Dosen Pengampu
Disusun oleh:
1. FITRA AGUSTIANA/194140314111002
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2019
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
PEMBAHASAN
Manusia bangsa primitif yang memulai awal dari pariwisata. Bangsa ini
melakukan perjalanan secara nomaden atau berpindah-pindah. Perpindahan ini
dari satu tempat ke tempat lain dengan tujuan mencari makan demi kelangsungan
hidup. Mereka melakukan ini juga bertujuan mempertahankan diri dari serangan
hewan liar ataupun lainnya. Tak lama kemudian, mulai muncul muhibah.
Muhibah pertama kali diadakan oleh bangsa Phoenesia dan Polynesia dengan
maksud berdagang. Muhibah ini juga diadakan oleh bangsa Sumeria karena pada
saat itu mulai terdapat huruf, roda, dan fungsi uang dalam perdagangan. Pada
abad I hingga abad IV, bangsa Romawi menggunakan muhibah untuk berwisata
senang-senang dengan tujuan menambah pengetahuan cara hidup, sistem politik,
dan ekonomi.
Pada tahun 1980an Indonesia untuk pertama kali mengkuti World Tourism
Market (WTM) menandai dimulainya era promosi pariwisata secara internasional,
seiring dengan lahirnya 7 kebijakan strategi pokok pariwisata dalam Pelita V
yakni 1) Promosi pariwisata yang konsisten 2) Penambahan aksesibilitas, 3)
Mempertinggi kualitas pelayanan dan produk pariwisata, 4) Pengembangan DTW,
5) Promosi daya tarik alam, satwa dan wisata bahari, 6) Mempertinggi kualitas
SDM, 7) Melaksanakan kampanye sadar wisata melalui Sapta Pesona. Pada tahun
1992 melalui Keputusan Presiden RI Nomor 60 tahun 1992 ditetapkanlah Dekade
Kunjungan Wisata (Dekuni) sebagai bagian kampanye pariwisata Indonesia
dengan mengambil tema berbeda setiap tahunnya.
Hal yang menarik adalah pemerintah pada saat itu telah menyadari potensi
sumber daya alam dan budaya yang dimiliki oleh Indonesia untuk dijadikan daya
tarik utama pariwisata Indonesia. Hal ini terbukti setelah 41 tahun potensi ini
belum berubah berdasarkan laporan World Economic Forum (WEF). Hal lain
yang menarik adalah selama masa itu pariwisata Indonesia belum beranjak dari
bayang-bayang Bali sebagai ikon pariwisata Indonesia. Kampanye promosi
pariwisata Indonesia secara formal ditandai dengan dicanangkannya “Visit
Indonesia Year (VIY)” pertama kali pada tahun 1991 seiring dengan
dikeluarkannya Undang-undang Pariwisata No. 9 tahun 1990, yang dilanjutkan
dengan Visit Indonesia Year 1992, 2008, 2009 dan 2010.
Pada 1991 kampanye pariwisata Indonesia pada saat itu masih dalam tahap
membangunkan kesadaran (awareness) masyarakat terhadap kegiatan
kepariwisataan melalui program Sapta Pesona (keamanan, ketertiban, kebersihan,
kenyamanan, keindahan, keramahan dan kenangan). Logo atau maskot kampanye
pariwisata pada saat itu mengetengahkan hewan yang dilindungi yakni badak
bercula 1 yang habitatnya berada di daerah Ujung Kulon Banten. Melalui VIY
pada tahun 1991, wisatawan mancanegara (wisman) yang datang ke Indonesia
sebesar 2,6 juta dengan jumlah devisa sebesar USD 2,5 milyar. Mencoba
mengulang sukses tahun 1991, tahun 1992 kembali dicanangkan Tahun
Kunjungan Indonesia dengan mengangkat tema “Let’s go Archipelago”. Pada
tahun ini kebijakan pemasaran pariwisata sudah mencoba mengangkat potensi
sumber daya (alam) yang dimiliki oleh Indonesia. Namun pada tahun ini
meskipun kunjungan wisatawan internasional menurun akibat perang di Timur
Tengah, pariwisata Indonesia mengalami kenaikan sebesar 23% dari tahun 1991
dengan Bali dan Jakarta mendominasi jumlah kunjungan masing-masing sebesar
1.024.231 dan 958.818 wisatawan.
Pada tahun 1993 pariwisata Indonesia mencoba mengangkat isu “mass tourism”
dengan dengan merenovasi Bali Beach Bunker yang sekarang dikenal dengan
Hotel Grand Bali Beach dimana tempat ini dikenal sebagai bunker pasukan sekutu
pada perang dunia II. Setelah 1993, hampir dapat dikatakan promosi pariwisata
Indonesia mengalami masa-masa suram akibat gejolak politik di dalam negeri.
Beberapa peristiwa penting antara tahun 1995 hingga tahun 2000 yang
mempengaruhi kunjungan wisatawan adalah gejolak politik di Timor Timur pada
Desember 1996 serta peristiwa kejatuhan presiden kedua RI pada tahun 1998.
Pada tahun 2000 pariwisata Indonesia mencatat rekor tertinggi rata-rata lama
tinggal wisatawan mancanegara yakni sebesar 12,26 hari dengan jumlah
kunjungan wisatawan sebanyak 5,064,217. Pada tahun 2002 pariwisata Indonesia
kembali mengalami masa suram akibat peristiwa bom Bali pada tanggal 12
Oktober 2002. Peristiwa ini menyebabkan penurunan wisatawan secara drastis di
Bali dari 156.923 menjadi 86.901 dan mengurangi secara kumulatif jumlah
kunjungan wisman ke Indonesia sebesar 0,21%. Secara umum dinamika
pariwisata Indonesia dapat digambarkan sebagai berikut:
Pada tahun 2008 merupakan titik balik kampanye pariwisata Indonesia dengan
kembali digulirkannya Visit Indonesia Year 2008 dengan mengambil tema
Kebangkitan Nasional. Pada tahun inilah slogan “Unity in Diversity” (Bhinneka
Tunggal Ika) mulai digaungkan. Meskipun tema yang diangkat belum
menggambarkan dengan jelas apa produk pariwisata Indonesa yang hendak dijual.
Tahun-tahun ini juga menggambarkan tahun yang berat bagi pariwista Indonesia
terutama dengan munculnya isu terorisme di Indonesia. Angka kunjungan
wisatawan mancanegara ke Indonesia belum beranjak dari angka “keramat” 6 juta
wisatawan, bandingkan dengan Malaysia yang telah mencapai angka 23, 6 juta
wisatawan.
PENUTUP
3.1 Kesimpulan