b
u
jh
m
ip
e
o
d
In
t
k
r
y
s
a
M PETA KONSEP
Amatilah gambar di atas. Gambar tersebut memperlihatkan salah satu peninggalan pada
masa kolonialisme dan imperialisme bangsa-bangsa Eropa di Indonesia. Kedatangan bangsa-
bangsa Eropa ke Indonesia disemangati oleh 3G (gold, glory, dan gospel).
Pada abad ke-16 sampai ke-19, rempah-rempah sangat dibutuhkan di Eropa dan senilai
dengan emas. Hal tersebut turut mendorong bangsa-bangsa Eropa melakukan perdagangan ke
daerah penghasil rempah-rempah. Namun, karena tergiur keuntungan yang besar, lambat laun,
bangsa Eropa melakukan kolonialisme dan imperialisme di Indonesia yang kaya akan rempah-
rempah.
Dalam kurun waktu yang sangat lama, Indonesia mengalami praktik kolonialisme dan
imperialisme. Namun, kondisi tersebut menumbuhkan semangat kebangsaan di berbagai daerah.
Persatuan dan kesatuan bangsa pun perlahan mulai muncul. Untuk mengetahui secara lebih
mendalam mengenai masyarakat Indonesia pada masa penjajahan hingga mulai tumbuhnya
semangat kebangsaan, marilah kita pelajari bab ini.
Di awal bab, kita akan membahas kedatangan negara-negara Eropa ke Indonesia.
Selanjutnya, akan dibahas perubahan dan kesinambungan masyarakat Indonesia pada masa
pemerintahan kolonial. Di akhir bab, akan dibahas perihal tumbuh dan berkembangnya semangat
kebangsaan.
A. Kedatangan Bangsa Eropa dan Perlawanan Bangsa Indonesia
1. Latar Belakang Kedatangan Bangsa Eropa ke Indonesia
Secara umum, kedatangan bangsa Eropa ke Asia, termasuk Indonesia,
dilatarbelakangi oleh keinginan berdagang, menjela daerah baru dan berpetualang,
serta menyebarkan agama. Bangu Eropa memang dikenal sebagai bangsa
penjelajah, terutama un menemukan daerah-daerah baru.
a. Daya Tarik Indonesia bagi Bangsa Barat
Bangsa Eropa yang datang ke Asia, biasanya, ingin berdagang menjelajah,
dan menyebarkan agama. Barang dagangan utama yang mereka incar adalah
rempah-rempah, seperti lada, pala, dan cengkih Pala dan cengkih terdapat di
Maluku, sedangkan lada terdapar d Banten.
Ketika bangsa Eropa datang ke Indonesia, perdagangan d wilayah
Indonesia sebenarnya telah terjadi, baik antardaerah hingga secara
internasional. Misalnya, Jepara, sebelum tahun 1511, pernah mengekspor
sekitar 3.000 ton beras ke Malaka. Selain beras perdagangan antarwilayah
meliputi rempah-rempah, perhiasan, dan kain. Jalur perdagangan terjadi
melalui daratan dan lautan Para penguasa daerah saat itu diperkirakan
memiliki monopoli arm Orang Por perdagangan komoditas tertentu.
b. Bangsa Spanyol
Pelopor bangsa Spanyol untuk mencari jalan langsung ke Indonesia adalah
Christopher Columbus (orang Italia yang berlayar atas nama kerajaan
Spanyol). Ia berlayar dari Spanyol ke arah barat pada tahun 1492. Setelah dua
bulan, ia sampai di sebuah pulau yang kemudian dinamakan San Salvador.
Pulau ini terletak di wilayah Kepulauan Bahama, Columbus, awalnya, ingin
mencapai India. tetapi gagal.
Pelaut lain, Ferdinand Magellan, dipilih Raja Charles I dari Spanyol untuk
mencari jalur menuju Kepulauan Maluku yang dikenal juga dengan nama
Kepulauan Rempah-Rempah (Spice Islands). Pada tahun 1519, Magellan
berangkat melalui Samudra Atlantik. Setelah melewati ujung Amerika
Selatan, ia masuk ke Samudra Pasifik. Magellan dan para awak kapal tiba di
Filipina pada bulan Februari 1521. Ketika mencoba mengatasi perang
antarsuku di Cebu, Magellan terbunuh. Ia kemudian digantikan oleh juan
Sebastian Elcano.
Ekspedisi yang dimulai Magellan akhirnya tiba di Kepula Maluku pada
bulan November 1521. Mereka singgah di Tidore dan bertemu dengan Sultan
Tidore. Sejak saat itu, terjalur kerja sama antara Spanyol dan Tidore. Kondisi
tersebut menyebabkan pertentangan antara Portugis dan Spanyol karena kedua
negeri mengklaim Kepulauan Maluku sebagai milik mereka. Selanjutnya
perselisihan kedua negara diselesaikan dengan Perjanjian Zaragosa (1529).
Berdasarkan perjanjian tersebut, Kepulauan Maluku dikuasai Portugis
sedangkan Filipina dikuasai Spanyol.
c. Bangsa Inggris
Kedatangan bangsa Inggris ke Indonesia dirintis oleh Francis Drake dan
Thomas Cavendish. Dengan mengikuti jalur yang dilalui Magellan, pada
tahun 1577 Francis Drake berlayar ke Indonesia. la singgah di Maluku,
Sulawesi, dan Jawa. Armadanya berhasil membawa rempah-rempah dari
Ternate dan kembali ke Inggris lewat Samudra Hindia. Perjalanan berikutnya
dilakukan pada tahun 1586 oleh Thomas Cavendish melewati jalur yang sama.
Awal abad ke-17, Inggris telah memiliki koloni di India dan terus
berusaha mengembangkan pengaruhnya di Asia Tenggara, khususnya di
Indonesia. Kolonialisme Inggris di Indonesia dimulai ahun 1601 dengan
ekspedisi yang berhasil kembali ke Inggris membawa lada. Menurut catatan
sejarah, kongsi dagang Inggris, EIC (East India Company), sejak awal abad
ke-17 telah mendirikan kantor-kantor dagangnya. Misalnya, di Banten, Aceh,
Makassar, dan Maluku. Namun, armada Inggris tidak mampu menyaingi
armada dagang Barat lainnya di Indonesia, seperti Belanda. Pada tahun 1682.
Belanda berhasil mengusir Inggris dari Banten dan merebut perdagangan lada.
Pada akhir abad ke-17, Inggris telah terusir dari berbagai wilayah di
Indonesia.
Inggris akhirnya memusatkan aktivitas perdagangannya di India. Mereka
berhasil membangun kota-kota perdagangan, seperti Madras. Kalkuta, dan
Bombay.
d. Bangsa Belanda
Ekspedisi Belanda yang pertama berusaha mencapai Indonesia
berlangsung pada tahun 1595 dipimpin Cornelis de Houtman. Mereka
menyusuri pantai barat Afrika lalu sampai ke Tanjung Harapan Baik.
Selanjutnya, mengarungi Samudra Hindia dan kapal tiba di Filpi masuk ke
Indonesia melalui Selat Sunda, lalu tiba di Banten pada tahun 1596. Armada
ini tidak diterima oleh rakyat Banten karena Belanda bersikap kasar. Setelah
itu, Cornelis de Houtman kembali dan tiba di negerinya pada tahun 1597
dengan membawa lada. la disambut sebagai penemu jalan ke Indonesia.
Ekspedisi berikutnya dipimpin oleh Jacob Corneliszoon van Neck pada
tahun 1598 dan mencapai Kepulauan Maluku. Ekspediá ini berhasil membawa
rempah-rempah dan memberikan keuntungan besar. Berbagai armad Belanda
kemudian datang ke Indonesia dengan susul menyusul. Tahun 1602 dibentuk
VOC (Vereenigde Oost-Indische Compagnie) atau Persekutuan Dagang
Hindia Timur VOC dipimpin oleh Heeren XVII (Dewan Tujuh Belas). Untuk
memperkuat kedudukan VOC di Indonesia, pemerintah Belanda memberikan
hak-hak istimewa. Hak-hak istimewa VOC tersebut antara lain: