Anda di halaman 1dari 7

Jawaban :

1. Identitas merupakan jati diri yang telah melekat yang kemudian dapat membentuk sebuah
ciri khas. Setiap negara memiliki identitas yang dapat membedakannya dari negara lainnya.
Identitas dalam sebuah negara dapat disebut sebagai identitas nastional. Identias nasional
merupakan sebuah kepribadian atau jati diri sebuah negara yang telah melekat serta
masyarakat yang tinggal dalam negara tersebut.
Negara Kesatuan Republik Indonesia memiliki identitas yang telah melekat melalui nilai-
nilai budaya yang ada diberbagai daerah yang kemudian menjadi suatu kesatuan utuh dalam
sebuah negara yang kemudian menjadi identitas nasional.
Identitas nasional kemudian hadir untuk mempersatukan keberagaman masyarakat tersebut.
Identitas nasional juga menjadi salah satu ciri khas sebuah negara. Dari ciri khas tersebut,
Indonesia dapat mudah dikenali oleh negara-negara lain yang ada di dunia.
Selain itu, Identitas Nasional juga menjadi landasan negara Indonesia. Landasan negara
Indonesia adalah Pancasila yang berasal dari budaya dan kebiasaan masyarakat Indonesia
yang kemudian dijadikan sebagai pedoman dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
2. Pancasila merupakan dasar negara berisikan arti bahwa segala tindakan masyarakat dan
bangsa Indonesia harus tunduk pada Pancasila. Secara sisi historis, Pancasila bersumber dari
budaya bangsa Indonesia sendiri, sehingga memiliki cakupan fungsi dan peran yang sangat
luas dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Urutan sila-sila Pancasila sesuai dengan kerangka berpikir yang holitistik dan terintegrasi
adalah :
 Sila Ketuhanan Yang Maha Esa

Ketuhanan berasal dari kata Tuhan ialah pencipta segala yang ada dan semua
makhluk. Yang Maha Esa /Yang Maha Tunggal, tiada sekutu; esa dalam zatnya
, esa dalam sifatnya, esa dalam perbuatannya. Berdasarkan artian tersebut,
Ketuhanan YME mengandung pengertian dan keyakinan adanya Tuhan YME,
pencipta alam semesta beserta isinya. Dalam Negara Kesatuan Republik
Indonesia (NKRI) ditegaskan meskipun bukan negara agama, karena tidak
menerapkan hukum agama tertentu sebagai hukum positif. Juga bukan negara
sekuler, yang memisahkan urusan negara dan urusan agama. Melainkan adalah
negara beragama, bahwa NKRI perlu hukum positif yang disepakati oleh
seluruh bangsa, termasuk seluruh penyelenggara negara yang agamanya
beraneka ragam. ragam dan negara wajib melindungi segenap agama yang
diakui keberadaannya serta negara tidak dibenarkan mencampuri urusan akidah
agama apa pun.

 Sila Kemanusiaan yang Adil dan Beradab

Kemanusiaan berasal dari kata manusia, yaitu makhluk berbudi yang memiliki
potensi pikir, rasa, karsa dan cipta karena berpotensi menduduki/memiliki
martabat yang tinggi. Adanya akal budinya, manusia berkebudayaan, dengan
hati nuraninya, manusia menyadari nilai-nilai dan norma-norma.

Selanjutnya pada kata adil, mengandung arti bahwa suatu keputusan dan
tindakan didasarkan atas norma-norma yang objektif, tidak subjektif apalagi
sewenang-wenang dan otoriter.

Kemudian beradab berasal dari kata adab, memiliki arti budaya yang telah
berabad•-abad dalam kehidupan manusia. Jadi, beradab berarti berkebudayaan
yang berabad-abad, bertata kesopanan, berkesusilaan/bermoral, adalah
kesadaran sikap dan perbuatan manusia dalam hubungan dengan norma•-
norma dan kebudayaan umumnya, baik terhadap diri pribadi, sesama manusia
maupun terhadap alam dan Sang Pencipta.

Selain disebutkan di atas, NKRI merupakan negara yang menjunjung hak asasi
manusia (HAM), negara yang memiliki hukum yang adil dan berbudaya yang
beradab.Negara ingin menerapkan hukum secara adil berdasarkan supremasi
hukum serta ingin mengusahakan pemerintahan yang bersih dan berwibawa, di
samping mengembangkan budaya IPTEK berdasarkan adab cipta, karsa dan
rasa serta karya yang berguna bagi nusa dan bangsa, tanpa melahirkan
primordial dalam budaya.

 Persatuan Indonesia

Kata persatuan asal kata dasar satu, yang berarti utuh tidak terpecah- belah,
mengandung bersatunya bermacam corak yang beraneka ragam yang bersifat
kedaerahan menjadi satu kebulatan secara nasional. Juga persatuan segenap
unsur Negara Indonesia dalam mewujudkan secara nyata bhineka tunggal ika
yang meliputi wilayah, sumber daya alam, dan sumber daya manusia dalam
kesatuan yang utuh. Selain itu, persatuan bangsa yang bersifat nasional
mendiami seluruh wilayah Indonesia, bersatu menuju kehidupan bangsa yang
berbudaya bebas dalam wadah negara RI yang merdeka dan berdaulat, menuju
terbentuknya suatu masyarakat madani.

 Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam


Permusyawaratan Perwakilan

Kata kerakyatan berasal dari kata dasar rakyat, yang berarti sekelompok
manusia yang berdiam dalam satu wilayah tertentu. Kerakyatan berarti bahwa
kekuasaan tertinggi berada di tangan rakyat, disebut pula kedaulatan rakyat
(rakyat yang berdaulat/berkuasa) atau demokrasi (rakyat yang memerintah).

Kemudian hikmat kebijaksanaan berarti penggunaan pikiran/ratio yang sehat


dengan selalu mempertimbangkan persatuan dan kesatuan bangsa, kepentingan
rakyat clan dilaksanakan dengan sadar, jujur, dan bertanggung jawab serta
didorong oleh itikad baik sesuai dengan hati nurani.

Selanjutnya kata permusyawaratan artinya suatu tata cara khas kepribadian


Indonesia untuk merumuskan atau memutuskan sesuatu hal berdasarkan
kehendak rakyat hingga tercapai keputusan yang berdasarkan kebulatan
pendapat/mufakat.

Perwakilan artinya suatu sistem dalam arti tata cara (prosedur) meng•usahakan
turut sertanya rakyat mengambil bagian dalam kehidupan bernegara, antara lain
dilakukan dengan melalui badan-badan perwakilan.

Rakyat dalam NKRI menjalankan keputusannya dengan jalan musyawarah


yang dipimpin oleh pikiran yang sehat serta penuh tanggung jawab dari para
pemimpin yang profesional, baik kepada Tuhan YME, maupun kepada rakyat
yang diwakilinya.

 Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia

Keadilan sosial berarti keadilan yang berlaku dalam masyarakat dalam segenap
bidang kehidupan, cbooamikmimt taoteurssiielr, maupun spiritual. Seluruh
rakyat Indonesia artinya setiap orang yang menjadi rakyat indonesia, baik yang
berdiam di wilayah RI sebagai warga NKRI, maupun WNI yang berada di luar
negeri. Jadi, setiap bangsa Indonesia mendapat perlakuan yang adil dan
seimbang dalam bidang hukum, politik, sosial, ekonomi, dan kebudayaan. Pada
hakikatnya dengan menyimak makna inti arti dari kelima sila Pancasila tersebut
di atas, tampaklah bahwa Pancasila secara bulat dan utuh sangat sesuai menjadi
milik bangsa Indonesia sebagai dasar negara dan juga sebagai suatu ideologi.
Sila-sila dari pada Pancasila sebagai dasar filasafat negara mengandung arti
mutlak bahwa negara Republik Indonesia harus menyesuaikan dengan hakikat
dalam arti hakikat abstrak dari Tuhan, manusia, satu , rakyat dan adil.

3. Di lihat satu per satu sila-sila yang terkandung dalam Pancasila kesesuaian antara nilai-nilai
yang dianut secara pribadi dengan nilai-nilai Pancasila!
a. Ketuhanan (Religiousitas): Nilai religius yaitu nilai yang terkait dengan keterikatan
individu dengan suatu hal yang dianggap nya mempunyai kemampuan sakral, suci,
agung dan mulia
b. Kemanusiaan (Moralitas): Kemanusiaan yang adil dan beradab, yaitu pembentukan satu
kesadaran perihal kedisiplinan, jadi asas kehidupan, karena tiap-tiap mansusia memiliki
potensi untuk jadi manusia prima,yakni manusia yang beradab
c. Persatuan (Kebangsaan) Indonesia: Persatuan yaitu paduan yang terdiri atas bagian-
bagian, kehadiran Indonesia dan bangsanya di muka bumi ini bukan hanya untuk
bersengketa
d. Permusyawaratan dan Perwakilan: Jadi makhluk sosial, manusia memerlukan hidup
berdampingan dengan orang lain, didalam interaksi itu umumnya terjadi kesepakatan.
dan saling menghormati satu sama lain atas tujuan yang dan keperluan yang sama dan
bergandengan
e. Keadilan sosial yaitu nilai yang menjungjung norma menurut ketidak berpihakan,
keseimbangan dan pemerataan.
Jika dilihat sila-sila dalam Pancasila itu khususnya pada butir-butir pengamalannya, terdapat
hal-hal yang merupakan bentuk dari Liberalisme dan Sosialisme. Pada sila pertama baik individu
untuk beragama dijungjung tinggi oleh Pancasila, hak individu untuk beragama dijungjung
tinggi oleh Pancasila, hal ini tentunya lebih menggambarkan dalam Pancasila karena ini
mendukungdan melindungi hak pribadi. Walaupun Sosialisme juga memperbolehkan individu
untuk beragama dan tidak ada diberik hak bagi mereka yang atheis. Pada sila kedua jika dilihat
dari butir-butir pengamalannya berdasarkan TAP MPR no. II/MPR/1978, lebih bersifat sosialis,
karena terdapat dukungan untuk mengakui persamaan derajat, persamaan hak dan persamaan
kewajiban antara sesama manusia. Sementara sila ketiga lebih bersifat atau menunjukkan
ideologi lain yaitu Nasionalisme Pada sila keempat terdapat butir pengamalan mengutamakan
kepentingan negara dan  masyarakat yang tentunya terlihat seperti suatu hal yang mendukung
Sosialisme. Dan pada sila kelima adalah keadilan sosial dijungjung tinggi,keadilan ini adalah
pemberian hak dan pelaksanaan hukum yang tidak tebang pilih. Semua individu dan kelompok,
insititusi yang merupakan bagian dari masyarakat Indonesia memiliki hak dan tunduk pada
hukum yang sama. Dengan ini dapat dilihat bahwa sila itu sama dengan apa yang diberlakukan
dalam bentuk Liberalisme.

Setelah melihat setiap sila dalam Pancasila dan mengkategorikan sifat sila
tersebut,dapat dilihat bahwa sebenarnya Pancasila seimbang antara Sosialisme dan
Liberalisme. Namun mengapa Pancasila tetap condong pada Sosialisme, karena
Pancasila lebih mementingkan kepentingan masyarakat dan negara dibandingkan pada
kepentingan pribadi. Hal ini dapat mengalami modefikasi karena Pancasila bersifat
terbuka yang akomodatif pada perubahan dalam masyarakat

4. Hubungan religiusitas dan bersikap baik

Sebagai bagian dari nilai-nilai PancasilaReligius sebenarnya berasal dari kata


religion atau religious yang berarti agama dalam bahasa Inggris. Kata ini awalnya
bersumber dari istilah latin religie yaitu re berarti kembali dan ligere artinya terkait
atau terikat (Sauri, 2010:115). Menurut Sauri, agama atau religi merupakan suatu
sistem ajaran tentang Tuhan, di mana penganutnya melakukan tindakan-tindakan
ritual, moral, atau sosial atas dasar aturan-aturanNya. Oleh sebab itu, secara
substansial, agama mencakup aspek kredial (doktrin), ritual (cara berhubungan
dengan Tuhan), moral (aturan berperilaku) dan sosial (aturan hidup bermasyarakat
(Sauri, 2010:120). Dengan demikian, seorang yang beragama harus memiliki nilai-
nilai keberagamaan (religiusitas) yang diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari.

Fase religius (religious) termasuk dalam fase ketiga (dewasa) dalam kehidupan
beragama seseorang, di mana seseorang merealisasikan agama dalam kehidupan
atas dasar kerelaan dan secara sungguh-sungguh. Fase ini sudah lebih tinggi
dibanding fase pertama simply religious yaitu fase kanak-kanak yang beragama
secara sederhana, mudah percaya dan bersifat reseptif, sedangkan fase berikutnya
adalah fase remaja sebagai acquiring a religion fase di mana seseorang menggali
kebenaran agama (Goran dalam Soelaeman,1988).

Untuk menilai kepemilikan nilai religius dalam diri seseorang tidak bisa hanya
dilakukan dengan pertanyaan-pertanyaan menyangkut pengetahuan agama saja
melainkan juga dengan sikap dan perilaku yang ditampilkan sebagai perwujudan
dari tata nilai dan ajaran yang dianutnya. Perwujudan nilai religius tersebut dapat
terlihat melalui ibadah sebagai bentuk ketundukan, ketaatan dan penyerahan diri.
Kemudian dalam bentuk sikap dan perbuatan (akhlak) sehari-hari.

Ada tiga kriteria religius, yaitu: (1) keterlibatan diri dengan yang Mutlak; (2)
pengaitan perilaku secara sadar dengan sistem nilai yang bersumber dari yang
Mutlak; dan (3) memasrahkan diri, hidup, dan matinya kepada yang Mutlak. Pada
orang-orang religius, keterkaitan yang kuat pada keimanan cenderung membentuk
segala watak dan kehidupannya. Jika dikaitkan dengan agama sebagai sumber nilai,
maka religiusitas merupakan keterkaitan pada nilai-nilai agama, baik dalam
menentukan sikap hidup ataupun dalam melakukan suatu perbuatan. Hal ini
mengindikasikan bahwa religiusitas berarti penyerahan diri secara keseluruhan
kepada Yang Maha Mutlak (Tuhan) yang diwujudkan dalam sikap dan perilaku
sesuai dengan nilai-nilai dan ajaran yang diyakininya.

Relevansi Pancasila dan Nilai Religius yaitu Indonesia sebagai negara yang
berlandaskan Pancasila dengan semboyan Bhineka Tunggal Ika, sepantasnya
menjadi negara yang menjunjung tinggi nilai-nilai keragaman dan perbedaan.
Keanekaragaman masyarakat Indonesia mesti menjadi sumber kekayaan hidup
masyarakat untuk membangun tatanan kehidupan yang harmonis dan bersinergi
satu sama lain. Termasuk di dalamnya sinergi antara nilai-nilai ideologi yang dianut
masyarakat Indonesia dengan nilai-nilai religiusitas atau nilai agama.

Nilai-nilai dasar yang dikandung Pancasila sebenarnya tidak sedikitpun


melanggar nilai-nilai agama. Ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, musyawarah dan
keadilan sebagai nilai-nilai yang ada dalam Pancasila sama sekali tidak melanggar
ajaran agama bahkan merupakan sebagian dari nilai-nilai religi yang perlu
dilestarikan.

Oleh karena itu, penguatan akan nilai-nilai Pancasila yang relevan dengan nilai-
nilai agama perlu dikembangkan dan dimunculkan dalam kehidupan masyarakat
Indonesia. Hal ini merupakan upaya untuk menekan munculnya pemahaman yang
keliru akan makna berbangsa dan bernegara.

Anda mungkin juga menyukai