Nim : 191831201
Kelas/Semester : Akuntansi C/7
Mata Kuliah : Audit Sektor Publik
Dosen Pengampu : Prof. Dr. La Ode Turi, M. Pd
B. Tradisi AuditPemerintah
Auditor Pemerintah adalah auditor yang bertugas melakukan audit atas
keuangan pada instansi-instansi pemerintah. Di Indonesia, auditor pemerintah dapat
dibagi menjadi dua yaitu:
Auditor Eksternal Pemerintahyang dilaksanakan oleh Badan Pemeriksa
Keuangan(BPK) sebagai perwujudan dari Pasal 23E ayat (1) Undang-undang Dasar
1945yang berbunyi Untuk memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab tentang
keuangan negara diadakan satu badan Pemeriksa Keuangan yang bebas dan mandiri..
ayat (2) Hasil pemeriksa keuangan negara diserahkan kepada Dewan Perwakilan
Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah,sesuai
dengan kewenangannya. Badan Pemeriksa Keuangan merupakan badan yang tidak
tunduk kepada pemerintah, sehingga diharapkan dapat bersikap independen.
Auditor Internal Pemerintahatau yang lebih dikenal sebagai Aparat
Pengawasan Fungsional Pemerintah(APFP) atau dikenal dengan istilah lain Aparat
Pengawasan Inter Pemerintah (APIP) yang dilaksanakan oleh Badan Pengawasan
Keuangan dan Pembangunan(BPKP), Inspektorat Jenderal Departemen/ LPND, dan
Inspektorat Daerah.
Audit Laporan Keuangan Pemerintah dilakukan oleh pihak yang independen
yaitu Badan pemeriksa Keuangan (BPK-RI). BPK sendiri memiliki tugas memeriksa
pengelolaan dan tanggung jawab keuangan Negara yang dilakukan oleh Pemerintah
Pusat, Pemerintah Daerah, Lembaga Negara lainnya, Bank Indonesia, BUMN,
BUMD dan lembaga lain yang mengelola keuangan Negara. Pada saat merencanakan
pemeriksaan BPK terlebih dahulu memperhatikan saran dan pendapat dari lembaga
perwakilan seperti Dewan Perwakilan Rakyat(DPR), saran dan pendapat tersebut
dapat berupa hasil dari rapat paripurna. Pada dasarnya pemeriksaan yang dilakukan
oleh BPK RI adalah untuk menguji sejauh mana kemampuan pemerintah dalam
melaksanakan anggaran Negara dengan tidak mengabaikan ketentuan perundang-
undangan. Audit atas laporan keuangan pemerintah daerah berpengaruh terhadap
peningkatan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan negara. Salah satu
nilai yang harus ada dalam Prinsip Good Governance oleh Pemerintah Daerah adalah
adanya akuntabilitas keuangan daerah yang kredibel, yang dilakukan melalui
reformasi pengelolaan keuangan daerah termasuk reformasi di bidang akuntansi
pemerintahan. Implikasi pelaksanaan Desentralisasi Fiskal dan Otonomi Daerah bagi
pemerintah pusat dan daerah khususnya di bidang sistem keuangan, adalah perlunya
dilakukan reformasi anggaran (budgeting reform), sistem pembiayaan (financing
reform), sistem akuntansi (accounting reform), sistem pemeriksaan laporan keuangan
daerah (audit reform), serta sistem manajemen keuangan daerah (management
reform). Dengan demikian, pemahaman atas sistem pelaporan keuangan daerah serta
bagaimana menyusun laporan yang berdasarkan sistem akuntansi keuangan daerah
yang tepat akan meningkatkan kualitas penyajian dan akurasi laporan keuangan
daerah.
C. Kegagaan Program-ProgramPublik
Isu kebijakan. Implementasi kebijakan dapat gagal karena masih
ketidaktetapanatau ketidaktegasan intern maupun ekstern atau kebijakan itu
sendiri,menunjukan adanya kekurangan yang menyangkut sumber daya
pembantu.
Informasi. Kekurangan informasi dengan mudah mengakibatkan adanyagambaran
yang kurang tepat baik kepada objek kebijakan maupun kepada para pelaksana
dari isi kebijakan yang akan dilaksanakannya dan hasil-hasil darikebijakanitu.
Dukungan. Implementasi kebijakan publik akan sangat sulit bila pada
pelaksanaanya tidak cukup dukungan untuk kebijakan tersebut.(Solichin,
1997:19)
D. Permasalahan-permasalahanBirokrasi
Permasalahan yang terjadi dalam kerangka birokrasi di pemerintahan adalah banyaknya
regulasi yang tumpang tindih sehingga hal ini menyulitkan pelaksanaan birokrasi itu
sendiri. Inilah dampak politis yang masuk ke dalam pemerintahan dimana oergantian
regim selalu menghasilkan tatanan baru. Namun hal ini bukan menjadi katalisasi tapi
malah memperlambat karena span of control yang luas di era otonomi daerah ini.
Untuk mengantisipasinya, pemerintah harus menata ulang regulasi terkait
penataaan briokrasi agar pelaksanaan briokrasi berjalan sesuai dengan yang
diharapkan. Salasatunya yang diusulkan oleh Kemenpan RB, perbaikan birokrasi
dapat dilakukan melalui: pertama, perbaikan manajemen kinerja, dimana outcome
dari pekerjaan telah ditetapkan dalam perencanaan yang terpadu. Kedua, pelaksanaan
pembangunan unit kerja menuju wilayah bebas dari korupsi dan wilayah birokrasi
bersih dan melayani. Ketiga, melakukan percepatan penerapan sistem pemerintahan
berbasis elektronik. Keempat,melakukan peningkatan kapasitas aparatur sipil
negara (ASN). Kelima, percepatan dalam pemberian pelayanan publik yang
berkualitas dan inovatif.