Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH GEOGRAFI PARIWISATA

“ Sejarah kepariwisataan,Dampak pengembangan pariwisata


terhadap ekonomi,social budaya dan lingkungan“

Disusun Oleh Kelompok 3

Dosen Pengampu : Dr.Sugiharto M.Si


M.Farouq Ghazali Mtd S.Pd M.Sc
Nama : Rini Maya Sari (3183331009)
Paidol Siringoringo
Suci Vivi Nadea
Angela Merici Sinaga
Geby A N Turnip
Kelas : A Geografi 2018

FAKULTAS ILMU SOSIAL


UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2019
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr,Wb

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena
penulis masih dapat membuat tugas Makalah Geografi kependudukan dan
Demografi ini tepat pada waktunya. Tugas Makalah ini membahas Tentang
“Sejarah kepariwisataan , dampak pengembangan kepariwisataan terhadap
ekonomi,social budaya dan politik”.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa kajian permasalahan yang


disampaikan dalam makalah ini masih kurang sempurna karena pembuatan
makalah ini masih dalam proses pembelajaran. Kami ucapkan terimakasih
terkhusus kepada Bapak Dr.Sugiharto M.Si dan bapak M.Farouq Ghazali Mtd
S.pd M.Sc pengampu mata kuliah Geografi Pariwisata yang telah membimbing
kami dalam proses pembuatan makalah ini.
Kami berharap makalah ini dapat menjadi bahan referensi dan juga
bermanfaat bagi teman-teman yang ingin membahas mengenai topik yang sama
dengan yang kami bahas berikut.Akhir kata kami mengucapkan Terimakasih
kepada pembaca atas perhatiannya.

Wassalamualikum Wr,Wb

Medan ,17 September 2019

Kelompok 3

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................... 02

DAFTAR ISI .................................................................................................... 03

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ............................................................................................. 04

B. Tujuan Penyusunan ...................................................................................... 04

C. Rumusan Masalah ........................................................................................ 05

BAB II PEMBAHASAN

A. Sejarah Kepariwisataan ................................................................................ 06


B. Dampak pengembangan kepariwisataan terhadap ekonomi......................... 06
C. Dampak pengembangan kepariwisataan terhadap Social............................. 06
D. Dampak pengembangan kepariwisataan terhadap Budaya .......................... 07
E. Dampak pengembangan kepariwisataan terhadap Lingkungan ................... 07
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan .................................................................................................. 11
B. Saran ............................................................................................................. 11
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 12

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pariwisata adalah suatu kegiatan yang secara langsung menyentuh dan


melibatkan masyarakat, sehingga membawa berbagai manfaat terhadap
masyarakat setempat dan sekitarnya. Bahkan pariwisata dikatakan mempunyai
e.nergi dobrak yang luar biasa, yang mampu membuat masyarakat setempat
mengalami metamorphose dalam berbagai aspeknya.Pariwisata mempunyai
banyak manfaat bagi masyarakat bahkan bagi Negara sekalipun,m anfaat
pariwisata dapat dilihat dari berbagai aspek/segi yaitu manfaat pariwisata dari segi
ekonomi, sosial budaya, lingkungan hidup, nilai pergaulan dan ilmu pengetahuan,
serta peluang dan kesempatan kerja.
B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana sejarah kepariwisataan ?


2. Dampak pengembangan kepariwisataan terhadap ekonomi ?
3. Dampak pengembangan kepariwisataan terhadap Social ?
4. Dampak pengembangan kepariwisataan terhadap budaya ?
5. Dampak pengembangan kepariwisataan terhadap Lingkungan ?

C. Tujuan Penyusunan

Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui bagaimana


sejarah kepariwisataan itu sendiri.Serta dapat memberikan wawasan atau
pengetahuan tentang dampak pengembangan kepariwisataan terhadap
ekonomi,social ,budaya dan lingkungan.

4
BAB II

PEMBAHASAN

1. Sejarah kepariwisataan

Munculnya pariwisata di Indonesia , diketahui sudah sejak lama. Seperti


perjalanan kerajaan-kerajaan atau utusannya ke berbagai belahan di nusantara.
Menurut Yoeti (1996:2), berdasarkan kurun waktu perkembangan, sejarah
pariwisata indonosia bisa dibagi tiga, yaitu :

1) Masa Penjajahan Belanda


Kegiatan kepariwisataan dimulai dengan penjelajahan yang dilakukan
pejabat pemerintah, missionaris atau orang swasta yang akan membuka usaha
perkebunan di daerah pedalaman. Para pejabat Belanda yang dikenai kewajiban
untuk menulis laporan pada setiap akhir perjalannannya. Pada laporan itu terdapat
keterangan mengenai peninggalan purbakala, keindahan alam, seni budaya
masyarakat nusantara. Pada awal abad ke-12, daerah Hindia Belanda mulai
berkembang menjadi suatu daerah yang mempunyai daya tarik luar biasa bagi
para pengadu nasib dari negara Belanda. Mereka membuka lahan perkebunan
dengan skala kecil. Perjalanan dari satu daerah ke daerah lain , dari nusantara ke
negara Eropa menjadi hal yang lumrah, sehingga dibangunlah sarana dan
prasarana penunjang kegiatan tersebut.
Kegiatan Kepariwisataan masa penjajahan Belanda dimuali secara resmi
sejak tahun 1910-1912 setelah keluarnya keputusan Gurbenur Jendral atas
pembentukan Vereeneging Toeristen Verkeer ( VTV ) yang merupakan suatu biro
wisata pada masa itu. Saat itu kantuntor tersebut juga digunakan sebagai maskapai
swasta belanda KNILM (Koninklijke Nederlandsch Indische Luchtfahrt
Maatschapijj) yang memegang monopoli kawasan Hindia Belanda saat itu.
Meningkatnya perdangan antar benua eropa , Asia dan Indonesia pada khususnya,
meningkatnya lalu lintas manusia yang meakukan perjalanan untuk berbagai
kepentingan masing-masing. Untuk memberikan pelayanan kepada mereka yang

5
melakukan perjalanan ini, maka didirikannya pertama kali suatu cabang Travel
Agent di Jalan Majapahit No,2 Jakarta pada tahun 1926 yang bernama Lissone
Lindemend(LISIND) yang berpusat di Belanda. Sekarang tempat tersebut
digunakan oleh PT.NITOUR.
Tahun 1928 Lislind berganti menjadi NITOUR(Nederlandche Indische Touristen
Bureau) yang merupakan dari KNILM. Saat ini, kegiatan pariwisata lebih banyak
disominasi kaum kulit putih saja, sedangkan untuk bangsa pribumi bisa dikatakan
tidak ada. Perusahaan perjalanan wisata saat itu tidak berkembang karena
NITOUR dan KNILM memegang monopoli.
Pertumbuhan Hotel di Indonesia sesungguhnya mulai dikenal sejak abad
ke-19, meskipun terbatas pada beberapa hotel seperti Batavia;Hotel Des
Indes;Hotel der nederland, Hotel Royal, dan Hotel Rijswijk. Di Surabaya berdiri
pula Hotel Sarkies, Hotel Oranye, di Semarang didirikan Hotel Du Pavillion
kemudian di medan berdiri Hotek de Boer, da Hotel Astoria, di Makassar Hotel
Grand dan Hotel Staat. Fungsi Hotel Pada masa-masa itu banyak digunakan untuk
penumpang kapal laut dari Eropa menngingat belum adanya kendaraan bermotor
untuk membawa tamu-tamu tersebut dari pelabuhan ke hotek dan sebaliknya,
maka yang digunakan kereta kuda serupa cikar.Memasuki abad ke-20, barulah
perkembangan akomodasi hotel ke kota lainnya. Seperti Grand Hotel Yogyakarta,
Hotel salak di Bogor dan lain-lain.

2) Masa Pendudukan Jepang


Pada Perang Dunia ke II, yang disusul dengan pendudukan Jepang ke
Indonesia keadaan pariwisata di Indonesia sangat terlantar. Semuanya porak
poranda, kesempatan dan keadaa yang tidak menenu ekonomi yang sangat sulit,
kelangkaan pangan, papan dan sandang tidak memungkinkan orang untuk
berwisata. Kunjungan mancanegara pada masa itu bisa dibilang tidak ada.

3) Setelah Indonesia Merdeka


Setelah Indonesia merdeka, perkembangan pariwisata di Indonesia mulai
merangkak. Pada tanggal 1 Juli 1947 dibetuklah organisasi perhotelan pertama di
Indonesia yang disebut Badan Pusat Hotel.

6
Sektor pariwisata mulai berkembang dengan geliatnya. Hal ini ditandai dengan
Surat Keputusan Wakil Presiden (Dr. Mohamad Hatta)csebagai Ketua Panitia
Pemikir siasat Ekonomi di Yogyakarta untuk mendirikan suatu badan yang
mengelola hotel-hotel yang sebelumnya dikuasai pemerintah pendudukan, badan
tersebut bernama HONET(Hotel National & Tourism ) dan diketahui oleh R
Tjipto Ruslan. Badan tersebut segera mengambil alih hotel-hotel di daerah
Yigyakarta, Surakarta, Madiun, cirebon, Pekalongan, Sukabumi, Malang,
Sarangan, dan semua itu diberi nama Hotel Merdeka.
Tahun 1949 terjadinya KMB(Konferensi Meja Bundar) mengakibatkan HONET
dibubarkan. Karena isi salah satu perjanjian KMB adalah bahwa seluruh harta
kekayaan milik Belanda harus dikembalikan ke pemiliknya. Sehingga selanjutnya
berdiri badan hukum yang dinamakan NV HONET yang merupakan badan satu-
satunya yang beraktivitas di bidang perhotelan dan pariwisata,
Tahun 1952 dengan keputusan Presiden RI, dibentuk panitia Inter Departemental
Urusan Turisme yang diketuai oleh Nazir St, Pamuncak dengan sekretaris RAM
Sastrodanukusumo. Salah satu tugas panitia tersebut adalah menjaga
kemungkinan terbukanya kembali indonesia sebagai DTW(Daerah Tujuan
Wisata).
Tahun 1953 , beberapa tokoh perhotelan mendirikan Serikat Gabungan
Hotel dan Tourisme Indonesia (SERGAHTI) diketuai oleh A Tambayong.
Keanggotaan SERGAHTI pada saat itu mencangkup seluruh hotel di Indonesia.
Tahun 1955, selan SERGAHTI, beberapa pejabat negara yang jabatannya ada
kaitannya dengan dunia pariwisata serta beberapa anggota elite masyarakat yang
peduli terhasap potensi pariwisata Indonesia mendirikan Yayasan Tourisme
Indonesia atau YTI yang nantinya disebut DEPARI(Dewan Pariwisata Indonesia)
yang menjadi cikal bakal Departemen Pariwisata dan Budaya Indonesia.

2. Dampak pengembangan Pariwisata

a.Dampak Pariwisata terhadap Perekonomi

Dampak Pariwisata Terhadap Perekonomian Industri pariwisata


menghasilkan manfaat ekonomi yang besar baik bagi Negara tuan rumah, maupun
Negara asal para turis. Salah satu motivasi utama sebuah Negara mempromosikan

7
dirinya sebagai Negara dengan tujuan wisata adalah timbul kemajuan dalam
ekonomi, terutama bagi Negara-negara berkembang. Bersamaan dengan dampak
lainnya, peningkatan ekonomi yang begitu pesat juga terjadi dengan berbagai
keuntungan dan kerugian. Dapak besar pariwisata terlihat dari data World
Tourism Organization, pada tahun 2000, 698 juta orang melakukan perjalanan ke
luar negeri dan menghabiskan lebih dari 478 juta US dollar. Gabungan dari
pendapatan pariwisata internasioanl dengan pendapatan transportasi maka
menghasilkan lebih dari 575 juta US dollar, yang membuat pariwisata menjadi
penghasil ekspor terbesar di dunia diikuti oleh produk otomotif, bahan kimia,
minyak bumi, dan makanan. Namun, banyak kerugian tersembunyi dari pariwisata
yaitu, adanya dampakdampak pada ekonomi yang tidak diharapkan oleh
penduduk setempat. Seringkali keuntungan pariwisata sebuah Negara maju lebih
tinggi dari Negara berkembang. Padahal Negara berkembang lebih membutuhkan
pendapatan tambahan, pekerjaan, dan peningkatan standar hidup lewat pariwisata.
Berdasarkan kenyataan tersebut, berbagai alasan muncul antara lain, karena
adanya transfer besar-besaran pendapatan pariwisata dari Negara tuan rumah,
kemudian kurang diperhatikannya bisnis dan produk dalam negeri.

Dampak Positifnya

1. Membuka lapangan kerja bagi penduduk lokal di bidang pariwisata seperti :


tour guide, waiter, bell boy, dan lain-lain.

2. Dibangunnya fasilitas dan infrastruktur yang lebih baik demi kenyamanan para
wisatawan yang juga secara langsung dan tidak langsung bisa dipergunakan oleh
penduduk lokal pula. Seperti : tempat rekreasi, mall, dan lain-lain.

3.Mendapatkan devisa (national balance payment) melalui pertukaran mata uang


asing (foreign exchange).

4.Mendorong seseorang untuk berwiraswasta / wirausaha, contoh : pedagang


kerajinan, penyewaan papan selancar, pemasok bahan makanan dan bunga ke
hotel,dan lain-lain.

5. Meningkatkan pendapatan masyarakat dan juga pendapatan pemerintah.

6. Memberikan keuntungan ekonomi kepada hotel dan restaurant. Contohnya,


wisatawan yang pergi berwisata bersama keluarganya memerlukan kamar yang
besar dan makanan yang lebih banyak. Dampak ekonomi tidak langsung dapat
dirasakan oleh pedagang-pedagang di pasar karena permintaan terhadap
barang/bahan makanan akan bertambah.

Dampak negatifnya

1.Bahaya ketergantungan yang sangat mendalam terhadap pariwisata.

8
2. Meningkatkan inflasi dan harga jual tanah menjadi mahal.

3.Meningkatkan impor barang dari luar negri, terutama alat-alat teknologi modern
yang digunakan untuk memberikan pelayanan bermutu pada wisatawan dan juga
biaya-biaya pemeliharaan fasilitas-fasilitas yang ada.

4.Produksi yang bersifat musiman menyebabkan rendahnya tingkat pengembalian


modal awal

5.Terjadi ketimpangan daerah dan memburuknya kesenjangan pendapatan antara


beberapa kelompok masyarakat.

6.Hilangnya kontrol masyarakat lokal terhadap sumber daya ekonomi.

Naisbitt dalam “Global Paradox” menjelaskan bahwa pariwisata merupakan


penyumbang bagi ekonomi global yang tidak ada tandingannya di masa yang akan
datang. Adapun pertimbangannya adalah:

1. Pariwisata memperkerjakan 204 juta orang diseluruh dunia atau satu dari
setiap Sembilan pekerja, yaitu 10,6 persen dari angkatan kerja.

2. pariwisata adalah penyumbangan ekonomi terkemuka di dunia, yang


menghasilkan 10,2 persen produk domestic bruto dunia .

3. pariwisata adalah produsen terkemuka untuk mendapatkan pajak sebesar $


55 miliar.

Global ekonomi dan perluasan pasar dunia merupakan dua fenomena yang
keberadaannya menyejarah. Pada saat ini globalisasi ekonomi dan perluasan pasar
memiliki kekuatan, cakupan dan kecepatan yang belum pernah terbayangkan
sebelumnya. Secara konkirt globalisasi ekonomi ditandai dengan perubahan mode
of production masyarakat, yaitu dari subsistensi ke orientasi pasar-pasar regional,
seperti APEC, NAFTA, AFTA dsb. Secara kelembagaan menjelma dalam
percepatan komersial. Dampak yang ditimbulkan adalah terjadinya perubahan
sosial, seperti merebaknya tindakan individu yang lebih didasarkan pada
rasionalitas ekonomi (Heru Nugroho, 1996).

Akibatnya terjadi akselerasi tindakan komersial di segala penjuru masyarakat


capital dengan leluasa dapat bergerak tanpa memiliki “bendera: dan menembus
setiap batas teritori Negara. Investasi modal yang dilakukan oleh perusahaan
trans-nasional tumbuh dan berkembang melanda setiap penjuru dunia sehingga
membentuk konfigurasi perekonomian global. Didorong oleh motif mengejar
keuntungan global. Didorong oleh motif mengejar keuntungan global maka telah
tumbuh tiga kawasan megamarket dunia (Heru Nugroho, 1996). Yaitu Uni Eropa,
Amerika utara dan Asia Timur dan Tenggara. Pertumbuhan ekonomi dunia

9
diperngaruhi life style terutama dalam memanfaatkan waktu luang sehingga wajar
kalau frekuensi mobilitas penduduk dunia tinggi.

Ada sebuah prediksi bahwa pada tahun 2005 mencapai 11.000.000 orang ke
Indonesia. Prediksi ini merupakan peluang sekaligus dunia yang semakin global
tuntutan pelayanan terhadap wisma berstandar international atau mengacu pada
rumusan WTO (Word Trade Organization).

Indonesia pada saat ini masih jauh tertinggal dalam menyerap arus wisatawan
yang berdatangan ke kawasan Asia Pasifik. Oleh karenanya belum banyak
memperoleh devisa dari sector pariwata guna pembangunan nasionalnya (JJ.
Spillane, 1995).

Oleh karena itu pariwisata perlu mendapat perhatian yang serius dari pembuat
kebijakan dalam negeri dan perancang kesepakatan perdagangan internasional,
mengingat pariwisata di masa dating merupakan penyumbang besar kesejahteraan
ekonomi dunia.

Pada visa pariwisata Indonesia tahun 2005, industry pariwisata nasional


dicanangkan menjadi penghasil devisa utama. Mengingat wisatawan itu
membelanjakan uangnya yang diterima di Negara yang dikunjungi (Indonesia),
maka dengan sendirinya penerima dari wisatawan manca Negara merupakan fakta
penting agar neraca pembayaran menguntungkan. Pariwisata merupakan bagian
darinya yang dikaitkan tanpa dapat dilepas dengan sector ekonomi lain.
Pemasukan dari pariwisata itu tidak hany dari uang yang dibelanjakan oleh
wisatawan, melainkan dari pembangunan pariwisata yang menarik modal asing,
seperti Hotel-hotel bertaraf international dibangun, pembangunan sarana jalan,
airport, pelabuhan, kawasan wisata, telekomunikasi dan lain-lain. Akan tetapi
penerimaan dari pariwisata menambah besar volume uang di dalam masyarakat
dan kondisi ini dapat menimbulakan inflansi. Apabila produksi dalam negeri tidak
bertambah. Hal inilah yang menyebabkan di kawasan pariwisata harga-harga
biasanya jauh lebih mahal dari pada kawasan lain terutama yang bukan kawasan
pariwasta.

Sarana pariwisata seperti hotel, restoran, perusahaan perjalanan adalah merupakan


usaha-usaha yang dapat karya (labour intersive). Selain itu pariwisata juga
menciptakan tidak langsung berhubungan dengan pariwisata misalnya bidang
konstruksi bangunan, jalan dan lain-lain.

Disisi lain dengan pembangunan pariwisata meningkatkan usaha sector informal,


juga menimbulkan menjamurnya pedagang asongan. Khusus untuk pedangan
asongan ini di beberapa kelemahan antara lain:

- Dilakukan oleh anak-anak dibawah umur, mereka cenderung


mengutamakan uang dari pada sekolah.

10
- Maraknya pedagang asongan membuat kenyamanan wisatawan terganggu,
karena ada unsur pemaksaan dari mereka.

- Beralihnya tenaga kerja sector produksi pertania ke perdagangan.

b.Dampak Pariwisata terhadap Llingkungan

Industri pariwisata memiliki hubungan erat dan kuat dengan lingkungan fisik.
Lingkungan alam merupakan aset pariwisata dan mendapatkan dampak karena
sifat lingkungan fisik tersebut yang rapuh (fragile), dan tak terpisahkan
(Inseparability). Bersifat rapuh karena lingkungan alam merupakan ciptaan Tuhan
yang jika dirusak belum tentu akan tumbuh atau kembali seperti sediakala.
Bersifat tidak terpisahkan karena manusia harus mendatangi lingkungan alam
untuk dapat menikmatinya.

Lingkungan fisik adalah daya tarik utama kegiatan wisata. Lingkungan fisik
meliputi lingkungan alam (flora dan fauna, bentangan alam, dan gejala alam) dan
lingkungan buatan (situs kebudayaan, wilayah perkotaan, wilayah pedesaan, dan
peninggalan sejarah).

Secara teori, hubungan lingkungan alam dengan pariwisata harus mutual dan
bermanfaat. Wisatawan menikmati keindahan alam dan pendapatan yang
dibayarkan wisatawan digunakan untuk melindungi dan memelihara alam guna
keberlangsungan pariwisata. Hubungan lingkungan dan pariwisata tidak
selamanya simbiosa yang mendukung dan menguntungkan sehingga upaya
konservasi, apresiasi, dan pendidikan dilakukan agar hubungan keduanya
berkelanjutan, tetapi kenyataan yang ada hubungan keduanya justru memunculkan
konflik. Pariwisata lebih sering mengeksploitasi lingkungan alam.

Dampak pariwisata terhadap lingkungan fisik merupakan dampak yang mudah


diidentifikasi karena nyata. Pariwisata memberikan keuntungan dan kerugian,
sebagai berikut :

1. Air

Air mendapatkan polusi dari pembuangan limbah cair (detergen pencucian linen
hotel) dan limbah padat(sisa makanan tamu). Limbah-limbah itu mencemari laut,
danau dan sungai. Air juga mendapatkan polusidari buangan bahan bakar minyak
alat transportasi air seperti dari kapal pesiar.Akibat dari pembuangan limbah,
maka lingkungan terkontaminasi, kesehatan masyarakat terganggu, perubahan dan
kerusakan vegetasi air, nilai estetika perairan berkurang (seperti warna laut
berubah dari warnabiru menjadi warna hitam) dan badan air beracun sehingga
makanan laut (seafood) menjadi berbahaya.Wisatawan menjadi tidak dapat mandi
dan berenang karena air di laut, danau dan sungai tercemar.Masyarakat dan
wisatawan saling menjaga kebersihan perairan.Guna mengurangi polusi air, alat

11
transportasi air yang digunakan, yakni angkutan yang ramah lingkungan, seperti :
perahu dayung, kayak, dan kano.

2. Atmosfir

Perjalanan menggunakan alat transportasi udadra sangat nyaman dan cepat.


Namun, angkutan udara berpotensi merusak atmosfir bumi. Hasil buangan
emisinya dilepas di udara yang menyebabkan atmosfir tercemar dan gemuruh
mesin pesawat menyebabkan polusi suara. Selain itu, udara tercemar kibat emisi
kendaraan darat (mobil, bus) dan bunyi deru mesin kendaraan menyebabkan
kebisingan. Akibat polusi udara dan polisi suara, maka nilai wisata berkurang,
pengalaman menjadi tidak menyenangkan dan memberikandampak negatif bagi
vegetasi dan hewan.Inovasi kendaraan ramah lingkungan dan angkutan udara
berpenumpang massal (seperti pesawat Airbus380 dengan kapasitas 500
penumpang) dilakukan guna menekan polusi udara dan suara. Anjuran
untukmengurangi kendaraan bermotor juga dilakukan dan kampanye berwisata
sepeda ditingkatkan.

3. Pantai dan pulau

Pantai dan pulau menjadi pilihan destinasi wisata bagi wisatawan. Namun, pantai
dan pulau sering menjaditempat yang mendapatkan dampak negatif dari
pariwisata. Pembangunan fasilitas wisata di pantai dan pulau, pendirian prasarana
(jalan, listrik, air), pembangunan infrastruktur (bandara, pelabuhan)
mempengaruhi kapasitas pantai dan pulau.Lingkungan tepian pantai rusak (contoh
pembabatan hutan bakau untuk pendirian akomodasi tepi pantai),kerusakan
karang laut, hilangnya peruntukan lahan pantai tradisional dan erosi pantai
menjadi beberapaakibat pembangunan pariwisata.Preservasi dan konservasi pantai
dan laut menjadi pilihan untuk memperpanjang usia pantai dan laut. Pencanangan
taman laut dan kawasan konservasi menjadi pilihan. Wisatawan juga ditawarkan
kegiatan ekowisata yang bersifat ramah lingkungan. Beberapa pengelola pulau
(contoh pengelola Taman NasionalKepulauan Seribu) menawarkan paket
perjalanan yang ramah lingkungan yang menawarkan aktivitas menanam lamun
dan menanam bakau di laut.

4. Pegunungan dan area liar

Wisatawan asal daerah bermusim panas memilih berwisata ke pegunungan untuk


berganti suasana. Aktivitas di pegunungan berpotensi merusak gunung dan area
liarnya. Pembukaan jalur pendakian, pendirian hotel di kaki bukit, pembangunan
gondola (cable car), dan pembangunan fasilitas lainnya merupakanbeberapa
contoh pembangunan yang berpotensi merusak gunung dan area liar. Akibatnya
terjadi tanahlongsor, erosi tanah, menipisnya vegetasi pegunungan (yang bisa
menjadi paru-paru masyarakat) ,potensi polusi visual dan banjir yang berlebihan

12
karena gunung tidak mampu menyerap air hujan. Reboisasi (penanaman kembali
pepohonan di pegunungan) dan peremajaan pegunungan dilakukan sebagai upaya
pencegahan kerusakan pegunungan dan area liar.

5. Vegetasi

Pembalakan liar, pembabatan pepohonan, bahaya kebakaran hutan (akibat api


unggun di perkemahan),koleksi bunga, tumbuhan dan jamur untuk kebutuhan
wisatawan merupakan beberapa kegiatan yang merusak vegetasi. Akibatnya,
terjadi degradasi hutan (berpotensi erosi lahan), perubahan struktur
tanaman(misalnya pohon yang seharusnya berbuah setiap tiga bulan berubah
menjadi setiap enam bulan, bahkanmenjadi tidak berbuah), hilangnya spesies
tanaman langka dan kerusakan habitat tumbuhan. Ekosistemvegetasi menjadi
terganggu dan tidak seimbang.

6. Kehidupan satwa liar

Kehidupan satwa liar menjadi daya tarik wisata yang luar biasa. Wisatawan
terpesona dengan pola hiduphewan. namun, kegiatan wisata mengganggu
kehidupan satwa-satwa tersebut. Komposisi fauna berubahakibat:pemburuan
hewan sebagai cinderamata, pelecehan satwa liar untuk fotografi, eksploitasi
hewan untuk pertunjukan, gangguan reproduksi hewan (berkembang biak),
perubahan insting hewan (contohhewan komodo yang dahulunya hewan ganas
menjadi hewan jinak yang dilindungi), migrasi hewan (ketempat yang lebih baik).
Jumlah hewan liar berkurang, akibatnya ketika wisatawan mengunjungi daerah
wisata, ia tidak lagi mudah menemukan satwa-satwa tersebut

7. Situs sejarah, budaya, dan keagamaan

Penggunaan yang berlebihan untuk kunjungan wisata menyebabkan situs sejarah,


budaya dan keagamaanmudah rusak. Kepadatan di daerah wisata, alterasi fungsi
awal situs, komersialisasi daerah wisasta menjadi beberapa contoh dampak negatif
kegiatan wisata terhadap lingkungan fisik. Situs keagamaan didatangi oleh banyak
wisatawan sehingga mengganggu fungsi utama sebagai tempat ibadah yang suci.
Situs budaya digunakan secara komersial sehingga dieksploitasi secara berlebihan
(contoh Candi menampung jumlah wisatawan yang melebihi kapasitas). Kapasitas
daya tampung situs sejarah, budaya dan keagamaan dpat diperkirakan dan
dikendalikan melalui manajemen pengunjung sebagai upaya mengurangi
kerusakan pada situs sejarah, budaya dan keagamaan. Upaya konservasi dan
preservasi serta renovasi dapat dilakukan untuk memperpanjang usia situs-situs
tersebut

8. Wilayah perkotaan dan pedesaan

13
Pendirian hotel, restoran, fasilitas wisata, toko cinderamata dan bangunan lain
dibutuhkan di daerah tujuanwisata. Seiring dengan pembangunan itu, jumlah
kunjungan wisatawan, jumlah kendaraan dan kepadatan lalu lintas jadi meningkat.
Hal ini bukan hanya menyebabkan tekanan terhadap lahan, melainkan juga
perubahan fungsi lahan tempat tinggal menjadi lahan komersil, kemacetan lalu
lintas, polusi udara dan polusi estetika (terutama ketika bangunan didirikan tanpa
aturan penataan yang benar). Dampak buruk itu dapatdiatasi dengan melakukan
manajemen pengunjung dan penataan wilayah kota atau desa serta membedayakan
masyarakat untuk mengambil andil yang besar dalam pembangunan.

Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki keanekagaraman hayati


yang sangat tinggi yang berupa sumber daya alam yang berlimpah, baik di
daratan, udara maupun di perairan. Semua potensi tersebut mempunyai peranan
yang sangat penting bagi pengembangan kepariwisataan, khususnya wisata alam.

Sasaran tersebut di atas dapat tercapai melalui pengelolaan dan pengusahaan yang
benar dan terkoordinasi, baik lintas sektoral maupun swasta yang berkaitan
dengan pengembangan kegiatan pariwisata berkelanjutan, misalnya
kepariwisataan, pemerintah daerah, lingkungan hidup, dan lembaga swadaya
masyarakat. Dalam pengembangan kegiatan pariwisata berkelanjutan terdapat
dampak positif dan dampak negatif, baik dalam masalah ekonomi, sosial, dan
lingkungan alami.

Oleh karena itu dalam pembangunan sektor kepariwisataan harus memperhatian


kaidah-kaidah pengelolaan lingkungan hidup mengingat salah satu unsur wisata
adalah sumber daya alam yang merupakan bagian dari lingkungan hidup.
Pengembangan sektor pariwisata yang tidak memperhatikan aspek lingkungan
hidup dapat berdampak negatif pada perkembangan pariwisata itu sendiri pada
masa yang akan datang.

c.Dampak Pariwisata terhadap Kebudayaan

Dampak yang ditimbulkan oleh pariwisata terhadap kebudayaan tidak terlepas


dari pola interaksi di antaranya yang cenderung bersifat dinamika dan positif.
Dinamika tersebut berkembang, karena kebudayaan memegang peranan yang
penting bagi pembangunan berkelanjutan pariwisata dan sebaliknya pariwisata
memberikan peranan dalam merevitalisasi kebudayaan. Ciri positif dinamika
tersebut diperlihatkan dengan pola kebudayaan mampu meningkatkan pariwisata
dan pariwisata juga mampu memajukan kebudayaan. (Geriya, 1996: 49).

Paparan di atas menandakan perkembangan pariwisata dapat memberikan dampak


yang positif terhadap kebudayaan. Di sini akan terjadi akulturasi kebudayaan,
karena adanya interaksi masyarakat lokal dengan wisatawan. Di samping itu,
kebudayaan-kebudayaan daerah yang merupakan bagian dari kebudayaan nasional

14
Indonesia akan terus berkembang. Ini disebabkan oleh adanya wisatawan (orang
asing) yang datang berkunjung untuk melihat dan mengenal lebih dekat
kebudayaan asli tersebut. Hal ini tentunya juga menyebabkan terjadinya
penggalian nilai-nilai budaya asli untuk dikembangkan dan dilestarikan. Dengan
demikian pola kebudayaan tradisional seperti tempat-tempat bersejarah,
monumen-monumen, kesenian, dan adat istiadat akan tetap terpelihara dan lestari
(sustainable).

Dampak positif pariwisata terhadap kebudayaan seperti disebutkan di atas sejalan


dengan pemikiran Sihite (2000: 76) yang menyebutkan secara garis besar dampak
positif pariwisata terhadap kebudayaan dapat dilihat pada hal-hal berikut:

a. Merupakan perangsang dalam usaha pemeliharaan monumen-monumen budaya


yang dapat dinikmati oleh penduduk setempat dan wisatawan.

b. Merupakan dorongan dalam usaha melestarikan dan menghidupkan kembali


beberapa pola budaya tradisional seperti kesenian, kerajinan tangan, tarian, musik,
upacara-upacara adat, dan pakaian.

c. Memberikan dorongan untuk memperbaiki lingkungan hidup yang bersih dan


menarik.

d. Terjadinya tukar-menukar kebudayaan antara wisatawan dan masyarakat lokal.


Misalnya, wisatawan dapat lebih banyak mengenal kebudayaan serta lingkungan
yang lain dan penduduk lokal juga mengetahui tempat-tempat lain dari cerita
wisatawan.

e. Mendorong pendidikan di bidang kepariwisataan untuk menghasilkan Sumber


Daya Manusia di bidang kepariwisataan yang handal

Perkembangan pariwisata yang sangat pesat dan terkosentrasi dapat menimbulkan


berbagai dampak.

Secara umum dampak yang ditimbulkan adalah dampak positif dan dampak
negatif. Dampak positif dari pengembangan pariwisata meliputi;

(1) memperluas lapangan kerja

(2) bertambahnya kesempatan berusaha

(3) meningkatkan pendapatan

(4) terpeliharanya kebudayaan setempat

(5) dikenalnya kebudayaan setempat oleh wisatawan.

15
Sedangkan dampak negatifnya dari pariwisata tersebut akan menyebabkan;

(1) terjadinya tekanan tambahan penduduk akibat pendatang baru dari luar daerah

(2) timbulnya komersialisasi

(3) berkembangnya pola hidup konsumtif

(4) terganggunya lingkungan

(5) semakin terbatasnya lahan pertanian

(6) pencernaan budaya

(7) terdesaknya masyarakat setempat

Dampak positif dari kegiatan pariwisata terhadap budaya masyarakat lokal antara
lain; munculnya kreativitas dan inovasi budaya, akulturasi budaya, dan revitalisasi
budaya. Sedangkan dampak negatif yang sering dikawatirkan terdapat budaya
masyarakat lokal antara lain; proses komodifikasi, peniruan, dan profanisasi.
Lebih lanjut dijelaskan bahwa dampak pariwisata terhadap budaya masyarakat
lokal sebagaimana tersebut di atas disebabkan oleh tiga hal yakni: (1) masyarakat
lokal ingin memberikan hasil karya seni atau kerajinan yang bermutu tinggi
kepada pembeli (wisatawan); (2) untuk menjaga citra dan menunjukkan identitas
budaya masyarakat lokal kepada dunia luar; (3) masyarakat ingin memperoleh
uang akibat meningkatnya komersialisasi .

Subadra (2006) memberikan batasan yang lebih jelas mengenai dampak sosial-
budaya pariwisata. Dampak positif sosial budaya pengembangan pariwisata dapat
dilihat dari adanya pelestarian budaya-budaya masyarakat lokal seperti kegiatan
keagamaan, adat istiadat, dan tradisi, dan diterimanya pengembangan objek wisata
dan kedatangan wisatawan oleh masyarakat lokal. Sedangkan dampak negatif
sosial budaya pengembangan pariwisata dilihat dari respon masyarakat lokal
terhadap keberadaan pariwisata seperti adanya perselisihan atau konflik
kepentingan di antara para stakeholders, kebencian dan penolakan terhadap
pengembangan pariwisata, dan munculnya masalah-masalah sosial seperti praktek
perjudian, prostitusi dan penyalahgunaan seks (sexual abuse).

Bali sebagai salah satu objek wisata utama di Indonesia merupakan barometer
perkembangan pariwisata nasional. Oleh karena itu, Bali memegang peranan yang
penting dalam perkembangan pariwisata di Indonesia.

Sebagai daerah tujuan utama bagi wisatawan, tentu Bali tidak terlepas dari
dampak pengembangan pariwisata dari segala aspek kehidupan termasuk

16
kebudayaan. Pengembangan pariwisata di Bali yang bertumpu pada kebudayaan
Bali yang pada dasarnya bersumber pada agama Hindu, menimbulkan adanya
kegairahan penggalian, pemeliharaan, dan pengembangan aspek-aspek
kebudayaan terutama kesenian, monumen-monumen peninggalan sejarah, dan
adat istiadat. Tentu saja hal ini memberikan efek ganda yaitu bertambahnya
pendapatan masyarakat lokal dari kegiatan ini sebagai konsumsi bagi wisatawan
dan dapat menjaga kelestarian aspek-aspek kebudayaan itu sendiri. Misalnya,
pertunjukan berbagai kesenian untuk wisatawan, adanya museum untuk
menyimpan benda-benda bersejarah yang juga sebagai daya tarik wisatawan, dan
berbagai kegiatan adat istiadat yang bersifat unik.

Adanya dampak positif pariwisata terhadap kebudayaan menunjukkan adanya


keselarasan ungkapan yang mengatakan “Pariwisata untuk Kebudayaan”. Artinya,
pengembangan pariwisata benar-benar memberikan dampak yang positif terhadap
perkembangan kebudayaan dalam arti yang luas. Ini artinya, perkembangan
pariwisata secara positif dapat memperkokoh kebudayaan Indonesia.
Di samping memberikan dampak yang positif, pengembangan pariwisata juga
dapat menimbulkan masalah. Di samping pariwisata dapat mengembangkan dan
melestarikan kebudayaan, sering juga terjadi sebaliknya yaitu tereksploitasinya
kebudayaan secara berlebihan demi kepentingan pariwisata. Tentu hal ini akan
berdampak negatif terhadap perkembangan kebudayaan. Ini sering terjadi akibat
adanya komersialisasi kebudayaan dalam pariwisata. Artinya, memfungsikan
pola-pola kebudayaan seperti kesenian, tempat-tempat sejarah, adat istiadat, dan
monumen-monumen di luar fungsi utamanya demi kepentingan pariwisata. Inilah
suatu masalah yang dihadapi sekaligus tantangan dalam pengembangan pariwisata
budaya. Hal ini juga dialami oleh Bali sebagai daerah tujuan wisata di Indonesia.

Perkembangan pariwisata memang dapat menumbuhkembangkan aspek-aspek


kebudayaan seperti kesenian dan adat istiadat di Bali. Akan tetapi, di balik itu
ternyata juga muncul permasalahan akibat terlalu tereksploitasinya aspek-aspek
tadi. Misalnya, munculnya berbagai kesenian yang awalnya hanya dipentaskan
untuk kepentingan upacara agama, kemudian dipertunjukkan untuk kepentingan
wisatawan. Demikian juga dijadikannya tempat suci sebagai objek wisata. Ini
merupakan fakta terjadinya komersialisasi budaya dalam pariwisata, karena
berubahnya atau bertambahnya fungsi di samping fungsi utamanya.

Di samping terjadinya komersialisasi, tampaknya yang perlu juga menjadi


pemikiran kita bersama, yaitu pola pembinaan kebudayaan dalam arti luas sebagai
pendukung kepariwisataan. Sudah menjadi kenyataan devisa yang dihasilkan dari
pengembangan pariwisata, digunakan oleh negara untuk melaksanakan
pembangunan di segala bidang. Devisa itu dibagi-bagi ke semua aspek

17
pembangunan, sehingga dirasakan sangat kecil kembali pada bidang kebudayaan.
Padahal secara nyata kebudayaan itulah sebagai penopang paling besar dalam
pariwisata untuk mendatangkan devisa. Oleh karena itu, ada kesan “budaya untuk
pariwisata”. Dengan demikian, kebudayaan di sini tereksploitasi secara besar-
besaran dan hanya digunakan sebagai bahan promosi tanpa adanya usaha untuk
menjaga dan melestarikannya. Kini banyak objek wisata yang tidak tertata akibat
dana pemeliharaan yang terbatas. Salah satu contoh konkret adalah Museum
Subak yang ada di Kabupaten Tabanan, Bali. Museum ini meruapakan aset
budaya Bali yang tak ternilai harganya. Sayang, kini museum itu sepertinya hanya
tinggal kenangan.

d.Dampak Pariwisata dari Aspek Sosial

Pada sejumlah Negara yang sedang membangunan, pengenalan yang terlalu dini
pada pemikiran dan teknologi Barat dapat menciptakan beragam masalah sosial.
Pengenalan di sector pariwisata misalnya, bagi sebuah kawan baru pada akhirnya
mengubah gaya hidup sehari-hari penduduknya. Perkembangan pariwisata yang
terlalu cepat dapat meningkatakan angka kejahatan dan sekaligus
memperkanalkan perjudian, materialism, serta keserakahan (Denis L. Foster,
2000). Lebih lanjut dikatakan bahwa pemerintah Negara yang sedang berkembang
seringkali mengkhawatirkan akibat pariwisata pada karakter bangsa. Dengan
secara menyolok menempatkan wisatawan yang makmur di tengan-tengan
penduduk local yang miskin, pariwisata seringkali menimbulkan kegelisahan.

Kegiatan pariwisata cenderung mengarah kepada kegiatan dari aksi sosial, dalam
artian bahwa kegiatan pariwisata erat kaitannya dengan tingkah laku tiap individu,
kelompok dalam melakukan perjalanan wisata serta pengaruh kegiatan pariwisata
dalam masyarakat. Dengan berkembangnya pariwisata orang-orang bebas
bergerak dari satu tempat ke tempat lain, dari lingkungan yang satu ke lingkungan
lain yang sama sekali berbeda bangsa dan agama. Orang-orang yang sedang
melakukan perjalanan wisata tersebut akan saling berhubungan langsung dengan
orang-orang yang berkebangsaan dan lingkungan lain ditempat tujuannya, dan
memperkenalkan adat kebiasaan, tingkah laku dan keinginan yang kebiasaan,
tingkah laku dan keinginan yang berbeda-beda bahkan bertolak belakang dengan
tata cara hidup (the way of life) masyarakat yang dikunjungi. Gejala ini dapat
membuat sector pariwisata menjadi suatu yang dianggap peka yang dapat
mempengaruhi hubungan antar bangsa.

Oleh sebab itu pariwisata menciptakan kontak sosial antar sesama. Kontak sosial
ini mengandung makna :

Memberikan kesempatan kepada kedua belah pihak untuk saling mengenal


kebudayaan masing-masing dalam batas-batas tertentu.

18
Memberikan kesempatan kepada kedua belah pihak untuk mengenal sikap dasar
yang dimiliki dalam pergaulan.

Kenyataan bahwa pariwisata meliputi kegiatan perpindahan tempat sejumlah


orang yang sedang melakukan perjalan secara sendiri-sendiri atau berkelompok.
Pariwisata menjadi suatu manifestasi lintas budaya yang penting, karena kegiatan
ini menjadi kancah pertemuan warga dari berbagai bangsa dengan latar belakang
yang berlainan, lingkungan sosial beragam.

Dalam bentuk interaksi antara wisatawan dengan masyaraka setempat wisatawan


menghabisakan waktunya di tempat-tempat yang exlusive, mewah, bersenang-
senang menurut caranya masing-masing. Mereka bermalas-malas dipantai,
menyantap makanan yang mewah dan berlimpah. Sementara penduduk setempat
yang melayani sebagai pelayan restoran, tukang cuci piring, bagian keamanan dan
lain-lain. (Yohanes Sulistyadi. 1999)

Selain itu terjadi pula adanya golongan yang mampu meniru tingkah laku
wisatawan yang sebenarnya tidak cocok dengan kebudayaan setempat. Golongan
ini menjadi kelompolk elit dalam masyarakat dan menambah kesenjangan antar
golongan. Dampak yang dimiliki juga terjadi apabila wisatawan berbaur dengan
masyarakat setempat, masyarakat meniru perilaku wisatawan. Penduduk setempat
tertular oleh kecanduan alkohol, narkotik, sabu-sabu bahkan pelecehan terhadap
moral seksual.

Hal ini dikatakan lebih tegas oleh Spillane (1995) bahwa dampak sosiologi
pariwisata bagi penerima wisatawan (masyarkat) adalah timbulnya hasrat untuk
meniru. Komersialisasi adat/budaya. Perubahan terhadap dari segi sosiologis ini
bukan saja menyebabkan keretakan hubungan manusiawi antara penerima serta
menciptakan suatu kesenjangan saling pengertian, akan tetapi juga akan timbul
kegoncangan ekonomi.

Menurut World Tourism Organization yang di sitih oleh Oka A Yoeti mengatakan
pengaruh pariwisata terhadap kehidupan sosial masyarakat dapat disebabkan oleh
3 hal, yaitu :

Polarization of the population

Penduduk setempat sudah terpolarisasi, perolehan pendapatan masyarakat tidak


proporsional, kebanyak penduduk ingin menjadi kaya secara mendadak dan
berusaha memburu dolar dengan jalan pintas.

Breakdown of The family

19
Dengan masuknya wisatawan asing yang silih berganti dan terjadinya intesitas
pergaulan antara yang melayani dan yang memberikan pelayanan, timbul ekses
negative demi memenuhi kebutuhan biologis masing-masing.

Development of the attitudes of a Consumption-Oriented Society; Incident of


Phenomena of Social Pathalogy

Sebagai akibat berkembangnya tingkah laku masyarakat yang berorientasi pada


konsumsi semata dan pengaruh penyakit masyarakat itu, maka munculah;
pelacuran, kecanduan obat, perdagangan obat bius. Mabuk-mabukan dan
ketidakpatuhan terhadap undang-undang yang berlaku.

Namun demikian segi positip dari kepariwisataan cukup banyak. Hal itu dapat
dilihat di lapangan seperti hal-hal berikut:

1. Struktur sosial

Sebagai akibat pengembangan pariwisata, terjadi:

o Transaksi kesempatan kerja dari sector pertanian ke sector pelayanan.

o Modernisasi dalam cara-cara pertanian dan penjualan hasil panen.

o Pemerataan pendapatan masyarakat di DTW yang dikunjungi wisatawan.

o Berkurangnya perbedaan dalam pendidikan dan kesempatan berusaha atau


pekerjaan.

2. Modernisasi keluarga

Kaum wanita memperoleh status baru dari petani tradisionil berubah menjadi
pedagang acungan, pemilik took cendera mata, restoran atau bekerja pada
kerajinan tangan dan karyawan hotel.

Terjadi kelonggaran perlakuan orang tua terhadap anak-anak dari disiplin ketat
menjadi anak yang bebas memilih sesuai dengan yang dicita-citakannya

Peningkatan dalma wawasan masyarakat

Terjadinya perubahan tingkah laku kearah yang positif, terutama dalam etiket dan
cara komunikiasi antar sesama.

Dapat menghilangkan prasangka-prasangka negative terhadap etnis lain

Dan terdapat juga Dampak Periwisata terhadap Sosial Budaya.

Dampak yang ditimbulkan oleh kegiatan Pariwisata disuatu daerah terhadap


Sosial Budaya sangat terasa apalagi daerah tersebut menerima pengaruh dengan

20
cepat tanpa ada penyaringan yang ketat terhadap kedatangan wisatawan.. Salah
satu hal adalah dimana daerah yang dituju merupakan daerah yang lemah dalam
bidang ekonomi, dengan sendirinya akan mengikuti Perkembangan dan merubah
tatanan perekonomian sendiri salah satu contoh mengubah mata pencaharian
semula yang mereka lakukan secara tradisional menjadi lebih modern.
Masalah tentang dampak Pariwisata terhadap sosial budaya selama ini lebih
cenderung mengasumsikan bahwa akan terjadi perubahan sosial-budaya akibat
kedatangan wisatawan, dengan tiga asumsi yang umum, yaitu: (Martin,
1998:171):
a. perubahan dibawa sebagai akibat adanya intrusi dari luar, umumnya dari sistem
sosial-budaya yang superordinat terhadap budaya penerima yang lebih lemah;
b. perubahan tersebut umumnya destruktif bagi budaya indigenous;
c. perubahan tersebut akan membawa pada homogenisasi budaya, dimana
identitas etnik lokal akan tenggelam dalam bayangan sistem industri dengan
teknologi barat, birokrasi nasional dan multinasional, a consumer-oriented
economy, dan jet-age lifestyles.
Menurut pendapat diatas menyiratkan bahwa di dalam melihat dampak pariwisata
terhadap sosial-budaya masyarakat setempat, pariwisata semata-mata dipandang
sebagai faktor luar yang akan merubah secara pasti terhadap social budaya pada
masyarakat local.
Pariwisata adalah suatu kegiatan yang secara langsung menyentuh dan melibatkan
masyarakat yang dituju, sehingga membawa berbagai dampak terhadap
masyarakat setempat. Oleh karena pariwisata banyak dikatakan sebagai perubah
yang laur biasa, mampu membuat masyarakat setempat mengalami perubahan
dalam berbagai aspek.
Dalam perubahan yang diakibatkan oleh Pariwisata Secara teoritis, Cohen (1984)
mengelompokkan dampak Pariwisata terhadap sosial budaya ke dalam sepuluh
kelompok besar, yaitu:
a. dampak terhadap keterkaitan dan keterlibatan antara masyarakat setempat
dengan masyarakat yang lebih luas, termasuk tingkat otonomi atau
ketergantungannya;
b. dampak terhadap hubungan interpersonal antara anggota masyarakat;
c. dampak terhadap dasar-dasar organisasi/kelembagaan sosial;
d. dampak terhadap migrasi dari dan ke daerah pariwisata;
e. dampak terhadap ritme kehidupan sosial masyarakat;
f. dampak terhadap pola pembagian kerja;
g. dampak terhadap stratifikasi dan mobilitas sosial;
h. dampak terhadap distribusi pengaruh dan kekuasaan;
i. dampak terhadap meningkatnya penyimpangan-penyimpangan sosial; dan
j. dampak terhadap bidang kesenian dan adat istiadat.

Dari pendapat Cohen tersebut diatas mengenai dampak pariwisata dapat

21
disimpulan, bahwa daerah tujuan wisata akan merasakan pengaruh yang luar biasa
dari wisatawan yang datang yaitu dari mengenai unsur kebudayaan universal di
daerah. Sebagai mana yang di kemukan oleh C.Kluckhohn dalam
Koentjaraningrat merumuskan 7 unsur Kebudayaan .
a. Sistem Bahasa
Bahasa yang digunakan pada daerah ini adalah Sunda dengan dialek yang sama
dengan sunda lainnya,
Bahasa yang dibunakan oleh masyarakat setempat baik berupa lisan maupun
tulisan atau berbentuk symbol simbol
b. Sistem mata Pencaharian
Untuk menunjang hidup sehari hari, setiap masyarakat pasti memiliki mata
pencaharian utama yang berbeda ditiap daerah, sehingga terdapat suku bangsa
memiliki mata pencaharian yang khas dibandingkan dengan dengan suku bangsa
lain.
c. Sistem Teknologi
Teknologi atau peralatan hidup lain yang dimiliki oleh setiap masyarakat mungkin
berbeda beda tergantung dimana masyarakat itu berada.
d. Sistem Organisasi Sosial
Suku bangsa yang merupakan kelompok mayarakat besar akan memiliki system
kemasyarakatannya yang mungkin berbeda dengan suku bangsa lain: misalnya
suku bangsa sunda dan jawa.
e. Sistem Pengetahuan
Masyarakat memilki pengetahuan yang digunakan dalam kehidupan sehari hari
baik dalam bidang agriris maupun dalam bidang pengobatan.
f. Sistem Kesenian
Masyarakat atau suku bangsa memiliki persaan yang dituangkan kedalam bentuk
benci, sedih, gembira, jengkel, bahagia dan sebagainya.perasaan timul dari setiap
individu atau masyarakat dalat dilakukan de dalam bentuk seni atau perasaan
dapat muncul karena seni.
g. Sistem Religi
Kepercayaan ditiap daerah itu berbeda merupakan warisan masa lampau dari
perjalanan hidup masyarakat bersangkutan sebagai warisan budayanya.
Keyakinan setempat yang diyakini masyarakatnya wajib dihormati oleh
masyarakat lain, begitu pula dalam upacara ritual yang berhubungan dengan
keyakinan.

e.Dampak pariwisata dalam bidang politik

Untuk lebih memahami dampak dari pariwisata di bidang politik , kita


perlu mengetahui definisi dari politik . politik berasal dari bahasa yunani
(politikos) yang berarti kota wilayah, atau yang berkaitan dengan warga Negara
politik merupakanproses pembentukan dan pembagian kekuasaan dalam
masyarakat yang berupa proses pembuatan keputusan , khususnya dalam Negara.

22
Definisi ini adalah gabungan dari berbagai definisi yang berbeda mengenai
hakikat politik yang dikenal dalam ilmu politik. Politik juga merupakan suatu seni
dan ilmu untuk meraih kekuasaan konstitusional maupun nonkonstitusional.
berikut beberapa definisi dari politik :

· Politik adalah usaha yang ditempuh warga Negara untuk mewujudkan


kebaikan bersama(aristoteles)

· Politik adalah hal yang berkaitan dengan penyelengaraan pemerintahan dan


Negara.

· Politik merupakan kegiatan yang diarah kan untuk mendapatkan dan


mempertahankan kekuasaan dimasyarakat.

· Politik adalah segala sesuatu tentang proses perumusan dan pelaksanaan


kebijakan publik.

Politik memiliki definisi yang luas , kegiatan politik tidak hanya


sekedar mencakup mempertahankan dan mendapatkan kekuasaan saja , tetapi
politik juga mencakup pengaruh ideologi dan peranan suatu negara dalam bidang
ekonomi, sosial budaya .
sehingga munculah istilah HI atau hubungan internasional . HI merupakan salah
satu cabang ilmu dari ilmu politik yang memuat hubungan antar Negara baik
secara birateral, dan multilateral. Dalam berbagai aspek seperti ekonomi
, politik , psriwisata, budaya , pendidikan ,dan lain lain.

Kejasama antar Negara sering dilakukan karena untuk memenuhi kebutuhan di


negaranya, kesamaan nasib , kesamaan geografis, ketergantungan Negara lain
,dan untuk menunjukan keunggulan Negara. Secara tidak langsung Negara
Negara tersebut sudah melakkan kegiatan politik . dengan kemajuan teknologi dan
globalisasi dunia hubungan kerjasama antar Negara sangat sering dilakukan dan
membentuk organisasi organisasi multinasional seperti APEC, ASEAN , UNI
EUROPA dan lian-lain . organisasi organisasi ini sering melakukan konfrensi di
suatu Negara , sehingga dapat meningkatkan pamor dari Negara itu sendiri .
sehingga memajukan perkembangan industri, terutama industri pariwisata Negara
tersebut.

Dampak pariwisata dari aspek politik

Dalam industry pariwisata keamanan adalah hal yang sangat


penting dimana para wisatawan datang berlibur dan berkunjung untuk menikmati
destinasi yang mereka kunjungi . sehingga jika daerah wiasta aman maka para
wisatawan akan tenang menikmati daerah tujuan wisatanya dan ini tentu

23
mengangkat pamor dari daerah wisata itu sendiri . banyak kegiatan multinasional
dilakukan di daerah tujuan wisata seperti BALI. Karena bali dianggap aman ,
dengaan keramah tamahan penduduknya . sehingga mengangkat pamor bali
dimata dunia. Dan dari pariwisata akan dapat meningkatkan devisa Negara
sehingga baik untuk perekonomian .

Dampak positif pariwisata dalam bidang politik

· Terjalinnya hubungan baik dengan negara-negara lain.

· Saling berkunjung dan saling mengenal antar penduduk sehingga dapat


memper erat kesatuan dan persatuan

· Lebih banyak mengenal keindaha dan kekayaan tanah air , melalui


kunjungan wisata sehingga memunculkan keinginan untuk memelihara, menjaga
dan rasa cinta terhadap tanah air

· Terjaganya hubungan baik internasional dalam hal pengembangan


pariwisata mancanegara, sehingga terjadi saling kunjung antar bangsa sebagai
wisatawan . sebagaimana halnya dalam pariwisata pada poin pertama

· Terjadi kontak kontak langsung yang akan menumbuhkan rasa saling


pengertian terhadap perbedaan

· Akan menimbulkan inspirasi untuk selalu mengadakan pendekatan dan rasa


saling menghormati.

· Pemerintah mendapat defisa tambahan non migas

· Adanya pemberlakuan kebijakanbebas visa terhadap Negara tertentu, untuk


menarik wisatawan untuk berkunjung

Dampak negatif pariwisata dalam bidang politik

· Kebijakan dari pemerintah sangat mempengaruhi kondisi pariwisata ,


seperti kenaikan bbm, kenaikan pajak usaha pariwisata . dan lain lain

· Banyak terjadi kasus kkn pada pemerintahan di tempat daerah wisata itu .

· Adanya ketimpangan pembangunan fasilitas umum antara desa dan


kota(daerah wisata)

· Adanya perebutan kekuasaan

Contoh: bali merupakan destinasi yang aman dan terkenal di dunia , karena
budaya , alam ,dan keramah tamahan penduduknya sehingga bali sering menjadi
tuan rumah dari kegiatan politik nasional dan internasional seperti: konfrensi apec
, ktt asean, munas partai golkar dan lain-lain .

24
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

B. Saran

25
DAFTAR PUSTAKA

http://deddydebot.blogspot.com/2014/03/sejarah-munculnya-pariwisata-
di_19.html
http://firdaanggrainiteveler.blogspot.com/2017/04/dampak-pariwisata-
terhadap-lingkungan.html
http://pariwisatablogku.blogspot.com/2015/08/pengantar-pariwisata.html

26

Anda mungkin juga menyukai