Mengapa bangsa-bangsa Barat tertarik dengan kekayaan Indonesia? Kekayaan apa saja yang
mendorong kedatangan bangsa-bangsa Barat ke Indonesia?
Gold artinya emas, yang identik dengan kekayaan. Semboyan ini menggambarkan bahwa
tujuan bangsa Barat ke Indonesia adalah untuk mencari kekayaan. Itulah yang membuat
mereka melakukan ekspedisi dan penjelajahan. Glory bermakna kejayaan
bangsa. Gospel adalah keinginan bangsa Barat untuk menyebarluaskan atau mengajarkan
agama Nasrani khususnya agama Kristen ke bangsa-bangsa di Asia, Afrika, dan Amerika
Selatan.
c. Revolusi Industri
Salah satu hasil revolusi industri adalah kegiatan transportasi. Penemuan mesin uap yang
dapat dijadikan mesin penggerak perahu merupakan teknologi baru pada masa tersebut.
Perahu dengan mesin uap merupakan penemuan sangat penting yang mendorong
penjelajahan bangsa-bangsa Barat. Penggunaan mesin uap dapat memperpendek waktu
perjalanan. Selain penemuan mesin uap, Revolusi Industri didukung berbagai penemuan
lain, seperti kompas, mesin pemintal, dan sebagainya. Penemuan-penemuan tersebut
memicu bangsa-bangsa Barat untuk melakukan berbagai petualangan.
Perjalanan bangsa Portugis mencari sumber rempah-rempah diawali dari kota Lisabon,
Portugis. Pada tahun 1486, Bartolomeus Diaz melakukan pelayaran pertama menyusuri
pantai barat Afrika. Ia bermaksud melakukan pelayaran ke India, namun gagal. Portugis
mencapai Malaka pada tahun 1511 di bawah pimpinan Alfonso d’Albuquerque. Ia berhasil
menguasai Malaka dan Myanmar. Selanjutnya Portugis menjalin hubungan dagang dengan
Maluku. Pada tahun 1512, bangsa Portugis telah berhasil sampai di Maluku di bawah
pimpinan Antonio de Abreu dan Fransisco Serao.
Francis Drake dibantu oleh Thomas Cavendis berhasil tiba di Ternate pada tahun 1579. Di
Ternate, mereka memborong rempah-rempah untuk dibawa ke Inggris. Rombongan Francis
Drake ini berlayar menuju Inggris dengan membawa banyak rempah-rempah dan mendarat
di Inggris pada tahun 1580.
Rupanya, penjelajahan samudra yang dilakukan oleh bangsa Inggris ini membawa
keuntungan melimpah. Selain mendapatkan rempah-rempah, penjelajahan bangsa Inggris
ke Dunia Timur juga berhasil menanamkan pengaruhnya di wilayah Asia. Inggris juga ingin
merebut wilayah Indonesia dari tangan Belanda dan Portugis. Wilayah Indonesia
direncanakan oleh Inggris tidak hanya dijadikan sebagai ladang monopoli, tetapi juga
dijadikan sebagai wilayah kekuasaan politik.
Kedatangan Inggris pada awal abad XVII ditujukan untuk memperluas kekuasaan politik
Inggris di wilayah Asia. Kedatangan Inggris ke Indonesia saat itu bertepatan dengan adanya
kekacauan yang terjadi di Jayakarta (sekarang Jakarta). Pada saat itu, Jayakarta sedang
berselisih dengan Banten akibat politik adu domba yang dijalankan oleh VOC. Penguasa
Jayakarta yang menyadari kelicikan VOC mengizinkan Inggris membangun gudang kayu di
dekat kantor dagang VOC . Keadaan ini menyebabkan VOC geram dan segera melancarkan
serangan balasan ke pusat pemerintahan Jayakarta. Penguasa Jayakarta yang waktu itu
Wijayakrama meminta bantuan kepada Inggris untuk menghadapi serangan VOC.
Pada tahun 1649 puncak perseteruan antara Jayakarta dengan VOC terjadi, sehingga
meletuslah perang laut. Dalam perang laut itu, pasukan Jayakarta mendapatkan bantuan
dari tentara Inggris. Armada pasukan Inggris terdiri dari 15 kapal laut di bawah pimpinan Sir
Thomas Dale berhasil melakukan intervensi terhadap kapal-kapal laut VOC di wilayah
perairan Jawa. Akhirnya peperangan itu dimenangkan oleh Jayakarta. Namun, kemenangan
itu hanya berlangsung satu hari, karena pada hari berikutnya VOC berhasil merebut
Jayakarta.
Kemudian, pada tahun 1628, Inggris berhasil menjalin kerja sama dengan Banten. Kerja
sama tersebut dibuktikan dengan memberi izin kepada Inggris untuk mendirikan pangkalan
dagang utama Asia Tenggara di Banten. Pembanguan benteng Inggris ini bertujuan untuk
menjamin perdagangan lada dan keamanan wilayah akibat blokadi VOC di Banten.
Gubernur Jenderal pertama VOC adalah Pieter Both. Ia mendirikan pusat perdagangan VOC
di Ambon, Maluku. Namun kemudian, pusat dagang dipindahkan ke Jayakarta (Jakarta)
karena VOC memandang bahwa Jawa lebih strategis sebagai lalu-lintas perdagangan. Selain
itu, Belanda ingin menyingkirkan saingan mereka, yaitu Portugis di Malaka.
Pangeran Jayawikarta (penguasa bagian wilayah Banten) memberi izin kepada VOC untuk
mendirikan kantor dagang di Jayakarta. Selain memberikan izin kepada VOC, Pangeran
Jayawikarta juga memberikan izin pendirian kantor dagang kepada EIC (Inggris). Kebijakan
ini membuat Belanda merasa tidak menyukai Pangeran Jayakarta.
Gubernur Jendral VOC Jan Pieterszoon Coen membujuk penguasa Kerajaan Banten untuk
memecat Pangeran Jayawikarta, sekaligus memohon agar izin kantor dagang Inggris EIC
dicabut. Pada tanggal 31 Mei 1619, keinginan VOC dikabulkan raja Banten. Momentum
inilah yang kemudian menjadi mata rantai kekuasaan VOC dan Belanda pada masa
berikutnya. VOC menikmati keleluasaan dan kelonggaran yang diberikan penguasa Banten.
Jayakarta oleh VOC diubah namanya menjadi Batavia. VOC mendirikan benteng sebagai
tempat pertahanan, pusat kantor dagang, dan pemerintahan. Pengaruh ekonomi VOC
semakin kuat dengan dimilikinya hak monopoli perdagangan. Masa inilah yang menjadi
sandaran perluasan kekuasaan Belanda pada perjalanan sejarah selanjutnya.
Pada tahun (1521-1529) sekitar 8 tahun tersebut Bangsa Eropa berada di nusantara. Bangsa
Spanyol masuk ke Filipina melalui Ferdinand Magellan. Bangsa Spanyol berhasil mencapai
kepulauan Maluku pada tahun 1521 di bawah pimpinan kapten Sebastian del Cano. Setelah
itu para pelaut pelaut Spanyol berlabuh ke Tidore. Kedatangan pelaut-pelaut tersebut di
sambut baik oleh kesultanan Tidore. Sambutan tersebut tentu beralasan. Kesultanan Tidore
yang terlibat persaingan ekonomi dalam perdagangan rempah-rempah
sehingga kesultanan Tidore membutuhkan sekutu untuk mengimbangi Ternate yang sudah
terlebih dahulu bersekutu dengan Bangsa Portugis.
Kedatangan bangsa Spanyol di Tidore membuat Portugis merasa terganggu. Karena hal
tersebut berarti Spanyol akan terlibat juga dalam aktivitas perdagangan rempah rempah
yang akan mengganggu hak monopolinya. Maka terjadilah konflik antar kedua negara
tersebut. Negara Portugis menuduh Spanyol telah melanggar Perjanjian Tordesillas. Ini
terjadi pada tahun 1494. Isi perjanjian tersebut tidak lepas dari campur tangan secara
langsung Paus Aleander VI dan pada intinya membagi dunia di luar Eropa menjadi Duopoli
ekslusif antara bangsa Spanyol dengan Portugis. Wilayah sebelah timur dimiliki oleh Portugis
sedangkan wilayah sebelah barat dimiliki oleh Spanyol. Namun Spanyol bersikeras wilayah
Maluku merupakan kekuasaannya.