KELOMPOK 6
HELLENA MAIRITA
RUFANDI
MAGISTER AKUNTANSI
2018
1. Tujuan/pertanyaan penelitian
Tujuan penelitian yang dilaksanakan oleh Mcleod dan Harun adalah untuk memahami
latar belakang, dan sifat dari reformasi akuntansi sektor publik di Indonesia, dan
tantangan yang dihadapi oleh pemerintah daerah dalam pelaksanaannya.
3. Kontribusi
a. Memberikan contoh terkait bahaya yang melekat pada kesibukan untuk menyalin
teknik manajemen keuangan sektor publik teknik dari negara yang memiliki konteks
yang berbeda, terutama ketika ada perbedaan pendapat yang signifikan mengenai
desain yang tepat dari reformasi ini, dan bahkan perbedaan kebutuhan yang terjadi
antara lembaga-lembaga yang berpengaruh untuk menetapkan kebijakan.
b. Penelitian akademis ini ingin memberikan kontribusi dengan berusaha untuk
menunjukkan bagaimana kondisi nyata permasalahan akuntansi akrual yang timbul di
Indonesia dilihat dari aspek perencanaan kebijakan oleh pemerintah pusat,
pelaksanaan oleh pemerintah daerah dan pengawasan oleh BPK.
c. Peneliti juga ingin memberikan bukti nyata melalui wawancara kepada beberapa
pihak bahwa sesungguhnya terdapat permasalahan penerapan akuntansi akrual yang
seharusnya menjadi perhatian oleh pemerintah pusat maupun pemerintah daerah.
4. Sumber data
a. Peraturan perundang-undangan terkait akuntansi sektor publik
b. Undang-undang, peraturan pemerintah, dan peraturan menteri tentang pelaporan
keuangan pemerintah daerah
c. Berita di Masyarakat
d. Laporan Audit BPK
e. Wawancara dengan pembuat kebijakan pemerintah pusat yang terlibat dalam
perumusan peraturan akuntansi sektor publik (Kementerian Keuangan dan
Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri), dan auditor senior di BPK)
f. Wawancara dengan pejabat senior dan anggota DPRD pada 3 Pemerintah Daerah:
Kota Tangerang, Kotamadya Palu dan Kabupaten Bima
5. Hasil
a. Latar belakang reformasi sistem akuntansi sektor publik :
Pada masa pemerintahan Soeharto akuntabilitas dan transparansi merupakan
sesuatu yang “diharamkan”. Tatakelola pemerintahan yang baik menjadi sesuatu yang
yang dianggap tidak penting, era Soeharto juga bisa dikatakan sebagai era dimana
terjadi penindasan terhadap akuntabilitas.
Selama tiga dekade pemerintahan dijalankan untuk kepentingan elit tertentu dan
bukan untuk memaksimalkan kepentingan masyarakat secara umum. Di era Soeharto
juga terdapat dua lembaga audit, Badan Pemerikasa Keuangan (BPK) yang secara
konstitusi bertanggung jawab terhadap DPR dan Badan Pengawasan Keuangan dan
Pembangunan (BPKP) yang bertanggungjawab pada Presiden.
BPKP ada untuk memberikan informasi keuangan terkait badan-badan dan
perusahaan pemerintah dan hanya melaporkan hasil pemeriksaanya pada presiden.
BPKP didukung oleh pendanaan dan sumber daya yang memadai. Sedangkan disisi
lain Soeharto berusaha membatasi gerak BPK dengan berbagai cara, mulai dari
pembatasan anggaran, personel, infrastruktur dan hal-hal lain yang mampu
meningkatkan kinerja BPK. Pemerintah bahkan membatasi ruanglingkup, sasaran
serta mengatur konten laporan yang diterbitkan BPK.
Reformasi tahun 1998 menjadi awal reformasi untuk sistem akuntansi sektor
publik di Indonesia. Setelah Soeharto dipaksa mundur, para pendukung sistem
akuntansi bergaya sektor swasta, terutama di Kementerian Keuangan dan BPK,
melihat adopsi teknik akuntansi sektor swasta dalam sektor publik sebagai bagian
penting dari upaya untuk meningkatkan kualitas manajemen - dan juga integritas,
efisiensi dan keefektifan dari pemerintah. Indonesia memilih negara-negara seperti
Australia, Inggris dan Selandia Baru sebagai model untuk pendekatan baru, yang
semuanya telah menjadi pelopor dalam dalam penerapan akuntansi akrual sektor
publik. Bukti dari dimulainya reformasi dalam sistem akuntansi pemerintah adalah
dikeluarkan Undang-Undang No. 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara dan
diikuti oleh peraturan perundang-undangan lainnya termasuk peraturan tentang
Sistem Akuntansi Pemerintah dan Pemeriksaan Pengelolaan Keuangan Negara.
Laporan hasil audit yang dikeluarkan oleh BPK dapat digunakan untuk
mengevaluasi kinerja instansi/lembaga bahkan kinerja partai politik dan pejabat
terpilih. Pada akhirnya masyarakat secara umum juga dapat ikut serta
mengevaluasi kinerja pejabat terpilih, dan dengan bukti yang realistis dapat
mengganti pejabat tersebut melalui proses pemilihan secara langsung. Bukti-bukti
kecurangan yang ditemukan oleh BPK juga dapat langsung diteruskan ke
penajabat penegak hukum sebagai dasar penuntutan.
6. Implikasi
a. Hasil penelitian menunjukan bahwa tujuan reformasi akuntansi sektor publik tidak
dapat dicapai secara otomatis, hanya dengan menerapkan sistem akuntansi gaya
sektor swasta (akrual basis)
b. Secara khusus, penelitian ini menggambarkan pentingnya memastikan bahwa kondisi
yang diperlukan untuk mendukung pelaksanaan reformasi terpenuhi sebelum
pelaksanaannya - atau memprioritaskan reformasi secara bertahap apabila kondisi
tersebut tidak terpenuhi.