewenangannya masing-masing, yang dikenal dengan istilah “toleransi
kembar” Sehubungan itu ajaran agama dilaksanakan dengan penuh toleransi dan
berkeadabandidukung oleh tindakan pro-aktif Negara menyelenggarakan dialog antar umat
beragama.Menurut Bung Karno ke-Tuhanan yang dijalankan oleh bangsa Indonesia adalah
berjiwa gotong-royong, yang lapang dan toleran, bukan ke-Tuhanan yang saling menyerang
dan mengucilkan. Sila Pertama menjad ifundamen etis perwujudan sila-sila Pancasila
berikutnya.

Sila kedua kemanusiaan yang adil dan beradab, dijiwai oleh sila pertama yang artinya,
masyarakat Indonesia bersumber dari ajaran Tuhan Yang Maha Esa, bahwa manusia
Indonesia adalah insan pribadi, anggota masyarakat, sekaligus hamba Tuhan dan berjiwa
gotong royang, setiap warga negara dijamin hak dan kebebasannya menyangkut hubungan
dengan Tuhan, dipandang memiliki kedudukan sama terhadap undang-undang dasar, dengan
sesama orang lain, dengan masyarakat, dengan Negara. Setiap warga negara dijamin hak dan
kemerdekaan menyatakan pendapat, serta mencapai kehidupan yang layak sesuai hak-hak
dasar manusia.Oleh karena itu, kemanusiaan adil dan beradab harus mengimplementasikan
hak dan kewajiban asasi manusia serta komitmen terhadap penegakan hukum.

Kebangsaan Indonesia merupakan bagian dari konsep kemanusiaan universal yang dituntut
mengembangkan persaudaraan manusia adil dan beradab. Kebangsaan Indonesia bukan
menyendiri, melainkan kebangsaan yang menuju kekeluargaan bangsa-bangsa. Menurut Bung
Karno prinsip kemanusiaan harus berjiwa gotong-royong bukan pergaulan kemanusiaan yang
menjajah dan eksploitatif.

2
Dalam hal ini gagasan kebangsaan dan konsep kemanusiaan universal bukanlah dikotomi
antara internasionalisme dan nasionalisme. Menurut Bung Karno “Internasionalisme tidak
dapat hidup subur kalau tidak berakar didalam buminya nasionalisme. Sebaliknya
nasionalisme tidak dapat hidup subur kalau tidak hidup dalam tamansarinya
internasionalisme”.

Sila ketiga Persatuan Indonesia adalah anugerah Tuhan Yang Maha Esa dan dijiwai oleh
sila Pertama dan sila Kedua.Sila ketiga Pancasila merupakan Negara Kebangsaan, yakni
negara yang terbentuk dari bermacam suku bangsa dengan kehendak bersatu, memiliki
persatuan perangai (tekad & karakter) yang terikat oleh tanah-airnya. Persatuan dimaknai
sebagai keragaman yang berjuang dalam satu kebulatan tujuan: melindungi segenap bangsa
Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum,
mencerdaskan kehidupan bangsa, serta mewujudkan perdamaian dunia yang abadi.
Persatuan Indonesia merupakan persatuan dalam pengertian ideologi, politik, ekonomi, sosial-
budaya, dan keamanan dengan memelihara keragaman budaya bangsa, maka persatuan
Indonesia yang merdeka dan berdaulat adalah persatuan yang memiliki satu bendera, satu
bahasa, satu lambang Garuda Pancasila, satu lagu kebangsaan, satu dasar negara, dan satu
konstitusi negara. Menurut Bung Karno persatuan Indonesia adalah persatuan yang berjiwa
gotong-royong yang Bhinneka Tunggal Ika. Bukan kebangsaan yang unitarian menihilkan
keragaman dan menolak persatuan.

Sila keempat Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam


permusyawaratan perwakilan memandang bahwa Bangsa Indonesia adalah bangsa yang
demokratis, selalu memelihara dan mengembangkan tradisi bermusyawarah untuk mencapai
mufakat dalam perwakilan.Selain itu bangsa Indonesia selalu memelihara dan
mengembangkan kearifan dan kebijaksanaan dalam bermusyawarah.
Konteks demokrasi Indonesia harus mengandung lima ciri yakni: 1. ciri Kerakyatan/daulat
rakyat, 2. Permusyawaratan/kekeluargaan, 3. ciri perwakilan, 4. ciri hikmat kebijaksanaan,
serta 5. ciri daulat hukum/nomokrasi. Ciri Kerakyatan yaitu; memberikan peran dan pengaruh
besar bagi rakyat dalam proses pengambilan keputusan pemerintah. Sehubungan itu setiap
warga negara sama kedudukannya didalam hukum dan pemerintahan, tidak ada pengecualian
ataupun diskriminasi. Ciri permusyawaratan adalah; tata-cara pengambilan keputusan yang
khas kepribadian bangsa Indonesia yaitu saling menghargai, saling mengisi dan melengkapi
secara jernih dan objektif memutuskan hal-hal terbaik bagi bangsa dan negara hingga
tercapainya kebulatan pendapat atau mufakat. Ciri perwakilan yakni; partisipasi masyarakat
dalam kehidupan bernegara disalurkan melalui badan-badan perwakilan. Ciri hikmat
kebijaksanaan yaitu; orientasi etis mendahulukan kepentingan bangsa dan kepentingan
bersama diatas kepentingan golongan, kelompok, maupun perorangan. Orientasi etis tersebut
berdasarkan nilai-nilai Ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, permusyawaratan dan keadilan.
Ciri hikmat kebijaksanaan adalah; demokrasi yang tidak mengembangkan mayorokrasi
(kekuasaan hanya dikendalikan golongan mayoritas) ataupun minorokrasi (kekuasaan hanya
dikendalikan sekelompok elit politik/pengusaha).

Menurut Moh. Hatta Kerakyatan yang dianut oleh bangsa Indonesia bukanlah kerakyatan
yang hanya mencari suara terbanyak, tetapi kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat-

3
kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan. Karena itu demokrasi Indonesia bukan
demokrasi liberal dan bukan demokrasi totaliter karena berkaitan secara menyeluruh dengan
sila-sila Pancasila lainnya. Implementasinya dalam konteks demokrasi permusyawaratan yaitu
sebuah keputusan politik dikatakan benar dan demokratis apabila memenuhi 4. Kriteria, yaitu:
1. Berdedikasi kepada kepentingan banyak orang bukan kepentingan perseorangan ataupun
kelompok, 2. Berangkat dari asas rasionalisme dan keadilan bukan hanya berangkat dari
subjektifitas ideologi dan kepentingan, 3. Mempunyai efek positif jangka panjang bagi bangsa
Indonesia bukan efek jangka pendek yang pragmatis dan transaksional, dan 4. Rumusan
keputusan yang imparsial yakni melibatkan pendapat semua pihak secara inklusif dan
menangkal kediktaturan minoritas dan elit penguasa serta menangkal klaim-klaim mayoritas.

Demokrasi permusyawaratan “imparsial” menjadikan suara mayoritas rakyat sebatas prosedur


formal yang harus dioptimalkan melalui partisipasi segala kekuatan secara inklusif.Partisipasi
luas ini ditempuh melalui persuasi, kompromi, dan konsensus yang mempunyai mentalitas
kolektif, mempunyai hikmat-kebijaksanaan, sehingga membuat kekuatan manapun merasa
terlibat, ikut memiliki, loyal, dan bertanggung-jawab atas segala keputusan politik.
Mekanisme demokrasi permusyawaratan menjadikan pemungutan suara (voting) sebagai
pilihan terakhir setiap proses pengambilan keputusan, dan itupun masih harus menjunjung
tinggi semangat kekeluargaan yang saling menghormati. Demokrasi permusyawaratan
mengedepankan kesederajatan (egalite) dan persaudaraan (familyhood). Menurut Bung Karno
prinsip demokrasi kita berjiwa gotong-royong bukan demokrasi yang didikte oleh suara
mayoritas atau minoritas elit penguasa dan pemodal.

Ciri terakhir demokrasi Indonesia adalah kedaulatan hukum. Kedaulatan hukum harus
melekat dan jalan serentak berdampingan dengan kedaulatan rakyat, dimana daulat rakyat
bermakna penyerahan keputusan politik kepada rakyat, sedangkan daulat hukum bermakna
penyerahan masalah pencederaan hak-hak rakyat dan pencederaan demokrasi kepada
hukum.Gagasan demokrasi permusyawaratan Indonesia menekankan konsensus serta
menyelaraskan demokrasi politik dan demokrasi ekonomi. Menurut bung Hatta demokrasi
politik saja tidak dapat mewujudkan kesederajatan dan persaudaraan, oleh sebab itu
berdampingan dengan demokrasi politik harus berlaku demokrasi ekonomi yang saling
melekat, seiring sejalan.

Sila kelima Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia, beranjak dari nilai-nilai sila
pertama, kedua, ketiga, dan keempat menjadi satu perangkat nilai yang sebangun dan tidak
terpisahkan.Sila kelima Keadilan Sosial bagi seluruh rakyat Indonesia memandang bahwa
bangsa Indonesia bukan saja demokratis secara politik namun serentak dengan itu bangsa
yang demokratis secara ekonomi. Keadilan dan kesejahteraan yang dikehendaki bangsa ini
bukan hanya dibidang politik melainkan juga dibidang perekonomian. Prinsip kesejahteraan
sosial bangsa Indonesia tidak menekankan kolektifisme dan individualisme. Karena antara
pribadi (individu) dan masyarakat (kolektif) tidak dapat dipisahkan.

Masyarakat adalah tempat hidup berkembangnya individu, serta individu adalah komponen
utama masyarakat. Oleh sebab itu praktik perekonomian yang hanya mementingkan
kolektivisme maupun kepentingan individu tidak diperbolehkan dalam negara Pancasila.

4
Individualitas dikembangkan seiring dengan sosialitas. Hak milik pribadi diperbolehkan
namun memiliki fungsi sosial melalui pajak dan lain-lain. Sedangkan kekayaan bersama
bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dipergunakan untuk kesejahteraan
bersama.

Disisi lain, kehidupan sosial-perekonomian bangsa tidak dapat terlepas dari kesenjangan
sosial, sehubungan itu kompetisi ekonomi diletakkan dalam kompetisi yg kooperatif
(coopetition) berlandaskan asas kekeluargaan; cabang-cabang produksi yg penting bagi
negara dan menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara. Bumi, air, dan
kekayaan alam yg terkandung didalamnya dikuasai olehnegara dan dipergunakan sebesar-
besarnya untuk kemakmuran rakyat. Peran individu dan/atau ekonomi pasar diberdayakan
dengan tetap memposisikan negara sebagai regulator, fasilitator, menyediakan rekayasa sosial
serta jaminan sosial.

Keadilan sosial berarti keadilan yang berlaku dalam masyarakat disegala bidang kehidupan
baik material maupun spiritual bagi seluruh rakyat Indonesia yang menetap didalam maupun
diluar negeri. Keadilan sosial bermakna terbentuknya keseimbangan kehidupan pribadi dan
masyarakat. Keadilan sosial juga bermakna keadilan dalam upaya pemenuhan tuntutan hakiki
kehidupan jasmani serta tuntutan hakiki kehidupan rohani secara seimbang. Menurut Bung
Karno prinsip keadilan sosial harus berjiwa gotong royong, bukan visi kesejahteraan yang
berbasis individualisme-kapitalisme, bukan pula yang mengekang kebebasan individu seperti
dalam sistem etatisme.

Penerapan dasar negara dan pandangan hidup Pancasila secara konsisten dan murni selalu
menjadi tanggung-jawab organisasi Pemuda Pancasila dan semua elemen masyarakat; baik
para pemimpin politik, birokrasi, tokoh-tokoh masyarakat, serta warga masyarakat pada
umumnya. Namun hal tersebut bukanlah pekerjaan mudah. Salah satu tantangannya adalah
sosialisasi dan keteladanan nilai-nilai Pancasila itu sendiri harus terus digalakkan untuk
membentuk karakter masyarakat Indonesia semakin menjadi “sadar Pancasila”. Posisi
Pancasila selama ini masih sekedar formalitas selaku dasar negara.Nilai-nilai Pancasila belum
mendarat keseluruh aspek kehidupan manusia Indonesia, bahkan sesungguhnya nilai-nilai
Pancasila belum menjadi pedoman utama para penyelenggara pemerintahan pusat dan daerah.

Ibaratkan pondasi rumah yang selalu ada di dasar tanah, walaupun berhasil menopang dan
mengkokohkan bangunan rumah namun semakin hari justru pondasi Pancasila semakin tidak
dilihat, tidak dipedulikan, dan tidak menjadi nafas para penghuninya. Padahal tidak ada
individu yang bisa hidup dalam persatuan bangsa Indonesia tanpa bernafaskan Pancasila.
Pembentukan karakter Pancasila sebagai kepribadian dan jati diri manusia Indonesia kemasa
depan merupakan tantangan besar bangsa ini. Karakter atau kepribadian bangsa adalah segala-
galanya, karakter dapat menjamin kemajuan atau justru sebaliknya kehancuran bangsa.

Dengan keterpanggilan inilah Pemuda Pancasila menyelenggarakan Musyawarah Besar,


merumuskan dan menetapkan Program Umum Pemuda Pancasila 2014-2019.

Pemuda Pancasila didirikan pada tangal 28 Oktober 1959.Pada masa kelahirannya Indonesia
penuh dengan fragmentasi politik serta konflik kepentingan antara pemerintahan pusat dengan
5
kelompok elit pejuang didaerah. Dinamika politik diwarnai oleh budaya politik berbasis
massa rakyat sebagai parameter kekuatan yang saling menandingi kekuatan politik lainnya,
Political is a power mass, dan alhasil menurunkan konflik elit politik dalam konflik
masyarakat akar-rumput. Polemik politik aliran yang sulit dipertemukan serta pemberontakan
fisik daerah-daerah mengakibatkan stagnasi pembangunan kesejahteraan masyarakat,
goncangan terhadap Pancasila sebagai ideologi negara, bahkan kebuntuan politik yang begitu
fundamental sehingga mengancam kelangsungan hidup bangsa secara keseluruhan.

Mencermati kondisi tersebut kalangan TNI-AD (Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat),
IPKI (Ikatan Pendukung Kemerdekaan Indonesia), serta para pendiri Pemuda Pancasila
menyadari bahwa terlalu mahal harga yang harus dibayar bangsa ini bila udara kemerdekaan
dan tongkat kedaulatan yang baru berhasil direbut menjadi tercerai-berai dan hancur, yang
pada ujungnya justru akan memberikan ruang bagi bangsa asing untuk kembali menguasai
Indonesia. Oleh sebab itu, mereka melaksanakan langkah sistematis mempersiapkan kekuatan
sosial dan politik yang diharapkan mampu membangun keadaan bangsa kearah lebih baik,
keadaan yang mumpuni untuk mengisi cita-cita Proklamasi Kemerdekaan, Pancasila, & UUD
1945.

Sebagai bagian dari persiapan tersebut disusun potensi organisasi Pemuda Pancasila dengan
hari pendirian yang bersamaan hari peringatan Sumpah Pemuda. Kesamaan hari lahir tersebut
merupakan cermin komitmen moril dan kesadaran Pemuda Pancasila terhadap perjuangan
mencapai hakekat kemerdekaan, yaitu; kesetaraan politik dan ekonomi yang bebas dari
penjajahan bangsa/negara lain. Dalam hal ini, Sumpah Pemuda dipandang sebagai tonggak
sejarah menyatunya itikad dan ikhtiar nasional atas dasar semangat persaudaraan, senasib-
sepenanggungan, persamaan budaya, serta sikap tegas menolak politik adu-domba.

Berdasarkan semangat persaudaraan, gotong-royong, kepedulian terhadap nasib bangsa,


keyakinan terhadap Pancasila, dan tekad kuat melaksanakan Pembangunan Nasional maka
sejumlah pemuda dan tokoh masyarakat, TNI-AD, dan IPKI, yang berjiwa militan, setia-
kawan, berani, dan tanggap terhadap kondisi nasional saat itu, mendeklarasikan perjuangan
mereka dengan mendirikan organisasi “Pemuda Pancasila”, sebagai wadah perjuangan yang
pantang-menyerah mewujudkan nilai-nilai Pancasila dan mempertahankan NKRI seabadinya.
Tekad kebersamaan tersebut menjadi faktor pengikat para pemuda Indonesia dalam suatu visi
nasionalisme Pemuda Pancasila melihat Indonesia yangmerdeka, bersatu, berdaulat, adil,
dan makmur berdasarkan Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika dalam NKRI, serta misi
kebangsaaan Pemuda Pancasila membangun Masyarakat Pancasila yang sejahtera, modern,
demokratis, dan berkepribadian ke-Indonesiaan.

Pasca demokrasi terpimpin, dimasa pemerintahan Orde Baru, Pemuda Pancasila berkembang
sebagai salah satu infrastruktur pembangunan nasional yang pro-aktif melakukan pembinaan
masyarakat. Pada masa ini, pemerintahan yang stabil telah terwujud, roda perekonomian
berjalan baik untuk mengangkat harkat dan martabat bangsa, dari negara berkembang menjadi
negara maju. Dibandingkan budaya politik berbasis massa-rakyat pada masa orde lama, maka
orde baru lebih menumbuhkan budaya politik stabilitas yang mendahulukan prestasi dan
kerja-nyata ketimbang aliran ideologi.
6
Budaya politik stabilitas ini membuat konsolidasi organisasi Pemuda Pancasila lebih kondusif
dilaksanakan. Konsolidasi yang intensif telah membuahkan keanggotaan, kader, dan struktur
organisasi Pemuda Pancasila dari tingkat nasional hingga tingkat desa/kelurahan diseluruh
propinsi.Pemuda Pancasila tumbuh berkembang menjadi mitra pemerintah yang kritis dan
memiliki posisi tawar (bargaining position) penting.
Komitmen terhadap Pancasila sebagai azas tunggal, penerapan trilogi pembangunan
(stabilitas, pertumbuhan, dan pemerataan), serta dwifungsi ABRI, memposisikan Pemuda
Pancasila sebagai subjek yang dibutuhkan oleh proses pembangunan nasional. Posisi tersebut
memberikan ruang yang luas untukpengembangan jati diri organisasi. Pada era ini Sifat
organisasi Pemuda Pancasila yang terbuka, non-primordial, non sektarian, non-
diskriminatif, serta tidak membeda-bedakan latar belakang sosial dan politik telah
diaktualisasikan secara pro-aktif melalui beragam kegiatan organisasi, dan
mendapatkandukungan seluruh lapisan masyarakat.

Disamping itu, demokrasi Pancasila pada masa orde baru menghadirkan iklim kondusif bagi
masyarakat untuk bergabung kedalam Pemuda Pancasila sebagai entitas kelompok
masyarakat plural yang meyakini Pancasila sebagai pandangan hidup bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara, serta menjalin persaudaraan dan komitmen bagi keutuhan
NKRI.
Pada fase berikutnya arus perubahan jaman dari Orde Baru ke Orde Reformasi. Reformasi di
segala bidang kehidupan bangsa menjadi konsekuensi arus perubahan yang tidak dapat
dihindari. Pengaruh nilai-nilai globalisasi, demokratisasi politik & ekonomi, supremasi
hukum & HAM, keterbukaan informasi, kebebasan pers, dan kemajuan teknologi telah
menjadi pelaku utama arus perubahan seluruh negara-negara didunia. Pengaruh nilai-nilai
tersebut merupakan antitesa nilai-nilai pemerintahan orde baru. Era reformasi menghantar
Indonesia berbenah diri membangun demokrasi atas dasar kedaulatan rakyat serta
penghormatan terhadap hukum dan hak asasi manusia/HAM.
Pembenahan mendasar terjadi secara total disemua sendi kehidupan negara. Reformasi
konstitusi, hukum, politik, ekonomi, tni-polri, dan birokrasi menjadi agenda utama elit politik
Nasional. Pemberantasan korupsi, kebebasan pers, pemilihan langsung, keseimbangan kontrol
antar lembaga negara, otonomi daerah, ekonomi pasar bebas, dan kekuatan opini publik
adalah beberapa ciri utama reformasi Indonesia di millenium ketiga.

Bergeraknya masa transisi reformasi dan demokrasi Indonesia membuat tantangan Pemuda
Pancasila semakin kompleks. Pasalnya, hampir semua konstruksi pembangunan bangsa yang
didukung oleh Pemuda Pancasila bertransisi dengan cepat dan kerap-kali mengalami proses
uji-coba yang berubah-ubah. Awal masa transisi ditandai oleh jatuh bangun kabinet
pemerintahan.

Dalam tempo 4 (empat) tahun sejak tahun 1997-2002 Indonesia mengalami 3 (tiga) kali
pergantian presiden. Yakni; pergantian kabinet mantan Presiden Soeharto ke Habibie melalui
Sidang Istimewa MPR, kabinet mantan Presiden Habibie ke Abdurahman Wahid melalui

7
proses Pemilu 1999, serta kabinet mantan Presiden Abdurahman Wahid ke Megawati
Soekarnoputri melalui proses pemakzulan (impeachment) parlemen. Meskipun ketiga
pergantian Presiden tersebut berlangsung secara konstitusional, namun konflik elit politik
yang melatarinya tidak dapat menghasilkan stabilitas pemerintahan yang efektif dan
berwibawa hingga pemilu 2004 dilaksanakan.

Selain itu awal masa transisi juga ditandai oleh pemahaman yang bias terhadap demokrasi,
seakan-akan kebebasan dan kedaulatan politik merupakan peluang besar memonopoli
kebenaran dalam perbedaan. Hal ini memicu beragam konflik SARA, konflik elit politik
dipemerintahan, serta kemunculan separatisme dan radikalisme, sebuah situasi yang mirip
fenomena Indonesia disaat orde lama. Perbedaannya dengan masa orde lama antara lain
adalah; tuntutan reformasi merupakan konsekuensi pembangunan dimasa orde baru, dimana
sebagian besar elit nasional sudah menyadari dan merasakan pentingnya NKRI, Pancasila,
dan Bhinneka Tunggal Ika. Disamping itu, telah muncul masyarakat khususnya lapisan
generasi muda yang semakin cerdas, kritis, dan terbuka, akibat perkembangan iptek dan
pendidikan nasional yang dilaksanakan pemerintahan orde baru. Kesadaran elit nasional dan
peningkatan kapasitas masyarakat tersebut yang justru menumbuhkan tuntutan-tuntutan dan
kebutuhan baru berupa reformasi praktek penyelenggaraan negara.

Perbedaan berikutnya antara lain; adanya tuntutan hak asasi manusia/HAM yang membatasi
ruang gerak tindakan represif aparatur pemerintah, kebebasan pers, dan media
massamainstream yang kritis terhadap elit politik, tetapi tetap konsisten terhadap persatuan
dan kesatuan bangsa. Tidak kalah pentingnya adalah adanya dukungan penuh TNI-Polri untuk
menyelenggarakan reformasi disegala bidang kehidupan bangsa dan negara. Dalam hal ini
dukungan TNI-Polri dan media massa mainstream merupakan faktor determinan reformasi
Indonesia. Hal ini sangat berbeda dengan masa orde lama, dimana TNI-Polri ketika itu
menjadi pelaku perubahan membenahi kekuasaan dan masuk dalam sistem politik, sedangkan
pada era reformasi justru sebaliknya TNI-Polri menjadi pelaku perubahan membenahi
tubuhnya sendiri dan keluar dari sistem politik. Berbagai kajian strategis menilai posisi dan
langkah TNI-Polri tersebut sebagai sumbangsih politik kebangsaan TNI-Polri yang jernih dan
mengutamakan kepentingan bangsa diatas kepentingan golongan.

Merujuk pengalaman Pemuda Pancasila menjadi pelaku sejarah dimasa orde lama dan orde
baru, serta mencermati posisi institusi TNI yang sebelumnya memprakarsai kelahiran
organisasi, maka Pemuda Pancasila melihat orde reformasi sebagai peluang untuk bergerak
maju dan berkembang lebih luas. Mempertahankan Pancasila dan NKRI dalam era globalisasi
yang penuh persaingan nilai-nilai baru, serta membentuk tatanan masyarakat Pancasila dalam
era demokrasi Indonesia, membutuhkan kerja-keras disemua ruang kehidupan masyarakat,
bangsa, dan negara.

Tatanan dan ciri-ciri masyarakat Pancasila yang dimaksud adalah masyarakat Indonesia
dalam era global yang sadar hukum & HAM, sadar demokrasi, sadar bela-negara, sadar
persatuan & kesatuan bangsa, sadar kamtibmas, sadar lingkungan-hidup, berwawasan
gender, toleran terhadap perbedaan agama & budaya, setia-kawan & berempati, beretos-
kerja, mandiri & produktif, hemat energi & air, bijak bertransportasi, dan bijak
8
berkomunikasi.

Tantangan perubahan jaman yang kompleks tidak menyurutkan tekad kuat dan optimisme
Pemuda Pancasila untuk meneruskan cita-cita pendiriannya. Kalau pada masa sebelumnya
kiblat program Pemuda Pancasila menitik-beratkan peningkatan kapasitas dan peran
kepemudaan untuk mencapai cita-cita pendirian organisasi, maka pada era reformasi haluan
program Pemuda Pancasila diletakan pada spektrum yang lebih komprehensip yakni;
meningkatkan kapasitas subjek-subjek utama pembangunan nasional dan meningkatkan
efektifitas sektor-sektor utama pembangunan nasional. Subjek utama pembangunan nasional
yang dimaksud antara lain; kalangan petani, nelayan, buruh/pekerja, pemuda, perempuan,
ormas, ulama, pengusaha, pelaku UMKM, guru, dan lain-lain. Sektor utama yang dimaksud
antara lain; hukum & HAM, pertahanan nasional, kamtibmas, pemerintahan dalam negeri,
industri hulu, industri energi, industri pangan, diplomasi internasional, dan lain-lain.

Budaya politik era reformasi menampilkan budaya media massa dan opini publik.
Komunikasi interaktif dan dialog menjadi ciri utama politik kontemporer masa reformasi
Indonesia. Fenomena ini menyediakan prospek pengembangan program organisasi sekaligus
menuntut kerja-keras yang menantang seluruh unsur organisasi. Dalam lingkungan strategis
yang selalu berubah maka misi perjuangan membentuk masyarakat Pancasila sejahtera,
modern, demokratis, dan berkepribadian ke-Indonesiaantidak bisa hanya mengandalkan satu
sektor dan satu subjek saja, tetapi harus mengandalkan multi-sektor dan multi-subjek
pembangunan nasional agar efektif mengimplementasikan nilai-nilai instrumental dan praksis
Pancasila. Pada masa ini Pemuda Pancasila menjalankan transformasi, dari organisasi sosial
yang menitik-beratkan pembangunan kepemudaan menjadi organisasi sosial yang berperan
aktif dalam proses-proses pembangunan nasional secara komprehensip.

Setiap perubahan zaman yang dilalui bangsa dan negara Indonesia menjadi bagian tak
terpisahkan dari eksistensi Pemuda Pancasila. Pemuda Pancasila memiliki ikatan historis yang
begitu kuat sepanjang perjalanan kehidupan bangsa dan negara. Hal tersebut mengamanatkan
bahwa ikatan tanggung jawab para anggota dan kader atas eksistensi Pemuda Pancasila bukan
saja diberikan pada lingkup organisasi an-sich, tetapi pada lingkup bangsa dan negara. Karena
pada kenyataannya Pemuda Pancasila telah menjadi elemen pengikat sosial kemasyarakatan
yang mempererat kesatuan bangsa & negara Indonesia.

Arus perubahan tidak pernah berhenti pada satu titik, terus mengalir membentuk semangat
zaman. Menyadari kondisi itu Pemuda Pancasila terus beranjak mengikuti dinamika zaman,
melakukan transformasi berbasis refleksi lingkungan internal dan eksternal organisasi.

Transformasi yang relevan dengan kondisi kekinian serta trend sosial politik di masa
mendatang. Perjalanan panjang yang ditempuh organisasi Pemuda Pancasila telah membentuk
kematangan jati diri dan pemahaman filosofi organisasi dalam kehidupan, bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara. Kematangan berorganisasi tersebut menjadi inspirasi untuk
mempertajam program-program pembangunan sosialnya, yang tidak luput dari arus interaksi
global. Pasang-surut organisasi Pemuda Pancasila dengan berbagai dinamikanya perlu dilihat
sebagai basis refleksi dan evaluasi organisasi menghadapi tantangan tangung-jawab
9
historisnya terhadap bangsa dan negara Indonesia.

Berdasarkan pemikiran di atas, Srikandi Pemuda Pancasila Sebagai Organisasi yang didirikan
Ormas Pemuda Pancasila, menyusun dan menetapkan Program Kerja yang merupakan
strategi dan langkah-langkah mengejawantahkan Program Umum Pemuda Pancasila, serta
memaknai transformasi organisasi Pemuda Pancasila sesuai perkembangan jaman, dari orde
lama, orde baru, ke orde demokrasi Indonesia saat ini. Program Kerja ini menjadi dasar,
strategi, sasaran, perencanaan dan pelaksanaan program organisasi secara menyeluruh,
terpadu, sistematis, bertahap, dan berkesinambungan, serta menjadi pedoman dan panduan
bagi seluruh tingkatan organisasi dalam mewujudkan misi kebangsaan Pemuda Pancasila,
yaitu membentuk masyarakat Pancasila yang sejahtera, modern, demokratis, dan
berkepribadian ke-Indonesiaan.

BAB II
LANDASAN PROGRAM KERJA

1. Pancasila sebagai landasan ideologi

2. UUD 1945, Tap MPR, UU nomor 17 tahun 2013 tentang organisasi kemasyarakatan
dan Peraturan per UU lainnya sebagai landasan hukum.

3. Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga Srikandi Pemuda Pancasila sebagai


landasan konstitusi organisasi.

BAB III
SIKAP DASAR SRIKANDI PEMUDA PANCASILA

1. Setia kepada NKRI yang Bhinneka Tunggal Ika berdasarkan Pancasila & UUD 1945
diwujudnyatakan melalui ikrar Pemuda Pancasila.
2. Setia kawan dan pantang menyerah membela kebenaran dan keadilan.
3. Menjunjung tinggi norma-norma agama dan adat istiadat budaya bangsa.
4. Menghormati lambang-lambang dan/atau simbol-simbol NKRI.
5. Menjunjung-tinggi hukum, hak asasi manusia, dan peraturan perundang-undangan
yang berlaku.
BAB IV
POKOK-POKOK PERJUANGAN
PANCA BAKTI SRIKANDI PEMUDA PANCASILA

1. Menjaga, mengamankan dan mengamalkan Pancasila sebagai Falsafah hidup Bangsa


dan Ideologi Negara.
2. Melaksanakan UUD 1945 sebagai konstitusi negara.
3. Mempertahankan Kedaulatan dan Keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia dan
menjunjung tinggi semangat Bhinneka Tunggal Ika.
4. Melahirkan kader SRIKANDI PEMUDA PANCASILA sebagai Kader Bangsa yang
konsisten menjaga kehormatan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara serta
pergaulan internasional.
5. Melaksanakan pemberdayaan dan pengembangan anggota secara terus menerus untuk
meningkatkan kualitas kesejahteraan anggota dan keluarga SRIKANDI PEMUDA
PANCASILA.
10
BAB V
SASARAN PROGRAM

A. SASARAN BIDANG ORGANISASI, KEANGGOTAAN DAN KADERISASI


Program bidang organisasi, keanggotaan dan kaderisasi diselenggarakan dengan sasaran
umum sebagai berikut:
1. BIDANG ORGANISASI, KEANGGOTAAN, DAN KADERISASI
Program bidang organisasi, keanggotaan diselenggarakan dengan sasaran umum
sebagai berikut:

1. Terbentuknya struktur organisasi yang solid dan dinamis.

2. TerbentuknyaDewan Pimpinan Cabang, Unit Kerja dan Kelompok Kerja sebagai


pelaksana program yang diperlukan.
3. Terbentuknya kepengurusan yang konstitusional, efektif, dan kreatif dengan
kondisi sebagai berikut :
a. Tersusunnya peraturan dan/atau kebijakan yang konstitusional, terpadu,
sehingga mampu mendukung pelaksanaan program.
b. Terbentuknya sistem administrasi yang terpadu dan mampu mendukung
pelaksanaan program
c. Terwujudnya peningkatan kualitas pemahaman serta penerapan konstitusi dan
peraturan organisasi disemua tingkatan kepengurusan.
d. Terwujudnya kepemimpinan yang efektif membangun kebersamaan dan
kegotong-royongan sebagai tradisi organisasi dan meningkatkan motivasi
kepengurusan.
e. Terciptanya kepemimpinan yang terpercaya, motivatif, terbuka terhadap
kreatifitas dan inovasi.
f. Terwujudnya periodesasi kepemimpinan secara definitif disemua tingkatan
organisasi.
g. Terwujudnya regenerasi melalui proses kaderisasi disemua tingkatan
organisasi.
h. Terwujudnya musyawarah dan rapat pemilihan pengurus secara tepat waktu
dengan pelaporan konsolidasi dan rancangan materi yang disampaikan 2 (dua)
bulan sebelum pelaksanaan musyawarah dan rapat pemilihan kepada jenjang
organisasi setingkat diatasnya.
i. Berkembangnya forum ke-organisasian sebagai ajang konsolidasi yang
demokratis
j. Berkembangnya komposisi kepengurusan yang mencerminkan
multikulturalisme disemua tingkatan organisasi.
k. Peningkatan keterlibatan potensi anggota dan kader yang duduk
dipemerintahan atau tokoh sangat berpengaruh untuk dapat berperan dalam
keanggotaan atau susunan kepengurusan, ataupun majelis pertimbangan
organisasi.
11
l. Tersedianya sistem komputerisasi database anggota sebagai bahan dasar
perumusan kebijakan dan/atau kegiatan disemua tingkatan organisasi.
4. Berkembangnya jumlah anggota organisasi pada setiap tahun dan setiap periode
kepengurusan.
5. Tersedianya laporan penerbitan kartu tanda anggota secara berkala setiap 6 (enam)
bulan sekali kepada jenjang organisasi setingkat diatasnya.
6. Terwujudnya sistem keanggotaan yang menghasilkan keaktifan dan loyalitas
individu anggota, dengan kondisi sebagai berikut :
a. Sistem penerimaan calon anggota dan pembuatan Kartu Tanda Anggota yang
efisien dan efektif.
b. Komunikasi dua arah dan kebersamaan antara pimpinan, pengurus, dan
anggota organisasi
c. Pemenuhan hak-hak anggota oleh kepengurusan di setiap tingkatan organisasi
d. Tersedianya informasi dan pengetahuan keorganisasian yang memadai untuk
anggota
e. Pelaksanaan kegiatan yang memotivasi partisipasi anggota
f. Pelaksanaan kegiatan berdasarkan informasi kebutuhan riil dalam database
keanggotaan.
g. Terwujudnya respon organisasi terhadap problem sosial kemasyarakatan,
soliditas kepengurusan, komitmen regenerasi, penyelenggaraan KTA (kartu
tanda anggota), dan aspek-aspek konsolidasi lainnya yang disosialisasikan
secara interaktif dan massif melalui bermacam bentuk media massa.
h. Terwujudnya sosialisasi Undang-Undang nomor 17 tahun 2013 tentang
organisasi kemayarakatan disemua tingkatan organisasi.
7. Terciptanya pengembangan desain dan jenis atribut yang lebih fleksibel, sederhana,
tidak formal, mudah diproduksi dengan harga beli yang ekonomis.
8. Terwujudnya strategi pengembangan organisasi yang memadukan pelaksanaan
strategi rekrutmen keanggotaan, perkaderan, program aksi, dan pencitraan
organisasi.
9. Keberhasilan sosialisasi dan dukungan terhadap figur kader yang kredibel untuk
menduduki posisi jabatan strategis baik di pemerintahan, organisasi profesi, dan
jabatan publik lainnya.

Program bidang kaderisasi diselenggarakan dengan sasaran umum sebagai berikut:


1. Terwujudnya eksistensi organisasi sebagai wadah melahirkan kader bangsa yang akan
memimpin masyarakat, bangsa, dan negara tanpa membeda-bedakan latar belakang
sosial dan politik.

2. Terwujudnya kepemimpinan organisasi yang selaras dengan nilai-nilai Pancasila dan


UUD 1945.

3. Terwujudnya kepengurusan organisasi yang kompeten dan mengikuti perkembangan


jaman.

4. Terwujudnya penyelenggaraan kaderisasi secara berkala setiap 6 (enam) bulan


ditingkatan Majelis Pimpinan organisasi.
12
5. Terwujudnya perkaderan yang efektif, efisien, berjalan maksimal, dan simultan
disemua tingkatan organisasi dengan kondisi sebagai berikut :
a. Terwujudnya komitmen pelaksanaan kaderisasi sebagai prioritas utama program
disemua tingkatan organisasi.
b. Terwujudnya kaderisasi sebagai syarat mutlak rekrutmen pengurus disemua
tingkatan organisasi.
c. Terciptanya peningkatan apresiasi dan dukungan terhadap kader potensial untuk
menjalankan penugasan organisasi atau menduduki beragam posisi publik dan
pemerintahan.
d. Tersedianya database potensi kader disemua tingkatan organisasi, sebagai dasar
penugasan dan penyusunan kegiatan.
e. Terwujudnya penerapan sanksi tegas terhadap kepengurusan yang tidak
menjalankan kewajiban kaderisasi, serta penghargaan terhadap kepengurusan
yang optimal melaksanakan kewajiban kaderisasi. Sanksi dan penghargaan
dimaksud diatur dalam peraturan organisasi.

6. Terciptanya regenerasi kepengurusan disemua tingkatan sebagai konsekuensi


perkaderan organisasi.

7. Peningkatan kemampuan memfasilitasi potensi keahlian dan keterampilan hidup


kader.
8. Terwujudnya sosialisasi kegiatan perkaderan secara interaktif dan massif melalui
berbagai bentuk media massa.

9. Terbangun komunikasi atau kemitraan dengan lembaga-lembaga pengembangan


kualitas sumber daya manusia, pemerintah, dan swasta.
10. Terwujudnya keterlibatan potensi anggota dan kader yang duduk dipemerintahan
atau tokoh sangat berpengaruh dalam penyusunan dan pelaksanaan
kebijakan/program perkaderan organisasi.

11. Terwujudnya penguatan basis anggota organisasi dan pembentukan basis baru
berdasarkan komunitas atau atas dasar kesamaan idealisme.

12. Terwujudnya strategi pengembangan organisasi yang memadukan pelaksanaan


strategi rekrutmen keanggotaan, perkaderan, program aksi, dan pencitraan organisasi.
Keberhasilan sosialisasi dan dukungan terhadap figur kader yang kredibel untuk
menduduki posisi jabatan strategis baik di pemerintahan, organisasi profesi, dan jabatan
publik lainnya.

B. SASARAN BIDANG DANA, SARANA DAN PRASARANA


Program bidang pendanaan, sarana, dan prasarana diselenggarakan dengan sasaran umum
sebagai berikut:
1. Peningkatan kinerja organisasi dan kapasitas kepengurusan yang handal, dengan
kondisi sebagai berikut :
a. Fasilitas sekretariat yang memadai disemua tingkatan organisasi dalam rangka
membentuk kepengurusan yang interaktif dan membangun koordinasi yang
13
terpadu.
b. Berkembangnya pengelolaan sekretariat disemua tingkatan organisasi sebagai
pusat komunikasi dan administrasi.
c. Terbangun sistem database keanggotaan dan sistem administrasi berbasis
teknologi informasi disemua tingkatan organisasi
d. Terciptanya interaksi antara pengurus, anggota, dan kelompok masyarakat yang
berkesinambungan melalui pemanfaatan teknologi informasi disemua tingkatan
organisasi.
e. Tersedianya Kartu Tanda Anggota (KTA), baju seragam, bendera, dan atribut
sosialisasi lainnya yang mudah dan ekonomis disemua tingkatan organisasi.
f. Meningkatnya akses masyarakat dipedesaan dan perkotaan memperoleh atribut
sesuai prosedur keorganisasian.
g. Terwujudnya sosialisasi buku materi-materi keorganisasian yang mudah dan
ekonomis disemua tingkatan organisasi.
h. Terwujudnya sarana pendukung program sebagai aset atau inventaris organisasi.
i. Terbangun kesiapan perencanaan logistik kegiatan organisasi secara sistematis,
terarah, dan terpadu.
2. Terbangun kebersamaan pengurus, kader, anggota, dan simpatisan organisasi dalam
penyelenggaraan kegiatan rutin, program dan kebijakan organisasi.

3. Terwujudnya keterlibatan potensi anggota dan kader yang duduk dipemerintahan atau
tokoh sangat berpengaruh dalam penyusunan dan pelaksanaan program pendanaan,
sarana dan prasarana.

4. Terwujudnya manajemen sumber daya keuangan organisasi secara profesional dan


formal, baik melalui koperasi, iuran khusus lembaga, unit-unit usaha yang
dikembangkan organisasi, dan lain-lain.
Terwujudnya manajemen sumber daya atribut dan logistik organisasi secara profesional
dan formal.

C. SASARAN BIDANG HUBUNGAN MASYARAKAT DAN MEDIA MASSA


Program bidang media massa dan hubungan masyarakat diselenggarakan dengan sasaran
umum sebagai berikut:
1. Terwujudnya pemanfaatan media massa dan tehnik-tehnik hubungan masyarakat
(public relation) dalam rangka program sosialisasi nilai-nilai Pancasila, Bhinneka
Tunggal Ika, NKRI, dan UUD 1945 yang dilaksanakan organisasi.

2. Meningkatnya apresiasi dan kesan positif masyarakat terhadap organisasi Srikandi


Pemuda Pancasila.

3. Terwujudnya penerapan strategi media dan pencitraan (branding) dalam


penyelenggaraan kebijakan dan kegiatan disetiap tingkatan organisasi.

4. Terciptanya pencitraan (branding) organisasi yang konsisten, melalui kesepakatan dan


dukungan semua tingkatan organisasi.

5. Berkembangnya kemampuan organisasi membentuk opini, fenomena, dan trend publik


melalui berbagai bentuk media massa.

6. Terbentuknya persepsi positif dan konstan masyarakat atau pihak-pihak yang

14
berpengaruh dalam kehidupan masyarakat terhadap eksistensi organisasi.
7. Terciptanya peningkatan komunikasi atau kemitraan antar bidang organisasi
SRIKANDI PEMUDA PANCASILA dengan media massa ataupun komunitas pers
lainnya.
8. Terbangun komunikasi atau kemitraan antara organisasi SRIKANDI PEMUDA
PANCASILA dengan pemerintah/swasta dan pihak-pihak yang berpengaruh dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara melalui berbagai bentuk media
massa.

Tercipta interaksi antara pengurus, anggota, dan kelompok masyarakat secara


berkesinambungan melalui pemanfaatan sosial media disemua tingkatan organisasi.

D. SASARAN BIDANG EKONOMI


Program bidang ekonomi kerakyatan diselenggarakan dengan sasaran umum sebagai
berikut:
1. Meningkatnya kegiatan kajian, pernyataan sikap, advokasi/pendampingan publik,
kemitraan, program aksi, pemberdayaan, atau bentuk kegiatan lainnya yang merespon
tuntutan dan kebutuhan pembangunan dibidang ekonomi kerakyatan.
2. Menggali potensi perempuan dengan cara membuat suatu kegiatan di tengah
masyarakat dengan bersenergi bersama bidang ketenagakerjaan untuk mengetahui
berbagai potensi yang dimiliki perempuan indonesia untuk selanjutnya
memberdayakan potensi tersebut untuk ditingkatkan dengan memberikan pelatihan-
pelatihan sesuai dengan potensi yang dimiliki oleh masing-masing perempuan
indonesia.
3. Pemberdayaan potensi yang dimiliki perempuan indonesia, dikembangkan dengan
memberikan penyuluhan dan atau pelatihan dan juga permodalan yang akan diberikan
oleh mitra Srikandi Pemuda Pancasila, dengan tujuan untuk kesejahteraan keluarga
pengurus dan anggota Srikandi Pemuda Pancasila yang berkesinambungan.

4. Meningkatan peran dan partisipasi organisasi di bidang Ekonomi Kerakyatan untuk


mencapai terwujudnya kesejahteraan keluarga pengurus dan anggota Srikandi Pemuda
Pancasila yang berkesinambungan sebagai berikut :
a. Mengadakan seminar untuk menyampaikan pemahaman dan kesadaran ethos
kerja, pemahaman dan kemampuan kewirausahaan sebagai prasarat lahirnya
masyarakat Pancasila yang modern.
b. Melakukan kerjasama kemitraan dengan berbagai kementerian dan atau
instansi/LSM/ badan baik milik pemerintah maupun swasta, untuk menunjang
keterampilan, teknologi, permodalan, pemasaran.
c. Melakukan peningkatan kemitraan pihak Swasta, BUMN/BUMD, pemerintah,
serta perbankan nasional dalam rangka pembinaan keterampilan, permodalan,
pelatihan, & pasar bagi UMKM/Koperasi.
5. Membangun komunikasi atau kemitraan antara organisasi dengan pemerintah /
lembaga legislatif / swasta / BUMN / BUMD / serikat buruh-pekerja / kelompok ukm /
koperasi / praktisi / kalangan profesi / akademisi, ataupun jaringan aktifis
buruh/koperasi, dan lain-lain.
Terwujudnya penguatan konstituen organisasi dan pembentukan konstituen baru berbasis
komunitas atas dasar kesamaan idealisme terhadap pembangunan ekonomi kerakyatan.

15
E. SASARAN BIDANG PENDIDIKAN
Program Bidang Pendidikan diselenggarakan dengan sasaran umum sebagai berikut:
1. Meningkatnya kegiatan kajian, pernyataan sikap, advokasi/pendampingan publik,
kemitraan, program aksi, pemberdayaan, atau bentuk kegiatan lainnya yang merespon
tuntutan dan kebutuhan pembangunan dibidang pendidikan

2. Peningkatan peran dan partisipasi organisasi di bidang Pendidikan untuk terwujudnya


salah satu atau beberapa hal sebagai berikut:
a. Penyelenggaraan pendidikan nasional (oleh swasta dan negeri) yang bermutu sesuai
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, terjangkau, adil dan merata untuk
seluruh masyarakat.
b. Penyelenggaraan pendidikan anak usia dini (PAUD), pendidikan dasar, menengah
diseluruh rukun warga (RW) se-Indonesia yang difasilitasi oleh pemerintah dan
dikelola oleh masyarakat atau swasta.
c. Bantuan pendidikan anak usia dini (paud) bagi seluruh keluarga pra-sejahtera.
d. Penyelenggaraan pendidikan menengah yang memprioritaskan pendidikan kejuruan
sesuai potensi daerah, seperti; sekolah pertanian, perikanan, peternakan,
perkebunan, pariwisata, tehnik mesin/elektro, teknologi informasi, seni-kreatif, dan
lain-lain.
e. Beasiswa mahasiswa berprestasi dan bantuan mahasiswa kurang mampu untuk
semua pendidikan tinggi negeri dan swasta diseluruh Indonesia.
f. Peningkatan kapasitas dan kesejahteraan guru, dosen, dan tenaga kependidikan di
lembaga pendidikan negeri dan swasta seluruh Indonesia.
g. Penyelenggaraan pendidikan non-formal untuk peningkatan kemampuan iptek dan
inovasi, dalam rangka pembangunan ekonomi kerakyatan serta penyiapan tenaga
kerja terampil dan profesional Pencegahan dan penanggulangan bencana/keadaaan
darurat yang terpadu oleh pemerintah dengan partisipasi/kesadaran masyarakat
yang tinggi.
w. Meningkatnya kualitas partisipasi dan kesadaran politik perempuan Indonesia baik
sebagai masyarakat pemilih maupun calon pemimpin yang akan duduk di
bermacam jabatan publik.
x. Meningkatnya peran perempuan Indonesia dalam proses pendidikan nasional
mencerdaskan kehidupan bangsa.
y. Meningkatnya peran perempuan Indonesia dalam pencegahan dan penanggulangan
bahaya narkoba, pornografi, dan hiv/aids.
z. Meningkatnya peran perempuan Indonesia dalam proses pembangunan diberbagai
bidang kehidupan masyarakat, bangsa, dan negara.

3. Terbentuk badan khusus yang fokus dan efektif melaksanakan penyuluhan, pelayanan
pendidikan bagi masyarakat kurang mampu dan anggota organisasi.

4. Terbentuk lembaga yang fokus dan efektif menggerakkan pemberdayaan peranan


perempuan Indonesia sekaligus sebagai instrumen penggalangan basis komunitas
perempuan.

5. Terbangun komunikasi atau kemitraan dengan pemerintah / lembaga legislatif / swasta


/ BUMN / BUMD / lembaga pendidikan / kalangan praktisi / kalangan profesi /
kalangan akademisi, dan lain-lain.

6. Terwujudnya opini publik yang positif dan sosialisasi kegiatan organisasi dibidang
pendidikan secara interaktif dan massif melalui berbagai bentuk media massa.
16
7. Terwujudnya peningkatan kapasitas dan kompetensi kader dan anggota dibidang
Pendidikan

8. Terwujudnya keterlibatan jejaring kader yang duduk dipemerintahan dan/atau yang


duduk dikepengurusan organisasi pendidikan dan kesehatan dalam penyusunan dan
pelaksanaan program organisasi bidang pendidikan.

9. Terwujudnya penguatan konstituen organisasi, dan pembentukan konstituen baru


berbasis komunitas atas dasar kesamaan idealisme terhadap pembangunan pendidikan.

10. Keberhasilan sosialisasi dan dukungan terhadap figur kader yang kredibel untuk
menduduki posisi jabatan strategis baik di pemerintahan, organisasi pendidikan dan
kesehatan, dan jabatan publik lainnya.

Terwujudnya peningkatan kapasitas dan kompetensi kader dan anggota dibidang


pemberdayaan peranan perempuan.

F. SASARAN BIDANG KESEHATAN


Program Bidang Pendidikan diselenggarakan dengan sasaran umum sebagai berikut:
1. Meningkatnya kegiatan kajian, pernyataan sikap, advokasi/pendampingan publik,
kemitraan, program aksi, pemberdayaan, atau bentuk kegiatan lainnya yang merespon
tuntutan dan kebutuhan pembangunan dibidang kesehatan

2. Peningkatan peran dan partisipasi organisasi di bidang agama untuk terwujudnya


salah satu atau beberapa hal sebagai berikut:
a. Penyelenggaraan kesehatan nasional (oleh swasta dan negeri) yang bermutu sesuai
perkembangan kebutuhan kesehatan yang terjangkau, adil dan merata untuk seluruh
masyarakat.
b. Penyelenggaraan kesehatan anak usia dini yang difasilitasi oleh pemerintah dan
dikelola oleh masyarakat atau swasta.
c. Bantuan kesehatan anak usia dini (paud) bagi seluruh keluarga pra-sejahtera.
d. Sistem jaminan sosial (social security) yang dijamin oleh pemerintah, biaya
terjangkau, adil merata bagi seluruh masyarakat.
e. Meningkatnya indeks harapan hidup, indeks pembangunan manusia, indeks
kebahagiaan, indeks kesehatan masyarakat, serta penurunan angka kematian ibu
dan anak
f. Masyarakat yang berwawasan kesehatan serta mempraktekan pola hidup sehat.
g. Pelayanan kesehatan bermutu dan terjangkau hingga pelosok daerah, yang
diselenggarakan oleh pemerintah, swasta, ataupun inisiatif publik yang difasilitasi
oleh pemerintah.
h. Penguatan Posyandu dan PKK sebagai lini terdepan pelayanan kesehatan ibu dan
anak.
i. Pembenahan industri farmasi, Industri rumah sakit¸ industri pendidikan kedokteran
dan perawat, agar lebih mengedepankan kepentingan rakyat daripada kepentingan
pemodal dengan alokasi subsidi pemerntah yang visibel.
j. Peningkatan kapasitas dan peran perempuan Indonesia sehingga mampu
menjalankan fungsinya sebagai pembina keluarga dan pembina masyarakat.
k. Peningkatan peran perempuan Indonesia dalam pencegahan dan penanggulangan
17
perdagangan manusia (traficking) sebagai ciri masyarakat Pancasila yang modern.
l. Meningkatnya peran perempuan Indonesia dalam perlindungan hak asasi anak serta
penanggulangan kejahatan terhadap anak-anak Indonesia sebagai ciri masyarakat
Pancasila yang modern
m. Peningkatan peran perempuan Indonesia dalam rangka kesehatan rumah tangga
n. Peningkatan peran perempuan Indonesia dalam rangka pembangunan kesehatan
masyarakat melalui aktifitas Posyandu, PKK, dan relawan kesehatan lainnya.

3. Terbentuk badan khusus yang fokus dan efektif melaksanakan penyuluhan, pelayanan
kesehatan bagi masyarakat kurang mampu dan anggota organisasi

4. Terbentuk lembaga yang fokus dan efektif menggerakkan pemberdayaan peranan


perempuan Indonesia sekaligus sebagai instrumen penggalangan basis komunitas
perempuan.

5. Terwujudnya opini publik yang positif dan sosialisasi kegiatan organisasi dibidang
pendidikan dan kesehatan secara interaktif dan massif melalui berbagai bentuk media
massa

6. Terwujudnya peningkatan kapasitas dan kompetensi kader dan anggota dibidang


pendidikan dan kesehatan

7. Terwujudnya keterlibatan jejaring kader yang duduk dipemerintahan dan/atau yang


duduk dikepengurusan organisasi pendidikan dan kesehatan dalam penyusunan dan
pelaksanaan program organisasi bidang agama, budaya, dan pendidikan.

8. Terwujudnya penguatan konstituen organisasi, dan pembentukan konstituen baru


berbasis komunitas atas dasar kesamaan idealisme terhadap pembangunan pendidikan
dan kesehatan.

9. Keberhasilan sosialisasi dan dukungan terhadap figur kader yang kredibel untuk
menduduki posisi jabatan strategis baik di pemerintahan, organisasi pendidikan dan
kesehatan, dan jabatan publik lainnya.

10. Terwujudnya peningkatan kapasitas dan kompetensi kader dan anggota dibidang
pemberdayaan peranan perempuan.

G. SASARAN BIDANG KETENAGAKERJAAN


Program bidang ketenagakerjaan diselenggarakan dengan sasaran umum sebagai berikut:

1. Meningkatnya kegiatan kajian, pernyataan sikap, advokasi/pendampingan publik,


kemitraan, program aksi, pemberdayaan, atau bentuk kegiatan lainnya yang merespon
tuntutan dan kebutuhan pembangunan dibidang ketenagakerjaan.

2. Peningkatan peran dan partisipasi organisasi di bidang Tenaga kerja & Ekonomi
Kerakyatan untuk terwujudnya salah satu atau beberapa hal sebagai berikut:
a. Meluasnya pemahaman dan kesadaran ethos kerja sebagai prasarat lahirnya
masyarakat Pancasila yang modern.
b. Meluasnya pemahaman dan kemampuan kewirausahaan sebagai ciri masyarakat
Pancasila yang modern.

18
c. Investasi asing dan domestik yang wajib melakukan pemberdayaan masyarakat
(community development) dan penyerapan tenaga kerja lokal.
d. Investasi asing yang wajib melakukan transfer pengetahuan dan teknologi (transfer
of knowledge & technology) kepada masyarakat, pemerintah, dan perusahaan
domestik.
e. Kesempatan kerja yang merata di pedesaan, melalui pengembangan industri
pedesaan dan transmigrasi yang terpadu, mampu meningkatkan kesejahteraan desa,
serta mencegah ledakan urbanisasi di perkotaan.
f. Hubungan tripartit antara pemerintah, pengusaha, dan buruh/pekerja, yang
menguntungkan ketiga pihak dan difasilitasi oleh pemerintah secara rutin.
g. Penghapusan outsourcing dan penerapan UMR/UMP (upah minimum regional /
upah minimum propinsi) yang visibel bagi perusahaan, serta layak bagi
penghidupan tenaga kerja.
h. Pengelolaan tki luar negeri yang profesional dalam hal seleksi yang ketat, pelatihan
& pembengkalan life-skills, perlindungan dan advokasi hukum oleh pemerintah,
jaminan asuransi yang memadai, koordinasi yang terpadu dengan pihak negara
asing, serta penerapan sanksi tegas dan berat terhadap pelanggaran ketentuan yang
dilakukan perusahaan penyalur tki.
i. Peningkatan kapasitas (keterampilan, teknologi, & kredit) tenaga kerja termasuk tki
luar negeri
j. Peningkatan kemitraan pihak Swasta, BUMN/BUMD, pemerintah, serta perbankan
nasional dalam rangka pembinaan modal, pelatihan, & pasar bagi
UMKM/Koperasi.
k. Pengembangan Koperasi yang berdaya, mandiri, dan memiliki core-competence
l. Affirmative action terhadap UMKM agar mampu bersaing ke pasar global melalui
lembaga keuangan mikro non-perbankan, insentif jaminan pemasaran oleh
pemerintah, serta proteksi pasar domestik terhadap produk-produk UMKM.
m. Kebijakan pemerintah, perbankan nasional, dan lembaga keuangan mikro, yang
berpihak terhadap pengembangan UMKM/Koperasi, serta efektif meningkatkan
kesejahteraan dan kapasitas (keterampilan, teknologi, & kredit) UMKM &
Koperasi.
n. Pengembangan potensi budaya, kesenian daerah, objek pariwisata, sebagai
penggerak ekonomi kerakyatan (UMKM, Koperasi), yang mampu membuka
lapangan pekerjaan baru.
o. Stabilisasi harga kebutuhan pokok untuk meringankan beban ekonomi tenaga kerja
dan pelaku umkm/koperasi.

3. Terbentuk badan khusus yang fokus dan efektif melakukan advokasi ketenagakerjaan,
serta promosi kesempatan kerja kepada masyarakat dan anggota organisasi, sekaligus
sebagai instrumen penggalangan buruh & pekerja.

4. Terbentuk badan khusus yang fokus dan efektif meningkatkan pemberdayaan dan
kemitraan UMKM dan/atau Koperasi Pemuda Pancasila.

5. Terbangun komunikasi atau kemitraan antara organisasi dengan pemerintah / lembaga


legislatif / swasta / BUMN / BUMD / serikat buruh-pekerja / kelompok ukm /
19
koperasi / praktisi / kalangan profesi / akademisi, ataupun jaringan aktifis
buruh/koperasi, dan lain-lain.

6. Terwujudnya opini publik yang positif dan sosialisasi kegiatan organisasi dibidang
tenaga kerja dan ekonomi kerakyatan secara interaktif dan massif melalui berbagai
bentuk media massa.
7. Terwujudnya peningkatan kapasitas dan kompetensi kader dan anggota dibidang
tenaga kerja dan ekonomi kerakyatan.
8. Terwujudnya keterlibatan jejaring kader yang duduk dipemerintahan dan/atau
berprofesi pengusaha dalam penyusunan dan pelaksanaan program organisasi bidang
tenaga kerja dan ekonomi kerakyatan.
9. Terwujudnya penguatan konstituen organisasi dan pembentukan konstituen baru
berbasis komunitas atas dasar kesamaan idealisme terhadap pembangunan tenaga
kerja dan ekonomi kerakyatan.
Keberhasilan sosialisasi dan dukungan terhadap figur kader yang kredibel untuk
menduduki posisi jabatan strategis baik di pemerintahan, organisasi profesi, dan jabatan
publik lainnya.

H. SASARAN BIDANG KEROHANIAN


Program Bidang Agama diselenggarakan dengan sasaran umum sebagai berikut:
1. Meningkatnya kegiatan kajian, pernyataan sikap, advokasi/pendampingan publik,
kemitraan, program aksi, pemberdayaan, atau bentuk kegiatan lainnya yang merespon
tuntutan dan kebutuhan pembangunan dibidang agama
2. Peningkatan peran dan partisipasi organisasi di bidang Minat dan Bakat untuk
terwujudnya salah satu atau beberapa hal sebagai berikut :
a. Dialog antar umat beragama, yang berkesinambungan dan meluas diseluruh daerah,
sebagai prasarat lahirnya masyarakat Pancasila yang modern.
b. Kebebasan beribadah sebagai hak asasi manusia dan kebutuhan sosial yang
diselenggarakan oleh pemerintah secara demokratis.
3. Terbangun komunikasi atau kemitraan dengan pemerintah / lembaga legislatif / swasta
/ BUMN / BUMD / lembaga pendidikan / kalangan praktisi / kalangan profesi /
kalangan akademisi, ataupun jaringan aktifis pendidikan, dan lain-lain.

4. Terwujudnya opini publik yang positif dan sosialisasi kegiatan organisasi dibidang
agama secara interaktif dan massif melalui berbagai bentuk media massa.

5. Terwujudnya peningkatan kapasitas dan kompetensi kader dan anggota dibidang


agama

6. Terwujudnya keterlibatan jejaring kader yang duduk dipemerintahan dan/atau yang


duduk dikepengurusan organisasi keagamaan dalam penyusunan dan pelaksanaan
program organisasi bidang agama

7. Terwujudnya penguatan konstituen organisasi, dan pembentukan konstituen baru


berbasis komunitas atas dasar kesamaan idealisme terhadap pembangunan agama,
budaya

20
Keberhasilan sosialisasi dan dukungan terhadap figur kader yang kredibel untuk
menduduki posisi jabatan strategis baik di pemerintahan, organisasi keagamaan, dan
jabatan publik lainnya.

I. SASARAN BIDANG SOSIAL DAN BUDAYA


1. Peningkatan peran, partisipasi, dan/atau kajian organisasi di bidangSosial dan
budaya untuk terwujudnya salah satu atau beberapa hal sebagai berikut :
a. Kerukunan dan dialog antar budaya, yang berkesinambungan dan meluas
diseluruh daerah, sebagai prasarat lahirnya masyarakat Pancasila yang modern.
b. Terbangunnya kebanggaan masyarakat Indonesia terhadap peradaban adat-
istiadat daerah sebagai ciri-ciri masyarakat Pancasila yang modern.
c. Terbentuk generasi bangsa yang cerdas, tangguh, berkepribadian luhur sesuai
jati-diri bangsa.
d. Kebudayaan nasional yang berbasis kearifan lokal, serta kolaborasi kesenian
daerah yang membangun kesenian Indonesia.
e. Kekayaan seni dan budaya daerah sebagai potensi ekonomi kreatif dan
ekonomi kerakyatan.
f. Pembangunan nasional/daerah yang menghidupkan kearifan lokal sebagai
sarana pembentukan karakter bangsa.
g. Pencegahan pencurian dan penetapan hak-hak kekayaan intelektual seni-
budaya daerah Indonesia dalam hukum internasional.

2. Sosialisasi kebijakan, aturan, dan program pemerintah yang terkait langsung


dengan upaya pengembangan potensi sosial, seni dan budaya

3. Terbentuk badan kegiatan/sanggaryang fokus menyalurkan ekspresi kesenian,


sosial dan budaya masyarakat khususnya bagi warga kurang mampu dan anggota
organisasi.

4. Terbentuk badan kegiatan yang fokus membina kerukunan adat-istiadat sebagai


instrumen penggalangan masyarakat adat-istiadat.

5. Terbangun komunikasi atau kemitraan dengan pemerintah / lembaga legislatif /


swasta / BUMN / BUMD / lembaga pendidikan / lembaga kebudayaan / lembaga
kesenian / kalangan praktisi / kalangan profesi / kalangan akademisi, jaringan
aktifis kebudayaan, dan pihak eksternal lainnya.

6. Terwujudnya opini publik yang positif melalui sosialisasi kegiatan bidang sosial
dan dayasecara interaktif dan massif di berbagai jenis media massa.

7. Terwujudnya peningkatan kapasitas dan kompetensi kader dan anggota dibidang


sosial dan budaya.

8. Terwujudnya keterlibatan jejaring kader yang duduk dipemerintahan dan/atau yang


duduk dikepengurusan lembaga pendidikan, kebudayaan, dan kesenian, dalam
penyusunan dan pelaksanaan program organisasi bidang Pendidikan, Kesenian, dan
Kebudayaan.

21
9. Terwujudnya penguatan konstituen organisasi, dan pembentukan konstituen baru
berbasis komunitas atas dasar kesamaan idealisme terhadap pembangunan dibidang
sosial dan budaya

10. Keberhasilan sosialisasi dan dukungan terhadap figur kader yang kredibel untuk
menduduki posisi jabatan strategis baik di pemerintahan, organisasi profesi, dan
jabatan publik lainnya melalui kegiatan sosial dan budaya

J. BIDANG LAIN SESUAI KEBUTUHAN CABANG


........................................................................................
………............................................................................

22
BAB VI

PENUTUP

Pelaksanaan Program Umum disemua tingkatan diharapkan semakin meningkatkan


kepercayaan masyarakat terhadap Organisasi Srikandi Pemuda Pancasila. Hal itu dapat
terwujud dengan kerja keras, kebersamaan, dan usaha konkret yang berkelanjutan dari
segenap jajaran pengurus disemua tingkatan organisasi. Program Umum Srikandi Pemuda
Pancasila periode …………… dinyatakan berlaku sejak tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di :
…………….
Pada tanggal : …. ….
2022

PIMPINAN SIDANG KOMISI : B. ( Progam Kerja )


MUSYAWARAH CABANG II SRIKANDI PEMUDA PANCASILA
KOTA LIBUK LINGGAU

No. Nama Unsur Jabatan Tanda Tangan

1 Ketua

2 Sekretaris

3 Anggota

23

Anda mungkin juga menyukai