1. Bangsa Portugis
Ekspedisi ini kemudian berhasil melewati selat di ujung selatan Laut Merah
yang disebutnya Bab el Mandeb (Gapura Air Mata). Pada tahun 1498, Vasco da
Gama tiba di Kalikut (India). Sejak saat itu, perdagangan antara orang Eropa dan
India tidak lagi melalui jalur Laut Tengah melainkan melalui pantai timur Afrika.
Namun, penemuan ini belum juga memuaskan bangsa Portugis. Mereka ingin
menjelajahi daerah timur lainnya yakni Malaka dan Maluku.
Pada waktu itu, di Asia Tenggara terdapat salah satu daerah pusat
perdagangan yang sangat ramai dikunjungi. Daerah tersebut adalah Malaka
sedangkan daerah sumber rempah-rempahnya adalah Maluku. Bagi Portugis, cara
termudah menguasai perdagangan di sekitar Malaka termasuk di Maluku adalah
dengan merebut atau menguasai Malaka. Kolonialisme Portugis di Indonesia
dimulai sejak kedatangan Alfonso d’Albuquerque di Maluku. Pada tahun 1511,
ekspedisi Portugis di bawah pimpinan Alfonso d’Albuquerque berhasil
menaklukkan Malaka. Dari sana, mereka menuju Maluku dan diterima dengan
baik oleh raja Ternate. Mereka diperkenankan berdagang dan membangun
benteng di Ternate.
2. Bangsa Spanyol
3. Bangsa Inggris
Awal abad ke-17, Inggris telah memiliki jajahan di India dan terus berusaha
mengembangkan pengaruhnya di Asia Tenggara, kahususnya di Indonesia.
Kolonialisme Inggris di Hindia Belanda dimulai tahun 1604. menurut catatan
sejarah, sejak pertama kali tiba di Indonesia tahun 1604, EIC mendirikan kantor-
kantor dagangnya. Di antaranya di Ambon, Aceh, Jayakarta, Banjar, Japara, dan
Makassar.
4. Bangsa Belanda
Lahirnya VOC
Untuk mengatasi persaingan diantara pedagang-pedagang Belanda sendiri,
pada tanggal 20 Maret 1682 Belanda membentuk VOC (Vereenigde OostIndische
Compagnie) atau persekutuan Dagang Hindia Timur atas usulan Johan Van
Oldenbarneveld. Tujuan pembentukan VOC tidak lain adalah menghindari
persaingan antar pengusaha Belanda (intern) serta mampu menghadapi persaingan
dengan bangsa lain terutama Spanyol dan Portugis sebagai musuhnya (ekstern).
VOC dipimpin oleh De Heren Zuventien (Dewan Tujuh Belas) yang
berkedudukan di Amsterdam. Oleh Pemerintahan Belanda, VOC diberi oktroii
(hak-hak istimewa). Artinya dengan hak-hak tersebut berarti VOC memiliki
kekuasaan seperti suatu negara. Mereka dapat bertindak bebas tanpa harus
konsultasi terlebih dulu dengan pemerintah Belanda di negeri induk. Hak-hak
istimewa tersebut adalah sebagai berikut:
Kemunduran VOC
Pada pertengahan abad ke-18 VOC mengalami banyak kemunduran karena
beberapa hal sehingga pada akhirnya dibubarkan. Berikut ini adalah sebab-sebab
kemunduran VOC:
a. Dampak Positif
b. Dampak Negatif
Referensi:
http://siaksoft.net/?p=549
http://www.e-dukasi.net/mol/mo_full.php?moid=104&fname=sej201_11.htm
http://www.e-dukasi.net/mol/mo_full.php?moid=104&fname=sej201_12.htm
http://www.e-
dukasi.net/mol/mo_full.php?moid=104&fname=sej201_13.htmKedatangan Bangsa
Barat ke Indonesia
Jalur yang dilalui oleh bangsa Barat untuk menemukan rempah-rempah adalah dengan
menggunakan jalur laut. Hal itu dikarenakan dengan kapal mereka dapat membawa
rempah-rempah ataupun barang lainnya dalam jumlah besar, selain itu juga adanya
peralatan yang mendukung seperti kompas, peta, dan lainnya.
a. Spanyol
Orang Spanyol merupakan pelopor dalam pelopor pelayaran dan penjelajahan samudra
untuk menemukan dunia baru. Setelah Christoper Columbus berhasil menemukan
benua Amerika pada pelayaran pertamanya pada tahun 1492. Setelah berhasil
menemukan tmpat baru yang dinamakan benua Amerika, rombongan Columbus
kembali ke Spanyol untuk melapor. Keberhasilan Columbus dalam menemukan dunia
baru, mendorong para pelaut lain untuk melanjutkan penjelajahn ke samudra timur dan
menemukan daerah penghasil rempah-rempah. Berangkatlah ekspedisi yang dipimpin
oleh Magellan disertai oleh seorang kapten kapal yang bernama Yan Sebastian del Cano.
Magellan mengambil jalur yang telah dilalui oleh Columbus. Setelah terus berlayar
Magellan dan rombongan mendarat di ujung selatan benua Amerika yang kemudia
tempat tersebut dinamakan Selat Magellan.
Melalui selat ini Magellan dan ro,bogan terus berlayar meninggalkan Samudra Atlantik
menuju Samudera Pasifik. Setelah sekitar 3 bulan berlayar Magellan dan rombongan
mendarat di Pulau Guam pada tahun 1521. Kemudian melanjutkan penjelajahannya dan
menemukan Kepulauan Massava ( Filipina ) yang kemudian menyatakan bahwa daerah
tersebut merupakan daerah koloni Spanyol. Karena tindakannya itulah Magellan dan
rombongan mendapatkan perlawanan dari rakyan Mactan dan akhirnya Magellan
terbunuh dalam peperangan tersebut.
Rombongan yang selamat dalam pertempuran tersebut melarikan diri dan kemudian
oleh del Cano dipimpin bergerak ke arah selatan dan menemukan Kepulauan Maluku. Di
Maluku mereka memenuhi kapal dengan rempah-rempah kemudian kembali ke Spanyol
lagi melalui Tanjung Harapan di Afrika Selatan.
b. Portugis
Berita Columbus berhasil menemukan daerah baru membuat Raja Portugis penasaran
dan mengutus pelaut ulung Portugus benrnama Vasco da Gama untuk melakukan
ekspedisi meenjelajahi samudra mencari Tanah Hindia. Vasco da Gama mencari jalan
lain agar lebih cepat menuju Tanah Hindia. Sebelum Vasco da Gama diperintahkan oleh
Raja Portugis, sudah ada pelaut lain yang melakaukan pelayaran yaitu Bartholomeus
Diaz. Ia melakukan pelayaran mncari daerah timur dengan menelusuri pantai barat
Afrika, hingga pada tahun 1488 karena serangan ombak yang besar terpaksa
Bartholomeus Diaz dan rombongan mendarat di ujung Selatan Benua Afrika, yang
kemudian tempat tersebut diberi nama Tanjung Harapan. Bartholomeus Diaz tidak
melanjutkan pelayaran melainkan bertolak kembali ke negaranya.
Pada tahun 1497 Vasco da Gama berangkat dari pelabuhan Lisabon dan memulai
penjelajahan mengikuti rute yang telah dilalui oleh Bartholomeus Diaz. Atas petunjuk
dari pelaut bangsa Moor yang telah ia sewa, setelah singgah di Tanjung Harapan ia dan
rombongan melanjutkan perjalanan dengan melalui pantai timur Afrika kemudian
berbelok ke kanan untuk mengarungi Samudra Hindia. Pada tahun 1498 rombongan
Vasco da Gama berhasil mendarat di Kalikut dan Goa di pantai barat India. Di daerah
Goa mereka bahkan berhasil mendirikan kantor dagang yang dilengkapi dengan
benteng. Atas keberhasilannya ini Vasco da Gama diangkat sebagai penguasa Goa oleh
Raja Portugis.
Setelah beberapat tahun tinggal di India mereka menyadari bahwa Inidia bukan daerah
penghasil rempah-rempah. Karena hal tersebut, dipersipakan ekspedisi selanjutnya yang
dipimpin oleh Alfonso de Albuquerque. Hingga pada tahun 1511 mereka berhasil
mendarat di Malaka dan berhasil menguasai perdagangan di wilayah Malaka.
c. Belanda
Pada tahun 1595 pelaut Belanda yang lain yaitu Cornelis de Houtman dan Piter de
Keyser memulai pelayaran. Cornelis de Houtman mengambil jalur laut yang sudah biasa
dilewati pelaut-pelaut Portugis. Hingga pada tahun 1596 Cornelis de Houtman dan
armadanya berhasil mendarat di Kepualaun Nusantara yaitu di Banten. Awalnya orang-
orang Banten menerima baik Cornelis dan rombongan karena niatnya untuk berdagang.
Namun semakin lama mereka semakin memaksakan kehendaknya dan hal itu dirasa
tidak baik oleh masyarakat Banten. Karena hal tersebut Cornelis dan rombongan diusir
dari Banten dan kembali lagi ke Belanda.
Ekspedisi selanjutnya dilakukan pada tahun 1598 yang dipimpin oleh van Heemskerck
yang juga mendarat di Banten. Van Heemskerck bersikap lebih hati-hati sehingga
diterima rakyat Banhten lagi. Selama ia di Banten , armada-armada yang lain
berdatangan ke Indonesia dan berlayar ke arah timur dan singgah di Tuban kemudian di
Maluku. Di bawah pimpinan Jacob Van Neck mereka sampai di Maluku pada tahun 1599.
Pelayaran dan perdagangan orang Belanda di Maluku mendapatkan keuntungan yang
berlipat, sehingga banyak kapal-kapal tang berlayar menuju Maluku.
d. Inggris
Pertama-tama berusaha menguasai salah satu pelabuhan penting, yang akan dijadikan
pusat VOC. Untuk keperluan tersebut ia mengincar kota Jayakarta. Ketika itu Jayakarta di
bawah kekuasaan Kerajaan Islam Banten. Sultan Banten mengangkat Pangeran
Wijayakrama sebagai adipati di Jayakarta.
Gambar ilustrasi Monopoli perdagangan VOC di Indonesia
Mula-mula VOC mendapat izin dari Pangeran Wijayakrama untuk mendirikan kantor
dagang di Jayakarta. Tetapi ketika gubernur jenderal dijabat oleh J.P. Coen, Pangeran
Wijayakrama diserangnya. Kota Jayakarta direbut dan dibakar. Kemudian di atas
reruntuhan kota Jayakarta, J.P. Coen membangun sebuah kota baru.
Kota baru itu diberinya nama Batavia. Peristiwa tersebut pada tahun 1619. Kota Batavia
itulah yang kemudian menjadi pusat VOC.
Setelah memiliki sebuah kota sebagai pusatnya, maka kedudukan VOC makin kuat.
Usaha untuk menguasai kerajaan-kerajaan dan pelabuhan-pelabuhan penting
ditingkatkan. Cara melakukannya dengan politik devide et impera atau politik mengadu
domba.
Mengadu dombakan sesama bangsa Indonesia atau antara satu kerajaan dengan
kerajaan lain. Tujuannya agar kerajaan-kerajaan di Indonesia menjadi lemah, sehingga
mudah dikuasainya. VOC juga sering ikut campur tangan dalam urusan pemerintahan
kerajaan-kerajaan di Indonesia.
Hukuman terhadap para pelanggar peraturan monopoli disebut ekstirpasi. Hukuman itu
berupa pembinasaan tanaman rempah-rempah milik petani yang melanggar monopoli,
dan pemiliknya disiksa atau bisa-bisa dibunuh.
Bukan main kejamnya tindakan VOC waktu itu. Akibatnya penderitaan rakyat
memuncak. Puluhan ribu batang tanaman pala dan cengkih dibinasakan. Ribuan rakyat
disiksa, dibunuh atau dijadikan budak. Ribuan pula rakyat yang melarikan diri
meninggalkan kampung halamannya, karena ngeri melihat kekejaman Belanda.
Tidak sedikit yang meninggal di hutan atau gunung karena kelaparan. Tanah milik rakyat
yang ditinggalkan, oleh VOC dibagi-bagikan kepada pegawainya. Karena kekejaman
tersebut maka timbullah perlawanan di berbagai daerah.
Maluku dalam Kolonialisme
Maluku: sebuah negeri maritim di negeri timur Indonesia. Suatu negeri dikenal dengan
negeri Seribu Pulau. Ia punya ragam sosial budaya dan kandungan sumber daya alam
yang melimpah. Itu sebabnya di masa silam Kepulauan Maluku selalu dikejar-kejar oleh
berbagai negara asing. Maluku menjadi mata rantai perdagangan dunia di masa itu.
Dengan rempah-rempah (cengkeh dan pala) sebagai komoditi yang paling utama, turut
mewarnai sejarah dunia. Dalam banyak literatur sejarah menyebutkan, dari abad ke-7
pelaut China Dinasti Tang kerap berlayar ke Maluku mencari rempah-rempah. Kemudian
pada abad ke-9 pedagang Arab juga menemukan Maluku setelah terombang-ambing
mengarungi samudera Hidia. Selanjutnya pada abad ke-14 merupakan era perdagangan
rempah-rempah di Maluku. Berbagai macam negara seperti Portugis, Spanyol, Belanda
dan Inggris berlomba-lomba merebutnya. Negeri yang di dalam sejarah sering disebut
sebagai negeri yang di janjikan ini mengundang banyak penggemar kekayaan
berbondong-bondong menyerbunya karena hasil alamnya berlimpah.
Tak pelak pada abad ke 14 sekitar tahun 1512 armada Portugis yang dipimpin oleh
Antonio de Abreu mencapai Banda dari Malaka untuk melihat dan mengambil hasil
kekayaan alam Maluku. Kemudian pada tahun selanjutnya 1513 armada kedua
menyusul di bawa pimpinan kapten Antonio de Miranda Azevedo berhasil masuk
Kepulauan Maluku dan mendirikan pos dagang pertama di Ternate dan Bacan. Dan di
tahun yang berbeda 08 november 1521 pimpinan armada Spanyol Fernando Magalhaes
berlayar dari Filipina ke Tidore. Dari sanalah di mulai perdagangan rempah-rempah
besar-besaran dan sistematis. Puncaknya, di tahun 1596 (akhir abad ke-14), Cornelius de
Houtman dari Belanda memulai pelayaran lagi ke Maluku. Dan masih pada tahun yang
sama, disusul lagi oleh armada Inggris di bawa pimpinan Henry Middleton. Di sini pula
terjadi persaingan sengit antara berbagai negara-negara dunia. Namun, akhir persaingan
itu dimenangkan oleh Belanda. Dan pada tahun 1602 Belanda membentuk VOC, untuk
mengelola monopoli dagang mereka atas rempah-rempah Maluku[1]. Inilah yang
disebut sebagai Kapitalisme rempah-rempah.
Sumber: https://irvantengku.files.wordpress.com/2014/03/naval-battle-in-the-gulf-of-
naples-1560.jpg
Bulan berganti bulan, tahun berganti tahun, monopoli kekayaan Maluku oleh para
kolonial senantiasa berlangsung. Para kolonial perlahan-lahan merubah sistem dan
tatanan adat Orang Maluku. Perlawanan dan pemberontakan digencarkan. Maluku
sempat mengalami masa gemilang beberapa waktu. Tapi setelah raja-raja Maluku
tersebut runtuh, cerita lama berulang kembali. Maluku tak dapat menembus dinding
tebal yang bernama kolonial. Setiap pemberontakan rakyat Maluku selalu saja redup
karena Raja-raja Maluku dibuat tunduk di bawa pemerintah kolonial, dan Orang Maluku
dijadikan budak mereka.
Tiba pada tahun 1797, Sultan Nuku muncul sebagai tokoh yang mengobarkan
perlawanan terhadap VOC. Saat itu ia berupaya menaklukkan seterunya di Ternate
dengan menjalin kerja sama dengan EIC (East Indian Company) milik Inggris yang bisa
menjadi tandingan bagi VOC. Perlawanan Nuku kepada VOC Belanda diikuti oleh
kelompok-kelompok dari Raja Ampat, Salawati, Misol, Waigeo, Seram Timur, tanjung
Onin dan Papua. Namun, VOC tak tinggal diam. Dalam menaklukkan kekuatan-kekuatan
lokal di Maluku, pada awal abad ke-17, VOC mengambil alih tradisi hongi dan
memodernkannya dengan kapal-kapal VOC yang dipersenjatai dengan alat yang lebih
baik. Satu armada hongi terdiri atas 46 kora-kora ditambah dengan puluhan kapal VOC,
yang keseluruhannya bisa dari 100 kapal. Armada sebesar itu tujuannya satu, menebar
teror dan menunjukkan kekuatan VOC kepada semua pihak di Maluku[2]. Menurut
sejarah, hubungan orang-orang Papua dengan Tidore telah terjalin dalam waktu yang
panjang jauh sebelum abad ke-16.
Tidak seperti para sultan dan raja Maluku sebelumnya yang patuh terhadap penjajah.
Nuku selalu membuat perlawanan yang tak henti-hentinya. Hingga akhirnya perjuangan
Nuku (1790-1805) __beserta pejuang-pejuang Maluku yang lain__ berakhir. Sistem
kolonial hadir kembali dan di pentaskan lagi di masa-masa selanjutnya, hingga kini.
Sekilas tentang perjalanan sejarah Maluku di atas merupakan bukti Maluku adalah pusat
hegemoni pertama di Indonesia (sebelum Indonesia bagian barat).
Sekitar akhir abad ke-18 ketika pusat hegemoni bergeser ke arah barat (dari komoditas
rempah Maluku ke komoditas kayu jati, nila, tebu, kelapa sawit dan tembakau), Maluku
tak lagi di soroti. Eropa mulai menyoroti Indonesia bagian barat terutama Pulau
Sumatera dan Jawa. Di sanalah Belanda merintis perkebunan yang ada di pulau Jawa
dan Sumatera.
Masuk pada abad ke-19 Kolonialisme Belanda hampir menggenjot habis kekayaan yang
ada di Pulau jawa dan Sumatera dengan mengadakan sistem Tanam Paksa. Sedemikian
rupa, kemudian Belanda mulai merancang pusat-pusat pembangunan berupa
dibangunnya rel kereta, Jawa dan Sumatera. Termasuk di bangunnya Jl. Raya Pos
Deandels pada tahun 1808-18011. Semua ini dibuat tidak lain hanya untuk
mempercepat arus investasi.
Berlanjut pada abad ke-20 kebangkitan nasionalisme Indonesia mulai terlihat, yang
berpusat di Jawa. Dan abad itu pula Maluku menjadi pusat persembunyian para anti
kolonialisme. Seperti yang diceritakan dalam Orang-orang Kalah, bahwa ketika para
pejuang Indonesia berhasil mengalahkan kolonialisme, dan pada 17 agustus 1945
Indonesia menyatakan diri merdeka, tak lama kemudian pada tanggal 25 april 1950 para
intelektual Maluku yang dipimpin oleh Dr. Soumokil memproklamirkan Negara Republik
Maluku Selatan (RMS) dan menyatakan diri terpisah dari Republik Indonesia. Pergerakan
untuk memerdekakan RMS ini didukung penuh oleh pihak Belanda. Namun Jakarta
berhasil menundukkan itu.
Dan selama hampir dua dasawarsa (atau sekitar tahun 1960-an) Kepulauan Maluku
praktis dipertimbangkan pada tingkat Nasional dalam kerangka kepentingan strategi
geopolitik dan geomiliter semata-mata. Kepulauan Maluku menjadi sangat penting
ketika Jakarta menjadikannya jumping point merebut Papua barat dari Belanda pada
awal tahun 1960-an. Maluku menjadi barak tahanan politik besar dunia, ketika puluhan
ribu anggota PKI diasingkan ke pulau Buru oleh pemerintah Orde Baru Indonesia[3].
Pada masa berkuasanya Orde Baru Indonesia kemudia memberlakukan sistem ekonomi
dengan model ekonomi pertumbuhan yang diadopsi dari teori ekonomi Ww. Rostow
(baca: Teori Pertumbuhan). Salah satu praktik model ekonomi ini adalah dibukannya
ruang industri dengan sangat meluas di berbagai wilayah Indonesia.
***
Sekarang bila kita hendak bercerita sambil bertanya tentang bagaimanakah wajah
Kepulauan Maluku hari ini, maka isi cerita yang tertuang di dalamnya adalah sebuah
proses penyingkiran dan penghancuran sistem dan budaya orang-orang asli Maluku dari
ruang hidup (tanah) mereka sendiri. Sebuah drama tragis yang dimainkan oleh sebuah
‘sistem baru’ yang hadir merubah sistem dan budaya orang Maluku. Beragam macam
postulat tentang pembangunan, kemajuan dan kesejahteraan yang adalah juga baru
hadir di tengah-tengah masyarakat, membuat mereka seperti merasa baru hidup
kembali, hidup yang sebenar-benarnya, lalu kemudian mula-mula hadirlah asumsi
bahwa kehidupan yang dahulu bukanlah kehidupan yang baik, tertinggal, dan
terbelakang. Inilah yang sangat mengherankan. Dengan sangat tiba-tiba, tanpa secara
aktual diperbicarakan model perspektif tentang kemajuan dan kesejahteraan ini di
kantor, sekolah, warung-warung, di beranda-beranda rumah, hingga (barangkali) di
dalam kamar. Dengan sangat serentak menerima postulat-postulat ini. Kemajuan yang
sejatinya adalah sebuah kemunduran, kesejahteraan yang sesungguhnya ketertindasan.
Semua hal (kemajuan dan kesejahteraan dll) yang menggenjot sadar orang Maluku hari
ini, sebenarnya telah berperan lama dalam sejarah panjang dari Maluku zaman kolonial
hingga Maluku zaman nasional.
Dan sekarang predikat ‘Maluku pulau rempah-rempah’ seperti tenggelam dalam lautan
modernisasi dan globalisasi di republik ini, dan kemudian hadir di permukaan
menyandang predikat sebagai ‘Maluku pulau tambang’. Sampai saat ini, berita tentang
kemajuan dan kesejahteraan masih mengaung keras dalam sadar orang Maluku. Segala
yang dapat melenakan orang Maluku dengan konsep-konsep baru tentang
kesejahteraan selalu didukung dan dipertahankan bahkan diperkuat lagi oleh negara
sendiri melalui berbagai reformasi UU dll sebagainya. Terlihat jelas bahwa konsep-
konsep baru ini seperti telah menjadi ideologi yang kuat mengakar. Apa yang terjadi
selama puluhan bahkan ratusan tahun itu samasekali tidak dimengerti dengan jelas oleh
orang Maluku sendiri. Nyaris, dari dahulu hingga kini orang Maluku bukanlah pelaku
utama dalam desain pembangunan dan konsep kemajuan itu. Bahkan yang menyebut
orang Maluku sangat jauh tertinggal dalam konteks pembangunan bukanlah orang
Maluku melainkan orang-orang yang menduduki tempat di dalam ruang-ruang
penciptaan konsep-konsep baru itu. Sedemikian tertinggalnya Maluku itu dalam
perspektif pembangunan, sehingga banyak sekali perencanaan-perencanaan yang diatur
dalam sistem dan agenda-agenda negara. Semua sistem yang ada hari ini adalah sebuah
sistem yang dirancang sedemikian rupa dari zaman kolonial hingga post kolonial (Orde
Baru). Kecuali di masa Orde Lama.
Report this ad
Maluku, sejak pada zaman kolonial hingga nasional, adalah sebuah pulau yang terus
dikejar SDA dan ‘membunuh mati’ SDMnya. Maluku, dari beberapa pergantian orde,
pasca reformasi hingga sekarang selalu saja, dalam pandagan konsep pembangunan
modern belumlah sempurnah. Maluku selalu menjadi cacat dalam pandangan
pembangunan itu. Ia mesti diubah senantiasa dan didesain selalu. Hingga akhirnya demi
mencapai Maluku yang sebenarnya, ia seperti harus mengorbankan dirinya agar di
‘mutilasi’. Padahal sebaliknya, Maluku benar-benar mengalami aberasi yang jauh dari
wajah asalnya dan watak ekologinya yang sebenarnya. Tapi, sampai sekarang belum ada
suatu status Maluku yang jelas terlihat, kecuali pengalienasian Orang Maluku dari ruang
hidup, pemarjinalan orang-orang Maluku dari sumber-sumber hidupnya. Itu semua
dijalankan demi mencapai tujuan pembangunan modern. Adalah sebuah pengerukan
sumber daya alam habis-habisan oleh beragam macam koorporasi raksasa, hingga yang
tetek bengeknya. Dari perusahaan berlevel multinasional, perusahaan negara (BUMN),
hingga pada yang swasta.
Bila kembali kita membuka sejarah Orang Maluku, bagaimana mereka menjaga
negerinya dari serbuan kolonial, sungguh tak ada celah kosong di sana, kecuali
semuanya bersatu-padu dalam perlawanan dan perjuangan mempertahankan kearifan
ekologisnya sendiri, memperkuat sistem adat istiadatnya agar terjaga murni. Tapi,
bagaimanakah wajah sejarah kita hari ini, seperti apa kearifan ekologisnya dan
bangunan-bangunan artistik yang sarat nilai filosofis. Seperti apakah asas tenurial Orang
Maluku itu. Maka tak bisa kita berharap banyak masih dapat melihat kesejatian wajah
sejarah Maluku itu. Praktik kehidupan sosial-budaya orang Maluku hari ini tak
berbanding lurus dengan ajaran luhurnya yang sebenarnya.
Semakin hari di Maluku semakin diterpa badai eksplorasi dan eksploitasi. Janji-janji
kemajuan dan kesejahteraan berbarengan dengan pengerukan sumber daya alam
Maluku. Industrialisasi merajalela. Koorporasi raksasa dengan bebas menancapkan
kukuhnya di tanah Maluku. Orang Maluku yang tak mengerti apa-apa dengan ‘dunia
baru’ (industrialisasi) yang tiba-tiba masuk itu dan hanya mampuh mengikuti semua
yang ada tanpa mampuh bertanya kembali, merefleksikan ulang tentang eksistensi
‘dunia baru’ (industrialisasi) tersebut. Lahan-lahan pertanian dan perikanan dijual habis
kepada pihak perusahan dengan harga murah. Ruang hidup Orang Maluku nyaris hilang.
Krisis hari ini berlanjut tanpa siapa di yang pandang.
Apa yang mesti dilakukan Orang Maluku atau bahkan Indonesia pada umumnya adalah
memandang ruang hidupnya (tanah) sebagai bagian dari dirinya. Di manapun ruang
hidup yang ia tempati. Membangun intensitas kesadarannya di setiap hari. Sebab,
kapitalisme mutakhir justru bekerja dalam keseharian manusia untuk mengakumulasi
ruang kesadarannya. Dan karena setiap manusia memiliki relasi yang niscaya dengan
alam yang ia tempati. Dibantu dengan membangun diskursus di setiap masing-masing
kampung (tempat). Melakukan riset sejarah dan membuka luas konektivitas ruang
belajar dalam mengkritisi situasi sosial hari ini.
[1] Sumber: Orang-orang Kalah: Kisah Penyingkiran Masyarakat Adat Kepulauan Maluku
(Roem Topatimasan: editor, P.M. Laksono :pengantar)
[2] Sumber: Pemberontakan Nuku, Persekutuan Lintas Budaya di Maluku Papua Sekitar
1780-1810(penulis: Muridan Widjojou, penerbit: Komunitas Bambu, Jakarta)
[3] Sumber: Orang-orang Kalah :Kisah Penyingkiran Masyarakat Adat Kepulauan Maluku
(Roem Topatimasan: editor, P.M. Laksono :pengantar)
Banten merupakan salah satu daerah di pulau jawa. Banten terletak berbatasan dengan
jakarta.pada abad ke 16 banten merupakan salah satu bandar perdagangan di indonesia.
Setelah di kuasainya malaka pada tahun 1511 M. Pelabuhan banten semakin ramai di
kunjunjugi para pedagang dari barat dan timur. Kedatangan bangsa portugis di malaka di
ikuti negara eropa lainnya yaitu belanda yang mendarat di banten 1596 m. Kedatangan
para pedagang belanda di banten yang dipinpin Cornelis Dehoutman awalnya di terima
baik oleh penguasa banten waktu itu. Namun karena sikap kurang bersahabat dan
keinginan memonopoli perdagangan. Sehingga mendapatkan perlawanan dari banten
sehingga rombongan pertama belanda ini berhasil di usir dari banten.
Dalam ekpedisi ini terdiri dari 8 kapal dan mendarat di banten.rombongan kedua ini di
teima baik oleh banten karena beberapa sebab. Antara lain:
Dengan di terima baiknya pedagang belanda di banten sehingga 3 dari 8 kapal belanda
penuh dengan rempah-rempah pulang kembali ke belanda dan 5 kapa meneruskan
perjaanan ke pulau maluku.Pada tahun 1602 M berdiri persekutuan dagang beanda
(VOC) untuk menperkuat posisi pedagang belanda di indonesia.pedagang belanda
menbangun perwakilan dagangya yang pertama di banten.
Pada saat pangeran surya naik tahta 1651 M. Nama lain sultan surya yaitu sultan ageng
tirtayasa.Sultan ageng tirta yasa berusaha memulihkan posisi Banten sebagai
Bandar perdagangan internasional dan sekaligus menandingi perkembangan voc
di Batavia. Ada beberapa usaha yang di lakukan banten untuk menbendung voc di
batavia.antara lain:
Ageng Tirtayasa bertanggung jawab urusan luar negeri yang di bantu oleh putranya yang
lain yaitu Pangeran Arya Purbaya. Inilah yang nanti jadi bumerang oleh sultan ageng
tirtayasa karena belanda voc mengetahui pembagian kekuasaan ini. Dengan adanya
pembagian kekuasaan menjadi pitu masuk bagi voc untuk menpengaruhi penguasa
banten.
Perwakilan Voc di banten yaitu W.caeft ia mulai mendekati dan merayu sultan haji agar
banten di bawah satu komando. Dia menghasut sultan banten bahwa pewaris tahta
kerajaan nantinya setelah ayahnya meninggal akan di berikan kepada arya purbaya. Dan
sultan ahji akan di singkirkan dari kekuasaan. Kemudian voc menarwankan bantuan
untuk mengambil alih kekuasaan banten secara utuh dan di berikan kepada sultan haji.
Karena adanya adu domba tersebut sultan haji mulai kawatir dia tidak akan di nobatkan
sebagai raja banten. Kemudian dia juga mencurigai ayah dan saudaranya akan
mengambil tampuk kekuasaan dan di berikan kepada arya pengangsang.
Akhirnya sultan haji dan voc menbuat persekongkolan untuk mengambila alih banten
dari ayah dan saudaranya. Vo c menawarkan bantuan bukan tampa pamrih.Voc
menawarkan empat sarat yaitu :
Pasukan banten yang di pesisir dan yang menguasai periangan di tarik ke banten
Sultan haji menyetujui perjanjian tersebut. Akhirnya Pasukan voc dengan bantuan
pasukan sultan haji mulai melakukan penyerangan terhadap posisi pasukan sultan ageng
di suroawan pada tahun 1681 M. Berkat bantuan voc soroawan bisa di kuasai. Sultan
agen tirtayasa menyingkir ke tirta yasa dan menbangun pusat pemerintahan di
sana.Sultan ageng dengan bantuan putranya arya ppurbaya berusaha mengambil alih
kembali kembali banten. Pada tahun 1682 sultan ageng berhasil mengepung istana
banten di suroasam. Dengan di kepungya istan menbuat posisi sultan haji terdesak.
Karena terdesak sultan haji minta bantuan dari voc. Voc mengirimkan pasukan di bawah
pimpinan francois tack. Pasukan voc berhasil mematahkan pengepungan istana banten
dan mendesak pasukan ageng tirtayasa hingga ke benteng tirtayasa.
Kekalahan sultan ageng tirta yasa waktu itu. Disebakan karena persenjatan yang lebih
kuno dari pada yang di pakai voc di tambah pasukan sultan haji.karena terdesak di tirta
yas sultan dan anaknya sultan arya purbaya berhasil meloloskan diri kehutan lebak dan
melanjutkan perjuangan secara gerilya.
Kemudian tentara voc terus menburu sultan agen dan anaknya. Namu karena kelicikan
voc sultan ageng tirtayas berhasil di tangkap pada tahun1683M .lebih kurang setelah
satu tahun tirtayasa berhasil di rebut voc. Sultan agen dan anaknya di tawan di batavia
sampai meninggal tahun 1692 M.
Setelah meninggalnya sultan agen tirtayasa perlawanan rakyat banten terus terjadi
walau dalam skala kecil. Perlawana ini selalu menjadi inpirasi bagi rakyat banten dalam
melawan penjajah. Misalnya tahun 1750 timbul lah=gi perlawanan di banten di bawah
kyai tapa dan ratu bagus.(SI)
Daftar Pustaka
Ricfles.sejarah indonesia modern 1200-2008.
Marwati Djono, Nugroho. 1984. Sejarah Nasional Indonesia VI.
D.G.E Hall.1984. Sejarah Asia Tenggara.
Materi IPS
Pengertian Kolonialisme
Kolonialisme adalah suatu usaha untuk melakukan system permukiman warga dari
suatu Negara diluar wilayah Negara induknya atau Negara asalnya.
Pengertian Imperialisme
Pada tahun 1512, bangsa Portugis yang dipimpin oleh Fransisco Serrao mulai berlayar
menuju Kepulauan Maluku. Bahkan pada tahun 1521, Antonio de Brito diberi
kesempatan untuk mendirikan kantor dagang dan beneng Santo Paolo di Ternate
sebagai tempat berlindung dari serangan musuh. Orang-orang Portugis yang semula
dianggap sebagai sahabat rakyat ternate berubah menjadi pemeras dan musuh.
Proses penjajahan bangsa Belanda terhadap Indonesia memakan waktu yang sangat
lama, yaitu mulai dari tahun 1602 sampai tahun 1942. Keinginan Belanda untuk
melakukan monopoli dibidang perdagangan dikawasan Nusantara, ternyata tidak
hanya merupakan keingan Belanda sendiri, tetapi juga negara lainnya, seperti Inggris.
Bahkan Inggris telah mendahului langkah VOC dengan membentuk sebuah
perserikatan dagang untuk kawasan Asia di tahun 1600 yang diberi nama EIC (East
India Company), yang mana telah menimbulkan kekawatiran dikalangan para
pedagang Belanda sehingga persaingan yang tadinya ada diantara mereka sendiri
berubah menjadi kesepakatan untuk membentuk sebuah badan dagang guna
membendung EIC.
Kolonialisme dan Imperialisme mulai merebak di Indonesia sekitar abad ke-15, yaitu
diawali dengan pendaratan bangsa Portugis di Malaka dan bangsa Belanda yang
dipimpin Cornelis de Houtmen pada tahun 1596, untuk mencari sumber rempah-
rempah dan berdagang.
Setelah Portugis pada tahun 1511 berhasil menduduki Malaka, Portugis melanjutkan
misi dagangnya menuju Maluku. Di kepulauan Maluku terdapat Kerajaan Ternate dan
Kerajaan Tidore yang menghasilkan remah-rempah. Portugis diperbolehkan
mendirikan benteng sebagai kantor dagang. Akan tetapi terjadi penyimpangan,
Portugis menjadikan benteng itu sebagai basis pertahanan untuk menguasai dan
menjajah daerah Ternate. Portugis memaksa Sultan Ternate, yaitu Sultan Hairun untuk
menerima kekuasaan Portugis, dan hanya menjual cengkih dan pala kepada Portugis.
Tentu saja sikap seperti ini sangat ditentang oleh Sultan Hairun. Ketika Sultan Hairun
akan membicarakan masalah perdagangan dengan Portugis ini, beliau dibunuh secara
licik. Terbunuhnya, Sultan Hairun jelas memancing kemarahan rakyat Ternate. Sultan
Baabullah yang menggantikan Sultan Hairun bersumpah akan mengusir Portugis dari
Ternate. Untuk itu, Sultan Baabullah mengerahkan tentara dan segenap kekuatannya
mengepung benteng Portugis, hingga akhirnya Portugis menyerah dan dipaksa
meninggalkan Ternate tahun 1575. Setelah terusir dari Ternate, kemudian Portugis ke
Ambon hingga dikalahkan oleh Belanda pada tahun 1605.
Perlawanan terhadap kolonialisme Belanda dilakukan oleh Kerajaan Gowa dan Tallo,
yang kemudian bergabung menjadi Kerajaan Makassar. Kerajaan Makassar, mencapai
puncak kejayaannya pada masa pemerintah Sultan Hasanuddin tahun 1654-1669.
Abad ke-17 Makassar menjadi pesaing berat bagi Kompeni VOC pelayaran dan
perdagangan di wilayah Indonesia Timur. Setelah mendapatkan berdagang, VOC mulai
menunjukkan perilaku dan niat utamanya, yaitu mulai mengajukan tuntutan kepada
Sultan Hasanuddin. Pertempuran antara rakyat Makassar dengan VOC terjadi.
Pertempuran pertama terjadi pada tahun 1633. Pada tahun 1654 diawali dengan
perilaku VOC yang berusaha menghalang-halangi pedagang yang akan masuk maupun
keluar Pelabuhan Makassar mengalami kegagalan. Pertempuran ketiga terjadi tahun
1666-1667, pasukan kompeni dibantu olehpasukan Raja Bone (Aru Palaka) dan
pasukan Kapten Yonker dari Ambon. Angakatan laut VOC, yang dipimpin oleh
Spleeman. Pasukan Aru Palaka mendarat din Bonthain dan berhasil mendorog suku
Bugis agar melakukan pemberontakan terhadap Sultan Hasanudin. Penyerbuan ke
Makassar dipertahankan oleh Sultan Hasanudin. Sultan Hasanudin terdesak dan
dipaksa untuk menandatangani perjanjian perdamaian di Desa Bongaya pada tahun
1667.
Factor penyebab kegagalan rakyat Makassar adalah keberhasilan politik adu domba
Belanda terhadap Sultan Hasanudin dengan Aru Palaka. Membantu Trunojoyo dan
rakyat Banten setiap melakukan perlawanan terhadap VOC
Sikap Belanda yang selalu turut campur terhadap pemerintahan kerajaan, sangat tidak
disukai oleh Pangeran Diponegoro yang merupakan Bangsawan Kerajaan Mataram,
terlebih lagi ketika melihat Belanda mulai menerapkan budaya-budaya Barat yang
bertentangan dengan Agama Islam di lingkungan Keraton. Pangeran Diponegoro mulai
menyusun kekuatan yang diawali dengan mengajak kalangan bangsawan yang sama-
sama menentang Belanda. Kemudian ia pun mengajak rakyat yang telah menderita
akibat kesewenang-wenangan Belanda untuk bergabung melawan penjajah. Untuk
mendukung perjuangannya, Pangeran Diponegoro meninggalkan keraton dan
menetap di Tegalrejo. Langkah tersebut dilakukan untuk menunjukkan bahwa ia tidak
suka pada sikap keraton dan Belanda. Sikap tersebut menimbulkan kekhawatiran
dikalangan keraton dan Belanda.
Sejak terusan Suez dibuka pada tahun 1869, kedudukan Aceh makin penting baik dari
segi strategi perang maupun untuk perdagangan. Belanda ingin menguasai Aceh. Sejak
tahun 1873 Belanda menyerang Aceh. Rakyat Aceh mengadakan perlawanan di bawah
pemimpin-pemimpin Aceh antara lain Panglima Polim, Teuku Cik Ditiro, Teuku
Ibrahim, Teuku Umar, dan Cut Nyak Dien. Meskipun sejak tahun 1879 Belanda dapat
menguasai Aceh, namun wilayah pedalaman dan pegunungan dikuasai pejuang-
pejuang Aceh. Perang gerilya membuat pasukan Belanda kewalahan. Belanda
menyiasatinya dengan stelsel konsentrasi, yaitu memusatkan pasukan supaya
pasukannya dapat lebih terkumpul. Belanda mengirim Dr. Snouck Hurgronje untuk
mempelajari sistem kemasyarakatan penduduk Aceh. Dari penelitian yang dibuatnya,
Hurgronje menyimpulkan bahwa kekuatan
Aceh terletak pada peran para ulama. Penemuannya dijadikan dasar untuk membuat
siasat perang yang baru. Belanda membentuk pasukan gerak cepat (Marchose) untuk
mengejar dan menumpas gerilyawan Aceh. Dengan pasukan marchose Belanda
berhasil mematahkan serangan gerilya rakyat Aceh. Tahun 1899, Teuku Umar gugur
dalam pertempuran di Meulaboh. Pasukan Cut Nyak Dien yang menyingkir ke hutan
dan mengadakan perlawanan juga dapat dilumpuhkan. Dari beberapa perlawanan
yang dilakukan oleh rakyat di berbagai daerah pada awalnya mengalami kemenangan
tetapi pada akhirnya mengalami kekalahan. Hal itu disebabkan karena beberapa hal
antara lain :
3. Kurangnya persenjataan
Nilai Informatif
1. Sikap bangsa Barat yang ingin menguasai kekayaan alam dan menjajah rakyat
Indonesia
Walaupun berbagai perlawanan telah dilakukan oleh rakyat dan penguasa di berbagai
daerah, namun selalu mengalami kegagalan. Faktor-faktor penyebab kegagalan rakyat
Indonesia dalam melawan penjajah adalah sebagai berikut:
1. Sumber daya manusia bangsa Indonesia yang lemah jika dibandingkan dengan
sumber daya manusia bangsa Barat (penjajah).
Nilai Edukatif
Nilai pendidikan yang dapat diambil dari reaksi dan perlawanan bangsa Indonesia
terhadap kolonialisme dan imperialisme bangsa asing yaitu apabila kita memiliki
sesuatu cita-cita yang mengandung nilai-nilai kebenaran maka haruslah kita
perjuangkan. Risiko dan tantangan apa pun harus kita hadapi dalam memperjuangkan
sebuah kebenaran. Apabila kita sungguh-sungguh dan serius dalam memperjuangkan
sebuah kebenaran, maka pada suatu saat perjuangan kita akan ada hasilnya.
Nilai Inspiratif