Disusun Oleh :
Pada awal abad ke-15, bangsa Eropa mulai mengadakan penjelajahan samudra. Tujuannya
mencari kekayaan, kejayaan, dan menyebarkan agama Nasrani Salah satu kebutuhan yang
sangat diperlukan oleh bangsa Eropa yang beriklim dingin adalah rempah-rempah Rempah
rempah berguna untuk obat-obatan, penyedap makanan, dannpengawet makanan.
Daerah penghasil rempah-rempah yang terkenal sejak zaman dahulu ialah Maluku Bangsa
Eropa ini membeli rempah-rempah secara langsung dari Maluku Ada beberapa alasan
mengapa mereka menyukai rempah-rempah dari Maluku. Pertama, mutu tempah rempah
Maluku sangat bagus. Kedua, harganya lebih murah dibandingkan dengan harga dari tempat
lain.
Dan salah satu tujuan penjajahan bangsa eropa adalah menguasai daerah penghasil rempah-
rempah seperti Maluku serta memonopoli perdagangan Membangun basis militer
Kolonialisme dan Imperialisme Ikut campur dalam urusan politik dan pemerintahan
Indonesia.
Sejak dahulu Indonesia telah menjadi primadona bagi bang bangsa asing. Terbentang di
antara dua samudra dan dua benua telah menjadikan Indonesia sebagai salah satu negara
dengan kekayaan alam yang melimpah. Ditambah lagi Indonesia berada di jalur perdagangan
internasional, sehingga semakin banyak bangsa Barat yang datang ke Indonesia untuk
sekedar singgah ataupun berdagang. Kekayaan alam Indonesia yang melimpah telah menarik
perhatian bangsa barat untuk datang ke Nusantara. Bahkan hampir di setiap daerah memiliki
rempah pilihan serta mempunyai karakteristik dan cita rasa yang khas. Hal inilah yang
menjadikan bangsa barat berbondong-bondong untuk masuk ke Indonesia dengan alasan
berdagang. Kendati demikian, tujuan awal untuk berdagang nampaknya pupus lantaran
melimpahnya kekayaan alam di Indonesia yang mendorong adanya penjajahan bangsa Eropa
terhadap pribumi, sehingga menimbulkan kesengsaraan dan penderitaan rakyat Indonesia.
1. Faktor eksternal
Eksternal adalah kondisi yang terjadi di eropa sehingga memungkinkan terjadinya penjajahan
di indonesia dan di pengaruhi oleh negara² eropa yang memulai penjelajahan samudra, serta
ambisi negara² eropa yakni gold, glory, gospel yang akhirnya mendorong imperialisme dan
kolonialisme.
1. Berkembangnya keyakinan dan kebenaran ajaran copernicus (bahwa bumi itu bulat tidak
datar)
4. Semangat reqonquesta (perang salib yaitu semangat untuk menaklukkan bangsa² yang
pernah mengalahkan mereka
5. Ambisi mencari kekayaan, kejayaan dan penyebaran agama nasrani (gold, glory dan
gospel)
6. Adanya perjanjian tordessilas (pembagian wilayah spanyol dan portugis menurut garis
khayal, sebelah barat masuk wilayah spanyol, sedangkan sebelah timur di kuasai oleh
portugis)
2. Faktor Internal
Adalah kondisi dalam negeri yang kurang menyadari persatuan dan kesatuan sehingga
memungkinkan bangsa asing datang ke indonesia serta kondisi dalam negeri sendiri yang
kaya akan sumber daya alam sehingga menarik bangsa eropa untuk datang ke indonesia.
1. Kontak hubungan perdagangan, niat baik bangsa indonesia di manfaatkan pihak asing
untuk menguasai perdagangan (monopoli)
2. Penghasil rempah² terbesar, sehingga Menjadi tempat tujuan para bangsa asing untuk
datang ke indonesia
1. Pemerintahan Portugis
Bangsa Portugis yang datang ke Indonesia dipimpin oleh Alfonso d’ Albuquerque. Ia pada
tahun 1511 berhasil menguasai Kerajaan Malaka. Kekuasaan Portugis mengalami
perkembangan yang pesat setelah menguasai Malaka. Mereka selanjutnya memperluas
kekuasaan ke daerah-daerah lainnya di Indonesia. Selain itu orang Portugis biasanya mampu
berbaur dengan masyarakat setempat seperti menikahi perempuan pribumi. Ketika terjadi
perselisihan di Maluku antara Hitu dan Seram, Portugis memihak Hitu sehingga Portugis
diterima di sana. Cara yang dilakukan Portugis di Hitu juga diterapkan ketika datang ke
Ternate, mereka diterima baik oleh kerajaan Ternate untuk menghadapi Tidore. Ketika
berhasil mengalahkan Tidore yang dibantu pihak Spanyol, Portugis meminta imbalan untuk
memonopoli perdagangan cengkeh Keadaan itu menyebabkan rakyat Ternate tidak menyukai
orang-orang Portugis. Mereka berusaha untuk membebaskan diri dari kekuasaan Portugis.
Pada tahun 1512, tibalah orang-orang Spanyol di Maluku. Tujuan kedatangan mereka sama
halnya dengan orang-orang Portugis, yaitu memonopoli dan menguasai daerah sebagai tanah
jajahan, serta untuk menyebarkan agama Nasrani (Nasrani Katolik). Di Maluku, mereka
singgah di Tidore, Bacan, dan Jailolo. Di tempat itu mereka disambut baik oleh penduduk
setempat. Kedatangan orang-orang Spanyol di Maluku ternyata menimbulkan persaingan
dengan orang-orang Portugis. Untuk mengakhiri persaingan, ditandatanganilah Perjanjian
Saragosa pada tahun 1535. Dalam perjanjian itu diputuskan bahwa wilayah kekuasaan
Portugis tetap di Maluku, sedang wilayah kekuasan Spanyol di Filipina, sehingga orang-
orang Portugis bebas mengembangkan kekuasaannya di Maluku. Setelah menguasai Maluku,
Portugis selanjutnya ingin menguasai daerah-daerah lain di kepulauan Indonesia, seperti:
a. Sumatra
Di Sumatra orang-orang Portugis tidak memperoleh hak monopoli perdagangan lada, karena
ditentang oleh Kerajaan Aceh. Bahkan mereka tidak diberi kesempatan berdagang.
b. Jawa
Di Jawa, orang-orang Portugis hanya bisa berdagang di Pasuruan dan Blambangan karena
sebagian daerah lain di Jawa telah dikuasai oleh kerajaan Demak yang menjadi saingan berat
Portugis. Bagi Demak dan kerajaan Islam lainnya di Indonesia, jatuhnya Malaka ke tangan
Portugis pada tahun 1511 merupakan ancaman langsung bagi perkembangan perdagangan
Islam serta peyebaran agama itu sendiri karena Portugis membawa misi gospel (penyebaran
Katolik).
2. Pemerintahan Spanyol
Masa penjajahan Spanyol berlangsung cukup singkat, sekitar tahun 1521-1529 di tengah
penguasaan Nusantara oleh Portugis.Saat itu, Spanyol juga menginjakkan kaki di Maluku dan
bersekutu dengan Kerajaan Tidore.Kedatangan Spanyol rupanya mengusik Portugis karena
mengancam penguasaan bisnis di Indonesia.
Akhirnya, perlawanan antara kedua penjajah pun terjadi. Mereka akhirnya berdamai melalui
Perjanjian Saragosa pada 1529. Menurut perjanjian tersebut,Spanyol harus meninggalkan
Maluku dan boleh mengambil kekuasaan ke utara Indonesia,yaitu Filipina.Sementara
Portugis tetap berada di Maluku.Akhirnya,Spanyol angkat kaki dari Nusantara.
Tujuan awal kedatangan bangsa Belanda ke Indonesia adalah untuk berdagang dan mencari
keuntungan dari berdagang rempah-rempah. Sejak Lisabon dikuasai oleh Spanyol, Belanda
tidak dapat lagi membeli dan menyalurkan rempah-rempah ke negerinya ataupun ke negara
Eropa lainnya. Hal itu disebabkan Belanda bermusuhan dengan Spanyol yang telah berhasil
menguasai Portugis sehingga Belanda tidak dapat lagi mengambil rempah-rempah di
Lisabon. Oleh sebab itu, para pedagang Belanda berusaha mencari sendiri daerah penghasil
rempah-rempah ke timur.
Penjelajahan Belanda pertama dimulai pada tahun 1595 setelah empat buah kapal Belanda di
bawah pimpinan Cornelis de Houtman berangkat dari Amsterdam. Mereka sampai di
pelabuhan Banten pada tanggal 22 Juni 1596. Selanjutnya pelayaran yang kedua dipimpin
oleh Jacob van Neck, yang tiba di pelabuhan Banten pada tahun 1598. Sikap bangsa Belanda
tidak lagi kasar dan sombong sehingga mereka diterima dengan baik oleh kerajaan Banten.
Lagi pula, Kerajaan Banten sedang berselisih dengan orang-orang Portugis. Di Banten
mereka mendapatkan lada. Perjalanan dilanjutkan kembali menuju Tuban dan Maluku. Di
tempat itu pun mereka diterima dengan baik oleh raja dan masyarakat setempat.
Louis Napoleon, adik Kaisar Napoleon dari Perancis yang telah diangkat sebagai Raja
Belanda, pada tahun 1808 mengangkat Herman Willem Daendels sebagai Gubernur Jenderal
di Indonesia. Tugas utama Daendels adalah mempertahankan Indonesia, khususnya pulau
Jawa agar tidak jatuh ke tangan Inggris. Untuk keperluan tersebut, Daendels membangun
jalan raya dari Anyar sampai Panarukan yang panjangnya lebih-kurang 1.100 km, dan
membangun pangkalan armada di Ujungkulon. Agar pembangunan berjalan cepat dan murah,
Daendels menerapkan rodi atau sistem kerja paksa. Rakyat dipaksa bekerja keras tanpa
istirahat dan makanan yang cukup, serta tanpa upah. Daendels juga tidak memperhatikan
kesehatan pekerja sehingga banyak pekerja yang meninggal dunia, akibat kelaparan dan
kesehatan yang buruk.Untuk membiayai pertahanan menghadapi Inggris, Daendels kembali
memaksa rakyat Priangan menanam kopi yang hasilnya diserahkan kepada pemerintah
kolonial Belanda. Selain itu, Belanda menjual tanah rakyat yang oleh mereka dianggap milik
negara kepada perusahaan swasta asing.Dalam menjalankan pemerintahannya Daendels
berlaku keras dan disiplin, serta cenderung bertangan besi. Sikapnya ini menimbulkan rasa
tidak senang di kalangan pejabat Belanda lainnya.Akibatnya para pejabat melaporkan
kekurangan-kekurangan Daendels kepada Raja Louis, terutama mengenai kebijaksanaannya
menjual tanah negara kepada pihak swasta asing. Pada tahun 1811, Daendels dipanggil
pulang dan kedudukannya digantikan oleh Gubernur Jenderal Janssens. Ia kurang cakap dan
lemah, sehingga langsung menyerah ketika Hindia Belanda diserang Inggris.
5. Pemerintahan Inggris Perhatian Inggris atas Indonesia sebenarnya sudah dimulai ketika
pada tahun 1579 penjelajah Francis Drake singgah di Ternate, Maluku. Untuk mengadakan
hubungan dagang dengan kepulauan rempah-rempah di Asia, Inggris membentuk EIC (East
Indies Company). Pada tahun 1602 armadanya sampai di Banten dan mendirikan loji di sana.
Pada tahun 1604, dibuka perdagangan dengan Ambon dan Banda. Pada 1609, Inggria
mendirikan pos di Sukadana (Kalimantan). Pada 1613, Inggris berdagang dengan Makasar,
dan pada tahun 1614, Inggris mendirikan di Batavia.
Dalam usaha perdagangan itu Inggris mendapat perlawanan kuat dari Belanda. Belanda tidak
segan-segan menggunakan kekerasan untuk mengusir Inggris dari Indonesia. Setelah terjadi
peristiwa Ambon Massacre, EIC mengundurkan diri dari Indonesia. Tetapi di daerah Asia
Tenggara lainnya seperti Singapura, Malaysia, dan Burunei, Inggris memperoleh kesuksesan.
Namun setelah diadakan Persetujuan Tuntang pada tahun 1811, Indonesia berada di bawah
kekuasaan Inggris. Ia memegang pemerintahan selama lima tahun (1811-1816). Sebagai
kepala pemerintahan di Indonesia, Inggris mengangkat Thomas Stamford Raffles dengan
pangkat Letnan Gubernur Jenderal. Pemerintahan Raffles ini sekaligus untuk mewakili Lord
Minto, Gubernur EIC di India. Pada masa pemerintahannya, Raffles menjalankan kebijakan-
kebijakan sebagai berikut.
a. Jenis penyerahan wajib pajak dan rodi harus dihapuskan kecuali di Priangan (Prianger
Stelsel) dan Jawa Tengah
b. Rakyat diberi kebebasan untuk menentukan jenis tanaman tanpa unsur paksaan.
c. Bupati sebagai pemungut pajak dihapuskan, dan penggantinya diangkat menjadi pegawai
pemerintah.
d. Pemerintah kolonial adalah pemilik tanah dan petani sebagai penggarap (penyewa) milik
pemerintah. Pemerintahan Raffles beranggapan bahwa semua tanah adalah milik negara
sehingga petani dianggap sebagai penyewa tanah negara. Mereka harus membayar pajak
kepada Pemerintah Inggris sebagai ganti uang sewa. Sistem yang diterapkan Raffles ini
dikenal dengan sistem Landrente atau pajak bumi. Pada tahun 1813 terjadi perang Leipzig.
Inggris dan sekutunya melawan Perancis, dan dimenangkan oleh Inggris. Kekuasaasn Kaisar
Napoleon di Perancis jatuh pada tahun 1814. Dengan demikian, berakhir pemerintahan Louis
Napoleon di Negeri Belanda. Karena Belanda telah bebas dari kekuasaan Perancis, Inggris
mengadakan perdamaian dengan Belanda di Kota London. Perundingan damai itu
menghasilkan persetujuan yang disebut Konvensi London atau perjanjian London (1814). Isi
perjanjian itu antara lain menyebutkan bahwa semua daerah di Indonesia yang pernah
dikuasai oleh Belanda harus dikembalikan lagi oleh Inggris kepada Belanda, kecuali daerah
Bangka, Belitung, dan Bengkulu. Penyerahan daerah kekuasaan di antara kedua negeri itu
dilaksanakan pada tahun 1816. Akhirnya mulai tahun 1816, Pemerintah Hindia Belanda
kembali berkuasa di Indonesia.
6. Pemerintahan Jepang
Usai kekalahan di rangkaian Perang Dunia II, Belanda pun angkat kaki dari Indonesia.
Jepang kemudian mengambil alih dan berjanji akan memerdekakan Indonesia.Nyatanya,
Jepang justru menjajah Indonesia selama 3,5 tahun. Kendati singkat, namun kekejamannya
tidak kalah dari Belanda.
Jepang bahkan menerapkan sistem kerja paksa alias romusha terhadap rakyat Indonesia.
Selain itu,Jepang juga membangun organisasi militer dan memaksa rakyat untuk ikut agar
bisa menjadi sumber daya perang melawan Amerika Serikat dan sekutunya di Perang Dunia
II.Negara yang pernah menjajah Indonesia ini akhirnya angkat kaki setelah Kota Hiroshima
dan Nagasaki dibom AS pada 15 Agustus 1945.Momen ini digunakan para pejuang Indonesia
untuk memproklamasikan kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945.
Kedatangan Belanda dan tentara sekutu ke Tanah Air tidak disambut baik oleh masyarakat
karena tujuan mereka datang adalah menaklukkan kembali tanah jajahannya. Benar saja,
pertempuran antara para pejuang dengan tentara Sekutu tak terelakkan. Banyak bentrokan
terjadi, sebut saja Pertempuran Ambarawa, Pertempuran Surabaya, Bandung Lautan Api, dan
masih banyak lagi.
Karena tidak ingin terjadi banyak pertumpahan darah, pihak Indonesia dan pihak Belanda
melakukan sejumlah perjanjian-perjanjian untuk mencapai kesepakatan. Indonesia sendiri
pun terus berusaha untuk mendapatkan kedaulatan NKRI dari mata dunia melalui diplomasi-
diplomasi. Berikut ini merupakan beberapa diplomasi penting yang dilakukan oleh Indonesia
dalam rangka meraih kedaulatan negara.
1. Perundingan Linggarjati
Perundingan di Linggajati ini mencapai beberapa persetujuan, antara lain Belanda mengakui
RI secara de facto yang terdiri atas Jawa, Madura, dan Sumatra. Selain itu akan dibentuk
negara federal yang dinamakan Republik Indonesia Serikat (di mana RI menjadi salah satu
negara bagiannya). Terakhir akan dibentuk Uni Indonesia Belanda dengan Ratu Belanda
sebagai kepala uni.
2. Perundingan Renville
Maka dari itu, dilakukanlah sebuah perundingan di atas kapal milik Amerika Serikat yang
bernama USS Renville pada 17 Januari 1948. Kala itu, kapal USS Renville sedang bersandar
di Pelabuhan Tanjung Priok.Delegasi Indonesia diketuai Perdana Menteri Amir Syarifudin
dan Belanda menempatkan seorang Indonesia bernama R. Abdulkadir Wijoyoatmojo sebagai
ketuanya. Hasil yang dituai dari perjanjian ini adalah Belanda tetap berdaulat sampai
terbentuknya RIS, RI sejajar kedudukannya dengan Belanda, RI menjadi bagian dari RIS dan
akan diadakan pemilu untuk membentuk Konstituante RIS, serta tentara Indonesia di daerah
Belanda (daerah kantong) harus dipindahkan ke wilayah RI.
3. Perundingan Roem-Royen
Belanda kembali melanggar Perjanjian Renville dengan melancarkan Agresi Militer Belanda
II. Hal ini menyebabkan Indonesia terpaksa mendirikan Pemerintahan Darurat Republik
Indonesia di Bukittinggi, Sumatra Barat di bawah komando Syafruddin Prawiranegara.
Setelah mendapatkan kecaman dari dunia internasional, barulah Belanda mau mengadakan
perundingan kembali dengan Indonesia. Perundingan Dalam perundingan ini dinamakan
dengan Perundingan Roem-Royen, digelar di Jakarta pada 7 Mei 1949. Mr. Moh. Roem
sebagai ketua delegasi mewakili Indonesia dan Dr. J.H Van Royen sebagai ketua delegasi
Belanda. Sedangkan, sebagai mediator perundingan adalah Merle Cochran dari UNCI.
Hasil dari perundingan ini adalah menghentikan perang gerilya dan Indonesia-Belanda
bekerja sama dalam memelihara ketertiban dan keamanan. Kembalinya pemerintah RI ke
Yogyakarta dan bersedia turut serta dalam Konferensi Meja Bundar yang akan dilaksanakan
dalam waktu dekat.
4. Konferensi Inter-Indonesia
Konferensi Meja Bundar dilaksanakan di Den Haag, Belanda. Delegasi Belanda dipimpin
oleh van Maarseveen. Delegasi Indonesia dipimpin Drs. Moh. Hatta, untuk delegasi BFO
(forum permusyawaratan federal yang terdiri atas Negara-negara boneka buatan Belanda)
dipimpin oleh Sultan Hamid II. Sidang berlangsung pada tanggal 23 Agustus sd 2 November
1949. KMB menghasilkan beberapa keputusan penting, yaitu Belanda mengakui kedaulatan
Indonesia paling lambat 30 Desember 1949. Selain itu, Indonesia berbentuk negara serikat
dan merupakan sebuah uni dengan Belanda. Uni Indonesia-Belanda dipimpin oleh Ratu
Belanda. Namun, permasalahan Irian Barat masih merupakan daerah perselisihan dan akan
diselesaikan dalam waktu satu tahun.
Meskipun tidak memuaskan banyak pihak, tetapi itulah hasil optimal yang dapat diperoleh.
Akhirnya, pada tanggal 27 Desember 1949 dilakukan penyerahan kedaulatan dari Belanda
kepada RIS. Bangsa Indonesia melalui perjuangan bersenjata dan diplomasi memaksa
Belanda untuk mengakui kedaulatan negara Republik Indonesia dan mendesak keluar dari
wilayah RI yang ditandai dengan upacara pengakuan kedaulatan Indonesia sebagai tindak
lanjut dari pelaksanaan KMB antara Indonesia-Belanda.
VI. Dampak Penjajahan Di Indonesia
1. Dalam Bidang Politik dan Pemerintahan
Dalam bidang politik, para penguasa penjajahan Barat melakukan kebijakan yang ketat,
bahkan cenderung menindas. Pemerintah kolonial menjalankan politik devide et impera atau
memecah belah, bahkan disertai dengan tipu muslihat Dengan politik memecah belah dan
tipu muslihat tersebut, kekuatan kolonial Belanda terus memperluas wilayah kekuasaannya.
Penguasa kolonial ikut campur tangan dalam pergantian kekuasaan di kerajaan/pemerintahan
pribumi. Penguasa pribumi dan rakyatnya menjadi bawahan penjajah.
2. Bidang Ekonomi
Pada masa pemerintahan Daendels, adanya perubahan sistem pemerintahan telah membawa
pada perubahan sistem perekonomian tradisional. Dalam sistem modern, tanah milik raja
berubah statusnya menjadi tanah milik pemerintah kolonial. Mencari uang dan
mengumpulkan kekayaan menjadi tujuan utama. Untuk mendapatkan uang pemerintah
kolonial memperolehnya dari penjual hasil bumi dari para petani berupa pajak. Petani harus
menjual hasil bumi dengan harga yang telah ditetapkan.
3. Bidang Hukum
Hukum yang berlaku pada masa kerajaan-kerajaan Nusantara merupakan hukum adat yang
diwariskan secara turun-temurun. Pada waktu bangsa Barat datang dan berkuasa, hukum
kolonial mulai diterapkan, contohnya pada masa pemerintahan Daendels dibentuk badan per
adilan untuk orang Eropa, Timur Asing, dan pribumi dengan ketentuan hukum yang berbeda.
Hingga saat ini hukum kolonial sangat memengaruhi hukum di indonesia, seperti penggunaan
istilah-istilah hukum berbahasa Belanda masih dapat ditemukan dalam hukum indonesia,
misalnya onslag untuk istilah lepas dari segala tuntutan hukum.
DAFTAR PUSTAKA
Jl. H. Baping Raya No. 100 Ciracas, Jakarta 13740. Penerbit Erlangga.
http://staffnew.uny.ac.id/.
Jln. Bromo, Balang, Karanglo, Klaten Selatan, Klaten, Jawa Tengah. Viva Pakarindo
http://jendelakecildunia.com/wp-content/uploads/2018/01/EVY_5288.jpg
Kedaulatan Indonesia
https://sg.docworkspace.com/d/sIHu6ypBHwPLtmgY?sa=00&st=1t
Masa Penjajahan
https://sg.docworkspace.com/d/sIDC6ypBH74DumgY?sa=00&st=0t