Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

PENJAJAHAN BANGSA INDONESIA DAN UPAYA INDONESIA


MEMPERTAHANKAN KEDAULATAN

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Konsep Dasar IPS SD


Uus Kuswendi, M.pd

Disusun Oleh :

Dini Irsanti (22060193)


Hafida Azqia Nur Adnan (22060201)
Tasya Nurilma (22060203)
Panzi Munawar Sulthoni (22060220)
Muhamad Syahrul Rojiqin (22060226)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN SILIWANGI
2022
I. Sejarah Kedatangan Para Penjajah Ke Indonesia

Hindia Timur atau Indonesia telah lama dikenal sebagai daerah penghasil rempah-


rempah. Rempah-rempah digunakan untuk mengawet makanan, bumbu masakan, bahkan
obat. Karena kegunaannya, rempah-rempah sangat laku di pasaran dan harganya pun mahal.
Hal ini mendorong para pedagang Asia Barat datang dan memonopoli perdagangan rempah-
rempah. Mereka membeli bahan-bahan ini dari para petani di Indonesia dan menjualnya
kepada para pedagang Eropa.

Namun, jatuhnya Konstantinopel pada tahun 1453 ke Turki Utsmani mengakibatkan pasokan


rempah-rempah ke wilayah Eropa terputus. Hal ini dikarenakan boikot yang dilakukan oleh
Turki Utsmani. Situasi ini mendorong orang-orang Eropa menjelajahi jalur pelayaran ke
wilayah yang banyak memiliki bahan rempah-rempah, termasuk kepulauan Nusantara
(Indonesia). Dalam perkembangannya, mereka berdagang,dan menguasai sumber rempah-
rempah di negara penghasil. Dimulailah era kolonialisasi Barat di Asia.

II. Tujuan kedatangan Bangsa Barat ke Indonesia

Pada awal abad ke-15, bangsa Eropa mulai mengadakan penjelajahan samudra. Tujuannya
mencari kekayaan, kejayaan, dan menyebarkan agama Nasrani Salah satu kebutuhan yang
sangat diperlukan oleh bangsa Eropa yang beriklim dingin adalah rempah-rempah Rempah
rempah berguna untuk obat-obatan, penyedap makanan, dannpengawet makanan.

Daerah penghasil rempah-rempah yang terkenal sejak zaman dahulu ialah Maluku Bangsa
Eropa ini membeli rempah-rempah secara langsung dari Maluku Ada beberapa alasan
mengapa mereka menyukai rempah-rempah dari Maluku. Pertama, mutu tempah rempah
Maluku sangat bagus. Kedua, harganya lebih murah dibandingkan dengan harga dari tempat
lain.

Dan salah satu tujuan penjajahan bangsa eropa adalah menguasai daerah penghasil rempah-
rempah seperti Maluku serta memonopoli perdagangan Membangun basis militer
Kolonialisme dan Imperialisme Ikut campur dalam urusan politik dan pemerintahan
Indonesia.

III. Faktor Penyebab Terjadinya Penjajahan Bangsa Indonesia


Penjajahan berasal dari kata dasar jajah. Penjajahan adalah proses, cara, perbuatan menjajah
(KBBI, 2014). Arti kata penjajahan adalah proses, cara, perbuatan menjajah. Contoh
penjajahan di dunia harus dihapuskan. Terdapat 2 arti kata 'penjajah' di KBBI. Arti kata
penjajah adalah negeri (bangsa) yang menjajah. Contoh: Dengan kekuatan senjata akhirnya
kaum penjajah itu berhasil menguasai daerah itu. Arti lainnya dari penjajah adalah orang
yang terlalu menguasai (menindas dan sebagainya) orang lain (bawahan dan sebagainya).

Sejak dahulu Indonesia telah menjadi primadona bagi bang bangsa asing. Terbentang di
antara dua samudra dan dua benua telah menjadikan Indonesia sebagai salah satu negara
dengan kekayaan alam yang melimpah. Ditambah lagi Indonesia berada di jalur perdagangan
internasional, sehingga semakin banyak bangsa Barat yang datang ke Indonesia untuk
sekedar singgah ataupun berdagang. Kekayaan alam Indonesia yang melimpah telah menarik
perhatian bangsa barat untuk datang ke Nusantara. Bahkan hampir di setiap daerah memiliki
rempah pilihan serta mempunyai karakteristik dan cita rasa yang khas. Hal inilah yang
menjadikan bangsa barat berbondong-bondong untuk masuk ke Indonesia dengan alasan
berdagang. Kendati demikian, tujuan awal untuk berdagang nampaknya pupus lantaran
melimpahnya kekayaan alam di Indonesia yang mendorong adanya penjajahan bangsa Eropa
terhadap pribumi, sehingga menimbulkan kesengsaraan dan penderitaan rakyat Indonesia.

Terdapat 2 penyebab umum datangnya para penjajah ke indonesia :

1. Faktor eksternal

Eksternal adalah kondisi yang terjadi di eropa sehingga memungkinkan terjadinya penjajahan
di indonesia dan di pengaruhi oleh negara² eropa yang memulai penjelajahan samudra, serta
ambisi negara² eropa yakni gold, glory, gospel yang akhirnya mendorong imperialisme dan
kolonialisme.

Dari faktor eksternal meliputi :

1. Berkembangnya keyakinan dan kebenaran ajaran copernicus (bahwa bumi itu bulat tidak
datar)

2. Berlangsungnya zaman renaissanse di eropa (berkembangnya zaman kebebasan)

3. Berkembangnya kekuasaan islam di daerah afrika utara dan constatinopel

4. Semangat reqonquesta (perang salib yaitu semangat untuk menaklukkan bangsa² yang
pernah mengalahkan mereka
5. Ambisi mencari kekayaan, kejayaan dan penyebaran agama nasrani (gold, glory dan
gospel)

6. Adanya perjanjian tordessilas (pembagian wilayah spanyol dan portugis menurut garis
khayal, sebelah barat masuk wilayah spanyol, sedangkan sebelah timur di kuasai oleh
portugis)

2. Faktor Internal

Adalah kondisi dalam negeri yang kurang menyadari persatuan dan kesatuan sehingga
memungkinkan bangsa asing datang ke indonesia serta kondisi dalam negeri sendiri yang
kaya akan sumber daya alam sehingga menarik bangsa eropa untuk datang ke indonesia.

Dari faktor Internal meliputi :

1. Kontak hubungan perdagangan, niat baik bangsa indonesia di manfaatkan pihak asing
untuk menguasai perdagangan (monopoli)

2. Penghasil rempah² terbesar, sehingga Menjadi tempat tujuan para bangsa asing untuk
datang ke indonesia

3. Belum adanya sifat persatuan dan kesatuan (kedaerahan masih kental)

IV. Masa Penjajahan Bangsa Indonesia

1. Pemerintahan Portugis

Bangsa Portugis yang datang ke Indonesia dipimpin oleh Alfonso d’ Albuquerque. Ia pada
tahun 1511 berhasil menguasai Kerajaan Malaka. Kekuasaan Portugis mengalami
perkembangan yang pesat setelah menguasai Malaka. Mereka selanjutnya memperluas
kekuasaan ke daerah-daerah lainnya di Indonesia. Selain itu orang Portugis biasanya mampu
berbaur dengan masyarakat setempat seperti menikahi perempuan pribumi. Ketika terjadi
perselisihan di Maluku antara Hitu dan Seram, Portugis memihak Hitu sehingga Portugis
diterima di sana. Cara yang dilakukan Portugis di Hitu juga diterapkan ketika datang ke
Ternate, mereka diterima baik oleh kerajaan Ternate untuk menghadapi Tidore. Ketika
berhasil mengalahkan Tidore yang dibantu pihak Spanyol, Portugis meminta imbalan untuk
memonopoli perdagangan cengkeh Keadaan itu menyebabkan rakyat Ternate tidak menyukai
orang-orang Portugis. Mereka berusaha untuk membebaskan diri dari kekuasaan Portugis.
Pada tahun 1512, tibalah orang-orang Spanyol di Maluku. Tujuan kedatangan mereka sama
halnya dengan orang-orang Portugis, yaitu memonopoli dan menguasai daerah sebagai tanah
jajahan, serta untuk menyebarkan agama Nasrani (Nasrani Katolik). Di Maluku, mereka
singgah di Tidore, Bacan, dan Jailolo. Di tempat itu mereka disambut baik oleh penduduk
setempat. Kedatangan orang-orang Spanyol di Maluku ternyata menimbulkan persaingan
dengan orang-orang Portugis. Untuk mengakhiri persaingan, ditandatanganilah Perjanjian
Saragosa pada tahun 1535. Dalam perjanjian itu diputuskan bahwa wilayah kekuasaan
Portugis tetap di Maluku, sedang wilayah kekuasan Spanyol di Filipina, sehingga orang-
orang Portugis bebas mengembangkan kekuasaannya di Maluku. Setelah menguasai Maluku,
Portugis selanjutnya ingin menguasai daerah-daerah lain di kepulauan Indonesia, seperti:

a. Sumatra

Di Sumatra orang-orang Portugis tidak memperoleh hak monopoli perdagangan lada, karena
ditentang oleh Kerajaan Aceh. Bahkan mereka tidak diberi kesempatan berdagang.

b. Jawa

Di Jawa, orang-orang Portugis hanya bisa berdagang di Pasuruan dan Blambangan karena
sebagian daerah lain di Jawa telah dikuasai oleh kerajaan Demak yang menjadi saingan berat
Portugis. Bagi Demak dan kerajaan Islam lainnya di Indonesia, jatuhnya Malaka ke tangan
Portugis pada tahun 1511 merupakan ancaman langsung bagi perkembangan perdagangan
Islam serta peyebaran agama itu sendiri karena Portugis membawa misi gospel (penyebaran
Katolik).

c. Daerah lain di Indonesia

Di daerah lainnya di Indonesia, kedudukan Portugis di tempat-tempat yang telah dikuasainya


mulai melemah. Hal ini disebabkan oleh adanya perlawanan rakyat setempat, antara lain
perlawanan rakyat Ternate pada tahun 1533, perlawanan rakyat Hitu di Ambon, dan
perlawanan rakyat Tidore. Dengan demikian,usaha Portugis untuk menguasai kerajaan-
kerajaan di perairan Indonesia mengalami kegagalan. Portugis hanya dapat menetap di Timor
Timur sampai tahun 1976. Tahun 1976 Timor-Timur masuk wilayah Indonesia.

2. Pemerintahan Spanyol

Masa penjajahan Spanyol berlangsung cukup singkat, sekitar tahun 1521-1529 di tengah
penguasaan Nusantara oleh Portugis.Saat itu, Spanyol juga menginjakkan kaki di Maluku dan
bersekutu dengan Kerajaan Tidore.Kedatangan Spanyol rupanya mengusik Portugis karena
mengancam penguasaan bisnis di Indonesia.

Akhirnya, perlawanan antara kedua penjajah pun terjadi. Mereka akhirnya berdamai melalui
Perjanjian Saragosa pada 1529. Menurut perjanjian tersebut,Spanyol harus meninggalkan
Maluku dan boleh mengambil kekuasaan ke utara Indonesia,yaitu Filipina.Sementara
Portugis tetap berada di Maluku.Akhirnya,Spanyol angkat kaki dari Nusantara.

3. Pemerintahan Belanda (VOC)

Tujuan awal kedatangan bangsa Belanda ke Indonesia adalah untuk berdagang dan mencari
keuntungan dari berdagang rempah-rempah. Sejak Lisabon dikuasai oleh Spanyol, Belanda
tidak dapat lagi membeli dan menyalurkan rempah-rempah ke negerinya ataupun ke negara
Eropa lainnya. Hal itu disebabkan Belanda bermusuhan dengan Spanyol yang telah berhasil
menguasai Portugis sehingga Belanda tidak dapat lagi mengambil rempah-rempah di
Lisabon. Oleh sebab itu, para pedagang Belanda berusaha mencari sendiri daerah penghasil
rempah-rempah ke timur.

Penjelajahan Belanda pertama dimulai pada tahun 1595 setelah empat buah kapal Belanda di
bawah pimpinan Cornelis de Houtman berangkat dari Amsterdam. Mereka sampai di
pelabuhan Banten pada tanggal 22 Juni 1596. Selanjutnya pelayaran yang kedua dipimpin
oleh Jacob van Neck, yang tiba di pelabuhan Banten pada tahun 1598. Sikap bangsa Belanda
tidak lagi kasar dan sombong sehingga mereka diterima dengan baik oleh kerajaan Banten.
Lagi pula, Kerajaan Banten sedang berselisih dengan orang-orang Portugis. Di Banten
mereka mendapatkan lada. Perjalanan dilanjutkan kembali menuju Tuban dan Maluku. Di
tempat itu pun mereka diterima dengan baik oleh raja dan masyarakat setempat.

Keberhasilan mereka membawa rempah-rempah dari kepulauan Indonesia mendorong kapal-


kapal dagang Belanda lainnya datang ke Indonesia. Terjadilah persaingan dagang antara
pedagang Belanda dan pedagang Eropa lainnya di Indonesia. Selanjutnya untuk menguasai
perdagangan dan memenangkan persaingan dengan orang-orang Eropa, para pedagang
Belanda mendirikan serikat dagang yang disebut VOC pada tahun 1602. VOC singkatan dari
Vereenigde Oost Indische Compagnie atau Perserikatan Perusahaan Hindia Timur.
Kemudian, diangkatlah seorang pimpinan berpangkat gubernur jenderal untuk memperlancar
kegiatannya. Gubernur jenderal pertama adalah Pieter Both.
Beberapa hak istimewa disebut hak octrooi yang diberikan Pemerintah Belanda kepada VOC,
antara lain:

1. hak monopoli perdagangan;


2. hak memiliki tentara sendiri;
3. hak menguasai dan mengikat perjanjian dengan kerajaan-kerajaan di daerah yang dikuasai;
4. hak untuk mencetak dan mengeluarkan uang sendiri;
5. hak mengumumkan perang dengan negara lain
6. hak memungut pajak
7. hak mengadakan pemerintahan sendiri.
4. Pemerintahan Perancis

Louis Napoleon, adik Kaisar Napoleon dari Perancis yang telah diangkat sebagai Raja
Belanda, pada tahun 1808 mengangkat Herman Willem Daendels sebagai Gubernur Jenderal
di Indonesia. Tugas utama Daendels adalah mempertahankan Indonesia, khususnya pulau
Jawa agar tidak jatuh ke tangan Inggris. Untuk keperluan tersebut, Daendels membangun
jalan raya dari Anyar sampai Panarukan yang panjangnya lebih-kurang 1.100 km, dan
membangun pangkalan armada di Ujungkulon. Agar pembangunan berjalan cepat dan murah,
Daendels menerapkan rodi atau sistem kerja paksa. Rakyat dipaksa bekerja keras tanpa
istirahat dan makanan yang cukup, serta tanpa upah. Daendels juga tidak memperhatikan
kesehatan pekerja sehingga banyak pekerja yang meninggal dunia, akibat kelaparan dan
kesehatan yang buruk.Untuk membiayai pertahanan menghadapi Inggris, Daendels kembali
memaksa rakyat Priangan menanam kopi yang hasilnya diserahkan kepada pemerintah
kolonial Belanda. Selain itu, Belanda menjual tanah rakyat yang oleh mereka dianggap milik
negara kepada perusahaan swasta asing.Dalam menjalankan pemerintahannya Daendels
berlaku keras dan disiplin, serta cenderung bertangan besi. Sikapnya ini menimbulkan rasa
tidak senang di kalangan pejabat Belanda lainnya.Akibatnya para pejabat melaporkan
kekurangan-kekurangan Daendels kepada Raja Louis, terutama mengenai kebijaksanaannya
menjual tanah negara kepada pihak swasta asing. Pada tahun 1811, Daendels dipanggil
pulang dan kedudukannya digantikan oleh Gubernur Jenderal Janssens. Ia kurang cakap dan
lemah, sehingga langsung menyerah ketika Hindia Belanda diserang Inggris.

5. Pemerintahan Inggris Perhatian Inggris atas Indonesia sebenarnya sudah dimulai ketika
pada tahun 1579 penjelajah Francis Drake singgah di Ternate, Maluku. Untuk mengadakan
hubungan dagang dengan kepulauan rempah-rempah di Asia, Inggris membentuk EIC (East
Indies Company). Pada tahun 1602 armadanya sampai di Banten dan mendirikan loji di sana.
Pada tahun 1604, dibuka perdagangan dengan Ambon dan Banda. Pada 1609, Inggria
mendirikan pos di Sukadana (Kalimantan). Pada 1613, Inggris berdagang dengan Makasar,
dan pada tahun 1614, Inggris mendirikan di Batavia.

Dalam usaha perdagangan itu Inggris mendapat perlawanan kuat dari Belanda. Belanda tidak
segan-segan menggunakan kekerasan untuk mengusir Inggris dari Indonesia. Setelah terjadi
peristiwa Ambon Massacre, EIC mengundurkan diri dari Indonesia. Tetapi di daerah Asia
Tenggara lainnya seperti Singapura, Malaysia, dan Burunei, Inggris memperoleh kesuksesan.
Namun setelah diadakan Persetujuan Tuntang pada tahun 1811, Indonesia berada di bawah
kekuasaan Inggris. Ia memegang pemerintahan selama lima tahun (1811-1816). Sebagai
kepala pemerintahan di Indonesia, Inggris mengangkat Thomas Stamford Raffles dengan
pangkat Letnan Gubernur Jenderal. Pemerintahan Raffles ini sekaligus untuk mewakili Lord
Minto, Gubernur EIC di India. Pada masa pemerintahannya, Raffles menjalankan kebijakan-
kebijakan sebagai berikut.

a. Jenis penyerahan wajib pajak dan rodi harus dihapuskan kecuali di Priangan (Prianger
Stelsel) dan Jawa Tengah
b. Rakyat diberi kebebasan untuk menentukan jenis tanaman tanpa unsur paksaan.
c. Bupati sebagai pemungut pajak dihapuskan, dan penggantinya diangkat menjadi pegawai
pemerintah.
d. Pemerintah kolonial adalah pemilik tanah dan petani sebagai penggarap (penyewa) milik
pemerintah. Pemerintahan Raffles beranggapan bahwa semua tanah adalah milik negara
sehingga petani dianggap sebagai penyewa tanah negara. Mereka harus membayar pajak
kepada Pemerintah Inggris sebagai ganti uang sewa. Sistem yang diterapkan Raffles ini
dikenal dengan sistem Landrente atau pajak bumi. Pada tahun 1813 terjadi perang Leipzig.
Inggris dan sekutunya melawan Perancis, dan dimenangkan oleh Inggris. Kekuasaasn Kaisar
Napoleon di Perancis jatuh pada tahun 1814. Dengan demikian, berakhir pemerintahan Louis
Napoleon di Negeri Belanda. Karena Belanda telah bebas dari kekuasaan Perancis, Inggris
mengadakan perdamaian dengan Belanda di Kota London. Perundingan damai itu
menghasilkan persetujuan yang disebut Konvensi London atau perjanjian London (1814). Isi
perjanjian itu antara lain menyebutkan bahwa semua daerah di Indonesia yang pernah
dikuasai oleh Belanda harus dikembalikan lagi oleh Inggris kepada Belanda, kecuali daerah
Bangka, Belitung, dan Bengkulu. Penyerahan daerah kekuasaan di antara kedua negeri itu
dilaksanakan pada tahun 1816. Akhirnya mulai tahun 1816, Pemerintah Hindia Belanda
kembali berkuasa di Indonesia.

6. Pemerintahan Jepang

Usai kekalahan di rangkaian Perang Dunia II, Belanda pun angkat kaki dari Indonesia.
Jepang kemudian mengambil alih dan berjanji akan memerdekakan Indonesia.Nyatanya,
Jepang justru menjajah Indonesia selama 3,5 tahun. Kendati singkat, namun kekejamannya
tidak kalah dari Belanda.

Jepang bahkan menerapkan sistem kerja paksa alias romusha terhadap rakyat Indonesia.
Selain itu,Jepang juga membangun organisasi militer dan memaksa rakyat untuk ikut agar
bisa menjadi sumber daya perang melawan Amerika Serikat dan sekutunya di Perang Dunia
II.Negara yang pernah menjajah Indonesia ini akhirnya angkat kaki setelah Kota Hiroshima
dan Nagasaki dibom AS pada 15 Agustus 1945.Momen ini digunakan para pejuang Indonesia
untuk memproklamasikan kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945.

V. Perundingan Mempertahankan Kedaulatan NKRI

Setelah Indonesia memproklamirkan kemerdekaannya, Belanda masih belum bisa mengakui


kedaulatan Indonesia. Bahkan, Belanda masih kekeh untuk menguasai Indonesia kembali
dengan memboncengi tentara Sekutu.

Kedatangan Belanda dan tentara sekutu ke Tanah Air tidak disambut baik oleh masyarakat
karena tujuan mereka datang adalah menaklukkan kembali tanah jajahannya. Benar saja,
pertempuran antara para pejuang dengan tentara Sekutu tak terelakkan. Banyak bentrokan
terjadi, sebut saja Pertempuran Ambarawa, Pertempuran Surabaya, Bandung Lautan Api, dan
masih banyak lagi.

Karena tidak ingin terjadi banyak pertumpahan darah, pihak Indonesia dan pihak Belanda
melakukan sejumlah perjanjian-perjanjian untuk mencapai kesepakatan. Indonesia sendiri
pun terus berusaha untuk mendapatkan kedaulatan NKRI dari mata dunia melalui diplomasi-
diplomasi. Berikut ini merupakan beberapa diplomasi penting yang dilakukan oleh Indonesia
dalam rangka meraih kedaulatan negara.

1. Perundingan Linggarjati

Setelah Indonesia memproklamirkan kemerdekaan, Belanda masih belum mengakui


kedaulatan NKRI secara de facto. Oleh karena itu, diadakan sebuah perundingan antara
Indonesia dan Belanda untuk membahas hal tersebut. Perundingan tersebut adalah Perjanjian
Linggarjati yang dilakukan di Kuningan, Jawa Barat pada 10-15 November 1946 dan
disahkan pada 25 Maret 1947. Indonesia diwakili oleh Sutan Sjahrir dan Belanda diwakili
oleh Prof. Schermerhorn.

Perundingan di Linggajati ini mencapai beberapa persetujuan, antara lain Belanda mengakui
RI secara de facto yang terdiri atas Jawa, Madura, dan Sumatra. Selain itu akan dibentuk
negara federal yang dinamakan Republik Indonesia Serikat (di mana RI menjadi salah satu
negara bagiannya). Terakhir akan dibentuk Uni Indonesia Belanda dengan Ratu Belanda
sebagai kepala uni.

2. Perundingan Renville

Usai peristiwa di Linggajati, Belanda melanggar perjanjian tersebut dengan melakukan


Agresi Militer Belanda I secara serentak pada 21 Juli 1947 terhadap kota-kota besar wilayah
RI di Jawa dan Sumatera. Tindakan ini mendapatkan kecaman keras dari dunia internasional.
Oleh karena itu, PBB membentuk Komisi Tiga Negara (KTN) yang beranggotakan Australia
sebagai perwakilan Indonesia (Richard C. Kirby), Belgia sebagai perwakilan Belanda (Paul
Van Zeeland), dan Amerika Serikat sebagai penengah (Prof. Dr. Frank Graham) untuk
menyelesaikan permasalahan ini.

Maka dari itu, dilakukanlah sebuah perundingan di atas kapal milik Amerika Serikat yang
bernama USS Renville pada 17 Januari 1948. Kala itu, kapal USS Renville sedang bersandar
di Pelabuhan Tanjung Priok.Delegasi Indonesia diketuai Perdana Menteri Amir Syarifudin
dan Belanda menempatkan seorang Indonesia bernama R. Abdulkadir Wijoyoatmojo sebagai
ketuanya. Hasil yang dituai dari perjanjian ini adalah Belanda tetap berdaulat sampai
terbentuknya RIS, RI sejajar kedudukannya dengan Belanda, RI menjadi bagian dari RIS dan
akan diadakan pemilu untuk membentuk Konstituante RIS, serta tentara Indonesia di daerah
Belanda (daerah kantong) harus dipindahkan ke wilayah RI.

3. Perundingan Roem-Royen

Belanda kembali melanggar Perjanjian Renville dengan melancarkan Agresi Militer Belanda
II. Hal ini menyebabkan Indonesia terpaksa mendirikan Pemerintahan Darurat Republik
Indonesia di Bukittinggi, Sumatra Barat di bawah komando Syafruddin Prawiranegara.

Setelah mendapatkan kecaman dari dunia internasional, barulah Belanda mau mengadakan
perundingan kembali dengan Indonesia. Perundingan Dalam perundingan ini dinamakan
dengan Perundingan Roem-Royen, digelar di Jakarta pada 7 Mei 1949. Mr. Moh. Roem
sebagai ketua delegasi mewakili Indonesia dan Dr. J.H Van Royen sebagai ketua delegasi
Belanda. Sedangkan, sebagai mediator perundingan adalah Merle Cochran dari UNCI.

Hasil dari perundingan ini adalah menghentikan perang gerilya dan Indonesia-Belanda
bekerja sama dalam memelihara ketertiban dan keamanan. Kembalinya pemerintah RI ke
Yogyakarta dan bersedia turut serta dalam Konferensi Meja Bundar yang akan dilaksanakan
dalam waktu dekat.

4. Konferensi Inter-Indonesia

Sebelum pelaksanaan Konferensi Meja Bundar diadakan Konferensi Inter-Indonesia yaitu


Republik Indonesia dengan BFO (Bijeenkomst voor Federal Overleg) atau Badan
Permusyawaratan Federal. Mula-mula diselenggarakan di Yogyakarta pada tanggal 19 – 22
Juli 1949, kemudian dilanjutkan di Jakarta pada tanggal 30 Juli 1949. Keputusan penting
antara lain negara yang akan dibentuk nanti dinamakan RIS, APRIS (Angkatan Perang
Republik Indonesia Serikat) adalah angkatan perang nasional, dan TNI menjadi inti APRIS.

5. Konferensi Meja Bundar

Konferensi Meja Bundar dilaksanakan di Den Haag, Belanda. Delegasi Belanda dipimpin
oleh van Maarseveen. Delegasi Indonesia dipimpin Drs. Moh. Hatta, untuk delegasi BFO
(forum permusyawaratan federal yang terdiri atas Negara-negara boneka buatan Belanda)
dipimpin oleh Sultan Hamid II. Sidang berlangsung pada tanggal 23 Agustus sd 2 November
1949. KMB menghasilkan beberapa keputusan penting, yaitu Belanda mengakui kedaulatan
Indonesia paling lambat 30 Desember 1949. Selain itu, Indonesia berbentuk negara serikat
dan merupakan sebuah uni dengan Belanda. Uni Indonesia-Belanda dipimpin oleh Ratu
Belanda. Namun, permasalahan Irian Barat masih merupakan daerah perselisihan dan akan
diselesaikan dalam waktu satu tahun.

Meskipun tidak memuaskan banyak pihak, tetapi itulah hasil optimal yang dapat diperoleh.
Akhirnya, pada tanggal 27 Desember 1949 dilakukan penyerahan kedaulatan dari Belanda
kepada RIS. Bangsa Indonesia melalui perjuangan bersenjata dan diplomasi memaksa
Belanda untuk mengakui kedaulatan negara Republik Indonesia dan mendesak keluar dari
wilayah RI yang ditandai dengan upacara pengakuan kedaulatan Indonesia sebagai tindak
lanjut dari pelaksanaan KMB antara Indonesia-Belanda.
VI. Dampak Penjajahan Di Indonesia
1. Dalam Bidang Politik dan Pemerintahan

Dalam bidang politik, para penguasa penjajahan Barat melakukan kebijakan yang ketat,
bahkan cenderung menindas. Pemerintah kolonial menjalankan politik devide et impera atau
memecah belah, bahkan disertai dengan tipu muslihat Dengan politik memecah belah dan
tipu muslihat tersebut, kekuatan kolonial Belanda terus memperluas wilayah kekuasaannya.
Penguasa kolonial ikut campur tangan dalam pergantian kekuasaan di kerajaan/pemerintahan
pribumi. Penguasa pribumi dan rakyatnya menjadi bawahan penjajah.

2. Bidang Ekonomi

Pada masa pemerintahan Daendels, adanya perubahan sistem pemerintahan telah membawa
pada perubahan sistem perekonomian tradisional. Dalam sistem modern, tanah milik raja
berubah statusnya menjadi tanah milik pemerintah kolonial. Mencari uang dan
mengumpulkan kekayaan menjadi tujuan utama. Untuk mendapatkan uang pemerintah
kolonial memperolehnya dari penjual hasil bumi dari para petani berupa pajak. Petani harus
menjual hasil bumi dengan harga yang telah ditetapkan.

3. Bidang Hukum

Hukum yang berlaku pada masa kerajaan-kerajaan Nusantara merupakan hukum adat yang
diwariskan secara turun-temurun. Pada waktu bangsa Barat datang dan berkuasa, hukum
kolonial mulai diterapkan, contohnya pada masa pemerintahan Daendels dibentuk badan per
adilan untuk orang Eropa, Timur Asing, dan pribumi dengan ketentuan hukum yang berbeda.
Hingga saat ini hukum kolonial sangat memengaruhi hukum di indonesia, seperti penggunaan
istilah-istilah hukum berbahasa Belanda masih dapat ditemukan dalam hukum indonesia,
misalnya onslag untuk istilah lepas dari segala tuntutan hukum.
DAFTAR PUSTAKA

Thayeb. M. DKK, (2012). IPS Terpadu

Jl. H. Baping Raya No. 100 Ciracas, Jakarta 13740. Penerbit Erlangga.

Ayudia Inge, M.Pd. DKK, (2022). Pendidikan IPS Sekolah Dasar

Melong Asih Regency B40-Cijerah Kota Bandung-Jawa Barat. Media Sains


Indonesia.

Wulandari Apriyanti . (2018). Magnet Indonesia Bagi Bangsa Indonesia

Jakarta, Desember 2018. Direktorat Pembinaan Pendidikan Keaksaraan dan


Kesetaraan-Ditjen Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat-
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2018.

Kedaulatan Indonesia: Analisis Historikal Politik 576 ROWLAND B. F. PASARIBU.

http://staffnew.uny.ac.id/.

Nugroho W Catur. DKK, (2013). Sejarah Indonesia

Jln. Bromo, Balang, Karanglo, Klaten Selatan, Klaten, Jawa Tengah. Viva Pakarindo

Poesponegoro, Marwati Djoened, Nugroho Notosusanto. 2008. Sejarah Nasional Indonesia


IV: Kemunculan Penjajahan di Indonesia Edisi Pemuktahiran.

http://jendelakecildunia.com/wp-content/uploads/2018/01/EVY_5288.jpg

diakses tanggal 19 September 2018 (Jakarta: Balai Pustaka).

Kedaulatan Indonesia

https://sg.docworkspace.com/d/sIHu6ypBHwPLtmgY?sa=00&st=1t

Pengelola Web Direktorat SMP. (2020). Perundingan Mempertahankan Kedaulatan NKRI

Modul PJJ IPS Kelas IX Semester Genap terbitan Direktorat SMP

Siska Yulia, M.Pd. (2016). KONSEP DASAR IPS Untuk SD/MI

Penerbit Garudhawaca Yogyakarta www.penerbitgarudhawaca.com

Masa Penjajahan
https://sg.docworkspace.com/d/sIDC6ypBH74DumgY?sa=00&st=0t

Anda mungkin juga menyukai