Anda di halaman 1dari 37

Hindia Timur atau Indonesia telah lama dikenal sebagai daerah penghasil

rempah-rempah seperti vanili, lada, dan cengkeh. Rempah-rempah ini digunakan


untuk mengawetkan makanan, bumbu masakan, bahkan obat. Karena
kegunaannya, rempah-rempah ini sangat laku di pasaran dan harganya pun mahal.
Hal ini mendorong para pedagang Asia Barat datang dan memonopoli
perdagangan rempah-rempah. Mereka membeli bahan-bahan ini dari para petani
di Indonesia dan menjualnya kepada para pedagang Eropa.

Namun, jatuhnya Konstantinopel pada tahun 1453 ke Turki Utsmani


mengakibatkan pasokan rempah-rempah ke wilayah Eropa terputus. Hal ini
dikarenakan boikot yang dilakukan oleh Turki Utsmani kepada bangsa Eropa.
Situasi ini mendorong orang-orang Eropa menjelajahi jalur pelayaran ke wilayah
yang banyak memiliki bahan rempah-rempah, termasuk kepulauan Nusantara
(Indonesia). Dalam perkembangannya, mereka tidak saja berdagang, tetapi juga
menguasai sumber rempah-rempah di negara penghasil. Sejak saat itu dimulailah
era kolonialisasi Barat di Asia.

A. Sebab dan Tujuan Kedatangan Bangsa Barat

Secara umum, kedatangan bangsa Eropa ke Asia termasuk ke Indonesia


dilandasi keinginan mereka untuk berdagang, menyalurkan jiwa penjelajah, dan
menyebarkan agama. Adapun sebab dan tujuan bangsa Eropa ke dunia Timur
adalah sebagai berikut :

1. Mencari kekayaan termasuk berdagang (Gold)


2. Mencari kemuliaan bangsa (Glory)
3. Menyebarkan agama (Gospel)

Sejak abad ke-3, rempah-rempah memang merupakan bahan dagang yang


sangat menguntungkan. Hal ini mendorong orang-orang Eropa berusaha mencari
harta kekayaan ini sekalipun menjelajah semudera. Keinginan ini diperkuat
dengan adanya jiwa penjelajah. Bangsa Eropa dikenal sebagai bangsa penjelajah,
terutama untuk menemukan daerah-daerah baru. Mereka berlomba-lomba
meninggalkan Eropa. Mereka yakin bahwa jika berlayar ke satu arah, maka
mereka akan kembali ke tempat semula. Selain itu, orang-orang Eropa terutama
Protugis dan Spanyol yakin bahwa di luar Eropa ada Prestor John (kerajaan dan
penduduknya beragama Kristen). Oleh karena itu, mereka berani berlayar jauh.
Mereka yakin akan bertemu dengan orang-orang seagama.

Pada awalnya, tujuan kedatangan bangsa Eropa ke Indonesia hanya untuk


membeli rempah-rempah dari para petani Indonesia. Namun, dengan semakin
meningkatnya kebutuhan industri di Eropa akan rempah-rempah, mereka
kemudian mengklaim daerah-daerah yang mereka kunjungi sebagai daerah
kekuasaannya. Di tempat-tempat ini, bangsa Eropa memonopoli perdagangan
rempah-rempah dan mengeruk kekayaan alam sebanyak mungkin. Dengan
memonopoli perdagangan rempah-rempah, bangsa Eropa menjadi satu-satunya
pembeli bahan-bahan ini. Akibatnya, harga bahan-bahan ini pun sangat ditentukan
oleh mereka. Untuk memperoleh hak monopoli perdagangan ini, bangsa Eropa
tidak jarang melakukan pemaksaan. Penguasaan sering dilakukan terhadap para
penguasa setempat melalui suatu perjanjian yang umumnya menguntungkan
bangsa Eropa. Selain itu, mereka selalu turut campur dalam urusan politik suatu
daerah. Bangsa Eropa tidak jarang mengadu domba berbagai kelompok
masyarakat dan kemudian mendukung salah satunya. Dengan cara seperti ini,
mereka dengan mudah dapat mempengaruhi penguasa untuk memberikan hak-hak
istimewa dalam berdagang.

B. Kedatangan dan Terbentuknya Kekuasaan Kolonial di Indonesia

1. Bangsa Portugis

Ekspedisi pertama untuk mencari jalan langsung ke Indonesia dirintis oleh


bangsa Portugis dan Spanyol. Bangsa-bangsa lain seperti Inggris, Prancis, dan
Belanda baru melakukan ekspedisi setelah kedua bangsa ini menemukan jalan ke
Indonesia.

Orang Portugis pertama yang mencoba mencari jalan baru ke Indonesia


adalah Bartholomeus Diaz. Ia meninggalkan Portugal pada tahun 1486. Ia
menyusuri pantai barat Afrika hingga tiba di Tanjung Harapan, tetapi ia gagal
mencapai Indonesia. Setelah Bartholomeus Diaz menemukan jalan ke timur di
Tanjung Harapan (Afrika Selatan), upaya mencari jalan ke Indonesia diteruskan
oleh armada-armada Portugis berikutnya.

Armada Portugis berikutnya yang mencoba berlayar ke Indonesia dipimpin


oleh Vasco da Gama. Mereka berangkat pada tahun 1497 dan berhasil melewati
Tanjung Harapan. Sewaktu tiba di Pelabuhan Malinda (Afrika Timur), mereka
bertemu dengan pedagang-pedagang Arab dan India. Namun, jalan ke Asia
Tenggara tetap dirahasiakan oleh para pedagang tersebut. Oleh karena itu, orang-
orang Portugis melanjutkan perjalannya menyusuri pantai timur Afrika. Mereka
harus melewati perairan dengan ombak yang sangat besar. Daerah itu terletak di
timur laut Afrika terutama di sekitar Ujung Tanduk. Oleh karena itu, daerah ini
disebut Guadafui (berhati-hatilah).

Ekspedisi ini kemudian berhasil melewati selat di ujung selatan Laut Merah
yang disebutnya Bab el Mandeb (Gapura Air Mata). Pada tahun 1498, Vasco da
Gama tiba di Kalikut (India). Sejak saat itu, perdagangan antara orang Eropa dan
India tidak lagi melalui jalur Laut Tengah melainkan melalui pantai timur Afrika.
Namun, penemuan ini belum juga memuaskan bangsa Portugis. Mereka ingin
menjelajahi daerah timur lainnya yakni Malaka dan Maluku.

Pada waktu itu, di Asia Tenggara terdapat salah satu daerah pusat
perdagangan yang sangat ramai dikunjungi. Daerah tersebut adalah Malaka
sedangkan daerah sumber rempah-rempahnya adalah Maluku. Bagi Portugis, cara
termudah menguasai perdagangan di sekitar Malaka termasuk di Maluku adalah
dengan merebut atau menguasai Malaka. Kolonialisme Portugis di Indonesia
dimulai sejak kedatangan Alfonso d’Albuquerque di Maluku. Pada tahun 1511,
ekspedisi Portugis di bawah pimpinan Alfonso d’Albuquerque berhasil
menaklukkan Malaka. Dari sana, mereka menuju Maluku dan diterima dengan
baik oleh raja Ternate. Mereka diperkenankan berdagang dan membangun
benteng di Ternate.

2. Bangsa Spanyol

Pelopor berkebangsaan Spanyol yang mencari jalan langsung ke Indonesia


adalah Christopher Columbus, ia berlayar ke arah barat. Setelah dua bulan, ia
sampai di sebuah pulau yang kemudian dinamakan San Salvador. Columbus gagal
mencapai India.

Setelah Columbus gagal menemukan India, ekspedisi Spanyol selanjutnya


ke daerah rempah-rempah dipelopori oleh Ferdinand Magelhaens. Berbeda
dengan armada Portugis, pada tahun 1519 Magellan berangkat melalui Samudera
Atlantik. Setelah melewati ujung Amerika Selatan, ia masuk ke Samudera Pasifik.
Ia tiba di Filipina pada tahun 1521. Ketika mencoba mengatasi perang antarsuku
di Cebu, Magelhaens terbunuh. Posisinya kemudian digantikan oleh Del
Cano. Dalam perjalanan kembali ke Spanyol, mereka singgah di Tidore. Sejak
saat itu, terjalin kerja sama antara Spanyol dan Tidore. Kerja sama itu tidak hanya
dalam hal perdagangan, tetapi juga diperkuat dengan dibangunnya benteng
Spanyol di Tidore. Sementara itu, Portugis yang membuka kantor dagangnya di
Ternate merasa terancam dengan hadirnya Spanyol di Tidore. Hal ini diperkuat
lagi dengan kenyataan bahwa Tidore dan Ternate telah lama bermusuhan. Dengan
alasan tersebut, Portugis yang didukung pasukan Tidore. Berhasil merebut
Benteng Spanyol di Tidore. Namun, berkat perantara Paus di Roma, Portugis dan
Spanyol akhirnya mengadakan perjanjian yang disebut Perjanjian Saragosa.
Berdasarkan perjanjian itu, Maluku dikuasai Portugis sedangkan Philipina
dikuasai Sepanyol.

Isi Perjanjian Saragosa:

1. Daerah kekuasaan dan pelayaran Portugis adalah dari Brazilia ke


Timur sampai Halmahera (Maluku).
2. Spanyol berkuasa atas Mexico ke Barat terus sampai Phillipina.

3. Bangsa Inggris

Kedatangan bangsa Inggris ke Indonesia dirintis oleh Francis Drake dan


Thomas Cavendish. Dengan mengikuti jalur yang dilalui Magelhaens, pada tahun
1579 Francis Drake berlayar ke Indonesia. Armadanya berhasil membawa
rempah-rempah dari Ternate dan kembali ke Inggris lewat Samudera Hindia.
Perjalanan beriktunya dilakukan pada tahun 1586 oleh Thomas Cavendish
melewati jalur yang sama.

Pengalaman kedua pelaut tersebut mendorong Ratu Elizabeth I


meningkatkan pelayaran internasionalnya. Hal ini dilakukan dalam rangka
menggalakan ekspor wol, menyaingi perdagangan Spanyol, dan mencari rempah-
rempah. Ratu Elizabeth I kemudian memberi hak istimewa kepada EIC (East
Indian Company) untuk mengurus perdagangan dengan Asia. EIC kemudian
mengirim armadanya ke Indonesia. Armada EIC yang dipimpin James Lancestor
berhasil melewati jalan Portugis (lewat Afrika). Namun, mereka gagal mencapai
Indonesia karena diserang Portugis dan bajak laut Melayu di selat Malaka.

Awal abad ke-17, Inggris telah memiliki jajahan di India dan terus berusaha
mengembangkan pengaruhnya di Asia Tenggara, kahususnya di Indonesia.
Kolonialisme Inggris di Hindia Belanda dimulai tahun 1604. menurut catatan
sejarah, sejak pertama kali tiba di Indonesia tahun 1604, EIC mendirikan kantor-
kantor dagangnya. Di antaranya di Ambon, Aceh, Jayakarta, Banjar, Japara, dan
Makassar.

Walaupun demikian, armada Inggris tidak mampu menyaingi armada


dagang barat lainnya di Indonesia, seperti Belanda. Mereka akhirnya memusatkan
aktivitas perdagangannya di India. Mereka berhasil membangun kota-kota
perdagangan seperti Madras, Kalkuta, dan Bombay.

4. Bangsa Belanda

Armada Belanda yang pertama berusaha mencapai Indonesia dipimpin Van


Neck, namun ekspedisi ini gagal. Kemudian, pada tahun 1595 armada Belanda
dipimpin Cornelis de Houtman dan Pieter de Kaizer berangkat menuju Indonesia.
Mereka menyusuri pantai barat Afrika lalu sampai ke Tanjung Harapan. Dari
sana, mereka mengarungi Samudera Hindia dan masuk ke Indonesia melalui Selat
Sunda lalu tiba di Banten.

Armada ini tidak diterima oleh rakyat Banten karena Belanda


bersikap kasar. Selain itu, hubungan antara Banten dan Portugis masih baik.
Kemudian dari Banten, armada ini bermaksud menuju Maluku untuk membeli
rempah-rempah namun ternyata gagal mencapai Maluku. Cornelis de Houtman
tiba kembali di negerinya pada tahun 1597 dan ia disambut sebagai penemu jalan
ke Indonesia.

Setelah de Houtman, armada Belanda datang ke Indonesia susul-menyusul.


Hal ini mengakibatkan lalu lintas Indonesia – Belanda menjadi ramai. Armada
Belanda yang pertama mencapai Maluku adalah armada kedua. Mereka berhasil
melakukan pembelian remapah-rempah di sana.
Pada awalnya, Belanda memang gagal menghadapi persaingan dengan
Portugis, baik di Maluku maupun di pelabuhan-pelabuhan lain di Indonesia.
Namun, karena armada Belanda semakin hari semakin bertambah, sedikit demi
sedikit armada Portugis mulai terdesak. Akhirnya Portugis terusir dari Maluku
dan itu menandai era kolonialisme Belanda di Indonesia. Sejak saat itu, pedagang-
pedagang Belanda semakin banyak yang datang ke Maluku.

Lahirnya VOC
Untuk mengatasi persaingan diantara pedagang-pedagang Belanda sendiri,
pada tanggal 20 Maret 1682 Belanda membentuk VOC (Vereenigde OostIndische
Compagnie) atau persekutuan Dagang Hindia Timur atas usulan Johan Van
Oldenbarneveld. Tujuan pembentukan VOC tidak lain adalah menghindari
persaingan antar pengusaha Belanda (intern) serta mampu menghadapi persaingan
dengan bangsa lain terutama Spanyol dan Portugis sebagai musuhnya (ekstern).
VOC dipimpin oleh De Heren Zuventien (Dewan Tujuh Belas) yang
berkedudukan di Amsterdam. Oleh Pemerintahan Belanda, VOC diberi oktroii
(hak-hak istimewa). Artinya dengan hak-hak tersebut berarti VOC memiliki
kekuasaan seperti suatu negara. Mereka dapat bertindak bebas tanpa harus
konsultasi terlebih dulu dengan pemerintah Belanda di negeri induk. Hak-hak
istimewa tersebut adalah sebagai berikut:

1. Dianggap sebagai wakil pemerintah Belanda di Asia


2. Memonopoli perdagangan
3. Mencetak dan mengedarkan uang sendiri
4. Mengadakan perjanjian
5. Menaklukkan perang dengan negara lain
6. Menjalankan kekuasaan kehakiman
7. Pemungutan pajak
8. Memiliki angkatan perang sendiri
9. Mengadakan pemerintahan sendiri

Untuk melaksanakan kekuasaannya di Indonesia diangkatlah jabatan


Gubernur Jenderal VOC, seperti Pieter Both yang merupakan Gubernur Jenderal
VOC pertama yang memerintah tahun 1610 – 1619 di Ambon. Jan Pieterzoon
Coen, merupakan Gubernur Jenderal kedua yang memindahkan pusat VOC dari
Ambon ke Jayakarta (Batavia) karena letaknya strategis di tengah-tengah
Nusantara sehingga memudahkan pelayaran ke Belanda. Sedangkan dalam
melaksanakan pemerintahan, VOC banyak mempergunakan tenaga bupati.
Sementar bangsa Cina dipercaya untuk pemungutan pajak dengan cara
menyewakan desa selama waktu yang ditentukan.

Setelah berpusat di Batavia, VOC melakukan perluasan kekuasaan dengan


pendekatan serta campur tangan terhadap kerajaan-kerajaan di Nusantara, antara
lain Mataram, Banten, Banjar, Sumatra, Gowa, serta Maluku. Akibat hak
monopoli yang dimilikinya, VOC memaksakan kehendaknya sehingga
menimbulkan permusuhan dengan kerajaan-kerajaan di Nusantara. Untuk
menghadapi perlawanan bangsa Indonesia VOC meningkatkan kekuatan
militernya serta membangun benteng-benteng seperti di Ambon, Makasar,
Jayakarta dan lain-lain.

Cara Belanda Memeroleh Monopoli Perdagangan di Nusantara

1. Melakukan pelayaran Hongi (Hongi Tockten) untuk memberantas


penyelundupan. Tindakan yang dilakukan VOC adalah merampas
setiap kapal penduduk yang menjual langsung rempah-rempah kepada
pedagang asing seperti Inggris, Perancis dan Denmark. Hal ini banyak
dijumpai di pelabuhan bebas Makasar.
2. Melakukan Ekstirpasi, yaitu penebangan tanaman milik rakyat.
Tujuannya adalah mepertahankan agar harga rempah-rempah tidak
merosot bila hasil panen berlebihan (over produksi).
3. Perjanjian dengan raja-raja setempat, terutama yang kalah perang
wajib menyerahkan hasil bumi yang dibutuhkan VOC dengan harga
yang ditetapkan VOC. Penyerahan wajib disebut Verplichte
Leverantie.
4. Rakyat wajib menyerahkan hasil bumi sebagai pajak, yang disebut
dengan istilah Contingenten.

Namun, seiring dengan perubahan permintaan dan kebutuhan di Eropa dari


rempah-rempah ke tanaman industri yaitu kopi, gula dan teh maka pada abad ke-
18 VOC mengalihkan perhatiannya untuk menanam ke tiga jenis barang komoditi
tersebut. Misalnya tebu di Muara Angke (sekitar Batavia), kopi dan teh daerah
Priangan.

Kemunduran VOC
Pada pertengahan abad ke-18 VOC mengalami banyak kemunduran karena
beberapa hal sehingga pada akhirnya dibubarkan. Berikut ini adalah sebab-sebab
kemunduran VOC:

1. Banyak pegawai VOC yang curang dan korupsi.


2. Banyak pengeluaran untuk biaya peperangan contoh perang melawan
Sultan Hasanuddin dari Gowa.
3. Banyaknya gaji yang harus dibayar karena kekuasaan yang luas
membutuhkan pegawai yang banyak.
4. Pembayaran Devident (keuntungan) bagi pemegang saham turut
memberatkan setelah pemasukan VOC kekurangan.
5. Bertambahnya saingan dagang di Asia terutama Inggris dan Perancis.
6. Perubahan politik di Belanda dengan berdirinya Republik Bataaf 1795
yang demokratis dan liberal yang menganjurkan perdagangan bebas.

Berdasarkan alasan di atas akhirnya VOC dibubarkan pada tanggal 31


Desember 1799 dengan hutang 136,7 juta Gulden dan kekayaan yang ditinggalkan
berupa kantor dagang, gudang, benteng, kapal serta daerah kekuasaan di
Indonesia.

C. Dampak Positif dan Negatif Kedatangan Bangsa Eropa di Indonesia

a. Dampak Positif

Setelah kedatangan bangsa Eropa di Indonesia, kemajuan bangsa Indonesia


bertambah. Adapun beberapa manfaat atas kedatangan bangsa Eropa ke Indonesia
adalah sebagai berikut:

1. Banyaknya dibangun pelabuhan-pelabuhan sehingga Indonesia


menjadi pusat perdagangan di Asia tenggara terutama di daerah
Malaka.
2. Setelah kedatangan bangsa Eropa di Indonesia banyak berdiri
pusat-pasat Industri yang dapat mengurangi angka penganguran di
Indonesia.
3. Dibangunnya sarana jalan darat (jalan raya) sehingga antara kota
yang satu dengan yang lainnya terasa dekat.
4. Didirikannya sekolah yang dapat mencerdaskan para generasi
penerus bangsa Indonesia.

b. Dampak Negatif

Setelah kedatangan bangsa Eropa ke Indonesia bangsa Eropa beralih keinginan


untuk untuk menjajah bangsa Indonesia sehingga terjadilah peperangan di mana-
mana. Adapun dampak negatif kedatangan bangsa Eropa ke Indonesia adalah:

1. Masyarakat Indonesia merasa tertindas dengan kedatangan bangsa


Eropa yang selalu bersikap semena-mena terhadap
bangsa Indonesia.
2. Terjadinya pemberontakan dimana-mana yang mengakibatkan
banyak nya warga Negara Indonesia yang meninggal.
3. Bangsa Eropa mengadu domba seluruh masyarakat Indonesia.
4. Terjadinya perebutan kekuasaan yang dilakukan oleh Bangsa
Eropa terhadap bangsa Indonesia yang akhirnya banyak menelan
korban para warga Indonesia.
5. Warga Indonesia merasa tidak bebas dengan adanya bangsa Eropa
di Indonesia.

Referensi:
http://siaksoft.net/?p=549
http://www.e-dukasi.net/mol/mo_full.php?moid=104&fname=sej201_11.htm
http://www.e-dukasi.net/mol/mo_full.php?moid=104&fname=sej201_12.htm
http://www.e-
dukasi.net/mol/mo_full.php?moid=104&fname=sej201_13.htmKedatangan Bangsa
Barat ke Indonesia

a. Latar belakang kedatanagn bangsa Barat ke Indonesia

Kedatangan bangsa Barat ke Indonesia dilatar belakangi oleh peristiwa jatuhnya


Konstantinopel ke tangan Turki Usmani (1453). Di mana Konstantinopel merupakan
pusat perdagangan Internasional bagi bangsa Barat. Selain jatuhnya Konstantinopel,
serangkaian penemuan teknologi juga merupakan factor penting untuk melakukan
pelayaran bagi bangsa-bangsa Barat menuju Tanah Hindia/Kepulauan Nusantara. Dan
juga semangat dan dorongan untuk melanjutkan perang Salib juga ikut mendorong
kedatangan bangsa-bangsa Barat ke Indonesia.

Akibat dari jatuhnya Konstantinopel ke tangan Turki Usmani, rempah-rempah yang


merupakan salah satu komodoti yang dijual dalam perdagangan tersebut menjadi sulit
didapatkan, karena akses untuk mendapatkan rempah-rempah yang murah di Laut
Tengah menjadi tertutup. Sedangkan harga rempah-rempah melambung tinggi di pasar
Eropa. Hal tersebut mengakibatkan keinginan untuk mencari daerah yang menghasilkan
rempah-rempah ke timur. Upaya tersebut mendapatkan dukungan dan partisipasi dari
pemerintah dan ilmuan. Portugis dan Spanyol merupakan pelopor petualangan,
pelayaran dan penjelajahan samudera untuk menemukan dunia baru di timur. Dan
portugis juga merupakan pembuka jalan menemukan Kepulauan Nusantara sebagai
daerah penghasil rempah-rempah. Kemudian disusul Belanda dan Inggris. Tujuan
mereka datang ke timur tidak semata-mata untuk mencari keuntungan melalui
perdagangan rempah-rempah, tetapi juga mempunyai tujuan yang lain, yaitu :

a. Gold : Mencari kekayaan dan keuntungan

b. Glory : Memburu kejayaan, mencari kekuasaan

c. Gospel : Menjalankan tugas suci unyuk menyebarkan agama nasrani

b. Jalur pelayaran dan kedatangan bangsa Barat ke Indonesia

Jalur yang dilalui oleh bangsa Barat untuk menemukan rempah-rempah adalah dengan
menggunakan jalur laut. Hal itu dikarenakan dengan kapal mereka dapat membawa
rempah-rempah ataupun barang lainnya dalam jumlah besar, selain itu juga adanya
peralatan yang mendukung seperti kompas, peta, dan lainnya.

Adapun proses kedatangan bangsa Barat ke Indonesia adalah sebagai brikut :

a. Spanyol

Orang Spanyol merupakan pelopor dalam pelopor pelayaran dan penjelajahan samudra
untuk menemukan dunia baru. Setelah Christoper Columbus berhasil menemukan
benua Amerika pada pelayaran pertamanya pada tahun 1492. Setelah berhasil
menemukan tmpat baru yang dinamakan benua Amerika, rombongan Columbus
kembali ke Spanyol untuk melapor. Keberhasilan Columbus dalam menemukan dunia
baru, mendorong para pelaut lain untuk melanjutkan penjelajahn ke samudra timur dan
menemukan daerah penghasil rempah-rempah. Berangkatlah ekspedisi yang dipimpin
oleh Magellan disertai oleh seorang kapten kapal yang bernama Yan Sebastian del Cano.
Magellan mengambil jalur yang telah dilalui oleh Columbus. Setelah terus berlayar
Magellan dan rombongan mendarat di ujung selatan benua Amerika yang kemudia
tempat tersebut dinamakan Selat Magellan.

Melalui selat ini Magellan dan ro,bogan terus berlayar meninggalkan Samudra Atlantik
menuju Samudera Pasifik. Setelah sekitar 3 bulan berlayar Magellan dan rombongan
mendarat di Pulau Guam pada tahun 1521. Kemudian melanjutkan penjelajahannya dan
menemukan Kepulauan Massava ( Filipina ) yang kemudian menyatakan bahwa daerah
tersebut merupakan daerah koloni Spanyol. Karena tindakannya itulah Magellan dan
rombongan mendapatkan perlawanan dari rakyan Mactan dan akhirnya Magellan
terbunuh dalam peperangan tersebut.

Rombongan yang selamat dalam pertempuran tersebut melarikan diri dan kemudian
oleh del Cano dipimpin bergerak ke arah selatan dan menemukan Kepulauan Maluku. Di
Maluku mereka memenuhi kapal dengan rempah-rempah kemudian kembali ke Spanyol
lagi melalui Tanjung Harapan di Afrika Selatan.

b. Portugis

Berita Columbus berhasil menemukan daerah baru membuat Raja Portugis penasaran
dan mengutus pelaut ulung Portugus benrnama Vasco da Gama untuk melakukan
ekspedisi meenjelajahi samudra mencari Tanah Hindia. Vasco da Gama mencari jalan
lain agar lebih cepat menuju Tanah Hindia. Sebelum Vasco da Gama diperintahkan oleh
Raja Portugis, sudah ada pelaut lain yang melakaukan pelayaran yaitu Bartholomeus
Diaz. Ia melakukan pelayaran mncari daerah timur dengan menelusuri pantai barat
Afrika, hingga pada tahun 1488 karena serangan ombak yang besar terpaksa
Bartholomeus Diaz dan rombongan mendarat di ujung Selatan Benua Afrika, yang
kemudian tempat tersebut diberi nama Tanjung Harapan. Bartholomeus Diaz tidak
melanjutkan pelayaran melainkan bertolak kembali ke negaranya.
Pada tahun 1497 Vasco da Gama berangkat dari pelabuhan Lisabon dan memulai
penjelajahan mengikuti rute yang telah dilalui oleh Bartholomeus Diaz. Atas petunjuk
dari pelaut bangsa Moor yang telah ia sewa, setelah singgah di Tanjung Harapan ia dan
rombongan melanjutkan perjalanan dengan melalui pantai timur Afrika kemudian
berbelok ke kanan untuk mengarungi Samudra Hindia. Pada tahun 1498 rombongan
Vasco da Gama berhasil mendarat di Kalikut dan Goa di pantai barat India. Di daerah
Goa mereka bahkan berhasil mendirikan kantor dagang yang dilengkapi dengan
benteng. Atas keberhasilannya ini Vasco da Gama diangkat sebagai penguasa Goa oleh
Raja Portugis.

Setelah beberapat tahun tinggal di India mereka menyadari bahwa Inidia bukan daerah
penghasil rempah-rempah. Karena hal tersebut, dipersipakan ekspedisi selanjutnya yang
dipimpin oleh Alfonso de Albuquerque. Hingga pada tahun 1511 mereka berhasil
mendarat di Malaka dan berhasil menguasai perdagangan di wilayah Malaka.

c. Belanda

Mendengar keberhasilan Spanyol dan Portugis dalam menemukan daerah penghasil


renpah-rempah, pada tahun 1594 Barents mencoba berlayar ke dunia timur. Namun
Barents tidak begitu mengenal medan sehingga ia gagal melanjutkan perjalanan karena
kapalnya terjepit es. Ia berusaha untuk kembali ke negaranya namun di tengah
perjalanan ia meninggal.

Pada tahun 1595 pelaut Belanda yang lain yaitu Cornelis de Houtman dan Piter de
Keyser memulai pelayaran. Cornelis de Houtman mengambil jalur laut yang sudah biasa
dilewati pelaut-pelaut Portugis. Hingga pada tahun 1596 Cornelis de Houtman dan
armadanya berhasil mendarat di Kepualaun Nusantara yaitu di Banten. Awalnya orang-
orang Banten menerima baik Cornelis dan rombongan karena niatnya untuk berdagang.
Namun semakin lama mereka semakin memaksakan kehendaknya dan hal itu dirasa
tidak baik oleh masyarakat Banten. Karena hal tersebut Cornelis dan rombongan diusir
dari Banten dan kembali lagi ke Belanda.

Ekspedisi selanjutnya dilakukan pada tahun 1598 yang dipimpin oleh van Heemskerck
yang juga mendarat di Banten. Van Heemskerck bersikap lebih hati-hati sehingga
diterima rakyat Banhten lagi. Selama ia di Banten , armada-armada yang lain
berdatangan ke Indonesia dan berlayar ke arah timur dan singgah di Tuban kemudian di
Maluku. Di bawah pimpinan Jacob Van Neck mereka sampai di Maluku pada tahun 1599.
Pelayaran dan perdagangan orang Belanda di Maluku mendapatkan keuntungan yang
berlipat, sehingga banyak kapal-kapal tang berlayar menuju Maluku.

d. Inggris

Setelah Portugis berhasil menemukan kepulauan Maluku, perdagangan rempah-rempah


semakin meluas. Dalam waktu singkat Lisabon berhasil menjadi pusat perdagangan
rempah-rempah di Eropa Barat. Dalam keadaan ini, Inggris mendapatkan keuntungan
yang tinggi, karena mendapat rempah-rempah secara bebas dan relative murah di
Lisabon. Tetapi karena Inggris terlibat konflik dengan Portugis, maka Inggris semakin
sulit mendapatkan rempah-rempah di pasar Lisabon. Oleh karena itu mereka mulai
mencari rempah-rempah ke daerah timur sendiri. Pelayaranpun dimulai hingga pada
akhirnya pada tahun 1600 mereka singgah di India dan mendirikan kongsi dagang yang
diberi nama EIC ( East India Company ). Dari India mereka melanjutkan pelayaran dan
mendarat di kepulauan Nusantara. Bahkan pada tahun 1811 Inggris dapat menguasi
Tanah Hindia.

c. Faktor yang menyebabkan Indonesia mudah dijajah

Adapun factor-faktor yang menyebabkan Indonesia mudah dijajah adalah sebagai


berikut :

a. Masyarakat Indonesia yang cenderung ramah dan terbuka terhadap kedatangan


orang Barat.

b. Adanya politik adu domba yang dilakukan oleh pihak asing.

c. Rendahnya kualitas sumber daya manusia pada saat itu.

Diposting oleh Unknown di 05.50

Dengan berbagai cara VOC berusaha menguasai kerajaan-kerajaan di Indonesia serta


pelabuhan-pelabuhan penting. Kecuali itu, juga berusaha memaksakan monopoli
perdagangan rempah-rempah. Bagaimana VOC menjalankan usahanya tersebut?

VOC Berusaha Menguasai Pelabuhan Penting

Pertama-tama berusaha menguasai salah satu pelabuhan penting, yang akan dijadikan
pusat VOC. Untuk keperluan tersebut ia mengincar kota Jayakarta. Ketika itu Jayakarta di
bawah kekuasaan Kerajaan Islam Banten. Sultan Banten mengangkat Pangeran
Wijayakrama sebagai adipati di Jayakarta.
Gambar ilustrasi Monopoli perdagangan VOC di Indonesia

Mula-mula VOC mendapat izin dari Pangeran Wijayakrama untuk mendirikan kantor
dagang di Jayakarta. Tetapi ketika gubernur jenderal dijabat oleh J.P. Coen, Pangeran
Wijayakrama diserangnya. Kota Jayakarta direbut dan dibakar. Kemudian di atas
reruntuhan kota Jayakarta, J.P. Coen membangun sebuah kota baru.

Kota baru itu diberinya nama Batavia. Peristiwa tersebut pada tahun 1619. Kota Batavia
itulah yang kemudian menjadi pusat VOC.

Politik Devide et Impera

Setelah memiliki sebuah kota sebagai pusatnya, maka kedudukan VOC makin kuat.
Usaha untuk menguasai kerajaan-kerajaan dan pelabuhan-pelabuhan penting
ditingkatkan. Cara melakukannya dengan politik devide et impera atau politik mengadu
domba.

Mengadu dombakan sesama bangsa Indonesia atau antara satu kerajaan dengan
kerajaan lain. Tujuannya agar kerajaan-kerajaan di Indonesia menjadi lemah, sehingga
mudah dikuasainya. VOC juga sering ikut campur tangan dalam urusan pemerintahan
kerajaan-kerajaan di Indonesia.

Peraturan Dagang VOC

Untuk menguasai perdagangan rempah-rempah, ia memaksakan monopoli, terutama di


Maluku. Dalam usahanya melaksanakan monopoli, VOC menetapkan beberapa
peraturan, yaitu sebagai berikut :

Rakyat Maluku dilarang menjual rempah-rempah selain kepada VOC.

Jumlah tanaman rempah-rempah ditentukan oleh VOC.

Tempat menanam rempah-rempah juga ditentukan oleh VOC.


Agar pelaksanaan monopoli tersebut benar-benar ditaati oleh rakyat, VOC mengadakan
Pelayaran Hongi. Pelayaran Hongi ialah patroli dengan perahu kora-kora, yang
dilengkapi dengan senjata, untuk mengawasi pelaksanaan monopoli di Maluku. Bila
terjadi pelanggaran terhadap peraturan tersebut di atas, maka pelanggarnya dijatuhi
hukuman.

Hukuman terhadap para pelanggar peraturan monopoli disebut ekstirpasi. Hukuman itu
berupa pembinasaan tanaman rempah-rempah milik petani yang melanggar monopoli,
dan pemiliknya disiksa atau bisa-bisa dibunuh.

Bukan main kejamnya tindakan VOC waktu itu. Akibatnya penderitaan rakyat
memuncak. Puluhan ribu batang tanaman pala dan cengkih dibinasakan. Ribuan rakyat
disiksa, dibunuh atau dijadikan budak. Ribuan pula rakyat yang melarikan diri
meninggalkan kampung halamannya, karena ngeri melihat kekejaman Belanda.

Baca juga artikel sejarah VOC di Indonesia lainnya di bawah ini:

Tentang VOC (Vereenigde Oostindische Compagnie)

VOC bangkrut dan Kapitulasi Tuntang

Terbentuknya voc dan perkembangan di indonesia

Tidak sedikit yang meninggal di hutan atau gunung karena kelaparan. Tanah milik rakyat
yang ditinggalkan, oleh VOC dibagi-bagikan kepada pegawainya. Karena kekejaman
tersebut maka timbullah perlawanan di berbagai daerah.
Maluku dalam Kolonialisme

23 Januari 2015 / Rachmat Marsaoly

Maluku zaman kolonial

Maluku: sebuah negeri maritim di negeri timur Indonesia. Suatu negeri dikenal dengan
negeri Seribu Pulau. Ia punya ragam sosial budaya dan kandungan sumber daya alam
yang melimpah. Itu sebabnya di masa silam Kepulauan Maluku selalu dikejar-kejar oleh
berbagai negara asing. Maluku menjadi mata rantai perdagangan dunia di masa itu.
Dengan rempah-rempah (cengkeh dan pala) sebagai komoditi yang paling utama, turut
mewarnai sejarah dunia. Dalam banyak literatur sejarah menyebutkan, dari abad ke-7
pelaut China Dinasti Tang kerap berlayar ke Maluku mencari rempah-rempah. Kemudian
pada abad ke-9 pedagang Arab juga menemukan Maluku setelah terombang-ambing
mengarungi samudera Hidia. Selanjutnya pada abad ke-14 merupakan era perdagangan
rempah-rempah di Maluku. Berbagai macam negara seperti Portugis, Spanyol, Belanda
dan Inggris berlomba-lomba merebutnya. Negeri yang di dalam sejarah sering disebut
sebagai negeri yang di janjikan ini mengundang banyak penggemar kekayaan
berbondong-bondong menyerbunya karena hasil alamnya berlimpah.
Tak pelak pada abad ke 14 sekitar tahun 1512 armada Portugis yang dipimpin oleh
Antonio de Abreu mencapai Banda dari Malaka untuk melihat dan mengambil hasil
kekayaan alam Maluku. Kemudian pada tahun selanjutnya 1513 armada kedua
menyusul di bawa pimpinan kapten Antonio de Miranda Azevedo berhasil masuk
Kepulauan Maluku dan mendirikan pos dagang pertama di Ternate dan Bacan. Dan di
tahun yang berbeda 08 november 1521 pimpinan armada Spanyol Fernando Magalhaes
berlayar dari Filipina ke Tidore. Dari sanalah di mulai perdagangan rempah-rempah
besar-besaran dan sistematis. Puncaknya, di tahun 1596 (akhir abad ke-14), Cornelius de
Houtman dari Belanda memulai pelayaran lagi ke Maluku. Dan masih pada tahun yang
sama, disusul lagi oleh armada Inggris di bawa pimpinan Henry Middleton. Di sini pula
terjadi persaingan sengit antara berbagai negara-negara dunia. Namun, akhir persaingan
itu dimenangkan oleh Belanda. Dan pada tahun 1602 Belanda membentuk VOC, untuk
mengelola monopoli dagang mereka atas rempah-rempah Maluku[1]. Inilah yang
disebut sebagai Kapitalisme rempah-rempah.

Ilustrasi pertempuran kolonial di laut Maluku. Sumber:


https://irvantengku.files.wordpress.com/2014/03/naval-battle-in-the-gulf-of-naples-
1560.jpg

Ilustrasi pertempuran kolonial di laut Maluku.

Sumber: https://irvantengku.files.wordpress.com/2014/03/naval-battle-in-the-gulf-of-
naples-1560.jpg

Bulan berganti bulan, tahun berganti tahun, monopoli kekayaan Maluku oleh para
kolonial senantiasa berlangsung. Para kolonial perlahan-lahan merubah sistem dan
tatanan adat Orang Maluku. Perlawanan dan pemberontakan digencarkan. Maluku
sempat mengalami masa gemilang beberapa waktu. Tapi setelah raja-raja Maluku
tersebut runtuh, cerita lama berulang kembali. Maluku tak dapat menembus dinding
tebal yang bernama kolonial. Setiap pemberontakan rakyat Maluku selalu saja redup
karena Raja-raja Maluku dibuat tunduk di bawa pemerintah kolonial, dan Orang Maluku
dijadikan budak mereka.

Tiba pada tahun 1797, Sultan Nuku muncul sebagai tokoh yang mengobarkan
perlawanan terhadap VOC. Saat itu ia berupaya menaklukkan seterunya di Ternate
dengan menjalin kerja sama dengan EIC (East Indian Company) milik Inggris yang bisa
menjadi tandingan bagi VOC. Perlawanan Nuku kepada VOC Belanda diikuti oleh
kelompok-kelompok dari Raja Ampat, Salawati, Misol, Waigeo, Seram Timur, tanjung
Onin dan Papua. Namun, VOC tak tinggal diam. Dalam menaklukkan kekuatan-kekuatan
lokal di Maluku, pada awal abad ke-17, VOC mengambil alih tradisi hongi dan
memodernkannya dengan kapal-kapal VOC yang dipersenjatai dengan alat yang lebih
baik. Satu armada hongi terdiri atas 46 kora-kora ditambah dengan puluhan kapal VOC,
yang keseluruhannya bisa dari 100 kapal. Armada sebesar itu tujuannya satu, menebar
teror dan menunjukkan kekuatan VOC kepada semua pihak di Maluku[2]. Menurut
sejarah, hubungan orang-orang Papua dengan Tidore telah terjalin dalam waktu yang
panjang jauh sebelum abad ke-16.

Tidak seperti para sultan dan raja Maluku sebelumnya yang patuh terhadap penjajah.
Nuku selalu membuat perlawanan yang tak henti-hentinya. Hingga akhirnya perjuangan
Nuku (1790-1805) __beserta pejuang-pejuang Maluku yang lain__ berakhir. Sistem
kolonial hadir kembali dan di pentaskan lagi di masa-masa selanjutnya, hingga kini.

Sekilas tentang perjalanan sejarah Maluku di atas merupakan bukti Maluku adalah pusat
hegemoni pertama di Indonesia (sebelum Indonesia bagian barat).

Maluku zaman nasional

Sekitar akhir abad ke-18 ketika pusat hegemoni bergeser ke arah barat (dari komoditas
rempah Maluku ke komoditas kayu jati, nila, tebu, kelapa sawit dan tembakau), Maluku
tak lagi di soroti. Eropa mulai menyoroti Indonesia bagian barat terutama Pulau
Sumatera dan Jawa. Di sanalah Belanda merintis perkebunan yang ada di pulau Jawa
dan Sumatera.

Masuk pada abad ke-19 Kolonialisme Belanda hampir menggenjot habis kekayaan yang
ada di Pulau jawa dan Sumatera dengan mengadakan sistem Tanam Paksa. Sedemikian
rupa, kemudian Belanda mulai merancang pusat-pusat pembangunan berupa
dibangunnya rel kereta, Jawa dan Sumatera. Termasuk di bangunnya Jl. Raya Pos
Deandels pada tahun 1808-18011. Semua ini dibuat tidak lain hanya untuk
mempercepat arus investasi.

Berlanjut pada abad ke-20 kebangkitan nasionalisme Indonesia mulai terlihat, yang
berpusat di Jawa. Dan abad itu pula Maluku menjadi pusat persembunyian para anti
kolonialisme. Seperti yang diceritakan dalam Orang-orang Kalah, bahwa ketika para
pejuang Indonesia berhasil mengalahkan kolonialisme, dan pada 17 agustus 1945
Indonesia menyatakan diri merdeka, tak lama kemudian pada tanggal 25 april 1950 para
intelektual Maluku yang dipimpin oleh Dr. Soumokil memproklamirkan Negara Republik
Maluku Selatan (RMS) dan menyatakan diri terpisah dari Republik Indonesia. Pergerakan
untuk memerdekakan RMS ini didukung penuh oleh pihak Belanda. Namun Jakarta
berhasil menundukkan itu.

Dan selama hampir dua dasawarsa (atau sekitar tahun 1960-an) Kepulauan Maluku
praktis dipertimbangkan pada tingkat Nasional dalam kerangka kepentingan strategi
geopolitik dan geomiliter semata-mata. Kepulauan Maluku menjadi sangat penting
ketika Jakarta menjadikannya jumping point merebut Papua barat dari Belanda pada
awal tahun 1960-an. Maluku menjadi barak tahanan politik besar dunia, ketika puluhan
ribu anggota PKI diasingkan ke pulau Buru oleh pemerintah Orde Baru Indonesia[3].

Pada masa berkuasanya Orde Baru Indonesia kemudia memberlakukan sistem ekonomi
dengan model ekonomi pertumbuhan yang diadopsi dari teori ekonomi Ww. Rostow
(baca: Teori Pertumbuhan). Salah satu praktik model ekonomi ini adalah dibukannya
ruang industri dengan sangat meluas di berbagai wilayah Indonesia.

Maluku kembali dimasukkan dalam agenda-agenda pembicaraan nasional, setelah Orde


Baru melancarkan ekspansi modal dan kekuasaanya. Pada tahun 1970-an, penangkapan
ikan tuna di perairan Maluku mulai beroperasi efektif. Berbagai macam konsesi
perusahaan kayu dan tambang di buka di berbagai wilayah timur Indonesia termasuk
Maluku. Dan untuk memperluas ekspansi maka didukung pula dengan dikeluarkannya
Peraturan Direktur Jenderal Agraria dan Transmigrasi Nomor 3 Tahun 1967 Tentang
Penggunaan Tanah di Daerah Transmigrasi dan Hak-hak atas Tanah untuk para
Transmigran dan Keluarganya. Dan berbagai macam peraturan pemerintah Orde Baru
lainnya.

***

Sekarang bila kita hendak bercerita sambil bertanya tentang bagaimanakah wajah
Kepulauan Maluku hari ini, maka isi cerita yang tertuang di dalamnya adalah sebuah
proses penyingkiran dan penghancuran sistem dan budaya orang-orang asli Maluku dari
ruang hidup (tanah) mereka sendiri. Sebuah drama tragis yang dimainkan oleh sebuah
‘sistem baru’ yang hadir merubah sistem dan budaya orang Maluku. Beragam macam
postulat tentang pembangunan, kemajuan dan kesejahteraan yang adalah juga baru
hadir di tengah-tengah masyarakat, membuat mereka seperti merasa baru hidup
kembali, hidup yang sebenar-benarnya, lalu kemudian mula-mula hadirlah asumsi
bahwa kehidupan yang dahulu bukanlah kehidupan yang baik, tertinggal, dan
terbelakang. Inilah yang sangat mengherankan. Dengan sangat tiba-tiba, tanpa secara
aktual diperbicarakan model perspektif tentang kemajuan dan kesejahteraan ini di
kantor, sekolah, warung-warung, di beranda-beranda rumah, hingga (barangkali) di
dalam kamar. Dengan sangat serentak menerima postulat-postulat ini. Kemajuan yang
sejatinya adalah sebuah kemunduran, kesejahteraan yang sesungguhnya ketertindasan.
Semua hal (kemajuan dan kesejahteraan dll) yang menggenjot sadar orang Maluku hari
ini, sebenarnya telah berperan lama dalam sejarah panjang dari Maluku zaman kolonial
hingga Maluku zaman nasional.

Kepulauan Maluku yang dikenal dengan kepulauan rempah-rempah, masih tetap


tumbuh subur di sebagian wilayah Maluku, cengkeh dan pala masih berbunga dan
berbuah lebat, nelayan dan petani masih asyik memanen hasil laut dan kebunnya, para
petani cengkeh dan pala masih menikmati itu, masih tetap memproduksinya demi
kebutuhan ekonomi mereka. Tapi, ada ironi di sana. Negeri yang asas ekonominya
adalah rempah-rempah, nelayan dan petani, kini hanya sebagian kecil Orang Maluku
yang menikmati itu, yang masih memperhatikan sektor riil (pala cengkeh, pertanian dan
nelayan) untuk kebutuhan ekonomi mereka, dan masih menghidupi budaya asalnya.
Dan betapa sengit bila kita memandang nasib orang-orang demikian di negeri Maluku
hari ini. Mereka di pojoki, di musuhi dan kemudian di marjinali oleh sebuah ‘sistem baru’
yang mengganggu tatanan hidup mereka. Dengan ‘senjata ampuh’ mereka
“pembangunan dan modernisasi”, iming-iming kemajuan dan khayalan kesejahteraan.

Dan sekarang predikat ‘Maluku pulau rempah-rempah’ seperti tenggelam dalam lautan
modernisasi dan globalisasi di republik ini, dan kemudian hadir di permukaan
menyandang predikat sebagai ‘Maluku pulau tambang’. Sampai saat ini, berita tentang
kemajuan dan kesejahteraan masih mengaung keras dalam sadar orang Maluku. Segala
yang dapat melenakan orang Maluku dengan konsep-konsep baru tentang
kesejahteraan selalu didukung dan dipertahankan bahkan diperkuat lagi oleh negara
sendiri melalui berbagai reformasi UU dll sebagainya. Terlihat jelas bahwa konsep-
konsep baru ini seperti telah menjadi ideologi yang kuat mengakar. Apa yang terjadi
selama puluhan bahkan ratusan tahun itu samasekali tidak dimengerti dengan jelas oleh
orang Maluku sendiri. Nyaris, dari dahulu hingga kini orang Maluku bukanlah pelaku
utama dalam desain pembangunan dan konsep kemajuan itu. Bahkan yang menyebut
orang Maluku sangat jauh tertinggal dalam konteks pembangunan bukanlah orang
Maluku melainkan orang-orang yang menduduki tempat di dalam ruang-ruang
penciptaan konsep-konsep baru itu. Sedemikian tertinggalnya Maluku itu dalam
perspektif pembangunan, sehingga banyak sekali perencanaan-perencanaan yang diatur
dalam sistem dan agenda-agenda negara. Semua sistem yang ada hari ini adalah sebuah
sistem yang dirancang sedemikian rupa dari zaman kolonial hingga post kolonial (Orde
Baru). Kecuali di masa Orde Lama.

Report this ad

‘’Maluku belumlah dikatakan Maluku yang sejahtera bila pembangunan belumlah


merata’’. Kata-kata itu senantiasa diulang kembali, dan terus diulang dalam banyak
agenda negara. Kata-kata ini kemudian merembes masuk kedalam ruang sadar Orang
Maluku pada umumnya. Dari anak-anak umur dini hingga pada orang tua. Sehingga kata-
kata itu sendiri mencari tempat dan waktunya dalam mentransformasikan bentuk
nyatanya dalam realitas riil.

Maluku, sejak pada zaman kolonial hingga nasional, adalah sebuah pulau yang terus
dikejar SDA dan ‘membunuh mati’ SDMnya. Maluku, dari beberapa pergantian orde,
pasca reformasi hingga sekarang selalu saja, dalam pandagan konsep pembangunan
modern belumlah sempurnah. Maluku selalu menjadi cacat dalam pandangan
pembangunan itu. Ia mesti diubah senantiasa dan didesain selalu. Hingga akhirnya demi
mencapai Maluku yang sebenarnya, ia seperti harus mengorbankan dirinya agar di
‘mutilasi’. Padahal sebaliknya, Maluku benar-benar mengalami aberasi yang jauh dari
wajah asalnya dan watak ekologinya yang sebenarnya. Tapi, sampai sekarang belum ada
suatu status Maluku yang jelas terlihat, kecuali pengalienasian Orang Maluku dari ruang
hidup, pemarjinalan orang-orang Maluku dari sumber-sumber hidupnya. Itu semua
dijalankan demi mencapai tujuan pembangunan modern. Adalah sebuah pengerukan
sumber daya alam habis-habisan oleh beragam macam koorporasi raksasa, hingga yang
tetek bengeknya. Dari perusahaan berlevel multinasional, perusahaan negara (BUMN),
hingga pada yang swasta.

Bila kembali kita membuka sejarah Orang Maluku, bagaimana mereka menjaga
negerinya dari serbuan kolonial, sungguh tak ada celah kosong di sana, kecuali
semuanya bersatu-padu dalam perlawanan dan perjuangan mempertahankan kearifan
ekologisnya sendiri, memperkuat sistem adat istiadatnya agar terjaga murni. Tapi,
bagaimanakah wajah sejarah kita hari ini, seperti apa kearifan ekologisnya dan
bangunan-bangunan artistik yang sarat nilai filosofis. Seperti apakah asas tenurial Orang
Maluku itu. Maka tak bisa kita berharap banyak masih dapat melihat kesejatian wajah
sejarah Maluku itu. Praktik kehidupan sosial-budaya orang Maluku hari ini tak
berbanding lurus dengan ajaran luhurnya yang sebenarnya.

Semakin hari di Maluku semakin diterpa badai eksplorasi dan eksploitasi. Janji-janji
kemajuan dan kesejahteraan berbarengan dengan pengerukan sumber daya alam
Maluku. Industrialisasi merajalela. Koorporasi raksasa dengan bebas menancapkan
kukuhnya di tanah Maluku. Orang Maluku yang tak mengerti apa-apa dengan ‘dunia
baru’ (industrialisasi) yang tiba-tiba masuk itu dan hanya mampuh mengikuti semua
yang ada tanpa mampuh bertanya kembali, merefleksikan ulang tentang eksistensi
‘dunia baru’ (industrialisasi) tersebut. Lahan-lahan pertanian dan perikanan dijual habis
kepada pihak perusahan dengan harga murah. Ruang hidup Orang Maluku nyaris hilang.
Krisis hari ini berlanjut tanpa siapa di yang pandang.

Apa yang mesti dilakukan Orang Maluku atau bahkan Indonesia pada umumnya adalah
memandang ruang hidupnya (tanah) sebagai bagian dari dirinya. Di manapun ruang
hidup yang ia tempati. Membangun intensitas kesadarannya di setiap hari. Sebab,
kapitalisme mutakhir justru bekerja dalam keseharian manusia untuk mengakumulasi
ruang kesadarannya. Dan karena setiap manusia memiliki relasi yang niscaya dengan
alam yang ia tempati. Dibantu dengan membangun diskursus di setiap masing-masing
kampung (tempat). Melakukan riset sejarah dan membuka luas konektivitas ruang
belajar dalam mengkritisi situasi sosial hari ini.

[1] Sumber: Orang-orang Kalah: Kisah Penyingkiran Masyarakat Adat Kepulauan Maluku
(Roem Topatimasan: editor, P.M. Laksono :pengantar)

[2] Sumber: Pemberontakan Nuku, Persekutuan Lintas Budaya di Maluku Papua Sekitar
1780-1810(penulis: Muridan Widjojou, penerbit: Komunitas Bambu, Jakarta)

[3] Sumber: Orang-orang Kalah :Kisah Penyingkiran Masyarakat Adat Kepulauan Maluku
(Roem Topatimasan: editor, P.M. Laksono :pengantar)
Banten merupakan salah satu daerah di pulau jawa. Banten terletak berbatasan dengan
jakarta.pada abad ke 16 banten merupakan salah satu bandar perdagangan di indonesia.
Setelah di kuasainya malaka pada tahun 1511 M. Pelabuhan banten semakin ramai di
kunjunjugi para pedagang dari barat dan timur. Kedatangan bangsa portugis di malaka di
ikuti negara eropa lainnya yaitu belanda yang mendarat di banten 1596 m. Kedatangan
para pedagang belanda di banten yang dipinpin Cornelis Dehoutman awalnya di terima
baik oleh penguasa banten waktu itu. Namun karena sikap kurang bersahabat dan
keinginan memonopoli perdagangan. Sehingga mendapatkan perlawanan dari banten
sehingga rombongan pertama belanda ini berhasil di usir dari banten.

Karena pengusiran oleh banten belanda mengirimkan epedisi kedua ke indonesia.

Dalam ekpedisi ini terdiri dari 8 kapal dan mendarat di banten.rombongan kedua ini di
teima baik oleh banten karena beberapa sebab. Antara lain:

Banten sedang berperang bermusuhan dengan portugis di malaka

Sikap bersahabat dari para pedangan belanda

Kepandaian dalam mengambil hati raja banten

Dengan di terima baiknya pedagang belanda di banten sehingga 3 dari 8 kapal belanda
penuh dengan rempah-rempah pulang kembali ke belanda dan 5 kapa meneruskan
perjaanan ke pulau maluku.Pada tahun 1602 M berdiri persekutuan dagang beanda
(VOC) untuk menperkuat posisi pedagang belanda di indonesia.pedagang belanda
menbangun perwakilan dagangya yang pertama di banten.

Karena letak banten yang strategi sebagai bandar perdagangan internasional


memunculkan keinginan dari voc untuk menguasai banten dan menopoli perdagangan.
Namun niat voc tersebut selalu mengalami kegagalan karena di tentang oleh kerajaan
dan rakyat banten. Untuk menyaingi banten maka belanda menbangun kota pelabuhan
di sunda kelapa (jaya karta). Kemudian di namakan batavia oleh belanda pada tahun
1619 M. Maka terjadilah perebutan posisi sebagai bandar perdagangan internasional
antara banten dengan voc. Sejak itu rakyat Banten sering melakukan serangan-serangan
terhadap VOC.

Pada saat pangeran surya naik tahta 1651 M. Nama lain sultan surya yaitu sultan ageng
tirtayasa.Sultan ageng tirta yasa berusaha memulihkan posisi Banten sebagai
Bandar perdagangan internasional dan sekaligus menandingi perkembangan voc

di Batavia. Ada beberapa usaha yang di lakukan banten untuk menbendung voc di
batavia.antara lain:

Mengundang para pedagang ingris,prancis,denmark dan portugis untuk berdagang di


banten

Mengembangkan hubungan dagang dengan cina,india dan persia

Mengirimkan armada penggangu kapal dagang voc

Menbangu saluran irigasi untuk tranfortasi suplai perang

Untuk menghadapi banten voc menbangun beberapa benteng di daerah batavia


diantaranya benteng norwijk dan lain-lain. Di harapkan dapat membendung serangan
dari luar baik dari darat dan laut. Di tahun 1671 Sultan Ageng Tirtayasa menjadikan
putra mahkota Abdulnazar Abdulkahar menjadi raja atau yang lebih di kenal dengan
nama Sultan Haji. Sultan haji mendapat mandat mengurusi urusan dalam negri dan
sultan

Ageng Tirtayasa bertanggung jawab urusan luar negeri yang di bantu oleh putranya yang
lain yaitu Pangeran Arya Purbaya. Inilah yang nanti jadi bumerang oleh sultan ageng
tirtayasa karena belanda voc mengetahui pembagian kekuasaan ini. Dengan adanya
pembagian kekuasaan menjadi pitu masuk bagi voc untuk menpengaruhi penguasa
banten.

Perwakilan Voc di banten yaitu W.caeft ia mulai mendekati dan merayu sultan haji agar
banten di bawah satu komando. Dia menghasut sultan banten bahwa pewaris tahta
kerajaan nantinya setelah ayahnya meninggal akan di berikan kepada arya purbaya. Dan
sultan ahji akan di singkirkan dari kekuasaan. Kemudian voc menarwankan bantuan
untuk mengambil alih kekuasaan banten secara utuh dan di berikan kepada sultan haji.
Karena adanya adu domba tersebut sultan haji mulai kawatir dia tidak akan di nobatkan
sebagai raja banten. Kemudian dia juga mencurigai ayah dan saudaranya akan
mengambil tampuk kekuasaan dan di berikan kepada arya pengangsang.
Akhirnya sultan haji dan voc menbuat persekongkolan untuk mengambila alih banten
dari ayah dan saudaranya. Vo c menawarkan bantuan bukan tampa pamrih.Voc
menawarkan empat sarat yaitu :

Banten harus menyerahkan cirebon kepada voc

Hak monopoli lada di banten di kuasai oleh voc

Banten harus menbayar 600.000 ringgit apablia mengingkari janjinya

Pasukan banten yang di pesisir dan yang menguasai periangan di tarik ke banten

Sultan haji menyetujui perjanjian tersebut. Akhirnya Pasukan voc dengan bantuan
pasukan sultan haji mulai melakukan penyerangan terhadap posisi pasukan sultan ageng
di suroawan pada tahun 1681 M. Berkat bantuan voc soroawan bisa di kuasai. Sultan
agen tirtayasa menyingkir ke tirta yasa dan menbangun pusat pemerintahan di
sana.Sultan ageng dengan bantuan putranya arya ppurbaya berusaha mengambil alih
kembali kembali banten. Pada tahun 1682 sultan ageng berhasil mengepung istana
banten di suroasam. Dengan di kepungya istan menbuat posisi sultan haji terdesak.

Akhir perang melawan voc

Karena terdesak sultan haji minta bantuan dari voc. Voc mengirimkan pasukan di bawah
pimpinan francois tack. Pasukan voc berhasil mematahkan pengepungan istana banten
dan mendesak pasukan ageng tirtayasa hingga ke benteng tirtayasa.

Kekalahan sultan ageng tirta yasa waktu itu. Disebakan karena persenjatan yang lebih
kuno dari pada yang di pakai voc di tambah pasukan sultan haji.karena terdesak di tirta
yas sultan dan anaknya sultan arya purbaya berhasil meloloskan diri kehutan lebak dan
melanjutkan perjuangan secara gerilya.

Kemudian tentara voc terus menburu sultan agen dan anaknya. Namu karena kelicikan
voc sultan ageng tirtayas berhasil di tangkap pada tahun1683M .lebih kurang setelah
satu tahun tirtayasa berhasil di rebut voc. Sultan agen dan anaknya di tawan di batavia
sampai meninggal tahun 1692 M.

Setelah meninggalnya sultan agen tirtayasa perlawanan rakyat banten terus terjadi
walau dalam skala kecil. Perlawana ini selalu menjadi inpirasi bagi rakyat banten dalam
melawan penjajah. Misalnya tahun 1750 timbul lah=gi perlawanan di banten di bawah
kyai tapa dan ratu bagus.(SI)

KEDATANGAN BANGSA BARAT DAN PERUBAHAN


STRUKTUR EKONOMI INDONESIA
Kapitalisme Eropa dan Kehadiranya VOC di Nusantara
Kapitalisme Eropa membawa dampak yang sangat besar terhadap
perdagangan di Asia Tenggara. Hal ditadai dengan datanganya pertama kali
bangsa portugis di Malaka dan disusul oleh Belanda dan Inggris. Kedatangan
bangsa barat ke Asia Tenggara tidak terlepas dari keadaan di Eropa pada masa itu.
Dimana kekuasaan islam berhasil menguasai perdagangan di Eropa akan tetapi
orang – orang eropa seperti bangsa Portugis berhasil mencapai kemajuan dibidang
teknologi tertentu yang kemudian melibatkan bangsa portugis dalam sala satu
pertualangan mengarungi samudera yang paling berani pada zmaannya. Sehingga
Untuk menjelajah kearahh timur petunjuk didapat melalui informasi – informasi
dari Marcopolo1[1].
Kedatangan portugis di Asia dilatar belakangi kejatuhan konstatinopel
ketangan turki sehingga pusat – pusat perdangangan di Timur Tengah termasuk
sebagian daerah Mediterania dikuasai oleh orang – orang islam. Dengan ini
monopoli perdagangan antara Eropa dan Asia jatuh ketangan orang islam yang
menjual harga rempah - rempah dengan sangat tinggi. Keadaan inilah yang
membuat bangsa Portugis mulai sadar mereka harus mendapatkan rempah –
rempah sendiri dan datang kedunia timur yaitu Indonesia. Keinginan ini juga
tidak terlepas untuk mengembagkan ajaran kristen sekaligus mengahancurkan
kekuasaan islam, apalagi setelah islam menguasai Semenajung Liberia. Sehingga
tahun 1511 Alfonso alburquerque menaklukan Malaka.
Belanda datang ke Asia tahun 1640, sebelum Belanda datang ke Asia
dibawah pimpinan Cornelis De Houtman 1596. Bangsa belanda merupakan
pedagang – pedangan yang mengambil rempah – rempah dari Indonesia di
Lisabon ( Portugal) dan dan memperdagangkan keseluruh Eropa . tahun 1594
Belanda dilarang mengambil rempah – rempah di Lisabon karena ketika itu
Lisabon merupakan wilayah Spanyol yang baru siap melawan Belanda dalam
perang 80 tahun. Karena itulah Lisabon tidak mau menjual rempah – rempah
kepada Belanda sehingga Belanda mencari sendiri pusat rempah – rempah
kedunia timur. Yang memudahkan Belanda sampai kedunia timur adalah buku “
Itinerario oleh Van Linschoten”2[2]. Kedatagan Belanda membuat geram Portugis
yang waktu itu penguasa Selat Malaka dan Rempah di Goa. Belanda berhasil
menduduki Malaka tahun 1641 setelah mengalahkan Portugis.
Inggris tidak begitu melihat persainganya di Malaka karena Inggris juga
tidak bisa menandingi kekuasaan Belanda di Malaka. Perimbangan kekuasaan
setahap demi etahap berubah hal ini dsiebabkan karena revolusi Prancis dan
perang Napeleon di Eropa, dimana tentara Napaleon berhasil menduduki Belanda
dan seluruh daerah jajahan Belanda jatuh ke Tagan Inggris termasuk Asia tengara
dan Inggris memanfaatkan kondisi ini untuk merebut Malaka ( 1975 ) dan
Nusantara (1811). Setelah berakhir perang Napoleon nanti seluruh wilayah
jajahan Belanda dikembalikan kepada Belanda oleh Inggris. Sedangankan di
Nusantara Inggris hanya menduduki Bengkulu.
Kehadiran VOC di Nusantara
Bangsa Belanda datang pertama kali dibawah pimpinan Cornelis
De Houtman tahun 1596 yang mendarat yaitu di Pelabuhan Banten.3[3] Tujuan
kedatangan Belanda ke Indonesia adalah rempah – rempah yang membuat
Belanda memperoleh keuntungan yang sangat besar, Belanda berusaha
mengadakan monopoli perdagangan dan menjajah. Sehingga terjadi pertikaian
yang di alami oleh pedagangan – pedagang Belanda dengan pedagang Eropa
lainya untuk menyelesaikan permasalahan ini dibuatlah sebuah kongsi dagang
dinamakan VOC ( Vereenigde Oast Indische Compagnie) yang didirikan 20 Maret
1602, kongsi dagang ini terdiri dari buka hanya orang Belanda tetapi juga
pedagangan Eropa. Dengan adanya VOC sehingga terjadilah monopoli
perdagangan besar – besaran dan Belanda mendapatkan banyak untung.
Kekuasaan dan Praktek Monopoli VOC di Nusantara ( jaringan
perdagangan VOC di Indonesia ( Maluku, Priangan, Jabar dan
Vorstenlanden)
VOC yang didirikan 20 Maret 1602 mempunyai tujuan yaitu (a),
mengindari persaingan diantara pedagang belanda sendiri (b), menyaingi
pedagang – pedagang lain (c), memperkuat posisi sehingga dapat melaksanakan
monopoli perdagangan rempah – rempah dan membantu Belanda dalam bidang
keuangan. Untuk mengawasi pelaksanaan monopoli perdagang pemerintah
Hindia Belanda menunjuk seorang Gubenur jenderal yaitu Pieter Both, tahun
1603 digantikan oleh Jan Pieterzoon Coen.
Pemerintah Belanda memberi hak oktroi kepada VOC yang meliputi : hak
mopoli perdagang rempah – rempah, hak untuk memeliahara angkatan perang,
hak untuk memerintah wilayah yang diduduki, hak untuk mencetak uang, hak
untuk melakukan perjanjian – perjanjian dengan raja – raja di nusantara, hak
untuk membantu keuangan pemerintah Hindia Belanda.
Dalam waktu yang singkat VOC berkembang pesat seelah berhasil
mendapatkan daerah pengahasil rempah – rempah yaitu Maluku, VOC
memusatkan kedudukan di Ambon, VOC kerja sama dengan sulatan Baabullah
untuk mengusir Portugis dari Maluku dan menjadikan Ambon sebagai pusat
kedudukan. VOC berusaha menguasai perdagangan diseluruh Maluku dan
melaksanakan monopoli perdagangan rempah – rempah.
Upaya – upaya yang dilakukan oleh VOC dalam menguasai perdangangan
: monopoli perdagangan yang sangat merugikan rakyat, Hongi Tochten (
pelayaran hongi) pelayaran menyusuri pantai yang dilengkapi dengan angkatan
perang untuk mengawasi para pedagan Maluku agar tidak menjual rempah –
rempahnya selain VOC, Ekstiparsi yaitu menebang tanaman rempah – rempah
milik penduduk supaya produksi rempah – rempah tidak berlebihan,
Contigenten yaitu rakyat diwajibkan mmbayar pajak berupa hasil bumi,
Leverentie yaitu rakyat wajb menyerahkan pajak berupa hasil bumi didaerah
yang tidak dikuasai VOC, Preanger Stesel yaitu kewajiban bagi rakyat untuk
menanam kopi didaerah pariangan , hasil kopinya nanti dibeli dengan harga yang
telah didtetukan oleh VOC
Di Maluku, VOC berusaha mengusai perdagangan dan memonopoli hal ini
disebabkan Maluku penghasil rempah – rempah di nusantara komoditi ekspor
yang terpenting pada masa itu. Di kepulauan Ambon masyarakat mendapat hak
atas tanah untuk perkebunan cengkeh dan hasil cengekh dijual kepada VOC
dengan harga tertentu sedangkan tanah pusaka hasil alam dipakai oleh keluarga
dan juga VOC mengembang sistem pemerintahan desa serta pendidikan desa
namun disamping itu VOC timbul kepincangan2 sistem “ ekspedisi Hongi”
ekspedisi yang terdiri dari perahu kora2 ini dimiliki oleh negeri masing – maisng
kepulauan ambon untuk mengawasi pulau Seram, buru dan manipa yang dilarang
mengahsilkan cengkeh dan setiap cengkeh dipulau itu ditebang oleh VOC da di
angkut dengan kora – kora tersebut. VOC menjual cengkeh dengan harga yang
sangat tingggi sehingga menguntungkan bagi Belanda. Dengan ini VOC
mendapatkan keutungan yang sangat besar si Maluku namun masih ada usaha
masyarakat untuk menyelundupkan dan melangat peraturan yang dibuat VOC ,
dalam rangka menguasai membasmi penyelendupan VOC membuang, mengusir
dan membantai penduudk pulau Banda tahun 1620 dan berusaha menganti
mereka dengan orang Belanda yang memperkejakan kaum budak
Perubahan penting terjadi sejak tahun 1677, ketika VOC menerapkan
sebuah sistem eksploitasi yang khusus berlaku di Sunda, khususnya Priangan,
yang dikenal dengan istilah Preanger Stelsel. Sistem ini dipahami sebagai sebuah
sistem dimana rakyat Priangan diwajibkan menanam kopi dalam jumlah tertentu,
sebagai kompensasi dari pembebasan membayar pajak dalam bentuk uang, rakyat
Priangan diwajibkan menyetor kopi dalam jumlah tertentu, rakyat Priangan pun
hanya bisa menjual kopi kepada VOC dengan harga yang mereka tentukan
sendiri. Penerapan sistem ini sangat menguntungkan VOC, yang pada gilirannya
berdampak positif bagi surplus perekonomian pemerintah Belanda. Produksi kopi
dari Priangan sangat berpengaruh penting bagi produksi kopi dunia. Produksi
kopi Priangan terus meningkat pada tahun-tahun berikutnya. Jika dibandingkan
dengan keresidenan-keresidenan lain di Pulau Jawa, produksi kopi Priangan
adalah yang paling tinggi
VOC dan Negara – Negara Pantai Per Kotaan
VOC juga berhasil menduduki wilayah Sulawesi Selatan, setelah melalu
perjanjian bonggaya VOC berhasil menguasai melalui Aru Palaka dengan catatan
VOC tidak mencapuri urusan dalam negeri akibat perbuatan yang dilakukan VOC
banyak bangsawan meniggalkan bugis untuk menjadi bajak laut dan menjadi
pansehat raja di Sumatra. Kemudian sebagiannya lagi ada yang menjadi investor
dalam perdagangan Intrerisuler / berbaur dengan masyarakat setempat dan mejadi
musuh bagi VOC.
Di Nusa Tenggara VOC melakukan aktivitas terbatas karena selain flores
( pengahasil kayu cendana) Sawu dan Rote tidak begitu berarti apa – apa bagi
pedagangan, disini VOC mendapat perlawan dari Portugis yang akhirnya
bertahan di Timor – timur. Di Rote VOC mendapat kedudukan yang kuat dan
penduduk banyak memeluk agama kristen sehingga mereka bebas dari
perbudakan dan status naik menjadi anak emas.
Di Pulau Sumatera bagian Utara VOC berhasil menerapkan kekuasaan
dengan memonopoli lad, walaupun Mlaka berhasil direbut oleh Benlanda namun
Aceh dan Johor lawan yang sangat berah bagi VOC untuk mendapatkan
kedudukan di Selat Malaka. Dalam abad ke 18 hegemoni dipantai Barat Sumatera
yaitu padang, Pariaman, dan painan terkenal dengan Lada dan emas masih
dipertahankan sedangkan daerah perdalaman belum tersentuh sama sekali.
Di Pulau Jawa, Banten dan Mataram kekuasaan dipegang oleh VOC ,
didaerah yang dikusai oleh VOC tidak hanya menetapkan monopoli hasil suatu
daerah tetapi juga menetapkan monopoli terhadap barang impor. Disamping itu
VOC juga mendapatkan hak istimewa sebagai ibalan atas bantuan terhadap
penguasa setempat ( menjadi dewan panesehat dan mengurus segala keperluan
raja, menempatkan residen ).

Daftar Pustaka
Ricfles.sejarah indonesia modern 1200-2008.
Marwati Djono, Nugroho. 1984. Sejarah Nasional Indonesia VI.
D.G.E Hall.1984. Sejarah Asia Tenggara.

Materi IPS

Reaksi Bangsa Indonesia Terhadap

Kolonialisme Dan Imperialisme Eropa

Pengertian Kolonialisme

Kolonialisme adalah suatu usaha untuk melakukan system permukiman warga dari
suatu Negara diluar wilayah Negara induknya atau Negara asalnya.

Pengertian Imperialisme

Imperialisme adalah usaha memperluas wilayah kekuasaan atau jajahan untuk


mendirikan imperium atau kekaisaran.

Kolonialisme dan Imperialisme Barat di Indonesia

Bentuk praktik Kolonialisme dan Imperialisme seperti menguasai perdagangan


secara tunggal (monopoli) dan merampas atau menjelajah suatu negeri.

1. Bangsa Portugis Menjajah Indonesia

Pada tahun 1512, bangsa Portugis yang dipimpin oleh Fransisco Serrao mulai berlayar
menuju Kepulauan Maluku. Bahkan pada tahun 1521, Antonio de Brito diberi
kesempatan untuk mendirikan kantor dagang dan beneng Santo Paolo di Ternate
sebagai tempat berlindung dari serangan musuh. Orang-orang Portugis yang semula
dianggap sebagai sahabat rakyat ternate berubah menjadi pemeras dan musuh.

2. Bangsa Belanda Menjajah Indonesia

Proses penjajahan bangsa Belanda terhadap Indonesia memakan waktu yang sangat
lama, yaitu mulai dari tahun 1602 sampai tahun 1942. Keinginan Belanda untuk
melakukan monopoli dibidang perdagangan dikawasan Nusantara, ternyata tidak
hanya merupakan keingan Belanda sendiri, tetapi juga negara lainnya, seperti Inggris.
Bahkan Inggris telah mendahului langkah VOC dengan membentuk sebuah
perserikatan dagang untuk kawasan Asia di tahun 1600 yang diberi nama EIC (East
India Company), yang mana telah menimbulkan kekawatiran dikalangan para
pedagang Belanda sehingga persaingan yang tadinya ada diantara mereka sendiri
berubah menjadi kesepakatan untuk membentuk sebuah badan dagang guna
membendung EIC.

Untuk menghilangkan persaingan antar pedagang Bealnda dan untuk mengahdapi


persaingan dagang dengan bangsa Eropa lainya, maka pada tanggal 20 Maret 1602,
atas prakarsa Pangeran Maurits dan Olden Barneveld didirikan kongsi perdagangan
bernamaVerenigde Oost-Indische Compagnie-VOC (Perkumpulan Dagang India Timur).
Pengurus pusat VOC terdiri dari 17 orang. Pada tahun 1602 VOC membuka kantor
pertamanya di Banten yang di kepalai oleh Francois Wittert.

Tujuan pendirian VOC ialah menghilangkan persaingan antara sesama pedagang


Belanda, menyatukan pedagang Belanda, dan mencari keuntungan besar. VOC juga
diberikan hak istimewa (octroi) seperti hak memonopoli perdagangan, mencetak
uang, mengangkat dan memperhentikan pegawai, mengadakan perjanjian dengan
raja-raja, memiliki tentara untuk mempertahankan diri dan juga membentuk angkatan
perang, mendirikan benteng, menyatakan perang dan damai, mengangkat dan
memberhentikan penguasa-penguasa setempat, wewenang untuk membuat undang-
undang dan peraturan, serta membentuk pengadilan (Raad van Justitie) dan
mahkamah agung (Hoog Gerechtshof).

Pengaruh Kolonialisme dan Imperialisme Barat di Berbagai Daerah di Indonesia

Kolonialisme dan Imperialisme mulai merebak di Indonesia sekitar abad ke-15, yaitu
diawali dengan pendaratan bangsa Portugis di Malaka dan bangsa Belanda yang
dipimpin Cornelis de Houtmen pada tahun 1596, untuk mencari sumber rempah-
rempah dan berdagang.

1. Perlawanan Rakyat terhadap Portugis

Kedatangan bangsa Portugis ke Semenanjung Malaka dank e Kepulauan Maluku


merupakan perintah dari negaranya untuk berdagang.

a. Perlawanan Rakyat Maluku

Setelah Portugis pada tahun 1511 berhasil menduduki Malaka, Portugis melanjutkan
misi dagangnya menuju Maluku. Di kepulauan Maluku terdapat Kerajaan Ternate dan
Kerajaan Tidore yang menghasilkan remah-rempah. Portugis diperbolehkan
mendirikan benteng sebagai kantor dagang. Akan tetapi terjadi penyimpangan,
Portugis menjadikan benteng itu sebagai basis pertahanan untuk menguasai dan
menjajah daerah Ternate. Portugis memaksa Sultan Ternate, yaitu Sultan Hairun untuk
menerima kekuasaan Portugis, dan hanya menjual cengkih dan pala kepada Portugis.

Tentu saja sikap seperti ini sangat ditentang oleh Sultan Hairun. Ketika Sultan Hairun
akan membicarakan masalah perdagangan dengan Portugis ini, beliau dibunuh secara
licik. Terbunuhnya, Sultan Hairun jelas memancing kemarahan rakyat Ternate. Sultan
Baabullah yang menggantikan Sultan Hairun bersumpah akan mengusir Portugis dari
Ternate. Untuk itu, Sultan Baabullah mengerahkan tentara dan segenap kekuatannya
mengepung benteng Portugis, hingga akhirnya Portugis menyerah dan dipaksa
meninggalkan Ternate tahun 1575. Setelah terusir dari Ternate, kemudian Portugis ke
Ambon hingga dikalahkan oleh Belanda pada tahun 1605.

b. Perlawanan rakyat Demak

Tindakan Portugis yang memonopoli perdagangan rempah-rempah di Selat Malaka,


sangat merugikan rakyat Indonesia di berbagai daerah, termasuk Demak. Keadaan ini
mendorong rakyat Demak untuk bangkit mengadakan perlawanan terhadap Portugis.
Raden Patah segera menyusun kekuatan untuk mengusir tentara Portugis yang ada di
Malaka. Pada tanggal 1 Januari 1513, Kerajaan Demak mengirimkan pasukan yang
berkekuatan 100 perahu dan 10.000 prajurit untuk menyerang Portugis di Malaka.
Pasukan Demak dipimpin oleh Dipati Unus (Pangeran Sabrang Lor). Dalam serangan
tersebut, tentara Demak tidak berhasil mengusir Portugis dari Malaka, bahkan mereka
mengalami kekalahan. Kekalahan tersebut disebabkan oleh persenjataan Portugis
yang lebih lengkap dibandingkan dengan persenjataan yang dimiliki pasukan Demak.
Pada tahun 1527, pasukan Demak di bawah pimpinan Fatahillah kembali menyerang
Portugis yang dipimpin oleh Henri Lame di Sunda Kelapa. Dalam pertempuran
tersebut, Demak berhasil mengalahkan pasukan Portugis dan mengusir mereka dari
Sunda Kelapa.

c. Perlawanan rakyat Aceh

Kedudukan Portugis di Malaka merupakan ancaman bagi kerajaan-kerajaan islam di


Indonesia, terutama Kerajaan Aceh yang daerah kekuasaannya berdekatan dengan
Malaka. Pada saat itu, Aceh yang berada di bawah pimpinan Sultan Iskandar Muda
mencapai puncak kejayaannya. Namun, sejak meninggalnya Sultan Iskandar Muda,
keadaan Kerajaan Aceh mengalami kemunduran, terutama setelah adanya persaingan
dengan para imperialis Barat (1630). Sejak tahun 1569, Portugis berusaha
menghancurkan Aceh dengan mengepungnya selama tiga tahun. Tetapi, tentara Aceh
berhasil menghancurkan Portugis. Hancurnya armada Portugis diawali dengan
penyerangan terhadap kapal-kapal Portugis di selat Malaka oleh tentara Aceh.
Serangan tersebut berhasil mengusir Portugis dari Malaka. Kolonial Barat yang
mencoba menjajah Aceh bukan hanya Portugis.

2. Perlawanan Rakyat terhadap Belanda (VOC)

a. Perlawanan Rakyat Makasar

Perlawanan terhadap kolonialisme Belanda dilakukan oleh Kerajaan Gowa dan Tallo,
yang kemudian bergabung menjadi Kerajaan Makassar. Kerajaan Makassar, mencapai
puncak kejayaannya pada masa pemerintah Sultan Hasanuddin tahun 1654-1669.
Abad ke-17 Makassar menjadi pesaing berat bagi Kompeni VOC pelayaran dan
perdagangan di wilayah Indonesia Timur. Setelah mendapatkan berdagang, VOC mulai
menunjukkan perilaku dan niat utamanya, yaitu mulai mengajukan tuntutan kepada
Sultan Hasanuddin. Pertempuran antara rakyat Makassar dengan VOC terjadi.
Pertempuran pertama terjadi pada tahun 1633. Pada tahun 1654 diawali dengan
perilaku VOC yang berusaha menghalang-halangi pedagang yang akan masuk maupun
keluar Pelabuhan Makassar mengalami kegagalan. Pertempuran ketiga terjadi tahun
1666-1667, pasukan kompeni dibantu olehpasukan Raja Bone (Aru Palaka) dan
pasukan Kapten Yonker dari Ambon. Angakatan laut VOC, yang dipimpin oleh
Spleeman. Pasukan Aru Palaka mendarat din Bonthain dan berhasil mendorog suku
Bugis agar melakukan pemberontakan terhadap Sultan Hasanudin. Penyerbuan ke
Makassar dipertahankan oleh Sultan Hasanudin. Sultan Hasanudin terdesak dan
dipaksa untuk menandatangani perjanjian perdamaian di Desa Bongaya pada tahun
1667.

Factor penyebab kegagalan rakyat Makassar adalah keberhasilan politik adu domba
Belanda terhadap Sultan Hasanudin dengan Aru Palaka. Membantu Trunojoyo dan
rakyat Banten setiap melakukan perlawanan terhadap VOC

b. Perlawanan Pangeran Diponegoro

Sikap Belanda yang selalu turut campur terhadap pemerintahan kerajaan, sangat tidak
disukai oleh Pangeran Diponegoro yang merupakan Bangsawan Kerajaan Mataram,
terlebih lagi ketika melihat Belanda mulai menerapkan budaya-budaya Barat yang
bertentangan dengan Agama Islam di lingkungan Keraton. Pangeran Diponegoro mulai
menyusun kekuatan yang diawali dengan mengajak kalangan bangsawan yang sama-
sama menentang Belanda. Kemudian ia pun mengajak rakyat yang telah menderita
akibat kesewenang-wenangan Belanda untuk bergabung melawan penjajah. Untuk
mendukung perjuangannya, Pangeran Diponegoro meninggalkan keraton dan
menetap di Tegalrejo. Langkah tersebut dilakukan untuk menunjukkan bahwa ia tidak
suka pada sikap keraton dan Belanda. Sikap tersebut menimbulkan kekhawatiran
dikalangan keraton dan Belanda.

Kebencian Pangeran Diponegoro kepada Belanda semakin besar dengan perbuatan


Belanda yang mematok tanah makam leluhur Diponegoro untuk dijadikan jalan.
Kemudian Pangeran Diponegoro mengganti patok-patok tersebut dengan tombak-
tombak sebagai tantangan kepada Belanda.

Akhirnya pada tanggal 25 Juni 1825, Belanda menyerang Diponegoro di Tegalrejo.


Untuk mendukung perlawanan menghadapi Belanda, Pangeran Diponegoro dan
pasukannya membangun benteng pertahanan di Selarong. Diponegoro dan
pasukannya memiliki keyakinan bahwa ia dan pasukannya dapat mengalahkan
Belanda. Keyakinan tersebut semakin kuat ketika orang-orang seperti Pageran
Mangkubumi, Sentot Alibasyah Prawirodirdjo, dan Kiai Mojo bergabung dalam
perjuangannya. Kiai Mojo berhasil mengobarkan semangat jihad rakyat di daerah
Yogyakarta, Surakarta, Bagelen, dan sekitarnya.Pada tahun 1826, terjadi pertempuran
di Ngalengkong. Pasukan Pangeran Diponegoro mendapatkan kemenangan. Oleh para
pengikutnya, Pangeran Diponegoro dinobatkan menjadi Sultan dengan gelar “Sultan
Abdul Hamid Herutjokro Amirul Mukminin Sayidin Panatagama Khalifatullah Tanah
Jawa”.

Ketika berlangsung pertempuran di Gawok, terjadi perselisihan antara Pangeran


Diponegoro dengan Kiai Mojo. Pangeran Diponegoro mengusulkan strategi perang
gerilya dan mengusulkan agar permasalahan pemerintahan dengan keagamaan harus
dipegang oleh satu orang, agar satu sama lain saling membantu dan tidak dapat
dipisahkan. Namun, pandangan Pangeran Diponegoro bertolak belakang dengan
pendapat Kiai Mojo yang mengusulkan agar masalah pemerintahan dan keagamaan
harus dipisahkan. Mengenai Siasat perang, Kiai Mojo lebih menyukai perang terbuka.

Akibat dari perbedaan pendapat tersebut, akhirnya satu-persatu pengikut Pangeran


Diponegoro meninggalkan Kiai Mojo, sedangkan Kiai Mojo dan Sentot Alibasyah yang
sama-sama menginginkan perang terbuka pergi memisahkan diri. Pada akhir
November 1828, Kiai Mojo ditangkap dan Sentot Alibsyah menyerah pada bulan
Oktober 1828. Perang Diponegoro telah menguras biaya dan jatuh banyak korban
bagi pihak Belanda, begitu juga dipihak Pangeran Diponegoro. Untuk mengakhiri
perang tersebut, mereka sepakat untuk berunding. Sekitar bulan Februari 1830,
Kolonel Cleerens berhasil mengadakan perundingan dengan Pangeran Diponegoro.
Perundingan dilanjutan pada bulan Maret 1830 di Magelang dengan Letnan Jenderal
Hedrik Markus Baron de Kock. Namun, dalam perundingan tersebut Pangeran
Diponegoro dikhianati oleh Belanda. Mereka menangkap Pangeran Diponegoro
beserta pengikutnya. Ia dibuang ke Manado, lalu dipindahkan ke Makasar. Pangeran
Diponegoro meninggal dunia di sana pada tanggal 8 Januari 1855.

c. Perang Sisingamangaraja XII (1870-1907)

Pada saat Sisingamangaraja memerintah Kerajaan Bakara, Tapanuli, Sumatera Utara,


Belandadatang. Belanda ingin menguasai Tapanuli. Sisingamangaraja beserta rakyat
Bakara mengadakan perlawanan. Tahun 1878, Belanda menyerang Tapanuli. Namun,
pasukan Belanda dapat dihalau oleh rakyat. Pada tahun 1904 Belanda kembali
menyerang tanah Gayo. Pada saat itu Belanda juga menyerang daerah Danau Toba.
Pada tahun 1907, pasukan Belanda menyerang kubu pertahanan pasukan
Sisingamangaraja XII di Pakpak. Sisingamangaraja gugur dalam penyerangan itu.
Jenazahnya dimakamkan di Tarutung, kemudian dipindahkan ke Balige.

d. Perang Aceh (1873-1906)

Sejak terusan Suez dibuka pada tahun 1869, kedudukan Aceh makin penting baik dari
segi strategi perang maupun untuk perdagangan. Belanda ingin menguasai Aceh. Sejak
tahun 1873 Belanda menyerang Aceh. Rakyat Aceh mengadakan perlawanan di bawah
pemimpin-pemimpin Aceh antara lain Panglima Polim, Teuku Cik Ditiro, Teuku
Ibrahim, Teuku Umar, dan Cut Nyak Dien. Meskipun sejak tahun 1879 Belanda dapat
menguasai Aceh, namun wilayah pedalaman dan pegunungan dikuasai pejuang-
pejuang Aceh. Perang gerilya membuat pasukan Belanda kewalahan. Belanda
menyiasatinya dengan stelsel konsentrasi, yaitu memusatkan pasukan supaya
pasukannya dapat lebih terkumpul. Belanda mengirim Dr. Snouck Hurgronje untuk
mempelajari sistem kemasyarakatan penduduk Aceh. Dari penelitian yang dibuatnya,
Hurgronje menyimpulkan bahwa kekuatan

Aceh terletak pada peran para ulama. Penemuannya dijadikan dasar untuk membuat
siasat perang yang baru. Belanda membentuk pasukan gerak cepat (Marchose) untuk
mengejar dan menumpas gerilyawan Aceh. Dengan pasukan marchose Belanda
berhasil mematahkan serangan gerilya rakyat Aceh. Tahun 1899, Teuku Umar gugur
dalam pertempuran di Meulaboh. Pasukan Cut Nyak Dien yang menyingkir ke hutan
dan mengadakan perlawanan juga dapat dilumpuhkan. Dari beberapa perlawanan
yang dilakukan oleh rakyat di berbagai daerah pada awalnya mengalami kemenangan
tetapi pada akhirnya mengalami kekalahan. Hal itu disebabkan karena beberapa hal
antara lain :

1. Rakyat tidak bersatu, tetapi berjuang secara kedaerahan


2. Rakyat mudah diadu domba, ingat politik devide et impera (politik adu domba)

3. Kurangnya persenjataan

Sumber : Ry Wibisono, http://huntercommunity44.blogspot.com/2013/12/contoh-


makalah-kolonialisme-dan.html

Nilai Informatif

Pada awalnya, kedatangan bangsa-bangsa Eropa ke Indonesia diterima dengan baik


oleh rakyat Indonesia. Namun, semakin lama bangsa-bangsa Eropa tersebut
menunjukan sikap yang kasar. Selain itu, mereka mulai menguasai dan memonopoli
perdagangan rempah-rempah di Indonesia. Lambat-laun rakyat Indonesia mulai
menunjukan sikap permusuhan kepada kekuasaan bangsa Eropa. Perlawanan demi
perlawanan dilakukan oleh rakyat Indonesia.

Berikut ini adalah faktor-faktor yang mendorong rakyat Indonesia melakukan


perlawanan:

1. Sikap bangsa Barat yang ingin menguasai kekayaan alam dan menjajah rakyat
Indonesia

2. Keinginan untuk hidup aman dan tenteram.

3. Keinginan untuk berdaulat di wilayah sendiri.

4. Sistem kolonialisme dan imperialisme sangat membelenggu kehidupan rakyat


Indonesia.

Walaupun berbagai perlawanan telah dilakukan oleh rakyat dan penguasa di berbagai
daerah, namun selalu mengalami kegagalan. Faktor-faktor penyebab kegagalan rakyat
Indonesia dalam melawan penjajah adalah sebagai berikut:

1. Sumber daya manusia bangsa Indonesia yang lemah jika dibandingkan dengan
sumber daya manusia bangsa Barat (penjajah).

2. Perjuangan dalam melawan penjajah kurang terorganisir.

3. Kurangnya sarana komunikasi antardaerah, sehingga tidak ada gerakan serempak


untuk melawan penjajah.

4. Semakin kuatnya unsur kedaerahan, sehingga rakyat mudah dipecah-belah oleh


penjajah.
5. Senjata yang dimiliki Indonesia kalah canggih dengan bangsa Barat

Nilai Edukatif

Nilai pendidikan yang dapat diambil dari reaksi dan perlawanan bangsa Indonesia
terhadap kolonialisme dan imperialisme bangsa asing yaitu apabila kita memiliki
sesuatu cita-cita yang mengandung nilai-nilai kebenaran maka haruslah kita
perjuangkan. Risiko dan tantangan apa pun harus kita hadapi dalam memperjuangkan
sebuah kebenaran. Apabila kita sungguh-sungguh dan serius dalam memperjuangkan
sebuah kebenaran, maka pada suatu saat perjuangan kita akan ada hasilnya.

Nilai Inspiratif

Reaksi bangsa Indonesia terhadap kaum kolonialisme dan imperialisme dalam


mempertahankan wilayah Indonesia patut diteladani. Semangat pantang menyerah
dan rela berkorban demi kepentingan bangsa yang lebih besar. Mereka tidak hanya
mengorbankan harta benda yang mereka miliki, tetapi juga rela mengorbankan jiwa
dan raga mereka hanya untuk hidup aman dan tentram dan juga untuk berdaulat di
wilayah sendiri. Kesadaran politik yang muncul dalam semangat perjuangan mereka,
telah menjauhkan pikiran, sikap dan tindakan mereka dari kepentingan-kepentingan
yang bersifat kepentingan golongan, kelompok apalagi individu.

Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda

Langganan: Posting Komentar (Atom)

Happy Cute Box F

Anda mungkin juga menyukai