Anda di halaman 1dari 13

SEJARAH PARIWISATA

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah

PENGANTAR PARIWISATA DAN AKOMODASI

Dosen Pengampu

Karina Rizka Mentari, S.ST.Par

Disusun oleh:

1. FITRA AGUSTIANA/194140314111002

2. LUTFI HADI NUGROHO/194140314111007

3. LILI MIRANDA PUTRI/194140314111017

4. MARCO VAN FIGO TAMBUNAN/194140314111022

BIDANG MINAT MANAJEMEN PERHOTELAN

PROGRAM PENDIDIKAN VOKASI

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

2019
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Pariwisata adalah suatu perjalanan oleh seseorang untuk sementara


waktu dari tempat semula ke tempat lain dengan suatu perencanaan untuk
memenuhi kebutuhan yang beranekaragam. Pariwisata merupakan salah satu
sektor yang sangat menjanjikan di Indonesia dengan diperkuat dengan alam
Indonesia sangat indah dan luas. Dengan itu, pariwisata ikut andil sebagai
salah satu fundamental perekonomian Indonesia yang berdampak pada
pembangunan Indonesia sehingga menambah devisa negara. Perekonomian
dunia sedang bergejolak dan tidak stabil yang tentunya mempengaruhi
perekonomian negara didunia dengan dimulai perang dagang antara Amerika
Serikat dengan Tiongkok yang begitu mengkhawatirkan. Melihat kondisi
seperti itu, Indonesia tidak bisa bergantung pada sektor migas baik ekspor
maupun impor sehingga mencari alternatif lain agar perekonomian dalam
negeri tetap stabil dan peristiwa krisis moneter tahun 1998 tidak terulang
kembali. Tidak salah pada era Pemerintahan Joko Widodo, pariwisata sebagai
prioritas untuk menstabilkan dan memperkuat perekonomian Indonesia.

Peraturan Presiden nomor 40 tahun 2017 sebagai penguat peraturan


tentang pariwisata yang sudah ada menandakan bahwa sektor pariwisata
memang sedang digalakkan untuk memperbaiki perekonomian negeri ini serta
menjaga stabilitas perekonomian untuk mencapai tujuan Indonesia adil dan
makmur. Perkembangan industri pariwisata Indonesia saat ini begitu pesat,
tidak seperti dulu. Perubahan zaman diikuti perubahan teknologi yang begitu
cepat dan kita harus bisa cepat beradaptasi dengan perubahan ini supaya tidak
tenggelam ataupun tertinggal zaman. Perubahan ini sangat menguntungkan
pariwisata Indonesia. Sebagai contoh, promosi bisa lewat media sosial seperti
facebook, twitter, instagram maupun youtube. Promosi lewat media sosial
sangat efisien dan menekan anggaran pengeluaran untuk promosi lalu sangat
mudah, tidak perlu bersusah untuk promosi. Berbeda dengan zaman dahulu,
promosi lebih banyak lewat mulut ke mulut.

Usaha pariwisata dilakukan dan dikembangkan di Indonesia dalam


rangka mendatangkan wisatawan domestik maupun internasional yang
berdampak pada bertambahnya devisa negara disamping sektor non migas.
Tidak hanya itu, pengembangan pariwisata juga sebagai ajang menunjukkan
alam Indonesia sangat kaya, luas, dan indah yang belum tentu terdapat di
negara lain. Selain itu, memperkenalkan ragam budaya yang ada di Indonesia
sebagai daya tarik wisatawan yang pastinya tidak ada didaerah lain maupun
negara lain. Keragaman budaya yang ada di Indonesia dilatari adanya agama,
adat istiadat yang unik, dan kesenian yang berbeda setiap daerahnya.

Melihat kebelakang, kegiatan pariwisata di Indonesia mengalami


perkembangan yang cukup signifikan meski sempat terhenti akibat adanya
perang melawan penjajah hingga kemerdekaan tahun 1945. Momentum
kemerdekaan ini dimanfaatkan untuk memulihkan kembali kegiatan
pariwisata di Indonesia. Indonesia sudah diakui kemerdekaan oleh bangsa lain
yang menimbulkan mulai ada hubungan dengan bangsa lain. Hubungan
dengan bangsa lain salah satunya adalah perdagangan. Perdagangan ini
sebagai pintu pembuka kegiatan pariwisata di Indonesia karena adanya lalu
lintas manusia yang melakukan perjalanan dengan kepentingan masing-
masing. Disini mulai terbentuk Travel Agent akibat dari perdagangan karena
mereka butuh pelayanan yang lebih baik untuk mereka yang melakukan
perjalanan ini. Dahulu yang memanfaatkan Travel Agent ini orang berkulit
putih dari Eropa dan untuk orang pribumi bahkan dikatakan tidak ada. Abad
ke-19 mulai berkembang hotel di Indonesia yang awalnya hanya untuk tamu-
tamu dan penumpang kapal laut dari Eropa kemudian kereta kuda serupa cikar
digunakan sebagai transportasi pengantar dari hotel ke pelabuhan mengingat
saat itu belum ada motor maupun mobil. emasuki abad 20, mulailah
perkembangan usaha akomodasi hotel ke kota lainnya dan kemudian setelah
kendaraan bermotor digunakan dan jalan raya sudah berkembang, muncul pula
hotel baru di kota lainnya. Perkembangan masyarakat yang seiring dengan
perkembangan jaman mempertinggi pula frekuensi perjalanan masyarakat non
kulit putih sehingga berkembang pula bentuk usaha akomodasi ini menjadi
Penginapan besar (Hotel) dan Penginapan kecil (Losmen).
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Sejarah Pariwisata pada Zaman Prasejarah

Manusia bangsa primitif yang memulai awal dari pariwisata. Bangsa ini
melakukan perjalanan secara nomaden atau berpindah-pindah. Perpindahan ini
dari satu tempat ke tempat lain dengan tujuan mencari makan demi kelangsungan
hidup. Mereka melakukan ini juga bertujuan mempertahankan diri dari serangan
hewan liar ataupun lainnya. Tak lama kemudian, mulai muncul muhibah.
Muhibah pertama kali diadakan oleh bangsa Phoenesia dan Polynesia dengan
maksud berdagang. Muhibah ini juga diadakan oleh bangsa Sumeria karena pada
saat itu mulai terdapat huruf, roda, dan fungsi uang dalam perdagangan. Pada
abad I hingga abad IV, bangsa Romawi menggunakan muhibah untuk berwisata
senang-senang dengan tujuan menambah pengetahuan cara hidup, sistem politik,
dan ekonomi.

Revolusi industri yang terjadi dunia pada tahun 1760-1850 dimulai


pertama kali di Britania Raya atau Inggris, setelah itu menyebar ke seluruh Eropa
Barat, Amerika Utara, Jepang, dan seluruh dunia. Revolusi industri ini mengubah
secara besar-besaran di bidang pertanian, manufaktur, pertambangan, transportasi,
dan teknologi. Revolusi industri ini juga berdampak perubahan dalam kehidupan
masyarakat antara lain :

1. perubahan dalam struktur masyarakat dan ekonomi Eropa. Perubahan ini


meliputi pertambahan pendudukan, terjadinya arus urbanisasi, timbulnya
usaha-usaha yang berkaitan dengan pariwisata di kota-kota industri,
tersedia lapangan pekerjaan di bidang industri, beralihnya penanaman
modal dari sektor pertanian ke perbankan. Hal-hal tersebut yang memicu
terciptanya pasar wisata.
2. Meningkatnya teknologi transportasi. Penyempurnaan serta peningkatan di
bidang transportasi juga berdampak dengan berkembangnya pariwisata.
3. Muncul agen perjalanan. Biro perjalanan pertama kali didunia yaitu
Thomas Cook dan Son Ltd tahun 1840 di Inggris, selain itu American
Express Company thaun 1841 di Amerika Serikat.
4. Berkembangnya industri perhotelan. Industri perhotelan berkembang
karena terdampak oleh revolusi industri di bidang transportasi.
Perkembangan sistem transportasi berperan dalam perkembangan industri
perhotelan baik di stasiun-stasiun kereta api maupun di daerah tujuan
wisata. Disamping itu, muncul restauran, bar, dan sejenisnya yang timbul
dari urbanisasi.
5. Muncul literatur-literatur tentang usaha pariwisata. Contoh literatur-
literatur usaha pariwisata yaitu “ Guide du Hotels to France “ oleh
Michelui tahun 1900 dan “ Guide to Hotels “ oleh Automobile Association
tahun 1901.
6. Berkembangnya daerah-daerah wisata negara Mesir, Italia, Yunani, dan
Amerika. Perjalanan tersebut diatur dan dikoordinasikan oleh Thomas
Cook dan Son Ltd. Sekitar awal abad ke-19 yaitu tahun 1861.

Revolusi industri sebagai tonggak awal kemajuan pariwisata didunia


walaupun sudah dilakukan oleh bangsa primitif tetapi dulu hanya sebagai
kelangsungan hidup mencari aman dan berlindung dari ancaman baik hewan liar
maupun lainnya. Perubahan di sektor transportasi ini yang membuat pariwisata
juga berkembang karena transportasi sebagai alat untuk mengantar atau digunakan
walaupun hanya untuk berdagang, tetapi secara tidak sengaja tercipta pariwisata
dan berdampak dengan mulainya industri akomodasi.

Menurut UNWTO, ciri-ciri perkembangan pariwisata zaman prasejarah


yaitu

1. adanya dorongan mengetahui adat istiadat dan kebiasaan orang lain


2. sarana dan fasilitas tertuju untuk melakukan kegiatan perjalanan sangat
sederhana. Alat angkutan tersebut berupa binatang seperti kuda, onta,
atau perahu-perahu kecil

2.2 Sejarah Pariwisata pada Zaman Sejarah

Zaman ini mulai ada modernisasi. Zaman modernisasi dimulai


sesudah tahun 1919, dimana ditandai dengan pemakaian angkutan mobil untuk
kepentingan perjalnan pribadi sesudah perang dunia I ( 1914-1918 ). Perang dunia
I memberi pengalaman kepada orang untuk mengenal negara lain sehingga
membangkitkan minat berwisata ke negara lain. Pengalaman ini membuka
wawasan sehingga bisa mengunjungi negara lain dalam artian wisata. Dengan itu
pula, wisata internasional berkembang yang bisa bertujuan sebagai salah satu alat
untuk perdamaian dunia dan berkembangnya penggunaan sarana angkutan dari
penggunaan mobil pribadi ke penggunaan pesawat terbang berkecepatan suara.

Tahun 1914, perusahaan kereta api di inggris mengalami kebangkrutan


sehingga diambillah kebijaksanaan sebagai berikut ini : “ Kereta api yang
bermesin uap diganti menjadi mesin diesel dan mesin bertenaga listrik serta
pengurangan jalur kereta api yang kurang menguntungkan “

Menurut UNWTO, ciri-ciri perkembangan pariwisata zaman sejarah yaitu

1. motivasi perjalanan lebih luas


2. pedagang pada zaman ini sudah tidak menggunakan sistem barter,
melainkan cukup membawa contoh barang yang ditawarkan pada
pekan-pekan raya perdagangan
3. diberbagai negara sudah mulai mengeluarkan aturan-aturan guna
melindungi kepentingan negara dan wisatawan
4. akomodasi bersifat komersial meskipun bersifat sederhana
5. menggunakan angkutan darat berupa kuda dan kereta, sedangkan
angkutan laut sudah mulai menggunakan kapal-kapal yang mulai besar

2.3 Sejarah Pariwisata pada Zaman Pascasejarah

Pariwisata sudah ada sejak dulu walaupun berpindah-pindah demi


kelangsungan hidup. Lambat taun terus menerus, pariwisata kini harus dapat
memenuhi kebutuhan perjalanan yang dilakukan oleh wisatawan. Melihat kondisi
tersebut, dibentuk organisasi pariwisata internasional dibawah naungan
Perserikatan Bangsa-Bangsa ( PBB ) bernama WTO ( World Tourism
Organization ). Organisasi ini dibentuk tahun 1957 dengan tujuan memperlancar
kegiatan usaha wisata dan kerjasama antarnegara sehingga dapat memahami
kepentingan dari masing-masing negara terutama dalam bidang kepariwisataan.
Selain itu, WTO mempunyai tujuan tersendiri yaitu menstimulasi pertumbuhan
ekonomi, menciptakan lapangan pekerjaan, memberikan insetif dan melindungi
lingkungan serta warisan budaya suatu destinasi, mempromosikan perdamaian
dan saling pengertian antarnegara di dunia. Tahun 2003, WTO berganti nama
menjadi UNWTO ( United Nations World Tourism Organization ). Pergantian
nama ini untuk membedakan dengan organisasi perdagangan dunia yang juga
disingkat WTO ( World Trade Organizaton ).

Perkembangan pariwisata zaman ini dipengaruhi oleh perkembangan


transportasi seperti motorisasi dan pesawat udara. Motorisasi adalah sarana angkut
berkekuatan motor dan listrik seperti sepeda motor, mobil, kereta api, bus, dan
lain-lain. Motorisasi ini cukup membawa perubahan yang dulu hanya
menghandalkan tenaga uap, dengan motorisasi ini mempermudah untuk berpindah
tempat tanpa memakan waktu yang lama. Dampak motorisasi ini muncul
akomodasi, usaha bus, serta jaringan rel yang luas. Tidak hanya itu, pertumbuhan
wisata domestik, penginapan disepanjang jalan raya, muncul pengusaha bus
wisata, muncul undang-undang lalu lintas di Inggris tahun 1924-1930. Selain itu,
muncul pesawat udara seperti pesawat supersonik dan concorde yang
diperuntukkan untuk wisata pada tahun 1963. Pesawat udara ini membuat waktu
tempuh semakin singkat. Dampak dari pesawat udara ini semakin menjamurnya
agen perjalanan dan industri akomodasi di benua Asia, Eropa, maupun Afrika.
Menurut UNWTO, ciri-ciri perkembangan pariwisata zaman pascasejarah
yaitu

1. melakukan perjalanan dengan motif pendidikan, kesehatan, penelitian,


tugas negara, hiburan, dan sebagainya
2. akomodasi bertumbuh dengan baik dan fasilitas semakin lengkap
3. formalitas para wisatawan harus membawa identitas lengkap sesuai
aturan
4. transportasi sudah berteknologi tinggi seperti mobil dan pesawar
5. adanya badan atau organisasi yang menyusun aturan perjalanan

2.4 Sejarah Pariwisata Indonesia

Munculnya pariwisata di Indonesia , diketahui sudah sejak lama. Seperti


perjalanan kerajaan-kerajaan atau utusannya ke berbagai belahan di nusantara.
Menurut Yoeti (1996:2), berdasarkan kurun waktu perkembangan, sejarah
pariwisata indonosia bisa dibagi tiga, yaitu :
1. Masa Penjajahan Belanda

Kegiatan kepariwisataan dimulai dengan penjelajahan yang dilakukan pejabat


pemerintah, missionaris atau orang swasta yang akan membuka usaha perkebunan
di daerah pedalaman. Para pejabat Belanda yang dikenai kewajiban untuk menulis
laporan pada setiap akhir perjalannannya. Pada laporan itu, terdapat keterangan
mengenai peninggalan purbakala, keindahan alam, seni budaya masyarakat
nusantara. Pada awal abad ke-12, daerah Hindia Belanda mulai berkembang
menjadi suatu daerah yang mempunyai daya tarik luar biasa bagi para pengadu
nasib dari negara Belanda. Mereka membuka lahan perkebunan dengan skala
kecil. Perjalanan dari satu daerah ke daerah lain , dari nusantara ke negara Eropa
menjadi hal yang lumrah, sehingga dibangunlah sarana dan prasarana penunjang
kegiatan tersebut.

Kegiatan Kepariwisataan masa penjajahan Belanda dimulai secara resmi sejak


tahun 1910 - 1912 setelah keluarnya keputusan Gurbenur Jendral atas
pembentukan Vereeneging Toeristen Verkeer ( VTV ) yang merupakan suatu biro
wisata pada masa itu. Saat itu kantor tersebut juga digunakan sebagai maskapai
swasta belanda KNILM ( Koninklijke Nederlandsch Indische Luchtfahrt
Maatschapijj ) yang memegang monopoli kawasan Hindia Belanda saat itu.
Meningkatnya perdangan antar benua Eropa , Asia, dan Indonesia pada
khususnya, meningkatnya lalu lintas manusia yang meakukan perjalanan untuk
berbagai kepentingan masing-masing. Untuk memberikan pelayanan kepada
mereka yang melakukan perjalanan ini, maka didirikannya pertama kali suatu
cabang Travel Agent di Jalan Majapahit No.2 Jakarta pada tahun 1926 yang
bernama Lissone Lindemend ( LISIND ) yang berpusat di Belanda. Sekarang
tempat tersebut digunakan oleh PT. NITOUR. Tahun 1928 Lislind berganti
menjadi NITOUR ( Nederlandche Indische Touristen Bureau ) yang merupakan
dari KNILM. Saat ini, kegiatan pariwisata lebih banyak disominasi kaum kulit
putih saja, sedangkan untuk bangsa pribumi bisa dikatakan tidak ada. Perusahaan
perjalanan wisata saat itu tidak berkembang karena NITOUR dan KNILM
memegang monopoli.

Pertumbuhan Hotel di Indonesia sesungguhnya mulai dikenal sejak abad ke-


19, meskipun terbatas pada beberapa hotel seperti Batavia, Hotel Des Indes, Hotel
der nederland, Hotel Royal, dan Hotel Rijswijk. Di Surabaya berdiri pula Hotel
Sarkies, Hotel Oranye, di Semarang didirikan Hotel Du Pavillion kemudian di
medan berdiri Hotek de Boer, da Hotel Astoria, di Makassar Hotel Grand dan
Hotel Staat. Fungsi Hotel Pada masa-masa itu banyak digunakan untuk
penumpang kapal laut dari Eropa mengingat belum adanya kendaraan bermotor
untuk membawa tamu-tamu tersebut dari pelabuhan ke hotel dan sebaliknya,
maka yang digunakan kereta kuda serupa cikar. Memasuki abad ke-20, barulah
perkembangan akomodasi hotel ke kota lainnya. Hotel- hotel tersebut seperti
Grand Hotel Yogyakarta, Hotel Salak di Bogor, dan lain-lain.
2. Masa Pendudukan Jepang

Pada Perang Dunia ke II, yang disusul dengan pendudukan Jepang ke


Indonesia keadaan pariwisata di Indonesia sangat terlantar. Semuanya porak
poranda, kesempatan, dan keadaan yang tidak menentu ekonomi yang sangat sulit,
kelangkaan pangan, papan, dan sandang tidak memungkinkan orang untuk
berwisata. Kunjungan mancanegara pada masa itu bisa dibilang tidak ada.
3. Setelah Indonesia Merdeka

Setelah Indonesia merdeka, perkembangan pariwisata di Indonesia mulai


merangkak. Pada tanggal 1 Juli 1947 dibentuklah organisasi perhotelan pertama di
Indonesia yang disebut Badan Pusat Hotel. Sektor pariwisata mulai berkembang
dengan geliatnya. Hal ini ditandai dengan Surat Keputusan Wakil Presiden ( Dr.
Mohamad Hatta ) sebagai Ketua Panitia Pemikir siasat Ekonomi di Yogyakarta
untuk mendirikan suatu badan yang mengelola hotel-hotel yang sebelumnya
dikuasai pemerintah pendudukan, badan tersebut bernama HONET ( Hotel
National dan Tourism ) dan diketahui oleh R. Tjipto Ruslan. Badan tersebut
segera mengambil alih hotel-hotel di daerah Yigyakarta, Surakarta, Madiun,
Cirebon, Pekalongan, Sukabumi, Malang, Sarangan, dan semua itu diberi nama
Hotel Merdeka.

Tahun 1949 terjadinya KMB ( Konferensi Meja Bundar) mengakibatkan


HONET dibubarkan. Karena isi salah satu perjanjian KMB adalah bahwa seluruh
harta kekayaan milik Belanda harus dikembalikan ke pemiliknya. Sehingga
selanjutnya berdiri badan hukum yang dinamakan NV HONET yang merupakan
badan satu-satunya yang beraktivitas di bidang perhotelan dan pariwisata. Tahun
1952 dengan keputusan Presiden RI, dibentuk panitia Inter Departemental Urusan
Turisme yang diketuai oleh Nazir St, Pamuncak dengan sekretaris RAM
Sastrodanukusumo. Salah satu tugas panitia tersebut adalah menjaga
kemungkinan terbukanya kembali indonesia sebagai DTW (Daerah Tujuan
Wisata ). Tahun 1953 , beberapa tokoh perhotelan mendirikan Serikat Gabungan
Hotel dan Tourisme Indonesia ( SERGAHTI ) diketuai oleh A. Tambayong.
Keanggotaan SERGAHTI pada saat itu mencangkup seluruh hotel di Indonesia.
Tahun 1955, selain SERGAHTI, beberapa pejabat negara yang jabatannya ada
kaitannya dengan dunia pariwisata serta beberapa anggota elite masyarakat yang
peduli terhasap potensi pariwisata Indonesia mendirikan Yayasan Tourisme
Indonesia atau YTI yang nantinya disebut DEPARI ( Dewan Pariwisata Indonesia
) yang menjadi cikal bakal Departemen Pariwisata dan Budaya Indonesia.
2.5 Perkembangan Pariwisata Indonesia

Geliat kepariwisataan Indonesia dapat dikatakan dimulai sejak dikeluarkannya


Instruksi Presiden RI No. 9 Tahun 1969 tentang Pedoman Pembinaan
Pengembangan Kepariwisataan Nasional. Usaha-usaha yang dilakukan sesuai
dengan pasal 4 Inpres No. 9 Tahun 1969 adalah:

1. Memelihara/membina keindahan dan kekayaan alam serta kebudayaan


masyarakat Indonesia sebagai daya tarik kepariwisataan;
2. Menyediakan/membina fasilitas-fasilitas transportasi, akomodasi,
entertainment dan pelayanan pariwisata lainnya yang diperlukan, termasuk
pendidikan kader;
3. Menyelenggarakan promosi kepariwisataan secara aktif dan efektif di
dalam maupun di luar negeri
4. Mengusahakan kelancaran formalitas-formalitas perjalanan dan lalu-lintas
para wisatawan dan demikian menghilangkan unsur-unsur yang
menghambatnya;
5. Mengarahkan kebijaksanaan dan kegiatan perhubungan, khususnya
perhubungan udara, sebagai sarana utama guna memperbesar jumlah dan
melancarkan arus wisatawan.

Pada tahun 1969 jumlah kunjungan wisatawan ke Indonesia telah mencapai


86.000 wisatawan. Hal ini kemudian disikapi dengan membuat perencanaan induk
pengembangan pariwisata untuk pertama kalinya di Indonesia dengan membentuk
Bali Tourist Development Corporation (BTDC) pada tahun 1970. Bali menjadi
pilot project pengembangan pariwisata Indonesia pada saat itu tidak terlepas dari
publikasi jurnalis dari Amerika Hickman Powell dalam bukunya The Last
Paradise: An American’s ‘Discovery’ of Bali in the 1920s yang diterbitkan pada
tahun 1930, dan karena publikasi tersebut jumlah wisatawan yang datang ke Bali
berangsur-angsur meningkat dari 11,278 pada tahun 1969 hingga mencapai
2.114.991 pada tahun 2008. Momen inilah yang kemudian menjadi titik awal
perkembangan kepariwisataan di Indonesia.Pada saat itu ikon pemasaran
pariwasata Indonesia memanfaatkan alam dan budaya Bali sebagai daya tarik
utamanya.
Indonesia sejak tahun 1970an hingga sekarang telah mengalami berbagai
macam metamorfosis dalam upayanya menarik wisatawan untuk datang
berkunjung ke Indonesia. Jika kita menelaah kembali media masa di sekitar tahun
1970 hingga 1980 berbagai “tagline” promosi pariwisata Indonesia telah
dikumandangkan. “Indonesia, there is more to it than Bali”, “Indonesia, Bali and
Beyond”, serta “Indonesia, Bali plus Nine” yang dihembuskan seiring dengan
pembentukan 10 daerah tujuan wisata (DTW) dalam Rencana Pembangungan
Lima Tahun (Pelita) III Pariwisata Indonesia.

Pada tahun 1980an Indonesia untuk pertama kali mengkuti World Tourism
Market (WTM) menandai dimulainya era promosi pariwisata secara internasional,
seiring dengan lahirnya 7 kebijakan strategi pokok pariwisata dalam Pelita V
yakni 1) Promosi pariwisata yang konsisten 2) Penambahan aksesibilitas, 3)
Mempertinggi kualitas pelayanan dan produk pariwisata, 4) Pengembangan DTW,
5) Promosi daya tarik alam, satwa dan wisata bahari, 6) Mempertinggi kualitas
SDM, 7) Melaksanakan kampanye sadar wisata melalui Sapta Pesona. Pada tahun
1992 melalui Keputusan Presiden RI Nomor 60 tahun 1992 ditetapkanlah Dekade
Kunjungan Wisata (Dekuni) sebagai bagian kampanye pariwisata Indonesia
dengan mengambil tema berbeda setiap tahunnya.

Hal yang menarik adalah pemerintah pada saat itu telah menyadari potensi
sumber daya alam dan budaya yang dimiliki oleh Indonesia untuk dijadikan daya
tarik utama pariwisata Indonesia. Hal ini terbukti setelah 41 tahun potensi ini
belum berubah berdasarkan laporan World Economic Forum (WEF). Hal lain
yang menarik adalah selama masa itu pariwisata Indonesia belum beranjak dari
bayang-bayang Bali sebagai ikon pariwisata Indonesia. Kampanye promosi
pariwisata Indonesia secara formal ditandai dengan dicanangkannya “Visit
Indonesia Year (VIY)” pertama kali pada tahun 1991 seiring dengan
dikeluarkannya Undang-undang Pariwisata No. 9 tahun 1990, yang dilanjutkan
dengan Visit Indonesia Year 1992, 2008, 2009 dan 2010.

Pada 1991 kampanye pariwisata Indonesia pada saat itu masih dalam tahap
membangunkan kesadaran (awareness) masyarakat terhadap kegiatan
kepariwisataan melalui program Sapta Pesona (keamanan, ketertiban, kebersihan,
kenyamanan, keindahan, keramahan dan kenangan). Logo atau maskot kampanye
pariwisata pada saat itu mengetengahkan hewan yang dilindungi yakni badak
bercula 1 yang habitatnya berada di daerah Ujung Kulon Banten. Melalui VIY
pada tahun 1991, wisatawan mancanegara (wisman) yang datang ke Indonesia
sebesar 2,6 juta dengan jumlah devisa sebesar USD 2,5 milyar. Mencoba
mengulang sukses tahun 1991, tahun 1992 kembali dicanangkan Tahun
Kunjungan Indonesia dengan mengangkat tema “Let’s go Archipelago”. Pada
tahun ini kebijakan pemasaran pariwisata sudah mencoba mengangkat potensi
sumber daya (alam) yang dimiliki oleh Indonesia. Namun pada tahun ini
meskipun kunjungan wisatawan internasional menurun akibat perang di Timur
Tengah, pariwisata Indonesia mengalami kenaikan sebesar 23% dari tahun 1991
dengan Bali dan Jakarta mendominasi jumlah kunjungan masing-masing sebesar
1.024.231 dan 958.818 wisatawan.
Pada tahun 1993 pariwisata Indonesia mencoba mengangkat isu “mass tourism”
dengan dengan merenovasi Bali Beach Bunker yang sekarang dikenal dengan
Hotel Grand Bali Beach dimana tempat ini dikenal sebagai bunker pasukan sekutu
pada perang dunia II. Setelah 1993, hampir dapat dikatakan promosi pariwisata
Indonesia mengalami masa-masa suram akibat gejolak politik di dalam negeri.
Beberapa peristiwa penting antara tahun 1995 hingga tahun 2000 yang
mempengaruhi kunjungan wisatawan adalah gejolak politik di Timor Timur pada
Desember 1996 serta peristiwa kejatuhan presiden kedua RI pada tahun 1998.

Pada tahun 2000 pariwisata Indonesia mencatat rekor tertinggi rata-rata lama
tinggal wisatawan mancanegara yakni sebesar 12,26 hari dengan jumlah
kunjungan wisatawan sebanyak 5,064,217. Pada tahun 2002 pariwisata Indonesia
kembali mengalami masa suram akibat peristiwa bom Bali pada tanggal 12
Oktober 2002. Peristiwa ini menyebabkan penurunan wisatawan secara drastis di
Bali dari 156.923 menjadi 86.901 dan mengurangi secara kumulatif jumlah
kunjungan wisman ke Indonesia sebesar 0,21%. Secara umum dinamika
pariwisata Indonesia dapat digambarkan sebagai berikut:

 1946, Pembentukan Hotel and Tourism/HONET (Departemen


Perhubungan), dengan tugas mengelola hotel-hotel peninggalan Belanda
 1952, Keppres Pembentukan Panitia Inter -Depertemental Urusan
Tourisme dengan tugas membentuk Daerah Tujuan Wisata (DTW)
 1953, Serikat Gabungan Hotel dan Tourisme Indonesia (Sergahti) dengan
tugas mengosongkan “penghuni tetap” hotel dan penetapan tarif hotel
 1955, Konferensi Asia Afrika, dibentuk PT. Natour (National Hotels and
Tourism Corporation Ltd.) oleh Bapindo (Bank Pembangungan Indonesia)
pada tahun 1993 bergabung dengan PT. HII (Hotel Indonesia
International)
 1955, Dibentuk Direktorat Pariwisata di bawah Dephub
 1961, Dewan Pariwisata Indonesia (Depari)
 1989, Inpres No. 3 Tahun 1989 Tentang Tahun Kunjungan Wisata
Indonesia 1991, dan Kampanye Sadar Wisata (Kepmen
No:KM.52/HM.601/MPPT-89).
 1990, Undang-undang Pariwisata Nomor: 9 Tahun 1990
 1991, Visit Indonesian Year, Sapta Pesona (keamanan, ketertiban,
kebersihan, kenyamanan, keindahan, keramahan dan kenangan)
 1992, Visit Indonesia Year “Let’s go Archipelago” (Dekade Kunjungan
Indonesia/Dekuni) Wisman Bali 1.024.231 dan Jakarta 958.818
 2008, Visit Indonesia Year, Kebangkitan Nasional, Unity in Diversity
 2009, UU No. 10 Tahun 2009 tentang Pariwisata, Renstra Kemenbudpar
(2010 – 2014),
 2017, pembentukan 10 Bali baru

Pada tahun 2008 merupakan titik balik kampanye pariwisata Indonesia dengan
kembali digulirkannya Visit Indonesia Year 2008 dengan mengambil tema
Kebangkitan Nasional. Pada tahun inilah slogan “Unity in Diversity” (Bhinneka
Tunggal Ika) mulai digaungkan. Meskipun tema yang diangkat belum
menggambarkan dengan jelas apa produk pariwisata Indonesa yang hendak dijual.
Tahun-tahun ini juga menggambarkan tahun yang berat bagi pariwista Indonesia
terutama dengan munculnya isu terorisme di Indonesia. Angka kunjungan
wisatawan mancanegara ke Indonesia belum beranjak dari angka “keramat” 6 juta
wisatawan, bandingkan dengan Malaysia yang telah mencapai angka 23, 6 juta
wisatawan.

Masa kepemimpinan Presiden Joko Widodo mencanangkan 10 Bali baru.


10 Bali baru ini untuk mendongkrak kepariwisataan Indonesia. 10 Bali baru ini
yaitu Borobudur, Danau Toba, Bromo Tengger Semeru, Pulau Komodo, Pulau
Seribu, Tanjung Kelayang, Mandalika, Wakatobi, Morotai dan Tanjung Lesung.
Tetapi, 4 menjadi prioritas yaitu Danau Toba, Borobudur, Mandalika, Labuan
Bajo. 4 daerah ini tinggal dipoles lagi dan pembangunan infrastruktur.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Pariwisata sudah ada sejak dulu walaupun untuk berkelangsungan hidup.


Revolusi industri dan revolusi lainnya di dunia berpengaruh terhadap
perkembangan pariwisata hingga saat ini semakin maju diiringi juga dengan
perkembangan akomodasi mulai dari penginapan kecil himgga besar. UNWTO.
Badan yang menaungi kepariwisatan dunia turut dibentuk untuk mengatur dan
memajukan pariwisata di dunia.

3.2 Daftar Pustaka

1. Jafari, J. (2000) Encyclopedia of Tourism, Routledge, USA, p. 305


2. Yamashita, S. (2010) A 20-20 Vision of Tourism Research in Bali:
Towards Reflexive Tourism Studies, Goodfellow – Oxford, p.3
3. Kemenbudpar, 2010
4. Crotts, John C. and Ryan, Chris A. (1997) Marketing Issues in Pacific
Area Tourism, Haworth Press – USA, p.77
5. Kemenbudpar, RI
6. Biro Pusat Statistik
7. Antonius, Bungaran dkk. ( 2017 ). Sejarah Pariwisata : Menuju
Perkembangan Pariwisata Indonesia. Jakarta : Yayasan Pustaka Obor
Indonesia

Anda mungkin juga menyukai