Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH HEALTHY TOURISM

“WISATA BANGUNAN BERSEJARAH : BENTENG VREDEBURG”

DISUSUN OLEH :
Asih Nurlatifah 1600029231
Asti Ayuniarti 1600029235
Dian Riskha Amalia Nurlette 1600029239
Lulu Kinasih 1600029258
Nurul Faizah 1600029260
Teti Hestiyani 1700029012

Rinawati 1700029016

KELAS : B

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN

YOGYAKARTA

2019
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah Puji syukur atas Kehadirat Allah SWT atas limpahan
Rahmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu.
Makalah ini kami susun berdasarkan pelaksaan tugas yang diberikan oleh Dosen
mata kuliah Healthy Tourism sekaligus untuk memberikan pemahaman kepada
rekan-rekan mahasiswa khusunya dalam Wisata Bangunan Sejarah : Benteng
Vredeburg.
Makalah ini kami beri judul “Wisata Bangunan Sejarah : Benteng
Vredeburg” karena makalah ini berisi materi mengenaikajian dan analisis terkait
sapta pesona, faktor risiko, penyakit terkait aktivitas wisata, prasarana yang ada
serta rekomendasi perbaikan. Kami sangat menyadari bahwa di dalam penyusunan
makalah ini tidaklah sempurna, oleh karena itu jika terdapat kesalahan didalamnya
kami mohon maaf sebesarnya.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua
khususnya dalam bidang kesehatan baik keperawatan maupun kesehatan
masyarakat.

Yogyakarta, 20 Juni 2019

Penyusun

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................. i
DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................. 1
C. Tujuan Makalah ........................................................................................... 2
D. Manfaat ........................................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................ 3
A. Sejarah Benteng Vredeburg ......................................................................... 3
B. SAPTA PESONA ........................................................................................ 3
C. Faktor Penarik Benteng Vredeburg sebagai Tujuan Wisata ........................ 5
D. Faktor Risiko yang Ada di Benteng Vredeburg ........................................... 5
E. Penyakit Terkait Aktivitas Wisata di Benteng Vredeburg ........................... 6
F. Prasarana Benteng Vredeburg ...................................................................... 7
G. Rekomendasi ................................................................................................ 8
BAB III PENUTUP ................................................................................................ 9
A. Kesimpulan .................................................................................................. 9
B. Saran ............................................................................................................. 9
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 10
Lampiran ............................................................................................................... 11

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Upaya peningkatan pengunjung dalam sebuah destinasi wisata perlu
dilakukan melalui peningkatan pengelolaan agar para pengunjung merasa
nyaman, aman dan terjamin kesehatannya. Terlebih pada sektor pariwisata
yang menyelenggarakan berbagai atraksi yang berkaitan dengan keselamatan
pengunjung. Secara umum pengelolaan (manajemen) diartikan sebagai suatu
langkah-langkah yang sistematis yang mencakup planning (perencanaan),
directing (mengarahkan), organizing (mengorganisasi dan mengkoordinasi)
dan controlling (pengawasan).
Definisi pengelolaan (manajemen) menurut Leiper dalam I Gde Pitana
(2009: 80) merujuk kepada seperangkat peranan yang dilakukan oleh
seseorang atau sekelompok orang atau bisa juga merujuk kepada fungsi-fungsi
yang melekat pada peran tersebut.Upaya menjamin keamanan dan
keselamatan pariwisata khususnya para wisatawan merupakan bagian dari
tuntutan masyarakat agar sebuah destinasi wisata dapat terus menarik
wisatawan. Sehu-bungan dengan hal tersebut pada tahun 1991 WTO telah
merekomendasikan upaya-upaya yang perlu diambil untuk keamanan
pariwisata yaitu bahwa “tiap-tiapNegara hendaknya mengembangkan suatu
kebijakan nasional bidang keselamatan pariwisata yang diselaraskan dengan
upaya pencegahan resiko-resiko bagi wisatawan” (Frans Gromang, 2002: 12).
Berbagai kemungkinan yang akan muncul sebagai resiko keberadaan
wisa-tawan ketika berada di destinasi wisata dapat dikelompokkan menjadi
beberapa hal antara lain:
1. Lingkungan hidup manusia dan lembaga non pariwisata, seperti kejahatan
karena pencurian, pencopetan, penganiayaan, penodongan,dan penculikan
2. Sektor pariwisata dan sektor usaha jasa, seperti: terbatasnya standar
keselamatan pada gedung, fasilitas umum, fasilitas wisata, sanitasi
lingkungan dari berbagai hal yang menimbulkan risiko bagi
wisatawan,seperti: bahaya kebakaran, binatang buas, kecelakaan darat
maupun air,dan sebagainya.
3. Risiko terhadap alam dan lingkungan seperti risiko karena flora dan fauna.
Menyadari pentingnya faktor keamanan dan keselamatan wisatawan
maka muncul gagasan World Tourism Organization (WTO) untuk
memberikan tuntunan sebagai acuan bagi pengambil kebijakan di berbagai
industri pariwisata (Frans Gromang, 2002: 2). Keamanan dan keselamatan
pengunjung bukan saja semata menjadi tanggung jawab pemilik (owner) atau
pengelola destinasi wisata tetapi juga bagian dari tanggung jawab Pemerintah

1
Daerah maupun pusat (stakeholder) dalam memajukan pariwisata di tingkat
daerah.
Keamanan dan keselamatan pengunjung diprediksikan akan
memberikan kontribusi pada peningkatan pengunjung selanjutnya dan akan
merupakan faktor pendorongterciptanya tanggung jawab sosial kepada
masyarakat (company sosial responsibility atau CSR).
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana kondisi sapta pesona di Benteng Vredeburg?
2. Apa penyakit yang dapat ditularkan dari aktivitas wisata di Benteng
Vredeburg?
3. Bagaimana Sarana dan Prasarana di tempat wisata Benteng
Vredeburg?
C. Tujuan Makalah
1. Mengetahui sapta pesona yang ada di Benteng Vredeburg
2. Mengetahui faktor risk yang ada di Benteng Vredeburg
3. Mengetahui penyakit terkait aktivitas wisata di Benteng Vredeburg
4. Mengetahui prasarana yang ada di tempat wisata Benteng Vredeburg
D. Manfaat
1. Pengambil Kebijakan
Bagi pengambil kebijakan terutama pemerintah daerah kota
Yogyakarta penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi
yang berguna untuk mengetahui keselamatan dan keamanan wisatawan
khususnya pada Museum Benteng Vredeburg.
2. Pengelola Museum
Penelitian ini diharapkan agar dapat digunakan sebagai bahan
masukan dan pertimbangan pada pengelola Museum Benteng
Vredeburg dalam upaya meningkatkan keselamatan dan keamanan
wisatawan.
3. Ilmu Pengetahuan
Secara umum hasil penelitian ini diharapkan menambah
khasanah ilmu Budaya dan Pariwisata. Manfaat khusus bagi ilmu
pengetahuan yakni dapat melengkapi kajian mengenai permintaan atas
obyek wisata dengan mengungkap secara empiris faktor-faktor yang
mempengaruhinya

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sejarah Benteng Vredeburg
Benteng Vredeburg Yogyakarta berdiri terkait erat dengan lahirnya
Kasultanan Yogyakarta. Perjanjian Giyanti 13 Februari 1755 yang berrhasil
menyelesaikan perseteruan antara Susuhunan Pakubuwono III dengan
Pangeran Mangkubumi (Sultan Hamengku Buwono I kelak) adalah
merupakan hasil politik Belanda yang selalu ingin ikut campur urusan dalam
negeri raja-raja Jawa waktu itu.
Melihat kemajuan yang sangat pesat akan kraton yang didirikan oleh
Sultan Hamengku Buwono I, rasa kekhawatiran pihak Belanda mulai muncul.
Pihak Belanda mengusulkan kepada sultan agar diizinkan membangun sebuah
benteng di dekat kraton. Pembangunan tersebut dengan dalih agar Belanda
dapat menjaga keamanan kraton dan sekitarnya. Akan tetapi dibalik dalih
tersebut maksud Belanda yang sesungguhnya adalah untuk memudahkan
dalam mengontrol segala perkembangan yang terjadi di dalam kraton. Letak
benteng yang hanya satu jarak tembak meriam dari kraton dan lokasinya yang
menghadap ke jalan utama menuju kraton menjadi indikasi bahwa fungsi
benteng dapat dimanfaatkan sebagai benteng strategi, intimidasi, penyerangan
dan blokade. Dapat dikatakan bahwa berdirinya benteng tersebut dimaksudkan
untuk berjaga-jaga apabila sewaktu-waktu Sultan memalingkan muka
memusuhi Belanda.
Besarnya kekuatan yang tersembunyi dibalik kontrak politik
yang dilahirkan dalam setiap perjanjian dengan pihak Belanda seakan-akan
menjadi kekuatan yang sulit dilawan oleh setiap pemimpin pribumi pada masa
kolonial Belanda. Dalam hal ini termasuk pula Sri Sultan Hamengku Buwono
I. Oleh karena itu permohonan izin Belanda untuk membangun benteng
dikabulkan.
B. SAPTA PESONA
Sapta Pesona merupakan suatu kondisi yang harus diwujudkan dalam
setiap prosuk pariwisata sehingga dapat menarik minat wisatawan berkunjung
ke suatu daerah atau wilayah di Negara/daerah kita. Dalam SAPTA PESONA
terdapat tujuh unsur (Kemanan, Ketertiban, Kebersihan, Kesejukan,
Keindahan, Keramahan, dan Kenangan) yang harus dimiliki. Berikut hasil
analisis ketujuh unsur SAPTA PESONA benteng Vredeburg:
1. Aman
Benteng Vredeburg memiliki petugas kemanan yang selalu siap
siaga untuk menjaga kemanan pengunjung dan juga benteng ini
dillengkapi CCTV disetiap sudutnya yang terpasang rapi dan dikontrol

3
langsung oleh petugas keamanan sehingga jika terjadi suatu kondisi
yang mengancam keamanan dapat segera diatasi. Benteng ini juga
memiliki perlengkapan darurat seperti terdapat APAR, kotak P3K serta
telepon umum yang dapat digunakan saat keadaan daurat. Suasana
yang kondusif dan cenderung tenang memberikan rasa aman kepada
pengunjung. Sistem proteksi kebakaran yang ada pun terawat dengan
baik.
2. Tertib
Jalur lalu lintas yang tertata dimana terdapat petugas parkir
sehingga kendaraan dapat tertata. Tidak nampak orang yang
berdesakan atau berebutan untuk mendapatkan atau membeli karcis
masuk. Kondisi pelayanan yang diberikan dilakukan secara tertib dan
teratur dimana terdapat loket pembelian karcis dikedua sisi pintu
masuk. Terdapat petunjuk arah serta terdapat papan informasi sehingga
memudahkan pengunjung. Barang-barang yang dipamerkan didalam
benteng tertata rapi serta menarik bagi pengunjung.
3. Bersih
Benteng ini dilengkapi dengan tempat sampah yang telah
disesuaikan dengan jenis sampahnya. Terlihat bahwa petugas
kebersihan yang sedang membersihkan tempat sampah. Kondisi
lingkungan yang bebas sampah dan juga asap rokok menambah kesan
bersih pada tempat ini. Prasarana yang ada dibersihkan dengan baik.
Tak terlihat ada coretan nakal dari tangan pengunjung. Petugas yang
bertugas juga dalam kondisi bersih dan rapi. Barang yang ada pun
dibersihkan dengan baik. Namun, didapat kan lokasi yang memiliki
sedikit debu yang terletak dibagian ujung benteng.
4. Sejuk
Pada unsur ini benteng ini telah memenuhinya. Terdapat
tumbuhan dan juga pepohonan yang disekitar benteng. Tanaman
itupun terawat dengan baik sehingga menghasilkan pemandangan yang
cukup menggoda mata pengunjung. Terasa hembusan angin saat kita
duduk dibangku yang telah disediakan dibawah pohon rindang
dihalaman benteng.
5. Indah
Kondisi benteng yang tertata rapi dengan lingkungan yang
dipenuhi dengan tanaman menambah keindahan yang ada. Arsitektur
dari bengunan khas Belanda menambah daya tarik wisatawan sehingga
keindahannya pun semakin terpancar.
6. Ramah

4
Pelayanan yang diberikan oleh pihak pengelola sudah baik
dengan menerapkan 5S (senyum, salam, sapa, sopan dan santun)
kepada pengunjung. Pemberian informasi kepada pengunjung dengan
jelas.
7. Kenangan
Pengalaman yang didapatkan dari benteng ini yaitu pengelaman
dengan mengenang masa-masa saat Indonesia sedang dalam jajahan
Belanda. Hal ini memberikat pengunjung pengetahuan yang akan
menambah rasa nasionalisme kita. Kesan yang menyenangkan dan
membekas kenangan yang indah akan didapat pengunjung. Dengan
harga yang terjangkau pengunjung dapat mendapatkan kenangan yang
berkesan. Dimana kita dapat mengetahui bagaimana perjuangan para
pemuda bangsa dalam kemiliteran pada masa penjajahan Belanda.
C. Faktor Penarik Benteng Vredeburg sebagai Tujuan Wisata
Belajar Sejarah di Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta
Banyak koleksi sejarah yang ada di Museum Benteng Vredeburg
diantaranya adalah koleksi bangunannya. Selokan/parit ang dibuat
mengelilingi benteng yang berarti sebagai rintangan luar terhadap serangan
musuh yang terus berlanjut pada perkembangan karena sistem militer sudah
mengalami kemajuan yang digunakan sebagai sarana drainase/pembuangan
saja. Di Museum Benteng Vredeburg dulu terdapat jembatan angkat
(gantung), tetapi karena berkembangnya teknologi khususnya kendaraan
perang akhirnya diganti dengan jembatan yang paten. Adanya Tembok
benteng yang dibuat mengelilingi benteng yang digunakan untuk tempat
pertahanan, pengintaian, dan sebagai tempat menaruh meriam-meriam kecil
maupun senjata tangan.
Koleksi yang kedua yaitu koleksi Realia yang bisa menjadi bahan ajar
kepada para pengunjung yang hadir. Karena merupakan benda material yang
nyata dan dulunya digunakan langsung pada peristiwa sejarah, seperti alat
rumah tangga, senjata, naskah, pakaian, peralatan dapur, dan lain-lain. Koleksi
yang ketiga adalah Koleksi foto, miniatur, replika, lukisan, dan benda hasil
visualisasi lainnya.
D. Faktor Risiko yang Ada di Benteng Vredeburg
1. Kebakaran
Menurut Agus Triyono (2001) kebakaran dapat terjadi karena :
a. Kebakaran karena kelalaian manusia seperti kurangnya
pengetahuan tentang penanggulangan bahaya kebakaran, kurang
hati-hati dalam menggunakan alat atau bahan yang dapat

5
menimbulkan api, dan kurangnya kesadaran pribadi atau tidak
disiplin.
b. Kebakaran karena peristiwa alam seperti cuaca yang terlalu panas,
letusan gunung berapi, gempa bumi, petir, angin, dan topan.
c. Kebakaran karena penyalaan sendiri, sering terjadi di gudang-
gudang bahan kimia yang bereaksi dengan udara, air, dan bahan-
bahan lain yang mudah meledak atau terbakar.
d. Kebakaran karena unsur kesengajaan, untuk tujuan-tujuan tertentu
misalnya sabotase untuk menimbulkan huru-hara (kebanyakan
dengan alasan politis), mencari keuntungan pribadi karena ingin
mendapatkan ganti rugi dari asuransi kebakaran, untuk
menghilangkan bukti-bukti kejahatan yang telah dilakukan yang
dapat memberatkannya, dan untuk jalan taktis dalam pertempuran
dengan jalan bumi hangus (Fatmawati,2009)
E. Penyakit Terkait Aktivitas Wisata di Benteng Vredeburg
Menganalisis penyakit yang dapat ditimbulkan terkait aktivitas di
wisata sejarah Benteng Vredeburg, yaitu terletak di pusat wisata Kota
Yogyakarta yaitu berada di Malioboro. Pusat wisata di DIY adalah Malioboro
yang merupakan ikon atau jantung Kota Yogyakarta, oleh karena itu banyak
sekali wisatawan baik local maupun internasional yang berkunjung atau
menikmati suasana Malioboro yang terkenal klasik, serta pusat perbelanjaan
para wisata untuk membeli cenderamata. Selain berkunjung ke Malioboro para
wisatawan juga mengunjungi Benteng Vredeburg karena dapat ditempuh
dengan berjalan kaki, dan tiketnya yang murah mejadi alasan wisatawan untuk
melihat Sejarah yang terjadi di Kota Yogyakarta.
Banyak sekali wisatawan yang berasal dari berbagai mcam daerah
bahkan negara luar, sehingga adanya penyebaran penyakit yang dibawa oleh
orang lain khususnya bagi wisatawan atau para pengunjung Benteng
Verdeburg juga dapat terkontaminasi. Adapun berbagai kemungkinan
penyakit yang dapat terjadi seperti penyebaran virus akibat seseorang yang
terkena penyakit yang disebabkan oleh virus seperti virus influenza yaitu
penyakit flu, Hepatitis A, Virus dapat menyebar dengan sangat mudah melalui
udara sehingga wisatawan yang mempunyai daya tahan tubuh yang lemah
dapat terjangkit penyakit tersebut. Selain penyakit yang diakibatkan virus
adapun yang disebabkan oleh bakteri seperti penyakit Mycobacterium
tuberculosis yang dapat menyebabkan penyakit TBC. Penyakit TBC sendiri
dapat ditularkan melalui udara.
Wisatawandapat terkena penyakit diare, muntaber, penyakit perut
lainnya yang disebabkan oleh personal hygiene dan sanitasi yang buruk oleh

6
para pedagang makanan atau minuman yang berada dekat dengan lokasi.
Sehingga para wisatawan juga beresiko apabila tidak memilih makanan atau
minuman yang dijual tanpa memikirkan kebersihannya.
Menurut buku Internasional Travel and Health ada beberapa model
transmisi penyakit infeksi, antara lain :
1. Penyakit bersumber makanan (Foodborne disiase) dapat ditularkan
melalui konsumsi makanan dan minuman yang terkontaminasi, seperti
Hepatitis A, demam typhoid, dan kolera. Dapat dicegah dengan menjaga
hygiene makanan, minuman dan air minum serta menghindari kontak
dengan air pada tempat rekreasi yang terkena polusi.
2. Penyakit bersumber vektor dapat ditularkan melalui serangga dan vektor.
Dapat dicehgah dengan menghindari gigitan serangga seperti memakai
lotion anti nyamuk pada daerah yang memang rawan penyakit seperti
malaria.
3. Penyakit bersumber hewan
Zoonesis terdiri dari penyakit infeksi yang dapat ditularkan melalui gigitan
hewan atau kontak dengan cairan atau kotoran hewan yang terkontaminasi
dapat juga bersumber dari konsumsi daging atau susu, contohnya : Rabies,
Leptospirosis, Brucellosis.
4. Penyakit bersumber darah ditularkan melalui kontak langsung dengan
darah atau cairan tubuh yang terkontaminasi. Bias dicegah dengan
menghindari kontak langsung dengan darah dan cairan tubuh, selalu
mengganti jarum suntik dan memakai peralatan medis.
5. Penyakit bersumber udara ditularkan dari orang ke orang melalui hidung
dan mulut. Untuk mencegahnya maka harus menghindari kontak pada
daerah yang padat dan tempat tertutup. Contonya : TBC, influenza.
6. Penyakit yang ditularkan melalui tanah termasuk didalamnya penyakit
yang disebabkan oleh spora dari agen yang terinfeksi bila terjadi kontak
dengan kulit yang terbuka dapat meyebabkan infeksi. Sehingga sangat
penting untuk melindungi kulit kontak langsung dengan tanahyang
terkontaminasi. Contoh bakteri yang menularkan Anthrax dan Tetanus
serta parasit pada pencemaran seperti Ascariasis dan Trichuriasis(Djafri,
2009).
F. Prasarana Benteng Vredeburg
Prasarana yang terdapat dibenteng Vredeburg antara lain:
1. Tempat sampah yang mana telah dipisahkan sesuai dengan jenisnya
2. Terdapat kantin bagi pengunjung

7
3. Terdapat papan penunjuk arah serta plang nama setiap ruangan yang
ada dimana kondisinya terawat dan masih tebaca dengan jelas
4. Terdapat mushola yang terpisah antar wanita dan laki-laki begitu pula
dengan tempat wudhunya
5. Terdapat toilet yang terpisah natar wanita dan laki-laki dengan fasilitas
yang lengkap terdapat closet duduk dan jongkok serta terdapat toilet
khusus difabel peletakkan toilet disetiap sudut benteng. Kondisi bersih
dilengkapi dengan air bersih serta sabun cuci tangan.
6. Terdapat prasarana proteksi kebakaran antara lain alarm kebakaran,
hydrant, tombol darurat, APAR,serta smoke detector.
7. Terdapat petunjuk emergency exit darurat dengan lampu darurat
8. Terdapat lubang penghisap debu dimana kondisi nya bersih
9. Didalam museum terdapat fasilitas kursi untuk pengunjung, monitor
touchscreen yang menampilkan informasi seputar benda yang
diperlihatkan.
10. Terdapat papan informasi serta denah lokasi
G. Rekomendasi
1. Pemeliharaan dilakukan secara menyeluruh ke semua sudut bangunan
benteng
2. Terdapat beberapa layar informasi yang mati diharapkan untuk segera
diperbaiki
3. Perluasan lahan parkir agar tidak diletakkan dekat dengan jalur masuk
benteng

8
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta merupakan sebuah museum
khusus sejarah perjuangan nasional Bangsa Indonesia di Yogyakarta.
Keberadaannya diselenggarakan untuk masyarakat umum, sehingga segala
kegiatan yang diselenggarakan berorientasi pada kepentingan masyarakat.
Melalui koleksi yang disajikannya, Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta
berusaha menyampaikan informasi tentang sejarah perjuangan kemerdekaan.
Melalui koleksi tersebut, museum mengajak masyarakat untuk berkomunikasi
dengan masa silam, belajar dari masa silam, dan menjadi bagian dari masa
silam. Sapta pesona yang ada di Benteng Vredeburg meliputi Aman, Tertib,
Bersih, Sejuk, Indah, Ramah Tamah, dan Kenangan. Museum Benteng
Vredeburg Yogyakarta memiliki 5 ruang pameran tetap yang terdiri dari 4
Ruang Diorama dan Ruang Realia, koleksi benda-benda sejarah perjuangan
Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta terdiri dari benda-benda realia,
replica, foto, lukisan dan koleksi lainnya yang berjumlah kurang lebih 7.000
buah. Seluruh benda koleksi museum disimpan diruang pameran tetap maupun
storage museum sesuai dengan standar International Council of Museum.
terdapat jembatan dan parit yang berada di depan benteng yang berfungsi
sebagai saluran pembuangan, dan terdapat fasilitas-fasilitas pelengkapnya
seperti kantin, kamar mandi dan WC.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, penulis menyarankan beberapa hal,
diantaranya :
1. Kita sebagai Mahasiswa, harus menanamkan kesadaran dalam diri kita
akan pentingnya belajar sejarah
2. Sebagai generasi muda kita harus dapat melestarikan warisan budaya,
khususnya Benteng Vredeburg Yogyakarta Pemerintah harus
berpartisipasi aktif dalam upaya menjaga warisan budaya, khususnya
Benteng Vredeburg Yogyakarta.

9
DAFTAR PUSTAKA
Djafri, D. (2009). Manajemen Kesehatan Daerah Wisata. Jurnal Kesehatan
Masyarakat, 3(1), 1–10.
Fatmawati, R. (2009). Audit Keselamatan Kebakaran di Gedung Pt. X Jakarta
Tahun 2009. Universitas Indonesia.
Suharto. (2016). Studi Tentang Keamanan dan Keselamatan Pengunjung
Hubungan dengan Citra Destinasi (Studi Kasus Gembira Loka Zoo). Jurnal
Media Wisata, 14(1), 287–304.
Peraturan Menteri Pariwisata RI Nomor 14 Tahun 2016 Tentang Pedoman
Pariwisata Berkelanjutan

Peraturan Pemerintah RI Nomor 50 Tahun 2011 Tentang Rencana Induk


Pembangunan Kepariwisataan Nasional Tahun 2010-2025

10
Lampiran

Sistem Proteksi Kebakaran

Layar Informasi Diorama

11
Fasilitas Mushola

Fasilitas Kantin

12

Anda mungkin juga menyukai