Pada permulaan abad pertengahan, bangsa Eropa sudah mengenal hasil / komoditas dagang dari Indonesia, yaitu
rempah-rempah.Rempah-rempah dari Indonesia masuk ke wilayah Eropa melalui perdegangan secara berantai.
Jatuhnya kota Konstantinopel ke tangan penguasa Turki Usmani menutup perdagangan di Laut Tengah bagi orang-
orang Eropa, keadaan ini menyebabkan perdagangan antara dunia Timur dengan Eropa menadi mundur,sehingga
barang-barang yang sangat dibutuhkan oleh orang-orang Eropa menjadi berkurang di pasaran Eropa,terutama
rempah-rempah.
Pada akhir abad ke-15 dan permulaan abad ke-16 pelaut-pelaut Eropa berhasil menjelajahi samudera dan sampai ke
negeri-negeri baru seperti Amerika, Afrika, Asia Timur, termasuk Indonesia.
Faktor-faktor yang mendorong orang-orang Eropa mengadakan penjelajahan samudera pada akhir abad ke-16
diantaranya:
Pada awalnya, tujuan kedatangan bangsa Eropa ke Indonesia hanya untuk membeli rempah-rempah dari para
petani Indonesia. Namun, dengan semakin meningkatnya kebutuhan industri di Eropa akan rempah-rempah,
mereka mengklaim daerah-daerah yang mereka kunjungi sebagai daerah kekuasaannya. Di tempat-tempat ini,
bangsa Eropa memonopoli perdagangan rempah-rempah dan mengeruk kekayaan alam sebanyak mungkin.
Dengan memonopoli perdagangan rempah-rempah, bangsa Eropa menjadi satu-satunya pembeli bahan-bahan
ini. Akibatnya, harga bahan-bahan ini pun sangat ditentukan oleh mereka. Untuk memperoleh hak monopoli
perdagangan ini, bangsa Eropa tidak jarang melakukan pemaksaan. Penguasaan dilakukan terhadap penguasa
setempat melalui suatu perjanjian yang umumnya menguntungkan bangsa Eropa. Selain itu, mereka selalu
turut campur dalam urusan politik suatu daerah. Bangsa Eropa tidak jarang mengadu domba berbagai
kelompok masyarakat dan kemudian mendukung salah satunya. Dengan cara ini, mereka dengan mudah dapat
mempengaruhi penguasa untuk memberikan hak-hak istimewa dalam berdagang.
1. Bangsa Portugis
Ekspedisi pertama untuk mencari jalan langsung ke Indonesia dirintis oleh bangsa Portugis dan Spanyol.
Bangsa-bangsa lain seperti Inggris, Prancis, dan Belanda baru melakukan ekspedisi setelah kedua bangsa ini
menemukan jalan ke Indonesia.
Orang Portugis pertama yang mencoba mencari jalan baru ke Indonesia adalah Bartholomeus Diaz. Ia
meninggalkan Portugal pada tahun 1486. Ia menyusuri pantai barat Afrika hingga tiba di Tanjung Harapan
baik, namun ia gagal mencapai Indonesia. Setelah Bartholomeus Diaz menemukan jalan ke timur di Tanjung
Harapan Baik (Afrika Selatan), upaya mencari jalan ke Indonesia diteruskan oleh armada-armada Portugis
berikutnya.
Armada Portugis berikutnya yang mencoba berlayar ke Indonesia dipimpin oleh Vasco da Gama. Mereka
berangkat pada tahun 1497 dan berhasil melewati Tanjung Harapan Baik. Sewaktu tiba di Pelabuhan Malinda
(Afrika Timur), mereka bertemu dengan pedagang-pedagang Arab dan India. Namun, jalan ke Asia Tenggara
tetap dirahasiakan oleh para pedagang tersebut. Oleh karena itu, orang-orang Portugis melanjutkan
perjalannya menyusuri pantai timur Afrika. Mereka harus melewati perairan dengan ombak yang sangat besar.
Daerah itu terletak di timur laut Afrika terutama di sekitar Ujung Tanduk. Oleh karena itu, daerah ini disebut
Guadafui (berhati-hatilah).
Ekspedisi ini kemudian berhasil melewati selat di ujung selatan Laut Merah yang disebutnya Bab el Mandeb
(Gapura Air Mata). Pada tahun 1498, Vasco da Gama tiba di Kalikut (India). Sejak saat itu, perdagangan antara
orang Eropa dan India tidak lagi melalui jalur Laut Tengah melainkan melalui pantai timur Afrika.
Lalu mereka ingin menjelajahi daerah timur lainnya yakni Malaka dan Maluku. Pada waktu itu, di Asia Tenggara
terdapat salah satu daerah pusat perdagangan yang sangat ramai dikunjungi. Daerah tersebut adalah Malaka
sedangkan daerah sumber rempah-rempahnya adalah Maluku. Bagi Portugis, cara termudah menguasai
perdagangan di sekitar Malaka termasuk di Maluku adalah dengan merebut atau menguasai Malaka.
Kolonialisme Portugis di Indonesia dimulai sejak kedatangan Alfanso d’Albuquerque di Maluku. Pada tahun
1511, ekspedisi Portugis di bawah pimpinan Alfonso d’Albuquerque berhasil menaklukkan Malaka. Dari sana,
mereka menuju Maluku dan diterima dengan baik oleh raja Ternate. Mereka diperkenankan berdagang dan
membangun benteng di ternate.
2. Bangsa Spanyol
Pelopor bangsa Spanyol yang mencari jalan langsung ke Indonesia adalah Christopher Columbus, ia berjalan
kearah barat. Setelah dua bulan, ia sampai di sebuah pulau yang kemudian dinamakan San Salvador. Columbus
gagal mencapai India.
Setelah Columbus gagal menemukan India, ekspedisi Spanyol selanjutnya ke daerah rempah – rempah
dipelopori oleh Ferinand Magellan. Pada tahun 1519 Magellan berangkat melalui Samudera Atlantik. Setelah
melewati ujung Amerika Selatan, ia masuk ke Samudera Pasifik. Ia tiba di Filipina pada tahun 1521. Saat
mencoba mengatasi perang antarsuku di Cebu,Magellan terbunuh,Ia digantikan oleh
Del Cano.Dalam perjalanan kembali ke Spanyol, mereka singgah di Tidore. Sejak saat itu, terjalin kerja sama
antara Spanyol dan Tidore. Kerja sama itu dalam hal perdagangan yang diperkuat dengan dibangunnya
benteng Spanyol di Tidore. Kondisi tersebut tentu menyebabkan antara Portugis dan Spanyol saat itu, Portugis
merasa terancam dengan hadirnya Spanyol di Tidore. Hal ini diperkuat dengan kenyataan bahwa Tidore dan
Ternate telah lama bermusuhan. dengan alasan tersebut,Portugis yang didukung pasukan Tidore. Benteng
Spanyol di Tidore dapat direbut Portugis. Namun, berkat perantara Paus di Roma, Portugis dan Spanyol
akhirnya mengadakan perjanjian yang disebut Perjanjian Zaragosa. Berdasarkan perjanjian Maluku dikuasai
Portugis dan Filipina dikuasai Sepanyol.
3. Bangsa Inggris
Kedatangan bangsa Inggris dirintis oleh Francis Drake dan Thomas Cavendish. Dengan mengikuti jalur yang
dilalui Magellan, pada tahun 1579 Francis Drake berlayar ke Indonesia. Armadanya berhasil membawa
rempah-rempah dari Ternate dan kembali ke Inggris lewat Samudera Hindia. Perjalanan beriktunya pada tahun
1586 oleh Thomas Cavendish melewati jalur yang sama.
Pengalaman kedua pelaut tersebut mendorong Ratu Elizabeth I meningkatkan pelayaran internasioalnya. Hal
ini dilakukan dalam rangka menggalakan ekspor wol, menyaingi perdagangan Spanyol, dan mencari rempah-
rempah. Ratu Elizabeth I kemudian memberi hak istimewa kepada EIC (East Indian Company) untuk
mengurus perdagangan dengan Asia. EIC kemudian mengirim armadanya ke Indonesia. Armada EIC yang
dipimpin James Lancestor berhasil melewati jalan Portugis (lewat Afrika). Namun, mereka gagal mencapai
Indonesia karena diserang Portugis dan bajak laut Melayu di selat Malaka.
Awal abad ke 17, Inggris telah memiliki jajahan di India dan terus berusaha mengembangkan pengaruhnya di
Asia Tenggara, kahususnya di Indonesia. Kolonialisme Inggris di Hindia Belanda dimulai tahun 1604. menurut
catatan sejarah, sejak pertama kali tiba di Indonesia tahun 1604, EIC mendirikan kantor-kantor dagangnya. Di
antaranya di Ambon, Aceh, Jayakarta, Banjar, Japara, dan Makassar.
Walaupun demikian, armada Inggris tidak mampu menyaingi armada dagang barat lainnya di Indonesia dagang
Barat lainnya di Indonesia, seperti Belanda. Mereka akhirnya memusatkan aktivitas perdagangannya di India.
Mereka berhasil membangun kota-kota perdagangan seperti Madras, Kalkuta, dan Bombay.
4. Bangsa Belanda
Armada Belanda yang pertama berusaha mencapai Indonesia dipimpin Van Neck, namun ekspedisi ini gagal.
Kemudian, pada tahun 1595 armada Belanda dipimpin Cornelis de Houtman dan Pieter de Kaizer berangkat
menuju Indonesia. Mereka menyusuri pantai barat Afrika lalu sampai ke Tanjung Harapan Baik. Dari sana,
mereka mengarungi Samudera Hindia dan masuk ke Indonesia melalui Selat Sunda lalu tiba di Banten.
Armada ini tidak diterima oleh rakyat Banten karena Belanda bersikap kasar. Selain itu, hubungan antara
Banten dan Portugis masih baik.
Dari Banten, armada ini bermaksud menuju Maluku untuk membeli rempah-rempah namun gagal mencapai
Maluku. Cornelis de Houtman tiba kembali di negerinya pada tahun 1597. ia disambut sebagai penemu jalan ke
Indonesia.
Setelah Cornelis, armada Belanda datang ke Indonesia susul menyusul. Hal ini mengakibatkan lalu lintas
Indonesia – Belanda menjadi ramai. Armada Belanda yang pertama mencapai Maluku adalah armada kedua.
Mereka berhasil melakukan pembelian remapah-rempah disana.
Pada awalnya, Belanda gagal persaingan dengan Portugis, baik di Maluku maupun di pelabuhandi Indonesia.
Namun, karena armada Belanda semakin hari semakin bertambah, sedikit demi sedikit armada Portugis mulai
terdesak. Akhirnya Portugis terusir dari Maluku menandai era kolonialisme Belanda di Indonesia. Sejak itu,
pedagang-pedagang Belanda semakin banyak yang datang ke Maluku.
Untuk mengatasi persaingan diantara pedagang-pedagang Belanda sendiri, pada tahun 1602 dibentuk VOC
(Vereenigde OostIndische Compagnie) atau persekutuan Dagang Hindia Timur. VOC dipimpin oleh De Heren
Zuventien (Dewan Tujuh Belas) dengan Pieter Both sebagai gubernur jenderal yang pertama.
Semula VOC berpusat di Ambon. Namun, sejak kepemimpinan Gubernur Jenderal Jan Pieterzoon Coen, pusat
VOC dipindah ke Jayakarta yang kemudian berganti nama menjadi Batavia.
Untuk memperkuat kedudukan VOC di Indonesia, pemerintah Belanda memberikan hak-hak istimewa. Hak-hak
istimewa VOC tersebut antara lain :
Bangsa Eropa datang ke Asia termasuk Indonesia karena mereka ingin berdagang, menyalurkan jiwa
penjelajah, dan menyebarkan agama. Untuk itu, bangsa-bangsa Eropa mencari jalan baru dengan mengarungi
samudera. Pelapornya adalah bangsa Portugis dan Spanyol. Pelaut-pelaut terkenal dari Portugis adalah
Bartholomeus Diaz dan Vasco da Gama. Sedangkan pelaut dari Spanyol adalah Columbus dan Magellan. Bakat
kepeloporannya, Portugis dan Spanyol berhasil menguasai jalur berlayar, terutama untuk mencari kekayaan.
Indonesia sebagai daerah penghasil rempah-rempah menjadi rebutan. Akhirnya, bangsa-bangsa Eropa tersebut
berhasil menjajah Indonesia. Belanda adalah bangsa yang paling lama berkuasa dan paling banyak mengeruk
keuntungan perdagangan di Indonesia dibandingkan bangsa Portugis dan Inggris
Peperangan yang berlangsung di Indonesia, seperti Perang Paderi dan Perang Diponegro telah menggerogoti
buruknya keuangan Belanda. Selama Perang Diponegoro yang berkecemuk pada tahun 1825-1830, pemerintah
Belanda terus berusaha memperbaiki keadaan ekonominya, namun tidak berhasil. Akhirnya pemerintah Hindia
Belanda mengirim seorang ahli keuangan bernama Johannes Van den Bosch ke Indonesia. Setelah
mengadakan penelitian di Hindia Belanda, ia mulai menerapkan rencananya yang dinamakan Sistem Tanam
Paksa atau Cultuur Stelsel.
Peraturan-peraturan pokok Tanam Paksa adalah sebagai berikut.
rakyat harus menanami 1/5 dari tanah yang dimilikinya dengan tanaman ekspor seperti kopi, tebu, teh
dan tembakau,
hasil tanaman harus dijual kepada pemerintah dengan harga yang ditetapkan pemerintah,
tanah yang ditanami tanaman ekspor tersebut bebas dari pajak tanah,
kaum petani tidak boleh disuruh bekerja lebih keras daripada bekerja untuk penanaman padinya,
rakyat yang tidak memiliki tanah dikenalkan kerja rodi selama 65 hari setiap tahun di tanah milik
pemerintah,
kerusakan tanaman menjadi tanggungan pemerintah, apabila itu bukan karena kesalahan rakyat.
Pelaksanaan Tanam Paksa
Melalui sistem itu, Belanda memperoleh hasil yang besar dengan modal yang kecil. Pelaksanaan tanam paksa
diserahkan kepada kepala-kepala daerah yang mendapat Cultuur Procenten atau hadiah menurut banyaknya
hasil. Oleh karena itu, rakyat diperas oleh kepala-kepala daerah bangsa sendiri dengan harapan akan
mendapatkan Cultuur Procenten dari Belanda.
Sepintas peraturan tanam paksa ini tidak begitu berat dirasakan oleh rakyat kalau dibandingkan dengan
peraturan kerja rodi pada zaman Daendels, dan peraturan pajak pada zaman Raffles. Bahkan hal ini dirasakan
oleh para petani merupakan suatu keuntungan karena akan mendapat keringanan dan akan menerima uang
tunai meskipun dengan harga murah. Akan tetapi dalam prakteknya semua peraturan tersebut dilanggar.
Pertama, bukan 1/5 dari tanah petani yang ditanami, tetapi 1/4, 1.3, bahkan setengah dari tanah milik petani
digunakan untuk tanaman ekspor. Bahkan penanaman tersebut memilih tanah-tanah yang dubur. Kedua, tanah
yang dipakai untuk keperluan penanaman tanaman ekspor tersebut tetap dikenakan pajak. Ketiga, para petani
harus menghabiskan sebagian besar waktunya untuk mengerjakan tanaman pemerintah, sehingga tidak ada
waktu untuk menggarap sawahnya sendiri. Keempat, para kepala daerah merasa tergiur dengan cultuur
procenten, akibatnya mereka mulai berlomba-lomba mengusahakan daerahnya agar memberikan hasil
sebanyak mungkin. Ulah mereka itu mengakibatkan rakyat semakin menderita. Kelima, kegagalan panen akibat
hama atau banjir pada kenyataannya menjadi beban petani. Keenam, bukan 65 hari lamanya rakyat harus
bekerja rodi, melainkan menurut keperluan pemerintah.
2. Imperialisme
Berasal dari kata latin “imperare” yang artinya menguasai.Orang yang menguasai disebut imperator
yang berarti raja atau penguasa. Imperium adalah daerah yang dikuasai imperator. Imperator
menguasai bangsa yang mendiami wilayah imperium dengan alasan agar mereka merasa lebih
aman atau lebih sejahtera. Jadi imperialisme adalah suatu sistem penjajahan langsung dari suatu
negara terhadap negara lain. Penjajahan dilakukan dengan jalan membentuk pemerintahan jajahan
atau dengan menanamkan pengaruh dalam semua bidang kehidupan daerah yang dijajah.
Walaupun kolonialisme dan imperialisme berasal dari kata dan pengertian yang berbeda namun
dalam prakteknya berarti satu yaitu penjajahan oleh bangsa satu terhadap bangsa lain.
Kolonialisme lebih diartikan pada proses pembentukan atau penguasaan wilayah, sedangkan
imperialisme lebih diartikan pada praktek penjajahannya.
b. Macam-macam Imperialisme
Pada umumnya imperialisme dapat dibedakan menjadi 2 macam dengan perbedaan sebagai berikut :
Pembeda Imperialisme kuno Imperialisme modern
1. Waktu Terjadi sebelum revolusi industri (abad 18) Terjadi setelah revolusi industri
2. Tujuan Glory (mencari kejayaan)
3. Gold (mencari kekayaan)
4. Gospel (menyebarkan agama kristen)
5. Mencari daerah baru untuk :
tempat mencari bahan mentah/baku industry
pemasaran hasil indutri
tempat penanaman modal
D. Perebutan Hegemoni bangsa Eropa Ke Indonesia
1. Masa Pemerintah Republik Bataaf (1800-1811)
A. Pemerintahan Daendels (1808-1811)
Herman Willem Daendels merupakan gubernur jendral pertama Belanda di Hindia Belanda.
Daendels di tunjuk oleh Louis Napoleon sebagai gubernur jendral pada tahun 1808. Ia bertugas
menjalankan kekuasaan dan pemerintahan Kerajaan Belanda di Hindia Belanda. Herman Willem
Daendels merupakan salah satu patriot Belanda yang sangat terpengaruh semangat Revolusi Prancis.
Kebijakan-kebijakan Daendels selama di Hindia Belanda mencakup bidang-bidang berikut.
1. Bidang Pertahanan dan Keamanan
a. Membangun benteng-benteng pertahanan baru.
b. Membangun pelabuhan militer (pangkalan Angkatan Laut) di Ujung Kulon, Merak, dan
Surabaya.
c. Memperbanyak jumlah pasukan perang.
d. Membangun jalan raya dari Anyer-Panarukan sepanjang 1.100 km yang di kenal dengan
nama Groote Post-weg atau jalan raya Pos Daendels.
e. Membangun kembali armada pertahanan di Surabaya dan Batavia.
2. Bidang Politik dan Pemerintahan
a. Membentuk secretariat Negara untuk membereskan masalah administrasi.
b. Membentuk kantor pengadilan di Batavia dan Surabaya.
c. Memindahkan pusat pemerintahan dari Batavia ke Weltevreden.
d. Mengganti raja-raja yang di anggap menghalangi kepentingan Belanda dan mengangkat raja-
raja baru yang sesuai dengan keinginan Belanda, misalnya di Kesunanan Surakarta dan
Kesultanan Yogyakarta.
e. Merombak sistem feudal dan menggantinya dengan sistem pemerintahan Barat modern.
f. Mengangkat penguasa daerah sebagai pegawai pemerintahan colonial.
3. Bidang Peradilan
a. Membagi tiga jenis peradilan, yaitu peradilan untuk orang-orang Belanda dan Eropa; peradilan
untuk orang-orang Timur Asing; serta peradilan untuk orang-orang pribumi.
b. Membuat peraturan untuk pemberantasan korupsi.
4. Bidang Ekonomi
a. Mengeluarkan uang kertas.
b. Membentuk Dewan Pengawas Keuangan.
c. Menjual tanah-tanah kepda pihak swasta atau partikelir (Tionghoa/Arab).
d. Melakukan pemungutan pajak-pajak swasta.
e. Menerapkan penyerahan wajib berupa hasil bumi.
B. Pemerintahan Janssens (1811)
Setelah Daendels ditarik dari jabatannya, Louis Napoleon menunjuk Jan Willem Janssens.
Jassens pernah menjabat sebagai gubernur jendral di wilayah Tanjung Harapan pada tahun 1802-
1806.
Pada 28 Agustus 1811 Inggris berhasil menduduki Batavia. Janssens melarikan diri ke
Semarang tetapi akhirnya menyerah pada Inggris. Pengakuan kekalahan Belanda kepada Inggris ini
terjadi di Tuntang,Salatiga, pada tanggal 18 September 1811 yang ditandai dengan
penandatanganan Kapitulasi Tuntang. Isi Kapitulasi Tuntang sebagai berikut.
1. Pulau Jawa dan sekitarnya yang dikuasai Belanda diserahkan kepada Inggris.
2. Semua tentara Belanda menjadi tawanan Inggris.
3. Orang-orang Belanda dapat di pekerjakan dalam pemerintahan Inggris.
2. Perkembangan Kolonialisme Inggris di Indonesia (1811-1816)
Inggris mulai menduduki Indonesia sejak keberhasilannya mengalahkan pasukan Gubernur Jendral
Jassens pada 1811. Setelah berhasil mengalahkan Belanda, Gubernur Jendral EIC wilayah Asia yang
berkedudukan di Kalkuta,India,Lord Minto, menunjuk Thomas Stamford Raffles sebagai letnan gubernur
untuk menjalankan pemerintah di Indonesia.
Sebagai tokoh dari golongan liberal Raffles menginginkan adanya perubahan dalam berbagai bidang.
Perubahan tersebut diwujudkan Raffles melalui kebijakan berikut.
1. Bidang Pemerintahan
a. Menjalin hubungan baik dengan penguasa-penguasa local yang anti terhadap Belanda
b. Membagi Pulau Jawa menjadi delapan belas keresidenan.
c. Mengangkat para Bupati sebagai pegawai pemerintah sehingga mereka mendapat gaji dalam
bentuk uang.
2. Bidang Ekonomi
a. Memberlakukan sistem sewa tanah (landrente).
b. Menghapus segala bentuk penyerahan wajib hasil bumi.
c. Menghapus sistem kerja rodi dan perbudakan.
d. Melaksanakan monopoli
e. Menetapkan desa sebagai unit administrasi pemerintahan.
f. Menjual tanah kepada pihak swasta dan melanjutkan usaha penanaman kopi.
g. Memberi kebebasan dalam usaha perdagangan dengan member kesempatan rakyat untuk
menanam tanaman-tanaman yang laku dipasar internasional.
Saat menduduki Indonesia pemerintahan Raffles mampu melakukan hal-hal positif bagi
bangsa Indonesia. Hal-hal yang dilakukan Raffles di Indonesia sebagai berikut.
a. Menulis buku sejarah Pulau Jawa berjudul The History of Java.
b. Istri Raffles yang bernama Olivia Marianne merintis Kebun Raya Bogor.
c. Berperan dalam perkumpulan kebudayaan dan ilmu pengetahuan.
d. Menemukan tanaman endemic Indonesia, Rafflesia Arnoldi (bunga bangkai).
e. Mengangkat kembali Sultan Sepuh sebagai Sultan Yogyakarta.
Sistem tanam paksa menyebabkan terjadinya penderitaan rakyat. Para petani hidup dalam
kemiskinan dan kelaparan. Sistem tanam paksa memberikan keuntungan melimpah bagi
pemerintah Kolonial Belanda. Keadaan ini terbukti ketika pada tahun 1832-1867 jumlah
keuntungan yang di peroleh pemerintah Belanda mencapai angka sekira 967 juta gulden, jumlah
yang cukup besar pada masa itu.
4. Kritik terhadap Pelaksanaan Tanam Paksa
Pelaksanaan tanam paksa tidak dapat dilepaskan dari berbagai kritikan. Beberapa tokoh
seperti Douwes Dekker, Baron van Hoevel, dan Fransen van der Putte mengutarakan kritik
kepada pemerintah Belanda. Douwes Dekker menyampaikan kritik melalui bukunya yang berjudul
Max Havelaar, Fransen van der Putte mengkritik melalui buku Suiker Contracten, dan Baron van
Hoevel menyampaikan langsung melalui pidato-pidatonya di depan parlemen Belanda.