Anda di halaman 1dari 76

PETA KONSEP

A. Kedatangan Bangsa-Bangsa Barat ke Indonesia

1. Latar Belakang Kedatangan Bangsa Barat.

Wilayah Indonesia sangat luas, kekayaan melimpah, dan kaya akan berbagai budaya,

kondisi inilah yang menjadi daya tarik bangsa-bangsa lain datang ke Indonesia. Hubungan

dagang dan interaksi budaya merupakan contoh hubungan Indonesia dengan bangsa-bangsa

asing. Adanya hubungan dengan bangsa-bangsa asing tidak hanya berdampak positif, tetapi

juga negatif. Salah satu dampak negatif hubungan Indonesia dengan bangsa asing adalah

terjadinya penjajahan pada masa lalu. Penjajahan menyebabkan penderitaan bangsa Indonesia

dan telah menyebabkan perubahan dalam aspek geografi, sosial, budaya, dan politik. Rakyat

di berbagai daerah berusaha mengusir penjajah dari bumi pertiwi, tetapi seringkali gagal.
Bangsa Indonesia sadar bahwa perlawanan di berbagai daerah gagal mengusir penjajah

karena kurangnya persatuan dan kesatuan. Pada awal abad XX, bangsa Indonesia

menemukan strategi baru perjuangan kemerdekaan, yakni melalui organisasi pergerakan

nasional. Pergerakan nasional merupakan perjuangan mencapai kemerdekaan dengan

organisasi modern dan melalui berbagai cara. Sumpah Pemuda pada tanggal 28 Oktober

1928 merupakan tonggak penting gerakan persatuan nasional. Semangat persatuan dan tekad

bangsa Indonesia untuk merdeka dikabulkan Tuhan Yang Maha Esa, sehingga pada tanggal

17 Agustus 1945, bangsa Indonesia memproklamasikan kemerdekaan. Keunggulan lokasi

berperan penting terhadap kegiatan ekonomi, transportasi, dan komunikasi masyarakat

Indonesia. Berbagai keunggulan yang dimiliki bangsa Indonesia juga menjadi salah satu

pendorong bangsa-bangsa asing untuk datang ke Indonesia. Bukan hanya bangsa-bangsa

Asia, tetapi bangsa-bangsa Eropa yang letaknya ribuan kilometer dari Indonesia tertarik dan

berdatangan ke Indonesia. Kedatangan bangsa asing ke Indonesia sempat merugikan bangsa

Indonesia, mereka menguasai Indonesia pada masa kolonialisme dan imperialism melahirkan

dampak-dampak negatif bagi bangsa Indonesia. Mengapa bangsa-bangsa Barat tertarik

dengan kekayaan Indonesia? Faktor apa saja yang mendorong kedatangan bangsa-bangsa

Barat ke Indonesia? Berikut ini ulasannya.

Beberapa daya tarik dan faktor pendorong bangsa Barat ke Indonesia antara lain

sebagai berikut.

a. Daya Tarik Indonesia bagi Bangsa-Bangsa Barat

Indonesia merupakan salah satu negara di Asia Tenggara yang memiliki kekayaan

alam yang melimpah ruah terutama jenis rempah-rempah. Berbagai komoditas

perdagangan yang dihasilkan bangsa Indonesia itulah yang menjadi incaran bangsa-

bangsa Barat. Berbagai hasil bumi Indonesia tidak hanya menjadi konsumsi bangsa-

bangsa Asia, tetapi juga menjadi salah satu incaran bangsa-bangsa Barat. Mengapa
bangsa-bangsa Barat sangat membutuhkan rempah-rempah? Indonesia dan bangsa-

bangsa di Eropa memiliki perbedaan kondisi alam. Lokasi memengaruhi perbedaan

iklim dan kondisi tanah di Indonesia dan Eropa. Hal ini mengakibatkan hasil bumi

yang diperoleh juga berbeda. Bangsa Indonesia harus senantiasa bersyukur karena

dianugerahi Tuhan Yang Maha Esa hidup di daerah tropis yang subur. Bangsa-bangsa

Barat membutuhkan rempah-rempah karena mereka sangat membutuhkan, sementara

persediaan di Eropa sangat terbatas. Rempah-rempah bagi bangsa-bangsa Eropa dapat

digunakan untuk mengawetkan makanan, bumbu masakan, dan obat-obatan. Negara-

negara tropis seperti Indonesia kaya akan rempah-rempah sehingga bangsa-bangsa

Barat berusaha memperolehnya.

b. Motivasi 3G (Gold, Gospel, dan Glory) 

Gold, Gospel, Glory merupakan motivasi Bangsa-bangsa Barat melakukan

penjelajahan samudra. Terkenal dengan semboyan 3G karena memang semboyan

tersebut berawalan dengan huruf “G”, yakni Gold, Glory, dan Gospel. Apa yang

dimaksud dengan Gold, Glory, dan Gospel?

Gold artinya emas, yang identik dengan kekayaan. Semboyan ini menggambarkan

bahwa tujuan bangsa Barat ke Indonesia adalah untuk mencari kekayaan. Itulah

yang membuat mereka melakukan ekspedisi dan penjelajahan.

Glory bermakna kejayaan bangsa. Kejayaan diperoleh dengan cara menguasai atau

menjajah negara lain.

Gospel adalah keinginan bangsa Barat untuk menyebarluaskan atau mengajarkan

agama Nasrani khususnya agama Kristen ke bangsa-bangsa di Asia, Afrika, dan

Amerika Selatan.

c. Revolusi Industri
Revolusi industri merupakan salah satu pendorong imperialisme modern. Sudah

sangat lama bangsa-bangsa Eropa mengetahui Nusantara (Indonesia) sebagai sumber

rempah-rempah. Revolusi Industri yang terjadi sekitar tahun 1750-1850 merupakan

salah satu pendorong kedatangan bangsa-bangsa Barat ke Indonesia. Yang dimaksud

Revolusi Industri adalah pergantian atau perubahan secara menyeluruh dalam

memproduksi barang dari sebelumnya menggunakan tenaga manusia dan hewan

menjadi tenaga mesin. Penggunaan mesin dalam industri menjadikan produksi lebih

efisien, ongkos produksi dapat ditekan, serta barang dapat diproduksi dalam jumlah

besar dan cepat. Berkembangnya revolusi industri menyebabkan bangsa-bangsa Barat

memerlukan bahan baku yang lebih banyak, dan daerah pemasaran untuk menjual

hasil-hasil industrinya.

Pengaruh Revolusi Industri yang sangat terasa adalah:

1) Penemuan mesin uap,. yang dapat dijadikan mesin penggerak perahu merupakan

teknologi baru pada masa tersebut. Perahu dengan mesin uap merupakan

penemuan sangat penting yang mendorong penjelajahan bangsa-bangsa Barat.

2) kompas, digunakan sebagai alat penunjuk arah dalam perjalanan penjelajajahn

Samudra.

3) mesin pemintal. Mesiu atau bahan peledak, yang digunakan sebagai senjata untuk

menaklukkan bangsa lain.

Penemuan-penemuan tersebut memicu bangsa-bangsa Barat untuk melakukan

berbagai petualangan.

B. proses kedatangan dan reaksi bangsa indonesia

Wilayah Indonesia sangat luas, kekayaan melimpah, dan kaya akan berbagai budaya,

kondisi inilah yang menjadi daya tarik bangsa-bangsa lain datang ke Indonesia.Hubungan

dagang dan interaksi budaya merupakan contoh hubungan Indonesia dengan bangsa-bangsa
asing. Adanya hubungan dengan bangsa-bangsa asing tidak hanya berdampak positif, tetapi

juga negatif. Salah satu dampak negatif hubungan Indonesia dengan bangsa asing adalah

terjadinya penjajahan pada masa lalu. Penjajahan menyebabkan penderitaan bangsa Indonesia

dan telah menyebabkan perubahan dalam aspek geografi, sosial, budaya, dan politik. Rakyat

di berbagai daerah berusaha mengusir penjajah dari bumi pertiwi, tetapi seringkali gagal.

Bangsa Indonesia sadar bahwa perlawanan di berbagai daerah gagal mengusir penjajah

karena kurangnya persatuan dan kesatuan. Pada awal abad XX, bangsa Indonesia

menemukan strategi baru perjuangan kemerdekaan, yakni melalui organisasi pergerakan

nasional. Pergerakan nasional merupakan perjuangan mencapai kemerdekaan dengan

organisasi modern dan melalui berbagai cara. Sumpah Pemuda pada tanggal 28 Oktober

1928 merupakan tonggak penting gerakan persatuan nasional. Semangat persatuan dan tekad

bangsa Indonesia untuk merdeka dikabulkan Tuhan Yang Maha Esa, sehingga pada tanggal

17 Agustus 1945, bangsa Indonesia memproklamasikan kemerdekaan. Bangsa-bangsa Barat

yang datang ke Indonesia pada masa penjajahan adalah Portugis, Spanyol, Belanda dan

Inggris. Dan Belanda adalah negara yang paling lama menjajah Indonesia.

Kedatangan bangsa Eropa ke Indonesia tidak dapat dilepaskan dengan:

1) berkembangnya teori helio sentris, di mana matahari sebagai pusat tata surya.

2) kemajuan ilmu dan teknologi, dengan ditemukannya kompas dan tarnsportasi laut.

3) keinginan untuk mencari pusat rempah-rempah.

Adapun bangsa Eropa yang berlayar sampai ke Indonesia adalah Portugis, Spanyol, Belanda

dan Inggris.

a) Kedatangan Bangsa Portugis di Maluku

Perjalanan bangsa Portugis mencari sumber rempah-rempah diawali dari kota

Lisabon, Portugis. Pada tahun 1486, Bartolomeus Diaz melakukan pelayaran

pertama menyusuri pantai barat Afrika, bermaksud melakukan pelayaran ke India,


namun gagal. Portugis mencapai Malaka pada tahun 1511 di bawah

pimpinan Alfonso d’Albuquerque berhasil menguasai Malaka dan Myanmar.

Selanjutnya ada tahun 1512, bangsa Portugis telah berhasil sampai di Maluku di

bawah pimpinan Antonio de Abreu dan Fransisco Serao.

b)  Ekspedisi Bangsa Inggris

Persekutuan dagang milik Inggris diberi nama EIC (East Indian Company), yang

didalamnya bergabung para pengusaha Inggris. Walaupun Inggris tiba di Kepulauan

Nusantara, pengaruhnya tidak terlalu banyak seperti halnya Belanda. Hal ini

disebabkan EIC terdesak oleh Belanda, sehingga Inggris menyingkir ke India/Asia

Selatan dan Asia Timur.

c) Kedatangan Bangsa Belanda di Jayakarta (Jakarta) 

Jayakarta merupakan pelabuhan penting di Pulau Jawa yang kemudian menjadi

markas VOC. Seorang pelaut Belanda Cornelis de Houtman memimpin ekspedisi ke

Indonesia, dan tiba di Pelabuhan Banten melalui Selat Sunda tahun 1596. Dengan

banyaknya pedagang Belanda di Indonesia maka muncullah persaingan di antara

mereka sendiri. Untuk mencegah persaingan yang tidak sehat, pada tahun 1602

didirikan Vereenigde Oost Indische Compagnie (VOC/Perserikatan Maskapai

Hindia Timur). yang merupakan penggabungan dari beberapa perusahaan dagang

Belanda. Gubernur Jenderal pertama VOC adalah Pieter Both. Pangeran Jayawikarta

(penguasa bagian wilayah Banten) memberi izin kepada VOC untuk mendirikan

kantor dagang di Jayakarta. Selain memberikan izin kepada VOC, Pangeran

Jayawikarta juga memberikan izin pendirian kantor dagang kepada EIC (Inggris).

Kebijakan ini membuat Belanda merasa tidak menyukai Pangeran Jayakarta.

Gubernur Jendral VOC Jan Pieterszoon Coen membujuk penguasa Kerajaan Banten

untuk memecat Pangeran Jayawikarta, sekaligus memohon agar izin kantor dagang
Inggris EIC dicabut. Pada tanggal 31 Mei 1619, keinginan VOC dikabulkan raja

Banten. Kesempatan ini menjadi mata rantai kekuasaan VOC dan Belanda pada

masa berikutnya, karena VOC menikmati keleluasaan dan kelonggaran yang

diberikan penguasa Banten. Jayakarta oleh VOC diubah namanya menjadi Batavia

yang dijadikan benteng sebagai tempat pertahanan, pusat kantor dagang, dan

pemerintahan. Pengaruh ekonomi VOC semakin kuat dengan dimilikinya hak

monopoli perdagangan.

B. Kondisi Masyarakat Indonesia pada Masa Penjajahan

1. Pengaruh Monopoli dalam Perdagangan.

Wilayah Indonesia sangat luas, kekayaan melimpah, dan kaya akan berbagai budaya,

kondisi inilah yang menjadi daya tarik bangsa-bangsa lain datang ke Indonesia. Hubungan

dagang dan interaksi budaya merupakan contoh hubungan Indonesia dengan bangsa-

bangsa asing. Adanya hubungan dengan bangsa-bangsa asing tidak hanya berdampak

positif, tetapi juga negatif. Salah satu dampak negatif hubungan Indonesia dengan bangsa

asing adalah terjadinya penjajahan pada masa lalu. Penjajahan menyebabkan penderitaan

bangsa Indonesia dan telah menyebabkan perubahan dalam aspek geografi, sosial, budaya,

dan politik. Rakyat di berbagai daerah berusaha mengusir penjajah dari bumi pertiwi,

tetapi seringkali gagal. Bangsa Indonesia sadar bahwa perlawanan di berbagai daerah

gagal mengusir penjajah karena kurangnya persatuan dan kesatuan. Pada awal abad XX,

bangsa Indonesia menemukan strategi baru perjuangan kemerdekaan, yakni melalui

organisasi pergerakan nasional. Pergerakan nasional merupakan perjuangan mencapai

kemerdekaan dengan organisasi modern dan melalui berbagai cara. sehingga pada tanggal

17 Agustus 1945, bangsa Indonesia memproklamasikan kemerdekaan. Pada awal

kedatangannya, bangsa-bangsa Barat diterima dengan baik oleh rakyat Indonesia.

Hubungan perdagangan tersebut kemudian berubah menjadi hubungan penguasaan atau


penjajahan. VOC terus berusaha memperoleh kekuasaan yang lebih dari sekedar jual beli.

Itulah yang memicu kekecewaan, kebencian, dan perlawanan fisik. Dalam melakukan

aktivitasnya VOC dipimpin oleh seorang Gubernur Jenderal yang menjalankan tugas

pemerintahan di daerah-daerah jajahan.Selain itu, VOC mempunyai hak oktroi/istimewa

yang isinya sebagai berikut.

1) Hak mencetak uang.


2) Hak memiliki angkatan perang.
3) Hak memerintah daerah yang diduduki.
4) Hak melakukan perjanjian dengan raja-raja.
5) Hak memonopoli perdagangan rempah-rempah

Pada awalnya, VOC meminta keistimewaan hak-hak dagang. Akan tetapi, dalam

perkembangannya menjadi penguasaan pasar (monopoli). VOC menekan para raja untuk

memberikan kebijakan perdagangan hanya dengan VOC. Akhirnya, VOC bukan hanya

menguasai daerah perdagangan, tetapi juga menguasai politik atau

pemerintahan.Monopoli adalah penguasaan pasar yang dilakukan oleh satu atau sedikit

perusahaan. Bagi pelaku perusahaan, monopoli sangat menguntungkan karena mereka

dapat menentukan harga beli dan harga jual. Sebagai contoh, pada saat melakukan

monopoli rempah-rempah di Indonesia,VOC membuat perjanjian dengan kerajaan-

kerajaan di Indonesia. Isinya, setiap kerajaan hanya mengizinkan rakyat menjual hasil

bumi kepada VOC. Karena produsen sudah dikuasai VOC, maka pada saat rempah-

rempah dijual, harganya sangat turun.Sebaliknya, VOC menjualnya kembali ke Eropa

dengan harga yang sangat tinggi. Belanda memaksa kerajaan-kerajaan di Indonesia untuk

menandatangani kontrak monopoli dengan berbagai cara.Salah satu caranya adalah politik

adu domba atau dikenal devide et impera (politik diadu domba) terhadap kerajaan yang

satu dengan kerajaan yang lain, atau antarpejabat kerajaan.Belanda berharap akan terjadi

permusuhan antarbangsa Indonesia, sehingga terjadi perang antarkerajaan.


Masa Pemerintahan Hindia Belanda

Pada saat terjadi perang antar kerajaan, Belanda mendukung salah satu kerajaan yang

berperang. Demikian halnya saat terjadi konflik di dalam kerajaan, Belanda akan mendukung

salah satu pihak.Setelah pihak yang didukung Belanda menang, Belanda akan meminta balas

jasa.Seusai perang, Belanda biasanya meminta imbalan berupa monopoli perdagangan atau

penguasaan atas beberapa lahan atau daerah.VOC mengalami kebangkrutan pada akhir abad

XVIII karena korupsi dan manajemen perusahaan yang kurang baik.Akhirnya, tanggal 13

Desember 1799, VOC dibubarkan dan mulai tanggal 1 Januari 1800, Indonesia menjadi

jajahan Pemerintah Belanda. atau sering disebut masa Pemerintahan Hindia Belanda. Mulai

periode inilah Belanda secara resmi menjalankan pemerintahan kolonial dalam arti yang

sebenarnya.

2. Pengaruh Sistem Tanam Paksa 

Wilayah Indonesia sangat luas, kekayaan melimpah, dan kaya akan berbagai

budaya, kondisi inilah yang menjadi daya tarik bangsa-bangsa lain datang ke

Indonesia.Hubungan dagang dan interaksi budaya merupakan contoh hubungan Indonesia

dengan bangsa-bangsa asing.Adanya hubungan dengan bangsa-bangsa asing tidak hanya

berdampak positif, tetapi juga negatif.Salah satu dampak negatif hubungan Indonesia

dengan bangsa asing adalah terjadinya penjajahan pada masa lalu.Penjajahan

menyebabkan penderitaan bangsa Indonesia dan telah menyebabkan perubahan dalam

aspek geografi, sosial, budaya, dan politik.Rakyat di berbagai daerah berusaha mengusir

penjajah dari bumi pertiwi, tetapi seringkali gagal. Bangsa Indonesia sadar bahwa

perlawanan di berbagai daerah gagal mengusir penjajah karena kurangnya persatuan dan

kesatuan. Pada awal abad XX, bangsa Indonesia menemukan strategi baru perjuangan

kemerdekaan, yakni melalui organisasi pergerakan nasional. Pergerakan nasional

merupakan perjuangan mencapai kemerdekaan dengan organisasi modern dan melalui


berbagai cara. Pada masa penjajahan abad XX, tanaman tembakau, kopi dan kakao

merupakan komoditas utama ekspor Indonesia. Karena itu, Belanda berusaha menaikkan

ekspor tanaman perkebunan tersebut. Apalagi ketika awal abad XX Belanda menghadapi

perang di Eropa, yang menyebabkan kerugian keuangan yang besar. Selain itu Belanda

menghadapi berbagai perlawanan rakyat Indonesia di berbagai daerah. Salah satu cara

Belanda untuk menutup kerugian adalah dengan meningkatkan ekspor.Peningkatan ekspor

merupakan pilihan Belanda untuk mempercepat penambahan pundi-pundi keuangan

negara.Pada tahun 1830,Johannes van den Bosch menerapkan sistem tanam paksa (cultuur

stelsel).Kebijakan ini diberlakukan karena Belanda menghadapi kesulitan keuangan akibat

Perang Diponegoro (1825-1830) dan Perang Belgia (1830-1831).

Ketentuan-ketentuan kebijakan Sistem Tanam Paksa

1) Penduduk wajib menyerahkan seperlima tanahnya untuk ditanami tanaman wajib dan

berkualitas ekspor.

2) Tanah yang ditanami tanaman wajib bebas dari pajak tanah.

3) Waktu yang digunakan untuk pengerjaan tanaman wajib tidak melebihi waktu untuk

menanam padi.

4) Apabila harga tanaman wajib setelah dijual melebihi besarnya pajak tanah,

kelebihannya dikembalikan kepada penduduk.

5) Kegagalan panen tanaman wajib bukan kesalahan penduduk, melainkan menjadi

tanggung jawab pemerintah Belanda.

6) Penduduk dalam pekerjaannya dipimpin penguasa pribumi, sedangkan pegawai Eropa

menjadi pengawas, pemungut, dan pengangkut.

7) Penduduk yang tidak memiliki tanah harus melakukan kerja wajib selama seperlima

tahun (66 hari) dan mendapatkan upah.


Ketentuan kebijakan tanam paksa yang diberlakukan pemerintah Hindia Belanda

sangat memberatkan masyarakat Indonesia.Apalagi, pelaksanaannya penuh dengan

penyelewengan sehingga semakin menambah penderitaan rakyat Indonesia.Banyak ketentuan

yang dilanggar atau diselewengkan baik oleh pegawai Belanda maupun pribumi.

Pelaksanaan Sisten Tanam Paksa 

Praktik-praktik penekanan dan pemaksaan terhadap rakyat tersebut antara lain sebagai

berikut.

1) Menurut ketentuan, tanah yang digunakan untuk tanaman wajib hanya 1/5 dari tanah

yang dimiliki rakyat. Namun kenyataannya, selalu lebih bahkan sampai ½ bagian dari

tanah yang dimiliki rakyat.

2) Kelebihan hasil panen tanaman wajib tidak pernah dibayarkan.

3) Waktu untuk kerja wajib melebihi dari 66 hari, dan tanpa imbalan yang memadai.

4) Tanah yang digunakan untuk tanaman wajib tetap dikenakan pajak.

Penderitaan rakyat Indonesia akibat kebijakan Tanam Paksa ini dapat dilihat dari

jumlah angka kematian rakyat Indonesia yang tinggi akibat kelaparan dan penyakit

kekurangan gizi. Sistem ini membuat banyak pihak tidak bersimpati dan mengecam praktik

Tanam Paksa. Kecaman tidak hanya datang dari bangsa Indonesia, tetapi juga orang-orang

Belanda, yang menuntut agar Tanam Paksa dihapuskan. Akhirnya sistem Tanam Paksa

dihapus pada tahun 1870. Orang-orang Belanda yang menentang adanya Tanam Paksa

tersebut di antaranya Baron van Hoevel, E.F.E. Douwes Dekker (Multatuli), dan L.

Vitalis. Pada tahun 1870, keluar Undang-Undang Agraria (Agrarische Wet) yang mengatur

tentang prinsip-prinsip politik tanah di negeri jajahan yang menegaskan bahwa pihak swasta

dapat menyewa tanah, baik tanah pemerintah maupun tanah penduduk. Tanah-tanah

pemerintah dapat disewa pengusaha swasta sampai 75 tahun. Tanah penduduk dapat disewa

selama 5 tahun, dan ada juga yang disewa sampai 30 tahun.


Undang-undang Gula (Suiker Wet)

Pada tahun yang sama juga (1870) keluar Undang-undang Gula (Suiker Wet), yang

berisi larangan mengangkut tebu keluar dari Indonesia. Tebu harus diproses di Indonesia.

Pabrik gula milik pemerintah akan dihapus secara bertahap dan diambil alih oleh pihak

swasta. Pihak swasta diberi kesempatan yang luas untuk mendirikan pabrik gula baru.

Melalui UU Gula, perusahaan-perusahaan swasta Eropa mulai berinvestasi di Hindia-Belanda

di bidang perkebunan. Sejak UU Agraria dan UU Gula dikeluarkan, pihak swasta semakin

banyak memasuki tanah jajahan di Indonesia. Mereka memainkan peranan penting dalam

mengeksploitasi tanah jajahan untuk mendapatkan bahan mentah bagi industri di Eropa.dan

tempat penanaman modal asing, tempat pemasaran barang-barang hasil industri dari Eropa,

serta penyedia tenaga kerja yang murah.

3. Pengaruh Sistem Sewa Tanah 

Wilayah Indonesia sangat luas, kekayaan melimpah, dan kaya akan berbagai

budaya, kondisi inilah yang menjadi daya tarik bangsa-bangsa lain datang ke Indonesia.

Hubungan dagang dan interaksi budaya merupakan contoh hubungan Indonesia dengan

bangsa-bangsa asing. Adanya hubungan dengan bangsa-bangsa asing tidak hanya

berdampak positif, tetapi juga negatif. Salah satu dampak negatif hubungan Indonesia

dengan bangsa asing adalah terjadinya penjajahan pada masa lalu. Penjajahan

menyebabkan penderitaan bangsa Indonesia dan telah menyebabkan perubahan dalam

aspek geografi, sosial, budaya, dan politik. Rakyat di berbagai daerah berusaha mengusir

penjajah dari bumi pertiwi, tetapi seringkali gagal. Bangsa Indonesia sadar bahwa

perlawanan di berbagai daerah gagal mengusir penjajah karena kurangnya persatuan dan

kesatuan. Pada awal abad XX, bangsa Indonesia menemukan strategi baru perjuangan

kemerdekaan, yakni melalui organisasi pergerakan nasional. Pergerakan nasional

merupakan perjuangan mencapai kemerdekaan dengan organisasi modern dan melalui


berbagai cara. sehingga pada tanggal 17 Agustus 1945, bangsa Indonesia

memproklamasikan kemerdekaan.

Sistem Tanam Paksa dikenal dengan istilah cultuur stelsel. Pemerintah Hindia

Belanda memaksa rakyat Indonesia untuk menanam jenis tanaman rempah-rempah.

Kebijakan ini diberlakukan di Indonesia pada masa pemerintahan gubernur jendral

Johannes van den Bosch.

Kebun Raya Bogor merupakan salah satu pusat pengetahuan yang menyimpan

berbagai jenis tanaman, yang merupakan salah satu bukti pengaruh kekuasaan Inggris di

Indonesia.Pada masa tersebut meletus perang di Eropa antara Prancis dan Belanda. Willem

V dari negeri Belanda berhasil lolos dari serangan Prancis dan melarikan diri ke Inggris.

Willem V kemudian mengeluarkan maklumat yang memerintahkan para pejabat jajahan

Belanda menyerahkan wilayahnya kepada Inggris. Maklumat ini dimaksudkan agar

jajahan Belanda tidak jatuh ke tangan Prancis. Saat Inggris menguasai Indonesia,

Gubernur Jenderal Lord Minto membagi daerah jajahan Hindia Belanda menjadi empat

gubernement, yakni Malaka, Sumatra, Jawa, dan Maluku. Lord Minto selanjutnya

menyerahkan tanggung jawab kekuasaan atas seluruh wilayah itu kepada Letnan Gubernur

Thomas Stamford Raffles. Salah satu kebijakan terkenal pada masa Raffles adalah sistem

sewa tanah atau landrent-system atau landelijk stelsel.

Sistem sewa tanah tersebut memiliki ketentuan, antara lain sebagai berikut.

a. Petani harus menyewa tanah meskipun dia adalah pemilik tanah tersebut.

b. Harga sewa tanah tergantung kepada kondisi tanah.

c. Pembayaran sewa tanah dilakukan dengan uang tunai.

d. Bagi yang tidak memiliki tanah dikenakan pajak kepala.


Teori Domein 

Dalam melaksanakan sistem sewa tanah, Gubernur Jenderal Raflles

menggunakan Teori Domein. Rafles berpendapat bahwa tanah yang dimiliki petani pada

dasarnya adalah tanah para raja.Karena kekuasaan para raja telah berpindah dari pemerintah

Inggris, maka sebagai akibat hukumnya hak-hak pemilikan atas tanah tersebut dengan

sendirinya beralih pula kepada raja Inggris.Oleh karena itu, tanah-tanah yang dikuasai dan

digunakan oleh rakyat itu bukan miliknya, melainkan milik raja Inggris,sehingga mereka

wajib memberikan sesuatu kepada raja Inggris sebagaimana sebelumnya diberikan kepada

raja-raja mereka sendiri.Hal yang menjadi kewajiban untuk diberikan tersebut dikenal dengan

istilah landrente Raffles.Walaupun lebih ringan dari sistem Tanam Paksa, sewa tanah tetap

memberatkan rakyat.Sistem sewa tanah menggambarkan seakan-akan rakyat tidak memiliki

tanah, padahal tanah tersebut adalah milik rakyat.Hasil sewa tanah juga tidak seluruhnya

digunakan untuk kemakmuran rakyat, karena sebagian besar digunakan untuk kepentingan

penjajah.Pelaksanaan sistem sewa tanah tersebut dianggap memiliki banyak kelemahan

sehingga gagal diterapkan di Indonesia.

Beberapa penyebab kegagalan pelaksanaan sistem sewa tanah adalah sebagai berikut.

a. Sulit menentukan besar kecil pajak bagi pemilik tanah karena tidak semua rakyat

memiliki tanah yang sama.

b. Sulit menentukan luas dan tingkat kesuburan tanah petani.

c. Keterbatasan jumlah pegawai.

d. Masyarakat desa belum mengenal sistem uang.

Sistem sewa tanah diberlakukan terhadap daerah-daerah di Pulau Jawa, kecuali

daerah-daerah Batavia dan Parahyangan.Daerah-daerah Batavia umumnya telah menjadi

milik swasta dan daerah-daerah Parahyangan merupakan daerah wajib tanaman kopi yang

memberikan keuntungan besar kepada pemerintah.


4. Perlawanan Terhadap Kolonialisme dan Imperialisme

Kedatangan bangsa Eropa ke Indonesia ternyata mengakibatkan penderiaan bagi

masyarakat. Penderitaan ini terjadi di berbagai aspek kehidupan masyarakat.Sebagai reaksi

dari penderitaan dan berbagai kebijakan yang merugikan masyarakat, maka terjadilah

perlawanan di berbagai daerah.

1. Sultan Baabullah Mengusir Portugis

Konflik antara kerajaan di Indonesia dan persekutuan/kongsi dagang Barat

terjadi sejak para kongsi dagang menunjukkan kecongkakannya. Penyebab

utamanya adalah Portugis menghalang-halangi perdagangan Banda dengan

Tidore.Portugis menembaki jung-jung (perahu) dari Banda yang akan membeli

cengkih ke Tidore, sehingga terjadi perlawanan terhadap Portugis.Rakyat Maluku

sadar bahwa Portugis hanya akan merusak perdamaian, dan Sultan Hairun berhasil

menyatukan rakyat dan mengobarkan perlawanan pada tahun 1565.Portugis terus

terdesak oleh gempuran tentara kerajaan yang didukung rakyat, sehingga Portugis

menawarkan perundingan kepada Sultan Hairun.Pada tahun 1570, bertempat di

Benteng Sao Paolo, terjadi perundingan antara Sultan dan Portugis.

Namun, pada saat perundingan berlangsung tanpa disangka-sangka tiba-tiba

Portugis menangkap Sultan Hairun dan pada saat itu juga membunuhnya.Kelicikan

dan kejahatan Portugis tersebut menimbulkan kemarahan rakyat Maluku. Sultan

Baabullah (putera Sultan Hairun) dengan gagah melanjutkan perjuangan

ayahandanya dengan memimpin perlawanan.Pada saat bersamaan, Ternate dan

Tidore bersatu melancarkan serangan terhadap Portugis, akhirnya pada tahun 1575,

Portugis berhasil diusir dari Ternate.Tahun 1605 Portugis berhasil diusir oleh VOC

dari Ambon, kemudian menyingkir ke Timor Timur/Timor Leste dan melakukan

kolonisasi di tempat itu.


2. Perlawanan Aceh

Pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda (1607-1639), armada Aceh

telah disiapkan untuk menyerang kedudukan Portugis di Malaka.Saat itu, Aceh telah

memiliki armada laut yang mampu mengangkut 800 prajurit, dan wilayah Kerajaan

Aceh telah sampai di Sumatra Timur dan Sumatra Barat.Pada tahun 1629, Aceh

mencoba menaklukkan Portugis, tetapi penyerangan yang dilakukan Aceh ini belum

berhasil mendapat kemenangan.

3. Ketangguhan “Ayam Jantan dari Timur” 

Sultan Hasanuddin adalah Raja Gowa di Sulawesi Selatan. Suatu ketika,

Kerajaan Gowa (Sultan Hasanuddin) dan Bone (Arung Palaka) berselisih paham.Hal

ini dimanfaatkan VOC dengan mengadu domba kedua kerajaan tersebut. VOC

memberikan dukungan kepada raja Bone, sehingga Bone menang saat perang dengan

Gowa tahun 1666.Sultan Hassanuddin dipaksa menandatangani Perjanjian Bongaya

pada 18 November 1667.Perjanjian Bongaya adalah perjanjian antara Sultan

Hasanuddin dan VOC. Sultan Hasanuddin sangat ditakuti Belanda karena

ketangguhannya melawan Belanda sehingga disebut sebagai “Ayam Jantan dari

Timur”.

Isi dari perjanjian Bongaya sebagai berikut.

a. Belanda memperoleh monopoli dagang rempah-rempah di Makassar;

b. Belanda mendirikan benteng pertahanan di Makassar;

c. Makassar harus melepaskan daerah kekuasaannya berupa daerah di luar

Makassar;

d. Aru Palaka diakui sebagai Raja Bone.


4. Serangan Mataram terhadap VOC

Semula Mataram dengan Belanda terjalin hubungan yang baik, sehingga Belanda

diizinkan mendirikan benteng gudang (loji) untuk kantor dagang di Jepara pada tahun

1615.Sebagai imbalannya Belanda memberikan dua meriam untuk Kerajaan

Mataram.Perselisihan antara Mataram dan Belanda terjadi karena nafsu monopoli

Belanda. Pada tanggal 8 November 1618, Gubernur Jenderal VOC Jan Pieterzoon

Coen memerintahkan van der Marct menyerang Jepara.Peristiwa tersebut

memperuncing perselisihan antara Mataram dan Belanda. Raja Mataram Sultan Agung

segera mempersiapkan penyerangan terhadap kedudukan VOC di Batavia.

5. Searangan Mataram Ke Batavia 

Serangan pertama dilakukan pada tahun 1628. Pasukan Mataram dipimpin

Tumenggung Baurekso, yang tiba di Batavia tanggal 22 Agustus 1628.Selanjutnya,

menyusul pasukan Tumenggung Sura Agul-Agul, dan kedua bersaudara yaitu Kiai

Dipati Mandurejo dan Upa Santa.

Serangan pertama ini mengalami kegagalan karena:

a. kurangnya perbekalan;

b. Mataram kurang matang dalam strategi pertempuran;

c. Persenjataan Belanda jauh lebih modern dibandingkan tentara Mataram.

Mataram segera mempersiapkan serangan kedua, dengan pimpinan Kyai

Adipati Juminah, K.A. Puger, dan K.A. Purbaya. Persiapan dilakukan dengan lebih

matang.Gudang-gudang dan lumbung persediaan makanan didirikan di berbagai

tempat. Setelah semua persiapan selesai, pengepungan secara total terhadap Batavia

pun dilakukan.Namun, serangan kedua ini pun gagal, karena faktor kelemahan yang

sama seperti pada serangan pertama.serta lumbung padi persediaan makanan banyak

dihancurkan Belanda sehingga semakin memperlemah kekuatan Mataram.Pada tahun


1799, terjadi peristiwa penting dalam sejarah kolonialisme dan imperialisme Barat di

Indonesia.VOC dinyatakan bangkrut hingga dibubarkan, dengan demikian keberadaan

VOC sebagai kongsi dagang yang menjalankan roda pemerintahan di Indonesia

berakhir.Semua utang piutang dan segala milik VOC di Indonesia diambil alih

pemerintah Hindia Belanda.

C. Tumbuh dan Berkembangnya Semangat Kebangsaan


1. Latar Belakang Munculnya Nasionalisme Indonesia.

Nasionalisme di Indonesia muncul disebabkan adanya faktor dari dalam dan luar

negeri.Faktor dalam negeri misalnya, penderitaan rakyat, rasa senasib dan sepenanggungan

dan kegagalan perjuangan kedaerahan.Sedangkan faktor dari luar negeri misalnya munculnya

paham pan-Islamisme, Naionalisme, Sosialisme, Liberalisme, dan Demokrasi.Ditinjau dari

asal pengaruhnya, pergerakan nasional dilatarbelakangi berbagai kejadian di dalam negeri

Indonesia dan berbagai kejadian di luar negeri.Berbagai kejadian dari dalam negeri atau

sering disebut faktor internal yang melatarbelakangi pergerakan nasional,misalnya perluasan

pendidikan, kegagalan perjuangan di berbagai daerah, rasa senasib sepenanggungan, dan

perkembangan berbagai organisasi etnik kedaerahan.Adapun berbagai hal dari luar Indonesia

(faktor eksternal) yang melatarbelakangi terjadinya pergerakan nasional,antara lain

munculnya paham-paham baru di dunia seperti pan-Islamisme, nasionalisme, sosialisme,

liberalisme, dan demokrasi.Beberapa peristiwa seperti kemenangan Jepang atas Rusia dalam

perang 1905 danperkembangan berbagai organisasi pergerakan nasional di berbagai negara

juga menjadi faktor eksternal pendorong pergerakan nasional di Indonesia.

a. Perluasan Pendidikan

Pemerintah Hindia Belanda menerapkan kebijakan Politik Etis pada tahun

1901,yaitu dalam bidang irigasi/pengairan, emigrasi/ transmigrasi, dan edukasi/

pendidikan.Tiga kebijakan tersebut sebenarnya bertujuan memperbaiki kondisi


masyarakat yang semakin terpuruk.Namun, pelaksanaan kebijakan politik Etis tetap

lebih berpihak kepada penjajah.

Dalam pelaksanaannya, banyak penyelewengan dalam Politik Etis, seperti:

1) Irigasi hanya untuk kepentingan perkebunan Belanda.

2) Emigrasi/transmigrasi hanya untuk mengirim orang-orang Jawa ke luar Jawa

guna dijadikan buruh perkebunan dengan upah murah.

3) Pendidikan hanya sampai tingkat rendah, yang bertujuan memenuhi pegawai

rendahan.

Pendidikan tinggi hanya untuk orang Belanda dan sebagian anak pejabat.Segi

positif yang paling dirasakan bangsa Indonesia adalah pendidikan.Semakin banyak

orang Indonesia berpendidikan modern, yang kemudian mempelopori gerakan

pendidikan, sosial, dan politik.Pengaruh pendidikan inilah yang melahirkan para tokoh

pemimpin pergerakan nasional Indonesia.Pendidikan adalah investasi

peradaban.Melalui pendidikan akan tertanamkan pengetahuan dan kesadaran

nasionalisme bangsa Indonesia.Secara bertahap, mulai masuk abad XX, kesempatan

memperoleh pendidikan bagi rakyat Indonesia semakin besar.Hal ini dipengaruhi

kebijakan baru pemerintah Hindia Belanda melalui Politik Etis (Politik Balas Budi).

b. Kegagalan Perjuangan di Berbagai Daerah

Bangsa Indonesia menyadari berbagai penyebab kegagalan perjuangan

kemerdekaan pada masa lalu.Salah satu penyebab kegagalan perjuangan tersebut

adalah perlawanan yang bersifat kedaerahan.Kalian tentu ingat beberapa perjuangan

bangsa Indonesia di berbagai daerah.Bagaimana seandainya para tokoh seperti Imam

Bonjol, Pangeran Diponegoro, Pattimura, Sultan Hasanuddin, dan para tokoh lainnya

bersatu mengusir penjajah?Tentu Belanda akan mudah ditaklukkan.Memasuki abad

XX, corak perjuangan bangsa Indonesia berubah dari bersifat kedaerahan, menuju
perjuangan yang bersifat nasional.Bangsa Indonesia menemukan identitas kebangsaan

sebagai perekat perjuangan bersama.Paham kebangsaan atau nasionalisme telah

tumbuh dan menjelma menjadi sarana perjuangan yang sangat

kuat.Corak perjuangan nasional bangsa Indonesia ditandai dengan momentum

penting, yaitu diikrarkannya Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928.

c. Rasa Senasib Sepenanggungan

Perluasan kekuasaan Barat di Indonesia telah memengaruhi perubahan politik,

ekonomi, dan sosial bangsa Indonesia.Tekanan pemerintah Hindia Belanda pada bangsa

Indonesia telah memunculkan perasaan kebersamaan rakyat Indonesia sebagai bangsa

terjajah.Hal inilah yang mendorong tekad bersama untuk menghimpun kebersamaan

dalam pergerakan kebangsaan Indonesia.

d. Perkembangan Organisasi Etnis, Kedaerahan, dan Keagamaan

Organisasi pergerakan nasional tidak muncul begitu saja. Awalnya, organisasi

yang berdiri di Indonesia adalah organisasi etnis, kedaerahan, dan keagamaan.Berbagai

organisasi tersebut sering melakukan pertemuan hingga akhirnya muncul ide untuk

mengikatkan diri dalam organisasi yang bersifat nasional.Organisasi etnis banyak

didirikan para pelajar perantau di kota-kota besar.Mereka membentuk perkumpulan

berdasarkan latar belakang etnis. Beberapa contohnya antara lain Serikat Pasundan

serta Perkumpulan Kaum Betawi yang dipelopori oleh M Husni Thamrin.Selain

organisasi etnis, muncul juga beberapa organisasi kedaerahan, seperti Trikoro Dharmo

(1915), Jong Java (1915), dan Jong Sumatranen Bond (1917).Berbagai organisasi

bernapaskan keagamaan pada awal abad XX sangat memengaruhi perkembangan

kebangsaan Indonesia.Beberapa organisasi bernapas keagamaan yang muncul pada

masa awal abad XX antara lain Jong Islamiten Bond, Muda Kristen Jawi,

Muhammadiyah, Nahdlatul Ulama, PERSIS (Persatuan Umat Islam), dan Al-Jamiatul


Washiyah.Jong Islamieten Bond (JIB) didirikan tanggal 1 Januari 1925 di Jakarta

dengan ketua Raden Sam.Selain sebagai pusat dakwah Islam, JIB juga mengorganisir

kegiatan seni, budaya, sosial, penerbitan. Muda Kristen Jawi dibentuk tahun 1920, yang

kemudian berubah namanya menjadi Perkumpulan Pemuda Kristen (PPK).Kaum

wanita juga aktif berperan dalam berbagai organisasi baik organisasi sosial maupun

politik.Peran serta perempuan dalam memperjuangkan kemerdekaan telah ada sejak

dahulu.Beberapa tokoh pejuang wanita zaman dulu adalah RA Kartini, Dewi Sartika,

dan Maria Walanda Maramis.RA Kartini adalah putri Bupati Jepara Jawa Tengah yang

memperjuangkan emansipasi (persamaan derajat) antara laki-laki dan

perempuan.Beliau mendirikan sekolah khusus untuk perempuan.

e. Berkembangnya Berbagai Paham Baru

Paham-paham baru seperti pan-Islamisme, nasoonalisme, liberalisme,

sosialisme, dan demokrasi menjadi salah satu pendorong pergerakan nasional

Indonesia.Paham-paham tersebut mengajarkan bagaimana langkah-langkah

memperbaiki kondisi kehidupan bangsa Indonesia.Berbagai paham tersebut

memengaruhi berbagai organisasi pergerakan nasional Indonesia.

f. Berbagai Peristiwa dan Pengaruh dari Luar Negeri

Berbagai peristiwa di luar negeri yang turut menjadi pendorong pergerakan

kebangsaan Indonesia adalah sebagai berikut.

1) Kemenangan Jepang atas Rusia pada tahun 1905

Pada tahun 1904-1905 terjadi peperangan Jepang melawan Rusia.Rusia adalah

bangsa Eropa, sedangkan Jepang adalah bangsa Asia.Tentara Jepang berhasil

mengalahkan Rusia, dan menjadi inspirasi negara-negara lain bahwa orang Asia

bisa mengalahkan bangsa Barat.Bangsa-bangsa Asia pun semakin yakin mampu

melawan penjajah.
2) Berkembangnya nasionalisme di berbagai Negara

Pada abad XX, negara-negara terjajah di Asia dan Afrika menunjukkan

perjuangan pergerakan kebangsaan.India, wilayah jajahan Inggris, muncul

pergerakan dengan tokoh-tokohnya Mahatma Gandhi dan Muhammad Ali

Jinnah.Filipina, Jose Rizal memimpin perlawanan terhadap penjajah

Spanyol.Tiongkok, muncul dr. Sun Yat Sen, yang terkenal dengan gerakan

pembaharuannya.

2. Organisasi Pergerakan Nasional Indonesia.

Kebangkitan nasional adalah masa lahirnya kesadaran bangsa indonesia untuk

berjuang secara bersama-sama. dalam mengusir penjajahan.Kebangkitan nasional diawali

dengan berdirinya organisasi modern Budi Utomo. Kemudian berdiri pula Sarekat Islam,

Sarekat Dagang Islam,Indische Partij, Perhimpunan Indonesia dsb.Setiap tanggal 20 Mei

selalu diperingati sebagai hari Kebangkitan Nasional.Tanggal 20 Mei 1908 merupakan

hari lahir Boedi Oetomo (Budi Utomo), organisasi modern pertama di Indonesia yang

menjadi tonggak pergerakan nasional Indonesia.

a. Budi Utomo (BU)

Pada awal abad XX, sudah banyak mahasiswa di kota-kota besar terutama di

Pulau Jawa.Waktu itu sudah terdapat Sekolah kedokteran bernama STOVIA (School

tot Opleideing van Inlandsche Artsen) terdapat di Batavia (Jakarta).Para tokoh

mahasiswa kedokteran sepakat untuk memperjuangkan nasib rakyat Indonesia dengan

memajukan pendidikan rakyat.Pada tanggal 20 Mei 1908, mereka sepakat mendirikan

sebuah organisasi bernama Budi Utomo (BU) dan memilih dr Sutomo sebagai

ketua.Tokoh lain pendiri Budi Utomo adalah Gunawan, Cipto M Mangunkusumo, dan

RT Ario Tirtokusumo.

b.  Sarekat Islam (SI)


Pada masa penjajahan, pasar-pasar di Indonesia telah ramai oleh para

pedagang Indonesia, Arab, dan Tiongkok.Akibat persaingan yang tidak sehat antara

pedagang pribumi dan pedagang Tiongkok, pada tahun 1911 KH Samanhudi dan RM

Tirtoadisuryo mendirikan didirikan Serikat Dagang Islam (SDI) di Solo.Tujuan utama

pada awalnya adalah melindungi kepentingan pedagang pribumi dari ancaman

pedagang Tiongkok.Saat itu, para pedagang Tiongkok menguasai perdagangan di

pasar, menggeser para pedagang lokal yang kurang pendidikan dan

pengalaman.Dalam Kongres di Surabaya tanggal 30 September 1912, SDI berubah

menjadi Sarekat Islam (SI).Perubahan nama dimaksudkan agar kegiatan organisasi

lebih terbuka ke bidang-bidang lain, tidak hanya perdagangan.Pada tahun 1913, SI

dipimpin oleh Haji Umar Said Cokroaminoto. Perjuangan SI sangat menarik rakyat

karena kegiatannya yang membela rakyat. Sehingga anggota SI mencapai

800.000.Dan Pada tahun 1923, SI berubah nama menjadi Partai Sarekat Islam (PSI)

yang bersifat nonkooperatif (tidak mau bekerjasama) terhadap Belanda.Tahun 1927

PSI, menetapkan tujuan pergerakan secara jelas, yaitu Indonesia merdeka berasaskan

Islam.

c. Indische Partij (IP)

Indische Partij (IP) adalah partai politik pertama di Indonesia.Pendiri Indische

Partij (IP) terkenal dengan sebutan tiga serangkai, yakni E.F.E. Douwes Dekker

(Danudirjo Setiabudi), R.M. Suwardi Suryaningrat, dan dr Cipto Mangunkusumo.

Indische Partij dideklarasikan tanggal 25 Desember 1912.Tujuan IP yakni

mengembangkan semangat nasionalisme bangsa Indonesia.Sehingga keanggotaannya

pun terbuka bagi semua golongan tanpa memandang suku, agama, dan ras.Pada tahun

1913, Belanda mempersiapkan pelaksanaan perayaan 100 tahun pembebasannya dari

kekuasaan Prancis.Belanda meminta rakyat Indonesia untuk turut memperingati hari


tersebut.Para tokoh Indische Partij menentang rencana tersebut.Suwardi Suryaningrat

menulis artikel yang dimuat dalam harian De Expres, dengan judul Als Ik een

Nederlander was (Seandainya Aku Orang Belanda).Pada artikel tersebut Suwardi

mengecam Belanda, katanya: Bagaimana mungkin bangsa terjajah (Indonesia) disuruh

merayakan kemerdekaan penjajah.Pemerintah Belanda marah dengan sikap para

tokoh Indische Partij.Akhirnya Douwes Dekker, Tjipto Mangunkusumo, dan Suwardi

Suryaningrat ditangkap dan dibuang ke Belanda.

d. Perhimpunan Indonesia (PI)

Semula bernama Indische Vereeniging (IV), yang didirikan oleh orang-orang

Indonesia di Belanda pada tahun 1908.Pada tahun 1922, Indische

Vereeniging berubah nama menjadi Indonesische Vereeniging dengan kegiatan utama

politik.Dan pada tahun 1925 berubah menjadi Perhimpunan Indonesia (PI), dengan

menerbitkan  majalah Hindia Putra, yang kemudian berubah menjadi Indonesia

Merdeka.Tujuan utama PI adalah mencapai Indonesia merdeka, memperoleh suatu

pemerintahan Indonesia yang bertanggung jawab kepada seluruh rakyat.

Tokoh-tokoh Perhimpunan Indonesia (PI):


 Mohammad Hatta,

 Ali Sastroamijoyo,

 Abdulmajid Joyoadiningrat,

 Iwa Kusumasumantri,

 Sastro Mulyono,

 Sartono,

 Gunawan Mangunkusumo, dan

 Nazir Datuk Pamuncak.

Pada tahun 1925, PI secara tegas mengeluarkan manifesto arah perjuangan,

yaitu:
 Indonesia bersatu, menyingkirkan perbedaan, dapat mematahkan kekuasaan penjajah.

 Diperlukan aksi massa yang percaya pada kekuatan sendiri untuk mencapai Indonesia

Merdeka.

 Melibatkan seluruh lapisan masyarakat merupakan sarat mutlak untuk perjuangan

kemerdekaan.

 Anasir yang berkuasa dan esensial dalam tiap-tiap masalah politik.

 Penjajahan telah merusak dan demoralisasi jiwa dan fisik bangsa, sehingga

normalisasi jiwa dan materi perlu dilakukan secara sungguh-sungguh.

Manifesto 1925 sangat menggugah kesadaran bangsa Indonesia, serta sangat

memengaruhi pola pergerakan nasional bangsa Indonesia.Gagasan manifesto 1925

terealisasi saat Sumpah Pemuda diikrarkan pada 28 Oktober 1928.Kongres Pemuda

I dilaksanakan tanggal 30 April – 2 Mei 1926 di Jakarta, dihadiri berbagai organisasi

pemuda.Pada Kongres Pemuda I ini berhasil membentuk jaringan yang lebih kokoh

untuk mempersatukan diri, yang kemudian dilanjutkan dalam Kongres Pemuda II

tahun 1928.Panitia Kongres Pemuda II dibentuk tanggal 12 Agustus 1928 dengan

ketuanya Sugondo Joyopuspito.Susunan panitia mewakili wilayah di seluruh

Indonesia.

Beberapa tokoh panitia Kongres Pemuda II adalah

 Sugondo (PPPI),

 Joko Marsaid (Jong Java),

 M Yamin (Jong Sumatranen Bond),

 Amir Syarifuddin (Jong Bataks Bond),

 Senduk (Jong Celebes)

 J. Leimena (Jong Ambon),

 Johan Muh. Cai (Jong Islamieten Bond),


Kongres II diselenggarakan 27-28 Oktober 1928, dihadiri oleh perwakilan

organisasi-organisasi pemuda dari seluruh Indonesia.Dalam Kongres Pemuda II ini,

keinginan untuk membentuk negara sendiri semakin kuat.Akhirnya, tanggal 28

Oktober 1928, dibacakanlah keputusan hasil Kongres Pemuda II, yang berupa ikrar

pemuda yang terkenal dengan Sumpah Pemuda.

Sumpah Pemuda
Kami Putra dan Putri Indonesia mengaku bertumpah darah jang satu, tanah Indonesia
Kami Putra dan Putri Indonesia mengaku berbangsa jang satu, bangsa Indonesia
Kami Putra dan putri Indonesia menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia.

Beberapa keputusan penting Kongres II 27-28 Oktober 1928:


 Ikrar Sumpah Pemuda tanggal 28 Oktober 1928.
 Menetapkan lagu Indonesia Raya ciptaan WR Supratman sebagai lagu kebangsaan
Indonesia.
 Bendera merah putih ditetapkan sebagai lambang negara Indonesia.

Realisasi hasil Kongres Pemuda II adalah didirikannya Indonesia

Muda tahun 1930.Indonesia Muda berasaskan kebangsaan dan bertujuan Indonesia

Raya.Pemerintah Belanda sangat menekan rapat-rapat yang diselenggarakan para

tokoh pemuda.Lagu Indonesia Raya dilarang dan penyebutan Indonesia Merdeka

tidak diperbolehkan.Para tokoh pemuda menyiasati tekanan tersebut.Pada Kongres

Prmuda III di Yogyakarta tahun 1938, tujuan kemerdekaan nusa dan bangsa diganti

dengan menjunjung tinggi martabat nusa dan bangsa.

e. Partai Nasional Indonesia (PNI)


Partai Nasional Indonesia (PNI) didirikan tanggal 4 Juli 1927 di Bandung,

dipimpin Ir Soekarno.Tujuan PNI adalah Indonesia merdeka, dengan ideologi

nasionalisme.PNI mengadakan kegiatan konkret baik politik, sosial, maupun

ekonomi.Organisasi ini terbuka dan revolusioner, sehingga PNI cepat meraih anggota

yang banyak.Keikutsertaan Hatta dalam kegiatan politik Soekarno semakin membuat

PNI sangat kuat.Kegiatan politik PNI dianggap mengancam pemerintah Belanda,

sehingga para tokoh PNI ditangkap dan diadili tahun 1929.Soekarno, Maskoen, Gatot

Mangkupraja, dan Supriadinata diadili Belanda.Pembelaan Soekarno di hadapan

pengadilan diberi judul “Indonesia Menggugat”. Sukarno dan kawan-kawan dihukum

penjara.Tahun 1931, PNI dibubarkan. Selanjutnya Sartono membentuk Partai

Indoneisa (Partindo).Adapun Mohammad Hatta dan Sutan Syahrir mendirikan

organisasi Pendidikan Nasional Indonesia.Para tokoh partai tersebut kemudian

ditangkap Belanda dan diasingkan ke Boven Digul, Papua.

f. Partai Indoneisa (Partindo)

Didirikan pada tahun 1931 oleh Sartono

g. Parindra (Partai Indonesa Raya)


Tokoh-tokoh Parindra antara lain M Husni Thamrin, R Sukardjo, R Panji Suroso, dan

Mr Susanto.

h. Gerindo (Gerakan Indonesia)

Didirikan di Jakarta pada bulan April 1937. Pemimpinnya adalah mantan pimpinan

Partindo yang dibubarkan tahun 1937, seperti Amir Syarifuddin, Mr. M. Yamin, Mr.

Sartono, dan Dr. A.K. Gani. Golongan nasionalis mencoba menggunakan Volksraad

sebagai media perjuangan nasional. Dengan tujuan memperkuat wakil-wakil bangsa

Indonesia, tahun 1930.Husni Thamrin membentuk Fraksi Nasional. Pada tahun 1936,

seorang anggota Volksraad, Sutarjo mengajukan petisi menuntut kemerdekaan

Indonesia dalam masa 10 tahun.Petisi ini kemudian dikenal dengan nama Petisi

Sutarjo. Petisi tersebut ditolak Belanda dengan alasan bangsa Indonesia belum siap

untuk merdeka.Para pejuang pergerakan nasional kecewa, dan tidak terlalu berharap

kepada Volksraad. Sehingga pada tahun 1939, dibentuk federasi/gabungan dari

beberapa organisasi politik yang disebut Gabungan Politik Indonesia

(GAPI).Semboyan GAPI yang terkenal adalah “Indonesia Berparlemen”.

3. Pergerakan Nasional pada Masa Pendudukan Jepang.

Perang Dunia II di Asia berdampak pada berakhirnya penjajahan Belanda di

Indonesia. Namun bukan berarti bangsa Indonesia terbebas dari penjajahan. Karena

bangsa Indonesia di jajah oleh Jepang.Pada jaman Jepang bangsa Indonesia tetap

menderita, apalagi Jepang menerapkan kerja paksa yang dikenal dengan nama

Romusha.Namun pada saat Jepang mulai terdesak oleh sekutu dalam Perang Dunia II, 

sikap Jepang mulai melunak.

Perjuangan Fisik Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia

Setelah memproklamasikan kemerdekaannya pada 17 Agustus 1945, bangsa

Indonesia masih harus menghadapi Belanda yang ingin mengembalikan kekuasaannya atas
Indonesia.Dalam mempertahankan kemerdekaannya, bangsa Indonesia melakukan berbagai

upaya baik perjuangan secara fisik maupun diplomatik.

a. Insiden Hotel Yamato

Insiden Hotel Yamato adalah peristiwa perobekan bendera Belanda (merah-putih-

biru) menjadi bendera Indonesia (merah-putih).Adapun Insiden Hotel Yamato

terjadi pada tanggal 19 September 1945 di Hotel Yamato, Surabaya.Insiden ini

diawali oleh tindakan beberapa orang Belanda yang mengibarkan bendera Belanda

(merah-putih-biru) di tiang bendera Hotel Yamato.Tindakan tersebut menimbulkan

kemarahan rakyat Surabaya. Mereka mendatangi hotel itu dan berusaha menurunkan

bendera tersebut.Akhirnya, bendera Belanda berhasil diturukan dan bagian bendera

yang berwarna biru dirobek.Kemudian bendera dikibarkan kembali sebagai bendera

Indonesia (merah- putih).Pengibaran bendera Merah Putih diiringi dengan pekikan

‘Merdeka’ berulang kali.

b. Pertempuran Surabaya

Pertempuran Surabaya merupakan satu rangkaian peristiwa pertempuran yang

terjadi antara tentara Indonesia dan tentara Sekutu yang berlansung sejak tanggal 27

Oktober sampai 20 November 1945.Pertempuran yang paling besar terjadi pada

tanggal 10 November 1945.Pertempuran Surabaya diawali dengan kedatangan

Brigade 49/Divisi India ke-23 tentara Sekutu di bawah komando Brigadir Jenderal

A.W.S. Mallaby pada 25 Oktober 1945 di Surabaya.Tugas pasukan ini adalah

melucuti tentara Jepang dan menyelamatkan para tahanan perang Sekutu di

Indonesia.Semula pihak Indonesia menyambut baik kedatangan tentara

Sekutu.Tetapi setelah diketahui bahwa NICA membonceng bersama rombongan

tentara sekutu, muncullah pergerakan perlawanan rakyat Indonesia melawan tentara

Sekutu.Pada tanggal 30 Oktober 1945, terjadi bentrokan antara tentara Indonesia


melawan tentara Inggris.Brigadir Jenderal A.W.S. Mallaby tewas dalam bentrokan

ini.Hal ini mendorong tentara Sekutu mengirimkan pasukan dalam jumlah besar ke

Surabaya. Pasukan baru tersebut berada di bawah pimpinan Mayor Jenderal R.C.

Mansergh.Pada tanggal 9 November 1945, pihak sekutu mengeluarkan ultimatum

kepada rakyat Surabaya.

Batas waktu ultimatum adalah pukul 06.00 tanggal 10 November 1945.

Ultimatum tersebut tidak dihiraukan karena dianggap sebagai penghinaan terhadap

pejuang Indonesia.Pada tanggal 10 November 1945, tentara Inggris melakukan

serangan besar yang melibatkan 30.000 pasukan, sejumlah pesawat terbang, tank,

dan kapal perang.Tentara Inggris mengira perlawanan rakyat Surabaya dapat

ditaklukkan dalam waktu beberapa hari.Di luar dugaan tentara Inggris, para pelopor

pemuda seperti Bung Tomo dan tokoh-tokoh agama yang terdiri dari para kyai dan

ulamaterus menggerakan semangat perlawanan pejuang Surabaya hingga

perlawanan terus berlanjut berhari-hari bahkan berlangsung beberapa

minggu.Meskipun akhirnya kota Surabaya berhasil dikuasai tentara Sekutu, namun

Pertempuran Surabaya menjadi simbol nasional atas perlawanan bangsa Indonesia

terhadap penjajahan.Untuk mengenang peristiwa heroik di Surabaya, tanggal 10

November diperingati sebagai Hari Pahlawan.

c. Pertempuran Lima Hari di Semarang

Pertempuran lima hari di Semarang terjadi antara rakyat Indonesia di

Semarang dengan tentara. Peristiwa ini berawal ketika para tawanan veteran angkatan

laut Jepang yang dipindahkan dari Cepiring ke Bulu. Pemindahan ini dikawal oleh

polisi Indonesia. Di tengah perjalanan, mereka memberontak dan melarikan diri.

Selanjutnya mereka bergabung dengan batalyon Jepang yang berada di bawah

pimpinan Mayor Kido yang masih bersenjata di Jatingaleh, Semarang. Pada tanggal
14 Oktober 1945, tersiarnya kabar bahwa Jepang telah meracuni cadangan air minum

di Candi, Semarang.Dokter Karyadi selaku kepala laboratorium pusat Rumah Sakit

Rakyat memberanikan diri untukmemeriksa air minum tersebut.Akan tetapi, ketika

hendak melakukan pemeriksaan, Jepang menembaknya sehingga ia gugur.Peristiwa

ini membuat pada pemuda Semarang marah sehingga mereka serempak menyerbu

tentara Jepang.Pada tanggal 15 sampai dengan 20 Oktober 1945, terjadi pertempuran

antara Tentara Keamanan Rakyat (TKR) yang dibantu oleh barisan pemuda dengan

tentara Jepang yang persenjataannya lebih lengkap. Pertempuran berakhir setelah

terjadi perundingan antara pihak Indonesia yang diwakili oleh yaitu Kasman

Singodimedjo dan Mr. Sartono dan pihak Jepang yang diwakili Letnan Kolonel

Nomura.

d. Pertempuran Ambarawa 

Pertempuran Ambarawa adalah peristiwa perlawanan rakyat Indonesia

terhadap tentara Sekutu yang terjadi di Ambarawa, Jawa Tengah.Peristiwa ini diawali

dengan kedatangan tentara Sekutu di bawah pimpinan Brigadir Jenderal Bethel tiba di

Semarang ada 20 Oktober 1945.Kedatangan mereka bertujuan untuk melucuti senjata

tentara Jepang dan mengurus tawanan perang tentara Jepang yang ada di Jawa

Tengah.Semula kedatangan tentara Sekutu disambut baik, bahkan Gubernur Jawa

Tengah Mr. Wongsonegoro menyepakati menyediakan bahan makanan dan keperluan

lain bagi kelancaran tugas Sekutu.Adapun tentara sekutu berjanji tidak akan

mengganggu kedaulatan Indonesia.Tanpa sepengetahuan pihak Indonesia, ternyata

tentara Sekutu telah mengikutkan tentara NICA.Pada saat mereka membebaskan

tawananperang Belanda di Magelang dan Ambarawa, para tawanan tersebut malah

dipersenjatai sehingga menimbulkan kemarahan dari pihak Indonesia.Hal ini

menyebabkan terjadinya insiden yang kemudian meluas menjadi sebuah pertempuran


terbuka di Magelang dan Ambarawa.Pada saat tentara Sekutu ingin menduduki dua

desa di sekitar Ambarawa, pasukan Indonesia di bawah pimpinan Letkol Isdiman,

Komandan Divisa V Banyumas berusaha membebaskan dua desa itu.Letkol Isdiman

gugur dalam peristiwa tersebut. Setelah gugurnya Letkol Isdiman, Panglima Divisi

Banyumas Kolonel Sudirman terjun langsung memimpin pertempuran.Pada tanggal

12 Desember 1945, Kolonel Sudirman mengadakan rapat dengan para Komandan

TKR dan Laskar.Kemudian pada tanggal 12 Desember 1945 pasukan Indonesia

melancarkan serangan terhadap tentara Sekutu di Ambarawa.Pertempuran

berlangsung sengit, pasukan Indonesia menggunakan taktik gelar supit urang, atau

pengepungan rangkap dari kedua sisi sehingga tentara Sekutu benar-benar

terkurung.Setelah berlangsung beberapa hari, pada tanggal 15 Desember 1945,

pasukan Indonesia berhasil mengalahkan tentara Sekutu dan menguasai kota

Ambarawa.Kemenangan Indonesia pada pertempuran ini diabadikan dengan

didirikannya Monumen Palagan di Ambarawa.

e. Bandung Lautan Api 

Peristiwa Bandung Lautan Api adalah peristiwa kebakaran besar yang terjadi

di kota Bandung, Jawa Barat pada tanggal 23 Maret 1946. Kota Bandung sengaja

dibakar oleh Tentara Keamanan Rakyat (TKR) dan rakyat setempat dengan maksud

agar tentara Sekutu tidak dapat menggunakan kota Bandung sebagai pos-pos militer.

Peristiwa ini diawali dengan kedatangan pasukan Sekutu yang dipimpin Brigadir Mac

Donald di kota Bandung.Mereka datang pada tanggal 12 Oktober 1945 dengan tujuan

melucuti senjata tentara Jepang dan membebaskan tawanan perang.Sejak awal

kedatangannya, hubungan tentara Sekutu dengan pihak Republik Indonesia sudah

tidak baik.Mereka menuntut rakyat Bandung untuk menyerahkan senjata yang

dirampas dari tentara Jepang. Tuntutan tersebut tidak diindahkan oleh rakyat Bandung
sehingga berakibat timbulnya berbagai bentrokan.Pertentangan antara pihak sekutu

dan pihak Indonesia semakin meruncing, pada tanggal 23 Maret 1946 meletus

pertempuran antara rakyat Bandung melawan Sekutu. Pertempuran paling besar

terjadi di Desa Dayeuhkolot, sebelah selatan kota Bandung. Di tempat ini terdapat

gudang amunisi besar milik tentara Sekutu.Dalam pertempuran ini, dua orang pejuang

Indonesia bernama Muhammad Toha dan Ramdan berupaya meledakkan gudang

senjata Sekutu.Mereka berdua gugur setelah berhasil meledakkan gudang

tersebut.Adanya pertempuran ini membuat keadaan kota Bandung semakin tidak

aman. Akhirnya pemerintah Republik Indonesia menginstruksikan agar kota Bandung

dikosongkan.Atas instruksi tersebut, penduduk kota Bandung mengosongkan kota dan

mengungsi ke daerah pegunungan.Sebelum meninggalkan kota Bandung, TRI dan

rakyat membakar kota Bandung. Peristiwa ini dikenal sebagai Bandung Lautan Api.

f. Pertempuran Medan Area

Pertempuran Medan Area adalah sebuah peristiwa perlawanan rakyat terhadap

tentara Sekutu yang terjadi di Medan, Sumatra Utara.Pada tanggal 9 Oktober 1945,

Pasukan Sekutu yang dipimpin oleh Brigadir Jenderal T.E.D. Kelly tiba di kota

Medan.Kedatangan tentara Sekutu ini ternyata diboncengi oleh tentara NICA yang

bertujuan mengambil alih pemerintahan.Hal ini memicu munculnya perlawanan

rakyat di kota Medan.Pertempuran pertama meletus pada tanggal 13 Oktober 1945

antara para pemuda dengan pasukan Sekutu.Para pemuda menyerang gedung-gedung

pemerintahan yang dikuasai Sekutu.Pertempuran ini kemudian menjalar ke beberapa

kota lainnya, seperti Pematang Siantar dan Brastagi. Oleh karena seringnya terjadi

berbagai insiden, pada 18 Oktober 1945, Sekutu mengeluarkan ultimatum yang

melarang rakyat membawa senjata dan semua senjata yang ada harus diserahkan

kepada Sekutu.Pada 1 Desember 1945, tentara Sekutu memasang papan-papan yang


bertuliskan Fixed Boundaries Medan Areas di pinggiran Kota Medan dengan tujuan

untuk menunjukkan daerah kekuasaan mereka. Sejak saat itu, istilah Medan Area

menjadi terkenal. Tentara Sekutu beserta NICA melakukan pengusiran terhadap

unsur-unsur Republik Indonesia di kota Medan.Para pemuda melakukan perlawanan

terhadap Sekutu dan NICA, akibatnya kota Medan menjadi tidak aman.Selanjutnya

pada tanggal 10 Desember 1945, Sekutu melancarkan operasi militer secara besar-

besaran terhadap para Pejuang Indonesia dengan mengikutsertakan pesawat-pesawat

tempurnya. Para pejuang membalas serangan tersebut sehingga menimbulkan

berbagai bentrokan di seluruh kota yang menelan korban dari kedua pihak.

g. Pertempuran Puputan Margarana 

Pertempuran Puputan Margarana merupakan salah satu pertempuran antara

Indonesia dan Belanda yang terjadi pada tanggal 20 November 1945. Pertempuran ini

diawali dengan kedatangan pasukan Belanda berjumlah sekitar 2000 tentara disertai

tokoh-tokoh yang bersedia bekerja sama dengan Belanda di Bali. Kedatangan Belanda

ke Bali bertujuan untuk membantu pendirian sebuah negara boneka yang diberi nama

Negara Indonesia Timur. Belanda kemudian membujuk Letkol I Gusti Ngurah Rai

untuk bergabung. Namun, bujukan tersebut ditolak. Pada 18 November 1946, I Gusti

Ngurah Rai menyerang kedudukan Belanda di daerah Tabanan. Satu detasemen polisi

lengkap dengan senjatanya berhasil dilumpuhkan. Untuk menghadapi pasukan

Ngurah Rai, Belanda mengerahkan seluruh pasukan yang berada di Bali dan Lombok.

Dalam pertempuran ini, pasukan Ngurah Rai melakukan ‘puputan’ atau perang habis-

habisan. Mereka bertekad tidak akan mundur sampai titik darah penghabisan.

Pertempuran berakhir dengan gugurnya Letkol I Gusti Ngurah Rai bersama 96 orang

anggota pasukannya. Adapun di pihak Belanda, diperkirakan sebanyak 400 tentara


Belanda tewas dalam pertempuran ini. Untuk mengenang peristiwa ini, didirikan

Tugu Pahlawan Taman Pujaan Bangsa di daerah bekas medan pertempuran.

h. Serangan Umum 1 Maret 1949

Serangan umum 1 Maret 1949 adalah serangan yang dilaksanakan pada

tanggal 1 Maret 1949. Bertujuan untuk menunjukkan kepada dunia internasional

bahwa Republik Indonesia cukup kuat untuk mempertahankan kemerdekaan,

meskipun ibu kotanya telah diduduki oleh Belanda. Serangan Umum 1 Maret 1949

dilakukan oleh pasukan TNI dari Brigade 10/Wehkreise III di bawah pimpinan Letnan

Kolonel Soeharto, setelah terlebih dahulu mendapat persetujuan dari Sri Sultan

Hamengku Buwono IX (Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta). Pada malam hari

menjelang serangan umum itu, pasukan-pasukan TNI telah mendekati kota dan dalam

jumlah kecil mulai disusupkan ke dalam kota. Pagi hari pada tanggal 1 Maret 1949

sekitar pukul 06.00 WIB sewaktu sirine berbunyi tanda jam malam telah berakhir,

serangan umum dilancarkan dari segala penjuru kota. Pasukan Belanda tidak

menduga akan ada serangan mendadak seperti itu, sehingga dalam waktu yang relatif

singkat pasukan TNI berhasil memukul mundur pasukan Belanda keluar Yogyakarta.

Dalam Serangan Umum TNI akhirnya berhasil menduduki Yogyakarta selama enam

jam. Peristiwa ini berhasil mematahkan propaganda Belanda yang menyatakan bahwa

Republik Indonesia sudah tidak ada lagi. Keberhasilan Serangan Umum1Maret 1949

mendatangkan dukungan internasional terhadap bangsa Indonesia. Peristiwa ini

menjadi pendorong berubahnya sikap pemerintah Amerika Serikat terhadap Belanda.

Pemerintah Amerika Serikat yang semula mendukung Belanda, berbalik menekan

Belanda agar melakukan perundingan dengan pihak RI. Oleh karena desakan itu, serta

kedudukannya yang makin terdesak oleh gerilyawan Indonesia, Belanda akhirnya

bersedia berunding dengan RI.


4. Perubahan Masyarakat Indonesia Pada Masa Penjajahan
Terjadinya kolonialisme dan imperialism di Indonesia menyebabkan berbagai

perubahan masyarakat Indonesia baik aspek geografis, ekonomi, budaya, pendidikan,

maupun politik.

A. Perubahan Masyarakat Pada Masa Kolonial Barat.

1). Perluasan Penggunaan Lahan.

Perkebunan di Indonesia telah berkembang sebelum masa penjajahan. Bangsa

Indonesia telah memiliki teknologi turun temurun untuk mengembangkan berbagai

teknologi pertanian. Pada masa penjajahan, terjadi perubahan besar dalam

perkembangan perkebunan di Indonesia. Penambahan jumlah lahan untuk tanaman

ekspor dilakukan di berbagai wilayah di Indonesia. Bukan hanya pemerintah colonial

yang mengembangkan lahan perkebunan di Indonesia, tetapi juga perusahaan –

perusahaan swasta. Pada masa pemerintah colonial Hindia Belanda, banyak

perusahaan asing yang menanamkan investasi di Indonesia. Berhektar – hektar hutan

dibuka untuk pembukaan lahan perkebunan. Saluran irigasi Bendung Komering 10

(BK 10) di Desa Gumawang, Belitang Madang raya, Kabupaten OKU Timur,

Sumatra Selatan. Saluran tersebut dibangun sejak masa Hindia Belanda. Daerah OKU

Timur yang awalnya hutan belantara berubah menjadi lahan pertanian dan perkebunan

yang sangat subur hingga sekarang. Sepanjang aliran irigasi tersebut menjadi

lumbung padi Sumatra Selatan hingga kini.

2). Persebaran Penduduk dan Urbanisasi.

Kita tentu masih ingat dengan Politik Etis, yang terdiri atas Irigasi,

transmigrasi dan Edukasi. Sejarah transmigrasi Indonesia terutama terjadi pada masa

tersebut adalah untuk menyebarkan tenaga kerja murah di berbagai perkebunan di

Sumatra dan Kalimantan. Pembukaan perkebunan pada masa colonial Barat di


Indonesia telah berhasil mendorong persebaran penduduk Indonesia.Munculnya

berbagai pusat industry dan perkembangan berbagai fasilitas di kota menjadi daya

dorong perkembangan kota – kota. Urbanisasi terjadi hamper di berbagai daerah di

Indonesia. Daerah yang awalnya hutan belantara menjadi ramai dan gemerlap karena

ditemukannya area pertambangan. Persebaran penduduk Indonesia tidak sebatas

dalam lingkungan nasional, tetapi juga lintas Negara. Sebagai bukti adalah Negara

Suriname di Amerika Latin, didalamnya banyak terdapat warga keturunan suku Jawa.

Di Suriname terdapat banyak penduduk yang dapat berbahasa Jawa. Mereka adalah

keturunan Jawa yang hidup turun temurun di Suriname sejak penjajahan Belanda.

Mereka dapat sampai di Suriname karena tidak lepas dari kebijakan pemerintah

Belanda untuk mengirim banyak tenaga kerja ke Suriname, yang juga merupakan

wilayah jajahan Belanda.

3). Pengenalan Tanaman Baru.

Pengaruh pemerintah colonial Barat di satu sisi memiliki pengaruh positif

dalam mengenalkan berbagai tanaman dan teknologi dalam pertanian dan perkebunan.

Beberapa tanaman andalan ekspor dikenalkan dan dikembangkan di Indonesia.

Pengenalan tanaman baru sangat bermanfaat dalam pengembangan pertanian dan

perkebunan di Indonesia.

4). Penemuan Tambang – Tambang.

Pembukaan lahan pada masa colonial Barat juga dilakukan untuk

pertambangan minyak bumi, batu bara dan logam. Pembukaan lahan untuk

pertambangan ini terutama terjadi pada akhir abad XIX dan awal abad XX.

5). Transportasi dan Komunikasi.

Pada zaman penjajahan Belanda, banyak dibangun jalan raya, rel kereta api

dan jaringan telepon. Pembangunan berbagai sarana transportasi dan komunikasi


tersebut mendorong mobilitas barang dan jasa yang sangat cepat. Pada transportasi

laut juga dibangun berbagai dermaga di berbagai daerah di Indonesia. Proses

pembangunan jalur Anyer – Panarukan dibangun pada masa pemerintahan Daendels.

Di satu sisi, pembangunan tersebut menimbulkan kesengsaraan rakyat, terutama

akibat kerja paksa. Namun di sisi lain, pembangunan jalur tersebut telah

mempermudah jalur transportasi dan komunikasi masyarakat Indonesia, khususnya di

Jawa. Pembangunan rel kereta api juga dilakukan di berbagai daerah di Jawa dan

Sumatra.

6). Perkembangan Kegiatan Ekonomi.

Perubahan masyarakat dalam kegiatan ekonomi pada masa colonial terjadi

baik dalam kegiatan produksi, konsumsi dan distribusi. Kegiatan produksi dalam

pertanian dan perkebunan semakin maju dengan ditemukannya berbagai teknologi

pertanian yang bervariasi. Rakyat mulai mengenal tanaman yang tidak hanya untuk di

panen semusim. Pembukaan berbagai perusahaan telah melahirkan berbagai jenis

pekerjaan dalam bidang yang berbeda. Sebagai contoh, munculnya kuli – kuli

perkebunan, mandor dan administrasi di berbagai perusahaan pemerintah ataupun

swasta. Kegiatan ekspor – impor juga mengalami kenaikan signifikan pada masa

penjajahan Barat. Hal ini tidak lepas dari usaha pemerintah colonial menggenjot

jumlah produksi ekspor.

7). Mengenal Uang.

Pada masa sebelum kedatangan bangsa – bangsa Barat, masyarakat biasanya

bekerja secara bergotong – royong. Contohnya, dalam mengerjakan sawah, setiap

kelompok penduduk akan mengerjakan secara bersama – sama dari sawah satu ke

sawah lainnya. Pada masa kekuasaan colonial Barat, uang mulai dikenalkan sebagai

alat pembayaran jasa tenaga kerja. Keberadaan uang sebagai barang baru dalam
kehidupan masyarakat menjadi daya Tarik tersendiri. Masyarakat mulai menyenangi

uang karena dianggap lebih mudah digunakan.

8). Perubahan Dalam Pendidikan.

Pendidikan berkembang di berbagai daerah pada masa sebelum kedatangan

bangsa Barat. Bagaimana pendidikan pada masa colonial Barat ?. terdapat dua

pendidikan yang dikembangkan pada masa pemerintahan colonial Barat. Pertama

adalah pendidikan yang dikembangkan oleh pemerintah dan yang kedua adalah

pendidikan yang dikembangkan oleh masyarakat. Pusat – pusat kekuasaan Belanda di

Indonesia di berbagai kota di Indonesia menjadi pusat pertumbuhan berbagai sekolah

di Indonesia. Pada masa penjajahan Belanda juga telah berkembang perguruan tinggi

seperti Institut Teknologi Bandung (ITB) dan Institut Pertanian Bogor (IPB). Pada

masa pemerintahan colonial Barat, terjadi diskriminasi pendidikan di Indonesia.

Sekolah dibedakan menjadi dua golongan, yakni sekolah untuk bangsa Eropa dan

sekolah untuk penduduk pribumi. Hal ini mendorong lahirnya berbagai gerakan

pendidikan di Indonesia. Taman Siswa yang berdiri di Yogyakarta merupakan salah

satu pelopor gerakan pendidikan modern di Indonesia. Sekolah – sekolah yang

dipelopori berbagai organisasi pergerakan nasional tumbuh pesat pada awal abad XX.

Pengaruh pendidikan modern berdampak pada perluasan lapangan kerja pada

masyarakat Indonesia. Munculnya elite intelektual memunculkan jenis pekerjaan

baru, seperti guru, administrasi, pegawai pemerintah dan sebagainya.

9). Perubahan Dalam Aspek Politik.

Kejayaan kerajaan – kerajaan pada masa sebelum kedatangan bangsa Barat

satu per satu mengalami kemerosotan bahkan keruntuhan. Pada masa kerajaan, rakyat

diperintah oleh raja yang merupakan bangsa Indonesia. Pada pemerintahan colonial

Barat, rakyat diperintah oleh bangsa asing. Kekuasaan bangsa Indonesia untuk
mengatur bangsanya semakin hilang, digantikan dengan kekuasaan bangsa Barat.

Perubahan inilah yang paling penting untuk diperjuangkan. Tanpa kemerdekaan,

bangsa Indonesia sulit mengatur dirinya sendiri. Perubahan dalam system politik juga

terjadi dengan dikenalnya system pemerintahan baru. Pada masa kerajaan dikenal raja

dan bupati, sementara itu pada masa pemerintahan colonial Barat dikenal Gubernur

Jenderal, residen, bupati dan seterusnya. Para penguasa kerajaan menjadi kehilangan

kekuasaannya, digantikan dengan kekuasaan pemerintahan colonial Barat.

Terbentuknya pemerintahan Hindia Belanda di satu sisi menguntungkan bangsa

Indonesia. Pemerintah Hindia Belanda yang terpusat menyebabkan hubungan yang

erat antara rakyat Indonesia dari berbagai daerah. Muncul perasaan senasib dan

sepenanggungan dalam bingkai Hindia Belanda. Munculnya berbagai organisasi

pergerakan nasional tidak lepas dari ikatan politik Hindia belanda. Sebelum masa

penjajahan Hindia Belanda, masyarakat Indonesia terkotak – kotak oleh system

politik kerajaan. Terdapat puluhan kerajaan di berbagai daerah di Indonesia. Pada

masa pemerintah Hindia Belanda, berbagai daerah tersebut disatukan dalam satu

identitas, yaitu Hindia Belanda.

10). Perubahan Dalam Aspek Budaya.

Peninggalan Benteng Vredeburg di Yogyakarta merupakan salah satu bukti

pengaruh colonial dalam bidang budaya. Berbagai perubahan budaya pada masa

penjajahan Belanda adalah dalam seni bangunan, tarian, cara berpakaian, bahasa dan

teknologi. Seni bangunan dengan gaya Eropa dapat ditemukan diberbagai kota di

Indonesia.  Masa penjajahan Belanda berpengaruh terhadap teknologi dan seni

bangunan di Indonesia. Teknologi bangunan modern dikenalkan bangsa Barat di

berbagai wilayah di Indonesia. Kita masih dapat menelusuri sebagian besar

peninggalan bangunan pada masa kolonial. Bahkan, sebagian bangunan tersebut


sampai saat ini masih dimanfaatkan sebagai kantor pemerintah. Perubahan kesenian

juga terjadi terutama di masyarakat perkotaan yang mulai mengenal tarian – tarian

Barat. Kebiasaan dansa dan minum – minuman yang dikenalkan para pejabat Belanda

berpengaruh pada perilaku sebagian masyarakat Indonesia. Kita juga masih dapat

menelusuri bahasa – bahasa Belanda yang berpengaruh dalam kosa kata Bahasa

Indonesia. Dalam aspek budaya juga terjadi perubahan kehidupan beragama

masyarakat Indonesia. Pengaruh colonial yang lain adalah penyebaran agama Kristen

di Indonesia. Agama Kristen diprediksi sampai di Indonesia sejak zaman kuno

melalui jalur pelayaran. Menurut Cosmas Indicopleustes dalam bukunya

Topographica Christiana, pada abad VI sudah ada komunitas Kristiani di India

Selatan, di Pantai Malabar dan di Srilanka. Dari Malabar itu, agama Kristen menyebar

ke berbagai daerah. Pada tahun 650, agama Kristen sudah mulai berkembang di

Kedah (di Semenanjung Malaya) dan sekitarnya. Pada abad IX, Kedah berkembang

menjadi pelabuhan dagang yang sangat ramai di jalur pelayaran yang menghubungkan

India – Aceh – Barus – Nias melalui Selat Sunda – Laut Jawa dan selanjutnya ke

Tiongkok. Jalur inilah disebut – sebut sebagai jalur penyebaran agama Kristen dari

India ke Nusantara. Penyebaran agama Kristen menjadi lebih intensif lagi seiring

dengan datangnya bangsa – bangsa Barat ke Indonesia pada abad XVI. Kedatangan

bangsa – bangsa Barat itu semakin memantapkan dan mempercepat penyebaran

Agama Kristen di Indonesia. Orang – orang Portugis menyebarkan agama Kristen

Katolik (selanjutnya disebut Katolik). Orang – orang Belanda membawa agama

Kristen Protestan (selanjutnya disebut Kristen). Siapa yang menyebarkan agama

Katolik di Indonesia ?. mereka adalah para pastor, seperti Fransiskus Xaverius dari

Ordo Serikat Yesus. Pastor ini aktif mengunjungi desa – desa di sepanjang Pantai

Leitimor, Kepulauan Lease, Pulau Ternate, Halmahera Utara dan Kepulauan Morotai.
Usaha penyebaran agama Katolik ini kemudian dilanjutkan oleh pastor – pastor yang

lain. Selanjutnya, di Nusa tenggara Timur, seperti Flores, Solor, Timor, agama

Katolik berkembang dengan baik sampai sekarang. Agama Kristen Protestan

berkembang di Kepulauan Maluku terutama setelah VOC menguasai Ambon, yang

dipelopori Zending. Penyebaran agama Kristen ini juga semakin intensif saat Raffles

berkuasa di Indonesia. Agama Katolik dan kemudian juga Kristen Protestan

berkembang pesat di Indonesia bagian timur. Pengaruh lain dalam bidang budaya

adalah pakaian, bahasa, makanan dan jenis pekerjaan baru. Pakaian gaya Eropa tidak

hanya berpengaruh dalam lingkungan Keraton, tetapi juga masyarakat luas. Kita dapat

menemukan berbagai kosa kata pengaruh Belanda seperti Knalpot, Kabinet, Kanker

dan sebagainya.

B. Perubahan Masyarakat Pada Masa Penjajahan Jepang.

1. Perubahan Dalam Aspek Geografi.

Adanya eksploitasi kekayaan alam menjadi ciri penting pada masa

pendudukan Jepang. Misi untuk memenangkan Perang Dunia II mendorong Jepang

menjadikan Indonesia sebagai salah satu basisnya menghadapi tentara Sekutu. Jepang

banyak membutuhkan banyak dukungan dalam menghadapi PD II. Lahan perkebunan

yang ada pada masa Hindia Belanda merupakan lahan yang menghasilkan untuk

jangka waktu yang lama. Jepang menggerakkan tanaman rakyat yang mendukung

Jepang dalam PD II. Tanaman jarak dikembangkan sebagai bahan produksi minyak

yang dibutuhkan sebagai mesin perang. Kesengsaraan pada masa pendudukan Jepang

menyebabkan besarnya angka kematian pada masa pendudukan Jepang. Migrasi

terjadi terutama untuk mendukung perang Jepang menghadapi Sekutu. Banyak rakyat

Indonesia yang ikut dalam Rimusha ataupun membantu pasukan Jepang di beberapa

Negara Asia Tenggara untuk membantu perang Jepang. Sebagian dari mereka tidak
kembali atau tidak diketahui nasibnya. Menurut catatan sejarah, jumlah tenaga kerja

yang dikirim ke luar Jawa, bahkan ke luar negeri seperti ke Burma, Malaya, Vietnam

dan Muangthai / Thailand mencapai 300.000 orang. Ratusan ribu orang tersebut

banyak yang tidak diketahui nasibnya setelah Perang Dunia II usai.

2. Perubahan Dalam Aspek Ekonomi.

System ekonomi perang Jepang membawa kemunduran dalam bidang

perekonomian di Indonesia. Putusnya hubungan dengan perdagangan dunia

mempersempit kegiatan perekonomian di Indonesia. Perkebunan tanaman ekspor

diganti menjadi lahan pertanian untuk kebutuhan sehari – hari. Pembatasan ekspor

menyebabkan sulitnya memperoleh bahan pakaian. Maka, rakyat Indonesia pun

mengusahakannya sendiri. Pakaian yang terbuat dari benang goni menjadi tren pada

masa pendudukan Jepang. Wajib setor padi dan tingginya pajak pada masa

pendudukan Jepang menyebabkan terjadinya kemiskinan luar biasa. Angka kematian

sangat tinggi. Sebagai contoh, di Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah, angka

kematian mencapai 50%. Kemiskinan yang luar biasa berdampak pada penyakit –

penyakit social lainnya. Gelandangan, pengemis, kriminalitas, semakin berkembang

akibat lemahnya kekuatan ekonomi rakyat.

3. Perubahan Dalam Aspek Pendidikan.

Kegiatan pendidikan dan pengajaran menurun. Sebagai contoh, gedung

sekolah dasar menurun dari 21.500 menjadi 13.500 buah, gedung sekolah lanjutan

menurun dari 850 menjadi 20 buah. Kegiatan perguruan tinggi macet. Sementara itu,

pengenalan budaya Jepang dilakukan di berbagai sekolah di Indonesia. Bahasa

Indonesia dapat menjadi bahasa pengantar di berbagai sekolah di Indonesia. Adapun

bahasa Jepang menjadi bahasa utama di sekolah – sekolah. Tradisi budaya Jepang

dikenalkan di sekolah – sekolah mulai dari tingkat rendah. Para siswa harus
digembleng agar bersemangat Jepang (Nippon Seishin). Para pelajar juga harus

menyanyikan lagu Kimigayo (lagu Kebangsaan Jepang) dan lagu – lagu lain,

menghormati bendera Hinomaru, serta melakukan gerak badan (Taiso) dan Seikerei.  

4. Perubahan Dalam aspek Politik.

Propaganda Jepang berhasil mempengaruhi masyarakat Indonesia. Dengan

alas an untuk membebaskan bangsa Indonesia dari penjajahan Belanda, Jepang mulai

mendapat simpati rakyat. Dengan kebijakan yang kaku dank eras, secara politik

organisasi  pergerakan yang pernah ada sulit mengembangkan aktivitasnya. Bahkan,

Jepang melarang dan membubarkan semua organisasi pergerakan politik yang pernah

ada di masa colonial Belanda. Hanya MIAI yang kemudian diperbolehkan hidup

karena organisasi ini dikenal sangat anti budaya Barat (Belanda). Kompetai selalu

memata – matai gerak – gerik organisasi pergerakan nasional. Akibatnya, muncul

gerakan – gerakan bawah tanah. Jepang berusaha mendapatkan simpati dan dukungan

rakyat dan tokoh – tokoh Indonesia atas kekuasaannya di Indonesia. Akibatnya, hal

ini menimbulkan beragam tanggapan dari para tokoh pergerakan nasional. Kelompok

pertama adalah kelompok yang masih mau bekerja sama dengan Jepang, tetapi tetap

menggelorakan pergerakan nasional. Para tokoh ini adalah mereka yang muncul

dalam berbagai organisasi bentukan Jepang. Adapun kelompok kedua adalah mereka

yang tidak mau bekerja sama dengan pemerintah Jepang dan melakukan gerakan

bawah tanah. Pada masa akhir pendudukan Jepang, terjadi revolusi politik di

Indonesia, yakni kemerdekaan Indonesia. Peristiwa proklamasi kemerdekaan 17

Agustus 1945 menjadi momen penting perjalanan sejarah Indonesia selanjutnya,

Kemerdekaan telah membawa perubahan masyarakat dalam segala bidang.

5. Perubahan Dalam Aspek Budaya.


Jepang berusaha menjepangkan Indonesia. Ajaran Shintoisme diajarkan pada

masyarakat Indonesia. Kebiasaan menghormati matahari dan menyanyikan lagu

Kimigayo merupakan salah satu pengaruh pada masa pendudukan Jepang. Pengaruh

budaya ini menimbulkan perlawanan di berbagai daerah. Kalian dapat mengamati

terjadinya perlawanan pada masa pendudukan Jepang. Salah satu penyebab

perlawanan adalah penolakan terhadap kebiasaan menghormat matahari.

Perkembangan bahasa Indonesia pada masa pendudukan Jepang mengalami

kemajuan. Pada tanggal 20 Oktober 1943, atas desakan dari beberapa tokoh

Indonesia, didirikanlah Komisi (Penyempurnaaan) Bahasa Indonesia. Tugas Komisi

adalah menentukan istilah – istilah modern dan menyusun suatu tata bahasa normative

serta menentukan kata – kata yang umum bagi Bahasa Indonesia.


UJI KOMPETENSI 1
Uji kompetensi 2
UJI KOMPETENSI 3

Nama : TTS PERUBAHAN MASYARAKAT INDONESIA


No Absen : PADA MASA PENJAJAHAN

3 4 5

8 9

10

11

12 13

14

15

16

17 18

19

20

EclipseCrossword.com
MENURUN
1. Negara di Amerika Selatan sebagai tempat pemindahan orang jawa oleh
pemerintah kolonial hindia Belanda waktu itu.
2. Buku Sejarah warisan Thomas Stanford Raffles
3. Perjanjian penyerahan kekuasaan Hindia Belanda kepada Inggris tahun 1811
5. Undang - Undang yang dikeluarkan pemerintah Hindia Belanda untuk
melindungi petani atas hak milik Tanahnya adalah UU
6. Untuk menutup kekosongan kas negeri Belanda Vanden Bosch di Hindia
Belanda menerapkan
7. kebijakan yang bertujuan agar daerah-daerah kolonial yang masih terpisah
disatukan dalam penerapan administrasi baru yang berpusat di Batavia
9. Dampak negatif tanam paksa
12. Salah satu komoditas eksport Indonesia yang sangat laris di Eropa
13. Mulai tahun 1870 Tanam Paksa di Indonesia dihapuskan diganti dengan sistem
ekonomi
14. Van De Venter mengusulkan agar kesejahteraan rakyat Indonesia
ditingkatkan.Politiknya terkenal dengan sebutan
16. Perjanjian yang mengakhiri kekuasaan Inggris di Indonesia
17. Perang besar di Sumatera barat yang dipimpin Imam Bonjol

MENDATAR

4. Tokoh yang amat vokal dan menentang Tanam Paksa


8. Pembangunan Jalan yang dikerjakan dengan sistem rodi dari Ujung ke ujung
di pulau Jawa
10. Penyebab Bangkrutnya VOC
11. Dalam Tanam Paksa Pelaksana dan pengawas memperoleh semacam upah
yang disebut
15. Perang besar di tanah Jawa 1825 - 1830
18. Gubernur Jenderal Pertama di Indonesia setelah bubarnya VOC
19. Sistem Ekonomi yang diterapkan Raffles ketika berkuasa di Indonesia
20. Salah satu isi Etice Politic

A. Essay
1. Jelaskan bagaimana penderitaan bangsa Indonesia akibat penjajahan pada
masa VOC!
2. Faktor-faktor apa saja yang melatarbelakangi Belanda menerapkan sistem
Tanam Paksa di Indonesia?
3. Bagaimanakah manfaat Sumpah Pemuda bagi kehidupan bangsa dan bernegara
saat ini?
4. Bagaimanakan sikap kaum pergerakan terhadap penjajahan yang dilakukan
Jepang?
5. Bagaimanakah sikap kalian sebagai pemuda memaknai kemerdekaan yang telah
diperjuangkan oleh para pejuang?
Indonesia dari masa Kemerdekaan Hingga Masa Reformasi

A. Masa Kemerdekaan (1945 – 1950)

Posisi Jepang yang mulai terdesak dalam Perang Pasifik mengakibatkan beberapa

daerah jajahannya jatuh ke tangan sekutu.Agar memperoleh dukungan dari rakyat Indonesia,

Jepang berjanji akan memberikan kemerdekaan kepada bangsa Indonesia.Untuk merealisir

janjinya, Jepang membentuk Badan Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUKPI) dan Panitia

Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI). BPUPKI dibentuk pada tanggal 1 Maret 1945,

sedangkan PPKI 7 Agustus 1945.

Tugas BPUPKI adalah menyusun Dasar Negara dan Undang Undang Dasar.

Sedangkan PPKI bertugas mempersiapkan segala sesuatu terkait penyerahan kekuasaan dari

Jepang kepada bangsa Indonesia. Namun sebelum Jepang menyerahkan kekuasaan kepada

bangsa Indonesia, pada tanggal 14 Agustus 1945 Jepang telah menyerah kepada sekutu.

Sehingga para pemuda mendesak kepada Sukarno dan Hatta untuk segera memproklamirkan

kemerdekaan Indonesia. Akhirnya pada tanggal 17 Agustus 1945 diproklamirkan

kemerdekaan Indonesia.

1. Proklamasi Kemerdekaan Indonesia 

a. Persiapan Kemerdekaan Indonesia

Menjelang akhir tahun 1944, posisi Jepang dalam Perang Asia Pasifik semakin

terdesak. Satu demi satu daerah jajahannya jatuh ke tangan pasukan Sekutu. Untuk

menghadapi Sekutu, Jepang mencari dukungan kepada bangsa-bangsa yang

diduduki dengan memberikan janji kemerdekaan. Pada tanggal 7 September 1944

Perdana Menteri Jenderal Kuniaki Koiso menjanjikan kemerdekaan kepada

Indonesia.
Janji ini dikemukakan di depan Parlemen Jepang, dengan tujuan untuk menarik

simpati Indonesia. Sebagai pembuktiannya, ia mengijinkan pengibaran bendera

merah putih di kantor- kantor, tetapi harus berdampingan dengan bendera Jepang.

a) Pembentukan Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan

Indonesia (BPUPKI)

Berkaitan dengan janji yang telah dikemukakan oleh pihak Jepang, pada 1

Maret 1945, diumumkan pembentukan Badan Penyelidik Usaha-Usaha

Persiapan Kemerdekaan (BPUPKI). BPUPKI terdiri dari 63 orang yang

diketuai Dr. K.R.T. Radjiman Wedyodiningrat. Dalam aktivitasnya,

BPUPKI mengadakan sidang sebanyak dua kali. Sidang pertama

dilaksanakan pada 29 Mei–1 Juni 1945 dan sidang kedua dilaksanakan pada

10–17 Juli 1945.

Gagasan Dasar Negara yang Diusulkan 


Waktu
Nama Penyampaian
Tokoh Pidato Gagasan Dasar Negara yang Diusulkan

1. Peri Kebangsaan;

2. Peri Kemanusiaan;

3. Peri Ke-Tuhanan;

Mr. 4. Peri Kerakyatan;


Mohamma
d Yamin 29 Mei 1945 5. Kesejahteraan Rakyat.

Mr 31 Juni 1945 1. Persatuan;


Soepomo
2. Kekeluargaan;
3. Keseimbangan lahir dan batin;

4. Musyawarah;

5. Keadilan Rakyat.

1. Kebangsaan Indonesia;

2. Internasionalisme atau Peri

kemanusiaan;

3. Mufakat atau Demokrasi;

4. Kesejahteraan Sosial;

Ir Soekarno 1 Juni 1945 5. Ke-Tuhanan Yang Maha Esa.

b) Pembentukan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI)

Pada 7 Agustus 1945 BPUPKI dibubarkan karena dianggap telah

menyelesaikan tugasnya, yaitu menyusun rancangan Undang-Undang Dasar

bagi negara Indonesia. Selanjutnya dibentuklah Panitia Persiapan

Kemerdekaan Indonesia (PPKI). Ketua PPKI adalah Ir. Soekarno dan

wakilnya Drs. Mohammad Hatta, sebagai penasihat diangkat Mr. Achmad

Subardjo. Pada awal pembentukannya, jumlah anggota PPKI terdiri atas 21

orang, kemudian ditambah 6 orang, jadi jumlahnya 27 orang. Tugas utama

PPKI adalah mempersiapkan segala sesuatu berkaitan dengan keperluan

pergantian kekuasaan dari pihak Jepang kepada bangsa Indonesia. Secara

simbolik, PPKI dilantik oleh Jendral Terauchi, pada tanggal 9 Agustus

1945 dengan memanggil tiga tokoh nasional yakni Ir. Soekarno, Drs.

Mohammad Hatta, dan Dr. Radjiman Widyodiningrat dipanggil ke Saigon/


Dalat, Vietnam untuk menerima informasi tentang kemerdekaan Indonesia.

Informasi tersebut, yaitu pelaksanaan kemerdekaan akan dapat dilakukan

dengan segera dan wilayah Indonesia adalah seluruh wilayah bekas jajahan

Hindia Belanda.

b. Peristiwa Rengasdengklok 

Peristiwa Rengasdengklok diawali oleh peristiwa menyerahnya Jepang tanpa syarat

kepada pasukan Sekutu pada tanggal 14 Agustus 1945. Berita tentang

menyerahnya Jepang kepada Sekutu diketahui oleh beberapa tokoh pemuda,

terutama Sutan Syahrir. Kemudian Syahrir dan beberapa tokoh pemuda segera

menemui Mohammad Hatta yang saat itu baru datang dari Dalat, Vietnam.

Bersama Mohammad Hatta, Syahrir dan beberapa pemuda menemui Soekarno di

rumahnya. Syahrir mengusulkan Soekarno-Hatta agar secepatnya

memproklamasikan kemerdekaan tanpa melalui PPKI karena Sekutu akan

menggangap kemerdekaan Indonesia sebagai suatu kemerdekaan hasil pemberian

Jepang. Usulan Syahrir tersebut tidak disetujui oleh Soekarno-Hatta. Mereka

berpendapat pelaksanaan proklamasi harus melalui PPKI sesuai dengan prosedur

maklumat Jepang, yaitu pada tanggal 24 Agustus 1945. Soekarno-Hatta beralasan

bahwa meskipun Jepang telah kalah, namun kekuatan militernya di Indonesia harus

diperhitungkan demi menjaga hal-hal yang tidak diinginkan. Perbedaan sikap ini

mendorong para pemuda kembali berunding pada pukul 24.00 menjelang 16

Agustus 1945. Rapat itu dihadiri oleh Sukarni, Chaerul Saleh, Yusuf Kunto, dr.

Muwardi, Syudanco Singgih, dan dr. Sucipto. Hasil perundingan itu menyepakati

untuk membawa Soekarno-Hatta ke luar kota dengan tujuan menjauhkan mereka

dari pengaruh Jepang. Selanjutnya, Pada 16 Agustus 1945 pukul 04.30, Soekarno-

Hatta dibawa para pemuda ke Rengasdengklok, Karawang, Jawa Barat.


Sesampainya di Rengasdengklok, Soekarno-Hatta dan rombongannya disambut

baik oleh pasukan Peta pimpinan Syudanco Subeno. Niat para pemuda untuk

mendesak Soekarno-Hatta tidak terlaksana. Soekarno-Hatta tetap pada

pendiriannya untuk tidak melaksanakan proklamasi kemerdekaan sebelum ada

pernyataan resmi dari pihak Jepang tentang menyerahnya Jepang kepada Sekutu.

Di tengah suasana tersebut, Ahmad Soebardjo datang beserta sekretaris pribadinya,

Sudiro pada pukul 17.30 WIB. Ahmad Soebardjo memberitahukan kebenaran

menyerahnya Jepang kepada Sekutu. Mendengar berita itu, Soekarno-Hatta

akhirnya bersedia memproklamasikan kemerdekaan RI di Jakarta. Ahmad

Soebardjo memberikan jaminan dengan nyawanya sendiri bahwa proklamasi

kemerdekaan akan dilaksanakan esok hari selambat- lambatnya pukul 12.00 WIB.

Dengan jaminan yang meyakinkan tersebut, Syudanco Subeno bersedia

melepaskan Soekarno-Hatta.

c. Perumusan Teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia 

Pada malam hari, 16 Agustus 1945, pukul 20.00 WIB, Soekarno-Hatta beserta

rombongan berangkat menuju Jakarta. Mereka tiba di Jakarta pada pukul 23.00,

lalu menuju rumah kediaman Laksamana Maeda. Tempat ini harus

menandatangani teks proklamasi tersebut. Hatta mengusulkan agar teks proklamasi

itu ditandatangani oleh seluruh yang hadir sebagai wakil bangsa Indonesia. Sukarni

dari golongan muda mengajukan usul bahwa teks proklamasi tidak perlu

ditandatangani oleh semua yang hadir, tetapi cukup oleh Soekarno dan Hatta saja

atas nama bangsa Indonesia. Selain itu Sukarni juga mengusulkan agar Soekarno

yang membacakan teks proklamasi tersebut. Usulan dari Sukarni dterima,

kemudian Soekarno meminta kepada Sayuti Melik untuk mengetik naskah

proklamasi dengan beberapa perubahan yang telah disetujui.


Ada tiga perubahan yang terdapat pada naskah hasil ketikan Sayuti Melik, yaitu:

1) Kata “tempoh” diganti menjadi “tempo”.

2) Kata “wakil-wakil bangsa Indonesia” diganti menjadi “Atas nama bangsa

Indonesia”.

3) Penulisan tanggal yang tertera “Djakarta, 17-8-05” menjadi “Djakarta, hari 17

boelan 8 tahoen ‘05”.

Selanjutnya, Sukarni mengusulkan agar pembacaan proklamasi dilakukan di

Jalan Pegangsaan Timur No. 56 Jakarta. Penentuan waktu upacara pembacaan

proklamasi kemerdekaan yaitu tanggal 17 Agustus 1945 pukul 10.00 WIB.

dianggap aman dari ancaman militer Jepang, karena Laksamana Maeda adalah

Kepala Kantor Penghubung Angkatan Laut di daerah kekuasaan Angkatan

Darat. Di kediaman Laksamana inilah rumusan teks proklamasi disusun. Ir.

Soekarno menuliskan konsep proklamasi kemerdekaan Indonesia yang akan

dibacakan esok harinya. Moh. Hatta danAhmad Subardjo menyumbangkan

pikirannya secara lisan. Kalimat pertama dari teks proklamasi merupakan saran

Ahmad Subardjo sedangkan kalimat terakhir merupakan sumbangan dari Muh.

Hatta. Adapun kalimat pertama berisi pernyataan kehendak Bangsa Indonesia

untuk merdeka, dan kalimat kedua berisi pernyataan mengenai pemindahan

kekuasaan. Pada pukul 04.00 WIB, Soekarno membacakan hasil rumusan

tersebut. Akhirnya, seluruh tokoh yang hadir pada saat itu menyetujui secara

bulat konsep proklamasi tersebut.

d. Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945 

Proklamasi adalah momentum penting bagi bangsa Indonesia. Kemerdekaan

bangsa Indonesia merupakan langkah awal untuk menata diri agar diakui

keberadaannya oleh dunia internasional. Sejak pagi tanggal 17 Agustus 1945,


persiapan upacara pembacaan proklamasi kemerdekaan dilakukan di Jalan

Pegangsaan Timur No. 56. Halaman rumah Soekarno sudah dipadati oleh massa

menjelang pembacaan teks proklamasi. Dr.Muwardi memerintahkan kepada Latief

Hendraningrat untuk menjaga keamanan pelaksanaan upacara. Latif dalam

melaksanakan pengamanan dibantu oleh Arifin Abdurrahman untuk mengantisipasi

gangguan tentara Jepang. Tepat pukul 10.00 WIB, upacara proklamasi

kemerdekaan Indonesia dimulai. Setelah pidato dan pembacaan proklamasi selesai,

kemudian dilakukan pengibaran bendera Merah Putih oleh Latief Hendraningrat

dan S. Suhud. Rakyat yang hadir serempak menyanyikan lagu kebangsaan

Indonesia Raya. Upacara proklamasi ditutup oleh sambutan Wali Kota Jakarta,

Suwiryo dan dr. Muwardi. Peristiwa yang sangat bersejarah tersebut berlangsung

secara sederhana dan hanya memakan waktu kurang dari satu jam. Meskipun

demikian, peristiwa tersebut membawa pengaruh yang luar biasa hebatnya bagi

bangsa Indonesia. Proklamasi kemerdekaan ini merupakan tonggak berdirinya

negara Republik Indonesia yang berdaulat.

b. Masa Demokrasi Parlementer (1950-1959)

Masa Demokrasi Parlementer adalah masa ketika pemerintah Indonesia menggunakan

UUDS 1950 (Undang-Undang Dasar Sementara) sebagai undang-undang negara.

Pada Masa Demokrasi Parlementer disebut pula masa Demokrasi Liberal karena

sistem politik dan ekonomi yang berlaku menggunakan prinsip-prinsip liberal. Masa

ini berlangsung mulai 17 Agustus 1950 sampai 6 Juli 1959.

a) Sistem Pemerintahan

Pada masa Demokrasi Parlementer undang-undang yang digunakan sebagai

landasan hukum negara adalah UUD Sementara 1950. Sistem pemerintahan

negara menurut UUD Sementara 1950 adalah sistem parlementer. Artinya


Kabinet disusun menurut perimbangan kekuatan kepartaian dalam parlemen.

Presiden hanya merupakan lambang kesatuan saja. Dalam sistem ini parlemen

sangat berkuasa. Kabinet parlementer dapat berlaku di negara-negara yang

menganut sistem liberal dengan ciri khas multipartai. DPR (parlemen) dapat

menjatuhkan pemerintah (eksekutif) dengan mosi tidak percaya. Hal ini terjadi

karena Perdana Menteri dan kabinet bertangggung jawab kepada parlemen

Apabila kabinet dipandang tidak mampu menjalankan tugas, maka parlemen

segera membubarkannya. Sistem kabinet yang digunakan pada masa

Demokrasi Parlementer adalah Zaken Kabinet. Zaken cabinet (Kabinet ahli)

adalah suatu kabinet yang para menterinya dipilih atau berasal dari tokoh-

tokoh yang ahli di bidangnya, tanpa mempertimbangkan latar belakang

partainya. Masa Demokrasi Parlementer di Indonesia memiliki ciri banyaknya

partai politik yang saling berebut pengaruh untuk memegang tampuk

kekuasaan. Hal tersebut menyebabkan seringnya pergantian kabinet, dalam

kurun waktu sekitar 9 tahun telah terjadi 7 kali pergantian kabinet. Hampir

setiap tahun terjadi pergantian kabinet. Jatuh bangunnya kabinet membuat

program-program kabinet tidak dapat dilaksanakan sebagaimana mestinya.

Hampir setiap tahun terjadi pergantian kabinet. Jatuh bangunnya kabinet

membuat program-program kabinet tidak dapat dilaksanakan sebagaimana

mestinya.

No Kabinet Periode

1 Kabinet Natsir September 1950 – Maret 1951

2 Kabinet Sukiman April 1951 – Februari 1952


3 Kabinet Wilopo April 1952 – Juni 1953

4 Kabinet Ali Sastroamidjojo I Juli 1953 – Juli 1955

Kabinet Burhanuddin
5 Harahap Agustus 1955 – Maret 1956

Kabinet Ali Sastroamidjojo


6 II Maret 1956 – Maret 1957

7 Kabinet Djuanda Maret 1957 – Juli 1959


b) Sistem Kepartaian

Sistem kepartaian yang dianut pada masa ini adalah sistem multi partai, yaitu

suatu sistem kepartaian yang memiliki banyak partai politik. Banyaknya partai

politik yang ikut serta dalam pemerintahan menyebabkan munculnya

persaingan antarpartai. Partai-partai politik yang ada cenderung

memperjuangkan kepentingan golongan dari pada kepentingan nasional.

Tokoh-tkoh partai yang ada saling bersaing, saling mencari kesalahan dan

saling menjatuhkan. Partai-partai politik yang tidak memegang jabatan dalam

kabinet dan tidak memegang peranan penting dalam parlemen sering

melakukan oposisi yang kurang sehat dan berusaha menjatuhkan partai politik

yang memerintah.Hal inilah yang menyebabkan sering terjadinya pergantian

kabinet. Kabinet tidak berumur panjang sehingga program-programnya tidak

bisa berjalan sebagaimana mestinya dan menyebabkan stabilitas politik, sosial

ekonomi serta keamanan terganggu.

c)  Pemilu 1955

Pada tahun 1955 diselenggarakan pemilihan umum (Pemilu) pertama di

Indonesia. Pemilu pertama ini merupakan tonggak demokrasi pertama di

Indonesia. Keberhasilan penyelenggaraan Pemilu tahun 1955 menandakan


telah berjalannya demokrasi di kalangan rakyat. Rakyat telah menggunakan

hak pilihnya untuk memilih wakil-wakil mereka. Banyak kalangan yang

menilai bahwa Pemilu 1955 merupakan Pemilu paling demokratis yang

dilaksanakan di Indonesia. Pada Pemilu pertama ini 39 juta rakyat Indonesia

memberikan suara. Pemilihan umum 1955 dilaksanakan dalam 2 tahap. Tahap

pertama dilaksanakan pada 29 September 1955 dan tahap kedua pada 15

Desember 1955. Pemilu tahap pertama adalah untuk memilih anggota DPR

yang berjumlah 250 orang. Perolehan suara terbanyak pada Pemilu ini

dimenangkan oleh empat partai politik, yaitu PNI, Masyumi, NU, dan PKI.

Pemilu tahap kedua adalah untuk memilih anggota Dewan Konstituante yang

akan bertugas untuk membuat Undang-undang Dasar yang tetap, untuk

menggantikan UUD Sementara 1950. Anggota DPR hasil Pemilu 1955

dilantik pada 20 Maret 1956, sedangkan pelantikan anggota Konstituante

dilaksanakan pada 10 November 1956.

d) Gangguan Keamanan

Pemilu tahun 1955 berhasil diselenggarakan dengan lancar, tetapi ternyata

tidak dapat memenuhi harapan rakyat yang menghendaki pemerintah yang

stabil. Para wakil rakyat terpilih hanya memperjuangkan partainya masing-

masing sehingga pergantian kabinet terus saja terjadi dan mengakibatkan

keadaan politik dan kemanan menjadi tidak stabil. Hal ini menyebakan

munculnya berbagai pergolakan di berbagai daerah. Dalam perkembangannya,

pergolakan-pergolakan itu mengarah pada gerakan pemberontakan yang

berniat memisahkan diri dari Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Berikut ini beberapa gerakan pemberontakan yang terjadi pada masa

Demokrasi Parlementer.
1) Pemberontakan Angkatan Perang Ratu Adil (APRA)

2) Pemberontakan Republik Maluku Selatan (RMS)

3) Pemberontakan Andi Azis

4) Pemberontakan PRRI dan Permesta

c. Masa Demokrasi Terpimpin (1959 – 1965)

Masa Demokrasi Terpimpin adalah masa ketika Indonesia menerapkan suatu sistem

pemerintahan dengan seluruh keputusan pemerintah berpusat pada kepala negara.

Pada saat itu, jabatan kepala negara dijabat oleh Presiden Soekarno. Masa Demokrasi

Termimpin berlangsung sejak dikeluarkannya Dekrit Presiden 5 Juli 1959 sampai

tahun 1965. Berikut admin bagikan Perkembangan Politik Masa Demokrasi

Terpimpin (1959 – 1965).

a. Dekrit Presiden 5 Juli 1959

Kehidupan masyarakat Indonesia pada masa Demokrasi Parlementer belum

pernah mencapai kestabilan secara nasional. Persaingan partai-partai politik

yang menyebabkan pergantian kabinet terus terjadi. Selain itu, Dewan

Konstituante hasil pemilu tahun 1955 ternyata tidak berhasil melaksanakan

tugasnya menyusun UUD baru bagi Republik Indonesia. Dewan Konstituante

tidak berhasil melaksanakan tugasnya disebabkan adaya perbedaan pandangan

tentang dasar negara. Anggota Dewan Konstituante dari PNI, PKRI, Permai,

Parkindo, dan partai lain yang sehaluan mengajukan Pancasila sebagai dasar

negara. Sedangkan Masyumi, NU, PSII dan partai lain yang sehaluan

mengajukan dasar negara Islam. Dalam upaya menyelesaikan perbedaan

pendapat terkait dengan masalah dasar negara, kelompok Islam mengusulkan

kepada pendukung Pancasila tentang kemungkinan dimasukannya nilai-nilai

Islam ke dalam Pancasila, yaitu dimasukkannya Piagam Jakarta 22 Juni 1945


sebagai pembukaan undang-undang dasar yang baru. Namun usulan itu ditolak

oleh pendukung Pancasila dan membuat kondisi negara semakin tidak stabil.

Dalam rangka mengatasi permasalahan tersebut, muncul gagasan untuk

melaksanakan model pemerintahan Demokrasi Terpimpin dan kembali kepada

UUD 1945. Pada tanggal 5 Juli 1959, Presiden Soekarno mengeluarkan dekrit

yang dikenal dengan Dekrit Presiden 5 Juli 1959.

Isi Dekrit Presiden 5 Juli 1959.

1) Menetapkan pembubaran Konstituante.

2) Menetapkan UUD 1945 berlaku bagi segenap bangsa Indonesia dan

seluruh tumpah darah Indonesia, terhitung mulai tanggal penetapan

dekrit dan tidak berlakunya lagi UUD Sementara (UUDS).

3) Pembentukan MPRS, yang terdiri atas anggota DPR ditambah dengan

utusan-utusan dan golongan, serta pembentukan Dewan Pertimbangan

Agung Sementara (DPAS).

Berlakunya kembali UUD 1945 melalui Dekrit Presiden 5 Juli 1959

diterima baik oleh rakyat Indonesia. Dengan dikeluarkannya Dekrit

Presiden 5 Juli 1959, berakhirlah masa Demokrasi Parlementer dan

digantikan dengan Demokrasi Terpimpin. mulai saat itu, sistem kabinet

parlementer ditinggalkan dan diganti menjadi kabinet presidensial.

b. Penyimpangan terhadap UUD 1945 

Pelaksanaan Demokrasi Terpimpin bertujuan untuk menata kembali

kehidupan politik dan pemerintahan dengan kembali melaksanakan UUD

1945. Namun pada perkembangannya, pada masa Demokrasi Terpimpin justru

terjadi penyimpangan terhadap UUD 1945.

Bentuk-bentuk penyimpangan tersebut antara lain sebagai berikut.


1) Presiden menunjuk dan mengangkat anggota Majelis Permusyawaratan

Rakyat Sementara (MPRS). Seharusnya anggota Majelis

Permusyawaratan Rakyat Sementara (MPRS) dipilih melalui pemilu

bukan ditunjuk dan diangkat oleh Presiden.

2) Presiden membubarkan Dewan Permusyawaratan Rakyat (DPR) hasil

Pemilu 1955 dan menggantinya dengan Dewan Permusyawaratan

Rakyat Gotong Royong (DPR-GR). Seharusnya kedudukan Presiden

dan DPR adalah setara. Presiden tidak dapat membubarkan DPR,

sebaliknya DPR tidak dapat memberhentikan Presiden.

3) Pengangkatan presiden seumur hidup. Seharusnya Presiden dipilih

setiap lima tahun sekali melalui pemilu sebagaimana amanat UUD

1945, bukan diangkat seumur hidup. Penyimpangan terhadap UUD

1945 yang terjadi masa Demokrasi Terpimpin disebabkan oleh

kekuasaan yang dimiliki oleh presiden sangat besar sehingga

pemerintahan cendrung mengarah kepada otoriter.

c.  Kekuatan Politik Nasional

Pada masa Demokrasi Terpimpin kekuatan politik terpusat antara tiga

kekuatan politik, yaitu: Presiden Soekarno, Partai Komunis Indonesia (PKI),

dan TNI Angkatan Darat. Berbeda dengan masa sebelumnya, pada masa

Demokrasi terpimpin partai politik tidak mempunyai peran besar dalam pentas

politik nasional. Partai-partai yang ada ditekan agar menyokong dan

memberikan dukungan terhadap gagasan presiden. Jika terdapat partai politik

yang pergerakannya dianggap bertolak belakang dengan pemerintah di

bubarkan dengan paksa. Dengan demikian partai-partai politik itu tidak dapat

lagi menyuarakan gagasan dan keinginan kelompok-kelompok yang


diwakilinya. Sampai tahun 1961, hanya ada 10 partai politik yang diakui oleh

pemerintah, yaitu: PNI, NU, PKI, Partai Katolik, Partai Indonesia, Partai

Murba, PSII, IPKI, Partai Kristen Indonesia (Parkindo), dan Persatuan

Tarbiyah Islam (Perti).

d. Politik Luar Negeri 

Berdasarkan UUD 1945, politik luar negeri yang dianut Indonesia adalah

politik luar negeri bebas aktif. Bebas artinya tidak memihak kepada salah satu

blok yang ada, yaitu blok barat dan blok timur. Namun pada masa Demokrasi

Terpimpin, Politik luar negeri Indonesia condong ke blok timur. Indonesia

banyak melakukan kerja sama dengan negara-negara komunis seperti Uni

Soviet, China, Kamboja, Vietnam, dan Korea Utara.

1) Oldefo dan Nefo

Oldefo (The Old Established Forces) adalah sebutan untuk negara-negara

barat yang sudah mapan ekonominya. Khususnya negara-negara kapiltalis.

Nefo (The New Emerging Forces) adalah sebutan untuk negara-negara

baru, khususnya negara-negara sosialis.Pada masa Demokrasi Terpimpin,

Indonesia lebih banyak menjalin kerja sama dengan negara-negara Nefo.

Hal ini terlihat dengan dibentuknya Poros Jakarta–Peking (Indonesia dan

China) dan Poros Jakarta–Phnom Penh–Hanoi–Pyongyang (Indonesia,

Kamboja, Vietnam Utara, dan Korea Utara). Terbentuknya poros ini

mengakibatkan ruang gerak diplomasi Indonesia di forum internasional

menjadi sempit. Indonesia terkesan memihak kepada blok sosial/komunis.

2) Politik Mercusuar

Politik Mercusuar merupakan politik yang dijalankan oleh Presiden

Soekarno dengan anggapan bahwa Indonesia merupakan mercusuar yang


menerangi jalan bagi Nefo di seluruh dunia. Untuk mewujudkannya, maka

diselenggarakan proyek-proyek besar dan spektakuler yang diharapkan

dapat menempatkan Indonesia pada kedudukan yang terkemuka di

kalangan Nefo. Proyek-proyek tersebut membutuhkan biaya yang sangat

besar, diantaranya adalah penyelenggaraan Ganefo (Games of the New

Emerging Forces),

pembangunan kompleks olahraga Senayan, dan pembangunan Monumen

Nasional (Monas).

3) Indonesia dalam Gerakan Non-Blok 

Dalam Konferensi Asia Afrika di Bandung tahun 1955, muncul gagasan

untuk membentuk organisasi yang disebut dengan Gerakan Non-Blok.

Gerakan Non-Blok (Non-Aligned Movement) didirikan untuk menyikapi

persaingan antara Blok Barat yang dipiminan Amerika Serikat dan Blok

Timur yang dipimpin Uni Sovyet pada awal tahun 1960-an.

Persaingan kedua blok memicu terjadinya Perang Dingin (Cold War) yang

dapat mengancam perdamaian dunia. Berdirinya Gerakan Non-Blok

diprakarsai oleh PM India Jawaharlal Nehru, PM Ghana Kwame

Nkrumah, Presiden Mesir Gamal Abdul Nasser, Presiden Indonesia

Soekarno, dan Presiden Yugoslavia Jossep Broz Tito. Gerakan Non- Blok

(GNB) secara resmi berdiri melalui Konferensi Tingkat Tinggi (KTT)

tahun 1961 di Beograd, Yugoslavia.

Adapun tujuan pendirian Gerakan Non- Blok antara lain adalah sebagai

berikut.

a) Menentang imperialisme dan kolonialisme

b) Menyelesaikan sengketa secara damai.


c) Mengusahakan pengembangan sosial ekonomi agar tidak dikuasai

negara maju.

d) Membantu perdamaian dunia dan berusaha meredakan ketegangan

Amerika Serikat dengan Uni Soviet.

Munculnya gagasan pembentukan Gerakan Non-Blok pada Konferensi

Asia Afrika di Bandung tahun 1955 memperlihatkan besarnya

pengaruh Indonesia dalam gerakan tersebut. Indonesia pun terlibat aktif

dalam persiapan KTT I Gerakan Non-Blok di Beograd, Yugoslavia.

4) Konfrontasi dengan Malaysia 

Konfrontasi dengan Malaysia berawal dari keinginan Federasi Malayasia

untuk menggabungkan Brunei, Sabah dan Sarawak ke dalam Federasi

Malaysia. Rencana pembentukan Federasi Malaysia mendapat tentangan

dari Filipina dan Indonesia. Filipina menentang karena menganggap

bahwa wilayah Sabah secara historis adalah milik Kesultan Sulu.

Indonesia menentang karena menurut Presiden Soekarno pembentukan

Federasi Malaysia merupakan sebagian dari rencana Inggris untuk

mengamankan kekuasaanya di Asia Tenggara.

Pembentukan Federasi Malaysia dianggap sebagai proyek

Neokolonialisme Inggris yang membahayakan revolusi Indonesia. Pada

tanggal 16 September 1963 pendirian Federasi Malaysia diproklamirkan.

Menghadapi tindakan ini, Indonesia mengambil kebijakan konfrontasi.

Tanggal 17 September 1963 hubungan diplomatik antara Indonesia dan

Malaysia putus. Selanjtunya pada tanggal 3 Mei 1964, Presiden

Soekarno mengeluarkan Dwi Komando Rakyat (Dwikora).

Isi Dwikora adalah sebagai berikut.


a) Perhebat ketahanan revolusi Indonesia

b) Bantu perjuangan revolusioner rakyat Malaya, Singapura, Serawak,

Sabah, dan Brunei untuk memerdekakan diri dan menggagalkan negara

boneka Malaysia. Pada saat Konfrontasi Indonesia-Malaysia sedang

berlangsung, Malaysia dicalonkan menjadi anggota tidak tetap Dewan

Keamanan PBB. Pencalonan ini mendapat reaksi keras dari Presiden

Soekarno. Pada tanggal 7 Januari 1965 Malaysia dinyatakan diterima

sebagai anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB, dengan spontan

Presiden Soekarno menyatakan Indonesia keluar dari PBB.

d. Masa Orde Baru (1966 – 1998)

Masa Demokrasi Terpimpin adalah masa ketika Indonesia menerapkan suatu sistem

pemerintahan dengan seluruh keputusan pemerintah berpusat pada kepala negara.

Pada saat itu, jabatan kepala negara dijabat oleh Presiden Soekarno. Masa Demokrasi

Termimpin berlangsung sejak dikeluarkannya Dekrit Presiden 5 Juli 1959 sampai

tahun 1965. Berbagai masalah politik terjadi pada Masa Demorasi Terpimpin antara

lain, Dekrit Presiden 5 Juli 1959, penyimpangan terhadap UUD 1945, Pembebasan

Irian Barat, dan Peristiwa G 30 S/PKI 1965.


1) Peristiwa G 30 S/PKI 1965

Peristiwa Gerakan 30 September/PKI terjadi pada malam tanggal 30 September 1965.

Dalam peristiwa tersebut, sekelompok militer di bawah pimpinan Letkol Untung

melakukan penculikan dan pembunuhan terhadap enam perwira tinggi TNI Angkatan

Darat serta memasukkan jenazah mereka ke dalam sumur tua di daerah Lubang

Buaya, Jakarta.Setelah melakukan pembunuhan itu, kelompok tersebut menguasai dua

sarana komunikasi penting, yaitu Radio Republik Indonesia (RRI) di jalan Merdeka

Barat dan Kantor Telekomunikasi yang terletak di Jalan Merdeka Selatan.

Para pahlawan yang gugur dalam peristiwa G 30 S/PKI. (Dari kiri ke kanan, Letjen

Ahmad Yani, Mayjen Suprapto, Mayjen M.T. Haryono, Mayjen S. Parman, Brigjen

Sutoyo Siswomiharjo, Brigjen DI Panjaitan, Lettu Pierre Tendean, Brigradir Polisi

Karel Satsuit Tubun, Kolonel Katamso, Letkol Sugiyono) Pada tanggal 1 Oktober

1965 pemimpin Gerakan 30 September Letnan Kolonel Untung mengumumkan

melalui RRI Jakarta tentang gerakan yang telah dilakukannya.Dalam pengumuman

tersebut disebutkan bahwa Gerakan 30 September merupakan gerakan internal

Angkatan Darat untuk menertibkan anggota Dewan Jenderal yang akan melakukan

kudeta terhadap pemerintah Presiden Soekarno. Selain itu, diumumkan juga tentang

pembentukan Dewan Revolusi, pendemisioneran Kabinet Dwikora, dan


pemberlakuan pangkat letnan kolonel sebagai pangkat tertinggi dalam TNI.

Pengumuman ini segera menyebar pada 1 Oktober 1965 dan menimbulkan

kebingungan di masyarakat.

2) Upaya Penumpasan G 30 S/PKI 1965

Mayor Jenderal Soeharto yang saat itu menjabat sebagai Panglima Komando Strategis

Angkatan Darat (Pangkostrad) memutuskan segera mengambil alih pimpinan TNI

Angkatan Darat karena Jenderal Ahmad Yani selaku Men/Pangad saat itu belum

diketahui keberadaannya. Setelah berhasil menghimpun pasukan yang masih setia

kepada Pancasila, operasi penumpasan Gerakan 30 September pun segera dilakukan.

Operasi penumpasan G 30 S/PKI dipimpin oleh Mayor Jenderal Soeharto bersama

Resimen Para Komando Angkatan Darat (RPKAD) dan Batalyon 328/Para Divisi

Siliwangi. Pada malam hari tanggal 1 Oktober 1965, RPKAD yang dipimpin oleh

Kolonel Sarwo Edhi Wibowo berhasil menguasai kembali RRI Jakarta dan kantor

telekomunikasi. Selanjutnya, Mayjen Soehartomengumumkan melalui radio tentang

keadaan yang sebenarnya kepada rakyat. Pada tanggal 2 Oktober 1965, RPKAD

pimpinan Kolonel Sarwo Edhi Wibowo berhasil sepenuhnya menguasai keadaan di

Jakarta dan pemberontakan G 30 S/PKI berhasil digagalkan.

e. Masa Reformasi (1998 – Sekarang)

Reformasi merupakan suatu gerakan yang menghendaki adanya perubahan kehidupan

bermasyarakat, berbangsa dan bernegara ke arah yang lebih baik. Seperti halnya

munculnya orde baru, masa reformasi dilatarbelakangi dengan adanya krisis ekonomi

yang melanda beberapa negara termasuk Indonesia. Keadaan ini diperparah dengan

terkuaknya praktik korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN) di kalangan pejabat

pemerintah. Dampak dari situasi ini adalah terjadinya demonstrasi oleh para

mahasiswa yang menuntut penurunan harga sembako, penghapusan monopoli, dan


KKN. Bahkan para mahasiswa juga menuntut presiden Suharto turun dari jabatannya.

Akhirnya pada tanggal 21 Mei presiden Suharto mengundurkan diri dan menyerahkan

jabatan presiden kepada wakilnya yaitu BJ. Habibie.


UJI KOMPETENSI
UJI KOMPETENSI

1. Tujuan Jepang memberikan janji kemerdekaan kepada Indonesia, ialah.


A. agar Indonesia segera merdeka
B. Jepang mulai terdesak oleh sekutu
C. menarik simpati rakyat Indonesia
D. menarik simpati bangsa Asta lainnya
2. Janji Jepang memberikan janji kemerdekaan ditindak lanjuti dengan membentuk.
A. BPUPKI
B. KNIP
C. MPRS
D. MPR dan DPR
3. Rumusan dasar negara Pancasila dikemukan oleh tiga tokoh :atama pergerakan nasional
A. Ir Sukarno, Moh Hatta, dan Supomo
B. Ir Sukarno, Supomo. Ahmad Subarjo
C. Ir Sukarno, Moh Hatta. Ahmad Subarjo
D. Ir Sukarno, Mr. Moh Yamin, Suponio
4. Gagasan mengenai rumusan Lima Dasar Negara RI dikemukan oleh.
A. Mr. Moh Yamin
B. Ir. Sukarno
C. Drs. Moh Hatta
D. Mr. Supomo
5. Rumusan piagam Jakarta atau piagam Jakarta Charter dihasilkan oleh
A. Panitia Sembilan
B. PPKI
C. BPUPKI
D. KNIP
6. Latarbelakang terjadinya peristiwa Rengasdengklok ialah...

A. di bom atomnya dua kota di Jepang

B. menyerahnya Jepang kepada sekutu

C. perbedaan pendapat mengenai proklamasi kemerdekaan

D. penculikan golongan tua oleh golongan muda

7. Berita menyerahnya Jepang kepada sekutu untuk pertama kali di dengar oleh seorang
pemuda, yaitu
A. Sutan Syahrir
B. Wikana
C. Darwis
D. Sudanco Sunggil
8. Perummusan teks proklamasi berlangsung di rumah Laksamana Muda Maeda jalan ...
A. Penggangsaan Timur no 56 lakarta
B. Merdeka no 10 Jakarta
C. Iman Bonjol no 1 Jakarta
D. KH Tapa no 10 Jakarta
9. Teks proklamnasi yang otentik yaitu.
A. ditulis Ir. Sukarno
B. diketik Sayuti Malik
C. perbaharui oleh Drs. Moh. Hatta
D. perbaharui Ahmad Subarjo
10. Pembacaan teks proklamasi dilaksanakan di Jln.
A. Penggangsaan Timur no 56 Jakarta
B. Imam Bonjol no 10 Jakarta
C. Istana Negara
D. Istana Merdeka
11. Sambutan rakyat terhadap proklamasi kemerdekaan ditunjukan dalam bentuk...
A. perlawanan terhadap tentara Jepang
B. pengibaran bendera merah putih di seluruh wilayah
C. perlawanan yang heroic terhadap sekutu
D. rapat raksasa di lapangan IKADA
12. Pada tanggal 18 Agustus 1945 PPKI mengadakan siding pertama dengan menghasiikan
keputusan....
A. pengesahan UUD 1945
B. membagi wilayah Indonesia menjadi 8 Provinsi
C. membentuk 12 Departemen
D. membentuk BKR
13. Ir. Sukarno dan Drs. Moh. Hatta dipilih nienjadi Presiden dan wakil Presiden secara aklamsi
atas usulan....
A. Mohamad Toha
B. Sri Sultan Hamengkubuwo IX
C. Otto Iskandar Dinata
D. Sutan Syahrir
14. Sidang PPKI ke-2 pada tanggal 19 Agustus 1945 wilayah Indonesia di bagi atas provinsi yaitu
A. 8
B. 9
C. 10
D. 11
15. Pada tanggal 5 Oktober 1945 terbentuklah tentara kebangsaan Indonesia yaitu...
A. BKR
B. TKR
C. TRI
D. TNI

Anda mungkin juga menyukai