Anda di halaman 1dari 7

A.

Hakekat Pengertian Pancasila

1. Sila Pertama : Ketuhanan Yang Maha Esa.

Ketuhanan berasal dari kata Tuhan, ialah Alloh, pencipta segala yang ada dan semua makhluk.
Atas keyakinan yang demikianlah, maka Negara Indonesia memberikan jaminan kebebasan
kepada setiap penduduk untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu. Dengan
kata lain di dalam Negara Indonesia tidak ada dan tidak boleh ada paham yang meniadakan
Tuhan Yang Maha Esa (atheisme).

Sebagai sila pertama Pancasila, Ketuhanan Yang Maha Esa menjadi sumber pokok nilai-nilai
kehidupan bangsa Indonesia, menjiwai dan mendasari serta membimbing perwujudan
kemanusiaan yang adil dan beradab.

2. Sila Kedua : Kemanusiaan yang adil dan beradab

Kemanusiaan berasal dari kata manusia, yaitu makhluk berbudi yang memiliki potensi pikir,
rasa, karya dan cipta. Kemanusiaan terutama bersifat manusia yang merupakan esensi dan
identitas manusia karena martabat kemanusiaannya. Adil terutama mengandung arti, bahwa
suatu keputusan dan tindakan didasarkan atas norma-norma yang objektif, jadi tidak subjektif
apalagi sewenang-wenang. Beradab berasal dari kata adab, yang berarti budaya, jadi beradab arti
kebudayaan.

Jadi kemanusiaan yang adil dan beradab adalah kesadaran sikap dan perbuatan manusia
didasarkan kepada potensi budi nurani manusia dalam hubungan dengan norma-norma dan
kebudayaan umumnya, baik terhadap diri pribadi, sesama manusia maupun terhadap alam dan
hewan.

Pada prinsipnya kemanusiaan yang adil dan baradab adalah sikap dan perbuatan manusia yang
sesuai dengan kodrat dan hakikat manusia yang berbudi, sadar nilai, dan berbudaya.

3. Sila Ketiga : Persatuan Indonesia

Persatuan berasal dari kata satu, yang berarti utuh tidak terpecah belah. Persatuan mengandung
pengertian bersatunya bermacam corak yang beraneka ragam menjadi satu kesatuan

Pertama : makna geografis, yang berarti sebagian bumi yang membentang dari 950–1410 Bujur
Timur dan dari 60 Lintang Utara sampai 110 Lintang Selatan.

Kedua : makna bangsa dalam arti politis, yaitu bangsa yang hidup di dalam wilayah tersebut.
Indonesia dalam sila III ini ialah Indonesia dalam pengertian bangsa.
Jadi Persatuan Indonesia ialah persatuan bangsa yang mendiami wilayah Indonesia. Bangsa yang
mendiami wilayah Indonesia ini bersatu karena didorong untuk mencapai kehidupan kebangsaan
yang bebas dalam wadah negara yang merdeka dan berdaulat.

4. Sila Keempat : Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam


Permusyawaratan/Perwakilan.

Kerakyatan berasal dari kata Rakyat, yang berarti sekelompok manusia yang berdiam di suatu
wilayah tertentu.

Hikmat kebijaksanaan berarti penggunaan pikiran atau rasio yang sehat dengan selalu
mempertimbangkan persatuan dan kesatuan bangsa.

Permusyawaratan adalah suatu tata cara khas kepribadian Indonesia untuk merumuskan dan atau
memutuskan suatu hal yang berdasarkan kehendak rakyat, hingga tercapai keputusan yang
berdasarkan kebulatan pendapat atau mufakat.

Perwakilan adalah suatu sistem dalam arti tata cara (prosedur) mengusahakan turut sertanya
rakyat mengambil bagian dalam kehidupan bernegara. Antara lain dilakukan dengan melalui
badan-badan perwakilan.

Jadi : Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan


berarti, bahwa rakyat dalam menjalankan kekuasaannya melalui sistem perwakilan dan
keputusan-keputusannya diambil dengan jalan musyawarah yang dipimpin oleh pikiran yang
sehat serta penuh tanggung jawab, baik kepada Tuhan Yang Maha Esa maupun kepada rakyat
dan wakilnya.

5. Sila kelima : Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia

Keadilan Sosial berarti keadilan yang berlaku dalam masyarakat disegala bidang kehidupan, baik
materil maupun spirituil.

Seluruh rakyat Indonesia berarti setiap orang yang menjadi Rakyat Indonesia, baik yang berdiam
diwilayah kekuasaan Republik Indonesia maupun warga negara Indonesia yang berada diluar
negeri.

Jadi : Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia berarti bahwa setiap orang Indonesia
mendapat perlakuan yang adil dalam bidang hukum, politik, sosial, ekonomi dan kebudayaan.
Sesuai dengan UUD 1945 makna keadilan sosial mencakup pula pengertian adil dan makmur.
Sila “keadilan sosial” adalah tujuan dari empat sila yang mendahuluinya, merupakan tujuan
bangsa Indonesia dalam bernegara, yang perwujudannya ialah tata-masyarakat adil-makmur
berdasarkan Pancasila.

C. Nilai-nilai yang terkandung di dalam Pancasila

1. Nilai-nilai yang terkandung dalam sila-sila Pancasila

Adapun nilai-nilai yang terkandung di dalam sila-sila Pancasila itu dapat dikemukakan sebagai
berikut :

1) Dalam Sila I berbunyi “Ketuhanan Yang Maha Esa” terkandung nilai-nila religius antara lain
:

a. Keyakinan terhadap adanya Tuhan Yang Maha Esa dengan sifat-sifatnya yang maha
sempurna.

b. Ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, yakni menjalankan semua perintahnya dan
menjauhi segala larangannya.

2) Dalam Sila II yang berbunyi “kemanusiaan yang adil dan beradab” terkandung nilai-nilai
kemanusiaan, antara lain :

a. Pengakuan terhadap adanya martabat manusia.

b. Perlakuan yang adil terhadap sesama manusia.

c. Pengertian manusia yang beradab yang memiliki daya cipta, rasa, karsa, dan keyakinan,
sehigga jelas adanya perbedaaan antara manusia dan hewan.

3) Dalam sila III yang berbunyi “Persatuan Indonesia” terkandung nilai persatuan bangsa,
antara lain :

a. Persatuan Indonesia adalah persatuan bangsa yang mendiami wilayah Indonesia.

b. Bangsa Indonesia adalah persatuan suku-suku bangsa yang mendiami wilayah indonesia.
c. Pengakuan terhadap ‘Bhineka tunggal Ika” dan suku bangsa (ethnis) dan keudayaan
bangsa (berbeda-beda namun satu jiwa) yang memberikan arah dalam pembinaan
kesatuan bangsa.

4) Dalam sila ke IV yang berbunyi “Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebjaksanaan dalam
permusyawaratan / perwakilan” terkandung nilai kerakyatan, antara lain :

a. Kedaulatan Negara adalah di tangan rakyat.

b. Pimpinan kerakyatan adalah hikmat kebijak sanaan yang dilandasi akal sehat .

c. Manusia Indonesia sebagai warga Negara dan warga masyarakat Indonesia mempunyai
kedudukan, hak dan kewajiban yang sama.

d. Musyawarah untuk mufakat dicapai dalam permusyawaratan wakil-wakil rakyat.

5) Dalam sila V yang berbunyi “keadilan sosial bagi seluruh rakyar Indonesia” terkandung nilai
sosial, antara lain :

a. Perwujudan keadilan sosial dalam kehidupan sosial atau kemasyarakatan meliputi seluruh
rakyat Indonesia.

b. Keadilan dalam kehidupan sosial terutama meliputi bidang-bidang ideologi, politik,


ekonomi, sosial, kebudayaan dan pertahanan keamanan nasional
(POLEKSOSBUDHANKAMNAS).

c. Cita-cita masyarakat adil makmur, materil dan spiritual yang merata bagi seluruh rakyat
Indonesia.

d. Keseimbangan antara hak dan kewajiban, dan menghormati hak orang lain.

e. Cinta akan kemajuan dan pembangunan.

a. Dalam hubungan dengan pengertian nilai sebagimana diterangkan di atas tergolong nilai
kerokhanian, tetapi nilai kerokhanian yang mengakui adanya nilai materil dan nilai vital.

1. Nilai-nilai Pancasila termasuk golongan nilai kerohanian, tetapi nilai kerohanian yang
mengakui pentingnya nilai material dan nilai vital secara seimbang (harmonis)

2. Nilai-nilai Pancasila juga mempunyai sifat objekftif dan subyektif, kedua-duanya.

3. Nilai-nilai yang terkandung di dalam pembukaan UUD 1945.


• Faham Negara Persatuan, yaitu Negara yang melindungi segenap bangsa dan seluruh
tumpah darah Indonesia

• Tujuan Negara, yaitu : Negara yang melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah
darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa
dan ikut melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi
keadilan sosial.

• Negara yang berkedaulatan yang berdasarkan atas kerakyatan dan permusyawaratan


perwakilan.

• Negara berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha Esa menurut dasar Kemanusiaan
yang adil dan beradab.

• Menentang penjajahan karena tidak sesuai dengan peri kemanusiaan dan peri keadilan

• Mencita-citakan Negara yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur.

• Bersemangat perjuangan dalam mencapai cita-citanya.

4. Hubungan nilai-nilai Pancasila dengan Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945,


dengan Pembukaan UUD 1945, dengan Batang Tubuh UUD 1945, dan dengan Manusia
Indonesia.

• Nilai-nilai Pancasila bagi Bangsa Indonesia menjadi landasan atau dasar serta
motivasi segala perbuatannya dalam hidup sehari-hari maupun dalam hidup
kenegaraan

• Fakta sejarah menunjukkan, bahwa Bangsa Indonesia memperjuangkan terwujudnya


nilai-nilai Pancasila tersebut dengan bermacam-macam cara.

• Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945 merupakan titik kulminasi sejarah


perjuangan Bangsa Indonesia yang di dorong oleh Amanat Penderitaan Rakyat dan
dijiwai Pancasila pada taraf yang tertinggi.

• Pembukaan UUD 1945 adalah uraian terperinci dari Proklamasi Kemerdekaan 17


Agustus 1945.

• Nilai-nilai Pancasila menjelma menjadi Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945,


diuraikan terperinci di dalam Pembukaan UUD 1945, kemudian dengan lebih
terperinci lagi diwujudkan dalam pasal-pasal yang termuat dalam Batang Tubuh UUD
1945.
• Bagi Bangsa/Manusia Indonesia, Pembukaan UUD 1945 merupakan
konsensus/sebagai perwujudan atau pencerminan nilai-nilai Pancasila yang kita
terima dan kita pakai bersama.

b. Sebagai gambaran, di dalam tata nilai kehidupan bernegara, ada yang disebut sebagai nilai
dasar, nilaiinstrumental dan nilai praktis.
1. Nilai dasar
Asas-asas yang kita terima sebagai dalil yang kuranglebih mutlak. Nilai dasar berasal dari
nilai-nilai kultural ataubudaya yang berasal dari bangsa Indonesia itu sendiri, yaituyang
berakar dari kebudayaan, sesuai dengan UUD 1945 yang mencerminkan hakikat nilai
kultural.
2. Nilai instrumental
Pelaksanaan umum nilai-nilai dasar, biasanya dalamwujud nilai social atau norma hukum,
yang selanjutnya akan terkristalisasi dalam lembaga-lembaga yang sesuai dengan kebutuhan
tempat dan waktu.
3. Nilai praktis
Nilai yang sesungguhnya kita laksanakan dalamkenyataan. Nilai ini merupakan bahan ujian,
apakah nilai dasar dan nilai instrumental sungguh-sungguh hidup dalammasyarakat atau
tidak.

D. Hubungan Nilai, Norma dan Sanksi

Nilai secara singkat dapat dikatakan sebagai hasil penilaian / pertimbangan “Baik / tidak baik”
terhadap sesuatu, yang kemudian dipergunakan sebagai dasar alasan (motivasi) melakukan atau
tidak melakukan sesuatu.

Norma (kaidah) adalah petunjuk tingkah laku (perilaku) yang harus dilakukan dan tidak boleh
dilakukan dalam hidup sehari-hari, berdasarkan suatu alasan (motivasi) tertentu dengan disertai
sanksi.

Sanksi adalah ancaman/akibat yang akan diterima apabila norma (kaidah) tidak dilakukan.

Dari hubungan nilai, norma, dan sanksi ini timbullah macam-macam norma dengan sanksinya,
misalnya :

- Nilai agama, dengan sanksi agama.

- Norma kesusialaan, dengan sanksi rasa susila.

- Norma sopan santun, dengan sanksi sosial dari masyarakat.

- Norma hukum, dengan saksi hukum dari pemerintah (alat-alat Negara)


Hubungan nilai, norma dan sanksi sangat penting, karena penjelmaan nilai menjadi norma
(apakah norma hukum atau bukan norma hukum) akan sangat mempengaruhi pelaksanaan dari
nilai-nilai tersebut.

Anda mungkin juga menyukai