Assalamualaikum Wr,Wb
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena
penulis masih dapat membuat tugas Makalah Geografi kependudukan dan
Demografi ini tepat pada waktunya. Tugas Makalah ini membahas Tentang
“Sejarah kepariwisataan , dampak pengembangan kepariwisataan terhadap
ekonomi,social budaya dan politik”.
Wassalamualikum Wr,Wb
Kelompok 3
2
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
C. Tujuan Penyusunan
4
BAB II
PEMBAHASAN
1. Sejarah kepariwisataan
5
melakukan perjalanan ini, maka didirikannya pertama kali suatu cabang Travel
Agent di Jalan Majapahit No,2 Jakarta pada tahun 1926 yang bernama Lissone
Lindemend(LISIND) yang berpusat di Belanda. Sekarang tempat tersebut
digunakan oleh PT.NITOUR.
Tahun 1928 Lislind berganti menjadi NITOUR(Nederlandche Indische Touristen
Bureau) yang merupakan dari KNILM. Saat ini, kegiatan pariwisata lebih banyak
disominasi kaum kulit putih saja, sedangkan untuk bangsa pribumi bisa dikatakan
tidak ada. Perusahaan perjalanan wisata saat itu tidak berkembang karena
NITOUR dan KNILM memegang monopoli.
Pertumbuhan Hotel di Indonesia sesungguhnya mulai dikenal sejak abad
ke-19, meskipun terbatas pada beberapa hotel seperti Batavia;Hotel Des
Indes;Hotel der nederland, Hotel Royal, dan Hotel Rijswijk. Di Surabaya berdiri
pula Hotel Sarkies, Hotel Oranye, di Semarang didirikan Hotel Du Pavillion
kemudian di medan berdiri Hotek de Boer, da Hotel Astoria, di Makassar Hotel
Grand dan Hotel Staat. Fungsi Hotel Pada masa-masa itu banyak digunakan untuk
penumpang kapal laut dari Eropa menngingat belum adanya kendaraan bermotor
untuk membawa tamu-tamu tersebut dari pelabuhan ke hotek dan sebaliknya,
maka yang digunakan kereta kuda serupa cikar.Memasuki abad ke-20, barulah
perkembangan akomodasi hotel ke kota lainnya. Seperti Grand Hotel Yogyakarta,
Hotel salak di Bogor dan lain-lain.
6
Sektor pariwisata mulai berkembang dengan geliatnya. Hal ini ditandai dengan
Surat Keputusan Wakil Presiden (Dr. Mohamad Hatta)csebagai Ketua Panitia
Pemikir siasat Ekonomi di Yogyakarta untuk mendirikan suatu badan yang
mengelola hotel-hotel yang sebelumnya dikuasai pemerintah pendudukan, badan
tersebut bernama HONET(Hotel National & Tourism ) dan diketahui oleh R
Tjipto Ruslan. Badan tersebut segera mengambil alih hotel-hotel di daerah
Yigyakarta, Surakarta, Madiun, cirebon, Pekalongan, Sukabumi, Malang,
Sarangan, dan semua itu diberi nama Hotel Merdeka.
Tahun 1949 terjadinya KMB(Konferensi Meja Bundar) mengakibatkan HONET
dibubarkan. Karena isi salah satu perjanjian KMB adalah bahwa seluruh harta
kekayaan milik Belanda harus dikembalikan ke pemiliknya. Sehingga selanjutnya
berdiri badan hukum yang dinamakan NV HONET yang merupakan badan satu-
satunya yang beraktivitas di bidang perhotelan dan pariwisata,
Tahun 1952 dengan keputusan Presiden RI, dibentuk panitia Inter Departemental
Urusan Turisme yang diketuai oleh Nazir St, Pamuncak dengan sekretaris RAM
Sastrodanukusumo. Salah satu tugas panitia tersebut adalah menjaga
kemungkinan terbukanya kembali indonesia sebagai DTW(Daerah Tujuan
Wisata).
Tahun 1953 , beberapa tokoh perhotelan mendirikan Serikat Gabungan
Hotel dan Tourisme Indonesia (SERGAHTI) diketuai oleh A Tambayong.
Keanggotaan SERGAHTI pada saat itu mencangkup seluruh hotel di Indonesia.
Tahun 1955, selan SERGAHTI, beberapa pejabat negara yang jabatannya ada
kaitannya dengan dunia pariwisata serta beberapa anggota elite masyarakat yang
peduli terhasap potensi pariwisata Indonesia mendirikan Yayasan Tourisme
Indonesia atau YTI yang nantinya disebut DEPARI(Dewan Pariwisata Indonesia)
yang menjadi cikal bakal Departemen Pariwisata dan Budaya Indonesia.
7
dirinya sebagai Negara dengan tujuan wisata adalah timbul kemajuan dalam
ekonomi, terutama bagi Negara-negara berkembang. Bersamaan dengan dampak
lainnya, peningkatan ekonomi yang begitu pesat juga terjadi dengan berbagai
keuntungan dan kerugian. Dapak besar pariwisata terlihat dari data World
Tourism Organization, pada tahun 2000, 698 juta orang melakukan perjalanan ke
luar negeri dan menghabiskan lebih dari 478 juta US dollar. Gabungan dari
pendapatan pariwisata internasioanl dengan pendapatan transportasi maka
menghasilkan lebih dari 575 juta US dollar, yang membuat pariwisata menjadi
penghasil ekspor terbesar di dunia diikuti oleh produk otomotif, bahan kimia,
minyak bumi, dan makanan. Namun, banyak kerugian tersembunyi dari pariwisata
yaitu, adanya dampakdampak pada ekonomi yang tidak diharapkan oleh
penduduk setempat. Seringkali keuntungan pariwisata sebuah Negara maju lebih
tinggi dari Negara berkembang. Padahal Negara berkembang lebih membutuhkan
pendapatan tambahan, pekerjaan, dan peningkatan standar hidup lewat pariwisata.
Berdasarkan kenyataan tersebut, berbagai alasan muncul antara lain, karena
adanya transfer besar-besaran pendapatan pariwisata dari Negara tuan rumah,
kemudian kurang diperhatikannya bisnis dan produk dalam negeri.
Dampak Positifnya
2. Dibangunnya fasilitas dan infrastruktur yang lebih baik demi kenyamanan para
wisatawan yang juga secara langsung dan tidak langsung bisa dipergunakan oleh
penduduk lokal pula. Seperti : tempat rekreasi, mall, dan lain-lain.
Dampak negatifnya
8
2. Meningkatkan inflasi dan harga jual tanah menjadi mahal.
3.Meningkatkan impor barang dari luar negri, terutama alat-alat teknologi modern
yang digunakan untuk memberikan pelayanan bermutu pada wisatawan dan juga
biaya-biaya pemeliharaan fasilitas-fasilitas yang ada.
1. Pariwisata memperkerjakan 204 juta orang diseluruh dunia atau satu dari
setiap Sembilan pekerja, yaitu 10,6 persen dari angkatan kerja.
Global ekonomi dan perluasan pasar dunia merupakan dua fenomena yang
keberadaannya menyejarah. Pada saat ini globalisasi ekonomi dan perluasan pasar
memiliki kekuatan, cakupan dan kecepatan yang belum pernah terbayangkan
sebelumnya. Secara konkirt globalisasi ekonomi ditandai dengan perubahan mode
of production masyarakat, yaitu dari subsistensi ke orientasi pasar-pasar regional,
seperti APEC, NAFTA, AFTA dsb. Secara kelembagaan menjelma dalam
percepatan komersial. Dampak yang ditimbulkan adalah terjadinya perubahan
sosial, seperti merebaknya tindakan individu yang lebih didasarkan pada
rasionalitas ekonomi (Heru Nugroho, 1996).
9
diperngaruhi life style terutama dalam memanfaatkan waktu luang sehingga wajar
kalau frekuensi mobilitas penduduk dunia tinggi.
Ada sebuah prediksi bahwa pada tahun 2005 mencapai 11.000.000 orang ke
Indonesia. Prediksi ini merupakan peluang sekaligus dunia yang semakin global
tuntutan pelayanan terhadap wisma berstandar international atau mengacu pada
rumusan WTO (Word Trade Organization).
Indonesia pada saat ini masih jauh tertinggal dalam menyerap arus wisatawan
yang berdatangan ke kawasan Asia Pasifik. Oleh karenanya belum banyak
memperoleh devisa dari sector pariwata guna pembangunan nasionalnya (JJ.
Spillane, 1995).
Oleh karena itu pariwisata perlu mendapat perhatian yang serius dari pembuat
kebijakan dalam negeri dan perancang kesepakatan perdagangan internasional,
mengingat pariwisata di masa dating merupakan penyumbang besar kesejahteraan
ekonomi dunia.
10
- Maraknya pedagang asongan membuat kenyamanan wisatawan terganggu,
karena ada unsur pemaksaan dari mereka.
Industri pariwisata memiliki hubungan erat dan kuat dengan lingkungan fisik.
Lingkungan alam merupakan aset pariwisata dan mendapatkan dampak karena
sifat lingkungan fisik tersebut yang rapuh (fragile), dan tak terpisahkan
(Inseparability). Bersifat rapuh karena lingkungan alam merupakan ciptaan Tuhan
yang jika dirusak belum tentu akan tumbuh atau kembali seperti sediakala.
Bersifat tidak terpisahkan karena manusia harus mendatangi lingkungan alam
untuk dapat menikmatinya.
Lingkungan fisik adalah daya tarik utama kegiatan wisata. Lingkungan fisik
meliputi lingkungan alam (flora dan fauna, bentangan alam, dan gejala alam) dan
lingkungan buatan (situs kebudayaan, wilayah perkotaan, wilayah pedesaan, dan
peninggalan sejarah).
Secara teori, hubungan lingkungan alam dengan pariwisata harus mutual dan
bermanfaat. Wisatawan menikmati keindahan alam dan pendapatan yang
dibayarkan wisatawan digunakan untuk melindungi dan memelihara alam guna
keberlangsungan pariwisata. Hubungan lingkungan dan pariwisata tidak
selamanya simbiosa yang mendukung dan menguntungkan sehingga upaya
konservasi, apresiasi, dan pendidikan dilakukan agar hubungan keduanya
berkelanjutan, tetapi kenyataan yang ada hubungan keduanya justru memunculkan
konflik. Pariwisata lebih sering mengeksploitasi lingkungan alam.
1. Air
Air mendapatkan polusi dari pembuangan limbah cair (detergen pencucian linen
hotel) dan limbah padat(sisa makanan tamu). Limbah-limbah itu mencemari laut,
danau dan sungai. Air juga mendapatkan polusidari buangan bahan bakar minyak
alat transportasi air seperti dari kapal pesiar.Akibat dari pembuangan limbah,
maka lingkungan terkontaminasi, kesehatan masyarakat terganggu, perubahan dan
kerusakan vegetasi air, nilai estetika perairan berkurang (seperti warna laut
berubah dari warnabiru menjadi warna hitam) dan badan air beracun sehingga
makanan laut (seafood) menjadi berbahaya.Wisatawan menjadi tidak dapat mandi
dan berenang karena air di laut, danau dan sungai tercemar.Masyarakat dan
wisatawan saling menjaga kebersihan perairan.Guna mengurangi polusi air, alat
11
transportasi air yang digunakan, yakni angkutan yang ramah lingkungan, seperti :
perahu dayung, kayak, dan kano.
2. Atmosfir
Pantai dan pulau menjadi pilihan destinasi wisata bagi wisatawan. Namun, pantai
dan pulau sering menjaditempat yang mendapatkan dampak negatif dari
pariwisata. Pembangunan fasilitas wisata di pantai dan pulau, pendirian prasarana
(jalan, listrik, air), pembangunan infrastruktur (bandara, pelabuhan)
mempengaruhi kapasitas pantai dan pulau.Lingkungan tepian pantai rusak (contoh
pembabatan hutan bakau untuk pendirian akomodasi tepi pantai),kerusakan
karang laut, hilangnya peruntukan lahan pantai tradisional dan erosi pantai
menjadi beberapaakibat pembangunan pariwisata.Preservasi dan konservasi pantai
dan laut menjadi pilihan untuk memperpanjang usia pantai dan laut. Pencanangan
taman laut dan kawasan konservasi menjadi pilihan. Wisatawan juga ditawarkan
kegiatan ekowisata yang bersifat ramah lingkungan. Beberapa pengelola pulau
(contoh pengelola Taman NasionalKepulauan Seribu) menawarkan paket
perjalanan yang ramah lingkungan yang menawarkan aktivitas menanam lamun
dan menanam bakau di laut.
12
karena gunung tidak mampu menyerap air hujan. Reboisasi (penanaman kembali
pepohonan di pegunungan) dan peremajaan pegunungan dilakukan sebagai upaya
pencegahan kerusakan pegunungan dan area liar.
5. Vegetasi
Kehidupan satwa liar menjadi daya tarik wisata yang luar biasa. Wisatawan
terpesona dengan pola hiduphewan. namun, kegiatan wisata mengganggu
kehidupan satwa-satwa tersebut. Komposisi fauna berubahakibat:pemburuan
hewan sebagai cinderamata, pelecehan satwa liar untuk fotografi, eksploitasi
hewan untuk pertunjukan, gangguan reproduksi hewan (berkembang biak),
perubahan insting hewan (contohhewan komodo yang dahulunya hewan ganas
menjadi hewan jinak yang dilindungi), migrasi hewan (ketempat yang lebih baik).
Jumlah hewan liar berkurang, akibatnya ketika wisatawan mengunjungi daerah
wisata, ia tidak lagi mudah menemukan satwa-satwa tersebut
13
Pendirian hotel, restoran, fasilitas wisata, toko cinderamata dan bangunan lain
dibutuhkan di daerah tujuanwisata. Seiring dengan pembangunan itu, jumlah
kunjungan wisatawan, jumlah kendaraan dan kepadatan lalu lintas jadi meningkat.
Hal ini bukan hanya menyebabkan tekanan terhadap lahan, melainkan juga
perubahan fungsi lahan tempat tinggal menjadi lahan komersil, kemacetan lalu
lintas, polusi udara dan polusi estetika (terutama ketika bangunan didirikan tanpa
aturan penataan yang benar). Dampak buruk itu dapatdiatasi dengan melakukan
manajemen pengunjung dan penataan wilayah kota atau desa serta membedayakan
masyarakat untuk mengambil andil yang besar dalam pembangunan.
Sasaran tersebut di atas dapat tercapai melalui pengelolaan dan pengusahaan yang
benar dan terkoordinasi, baik lintas sektoral maupun swasta yang berkaitan
dengan pengembangan kegiatan pariwisata berkelanjutan, misalnya
kepariwisataan, pemerintah daerah, lingkungan hidup, dan lembaga swadaya
masyarakat. Dalam pengembangan kegiatan pariwisata berkelanjutan terdapat
dampak positif dan dampak negatif, baik dalam masalah ekonomi, sosial, dan
lingkungan alami.
14
Indonesia akan terus berkembang. Ini disebabkan oleh adanya wisatawan (orang
asing) yang datang berkunjung untuk melihat dan mengenal lebih dekat
kebudayaan asli tersebut. Hal ini tentunya juga menyebabkan terjadinya
penggalian nilai-nilai budaya asli untuk dikembangkan dan dilestarikan. Dengan
demikian pola kebudayaan tradisional seperti tempat-tempat bersejarah,
monumen-monumen, kesenian, dan adat istiadat akan tetap terpelihara dan lestari
(sustainable).
Secara umum dampak yang ditimbulkan adalah dampak positif dan dampak
negatif. Dampak positif dari pengembangan pariwisata meliputi;
15
Sedangkan dampak negatifnya dari pariwisata tersebut akan menyebabkan;
(1) terjadinya tekanan tambahan penduduk akibat pendatang baru dari luar daerah
Dampak positif dari kegiatan pariwisata terhadap budaya masyarakat lokal antara
lain; munculnya kreativitas dan inovasi budaya, akulturasi budaya, dan revitalisasi
budaya. Sedangkan dampak negatif yang sering dikawatirkan terdapat budaya
masyarakat lokal antara lain; proses komodifikasi, peniruan, dan profanisasi.
Lebih lanjut dijelaskan bahwa dampak pariwisata terhadap budaya masyarakat
lokal sebagaimana tersebut di atas disebabkan oleh tiga hal yakni: (1) masyarakat
lokal ingin memberikan hasil karya seni atau kerajinan yang bermutu tinggi
kepada pembeli (wisatawan); (2) untuk menjaga citra dan menunjukkan identitas
budaya masyarakat lokal kepada dunia luar; (3) masyarakat ingin memperoleh
uang akibat meningkatnya komersialisasi .
Subadra (2006) memberikan batasan yang lebih jelas mengenai dampak sosial-
budaya pariwisata. Dampak positif sosial budaya pengembangan pariwisata dapat
dilihat dari adanya pelestarian budaya-budaya masyarakat lokal seperti kegiatan
keagamaan, adat istiadat, dan tradisi, dan diterimanya pengembangan objek wisata
dan kedatangan wisatawan oleh masyarakat lokal. Sedangkan dampak negatif
sosial budaya pengembangan pariwisata dilihat dari respon masyarakat lokal
terhadap keberadaan pariwisata seperti adanya perselisihan atau konflik
kepentingan di antara para stakeholders, kebencian dan penolakan terhadap
pengembangan pariwisata, dan munculnya masalah-masalah sosial seperti praktek
perjudian, prostitusi dan penyalahgunaan seks (sexual abuse).
Bali sebagai salah satu objek wisata utama di Indonesia merupakan barometer
perkembangan pariwisata nasional. Oleh karena itu, Bali memegang peranan yang
penting dalam perkembangan pariwisata di Indonesia.
Sebagai daerah tujuan utama bagi wisatawan, tentu Bali tidak terlepas dari
dampak pengembangan pariwisata dari segala aspek kehidupan termasuk
16
kebudayaan. Pengembangan pariwisata di Bali yang bertumpu pada kebudayaan
Bali yang pada dasarnya bersumber pada agama Hindu, menimbulkan adanya
kegairahan penggalian, pemeliharaan, dan pengembangan aspek-aspek
kebudayaan terutama kesenian, monumen-monumen peninggalan sejarah, dan
adat istiadat. Tentu saja hal ini memberikan efek ganda yaitu bertambahnya
pendapatan masyarakat lokal dari kegiatan ini sebagai konsumsi bagi wisatawan
dan dapat menjaga kelestarian aspek-aspek kebudayaan itu sendiri. Misalnya,
pertunjukan berbagai kesenian untuk wisatawan, adanya museum untuk
menyimpan benda-benda bersejarah yang juga sebagai daya tarik wisatawan, dan
berbagai kegiatan adat istiadat yang bersifat unik.
17
pembangunan, sehingga dirasakan sangat kecil kembali pada bidang kebudayaan.
Padahal secara nyata kebudayaan itulah sebagai penopang paling besar dalam
pariwisata untuk mendatangkan devisa. Oleh karena itu, ada kesan “budaya untuk
pariwisata”. Dengan demikian, kebudayaan di sini tereksploitasi secara besar-
besaran dan hanya digunakan sebagai bahan promosi tanpa adanya usaha untuk
menjaga dan melestarikannya. Kini banyak objek wisata yang tidak tertata akibat
dana pemeliharaan yang terbatas. Salah satu contoh konkret adalah Museum
Subak yang ada di Kabupaten Tabanan, Bali. Museum ini meruapakan aset
budaya Bali yang tak ternilai harganya. Sayang, kini museum itu sepertinya hanya
tinggal kenangan.
Pada sejumlah Negara yang sedang membangunan, pengenalan yang terlalu dini
pada pemikiran dan teknologi Barat dapat menciptakan beragam masalah sosial.
Pengenalan di sector pariwisata misalnya, bagi sebuah kawan baru pada akhirnya
mengubah gaya hidup sehari-hari penduduknya. Perkembangan pariwisata yang
terlalu cepat dapat meningkatakan angka kejahatan dan sekaligus
memperkanalkan perjudian, materialism, serta keserakahan (Denis L. Foster,
2000). Lebih lanjut dikatakan bahwa pemerintah Negara yang sedang berkembang
seringkali mengkhawatirkan akibat pariwisata pada karakter bangsa. Dengan
secara menyolok menempatkan wisatawan yang makmur di tengan-tengan
penduduk local yang miskin, pariwisata seringkali menimbulkan kegelisahan.
Kegiatan pariwisata cenderung mengarah kepada kegiatan dari aksi sosial, dalam
artian bahwa kegiatan pariwisata erat kaitannya dengan tingkah laku tiap individu,
kelompok dalam melakukan perjalanan wisata serta pengaruh kegiatan pariwisata
dalam masyarakat. Dengan berkembangnya pariwisata orang-orang bebas
bergerak dari satu tempat ke tempat lain, dari lingkungan yang satu ke lingkungan
lain yang sama sekali berbeda bangsa dan agama. Orang-orang yang sedang
melakukan perjalanan wisata tersebut akan saling berhubungan langsung dengan
orang-orang yang berkebangsaan dan lingkungan lain ditempat tujuannya, dan
memperkenalkan adat kebiasaan, tingkah laku dan keinginan yang kebiasaan,
tingkah laku dan keinginan yang berbeda-beda bahkan bertolak belakang dengan
tata cara hidup (the way of life) masyarakat yang dikunjungi. Gejala ini dapat
membuat sector pariwisata menjadi suatu yang dianggap peka yang dapat
mempengaruhi hubungan antar bangsa.
Oleh sebab itu pariwisata menciptakan kontak sosial antar sesama. Kontak sosial
ini mengandung makna :
18
Memberikan kesempatan kepada kedua belah pihak untuk mengenal sikap dasar
yang dimiliki dalam pergaulan.
Selain itu terjadi pula adanya golongan yang mampu meniru tingkah laku
wisatawan yang sebenarnya tidak cocok dengan kebudayaan setempat. Golongan
ini menjadi kelompolk elit dalam masyarakat dan menambah kesenjangan antar
golongan. Dampak yang dimiliki juga terjadi apabila wisatawan berbaur dengan
masyarakat setempat, masyarakat meniru perilaku wisatawan. Penduduk setempat
tertular oleh kecanduan alkohol, narkotik, sabu-sabu bahkan pelecehan terhadap
moral seksual.
Hal ini dikatakan lebih tegas oleh Spillane (1995) bahwa dampak sosiologi
pariwisata bagi penerima wisatawan (masyarkat) adalah timbulnya hasrat untuk
meniru. Komersialisasi adat/budaya. Perubahan terhadap dari segi sosiologis ini
bukan saja menyebabkan keretakan hubungan manusiawi antara penerima serta
menciptakan suatu kesenjangan saling pengertian, akan tetapi juga akan timbul
kegoncangan ekonomi.
Menurut World Tourism Organization yang di sitih oleh Oka A Yoeti mengatakan
pengaruh pariwisata terhadap kehidupan sosial masyarakat dapat disebabkan oleh
3 hal, yaitu :
19
Dengan masuknya wisatawan asing yang silih berganti dan terjadinya intesitas
pergaulan antara yang melayani dan yang memberikan pelayanan, timbul ekses
negative demi memenuhi kebutuhan biologis masing-masing.
Namun demikian segi positip dari kepariwisataan cukup banyak. Hal itu dapat
dilihat di lapangan seperti hal-hal berikut:
1. Struktur sosial
2. Modernisasi keluarga
Kaum wanita memperoleh status baru dari petani tradisionil berubah menjadi
pedagang acungan, pemilik took cendera mata, restoran atau bekerja pada
kerajinan tangan dan karyawan hotel.
Terjadi kelonggaran perlakuan orang tua terhadap anak-anak dari disiplin ketat
menjadi anak yang bebas memilih sesuai dengan yang dicita-citakannya
Terjadinya perubahan tingkah laku kearah yang positif, terutama dalam etiket dan
cara komunikiasi antar sesama.
20
cepat tanpa ada penyaringan yang ketat terhadap kedatangan wisatawan.. Salah
satu hal adalah dimana daerah yang dituju merupakan daerah yang lemah dalam
bidang ekonomi, dengan sendirinya akan mengikuti Perkembangan dan merubah
tatanan perekonomian sendiri salah satu contoh mengubah mata pencaharian
semula yang mereka lakukan secara tradisional menjadi lebih modern.
Masalah tentang dampak Pariwisata terhadap sosial budaya selama ini lebih
cenderung mengasumsikan bahwa akan terjadi perubahan sosial-budaya akibat
kedatangan wisatawan, dengan tiga asumsi yang umum, yaitu: (Martin,
1998:171):
a. perubahan dibawa sebagai akibat adanya intrusi dari luar, umumnya dari sistem
sosial-budaya yang superordinat terhadap budaya penerima yang lebih lemah;
b. perubahan tersebut umumnya destruktif bagi budaya indigenous;
c. perubahan tersebut akan membawa pada homogenisasi budaya, dimana
identitas etnik lokal akan tenggelam dalam bayangan sistem industri dengan
teknologi barat, birokrasi nasional dan multinasional, a consumer-oriented
economy, dan jet-age lifestyles.
Menurut pendapat diatas menyiratkan bahwa di dalam melihat dampak pariwisata
terhadap sosial-budaya masyarakat setempat, pariwisata semata-mata dipandang
sebagai faktor luar yang akan merubah secara pasti terhadap social budaya pada
masyarakat local.
Pariwisata adalah suatu kegiatan yang secara langsung menyentuh dan melibatkan
masyarakat yang dituju, sehingga membawa berbagai dampak terhadap
masyarakat setempat. Oleh karena pariwisata banyak dikatakan sebagai perubah
yang laur biasa, mampu membuat masyarakat setempat mengalami perubahan
dalam berbagai aspek.
Dalam perubahan yang diakibatkan oleh Pariwisata Secara teoritis, Cohen (1984)
mengelompokkan dampak Pariwisata terhadap sosial budaya ke dalam sepuluh
kelompok besar, yaitu:
a. dampak terhadap keterkaitan dan keterlibatan antara masyarakat setempat
dengan masyarakat yang lebih luas, termasuk tingkat otonomi atau
ketergantungannya;
b. dampak terhadap hubungan interpersonal antara anggota masyarakat;
c. dampak terhadap dasar-dasar organisasi/kelembagaan sosial;
d. dampak terhadap migrasi dari dan ke daerah pariwisata;
e. dampak terhadap ritme kehidupan sosial masyarakat;
f. dampak terhadap pola pembagian kerja;
g. dampak terhadap stratifikasi dan mobilitas sosial;
h. dampak terhadap distribusi pengaruh dan kekuasaan;
i. dampak terhadap meningkatnya penyimpangan-penyimpangan sosial; dan
j. dampak terhadap bidang kesenian dan adat istiadat.
21
disimpulan, bahwa daerah tujuan wisata akan merasakan pengaruh yang luar biasa
dari wisatawan yang datang yaitu dari mengenai unsur kebudayaan universal di
daerah. Sebagai mana yang di kemukan oleh C.Kluckhohn dalam
Koentjaraningrat merumuskan 7 unsur Kebudayaan .
a. Sistem Bahasa
Bahasa yang digunakan pada daerah ini adalah Sunda dengan dialek yang sama
dengan sunda lainnya,
Bahasa yang dibunakan oleh masyarakat setempat baik berupa lisan maupun
tulisan atau berbentuk symbol simbol
b. Sistem mata Pencaharian
Untuk menunjang hidup sehari hari, setiap masyarakat pasti memiliki mata
pencaharian utama yang berbeda ditiap daerah, sehingga terdapat suku bangsa
memiliki mata pencaharian yang khas dibandingkan dengan dengan suku bangsa
lain.
c. Sistem Teknologi
Teknologi atau peralatan hidup lain yang dimiliki oleh setiap masyarakat mungkin
berbeda beda tergantung dimana masyarakat itu berada.
d. Sistem Organisasi Sosial
Suku bangsa yang merupakan kelompok mayarakat besar akan memiliki system
kemasyarakatannya yang mungkin berbeda dengan suku bangsa lain: misalnya
suku bangsa sunda dan jawa.
e. Sistem Pengetahuan
Masyarakat memilki pengetahuan yang digunakan dalam kehidupan sehari hari
baik dalam bidang agriris maupun dalam bidang pengobatan.
f. Sistem Kesenian
Masyarakat atau suku bangsa memiliki persaan yang dituangkan kedalam bentuk
benci, sedih, gembira, jengkel, bahagia dan sebagainya.perasaan timul dari setiap
individu atau masyarakat dalat dilakukan de dalam bentuk seni atau perasaan
dapat muncul karena seni.
g. Sistem Religi
Kepercayaan ditiap daerah itu berbeda merupakan warisan masa lampau dari
perjalanan hidup masyarakat bersangkutan sebagai warisan budayanya.
Keyakinan setempat yang diyakini masyarakatnya wajib dihormati oleh
masyarakat lain, begitu pula dalam upacara ritual yang berhubungan dengan
keyakinan.
22
Definisi ini adalah gabungan dari berbagai definisi yang berbeda mengenai
hakikat politik yang dikenal dalam ilmu politik. Politik juga merupakan suatu seni
dan ilmu untuk meraih kekuasaan konstitusional maupun nonkonstitusional.
berikut beberapa definisi dari politik :
23
mengangkat pamor dari daerah wisata itu sendiri . banyak kegiatan multinasional
dilakukan di daerah tujuan wisata seperti BALI. Karena bali dianggap aman ,
dengaan keramah tamahan penduduknya . sehingga mengangkat pamor bali
dimata dunia. Dan dari pariwisata akan dapat meningkatkan devisa Negara
sehingga baik untuk perekonomian .
· Banyak terjadi kasus kkn pada pemerintahan di tempat daerah wisata itu .
Contoh: bali merupakan destinasi yang aman dan terkenal di dunia , karena
budaya , alam ,dan keramah tamahan penduduknya sehingga bali sering menjadi
tuan rumah dari kegiatan politik nasional dan internasional seperti: konfrensi apec
, ktt asean, munas partai golkar dan lain-lain .
24
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
25
DAFTAR PUSTAKA
http://deddydebot.blogspot.com/2014/03/sejarah-munculnya-pariwisata-
di_19.html
http://firdaanggrainiteveler.blogspot.com/2017/04/dampak-pariwisata-
terhadap-lingkungan.html
http://pariwisatablogku.blogspot.com/2015/08/pengantar-pariwisata.html
26