Anda di halaman 1dari 38

1

PROPOSAL SKRIPSI

1. JUDUL : PENGARUH KETAATAN PADA


PERATURAN PERUNDANGAN,
PENGENDALIAN AKUNTANSI DAN
SISTEM PELAPORAN TERHADAP
AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI
PEMERINTAH KOTA PALEMBANG
2. MATA KULIAH : AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK 1
3. PENDAHULUAN
3.1 Latar Belakang Permasalahan
Dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang
Pemerintah Daerah dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang
Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah telah memberikan perubahan dalam
pengelolaan keuangan daerah sehingga terjadi reformasi dalam manajemen
keuangan daerah. Perpindahan sistem pemerintahan Republik Indonesia dari arah
sentralisasi ke arah sistem pemerintahan yang desentralisasi dalam wujud otonomi
daerah mengharuskan pemerintah memenuhi akuntabilitas publik secara nyata.
Salah satu bentuk akuntabilitas pemerintah daerah adalah Akuntabilitas Kinerja
Instansi Pemerintah (selanjutnya disingkat AKIP) yang berpedoman pada
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem
Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (selanjutnya disingkat SAKIP). Dalam
menghadapi akuntabilitas, wewenang yang dimiliki oleh pemerintah daerah harus
dipertanggungjawabkan secara transparan dan akuntabel. Tuntutan akuntabilitas
oleh organisasi sektor publik semakin menguat. Organisasi sektor publik dituntut
untuk memberikan informasi atas aktivitas, kebijakan, maupun program yang
dilakukannya termasuk mengenai pengelolaan sumber daya. Namun, pengelolaan
sumber daya di Indonesia masih banyak diwarnai dengan berbagai penyimpangan
yang menyebabkan kerugian bagi negara. Penyimpangan-penyimpangan yang
terjadi dapat menyebabkan kepercayaan masyarakat kepada pemerintah menjadi
menurun (Pratolo 2005; Faizal 2018)
2

Akuntabilitas yang transparan dan kredibel mampu dicapai dengan adanya


peraturan perundangan yang memadai serta ketaatan terhadap peraturan yang
berlaku. Sebagai negara berlandaskan hukum, ketaatan pada peraturan
perundangan merupakan suatu bentuk kepatuhan pada aturan-aturan yang telah
ditetapkan oleh lembaga negara yang berwenang agar dipatuhi oleh seluruh warga
negara dan berskala nasional. Dengan adanya landasan hukum, diharapkan setiap
aparatur pemerintahan harus konsisten dan taat dalam menjalankan tugas dan
kewajibannya demi terwujudnya pemerintahan yang berakuntabiltas kinerja yang
baik (Wahid, 2016). Dengan adanya ketaatan pada peraturan, diharapkan laporan
akuntabilitas yang dihasilkan akan tepat dan sesuai dalam rangka pemenuhan
kewajiban terhadap pemerintah pusat dan kebutuhan informasi publik.
Peningkatan akuntabilitas kinerja pemerintah daerah juga menuntut adanya
pengendalian untuk mengetahui sejauh mana kewenangan dan tanggung jawab
yang diberikan telah dilaksanakan sebagaimana mestinya. Salah satu jenis
pengendalian adalah pengendalian keuangan dengan memanfaatkan sistem
akuntansi. Tujuannya adalah untuk menjamin bahwa langkah-langkah penyusunan
dan pencatatan telah dilakukan dengan baik. Sistem pengendalian akuntansi
adalah semua prosedur dan sistem formal yang menggunakan informasi untuk
menjaga atau mengubah pola aktifitas organisasi. Penggunaan sistem
pengendalian akuntansi memungkinkan para manajer dapat membuat keputusan-
keputusan yang lebih baik, mengontrol operasi-operasi dengan lebih efektif,
mampu mengestimasi biaya dan profiabilitas keberhasilan tertentu dan memilih
alternatif terbaik dalam setiap kasus dan masalah sehingga dapat meningkatkan
kinerja (Zakiyudin & Suyanto, 2015).
Salah satu bentuk pertanggungjawaban pemerintah daerah adalah berupa
laporan tentang pengelolaan keuangan daerah yang berguna untuk memberikan
informasi keuangan dan informasi lainnya yang akan digunakan dalam
pengambilan keputusan ekonomi, sosial dan politik oleh pihak-pihak yang
berkepentingan. Akuntabilitas melalui anggaran meliputi penyusunan anggaran
sampai dengan pelaporan anggaran. Oleh sebab itu dibutuhkan sistem pelaporan
yang baik yang mampu menyajikan informasi secara terbuka mengenai
3

keputusan-keputusan yang telah diambil pemerintah daerah pada suatu periode


serta dapat memantau dan mengendalikan kinerja pemerintah dalam
mengimplementasikan anggaran yang telah ditetapkan. Lembaga Administrasi
Negara (LAN) dan Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan (BPKP
mengemukakan bahwa laporan yang baik adalah laporan yang disusun secara
jujur, obyektif dan transparan. Laporan umpan balik (feedback) diperlukan untuk
mengukur aktivitas-aktivitas yang dilaksanakan dalam rangka meningkatkan
kinerja dan akuntabilitas pada pelaksanaan suatu rencana atau waktu
mengimplementasikan suatu anggaran, sehingga manajemen dapat mengetahui
hasil dari pelaksanaan rencana atau pencapaian sasaran anggaran yang ditetapkan.
Dalam rangka mewujudkan akuntabilitas publik, Pemerintah daerah selaku
pengelola dana publik harus mampu menyediakan informasi keuangan yang
diperlukan secara akurat, relevan, tepat waktu, konsisten, dan dapat dipercaya.
AKIP merupakan perwujudan kewajiban suatu instansi pemerintah untuk
mempertanggungjawabkan keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan misi
organisasi dalam mencapai sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan melalui
sistem pertanggungjawaban secara periodik. Akuntabilitas pemerintah daerah
dapat diwujudkan dalam bentuk Laporan Keuangan Pemerintah Daerah
(selanjutnya disingkat LKPD) dan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah (selanjutnya disingkat LAKIP). LAKIP merupakan bentuk
akuntabilitas dan perwujudan kewajiban untuk menyampaikan gambaran kinerja
penyelenggaraan pemerintahan yang jelas, transparan dan dapat
dipertanggungjawabkan sebagai wujud keberhasilan atau kegagalan pencapaian
target sasaran selama 1 (satu) tahun anggaran yang tercermin dari hasil
pencapaian kinerja berdasarkan visi, misi, tujuan, dan sasaran yang telah
ditetapkan.
Pemerintah Kota Palembang selaku entitas pelaporan tentunya juga
bertanggung jawab dalam melaporkan kinerjanya sebagai bahan evaluasi dan
acuan untuk perbaikan dan peningkatan kinerja Pemerintah Kota Palembang di
tahun berikutnya dan masa yang akan datang. Penyusunan LAKIP merupakan
bentuk komitmen nyata Pemerintah Kota Palembang dalam membangun SAKIP.
4

Berdasarkan laporan hasil evaluasi AKIP, Pemerintah Kota Palembang selama 4


tahun terakhir mendapatkan nilai B (baik) yang menandakan bahwa akuntabilitas
kinerja Pemerintah Kota Palembang dinilai baik dan menargetkan nilai A (sangat
baik) untuk kedepannya (http://beritasumatera.co.id/2019/01/29/pemkot-
palembang-dapat-penghargaan-sakip-2018/). Oleh karena itu, peneliti tertarik
untuk meneliti beberapa variabel yang diduga sebagai faktor yang berpegaruh
terhadap penilaian AKIP Pemerintah Kota Palembang.
Penelitian terdahulu yang telah dilakukan oleh Herawaty (2011)
menyatakan pengendalian akuntansi secara parsial berpengaruh negatif terhadap
akuntabilitas kinerja instansi pemerintah. Penelitian Anjarwati (2012)
mengemukakan bahwa pengendalian akuntansi tidak berpengaruh terhadap
akuntabilitas kinerja instansi pemerintah. Penelitian Arifin (2012) menyatakan
bahwa pengendalian akuntansi berpengaruh positif terhadap akuntabilitas kinerja
instansi pemerintah.
Penelitian dari Putri (2015), Laura dkk (2016), dan Putri (2017)
menunjukkan bahwa ketaatan pada peraturan perundangan tidak berpengaruh
terhadap akuntabilitas kinerja instansi pemerintah. Sedangkan penelitian dari
Hafiz (2017), Setyawan (2017) dan Razi (2017) menyatakan bahwa ketaatan pada
peraturan perundangan berpengaruh positif terhadap akuntabilitas kinerja instansi
pemerintah.
Penelitian dari Anjarwati (2012), Wahid (2016), Putri (2017) menyatakan
bahwa sistem pelaporan bepengaruh positif terhadap akuntabilitas kinerja instansi
pemerintah. Berdasarkan penelitian-penelitian terdahulu yang telah diuraikan,
bahwa penelitian-penelitian yang dilakukan oleh setiap peneliti tersebut ternyata
menunjukkan hasil yang berbeda-beda walaupun menggunakan variabel yang
sama, sehingga inilah yang menyebabkan ketertarikan penulis untuk meneliti
lebih lanjut menggunakan variabel yang sama dilokasi yang berbeda dari
penelitian-penelitian sebelumnya.
Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul “Pengaruh Ketaatan pada Peraturan Perundangan,
5

Pengendalian Akuntansi dan Sistem Pelaporan terhadap Akuntabilitas


Kinerja Instansi Pemerintah Kota Palembang”.

3.2 Perumusan Masalah


Berdasarkan uraian di atas, permasalahan yang akan diteliti dalam
penelitian ini antara lain :
1. Apakah ketaatan pada peraturan perundangan berpengaruh secara parsial
terhadap akuntabilitas kinerja instansi pemerintah kota Palembang ?
2. Apakah pengendalian akuntansi berpengaruh secara parsial terhadap
akuntabilitas kinerja instansi pemerintah kota Palembang ?
3. Apakah sistem pelaporan berpengaruh secara parsial terhadap akuntabilitas
kinerja instansi pemerintah kota Palembang ?
4. Apakah ketaatan pada peraturan perundangan, pengendalian akuntansi dan
sistem pelaporan berpengaruh secara simultan terhadap akuntabilitas
kinerja instansi pemerintah kota Palembang ?

3.3 Batasan Masalah


Penelitian ini memiliki batasan masalah yang diteliti, agar penelitian ini
terfokus dan tidak meluas. Batasan masalah dalam penelitian ini adalah
pembahasan mengenai ketaatan pada peraturan perundangan, pengendalian
akuntansi, sistem pelaporan dan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah Kota
Palembang.
Penelitian ini di lakukan pada pemerintah Kota Palembang dengan objek
penelitian pada Organisasi Perangkat Daerah (OPD) Kota Palembang.

3.4 Tujuan dan Manfaat Penulisan


3.4.1 Tujuan Penulisan
Tujuan penelitian sesuai dengan permasalahan yang peneliti kemukakan
adalah untuk menguji :
1. Pengaruh Ketaatan pada Peraturan Perundangan terhadap Akuntabilitas
Kinerja Instansi Pemerintah Kota Palembang.
6

2. Pengaruh Pengendalian Akuntansi terhadap Akuntabilitas Kinerja Instansi


Pemerintah Kota Palembang.
3. Pengaruh Sistem Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah
Kota Palembang.
4. Pengaruh penerapan ketaatan pada peraturan perundangan, pengendalian
akuntansi dan sistem pelaporan secara simultan terhadap Akuntabilitas
Kinerja Instansi Pemerintah Kota Palembang.
3.4.2 Manfaat Penulisan
Manfaat dari penelitian ini terbagi menjadi beberapa kelompok yang
terdiri dari sebagai berikut:
1. Bagi Peneliti : Dapat menambah dan mengembangkan ilmu pengetahuan,
khususnya mengenai ketaatan pada peraturan perundangan, pengendalian
akuntansi dan sistem pelaporan terhadap akuntabilitas kinerja instansi
pemerintah kota Palembang
2. Bagi Pemerintah : Dapat mengambil manfaat setidaknya dapat digunakan
untuk perencanaan dan evaluasi program khususnya pada sistem
penganggaran sektor publik.
3. Bagi Lembaga : Sebagai bahan pengayaan perpustakaan khususnya bagi
mahasiswa jurusan Akuntansi yang berminat dengan penulisan dibidang
Akuntansi Sektor Publik.

4 TINJAUAN PUSTAKA
4.1 Akuntabilitas
Secara harfiah akuntabilitas adalah pertanggungjawaban. Menurut Tuner
dan Hulme dalam Hilmi (2012), menyatakan bahwa :
Akuntabilitas publik adalah pemberian informasi dan
pengungkapan (disclosure) atas aktivitas dan kinerja finansial
pemerintah daerah kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Untuk
menciptakan pemerintahan yang baik, maka pengelolaan pemerintah
dalam hal ini adalah pemerintah daerah yang harus berakuntabilitas
dan ini tidak lepas dari anggaran pemerintah, sistem pengendalian dan
sistem pelaporan yang baik.
7

Selanjutnya Menurut Bastian (2010) :


Akuntabilitas adalah pemberian informasi dan pengungkapan atas aktivitas
dan kinerja finansial kepada pihak-pihak yang berkepentingan.
Pemerintah, baik pusat maupun daerah, harus dapat menjadi subyek
pemberi informasi dalam rangka pemenuhan hak-hak publik yaitu hak
untuk tahu, hak untuk diberi informasi, dan hak untuk didengar
aspirasinya.
Berdasarkan pernyataan diatas, dapat disimpulkan bahwa akuntabilitas
adalah kewajiban pemerintah daerah untuk memberikan pertanggungjawaban,
menyajikan, melaporkan, dan mengungkapkan segala aktivitas dan kegiatan yang
terjadi.

4.2 Kinerja
Menurut Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014, menyatakan bahwa :
Kinerja adalah keluaran/hasil dari kegiatan/program yang telah atau
hendak dicapai sehubungan dengan penggunaan anggaran dengan
kuantitas dan kualitas terukur.

Menurut Tim AKIP BPKP dalam Wahid (2016), menyatakan bahwa :


Kinerja merupakan kondisi yang harus diketahui dan diinformasikan
kepada pihak-pihak tertentu untuk mengetahui tingkat pencapaian
hasil suatu instansi dihubungkan dengan visi yang diemban suatu
organisasi serta mengetahui dampak positif dan negatif suatu
kebijakan operasional yang dimiliki.

Menurut Bastian (2010) menyatakan bahwa :


Kinerja adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan
suatu kegiatan/program/kebijaksanaan dalam mewujudkan sasaran,
tujuan, misi, dan visi organisasi yang tertuang dalam perumusan
skema strategis (strategic planning) suatu organisasi.
Berdasarkan pernyataan diatas, dapat disimpulkan bahwa kinerja
merupakan suatu hasil yang telah dicapai oleh organisasi berdasarkan tujuan yang
telah ditetapkan. Menurut Agusta (2013) menyatakan bahwa :
Pengukuran kinerja merupakan alat untuk meningkatkan kualitas
pengambilan keputusan dan akuntabilitas. Dengan melakukan
pengukuran kinerja maka kita bisa memastikan apakah pengambilan
keputusan dilakukan secara tepat dan objektif. Selain itu, kita juga
bisa memantau dan mengevaluasi pelaksanaan kinerja dan
membandingkan kinerja periode berikutnya.
8

Penyataan diatas dapat disimpulkan bahwa pengukuran kinerja pemerintah


daerah dapat digunakan sebagai alat pengambilan keputusan dan bentuk
pertanggungjawaban terhadap publik.

4.3 Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah


Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 disebutkan bahwa
“Akuntabilitas kinerja pemerintah daerah merupakan perwujudan kewajiban suatu
instansi pemerintah untuk mempertanggung-jawabkan keberhasilan atau
kegagalan pelaksanaan misi organisasi dalam mencapai sasaran dan tujuan yang
telah ditetapkan melalui sistem pertanggungjawaban secara periodik”.
Dengan demikian akuntabilitas kinerja pemerintah daerah dapat
disimpulkan sebagai kemampuan memberikan jawaban atas pelaksanaan kegiatan
organisasi sebagai bahan evaluasi bagi otoritas yang lebih tinggi dan juga
masyarakat serta sebagai umpan balik untuk meningkatkan kinerja organisasi pada
masa yang akan datang.
Dari sudut pandang fungsional, menurut Ellwood dalam Mardiasmo
(2009) menjelaskan terdapat empat dimensi akuntabilitas publik yang
harus dipenuhi oleh organisasi sektor publik, yaitu sebagai berikut :
a. Akuntabilitas kebijakan (Policy Accountability)
Akuntabilitas kebijakan terkait dengan pertanggungjawaban
pemerintah, baik pusat maupun daerah, atas kebijakan-kebijakan yang
diambil pemerintah terhadap DPR/DPRD dan masyarakat luas.
b. Akuntabilitas program (Program Accoountability)
Akuntabilitas program terkait dengan pertimbangan apakah tujuan
yang dietapkan dapat dicapai atau tidak dan apakah telah
mempertimbangkan alternatif program yang memberikan hasil yang
optimal dengan biaya yang minimal.
c. Akuntabilitas proses (Process Accountability)
Akuntabilitas proses terkait dengan apakah prosedur yang digunakan
dalam melaksankan tugas sudah cukup baik dalam hal kecukupan
sistem informasi akuntansi, sistem informasi manajemen, dan
prosedur administrasi. Akuntabilitas proses termanifestasikan melalui
pemberian pelayanan publik yang cepat, responsif, dan murah biaya.
d. Akuntabilitas kejujuran dan akuntabilitas hukum (Accountability for
probity and legality)
Akuntabilitas kejujuran (accountability for probity) terkait dengan
penghindaran penyalahgunaan jabatan (abuse of power), sedangkan
9

akuntabilitas hukum (legal accountability) terkait dengan jaminan


adanya kepatuhan terhadap hukum dan peraturan lain yang
disyaratkan dalam penggunaan sumber dana publik.

Tim AKIP mengatakan ada lima prinsip akuntabilitas di lingkungan


instansi pemerintah dalam hal ini pemerintah daerah yang perlu diperhatikan
yaitu:
a. Harus ada komitmen dari pimpinan dan seluruh staf instansi untuk
melakukan pengelolaan pelaksanaan misi agar akuntabel.
b. Harus merupakan suatu sistem yang dapat menjamin penggunaan
sumber daya secara tersistem dengan peraturan perundang-undangan
yang berlaku.
c. Harus dapat menunjukkan tingkat pencapaian tujuan dan sasaran yang
telah ditetapkan.
d. Harus berorientasi pada pencapaian visi dan misi serta hasil dan
manfaat yang diperoleh.
e. Harus jujur, obyektif, transparan dan inovatif sebagai katalisator
perubahan manajemen instansi pemerintah dalam bentuk
pemutakhiran metode dan teknik pengukuran kinerja dan penyusunan
laporan akuntabilitas.

4.4 Ketaatan pada Peraturan Perundangan


Sistem hukum yang berlaku di suatu negara memiliki kebijakan yang
berbeda-beda tergantung pada sistem yang dianutnya, apakah negara yang
bersangkutan menganut Civil Law atau Common Law. Dengan civil law maka
setiap aktivitas didasarkan pada peraturan perundangan, termasuk di dalamnya
aturan-aturan terkait dengan akuntansi terakumulasi dalam suatu perundangan dan
aturan ini memiliki kecenderungan sangat terstruktur dan prosedural. Sebaliknya,
common law yaitu segala kegiatan didasarkan kepada kesepakatan politik yang
dikembangkan berdasarkan kasus demi kasus. Dalam sistem ini, membebaskan
badan-badan pemerintah menggunakan standar apapun, yang penting berterima
umum.
Sistem akuntansi sektor publik menganut sistem civil law, dimana setiap
aturan yang berhubungan dengan akuntansi sektor publik yang dimuat dalam
bentuk peraturan perundangan. Dalam menyusun laporan keuangan, pemerintah
harus memenuhi persyaratan minimum yang ditentukan dalam standar akuntansi
pemerintahan. Hal ini disebabkan oleh karena standar akuntansi berisikan prinsip-
10

prinsip yang menunjang penyajian informasi keuangan pemerintah yang relevan,


handal, dapat dibandingkan dan dipahami.
Secara logis, penyusunan teori akuntansi merupakan proses berurutan yang
dimulai dengan pengembangan tujuan laporan keuangan dan diakhiri dengan
penurunan kerangka kerja konseptual atau konstitusi untuk digunakan sebagai
petunjuk teknik akuntansi. Menurut Setyawan (2017), mengemukakan bahwa
“Ketaatan pada peraturan perundangan adalah kepatuhan seseorang dalam
menaati peraturan yang telah dibentuk oleh lembaga negara atau pejabat yang
berwenang dan mempunyai kekuatan mengikat agar dapat mengatur dan
menertibkan setiap kehidupan berbangsa dan bernegara”.
Solihin dalam Aini, Nur DP dan Jilita (2014) mengemukakan bahwa
“Untuk pelaksanaan penerapan akuntabilitas sendiri haruslah didukung oleh
peraturan perundangan yang memadai dan ketaatan pelaksanaan kelembagaan
seperti penerapan reward system dan punishment secara konsisten dan
memperbaiki format laporan akuntabilitas. Ini menunjukkan bahwa ketaatan
terhadap peraturan perundangan pun akanmempengaruhi akuntabilitas kinerja
instansi pemerintah”. Ketaatan pada peraturan perundangan pun menjadi
pertimbangan atas keberhasilan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah.
Akuntabilitas tidak dapat berjalan efektif tanpa adanya transparasi dan aturan
hukum yang jelas, sehingga pengembangan akuntabilitas dibutuhkan suatu
mekanisme dan peraturan yang jelas (Saputra, 2010).

4.5 Pengendalian Akuntansi


Pengendalian dapat diartikan sebagai suatu sistem dan prosedur yang
secara otomatis dapat saling memeriksa, dalam arti bahwa data akuntasi yang
dihasilkan suatu bagian atau fungsi secara otomatis dapat diperiksa oleh bagian
atau fungsi lain dalam suatu usaha (Damayanti, 2017; Putra, 2018). Menurut
Bastian (2010), “Pengendalian akuntansi merupakan bagian dari sistem
pengendalian internal, meiputi struktur organisasi, metode dan ukuran-ukuran
yang dikoordinasikan terutama untuk menjaga kekayaan organisasi serta
mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi”.
11

Menurut Hery (2009), “Pengendalian akuntansi merupakan prosedur yang


terkait dengan aktivitas pelaksanaan dan pencatatan transaksi keuangan,
pengamankan aset, serta memastikan keandalan catatan keuangan. Tujuan dari
pengendalian akuntansi adalah mengamankan aset, melaksanakan dan mencatat
transaksi keuangan dan memastikan keandalan catatan keuangan. Pengendalian
akuntansi mencakup struktur organisasi, metode, dan ukuranukuran yang
dikoordinasikan untuk menjaga kekayaan organisasi dan mengecek keteliitian dan
keandalan data akuntansi.” Menurut Krismiaji (2010), “Pengendalian akuntansi
(accounting controls) adalah pengendalian yang bertujuan membantu menjaga
aktiva dan menjamin akurasi dan daya andal catatan keuangan.” Menurut
Abdullah dalam Anastasia (2018) dalam konteks otonomi daerah pendelegasian
otoritas tanggung jawab kepala daerah kepada Organisasi Perangkat Daerah
(OPD) dibawahnya paling sedikit mendapatkan 2 (dua) hal penting apabila
menerapkan sistem pengendalian akuntansi. Adapun penerapannya adalah sebagai
berikut :
a. Mempercepat dan meningkatkan kualitas proses pengambilan
keputusan yang dibuat kepala OPD.
b. Penggunaan sistem pengendalian akuntansi memungkinkan kepada
kepala OPD membuat keputusan-keputusan yang lebih baik dan
melakukan kontrol operasi-operasi dengan lebih efisien dan efektif.

4.6 Sistem Pelaporan


Agar dapat memantau dan mengendalikan kinerja manajer dalam
mengimplementasikan anggaran yang telah ditetapkan, maka diperlukan sistem
pelaporan yang baik. Menurut Zakiyudin & Suyanto (2015), menyatakan bahwa :
Sistem pelaporan digunakan untuk memantau hasil kerja yang
menunjukkan hasil kerja pusat pertanggungjawaban beserta
anggarannya, dimana pelaporan yang baik yakni yang dibuat secara
jujur, obyektif, transparan, relevan, tepat waktu dan konsisten
memiliki andil besar dalam meningkatkan akuntabilitas kinerja
instansi pemerintah daerah serta sebagai bahan pertimbangan dalam
rangka pengambilan keputusan.

Menurut Abdullah dalam Anastasia (2018), menyatakan bahwa :


Sistem pelaporan merupakan laporan yang menggambarkan sistem
pertanggungjawaban dari bawahan (pimpinan unit anggaran) kepada
12

atasan (kepala bagian anggaran). Sistem pelaporan yang baik


diperlukan agar dapat memantau dan mengendalikan kinerja
manajerial dalam mengimplementasikan anggaran yang telah
ditetapkan.”
Menurut Bastian (2010) “Pelaporan kinerja merupakan refleksi kewajiban
untuk mempresentasikan dan melaporkan kinerja semua aktivitas serta sumber
daya yang harus dipertanggungjawabkan. Pelaporan ini merupakan wujud dari
proses akuntabilitas kinerja”. Setiap instansi pemerintah berkewajiban untuk
menyiapkan, menyusun, dan melaporkan laporan keuangan secara tertulis,
periodik dan melembaga. Laporan keuangan isntansi pemerintah merupakan
representasi posisi keuangan dari transaksitransaksi yang dilakukan oleh instansi
pemerintah. Pelaporan kinerja dimaksudkan untuk mengkomunikasikan capaian
kinerja instansi pemerintah dalam suatu tahun anggaran yang dikaitkan dengan
proses pencapaian tujuan dan sasaran instansi pemerintah. Pelaporan kinerja oleh
instansi pemerintah ini dituangkan dalam dokumen Laporan Akuntabilitas Kinerja
Instansi Pemerintah (LAKIP)”.
Berdasarkan pernyataan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa sistem
pelaporan merupakan serangkaian prosedur yang digunakan pemerintah sebagai
manajer dalam melaksanakan pertanggungjawaban. Setiap entitas pelaporan
mempunyai kewajiban untuk melaporkan upaya-upaya yang telah dilakukan serta
hasil yang dicapai dalam pelaksanaan kegiatan secara sistematis dan terstruktur
pada suatu periode, pelaporan untuk kepentingan akuntabilitas, manajemen,
transparansi, keseimbangan antargenerasi dan evaluasi kinerja (PSAP Kerangka
Konseptual, 2010). Tujuan umum pelaporan keuangan sektor publik adalah untuk
memberikan informasi mengenai posisi keuangan, dan capaian kinerja suatu
organisasi atau perusahaan yang kelak dapat digunakan bagi yang berkepentingan
untuk membuat dan mengevaluasi keputusan mengenai alokasi sumber daya yang
dimanfaatkan suatu entitas dalam aktivitasnya untuk mencapai tujuan. Pelaporan
kinerja oleh instansi pemerintah ini dituangkan dalam dokumen LAKIP.
Pemerintah berkewajiban untuk memberikan informasi keuangan dan informasi
lainnya yang akan digunakan untuk pengambilan keputusan ekonomi, sosial, dan
politik oleh pihak-pihak yang berkepentingan.
13

Menurut LAN dan BPKP (2013) menyatakan bahwa laporan yang baik
adalah laporan yang harus disusun secara jujur, objektif, dan transparan telah
sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintah (SAP). Pernyataan ini membuktikan
bahwa sistem pelaporan yang baik sangat dibutuhkan untuk menghasilkan
informasi yang baik khususnya dalam pengambilan keputusan.

4.7 Penelitian Terdahulu


Beberapa penelitian terdahulu sebelumnya berkaitan dengan Pengaruh
Kejelasan Sasaran Anggaran, Pengendalian Akuntansi dan Sistem Pelaporan
Terhadap Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah yang diuraikan dalam tabel
4.1. tentang Hasil Penelitian Terdahulu.
Tabel 4.1
Hasil Penelitian Terdahulu

Nama Variabel
No Judul Hasil Penelitian
(Tahun) Penelitian
1. Netty Pengaruh X1 : Kejelasan -Kejelasan sasaran
Herawaty Kejelasan Sasaran anggaran,
(2011) Sasaran X2 :pengendalian
Pengendalian akuntansi dan sistem
Anggaran,
Akuntansi pelaporan secara
Pengendalian Pemerintahan simultan
Akuntansi, dan X3 : Sistem berpengaruh positif
Sistem Pelaporan terhadap kehandalan
Pelaporan Y :struktur
Terhadap Akuntabilitas pengendalian.
Akuntabilitas Kinerja -Kejelasan Sasaran
Instansi Anggaran dan
Kinerja
Pemerintah Pengendalian
Instansi Akuntansi secara
Pemerintah parsial berpengaruh
Daerah Kota negatif dan sistem
Jambi pelaporan secara
parsial berpengaruh
positif.
2. Mei Pengaruh X1 : Kejelasan -Kejelasan Sasaran
Anjarwati Kejelasan Sasaran Anggaran dan
(2012) Anggaran, X2 : Sistem Pelaporan
Pengendalian berpengaruh
Pengendalian
Akuntansi terhadap
Akuntansi, dan Pemerintahan Akuntabilitas
14

Sistem X3 : Sistem Kinerja Instansi


Pelaporan Pelaporan Pemerintah. -
Terhadap Y : Pengendalian
Akuntabilitas Akuntansi tidak
Akuntabilitas
Kinerja berpengaruh
Kinerja Instansi terhadap
Instansi Pemerintah Akuntabilitas
Pemerintah Kinerja Instansi
Pemerintah.
3. Beny Arifin Pengaruh X1 : Partisipasi -Partisipasi
W (2012) Partisipasi Anggaran anggaran, kejelasan
Anggaran, X2 : Kejelasan sasaran anggaran,
Sasaran
Kejelasan pengendalian
Anggaran
Sasaran X3 : akuntansi dan sistem
Anggaran, Pengendalian pelaporan
Pengendalian Akuntansi berpengaruh
Akuntansi dan X4 : Sistem terhadap
Sistem Pelaporan akuntabilitas kinerja
Pelaporan XM : instansi pemeritah.
Komitmen
Terhadap -Partisipasi
Organisasi
Akuntabilitas Y : anggaran, kejelasan
Kinerja Akuntabilitas sasaran anggaran,
Instansi Kinerja pengendalian
Pemerintah Instansi akuntansi dan sistem
Daerah Pemerintah pelaporan terhadap
Dengan akuntabilitas kinerja
Komitmen instansi pemerintah
Organisasi dengan komitmen
Sebagai organisasi sebagai
Variabel variabel moderasi
Moderating tidak ada pengaruh

4. Egrinaen Pengaruh X1: -Kompetensi


Mauliziska Kompetensi Kompetensi Aparatur
Nugraheni Aparatur Aparatur Pemerintah, dan
Putri (2015) Pemerintah
Pemerintah Penerapan
Daerah
Daerah, X2 : Penerapan Akuntabilitas
Penerapan Akuntabilitas Keuangan,
Akuntabilitas Keuangan berpengaruh
Keuangan, X3: terhadap Kinerja
Pemanfaatan Pemanfaatan Instansi Pemerintah
Teknologi Teknologi
15

Informasi, Dan Informasi Daerah.


Ketaatan Pada X4 : Ketaatan
Peraturan Pada Peraturan -Pemanfaatan
Perundangan Teknologi Informasi
Perundangan
Y : dan Ketaatan pada
Terhadap Akuntabilitas
Akuntabilitas Peraturan
Kinerja
Kinerja Perundangan tidak
Instansi
Instansi Pemerintah berpengaruh
Pemerintah terhadap Kinerja
(AKIP) (Studi Instansi Pemerintah
Empiris pada Daerah.
SKPD Kota
Pekanbaru)

5. Agnestasia Pengaruh X1 : Sitem -Sistem Akuntansi


Laura L, Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah
Jenny Akuntansi Pemerintah secara parsial
Morasa, Lidia Daerah memiliki pengaruh
Pemerintah
Mawikere X2 : Ketaatan signifikan terhadap
(2016) Daerah dan Peraturan Akuntabilitas
Ketaatan Perundangan Kinerja yang ada di
Peraturan Y : Kabupaten Minahasa
Perundangan Akuntabilitas selatan
Terhadap Kinerja -Ketaatan Peraturan
Akuntabilitas Instansi Perundangan secara
Pemerintah parsial tidak
Kinerja
berpengaruh
Instansi signifikan terhadap
Pemerintah Akuntabilitas
(Kabupaten Kinerja
Minahasa yang ada di
Selatan) Kabupaten Minahasa
selatan.
-Sistem Akuntansi
Pemerintah Daerah
dan Ketaatan
Peraturan
Perundangan secara
simultan memiliki
pengaruh terhadap
Akuntabilitas
Kinerja yang ada di
Kabupaten Minahasa
selatan.
16

6. Imam Wahid Pengaruh X1 : Kejelasan -Kejelasan sasaran


(2016) Kejelasan Sasaran anggaran,
Sasarann Anggaran kompetensi aparatur
X2 :
Anggaran, pemerintah daerah,
Pengendalian
Pengendalian Akuntansi sistem pelaporan,
Akuntansi, X3 : dan ketaatan pada
Kompetensi Kompetensi peraturan
Aparatur Aparatur perundangan
Pemerintah Pemerintah memiliki pengaruh
Daerah, Sistem Daerah terhadap
X4 : Sistem
Pelaporan dan akuntabilitas kinerja
Pelaporan
Ketaatan Pada X5 : Ketaatan instansi pemerintah.
Peraturan Pada Peraturan
Perundangan -Pengendalian
Perundangan
Terhadap Y : akuntansi tidak
Akuntabilitas Akuntabilitas memiliki pengaruh
Kinerja Kinerja terhadap
Instansi akuntabilitas kinerja
Instansi
Pemerintah instansi pemerintah.
Pemerintah
(Studi Empiris
pada SKPD
Kabupaten
Agam)

7. Muhammad Pengaruh X1 : -Kompetensi


Hafiz (2017) Kompetensi Kompetensi Aparatur, Ketaatan
Aparatur Aparatur pada Peraturan
Pemerintah
Pemerintah, Perundangan, dan
X2 : Ketaatan
Ketaatan Pada Pada Peraturan Kejelasan Sasaran
Peraturan Perundangan Anggaran
Perundangan, X3 : Kejelasan berpengaruh
dan Kejelasan Sasaran terhadap
Sasaran Anggaran Akuntabilitas
Anggaran Y : Kinerja Instansi
Akuntabilitas
Terhadap Pemerintah
Kinejra
Akuntabilitas Instansi Pemerintah
Kinerja Pemerintah Kabupaten Kampar.
Instansi XM :
Pemerintah Komitmen -Komitmen
Dengan Organisasi dan Organisasi
Komitmen Kinerja memperkuat
17

Organisasi dan Manajerial pengaruh


Kinerja Kompetensi
Manajerial Aparatur terhadap
Sebagai Akuntabilitas
Variabel Kinerja Instansi
Moderating Pemerintah
Pemerintah
Kabupaten Kampar.

-Kinerja Manajerial
memperkuat
pengaruh
kompetensi aparatur
terhadap
Akuntabilitas
Kinerja Instansi
Pemerintah
Pemerintah
Kabupaten Kampar.

8. Hari Pengaruh X1 : -Kejelasan Sasaran


Setyawan Kejelasan Kejelasan Anggaran,
(2017) Sasaran Sasaran Pengendalian
Anggaran
Anggaran, Akuntansi, Ketaatan
X2 :
Pengendalian Pengendalian pada Peraturan
Akuntansi, dan Akuntansi Perundangan
Ketaatan Pada X3 : Ketaatan berpengaruh positif
Peraturan Pada Peraturan dan signifikan
Perundangan Perundangan terhadap
Terhadap Y : Akuntabilitas
Akuntabilitas
Akuntabilitas Kinerja Instansi
Kinerja
Kinerja Instansi Pemerintah.
Instansi Pemerintah
Pemerintah -Interaksi antara
XM : Kinerja
Dengan Manajerial kejelasan sasaran
Kinerja anggaran dan kinerja
Manajerial manajerial
Sebagai berpengaruh positif
Variabel terhadap
Moderating akuntabilitas kinerja
instansi pemerintah.
18

-Interaksi antara
pengendalian
akuntansi dan kinerja
manajerial
berpengaruh positif
terhadap
akuntabilitas kinerja
instansi pemerintah.

-Interaksi antara
Ketaatan pada
peraturan
perundangan
manajerial
berpengaruh positif

9. Rizka Aulia Pengaruh X1 : -Kompetensi


Putri (2017) Kompetensi Kompetensi Aparatur
Aparatur Aparatur Pemerintah,
Pemerintah Pengendalian
Pemerintah,
X2 : Akuntansi, Sistem
Pengendalian Pengendalian Pelaporan, Kejelasan
Akuntansi, Akuntansi Sasaran Anggaran
Sistem X3 : Sistem berpengaruh
Pelaporan, Pelaporan terhadap
Kejelasan X4 : Kejelasan Akuntabilitas
Sasaran Sasaran Kinerja Instansi
Anggaran Pemerintah.
Anggaran, dan X5 : Ketaatan - Ketaatan Pada
Ketaatan Pada Pada Peraturan Peraturan
Peraturan Perundangan Perundangan tidak
Perundangan Y : berpengaruh
Terhadap Akuntabilitas terhadap
Akuntabilitas Kinerja Akuntabilitas
Instansi Kinerja Instansi
Kinerja
Pemerintah Pemerintah.
Instansi
Pemerintah
(Studi Empiris
pada SKPD
Kabupaten
Kampar)

10. Rizka Fahrul Pengaruh X1 : Ketaatan Ketaatan pada


19

Razi (2017) Ketaatan Terhadap peraturan ,


Terhadap Peraturan Pemanfaatan
Peraturan Perundangan Teknologi Infromasi,
X2 :
Perundangan, Pengendalian
Pemanfaatan
Pemanfaatan Teknologi Akuntansi,
Teknologi Infromasi Kompetensi aparatur
Infromasi, X3 : pemerintah
Pengendalian Pengendalian berpengaruh
Akuntansi dan Akuntansi terhadap
Kompetensi X4 : akuntabilitas kinerja
Kompetensi
Aparatur instansi pemerintah.
Aparatur
Pemerintah Pemerintah
Daerah Daerah
Terhadap X5 :
Akuntabilitas Akuntabilitas
Kinerja Kinerja
Instansi Instansi
Pemerintah
Pemerintah
(AKIP) Studi
Empiris pada
SKPD
Kabupaten
Indragiri Hulu)

Sumber : Data yang diolah,2019


Penelitian ini merupakan kelanjutan dari penelitian terdahulu seperti yang
terlampir diatas dimana pada penelitian ini kompetensi aparatur pemerintah,
ketaatan pada peraturan perundangan, dan pengendalian akuntansi sebagai
variabel independen. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya
terletak pada objek penelitian yaitu OPD Kota Palembang.

4.8 Kerangka Pemikiran


Berdasarkan landasan teori dan masalah penelitian, maka penulis akan
mengembangkan kerangka penelitian sebagai berikut :
G

Ketaatan Pada
Peraturan
Perundangan (X1)
20

H1

Pengendalian H2 Akuntabilitas Kinerja Instansi


Akuntansi (X2) Pemerintah (Y)

H3
Sistem Pelaporan [Type
a
(X3)

H4

Sumber : Data yang diolah, 2019


ambar 4.1
Skema Kerangka Konseptual
Berdasarkan gambar diatas, peranan kerangka pemikiran dalam penelitian
ini sangat penting untuk menggambarkan secara tepat objek yang akan diteliti dan
untuk menganalisis sejauh mana kekuatan variabel bebas yaitu Kompetensi
Aparatur Pemerintah, Ketaatan Pada Peraturan Perundangan dan Pengendalian
Akuntansi secara parsial maupun simultan mempengaruhi Akuntabilitas Kinerja
Instansi Pemerintah Kota Palembang.

4.9 Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban ataupun dugaan sementara terhadap suatu
masalah yang dihadapi, yang masih akan diuji kebenarannya lebih lanjut melalui
analisa data yang relevan dengan masalah yang terjadi. Dalam penelitian ini,
penulis mengemukakan hipotesis sebagai sebagai berikut :
H1 : Diduga terdapat pengaruh Ketaatan Pada Peraturan Perundangan
terhadap Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah
H2 : Diduga terdapat pengaruh Pengendalian Akuntansi terhadap
Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah
H3 : Diduga terdapat pengaruh Sistem Pelaporan terhadap Akuntabilitas
Kinerja Instansi Pemerintah
21

H4 : Diduga terdapat pengaruh Ketaatan Pada Peraturan Perundangan


Pengendalian Akuntansi dan Sistem Pelaporan terhadap Akuntabilitas
Kinerja Instansi Pemerintah

5. METODE PENELITIAN
5.1 Jenis Penelitian
Metode penelitian merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data yang
valid dengan tujuan dapat ditemukan, dibuktikan, dan dikembangkan suatu
pengetahuan sehingga pada gilirannya dapat digunakan untuk memahami,
memecahkan, dan mengantisipasi masalah (Sugiyono, 2016:6), jenis-jenis
penelitian adalah sebagai berikut :
1. Penelitian kuantitatif merupakan penelitian yang berlandaskan pada
kuesioner yang digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel
tertentu, teknik pengambilan sampel pada umumnya dilakukan secara
random, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis
data bersifat kuantitatif/statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis
yang telah ditetapkan.
2. Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang berlandaskan pada
filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek
yang alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti
adalah sebagai instrumen kunci, pengambilan sampel sumber data
dilakukan secara purposive dan snowball, teknik pengumpulan dengan
trianggulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan
hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada
generalisasi.
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
kuantitatif. Seperti yang telah dijelaskan di atas bahwa penelitian kuantitatif
adalah salah satu jenis penelitian yang berlandaskan pada kuesioner yang
digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu. Peneliti
menyebarkan kuesioner yang terkait dengan Ketaatan pada Peraturan
Perundangan, Pengendalian Akuntansi, Sistem Pelaporan dan Akuntabilitas
Kinerja Instansi Pemerintah.

5.2 Tempat dan Waktu Penelitian


22

Penelitian ini dilakukan di Organisasi Perangkat Daerah (OPD) yang ada


dikota Palembang. Dengan pembagian kuesioner dalam penelitian ini yaitu kepala
OPD, kepala bidang perencanaan serta staf bagian perencanaan. Penelitian yang
dipilih terdiri dari 30 OPD ini dilaksanakan bulan April 2019 sampai bulan Juni
2019.

5.3 Variabel Penelitian


Menurut Sugiyono (2016:38) variabel adalah segala sesuatu yang
berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga
diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya.
5.3.1 Variabel Independen
Variabel Independen menurut Sugiyono (2016:39) “variabel ini sering
disebut sebagai variable stimulus, predictor, antecedent. Dalam Bahasa Indonesia
sering disebut sebagai variabel bebas. Variabel bebas merupakan variabel yang
mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel
dependen (terikat)”. Variabel X dalam penelitian ini terdapat 3 (tiga) variabel
independen yang digunakan yaitu Ketaatan pada Peraturan Perundangan (X1),
Pengendalian Akuntansi (X2), dan Ssitem Pelaporan (X3).
5.3.2 Variabel Dependen
Variabel dependen menurut Sugiyono (2016:39), “sering disebut sebagai
variabel output, kriteria, konsekuen. Dalam bahasa Indonesia sering disebut
variabel terikat. Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau
menjadi akibat, karena adanya variabel bebas”. Variabel dependen disimbolkan
dengan huruf Y. Variabel dependen pada penelitian ini adalah Akuntabilitas
Kinerja Instansi Pemeirntah (Y). Variabel ini diukur dengan skala interval yaitu
mengukur sikap dengan mengatakan setuju atau ketidaksetujuannya terhadap
pernyataan yang dilakukannya dengan skor 5 (SS= Sangat Setuju), skor 4 (S=
Setuju), skor 3 (KS= Kurang Setuju), skor 2 ( TS= Tidak Setuju), skor 1 (STS=
Sangat Tidak Setuju).

Tabel 5.1
23

Operasionalisasi Variabel Penelitian

No
Variabel Dimensi Definisi Indikator Skala Perta
nyaan
Akuntabili Akuntabi Akuntabilitas a. Akuntabilitas Interv 29
tas Kinerja litas kinerja Kebijakan al
Instansi Kinerja pemerintah b. Akuntabilitas 23,24
Pemerinta daerah merupakan Program
h (Y) perwujudan c. Akuntabilitas 25,28,
kewajiban suatu Proses 30
instansi d. Akuntabilitas 22,26,
pemerintah untuk Kejujuran dan 27
mempertanggung- Hukum
jawabkan
keberhasilan atau
kegagalan
pelaksanaan misi
organisasi dalam
mencapai sasaran
dan tujuan yang
telah ditetapkan
melalui sistem
pertanggungjawab
an secara
periodik.
(Peraturan
Presiden No 29
Tahun 2014
tentang Sistem
Akuntabilitas
Kinerja Instansi
Pemerintah)
Ketaatan Kepatuha Ketaatan pada a. Kepatuhan Interv 1,2
pada n peraturan terhadap al
Peraturan perundangan peraturan
Perundang adalah kepatuhan perundangan-
an (X1) seseorang dalam undangan yang
menaati peraturan berlaku
yang telah
24

Pengawa dibentuk oleh b. Pengawasan 3,4,5


san lembaga negara terhadap
atau pejabat yang pelaksanaan
berwenang dan tugas sesuai
mempunyai dengan
kekuatan peraturan
mengikat agar
dapat mengatur
dan menertibkan
setiap kehidupan
berbangsa dan
bernegara.
(Setyawan, 2017)
Pengendal Prosedur Pengendalian a. Kebijakan dan Interv 6,7,9,
ian Pengend Akuntansi Peraturan al 10,11,
Akuntansi alian merupakan bagian Terpenuhi 15
(X2) Akuntans dari sistem b. Aktiva dan 8, 12,
i pengendalian Catatan 13
internal, meliputi Organisasi
struktur tidak
organisasi, disalahgunaka
metode, dan n
ukuran-ukuran c. Keandalan 14
yang Informasi
dikoordinasikan Keuangan
terutama untuk
menjaga
kekayaan
organisasi serta
mengecek
ketelitian dan
keandalan data
akuntansi
(Bastian, 2009)
Sitem Informas Sistem pelaporan a. Menentukan Interv 16,17,
Pelaporan i merupakan Tingkat al 21
(X2) laporan yang Kepatuhan
menggambarkan b. Evaluasi 19,20
sistem Tingkat
pertanggungjawab Efisien dan
an dari bawahan Efektifitas
25

(pimpinan unit c. Kelengkapan 18


anggaran) kepada Penyajian
atasan (kepala Laporan
bagian anggaran). Keuangan
Sistem pelaporan
yang baik
diperlukan agar
dapat memantau
dan
mengendalikan
kinerja manajerial
dalam
mengimplementas
ikan anggaran
yang telah
ditetapkan.
(Abdullah;
Anastasia 2018)

5.4 Populasi dan Sampel


5.4.1 Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi terdiri dari objek atau subjek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik yang diterapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2016:80). Sedangkan
Narimawati (2008:37) menjelaskan bahwa populasi adalah objek atau subjek yang
memiliki karakteristik tertentu sesuai informasi yang ditetapkan oleh peneliti,
sebagai unit analisis penelitian.
Populasi dalam penelitian ini adalah OPD Kota Palembang yang dijadikan
sebagai objek penelitian yaitu 30 OPD. Berikut nama-nama OPD di Kota
Palembang :
26

Tabel 5.2
Daftar OPD Kota Palembang

No Nama Dinas
1 Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil
2 Dinas Kesehatan
3 Dinas Sosial
4 Dinas Tenaga Kerja
5 Dinas Pariwisata
6 Dinas Arsip, Perpustakaan dan Dokumentasi
7 Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan Kota
8 Dinas Pemadam Kebakaran dan Penanggulangan Bencana
9 Dinas Pekerja Umum dan Penataan Ruang Kota
10 Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman Kota
11 Dinas Komunikasi dan Informatika Kota Palembang
12 Dinas Pertaninan dan Ketahanan Pangan
13 Dinas Perikanan
14 Dinas Kepemudaan dan Olahraga
15 Dinas Pendidikan
16 Dinas Perhubungan
17 Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana
18 Dinas Perdagangan
19 Dinas Perindustrian
20 Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Menengah
21 Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu
22 Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak dan Pemberdayaan
Masyarakat
23 Dinas Kebudayaan
24 Badan Kepegawaian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia
25 Badan Pengelolaan Pajak Daerah
26 Badan Pengelolaan Keuangan Aset Daerah
27 Badan Kesatuan Bangsa dan Politik
28 Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
29 Inspektorat Kota Palembang
30 Satuan Polisi Pamong Praja Kota Palembang
Sumber : website resmi pemerintah kota palembang (www.Palembang.go.id )

5.4.2 Sampel
Sampel merupakan bagian dari jumlah karakeristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut (Sugiyono, 2016:81). Sedangkan Narimawati (2008:77)
mendefinisikan sampel adalah sebagian dari populasi yang terpilih untuk menjadi
27

unit pengamatan dalam penelitian. Proses pengambilan sampel harus dapat


menghasilkan sampel yang akurat dan tepat, sampel yang tidak akurat dan tidak
tepat akan memberikan riset yang tidak diharapkan atau dapat menghasilkan
kesimpulan salah yang menyesatkan (Hartono, 2013).
Teknik penentuan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan teknik sampling jenuh, yaitu teknik pengambilan sampel dimana
semua anggota populasi dijadikan sampel. Sampel dalam penelitian ini adalah
OPD kota Palembang yang terdiri dari 23 Dinas, 5 Badan, 1 Inspektorat dan 1
Sekretariat di Kota Palembang. Setiap populasi tersebut diambil sebagai unit
penelitian yaitu: 1. Kepala OPD, 2. Kepala Bidang Perencanaan dan 3. Staf
Bidang Perencanaan. Dengan demikian total kuesioner yang didapat sebesar 90
kuesioner.

5.5 Teknik Pengumpulan Data dan Analisis


5.5.1 Teknik Pengumpulan Data
Data yang diperoleh dalam penelitian ini dengan cara mengirimkan
kueisioner kepada responden. Menurut Sugiono (2010:199), kuesioner merupakan
teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberikan seperangkat
pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya,
pengumpulan data yang efisien bila peneliti tahu dengan pasti variabel yang akan
diukur dan tahu apa yang bisa diharapkan dari responden.

5.5.2 Teknik Analisis Data


Analisis data adalah cara mengelolah data yang terkumpul kemudian dapat
memberikan interpretasi. Hasil pengolahan data ini digunakan untuk
menunjukkan masalah yang telah dirumuskan. Analisis data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah regresi berganda. Untuk mempermudah analisis dan
uji hipotesis yang diajukan, data yang dikumpul diolah dengan software SPSS.
Teknik Analisis ini dapat dilakukan setelah melakukan uji validitas, realibilitas
dan uji normalitas.
5.5.2.1 Uji Validitas
28

Uji validitas digunakan untuk mengukur sah/valid atau tidaknya suatu


kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner
mampu mengungkapkan sesuatu yang akan diukur.Suatu item yang mencapai
koefisien korelasi minimal 0,30. Jika item yang memiliki nilai koefisien korelasi
di bawah 0,30 dianggap tidak valid (Priyatno,2012:184).
Data yang valid adalah data yang tidak berbeda antar data yang dilaporkan
oleh peneliti dengan data yang terjadi pada obyek penelitian (Sugiyono, 2013:
179), kriteria pengujian validitas adalah sebagai berikut:
a. Jika r hitung Positif dan r hitung > r tabel maka butir pertanyaan tersebut
valid.
b. Jika r hitung negatif dan r hitung < r tabel, maka butir pertanyaan tersebut
tidak valid.
Dalam penelitian ini, uji validitas dilakukan dengan menggunakan
kuesioner berupa pernyataan terkait variabel kompetensi sumber daya manusia,
sistem pengendalian intern, standar akuntansi pemerintahan serta variabel
kualitas laporan keuangan pemerintah daerah. Uji validitas terhadap item-item
pernyataan ini menggunakan bantuan aplikasi pengolahan data Statistical Product
and Service Solutions (SPSS) versi 22.
5.5.2.2 Uji Reliabilitas
Reliabilitas (reliability) adalah suatu pengukur yang menunjukkan
stabilitas dan konsistensi dari suatu instrumen yang mengukur suatu konsep dan
berguna untuk mengakses kebaikan suatu pengukur, untuk menguji keandalan
alat ukur atau instrumen dalam penelitian ini digunakan koefisien Alpha
Cronbach. Koefisien keandalan menunjukkan mutu seluruh proses pengumpulan
data suatu penelitian. Suatu variabel dikatakan reliable jika nilai koefisien
alpha lebih besar dari 0,60 Abdillah dan Hartono (2015:207).Suatu variabel
dikatakan kurang baik jika memberikan nilai koefisien Alpha Cronbach < 0,60,
sedangkan 0,7 dapat diterima dan di atas 0,8 adalah baik (Priyatno, 2012:187).
Tujuan perhitungan koefisien keandalan adalah untuk mengetahui tingkat
konsistensi jawaban responden. Besarnya koefisien ini berkisar dari nol hingga
satu. Makin besar nilai koefisien, makin tinggi keandalan alat ukur dan tingkat
konsistensi jawaban (Sugiyono, (2013:190), kaidah keputusannya adalah:
29

1. Jika r < 0,20 maka tingkat keandalan sangat lemah atau tingkat keandalan
tidak berarti.
2. Jika r diantara 0,20–0,40 maka ditafsirkan bahwa tingkat keandalan yang
rendah tetapi pasti.
3. Jika r diantara 0,40–0,70 maka ditafsirkan bahwa tingkat keandalan yang
cukup berarti.
4. Jika r > 0,90 maka ditafsirkan bahwa tingkat keandalan yang sangat tinggi.
Uji reliabilitas dilakukan dengan alat ukur berupa kuesioner, terkait
variabel kompetensi aparatur pemerintah, ketaatan pada peraturan perundangan,
dan pengendalian akuntasi serta variabel akuntabilitas kinerja instansi
pemerintah. Uji reliabilitas pada variabel penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan bantuan aplikasi pengolahan data Statistical Product and Service
Solutions (SPSS) versi 22.
Model regresi linier dapat disebut sebagai model yang baik jika model
tersebut memenuhi beberapa asumsi yang kemudian disebut dengan asumsi
klasik. Asumsi klasik yang harus terpenuhi dalam model regresi linier yaitu
residual terdistribusi normal, tidak adanya multikolinearitas, tidak adanya
heteroskedastisitas, dan model regresi. (Priyatno, 2012:143).
5.5.2.3 Uji Asumsi Klasik
Sebelum dilakukan pengujian hipotesis dengan menggunakan analisis
regresi, maka diperlukan pengujian asumsi klasik yang meliputi pengujian: (1)
normalitas, (2) multikolinearitas, dan (3) heterokedastisitas.
1. Uji Normalitas
Uji normalitas data digunakan untuk mengetahui data berdistribusi secara
normal atau tidak. Uji Normalitas data ini dilakukan untuk setiap analisis
multivariate, khususnya jika tujuannya adalah inferensi. Untuk dapat melakukan
analisis parametrik seperti One Way ANOVA, korelasi pearson, regresi dan
sebagainya, maka syarat yang harus dipenuhi adalah data harus berdistribusi
normal. Caranya adalah dengan melihat distribusi dari variabel-variabel yang akan
diteliti. Walaupun normalitas suatu variabel tidak selalu diperlukan dalam analisis
akan tetapi hasil uji statistik akan lebih baik jika semua variabel berdistribusi
normal. Normalitas suatu variabel umumnya dideteksi dengan grafik atau uji
30

statistik.Uji ini menggunakan statistik Kolmogorov-smirnov dengan nilai


signifikansi di atas 0,05, (Priyatno, 2012:151). Kriteria pengujian yaitu:
1. Signifikansi > 0,05 maka data berdistribusi normal.
2. Signifikansi < 0,05 maka data tidak berdistribusi normal.
2. Uji Multikolonieritas
Multikolonieritas merupakan keadaan adanya korelasi yang sempurna
antar variabel bebas. Menurut Ghozali (2011) Uji multikolonieritas bertujuan
untuk menguji apakah dalam model regresi ditemukan adanya korelasi antar
variabel independen. Model regresi yang baik tidak boleh terdapat korelasi antar
tiap variabel bebas. Metode untuk menguji adanyamultikolonieritas dapat dilihat
pada nilai tolerance atau Variance Inflammatory Factor (VIF)nya dengan kriteria
keputusan sebagai berikut :
a. Apabila Value tolerance≥ 0,1 dan Variance Inflammatory Factor lebih
kecil dari 10, maka dapat disimpulkan tidak terjadi gejala multikolonieritas
antar variabel independent pada model regresi.
b. Apabila Value tolerance≤ 0,1 dan Variance Inflammatory Factor lebih
besar dari 10, maka dapat disimpulkan dan terjadi gejala
multikolonieritas antar variabel independent pada model regresi.
3. Uji Heterokedastisitas
Heteroskedastisitas adalah keadaan dimana dalam model regresi terjadi
ketidaksamaan varian dari residual pada satu pengamatan ke pengamatan yang
lain. Model regresi yang baik adalah tidak terjadi heteroskedastisitas. Penelitian
ini melihat pola titik-titik pada scatterplot Regresi dengan cara melihat grafik
scatterplot antara standardized predicted value (ZPRED) dengan studentized
residual (SRESID), ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot antara
ZPRED dan SRESID dimana sumbu Y dan sumbu X adalah residual (Y prediksi –
Y sesungguhnya). Dasar pengambilan keputusan yaitu :
a. Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk suatu pola
tertentu yang teratur, maka terjadi heterokesdisitas.
31

b. Jika tidak ada pola yang jelas, seperti titik-titik menyebar di atas dan
dibawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroksiditas.
(Priyatno, 2012:165).

5.5.2.4 Persamaan Regresi Berganda


Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan model analisis regresi
berganda. Model analisis berganda, selain mengukur kekuatan hubungan antara
dua variabel atau lebih, juga menunjukkan arah hubungan antara variabel
dependen dengan variabel independen (Ghozali, 2011). Variabel dependen
diasumsikan random, yang berarti mempunyai distribusi probabilitas. Variabel
independen diasumsikan memiliki nilai tetap dalam pengambilan sampel yang
berulang. Persamaannya adalah:
𝒀 = 𝜶 + 𝜷𝟏𝑿𝟏 + 𝜷𝟐𝑿𝟐 + 𝜷𝟐𝑿𝟐 + 𝒆
Keterangan:
Y = Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah
𝜶 = Konstanta
X1 = Ketaatan pada Peraturan Perundangan
X2 = Pengendalian Akuntansi
X3 = Sistem Pelaporan
β0 β1 β2 β3 = Koefisien Regresi
e = Error Term, yaitu tingkat kesalahan penduga dalam penelitian
5.5.2.5 Uji Koefisien Determinasi (R²)
Koefisien Determinasi (R²) pada intinya mengukur seberapa jauh
kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen (Ghozali,
2011). Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai R² yang kecil
berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi
variabel dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variable-
variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk
memprediksi variasi variabel dependen.
5.5.2.6 Pengujian Hipotesis
Dalam penelitian ini, hipotesis diuji dengan menggunakan teknik analisis
regresi linier berganda. Analisis ini digunakan untuk mengetahui apakah semua
32

variabel independen mempunyai pengaruh terhadap variabel dependen. Model


regresi untuk menguji hipotesis dalam penelitian ini menggunakan uji-F
(simultan) dan uji-t (parsial).
1. Uji Signifikansi Simultan ( Uji-F)
Menurut Ghozali (2011) Uji F pada dasarnya digunakan untuk
menunjukkan apakah semua variabel independen yang dimasukkan dalam model
penelitian mempunyai pengaruh secara simultan atau bersama-sama terhadap
variabel dependen. Jika taraf signifikansi < 0,05 dan F hitung lebih > dari F tabel,
maka dapat disimpulkan terdapat pengaruh secara bersama-sama antara variabel
independen (X) terhadap variabel dependen (Y).
2. Uji Signifikan Parsial (Uji – t)
Menurut Ghozali (2011) Uji t pada dasarnya digunakan untuk
menunjukkan sejauh mana pengaruh satu variabel independen secara parsial
(individual) dalam menerangkan variabel dependen. Uji t yaitu suatu uji untuk
mengetahui signifikansi pengaruh variabel bebas (kualitas pelayanan dan kualitas
produk) secara parsial atau individu menerangkan pengaruh terhadap variabel
terikat (kepuasan konsumen). Pengambilan keputusan yaitu dengan nilai
signifikansi 0,05 dan membandingkan t hitung dengan t tabel yang ditentukan
sebagai berikut:
1. Apabila tingkat signifikansi < α (0,05) dan t hitung > t tabel, maka Ho
ditolak dan Ha diterima yang artinya variabel independen secara parsial
berpengaruh terhadap variabel dependen.
2. Apabila apabila tingkat signifikansi > α (0,05) dan t hitung < t tabel, maka
Ho diterima dan Ha ditolak yang artinya variabel independen secara
parsial tidak berpengaruh terhadap variabel dependen.
Tahap – tahap pengujian hipotesis:
a. Menentukan hipotesis Ho: secara parsial tidak ada pengaruh signifikan
antar variabel independen terhadap variabel dependen Ha: secara
parsial ada pengaruh signifikan antar variabel independen terhadap
variabel dependen
b. Menentukan taraf signifikan Menggunakan a = 5%
33

c. Menentukan t hitung
d. Menentukan t tabel Menggunakan uji satu arah. Tabel distribusi t
dicara dengan a = 5%. Dengan derajat kebebasan (df) n-k-1
Keterangan:
n = jumlah sampel
k = jumlah variabel independen
e. Kriteria pengujian - t hitung > t tabel berarti Ho ditolak dan Ha
diterima - t hitung < t tabel berarti Ho diterima dan Ha ditolak Uji t
dengan tingkat signifikansi: - Jika tingkat signifikansi < 0,05 maka Ho
ditolak dan Ha diterima - Jika tingkat signifikansi > 0,05 maka Ho
diterima dan Ha ditolak
f. Membandingkan t hitung dan t tabel
g. Kesimpulan

6. JADWAL PENYUSUNAN SKRIPSI


Dalam menyusun proposal Skripsi ini penulis telah menyusun jadwal
kegiatan guna menyelesaikan Skripsi tepat waktu yang dimulai bulan Maret 2019
sampai dengan Juni 2019.
34

Tabel 6.1
Jadwal Penyusunan Skripsi

Bulan
No Kegiatan Maret April Mei Juni
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Kunjungan awal ke instansi
2 Pengumpulan data awal
3 Menyusun proposal
Konsultasi dan perbaikan
4
proposal
5 Pengumpulan proposal
6 Menyusun Bab I
Konsultasi dan perbaikan
7
Bab I
8 Menyusun Bab II
Konsultasi dan perbaikan
9
Bab II
10 Menyusun Bab III
Konsultasi dan Perbaikan
11
Bab III
12 Menyusun Bab IV
Konsultasi dan Perbaikan
13
Bab IV
14 Menyusun Bab V
Konsultasi dan Perbaikan
15 Bab V

16 Mengumpulkan Skripsi

7. BIAYA PENYUSUNAN SKRIPSI


35

Biaya-biaya yang akan diperlukan penulis dalam menyusun Skripsi ini,


sebagai berikut :
Tabel 7.1
Estimasi Biaya Penyusunan Skripsi

No. Uraian Volume Harga Satuan Total


1. A4 80 gr 3 Rim Rp. 46.000 Rp.138.000
2. Tinta 1 Buah Rp. 80.000 Rp. 80.000
3. Map Kancing 1 Buah Rp. 12.000 Rp. 12.000
4. Map Plastik 1 Buah Rp. 7.000 Rp. 7.000
5. Clip Besar 2 Buah Rp. 2.000 Rp 4.000
6. Clip Sedang 2 Buah Rp. 1.500 Rp. 3.000
7. Clip Kecil 2 Buah Rp. 1.000 Rp. 2.000
8. Jilid Proposal 5 Rangkap Rp. 4.000 Rp. 20.000
9. Jilid Skripsi Keras 3 Rangkap Rp. 30.000 Rp. 90.000
10. Jilid Skripsi Biasa 6 Rangkap Rp. 4.000 Rp. 24.000
11. Biaya Transport 4 Trip Rp. 100.000 Rp.400.000
12. Biaya Lain-lain - - Rp.250.000
Total Biaya Rp.1.030.000

Daftar Pustaka
36

Agusta, Izwar. 2013. Pengaruh Budaya Organisasi Akuntabilitas Publik,


Pengendalian Intern, dan Komitmen Organisasi Terhadap Kinerja
Manajerial Pemerintah Daerah Kabupaten Bengkalis. Skripsi. Pekanbaru:
UIN Sultan Syarif Kasim.

Aini, dkk, 2014. Analisis Pengaruh Unsur-Unsur Internal Control System


Terhadap Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (Akip) (Studi Pada
Satuan Kerja Perangkat Daerah Kabupaten Pelalawan), JOM FEKON
VOL.1 NO.2 2 OKTOBER 2014.

Anastasia, Dana Rizky. 2018. Pengaruh Kejelasan Sasaran Anggaran,


Pengendalian Akuntansi, dan Sistem Pelaoran Terhadap Akuntabilitas
Kinerja Instansi Pemerintah (Studi Empiris Pada Pemerintah Provinsi
Sumatera Selatan). Politeknik Negeri Sriwijaya.

Anjarwati, Mei. 2012. Pengaruh Kejelasan Sasaran Anggaran, Pengendalian


Akuntansi, dan Sistem Pelaporan Terhadap Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah. Accounting Analysis Journal. Universitas Negeri Semarang.

Putri, Rizki Aulia. 2015. Pengaruh Kompetensi Aparatur Pemerintah,


Pengendalian Akuntansi, Sistem Pelaporan Kejelasan Sasaran Anggaran dan
Ketaatan Pada Peraturan Perundangan Terhadap Akuntabilitas Kinerja
Instansi Pemerintah (Studi Empiris SKPD Kabupaten Kampar). Univeristas
Riau.

Badan Kepegawaian Negara, 2001, Keputusan tentang Standar Kompetensi


Jabatan Struktur Pegawai Negeri Sipil

Bastian, Indra. 2010. Akuntansi Sektor Publik Suatu Pengantar. Penerbit


Erlangga. Jakarta

Damayanti, S. 2017. Pengaruh Pengendalian Internal, Pemanfaatan Teknologi


Informasi dan Akuntabilitas Publik Terhadap Kinerja Instansi Pemerintah
(Studi Kasus Pada Satuan Kerja Pemerintah Daerah Kabupaten Deli
Serdang). Skripsi. Program S-1 Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi
dan Bisnis Universitas Sumatera Utara. Medan.

Razi, Riska Fahrul. 2017. Pengaruh Ketaatan Terhadap Peraturan Perundangan,


Pemanfaatam Teknologi Informasi, Pengendalian Akuntansi dan
Kompetensi Aparatur Pemerintah Daerah Terhadap Akuntabilitas Kinerja
Instansi Pemerintah (Studi Empiris pada SKPD Kabupaten Indragiri Hulu).
Universitas Riau.
37

Ghozali, I. 2013. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 21


Update PLS Regresi. Edisi Ketujuh. Badan Penerbit Universitas
Diponegoro. Semarang.

Herawaty, Netty. 2011. Pengaruh Kejelasan Sasaran Anggaran, Pengendalian


Akuntansi dan Sistem Pelaporan Terhadap Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah Daerah Kota Jambi. Jurnal Penelitian Universitas Jambi Seri
Humaniora. Jambi.

Hidayatullah, A. dan Heridjiono, I. 2015. Pengaruh Kejelasan Sasaran Anggaran,


Pengendalian Akuntansi, Sistem Pelaporan terhadap Akuntabilitas Kinerja
SKPD di Merauke. Prosiding Seminar Nasional Multi Disiplin Ilmu dan
Call for Papers Unisbank.

http://beritasumatera.co.id/2019/01/29/pemkot-palembang-dapat-penghargaan-
sakip-2018/ (diakses pada 15 April 2019)

Lembaga Admnistrasi Negara. 2013. Pedoman Penyusunan Pelaporan


Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. Jakarta: LAN dan BPKP.

Mardiasmo. 2009. Akuntansi Sektor Publik. Penerbit Andi. Yogyakarta.

Peraturan Presiden Nomor 29 tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja


Instansi Pemerintah.

Priyatno, Duwi. 2012. Cara Kilat Belajar Analisis Data Dengan SPSS 20.
Yogyakarta: Penerbit Andi.

Putra, D. 2013. Pengaruh Akuntabilitas Publik dan Kejelasan Sasaran Anggaran


Terhadap Kinerja Manajerial Satuan Perangkat Daerah Kota Padang. Jurnal
Akuntansi 1(1): 1-23.

Saputra, Hady Rinazta, 2010. Pengaruh Kompetensi Aparatur Pemerintah Daerah,


Penerapan Akuntabilitas Keuangan, dan Ketaatan terhadap Peraturan
Perundangan terhadap Akunta-bilitas Kinerja Instansi Peme-rintah, Studi
pada SKPD Kuantan Singingi, Skripsi, Fakultas Ekonomi Universitas Riau.

Setyawan, Hari. 2017. Pengaruh Kejelasan Sasaran Anggaran, Pengendalian


Akuntansi dan Ketaatan Pada Peraturan Perundangan Terhadap
Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Dengan Kinerja Manajerial
Sevagai Variabel Moderating. Universitas Riau
38

Sugiyono. 2016. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:


Penerbit Alfabeta.

Suhartono, Ehrman dan Mochammad Solichin, 2006. Pengaruh Kejelasan


Sasaran Anggaran Terhadap Senjangan Anggaran Instansi
Pemerintah Daerah Dengan Komitmen Organisasi Sebagai Pemoderasi.
Simposium Nasional Akuntansi 9. Padang.

Undang-Undang RI Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah.

Undang-Undang RI Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Pusat


dan Daerah.

Wahid, I. 2016. Pengaruh Kejelasan Sasaran Anggaran, Pengendalian Akuntansi,


Kompetensi Aparatur Pemerintah Daerah, Sistem Pelaporan, dan Ketaatan
pada Peraturan Perundangan terhadap Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah (Studi Empiris pada Satuan Kerja Perangkat Daerah Kabupaten
Agam). Jurnal Online Mahasiswa (JOM) Bidang Ilmu
Ekonomi, 3(1), 2457-2471.

Zakiyudin, M. A. dan Suyanto. 2015. Kejelasan Sasaran Anggaran, Pengendalian


Akuntansi, Sistem Pelaporan dan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah
pada Inspektorat Jenderal Kementerian Agama RI. Jurnal Riset Akuntansi
dan Perpajakan (JRAP) 2(1): 89-96.

Anda mungkin juga menyukai