Latar Belakang
Hak dasar ini tidak boleh diabaikan, dikurangi atau dirampas oleh
siapapun. Jika terjadi pelanggaran terhadap hak ini, harus diungkap dan
ditelusuri sehingga hak-hak korban yang telah hilang tersebut bisa
dikembalikan kepada keadaan semula.
1
Perhatian yang besar terhadap masalah Hak Asasi Manusia ini
ditunjukkan pula dengan dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 39
Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia dan disusul dengan keluarnya
UndangUndang Nomor 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan Hak Asasi
Manusia sebagai upaya penyelesaian kasus pelanggaran hak asasi
manusia di masa lalu.
BAB II
PEMBAHASAN
5
Di dalam peradaban Islam juga dikenal dengan hadirnya
Piagam Madinah yang dibentuk serta disepakati oleh Nabi
Muhammad SAW dengan para penduduk Kota Madinah. Pada
Piagam Madinah tersebut berisi perjanjian serta kesepakatan yang
berisi pengakuan bahwa setiap orang/manusia yang tinggal di kota
Madinah adalah sama dan memiliki hak serta kewajiban yang
sama antara Nabi Muhammad, Kaum Muhajirin, Kaum Anshar,
Komunitas Yahudi serta suku-suku lain seperti Suku Auz dan
Suku
Khazraj yang berada di kota Madinah sehingga mereka
yang membuat perjanjian dan kesepakatan tersebut bersepakat
untuk saling memberikan perlindungan antara satu kelompok
dengan kelompok yang lain. Anti diskriminasi yang menjadi isu
7
tersebut memuat tentang penegasan serta pembatasan terhadap
kekuasaan raja serta dihilangkannya hak raja untuk
melaksanakan kekuasaan terhadap siapa pun, atau untuk
memenjarakan, menyiksa dan mengirimkan tentara kepada
siapa pun tanda adanya dasar hukum.
9
Pada awal pertumbuhannya, hukum internasional hanya
merupakan hukum yang mewadahi pengaturan tentang
hubungan antara negara-negara belaka.Subyeknya
sangateksklusif, yakni hanya mencakup negara. Entitas- entitas
yang lain, termasuk individu,hanya menjadi objek dari sistem
itu,atau penerima manfaat (beneficiary) dari sistemtersebut.
Individu, sebagai warga negara, tunduk sepenuhnya kepada
kewenangannegaranya. Dalam arti ini, negara tentu dapat saja
membuat ketentuan-ketentuan demikepentingan warga
negaranya (individu), namun ketentuan-ketentuan semacam itu
tidakmemberikan hak-hak substantif kepada individu yang
dapat mereka paksakan melaluiprosedur pengadilan. Negara-lah
yang membela hak atau kepentingan warga negaranyaapabila
mendapat perlakuan yang bertentangan dengan aturan atau
perlakuan semenamenadarinegaralainnya.
2) Penghapusan perbudakan
13
itu dalam memprakarsai dua konvensi internasional untuk
melindungikorban perang dan perlakuan terhadap tawanan
perang, yang dikenal dengan Konvensi Jenewa. Prakarsa dan
usaha-usaha Palang Merah Internasional ini berlanjut
melewatidua perang dunia dan sesudahnya. Organisasi
internasional ini telah mensponsori sejumlah konvensi yang tidak
semata-mata menangani status dan perlakuan terhadappara
prajurit yang berperang, tetapi juga perlakuan terhadap penduduk
sipil pada masa perang dan
pembatasan terhadap cara-cara berperang (conducts of war).
Singkatnya organisasi internasional ini telah berjasa
melahirkan apa yang sekarang kita kenal dengan hukum
humaniter internasional (international humanitarian law).
17
(Protokol Pilihan Kovenan Hak-hak Sipil dan Politik) disebut
sebagai instrumen pokok karena kedudukannya yang sentral
dalam corpus hukum hak asasi manusia internasional.
19
memuat secara lengkap hak-hak ekonomi dan sosial,
merumuskan tanggung jawab negara yang berbeda
dibandingkan dengan Kovenan Internasional tentang Hak Sipil
dan Politik. Jadi sebetulnya dua Kovenan ini dibuat untuk
menjawab masalah-masalah praktis berkaitan dengan
perlindungan hak asasi manusia.
21
Perkembangan pemikiran hak asasi manusia di Indonesia
terdiri dari beberapa periode diantaranya adalah sebagai berikut:
1) Periode 1908-1945
23
secara demokratis, bebas dan fair.
d) Parlemen mulai menunjukkan kelasnya sebagai wakil
rakyat serta mengontrol pemerintah dimana terjadinya
kabinet jatuh bangun.
3) Periode 1959-1966
25
Tahun 1999 tentang pencabutan Undang-Undang Subversi,
terbitnya Undang-Undang Nomor 29 Tahun 1999 tentang
Ratifikasi Konvensi Anti Diskriminasi, terbitnya Undang-
Undang nomor
39 tentang Hak Asasi Manusia, terbitnya Undang-undang
Nomor 26 tentang Pengadilan HAM, terbitnya Undang-
Undang No. 27 Tahun 2004 tentang Komisi Kebenaran dan
Rekonsiliasi, adanya ratifikasi konvensi hak sipil dan politik
dan adanya rativikasi konvensi hak ekonomi, sosial dan
budaya.
b) Tahap penataan aturan secara konsisten
27
f. Convention Againts Torture and Other Cruel, In Human or
Degrading Treatment of Punishment(CAT), atau Konvensi
Menentang Penyiksaan dan Perlakuan atau Penghukuman
Lain yang Kejam, Tidak Manusiawi dan Merendahkan
Martabat Manusia.
g. Convention on the Rights of the Child (CRC), atau Konvensi
tentang Hak Anak. Konvensi tentang Hak anak disahkan
oleh Majelis Umum PBB pada tanggal 20 November 1989
yang bertujuan agar adanya standar
universal bagi hak-hak anak, adanya perlindungan
terhadap anak- anak dari tindakan penyia-nyiaan,
eksploitasi dan penyalahgunaan.
h. Convention on the Protection for Migrant Workers and
Their Families(CMW), atau Konvensi tentang
Perlindungan Pekerja Migran dan Keluarga Mereka.
i. Convention on the Rights of Persons with Dissabilities
(CRPD), atau Konvensi tentang Penyandang Disabilitas.
Dalam konvensi ini bertujuan untuk merubah paradigma
masyarakat terhadap kaum disabilitas dari pendekatan
pelayanan berdasarkan belas kasihan (charity) menjadi
pemenuhan HAM dengan pemberian perlindungan secara
menyeluruh dan tidak adanya tindakan diskriminatif serta
memberikan kesempatan bagi kaum disabilitas untuk ikut
berpartisipasi dan menjadi bagian yang tak terpisahkan
dalam kehidupan masyarakat.
j. International Convention for Protection of All Persons from
Enforced Disappearence(CEO), atau Konvensi
Internasional tentang Perlindungan Semua Orang dari
Penghilangan Secara Paksa.
29
Instrumen UDHR diterjemahkan di Indonesia dengan Deklarasi
Universal Hak Asasi Manusia (DUHAM). DUHAM merupakan
dokumen pengakuan internasional terhadap hak asasi manusia.
DUHAM dideklarasikan melalui Resolusi Majelis Umum PBB
(A/RES/217 (III) pada tanggal 10 Desember 1948.Atas tercapainya
deklarasi tersebut, maka selanjunya tanggal dan bulan tersebut
ditetapkan sebagai hari Hak Asasi Manusia
Internasional.DUHAM juga menjadi instrumen payung bagi
instrumen hak asasi manusia lainnya. Artinya keseluruhan
instrumen HAM lain merujuk pada DUHAM tersebut.
DEKLARASI
UNIVERSAL HAK-HAK
ASASI MANUSIA
Mukadimah
31
tertinggi dari rakyat biasa,
Majelis Umum,
33
sendiri maupun oleh bangsa- bangsa dari wilayah-
wilayah yang ada di bawah kekuasaan hukum mereka.
Pasal 1
Pasal 2
Pasal 3
Pasal 4
Pasal 5
Pasal 6
35
Pasal 7
Pasal 8
Pasal 9
Pasal 10
Setiap orang, dalam persamaan yang penuh, berhak
atas peradilan yang adil dan terbuka oleh pengadilan
yang bebas dan tidak memihak, dalam menetapkan hak
dan kewajiban-kewajibannya serta dalam setiap
tuntutan pidana yang dijatuhkan kepadanya.
Pasal 11
Pasal 12
37
Tidak seorang pun boleh diganggu urusan pribadinya,
keluarganya, rumah-tangganya atau hubungan suart-
menyuratnya dengan sewenang-wenang; juga tidak
diperkenankan melakukan pelanggaran atas
kehormatan dan nama baiknya. Setiap orang berhak
mendapat perlindungan hukum terhadap gangguan
atau pelanggaran seperti ini.
Pasal 13
Pasal 14
Pasal 15
Pasal 16
39
fundamental dari masyarakat dan berhak
mendapatkan perlindungan dari masyarakat dan
Negara.
Pasal 17
Pasal 18
Pasal 20
Pasal 21
Pasal 22
Pasal 23
Pasal 24
Pasal 25
43
(1) Setiap orang berhak atas tingkat hidup yang
memadai untuk kesehatan dan kesejahteraan
dirinya dan keluarganya, termasuk hak atas
pangan, pakaian, perumahan dan perawatan
kesehatan serta pelayanan sosial yang
diperlukan, dan berhak atas jaminan pada saat
menganggur, menderita sakit, cacat, menjadi
janda/duda, mencapai usia lanjut atau keadaan
lainnya yang mengakibatkannya kekurangan
nafkah, yang berada di luar kekuasaannya.
Pasal 26
Pasal 27
Pasal 28
Pasal 29
Pasal 30
a. Prinsip non-diskriminasi.
Prinsip ini dimaknai sebagai larangan dalam
melakukan pembedaan, pengucilan atau pembatasn
yang dibuat berdasarkan status jenis kelamin untuk
menikmati seluruh kategori hak asasi manusia.
b. Prinsip tanggung jawab Negara
1. Instrumen Nasional
51
komprehensif telah menampung perlindungan dan
pemenuhan HAM dari generasi HAM pertama yang
berkaitan dengan hak-hak sipil dan politik, generasi HAM
kedua yang berkaitan dengan hak-hak sosial dan ekonomi
dan generasi HAM ketiga berkaitan dengan hak-hak kategori
kolektif. Namun, demikian amandemen kedua Undang-
Undang Dasar 1945 masih menuai protes salah satunya
pemuatan asas non retroaktif, yaitu asas tidak dapat dituntut
atas hukum yang tidak berlaku surut, padahal Indonesia saat
itu menghadapi tuntutan penyelesaian pelanggaran HAM
masa lalu (Sri Astuti, 2005: 21-23).
3. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi
Manusia.
55
pendidikan, prinsip- prinsip penyelenggaran pendidikan,
tanggung jawab negara terhadap pendidikan dan lainnya.
Didalam pasal 11 dinyatakan bahwa Pemerintah dan Pemda
wajib memberikan layanan dan kemudahan, serta menjamin
terselenggarannya pendidikan yang bermutu bagi setiap
warga tanpa diskriminasi. Selanjutnya Pada ayat (2)
ditegaskan bahwa pemerintah dan Pemda wajib menjamin
tersedianya dana guna terselenggaranya pendidikan bagi
setiap warga negara yang berusia tujuh tahun sampai dengan
lima tahun, dan lain-lainnya.
7. Undang-Undang Nomor 24 tahun 2003 Tentang Mahkamah
Konstitusi.
267
terhadap korban kekerasan rumah tangga tidak hanya
dibebankan kepada polisi tetapi juga diperbolehkannya
pertolongan oleh masyarakat. Korban kekerasan berhak untuk
mendapatkan perlindungan dari tenaga kesehatan, pekerja
sosial, relawan, pendamping dan atau pembimbing rohani
(Pasal 39).
269
pengembangannya yang memerlukan perlindungan Hak Cipta
terhadap kekayaan intelektual yang lahir dari keanekaragaman
tersebut. Pengaturan ini menegaskan soal penjiplakan dan
berbagai pembalakan satu karya.
271
2004), dan penyelesaian perselisihan hubungan industrial
(UU No. 2 tahun 2004). Secara umum, Undang-Undang
ketenagakerjaan di atas mendapatkan kritik yang substansial
dari serikat pekerja.
1965/4 Januari
1969)
3. International (Aksesi) Undang-Undang
Covenant on 23 Nomot 11
Economic, Social Februari Tahun 2005 tentang
and Cultural 2006 Pengesahan
Rights
(16Desember Kovenan Internasional
1966/3 Januari tentang Hak-
1976) hak Ekonomi, Sosial dan
Budaya (28 Oktober
2005)
4. International (Aksesi) Undang-Undang Nomor
Covenant on 23 12 tentang Pengesahan
Civil and Februari Kovenan Internasional
Political 2006 tentang Hak HakSipil
Rights (16 dan Politik (28
Desember Oktober2005)
1966/23 Maret
1976)
5. ILO Convention (Ratifika Keppres Nomor 83
No. 87 Concerning si) 9 Juni Tahun 1998tentang
Freedom of 1998 Pengesahan Konvensi
272
Association Nomor 87 tentang
Kebebasan
and Protection of Berserikatdan
the Right to Perlindungan Hak
Organize (9 Juli Untuk Berorganisasi (22
1948/4 Juli 1950) Juni 1998)
6. ILO Convention (Ratifika Undang-Undang
No. 105 si) 7 Juni Nomor 19
Concerning 1999 Tahun 1999
tentangPengesahan
the Abolition Konvensi ILO
of Forced Labor MengenaiPenghapusan
(25 Juni Kerja Paksa (7 Mei1999)
1957/17 Januari
1959)
7. ILO Convention No. (Ratifikas Undang-Undang
138 Concerning i) 7 Juni Nomor 20
Minimum Age For 1999 Tahun 1999
Admission to tentangPengesahan
Employment (26 Juni Konvensi ILO
1973/19 Juni 1976) MengenaiUsia Minimum
Untuk
DiperbolehkanBekerja
8. ILO Convention No. (Ratifikas Undang-Undang
111 Concerning i) 7 Juni Nomor21 Tahun 1999
Discrimination 1999 tentang Pengesahan
in Respect of Konvensi ILO mengenai
Employment and Diskriminasi dalam
Accupation Pekerjaan danJabatan (7
(25 Mei
Juni 1958/15Juni 1999)
1960)
9. ILO Convention No. (Ratifikas Undang-Undang Nomor
182 Concerning i) 28 1 Tahun 2000 tentang
Maret Pengesahan II Konvensi
the 2000 No. 183Mengenai
Prohibition Pelarangan dan
Tindakan Segera
and Immediate Penghapusan Bentuk-
Action for the BentukPekerjaan
Elimination of the Terburuk Untuk Anak
Worst Forms of
274
Child Labor (17 (8Maret 2000)
Juni 1999/ 19
November
2000)
10. ILO Convention No. (Ratifikas Undang-Undang Nomor
81 Concerning i) 29 21
Januari tahun 2003 tentang
Labor Inspection 2004 Pengesahan Konvensi
in Industry and ILO No.81 Mengenai
Commerce Pengawasan
(11 Juli 1947/7 Ketenagakerjaan
April
1950) dalam Industri dan
Perdagangan (25 Juli
2003)
11. ILO Convention No. Disahkan Undang-Undang
185 Concerning 4 Nomor
Revising The Januari200 1 Tahun
Seafarers’ Identity 8 2008 Konvensi ILO No.
Documents 185
Convention, 1958
Mengenai
KonvensiPerubahan
Dokumen
IdentitasPelaut, 1958
12. Protocol Against Disahkan Undang-Undang
The Smuggling Of 16 Nomor 15
Migrants By Land, Maret2009 Tahun 2009 Tentang
Sea And Air, Pengesahan
Supplementing The
United Protokol Menentang
Penyelundupan Migran
Nations MelaluiDarat, Laut, Dan
Convention
Udara,
Against MelengkapiKonvensi
Transnational Perserikatan
Organized Crime
Bangsa-
BangsaMenentang
Tindak
PidanaTransnasional
Yang
Terorganisasi
276
13. Instrument For The Ditetapka Peraturan Presiden
Amendment Of The n 18 Republik Indonesia
Constitution Of The Maret Nomor 17 Tahun 2010
International Labour 2010 Tentang Pengesahan
Organisation, 1997 Instrumen
Perubahan
Konstitusi
Organisasi
Ketenagakerjaan
Internasional,
1997.
14. Convention on the Ratifikasi Undang-Undang Nomor
Rights of Person 19
with Disabilities Tahun 2011
tentang
Pengesahan Konvensi
Hak
Penyandang Disabilitas
278
Kejahatan genosida sebagaimana dimaksudkan dalam
Pasal 8 Undang- Undang Nomor 26 Tahun 2000 Tentang
Pengadilan Hak Asasi Manusia, adalah kejahatan yang
dilakukan dengan cara:
a) Pembunuhan.
b) Pemusnahan.
c) Perbudakan.
d) Pengusiran atau pemindahan penduduk secara paksa.
280
h) Penganiayaan terhadap suatu kelompok tertentu atau
perkumpulan yang didasari persamaan paham politik, ras,
kebangsaan, etnis, budaya, agama, jenis kelamin, atau
alasan lain yang telah diakui secara universal sebagai hal
yang dilarang menurut hukum internasional.
i) Penghilangan orang secara paksa, dan
j) Kejahatan apartheid.
275
Ilustrasi: Instrumen hukum sudah lengkap. Perlu upaya
lebih dari pemerintah untuk menuntaskan kasus-kasus
pelanggaran HAM. Sumber foto: Antara
276
landasan pembentukan pengadilan HAM. Beberapa
pertimbangan yang tercantum di dalam undang-undang tersebut
secara eksplisitdisebutkan sebagai berikut:
a) Bahwa hak asasi manusia merupakan hak dasar yang secara
kodrati melekat pada dirimanusia, bersifat universal dan
langgeng, oleh karena itu harus dilindungi,
dihormati,dipertahankan, dan tidak boleh diabaikan,
dikurangi, atau dirampas oleh siapapun.
b) Bahwa untuk ikut serta memelihara perdamaian dunia dan
menjamin pelaksanaan hakasasi manusia serta memberi
perlindungan, kepastian, keadilan, dan perasaan amankepada
perorangan ataupun masyarakat, perlu segera dibentuk suatu
Pengadilan HakAsasi Manusia untuk menyelesaikan
pelanggaran hak asasi manusia yang berat sesuaidengan
ketentuan Pasal 104 ayat (1) Undang-undang Nomor 39
Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia.
278
batas teritorial wilayah negara Republik Indonesia oleh
warga negara Indonesia.
279
Salah satu upaya KKRA mengungkapkan kasus pelanggaran
HAM di Aceh adalah dengan menggelar rapat dengar kesaksian
dugaan pelanggaran HAM.
280
Dalam melaksanakan kerja KKR Aceh berasaskan
keislaman, Ke- Acehan, Independensi, Imprasi, non
diskriminasi, demokratisasi, berkeadilan dan kesetaraan, serta
adanya kepastian hukum. Adapun maksud dari pada azas-azas
sebagaimana disebutkan adalah sebagai berikut:
281
kepatutan, dan keadilan.
282
Tujuan Rekonsiliasi yang di muat pada Pasal 33 Qanun
Aceh Nomor 17 Tahun 2013 tentang Komisi Kebenaran Dan
Rekonsiliasi Aceh adalah sebagai berikut:
283
Berdasarkan ketentuan Pasal 33 Qanun Nomor 17
Tahun 2013 tentang Komisi Kebenaran Aceh, adalah:
284
Pasal 34 Qanun Nomor 17 Tahun 2013 tentang Komisi
Kebenaran Aceh menyebutkan mekanisme rekonsiliasi pada
tingkat Gampong atau Kecamatan dalam rangka
mengungkapkan kebenaran, pengakuan dan pengampunan yang
berbasis kearifan lokal di Aceh adalah sebagai berikut:
285
atau ahli waris korban. (3). Suloh berasal dari kata Al-Shulhu
atau Ishlah adalah upaya perdamaian antar pihak yang
bersengketa atau konflik. (4). Peusijuk adalah Tradisi ini
biasanya dilakukan untuk memohon keselamatan, ketentraman,
dan kebahagiaan dalam kehidupan. Dan (5). Peumat Jaroe
merupakan suatu kegiatan berjabat tangan antara para pihak
yang bersengketa. Peumat Jaroe biasanya dilakukan pada tahap
akhir yang menandakan para pihak sudah saling memaafkan.
286
BAB II
PENUTUP
A. Kesimpulan
287
Convention Againts Torture and Other Cruel, In Human or
Degrading Treatment of Punishment (CAT). (7). Convention on the
Rights of the Child (CRC). (8). Convention on the Protection for
Migrant Workers and Their Families(CMW). (9). Convention on
the Rights of Persons with Dissabilities(CRPD). (10). International
Convention for Protection of All Persons from Enforced
Disappearence (CEO).
288
25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik. (14). Undang- Undang
Nomor 21 Tahun 2000 tentang Serikat Pekerja atau Buruh. (15).
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan
Konsumen.
289
bangsa.
2) Membangun kebersamaan untuk menjaga keberlanjutan
perdamaian.
290
291
292