Anda di halaman 1dari 50

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kualitas laporan keuangan selalu menjadi pusat perhatian setiap entitas termasuk
entitas publik. Pemerintah diharapkan dapat menyusun laporan keuangan yang
mengandung informasi berkualitas untuk publik sebagai wujud pertanggung jawaban
kinerja pemerintah. Pembuatan laporan keuangan guna sebagi bentuk kebutuhan
transparansi yang merupakan syarat pendukung adanya akuntabilitas berupa
keterbukaan pemerintah atas aktivitas pengelolaan sumber daya publik. Zeyn (2011).
Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) merupakan pelaksanaan Undang-Undang
Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara pasal 32 ayat (2) yang menyatakan
bahwa standar akuntansi pemerintahan disusun oleh suatu komite standar yang
independen dan ditetapkan dengan PP setelah terlebih dahulu mendapat pertimbangan
dari Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). SAP merupakan landasan hukum bagi
aparatur pemerintah pusat maupun daerah dalam mengelola penerimaan dan
penggunaan dana secara transparan, efisien, dan dapat dipertanggungjawabkan
sehingga tujuan untuk mewujudkan transparansi dan akuntabilitas dapat tercapai.
Peraturan yang diterbitkan pemerintah dalam mengatur dan mengelola penyajian
laporan keuangan yaitu tertuang dalam PP No. 24 Tahun 2005 tentang SAP yang
kemudian akan digantikan dengan PP No. 71 Tahun 2010 tentang SAP berbasis
akrual dan diterapkan selambat-lambatnya tahun 2015. Laporan keuangan harus
disusun sesuai Standar Akuntansi agar dapat menghasilkan laporan keuangan yang
berkualitas sesuai dengan karakteristik kualitatif yang disyaratkan PP No. 71 Tahun
2015, yakni relevan, andal, dapat dibandingkan dan dapat dipahami oleh pengguna
informasi. Good governance muncul dan berkembang diberbagai negara untuk
mengoreksi peranan
pemerintah yang bersifat sentralistik dan bahkan otoriter, korup dan kolusif, kearah
pemerintahan dan penyelenggaraan pembangunan yang berorientasi pada misi
pemberdayaan masyarakat dalam upaya peningkatan kesejahteraan sosial, ekonomi,
serta demokratisasi politik. Rasul (2009). Adanya kebijakan pemerintah tentang
perluasan kewenangan otonomidaerah disertai reformasi birokrasi membawa angin
segar bagi perkembangan pengelolaan administrasi publik. Dalam perkembangan
administrasi publik di Indonesia mengalami perubahan secara drastis mengenai
pelimpahan pengelolaan dan tanggungjawab telah diserahka kewenangan dari
pemerintah tingkat regional atau daerah (Kristiansen, et al, 2009). Terkait pelaksanaan
dan pertanggungjawaban Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD),
dalam Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang perimbangan keuangan antara
pemerintah pusat dan pemerintah daerah mengamanatkan bahwa keuangan daerah
harus dikelola dengan tertib, taat pada perundang-undangan, efisien, ekonomis,
efektif, transparan, dan bertanggungjawab dengan memperhatikan keadilan,
kepatuhan dan manfaat untuk masyarakat.Organisasi sektor publik pemerintah daerah
dituntut agar memiliki kinerja yang berorientasi pada kepentingan masyarakat, dan
mendorong pemerintah untuk senantiasa tanggap akan tuntutan lingkungan dengan
berupaya memberikan pelayanan terbaik secara transparansi, akuntabilitas dan
berkualitas, serta
adanya pembagian tugas yang baik pada pemerintah. Pengelolaan keuangan daerah
pada organisasi sektor publik dituntut agar memiliki tata kelola yang baik (good
governance) untuk kepentingan masyarakat dan tanggap akan tuntutan
lingkungannya. Prinsip good governance merupakan prinsip pokok yang harus
diberlakukan diseluruh
negara di dunia termasuk Indonesia (Nugraheni dan Subaweh, 2008). Spathis, et al.
(2002) menyatakan bahwa adanya tuntutan masyarakatterhadap peningkatan
transparansi dan konsistensi informasi yang dilihat dalam laporan keuangan. Oleh
karena itu penerapan good governance dalam organisasi sektor publik diharapkan
dapat menghasilkan laporan keuangan yang berkualitas terbebas dari penyajian data
yang belum sesuai dengan peraturan dan terbebas dari penyimpangan-penyimpangan.
Pelaksanakan dan pengembangan prinsip tata kelolah pemerintah yang baik tidak
mudah. Selain itu, dalam implikasinya membutuhkan komitmen dan optimisme besar
dari seluruh komponen bangsa, yang melibatkan tiga pilar bangsa yaitu apparat
pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat dalam rangka memelihara solidaritas
untuk mencapai pemerintah yang baik. Good governance sebagai sistem yang
diterapkan pada pemerintah demi terwujudnya pemerintah yang efektif dan efesien,
sehat dan bermutu, serta memberikan dampak yang baik bagi pemerintah dan
masyarakat. Sistem pemerintah ini muncul di era reformasi karena tuntutan terhadap
keadaan pemerintah pada era orde baru dengan berbagai permasalahan yang terutama
meliputi penyusatan kekuasaan pada presiden. mengemukakan dalam skripsi (Pertiwi,
Siti Handrianti Darma: 2017) bahwa good governance sebagai bagian dari agenda
reformasi pada dasarnya merupakan suatu kondisi ideal yang diharapkan terwujud
pada setiap aspek pemerintah yangberinteraksi pada masyarakat. Penerapan good
governance dimaksudkan agar terciptanya keterbukaaninformasi, adanya
pertanggungjawaban pemimpin, perlakuan adil bagi setiap pegawai dalam
menjalankan kewajiban dan menerima hak-haknya sebagai pegawai maupun adanya
keterlibatan dari seluruh pegawai dalam pengembangan organisasi menjadi lebih baik
lagi. Berdasarkan di pemerintahan daerah Kota Makassar, pengelolaan keuangan
sudah dilaksanakan berdasarkan akuntansi sektor publik, namun penerapan good
governance masih belum jelas kelihatan, karena beberapa unsur good governace
belum diungkap dan dalam pelaporan keuangan khususnya, sehingga pernyataan good
governance masih perlu dipertanyakan. Dalam menyikapi hal tersebut BAPPEDA
Kota Makassar harus melakukan peningkatan kualitas profesionalisme aparatur
pengelola keuangan agar mampu beradaptasi dan menjalankan tugas secara
professional, memegang teguh etika birokrasi dan mampu menghasilkan laporan
keuangan yang akuntabel sesuai dengan peraturan perundang-undangan, dalam
rangka memberikan informasi yang benar, baik kepada atasan maupun kepada
masyarakat Kota Makassar. Adapun penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh
Akuba, (2013).Tentang Analisis Implementasi Standar Akuntansi Pemerintah Dalam
Penyajian Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Kota Gorontalo. Hasil penelitiannya
menunjukan bahwa pemerintahan gorontalo belum menerapkan PP No. 71 tahun 2010
dikarenakan masih terdapat beberapa faktor yang mempengaruhinya. Kemudian
penelitian lainnya yang dilakukan oleh Dadang Suhendra, (2016). Tentang Pengaruh
Penerapan Prinsip-Prinsip Good Governance Terhadap Keberhasilan Penerapan
Penganggaran Berbasis Kinerja APBD
Kabupaten/Kota Se-Wilayah III Cirebon dengan Komitmen Organisasi Sebagai
Variabel Moderator. Berdasarkan hasil penelitiannya ini menunjukbahwa
keberhasilan implementasi penganggaran berbasis kinerja 45,1%-nydipengaruhi oleh
penerapan prinsip-prinsip Good Governance, yang dimoderasi oleh Komitmen
Seluruh Komponen Organisasi, sementara sisanya dipengaruhi oleh faktor-faktor
yang lain. Akhir-akhir ini, organisasi sektor publik dituntut untuk terus
melakukanupaya perbaikan dalam pengelolaan sumber daya publik untuk
menghasilkan laporan keuangan yang berkualitas. Tata kelola pemerintah yang baik
atau good governance merupakan komitmen Pemerintah Indonesia dalam
mewujudkan birokrasi yang bersih, efektif dan efisien. Lemahnya tata kelola
pemerintah yang baik (good governace) diistansi pemerintahan ditandatangani dengan
tidak efektifnya organisasi dan birokrasi, rendahnya kualitas pelayanan terhadap
publik, sulitnya pemberantasan korupsi, kolusi dan Nepotisme (KKN). Good
Governance pada sektor publik diartikan sebagai suatu proses tata kelola
pemerintahan yang baik, dengan melibatkan stakeholders, terhadap berbagai kegiatan
perekonomian, sosial politik, dan pemanfaatan beragam sumber daya seperti sumber
daya alam, keuangan, dan manusia bagi kepentingan yang dilaksanakan dengan
menganut asas keadilan, pemerataan, persamaan, efisiensi, transparansi, dan
akuntabilitas. Maka dari itu pemerintah (BAPPEDA) Kota Makassar terus melakuan
pengevaluasian terhadap sumber daya dalam pemerintahanya agar lebih efektif dan
efesien dalam pelaporanya Sepengetahuan peneliti masih sedikit penelitian tentang
analisis system akuntansi keuangan sektor publik dalam mencapai good governance.
Berdasarkan uraian diatas, maka penulis melakukan penelitian untuk mengetahui
tentang “Analisis Sistem Akuntansi Keuangan Sektor Publik dalam Mencapai Good
Governance pada Pemerintah Daerah Kota Makassar”

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dirumuskan masalah yaitu:
1.Bagaimana penerapan standar akuntansi berbasis akrual di Pemerintahan di Kota
Makasar? 2.
2.Bagaimana implementasi sistem akuntansi keuangan sektor publik dalam mencapai good
governance di Pemerintah Daerah Kota Makassar?
C.Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah, maka penelitian ini bertujuan:
1. Untuk mengetahui penerapan standar akuntansi berbasis akrual di Pemerintahan
Daerah Kota Makassar.
2. Untuk mengetahui implementasi sistem akuntansi keuangan sektor publik dalam
mencapai good governance di Pemerintah Daerah Kota Makassar.

D.Manfaat Penelitian
1. Kegunaan Teoritis.
Mengidentifikasi dan menetapkan kesesuaian antara sistem informasi
keuangan daerah Pemerintah Kota Makassar yang telah
berlaku dengan peraturan pemerintah dan standar akuntansi sektor publik/
Daerah pemerintahan. Kemudian untuk mengetahui kejelasan dari implementasi
dari prinsip-prinsip good governance tersebut.
2. Kegunaan praktis.
a. Bagi pemerintah
Sebagai bahan informasi dan pertimbangan bagi para pengambil
kebijakan dan pihak-pihak yang berkepentingan dengan masalah
keuangan daerah di Kota Makassar.
b. Bagi peneliti.
Penelitian ini memberikan informasi dan pengetahuan kepada
penulis tentang good governance pada pemeritahan daerah. Selain itu,
peneliti mampu menerapkan serta membandingkan antara ilmu yang
diperoleh dari bangku perkuliahan dengan keadaan yang sebenarnya
secara langsung pada obyek penelitian serta menambah informasi atau
pengetahuan dan pengalaman dalam dunia kerja.
c. Bagi masyarakat
Penulisan ini mampu memberikan informasi bagi masyarakat
tentang implementasi sistem akuntansi keuangan sektor publik dalam
mencapai good governance di Pemerintahan Daerah Kota Makassar.
berorientasi pada kepentingan masyarakat, dan mendorong pemerintah untuk
senantiasa tanggap akan tuntutan lingkungan dengan berupaya memberikan
pelayanan terbaik secara transparansi, akuntabilitas dan berkualitas, serta
adanya pembagian tugas yang baik pada pemerintah.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Sistem Akuntansi Keuangan Sektor Publik
a. Pengertian Sistem Akuntansi
Sistem berasal dari bahasa Latin (Systēma) dan bahasa Yunani (Sustēma) adalah suatu
kesatuan yang terdiri komponen atau elemen yang dihubungkan bersama untuk
memudahkan aliran informasi, materi atau energi. Istilah ini sering dipergu nakan untuk
menggambarkan suatu set entitas yang berinteraksi, dimana suatu model matematika
seringkali bisa dibuat.Sistem juga merupakan kesatuan bagian-bagian yang saling
berhubungan yang berada dalam suatu wilayah serta memiliki item-item penggerak,
contoh umum misalnya seperti negara. Negara merupakan suatu kumpulan dari beberapa
elemen kesatuan lain seperti provinsi yang saling berhubungan sehingga membentuk
suatu negara dimana yang berperan sebagai penggeraknya yaitu rakyat yang berada
dinegara tersebut. Dari penjabaran pengertian tentang sistem diatas bisa kita ambil
kesimpulan bahwa sistem itu memang kompleks dan sangat terkait dengan hal yang ada
didalamnya, karena sistem tidak akan jalan apabila salah satu elemen sistem tersebut
tidak jalan.Mulyadi (2010:5) Sistem adalah suatu jaringan prosedur yang dibuat menurut
pola yang terpadu untuk melaksanakan kegiatan pokok perusahaan.
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa suatu sistem pada dasarnya adalah
sekelompok unsur yang erat hubungan satu sama lain dan berfungsi sama-sama untuk
mencapai hubungan tertentu.Terdapat perbedaan antara pengertian sistem dan prosedur,
“system adalah suatu jaringan prosedur yang dibuat menurut pola yang terpadu untuk
melaksanakan kegiatan pokok perusahaan atau birokrasi.Sedangkan prosedur adalah suatu
urutan kegiatan klerikal, biasanya melibatkan beberapa orang dalam suatu departemen atau
lebih, yang dibuat untuk menjamin penanganan secara seragam transaksi perusahan atau
birokrasi yang terjadi berulang-ulang” (Mulyadi, 2010:5).Menurut Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan,
akuntansi adalah proses identifikasi, pencatatan, pengukuran, pengklasifikasian,
pengikhtisaran transaksi dan kejadian keuangan, penyajian laporan, serta penginterpretasian
atas hasilnya.
Pengertian akuntansi sebagaimana dikemukakan oleh Accounting Principle Board (APB)
yang memandang akuntansi dari sudut fungsinya sebagai berikut : “Akuntansi adalah sebuah
kegiatan jasa. Fungsinya adalah menyediakan informasi kuantitatif, terutama yang bersifat
keuangan, tentang entitas ekonomi yang dimaksudkan agar berguna dalam pengambilan
keputusan ekonomi dalam membuat pilihan-pilihan yang nalar di antara berbagai alternatif
tindakan. Akuntansi meliputi beberapa cabang,antara lain akuntansi keuangan, akuntansi
manajemen dan akuntansi pemerintahan”. (Halim, 2012).Akuntansi menyediakan informasi
yang kuantitatif yang bersifat keuangan, dengan demikian output akuntansi adalah informasi
keuangan. Informasi keuangan tersebut lebih dikenal dalam bentuk laporan keuangan.
Informasi dari akuntansi keuangan daerah tentu saja digunakan oleh Pemerintah Daerah
(PEMDA) sendiri (internal), juga oleh pihak di luar PEMDA (external), seperti
DPRD,Pemerintah Provinsi, Pemerintah Pusat dan masyarakat dalam rangka pengambilan
keputusan.Sistem akuntansi adalah prosedur-prosedur yang harus dilaksanakan untuk
menghasilkan informasi yang dibutuhkan oleh pihak-pihak di dalam dan diluar organisasi.
Organisasi bebas merancang dan menerapkan berbagai prosedur yang diharapkan dapat
menghasilkan informasi yang dibutuhkan. Akan tetapi karena informasi yang harus disajikan
kepada pihak-pihak diluar organisasi telah diatur dalam standar akuntansi maka organisasi
harus merancang sistem akuntansinya yang dapat menghasilkan laporan keuangan
sebagaimana ditetapkan dalam standar akuntansi untuk menghasilkan informasi yang sesuai
dengan standar akuntansi.
b. Akuntansi Sektor Publik
Akuntansi sektor publik memiliki peran utama untuk menyiapkan laporan keuangan sebagai
salah satu bentuk pelaksanaan akuntabilitas publik. Akuntansi dan laporan keuangan
mengandung pengertian sebagai suatu proses pengumpulan, pengelolaan, dan kinerja
organisasi Sebelumnya pembahasan akuntansi sektor publik ini dipersempit lebih dikenal
dengan akuntansi pemerintahan. Berikut adalah definisi mengenai akuntansi sektor publik.
Menurut Indra Bastian (2010:3) akuntansi sektor publik adalah Mekanisme teknis dan
analisis akuntansi yang diterapkan pengelolaan dana masyarakat dilembaga-lembaga tinggi
negara dan departemen-departemen di bawahnya, pemerintah daerah, BUMN, BUMD, LSM
dan yayasan sosial, maupun pada proyekproyek kerjasama sektor publik dan swasta.
Sedangkan Akuntansi sektor publik menurut Mardiasmo (2009:11) akuntansi sektor publik
memiliki kaitan yang erat dengan penerapan dan perlakuan akuntansi pada domain publik.
Domain publik antara lain meliputi; badan-badan pemerintah (pemerintah pusat dan derah
serta unit kerja pemerintah), perusahaan milik Negara (BUMN, BUMD), dan lembaga
swadaya masyarakat (LSM).

c. Akuntansi Keuangan Sektor Publik


Akuntansi keuangan sektor publik sangat erat kaitannya dengan fungsi akuntansi sebagai
penyedia informasi keuangan untuk pihak eksternal organisasi. Disektor publik,kebutuhan
akan informasi akuntansi semakin tinggi seiring dengan semakin meningkatnya tuntutan
akuntabilitas publik dan transparansi oleh lembaga-embaga publik. Laporan keuangan
sektor publik menjadi instrumen untuk menciptakan akuntabilitas publik.Untuk
menghasilkan laporan keuangan sektor publik yang relevan danhandal, maka diperlukan
standar akuntansi keuangan dan sistem akuntansi untuk sektor publik. Pengembangan
standar akuntansi keuangan sektor publik merupakan suatu krusial, karena kualitas
standar akuntansi secara langsung akan mempengaruhi kualitas laporan keuangan.
Demikian jugaperlu dikembangkan sistem yang handal yang mampu memfasilitasi
dihasilkannya laporan keuangan yang dapat dipercaya.Dalam dunia bisnis, masalah
mengelola keuangan sangat penting, seperti halnya masalah produksi dan pemasaran
dalam mencapai tujuan organisasi. Kegagalan dalam memperoleh dana dapat
mempengaruhi kegiatan operasional sehingga berdampak buruk bagi kelangsungan hidup
organisasi.
Menurut Jamal Asmani (2012:222) Prinsip-Prinsip Pengelolaan Keuangan :
1). Transparansi berarti keterbukaan, yaitu dalam bidang manajemen keterbukaanterhadap
melakukan suatu program atau kegiatan.
2). Akuntabilitas merupakan kondisi seseorang yang dapat dinilai oleh orang lain karena
hasil kerjanya untuk menyelesaikan tugas dan tanggung jawabnya.
3). Efektifitas adalah penyacapaian tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.Dalam
manajemen keuangan dikatakan efektif jika kegiatan yang dilakukan dapat mengatur
keuangan untuk membiaya aktivitas sesuai tujuan lembaga dengan keluaran yang
diharapkan.
4). Efisiensi berkaitan dengan kuantitas dari hasil kegiatan yang dilaksanakan. Efisiensi
merupakan perbandingan antara masukan dan keluaran yang meliputi dana, daya, dan
waktu. Perbandingan tersebut dapat dilihat dari dua hal, yaitu segi penggunaan waktu,
tenaga, dan biaya, dan hasil dapat tercapai sesuai tujuan.

Menurut Jamal Asmani (2012:222) Prinsip-Prinsip Pengelolaan Keuangan :


1). Transparansi berarti keterbukaan, yaitu dalam bidang manajemen orang lain karena
hasil kerjanya untuk menyelesaikan tugas dan tanggung jawabnya.
3). Efektifitas adalah penyacapaian tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Dalam
manajemen keuangan dikatakan efektif jika kegiatan yang dilakukan dapat mengatur
keuangan untuk membiaya aktivitas sesuai tujuan lembaga dengan keluaran yang
diharapkan.
4). Efisiensi berkaitan dengan kuantitas dari hasil kegiatan yang dilaksanakan. Efisiensi
merupakan perbandingan antara masukan dan keluaran yang meliputi dana, daya, dan
waktu. Perbandingan tersebut dapat dilihat dari dua hal, yaitu segi penggunaan waktu,
tenaga, dan biaya, dan hasil dapat tercapai sesuai tujuan.
Dapat disimpulkan bahwa dalam suatu organisasi publik harus mewujudkan nilai-nilai
transparansi, akuntabilitas karena dengan mengimplementasikan dalam sebuah organisasi
publik agar tercipta kinerja pemeritahan suatu daerah akan meningkatkan kesehjahteraan
bagi masyarakat sehingga dapat terwujudnya good governance dalam suatu daerah
tersebut.
1). Laporan Keuangan
Laporan keuangan adalah catatan informasi suatu entitas pada suatu periode akuntansi
yang dapat digunakan untuk menggambarkan kinerja entitas tersebut. Laporan keuangan
merupakan laporan yang terstruktur mengenai posisi keuangan dan transaksi-transaksi
yang dilakukan oleh suatu entitas pelaporan.Laporan keuangan dapat dikatakan sebagai
data juga dapat dikatakan sebagai informasi. Data dapat berubah menjadi informasi kalau
diubah kealam konteks yang memberikan makna.
Tujuan umum laporan keuangan adalah menyajikan informasi mengenai posisi keuangan,
realisasi anggaran, arus kas, dan kinerja keuangan suatu entitas pelaporan yangbermanfaat
bagi para pengguna dalam membuat dan mengevaluasi keputusan mengenai alokasi
sumber daya. Secara spesifik, tujuan pelaporan keuangan pemerintah adalah untuk
menyajikan informasi yang berguna untuk pengambilan keputusan dan untuk
menunjukkan akuntabilitas entitas pelaporan atas sumber daya yang dipercayakan
kepadanya, dengan:
a). Menyediakan informasi mengenai posisi sumber daya ekonomi, kewajiban, dan
ekuitas dana pemerintah;
b). Menyediakan informasi mengenai perubahan posisi sumber daya ekonomi, kewajiban,
dan ekuitas dana pemerintah;
c). Menyediakan informasi mengenai sumber, alokasi, dan penggunaan sumber daya
ekonomi;
d). Menyediakan informasi mengenai ketaatan realisasi terhadap anggarannya;
e). Menyediakan informasi mengenai cara entitas pelaporan mendanai aktivitasnya dan
memenuhi kebutuhan kasnya;
f). Menyediakan informasi mengenai potensi pemerintah untuk membiayai
penyelenggaraan kegiatan pemerintahan;
g). Menyediakan informasi yang berguna untuk mengevaluasi.

Menurut Bastian (2010) “laporan keuangan sektor publik merupakan representasi posisi
keuangan dari transaksi-transaksi yang dilakukan oleh suatu entitas sektopublik”.Laporan
keuangan organisasi sektor publik merupakan komponen penting untuk menciptakan
akuntabilitas sektor publik. Adanya tuntutan yang semakin besar terhadap pelaksanaan
akuntabilitas publik menimbulkan implikasi bagi manajemen sektor publik untuk
memberikan informasi kepada publik, salah satunya adalah informasi akuntansi yang
berupa laporan keuangan (Mardiasmo, 2002). ]Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 71
Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan menyatakan bahwa “Laporan
keuangan merupakan laporan yang terstruktur mengenai posisi keuangan dan transaksi-
transaksi yang dilakukan oleh suatu entitas pelaporan”. Entitas pelaporan adalah unit-unit
peraturan perundang-undangan, wajib menyampaikan laporan pertanggungjawaban
berupa laporan keuangan. Pelaporan keuangan (financial reporting) dihasilkan dari proses
akuntansi keuangan dan merupakan media untuk mengkomunikasikan informasi
keuangan kepada pihak-pihak eksternal yang menaruh perhatian kepada badan atau
organisasi pembuat laporan serta aktivitas-aktivitasnya.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi
Pemerintahan (SAP), Laporan Keuangan Pemerintah Daerah terdiri dari :
1) Laporan Realisasi Anggaran (LRA)
2) Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih
3) Neraca
4) Laporan Operasional
5) Laporan Arus Kas
6) Laporan Perubahan Ekuitas
7) Catatan Atas Laporan Keuangan

2). Akuntansi Keuangan Daerah


Mahmudi (2011:177), mendefinisikan keuangan daerah adalah semua hak dan kewajiban
pemerintah daerah yang dapat dinilai dengan uang, serta segala sesuatu baik berupa uang
maupun berupa barang yang dapat dijadikan milik daerah berhubungan dengan
pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut.Berbagai penelitian telah dilakukan oleh para
peneliti terdahulu terkait kualitas pelaporan keuangan sektor publik di Indonesia.
Misalnya, Harun (2007) menyatakan tentang pentingnya peningkatan ukalitas akuntansi
sektor publik di Indonesia. Organisasi pemerintah, seperti layaknya perusahaan swasta
besar, memerlukan informasi keuangan yang tepat waktu dan akurat untuk tujuan
organisasi.
Akbar (2011) menyimpulkan akuntabilitas publik dan keterbukaan merupakan sisi koin
yang tidak terpisahkan sebagai bagian dari prinsip-prinsip dua tata pemerintahan yang
baik (good governance). Sistem akuntansi pemerintahan memberikan peluang terhadap
peningkatan penyediaan informasi yang handal dan akurat serta berorientasi pada
peningkatan tolok ukur kinerja dalam memberikan pelayanan publik yang maksimal, dan
merupakan proses pertanggungjawaban (stewardship and accountability process).
Tanjung (2000) juga menyatakan bahwa laporan keuangan pemerintah daerah yang
dihasilkan melalui proses akuntansi merupakan bentuk transparansi dan akuntabilitas
pengelolaan keuangan publik.
3). Sistem Akuntansi Keuangan Daerah
Sistem Akuntansi Kuangan Daerah adalah sistem informasi yang membantu proses
pencatatan dan pelaporan anggaran dan keuangan daerah. Sistem sebagaimana yang
dimaksud di atas adalah suatu sistem di antara berbagai sistem informasi yang digunakan
oleh manajemen dalam mengelola suatu organisasi. Sistem akuntansi itu sendri, terdiri
sekumpulan prosedur yang dimaksudkan untuk mengorganisasikan formulir, catatan, dan
laporan yangdikoordinasikan sedemikian rupa untuk menyediakan informasi keuangan.
Halim dan Kusufi (2012) menjelaskan yang dimaksud akuntansikeuangan daerah adalah
proses pengidentifikasian, pengukuran, pencatatan, dan pelaporan transaksi ekonomi
(keuangan) dari entitas pemerintah daerah (kabupaten, kota, atau provinsi) yang dijadikan
sebagai informasi dalam rangka pengambilan keputusan ekonomi oleh pihak-pihak
eksternal entitas pemerintah daerah yang memerlukan.Menurut Halim dan Kusufi (2012),
tujuan pokok akuntansi pemerintahan adalah:
a) Pertanggungjawaban, yaitu memberikan informasi keuangan yang lengkap pada waktu
yang tepat, yang berguna bagi pihak yang bertanggung jawab yang berkaitan dengan
operasi unit-unit pemerintahan. Fungsi pertanggungjawaban mengandung arti yang lebih
luas daripada sekedar ketaatan terhadap peraturan, tetapi juga keharusan bertindak
bijaksana dalam penggunaan sumber-sumber daya.
b) Manajerial, yaitu akuntansi pemerintahan juga harus menyediakan informasi keuangan
untuk perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, pemantauan, pengendalian anggaran,
perumusan kebijaksanaan dan pengambilan keputusan serta penilaian kinerja pemerintah.
Tujuan ini perlu dikembangkan agar organisasi pemerintah tingkat atas dan menengah
dapat menjadikan informasi keuangan atas pelaksanaan yang lalu untuk membuat
keputusan ataupun penyusunan perencanaan untuk masa yang akan dating.
c) Pengawasan, yaitu akuntansi pemerintahan juga harus memungkinkan
terselenggaranya pemeriksaan oleh aparat pengawasan fungsional secara efektif dan
efisien.Sistem akuntansi yang dirancang dan dijalankan secara baik akan menjamin
dilakukannya prinsip stewardship dan accountability dengan baik pula. Pemerintah atau
unit kerja pemerintah perlu memiliki sistem akuntansi yang tidak hanya berfungsi sebagai
alat pengendalian transaksi keuangan, akan tetapi sistem akuntansi tersebut hendaknya
mendukung pencapaian tujuan organisasi.
d. Penerapan Standar Akuntansi Pemerintah (SAP) merupakan pelaksanaan UU Nomor
17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara pasal 32 ayat (2) yang menyatakan bahwa
standar akuntansi pemerintahan disusun oleh suatu komite standar yang independen dan
ditetapkan dengan PP setelah terlebih dahulu mendapat pertimbangan dari Badan
Pemeriksa Keuangan (BPK). SAP merupakan landasan hukum bagi aparatur pemerintah
pusat maupun daerah dalam mengelola penerimaan dan penggunaan dana secara
transparan, efisien, dan dapat dipertanggungjawabkan sehingga tujuan untuk mewujudkan
transparansi dan akuntabilitas dapat tercapai.
Peraturan yang diterbitkan pemerintah dalam mengatur dan mengelola penyajian laporan
keuangan yaitu tertuang dalam PP No. 24 Tahun 2005 tentang SAP yang kemudian akan
digantikan dengan PP No. 71 Tahun 2010 tentang SAP berbasis akrual dan diterapkan
selambat-lambatnya tahun 2015.Penerapan SAP dimaksud dibutuhkan dalam rangka
penyusunan laporan pertanggungjawaban pelaksanaan APBN/APBK berupa laporan
keuangan yang terdiri dari laporan realisasi anggaran (LRA), Laporan Perubahan Saldo
Anggaran Lebih (Laporan Perubahan SAL), neraca, Laporan Operasional (LO)¸ Laporan
Arus Kas (LAK), Laporan Perubahan Ekuitas (LPE), dan Catatan atas Laporan Keuangan
(CaLK). Standar akuntansi pemerintah adalah prinsip-prinsip yang diterapkan dalam
menyusun dan menyajikan laporan keuangan pemerintah (PP No.71 tahun 2010).
Standar akuntansi pemerintahan (SAP) adalah prinsip-prinsip akuntansi yang diterapkan
dalam penyusunan dan penyajian laporan keuangan pemerintah. SAP dinyatakan dalam
bentuk pemyataan standar akuntansi pemerintah (PSAP). Standar akuntansi pemerintah
diterapkan diiingkup pemerintahan, baik dipemerintah pusat dan departemen-
departemennya maupun dipemerintah daerah dan dinas-dinasnya. Penerapan standar
akuntansi pemerintahan diyakini akan berdampak pada peningkatan kualitas pelaporan
keuangan di pemerintah pusat dan daerah. Ini berarti informasi keuangan pemerintahan
akan dapat menjadi dasar pengambilan keputusan dipemerintahan dan juga terwujudnya
transparansi serta akuntabilitas (Deddi, 2008: 25).Salah satu upaya konkret untuk
mewujudukan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan negara adalah
penyampaian laporan pertanggun^awaban keuangan pemerintah, yang memenuhi prinsip
tepat waktu dan disusun dengan mengikuti standar akuntansi pemerintahan yang telah
diterima secara umum (Indra, 2010: 137).Standar akuntansi pemerintahan dan kebijakan
akuntansi pemerintah daerah terutama mengatur mengenai 3 hal (Nunuy, 2009: 27- 28)
yaitu :
1). Pengakuan
Pengakuan dalam akuntansi adalah proses penetapan terpenuhinya kriteria pencatatan
suatu kejadian atau peristiwa dalam catatan akuntansi sehingga akan menjadi bagian yang
melengkapi unsur aset, kewajiban, ekuitas dana, pendapatan, belanja dan pembiayaan,
sebagaimana akan termuat pada laporan keuangan entitias pelaporan yang bersangkutan.
2). Pengukuran
Pengukuran adalah proses penetapan nilai uang untuk mengakui dan memasukan setiap
pes dalam laporan keuangan. Pengukuran pos-pos dalam laporan keuangan menggunakan
nilai perolehan historis. Aset dicatat sebesar pengeluaran kas dan setara kas atau sebesar
nilai wajar dari imbalan yang diberikan unluk memperoleh aset tersebut.
3). Pengungkapan
Laporan keuangan menyajikan secara lengkap informasi yang dibutuhkan oleh pengguna.
Informasi yang dibutuhkan oleh pengguna laporan keuangan dapat ditempatkan pada
lembar muka(on the face) laporan keuangan atau Catatan atas Laporan Keuangan. Prinsip
akuntansi dan pelaporan keuangan dimaksudkan sebagai ketentuan yang dipahami dan
ditaati oleh pembuat standar dalam menyusun standar, penyelenggara akuntansi dan
pelaporan keuangan dalam melakukan kegiatannya, serta pengguna laporan keuangan
yang disajikan (PP No.71 tahun 2010).Delapan prinsip yang digunakan dalam akuntansi
dan pelaporan keuangan pemerintah (PP No.71 tahun 2010) yaitu :
a). Basis Akuntansi
Basis Akuntansi yang digunakan dalam laporan keuangan pemerintah adalah basis akrual,
untuk pengakuan pendapatan-LO, beban, aset, kewajiban dan ekuitas. Dalam hal
peraturan perundangan mewajibkan disajikannya laporan keuangan dengan basis kas,
maka entitias wajib menyajikan laporan demikian.
b). Nilai Historis (Historical Cost)
Pencatatan didasarkan pada nilai historis. Aset dicatat sebesar pengeluaran kas dan setara
kas yang dibayar atau sebesar nilai wajar dari imbalan (consideration) untuk memperoleh
aset tersebut pada saat perolehan. Kewajiban dicatat sebesar jumlah kas dan setara kas
yang diharapkan akan dibayarkan untuk memenuhi kewajiban di masa yang akan datang
dalam peiaksanaan kegiatan pemerintah. Nilai historis lebih dapat diandalkan daripada
penilaian yang lain karena lebih obyektif dandapat diverifikasi, dalam hal tidak terdapat
nilai historis, dapatdigunakan nilai wajar aset atau kewajiban terkait.
c). Realisasi (Realization)
Bagi pemerintah, pendapatan basis kas yang tersedia yang telah diotorisasikan melalui
anggaran pemerintah suatu periode akuntansi akan digunakan untuk membayar utang dan
belanja dalam periode tersebut. Mengingat LRA masih merupakan laporan yang wajib
disusun, maka pendapatan atau belanja basis kas diakui setelah diotorisasi melalui
anggaran dan telah menambah atau mengurangi kas.
d). Substansi Mengungguli Bentuk Formal (Substance Over Form)
Infmasi dimaksudkan untuk menyajikan dengan wajar transaksi serta peristiwa lain yang
seharusnya disajikan, maka transaksi atau peristiwa lain tersebut perlu dicatat dan
disajikan sesuai dengan substansi dan realitas ekonomi dan bukan hanya aspek
formalitasnya. Apabila substansi formalitasnya, maka hal tersebut harus diungkapkan
dengan jelas catatan atas laporan keuangan.
e). Periodisitas (Periodicity)
Kegiatan akuntansi dan pelaporan keuangan entitas laporan perlu dibagi menjadi periode-
periode pelaporan sehingga kinerja entitas dapat diukur dan posisi sumber daya yang
dimilikinya dapat ditentukan. Periode ulama yang digunakan adalah tahunan. Namun,
periode bulanan, triwulanan dan semesteran juga dianjurkan.

f). Konsistensi (Consistency)


Perlakuan akuntansi yang sama diterapkan pada kejadian yang serupa dari periode ke
periode oleh suatu entitias pelaporan (prinsip konsistensi intemai). Hal ini tidak berarti
bahwa tidak boleh terjadi pembahan dari satu metode akuntansi ke metode akuntansi yang
lain. Metode akuntansi yang dipakai dapat diubah dengan syarat metode yang baru
diterapkan mampu memberikan informasi yang lebih baik disbanding metode lama.
Pengaruh atas perubahan penerapan metode ini diungkapkan dalam catatan atas laporan
keuangan.
g). Pengungkapan Lengkap (Full Dislosure)
Laporan keuangan menyajikan secara lengkap informasi yang dibutuhkan oleh pengguna.
Informasi yang dibutuhkan oleh pengguna laporan keuangan dapat ditempatkan pada
lembar muka (on the face) laporan keuangan atau catatan atas laporan keuangan.
h). Penyajian Wajar (Fair Presentation)
Laporan keuangan menyajikan dengan wajar Laporan Reaiisasi Anggaran, Laporan
Perubahan Saldo Anggaran Lebih, Neraca, Laporan Operasional, Laporan Arus Kas.
Laporan Perubahan Ekuitas dan Catatatn Atas Laporan Keuangan
2. Pengertian Good Governance
Pengertian governance dapat diartikan sebagai cara mengelola urusan-urusan publik.
Word bank memberikan defenisi governance sebagai “the way state power is used in
managing economic and sosial resources for devolopment of society”. Sementara itu,
united nation development program (UNDP) mendefinisikan governance sebagai “the
exercise of political, economic, and administrative authority to manage a nation’s affair at
all levels”. Dalam hal ini, word bank lebih menekankan pada cara pemerintah mengelolah
sumber daya sosial dan ekonomi untuk kepentingan pembangunan masyarakat, sedangkan
UNDP lebih menekankan pada aspek politik, ekonomi dan administratif dalam
pengelolaan Negara. (Mardiasmo, 2009).Jika mengacu pada program word bank dan
UNDP, orientasi pembangunan sektor publik adalah untuk menciptakan good
governance. Pengertian good governance sering diartikan sebagai kepemerintahan yang
baik. Sementara itu, word bank mendefenisikan good governance sebagai suatu
penyelenggaraan manajemen pembangunan yang solid dan bertanggung jawab yang
sejalan dengan prinsip demokrasi dan pasar yang efesien, penghindaran salah alokasi
dana investasi, dan pencegahan korupsi baik secara politik maupun administratif,
menjalankan disiplin anggaran serta penciptaan legal and political framework (kerangka
politik)bagi tumbuhnya aktivitas usaha.
Goods and Services harus mampu disiapkan oleh pemerintah. Arti Good dalam Good
Governance sendiri mengandung dua pengertian. Pertama adalah menjunjung tinggi
keinginan rakyat dan niIlai-nilai yang mampu meningkatkan kemampuan rakyat dalam
pencapaian tujuan kemandirian, pembangunan berkelanjutan dan keadilan sosial.
Kedua,merupakan aspek-aspek fungsional dari pemerintahan yang efektif dan efisien
dalam melaksakan tugasnya untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut.
Dalam memberikan layanan kepada masyarakat, pemerintah daerah dituntut lebih
responsif atau cepat dan tanggap. Terdapat 3 (tiga) mekanisme yang dapat dilaksanakan
daerah agar lebih responsif, transparan, dan akuntabel serta selanjutnya dapat
mewujudkan Good Governance yaitu:
1). Mendengarkan suara atau aspirasi masyarakat serta membangun kerjasama
pemberdayaan masyarakat.
2). Memperbaiki internal rules dan mekanisme pengendalian, dan
3). Membangun iklim kompetisi dalam memberikan layanan terhadap masyarakat serta
marketisasi layanan.
Definisi good governance sendiri menurut LAN (2000) adalah suatu penyelenggaraan
pemerintahan negara yang solid dan bertanggung jawab, serta efisien dan efektif, dengan
menjaga kesinergian interaksi yang konstruktif diantara domain-domain negara, sektor
swasta dan masyarakat(state, private sector and society). Oleh karena itu good
government governance meliputi penataan hubungan antara lembaga-lembaga tinggi
negara, antar lembaga pemerintah, termasuk juga hubungannya dengan masyarakat
sebagai pihak yang memiliki kedaulatan dalam suatu negara demokrasi.
Lembaga Administrasi Negara (2000) menyimpulkan bahwa “Good Government
Governance adalah menyelenggarakan pemerintahan segara yang solid dan
bertanggungjawab, serta efisien dan efektif, dengan menjaga kesinergisan interaksi yang
konstruktif diantara domain-domain negara, sektor swasta dan masyarakat”.
Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2000 merumuskan arti good government
governance ialah “kepemerintahan yang mengemban, menerapkan prinsip-prinsip
profesionalitas, akuntabilitas, transparansi, demokrasi, efisiensi, efektivitas,supermasi
hukum dan dapat diterima oleh seluruh masyarakat”.
a. Karakteristik Good Governance
UNDP dalam Mardiasmo (2009) memberikan beberapa karakteristik pelaksanaan good
governance, meliputi:
1). Participation. Keterlibatan masyarakat dalam pembuatan keputusan baik secara
langsung maupun tidak langsung melalui lembaga perwakilan dapat menyalurkan
aspirasinya. Partisipasi tersebut dibangun atas dasar kebebasan berasosiasi dan berbicara
saerta berpartisipasi secara konstruktif.
2). Rule of low. Kerangka hukum yang adil dan dilaksanakan tanpa pandang bulu.
3). Tranparancy. Transparansi dibangun atas dasar kebebasan memperoleh informasi.
Informasi yang berkaitan dengan kepentingan publik secara langsung dapat diperoleh
oleh mereka yang membutuhkan.
4). Responsiveness. Lembaga-lembaga publik harus cepat dan tanggap dalam melayani
stakeholder.
5). Consensus orientation. Berorientasi pada kepentingan masyarakat yang lebih luas.
6). Equity. Setiap masyarakat memiliki kesempatan yang sama untuk memperoleh
kesejahteraan dan keadilan.
7). Efeciency and effectiveness. Pengelolaan sumber daya public dilakukan secara
berdaya guna (efisien) dan berhasil guna efektif).
8). Accountability. Pertanggungjawaban kepada publik atas setiap aktivitas yang
dilakukan.
9). Strategic vision. Penyelenggaraan pemerintah dan masyarakat harusmemiliki visi jauh
kedepan.

b. Prinsip-prinsip Good Governance


Prinsip utama yang menjadi dasar dari penerapan Good Governance seperti yang
diungkapkan dalam Mardiasmo (2006) adalah :
1). Transparansi (Transparency)
Menurut UNDP (Mardiasmo, 2009) transparansi dibangun atas dasar kebebasan
memperoleh informasi. Informasi yang berkaitan dengan kepentingan publik secara
langsung dapat diperoleh bagi yang membutuhkan. Transparansi dapat diketahui banyak
pihak mengenai pengelolaan keuangan daerah, dengan kata lain segala tindakan dan
kebijakan harus selalu dilaksanakan secara terbuka dan diketahui oleh umum.
2). Akuntabilitas (Accountability)
Menurut Mardiasmo (2006) ”Akuntabilitas adalah sebagai bentuk kewajiba
mempertanggungjawabkan keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan misi organisasi
dalam mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya, melalui suatu
media pertanggungjawab-an yang dilaksanakan secara periodik”.
3). Responsibilitas (Responsibility)
Responsibilitas menjelaskan sejauh mana pelaksanaan kegiatan organisasi publik itu
dilakukan sesuai dengan prinsip-prinsip administrasi dan peraturan serta kebijakan
organisasi, maka kinerjanya akan dinilai semakin baik. Responsibilitas berarti hal yang
dapat dipertanggungjawabkan atas suatu kewajiban, dan termasuk putusan, keterampilan,
kemampuan dan kecakapan.
4). Independensi (Independency)
Demi kelancaran pelaksanaan Good Government Governance,instansi harus dikelola
secara independen sehingga masing-masing bagian instansi tidak saling mendominasi dan
tidak dapat diintervensi oleh pihak lain.
5). Kesetaraan dan Kewajaran (Fairness)
Kesetaraan dan kewajaran merupakan perlakuan yang adil dan setara didalam memenuhi
hak-hak stakeholder yang timbul berdasarakan perjanjian serta peraturan perundangan
yang berlaku.Dalam melaksanakan kegiatannya, instansi harus senantiasa memperhatikan
kepentingan organisasi berdasarkan asas kesetaraaan dan kewajaran.

3. Penerapan Good Governance


Bersatu bertekat untuk mewujudkan pemerintahn yang baik/amanah (good governance)
yang merupakan prasyarat bagi setiap pemerintah untuk memenuhi aspirasi masyarakat
dan mencapai tujuan serta cita-cita bangsa dan negara. Sehubungan dengan hal tersebut,
telah dilakukan berbagai upaya yaitu dengan ditetapkan Tap. MPR RI No. XI/MPR/1998
tentang penyelenggaraan negara yang bersih dan bebas korupsi, kolusi dan nepotisme
(KKN); Undang-undang No. 28 tahun 1999 tentang penyelenggaraan negara yang bersih
dan bebas dari korupsi, kolusi dan nepotisme.Good governance dapat diartikan sebagai
pelayan publik yang efesien, sistem pengendalian yang dapat diamankan, pemerintahan
yang bertanggungjawab (accountable) pada publiknya. Good governance adalah
penyelenggaraan pemerintahan yang solid yang bertanggungjawab serta efesien dan
efektif dengan menjaga kesinergian interaksi yang konstruktif diantara domain-domain
( state, private sector and society).Tiga pilar elemen dasar yang berkaitan satu dengan
yang lainnya
dalam mewujudkan good governance yaitu sebagai berikut:
a. Transparansi, yaitu meningkatkan keterbukaan (disclosure) dari kinerja pemerintah
daerah secara teratur dan tepat waktu (timely basis) serta benar (accurate).“Saat ini
masyarakat umum bisa secara langsung dapat mengakses kinerja keuangan dan kinerja
non keuangan pemkot melalui internet di web: https://makassarkota.go.id atau kalau data
yang dibutukan belum ada di website tersebut, masyarakat bisa mengirim e-mail ke
alamat website tersebut dan langsung direspon melalui e-mail juga.”(Muhammad fuad
arfandi : Kasubag Akuntansi Biro Keuangan BPKAD Kota Makassar)
b. Akuntabilitas, yaitu Dapat dikontrol/Tanggunggugat dalam menciptakan sistem
pengawasan yang efektif didasarkan atas distribusi dan keseimbangan kekuasaan
(distribution and balance of power).“Pemerintah Kota Makassar setiap akhir tahun dan
tengah tahun membuat laporan.
Laporan Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara pada 4 tahun terakhir ini 2015, 2016, 2017
dan 2018 mendapat penilaian dari BPK, Opini Wajar Tanpa Pengecualian. Sejak tahun
2008 sampai 2014 Pemerintah Daerah Kota Makassar selalu mendapat Opini Wajar
Dengan Pengecualian (WDP). Hal ini menandakah bahwa saat ini Pemda Kota Makassar
telah mengelola keuangannya dengan baik dan bisa dipertanggung jawabkan dengan
baik.” (Kasubag Akuntansi Biro Keuangan BPKAD Kota Makassar)
c. Responsibility, yaitu Pemerintah memiliki tanggungjawab untuk mematuhi hukum dan
ketentuan peraturan yang berlaku termasuk tanggap terhadap kepentingan masyarakat.
“Semua kebijakan yang di ambil oleh Pemerintah kota makassar pasti dibuat payung
hukumnya berupa Peraturan Gubernur. Saat ini pada setiap SKPD ada kotak saran. Jadi
setiap ada keluhan atau saran dari masyarakat ditampung untuk dapat dilaksanakan dan
diperbaiki.”(Kasubag Akuntansi Biro Keuangan BPKAD Kota Makassar)Good
Governance tidak akan berjalan dengan baik di atas sistem hukum yang lemah. Oleh
karena itu penguatan sistem hukum atau reformasi hukum merupakan kebutuhan mutlak
bagi terwujudnya Good Governance. Bagi pemerintah daerah yang tidak dijalankan
dengan prinsip-prinsip good governance, akan beranggapan bahwa dengan menerapkan
prinsip-prinsip tersebut justru akan merugikan kepentingan mereka. Namun dengan
memahami secara menyeluruh tentang prinsip-prinsip good governance, maka sebenarnya
pemerintahan daerah dapat menarik manfaat yang bisa dinikmati oleh seluruh pihak yang
berkepentingan terhadap pemerintah.

4. Mewujudkan Good Governance dalam Pengelolaan Keuangan Daerah Mewujudkan


konsep Good Governance dapat dilakukan dengan mencapai keadaan yang baik dan
sinergi antara pemerintah, sektor swasta dan masyarakat sipil dalam pengelolaan sumber-
sumber alam, sosial, lingkungan dan ekonomi. Prasyarat minimal untuk mencapai Good
Governance adalah adanya transparansi, akuntabilitas, partisipasi, pemberdayaan hukum,
efektifitas dan efisiensi, dan keadilan. Kebijakan publik yang dikeluarkan oleh
pemerintah harus transparan, efektif dan efisien, serta mampu menjawab ketentuan dasar
keadilan. Sebagai bentuk penyelenggaraan negara yang baik maka harus keterlibatan
masyarakat di setiap jenjang proses pengambilan keputusan.
Tiga variasi desentralisasi fiskal dalam kaitannya dengan derajat kemandirian
pengambilan keputusan yang dilakukan oleh daerah yaitu:
1).Desentralisasi berarti pelepasan tanggung jawab yang berada dalam lingkup
pemerintahan pusat ke instansi vertikal di daerah atau ke pemerintah daerah yang
dinamakan dekonsentrasi.
2).Delegasi berhubungan dengan suatu instasi, yaitu daerah bertindak sebagai perwakilan
pemerintah untuk melaksanakan fungsi-fungsi tertentu atas nama pemerintah yang
dinamakan delegasi.
3) Devolusi (pelimpahan) berhubungan dengan suatu situasi yang bukan saja
implementasi tetapi juga kewenangan untuk memutuskan apa saja yang perlu dikerjakan
berada di daerah.

5. Implementasi Sistem Akuntansi Pemerintahan dalam Mewujudkan Good Governance


Implementasi sistem akuntansi pemerintahan sangat erat keterkaitannya dengan 5 (lima)
prinsip good governance yaitu : keadilan (fairness) tranparansi (transparency), dapat
dikontrol (accountability), tanggung jawab (responsibility) dan independen
(independency). Akuntansi pada hakekatnya adalah proses pencatatan secara sistematis
atas transaksi keuangan yang bermuara pada pelaporan untuk dapat dimanfaatkan oleh
para pemakai untuk berbagai kebutuhan. keadilan, transparansi, dan akuntabilitas serta
tanggungjawab akan semakin membaik apabila didukung oleh suatu sistem akuntansi
yang menghasilkan informasi yang tepat waktu dan tidak menyesatkan. Sebaliknya sistem
akuntansi yang usang, yang tidak informatif, yang tidak akurat, dan yang menyesatkan
akan menghancurkan sendi-sendi keadilan, transparansi, dan akuntabilitas serta tanggung
jawab.Pengaturan mengenai otonomi daerah dijabarkan dengan keluarnya Undang-
Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah Perubahan atas Undang-
Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Pemerintahan Daerah. Dalam Undang-Undang
tersebut, dijelaskan bahwa otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah
otonomi untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan Pemerintahan dan kepentingan
masyarakat setempat dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Berkaitan dengan hal tersebut diatas, sistem pemerintahan daerah saaat ini harus terus
dibenahi, karena banyak sekali masalah-masalah di daerah sebagai dampak negatif dari
pelaksanaan otonomi daerah. Peningkatan kualitas pengelol
B. Kerangka Konseptual
Kerangka konsep pada penelitian ini memberikan gambaran tentang analisis sistem
akuntansi keuangan sektor publik berbasis good governance pada pemerintahan daerah
Kota Makassar. Dengan adanya kerangka konseptual ini akan memberikan kemudahan
kepada peneliti dalam memecahkan masalah penelitian dan menjawab pertanyaan-
pertanyaan terhadap objek masalah penelitian. Berikut adalah kerangka konseptual yang
dibangun dalam memecahkan masalah dalam penelitian.
Gambar: 2.1 Kerangka Konseptual

PEMERINTAH DAERAH KOTA


MAKASSAR

SISTEM AKUNTANSI
PEMERINTAH

STANDAR AKUNTANSI
PEMERINTAH

GOOD
GOVERNANCE
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Metode tersebut adalah suatu metode
dalam meneliti status kelompok, manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem
pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Untuk itu peneliti akan
membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat menganai
fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki yang
menggambarkan penerapan good governance pada Pemerintah Daerah Kota Makassar.
Peneliti ingin mengkaji data-data faktual tentang gambaran proses implementasi prinsip
good governance pada pemerintahan Daerah kemudian mendeskripsikan dalam bentuk
tulisan. Penulis berusaha untuk mengambil data dalam suasana yang wajar dan tanpa
manipulasi/merekayasa sesuai situasi sehingga data yang diperoleh akan memenuhi
validasi data yang diperlukan. Upaya untuk memperoleh data yang valid dilakukan
dengan menggali informasi setuntas mungkin dan mengambil data sesuai fokus kajian.
Pelaporan data disusun dalam bentuk deskriptif setelah peneliti menarik kesimpulan dari
data yang didapatkan. Penggalian informasi secara mendalam, menyeluruh, dan lengkap
dari masing-masing subjek penelitian akan memberikan hasil penelitian kualitatif.
Penggunaan pendekatan kualitatif didasari oleh pemikiran bahwa pendekatan tersebut
memiliki kesesuaian dengan fokus penelitian. Pengguna metode penelitian deskriptif
dengan paradigma kualitatif diharapkan dapat memperoleh gambaran yang jelas dan
mendalam tentang analisis sistem akuntansi keuangan sektor dalam mencapai good
governance pada pemerintahan daerah Kota Makassar.
B. Tempat dan waktu Penelitian
Lokasi penelitian ini adalah pemerintah daerah (Wali Kota Makassar). Dalam hal ini,
peneliti akan meneliti lebih mendalam mengenai analisis sistem akuntansi keuangan
sektor publik dalam mencapai good governance di pemeritahan daerah Kota Makassar di
jalan Ahmad Yani No.2 Makassar .Waktu pelaksanaan penelitian selama dua bulan,
dimulai dari bulan agustus sampai bulan september 2019 dengan meneliti tentang analisis
sistem akuntansi keuangan sektor dalam mencapai good governance pada pemerintahan
daerah Kota Makassar.
C. Jenis dan Sumber Data Penelitian
Jenis data yang di gunakan dalam penelitian ini yaitu data kualitatif. Data Kualitatif yaitu
data yang berupa keterangan-keterangan secara tertulis maupun lisan khususnya dalam
implementasi good governance pada pemerintahan darah Kota Makassar.
Sedangkan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari dua yaitu:
1. Data Primer,
yaitu data yang diperoleh dengan cara melakukan penelitian langsung ke lapangan
guna memperoleh atau mengumpulkan keterangan untuk selanjutnya diolah sesuai
kebutuhan peneliti. Dalam penelitian ini, data primer yang digunakan adalah dari hasil
wawancara langsung dengan Pegawai/Staf BAPPEDA dan BPKAD Kota Makassar.
Selain itu, data yangdiperoleh peneliti secara langsung dalam hal ini data yang
dianalisis diperoleh dari hasil wawancara langsung dengan beberapa orang pelaksana
yang perada pada Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dan Badan Pengelolah
Keuangan dan Aset Daerah Kota Makassar.

Tabel 3.1 Identitas Informan


NO
NAMA
JABATAN
1. Usman
Kasubag Keuangan BAPPEDA
2. Andi Hermin, SE
Bendahara Pengeluaran
BAPPEDA
3. Ivani. M
Kasubag perencanaan dan
pelaporan BAPPEDA
4. H. Abd. Rasyid, S.Sos, MM Sekertaris BPKAD
5. M. Fuad Arfandi, S.STP,
MM
Kepala Bidang Akuntansi BPKAD

2. Data sekunder
adalah data yang diperoleh dengan mempelajari berbagai literatur-literatur seperti
buku-buku, jurnal, maupun artikel ilmiah yang terkait dengan penelitian ini. Selain
itu, dokumen-dokumen tentang Pemerintah Daerah Kota Makassar. Data yang
dikumpulkan dalam penelitian ini antara lain:
a. Sejarah singkat badan perencanaan pembangunan daerah(BAPPEDA) Kota
Makassar
b. Visis misi BAPPEDA Kota Makassar
c. Struktur organisasi BAPPEDA Kota Makassar
d. Laporan keuangan pemerintah kota makassar tahun 2017-tahun 2018
e. sistem akuntansi keuangan daerah dan penerapan good governancepada
pemerintahan daerah Kota Makassar.

D. Teknik Pengumpulan Data


Dalam mengadakan pengumpulan data penelitian, penulis menggunakan
metode sebagai berikut:
1. Wawancara
Wawancara dilaksanakan dengan melakukan tanya jawab langsung terhadap pihak-
pihak yang bersangkutan seperti Kepala Sub Bagian Keuangan (Kesubag)
BAPPEDA, Bendahara pengeluaran BAPPEDA, Sekertaris BPKAD dan Kepala
bidang akuntansi BPKAD guna mendapatkan data dan keterangan yang berlandaskan
pada tujuan
penelitian. Wawancara yang dilakukan adalah wawancara terstruktur berdasarkan
indikator tertentu.

2. Dokumentasi
Peneliti menggunakan dokumentasi sebagai sarana untuk mendapatkan data tentang
berkas-berkas pemerintah daerah khusunya BAPPEDA dan BPKAD, seperti sejarah,
visi dan misi, struktur organisasi, laporan keuangan daerah serta dokumen-dokumen
terkait implementasi good governance pada pemerintahan daerah Kota Makassar.
3. Riset Pustaka
Peneliti menggunakan riset pustaka sebagai sarana mendapatkan data dengan
mempelajari buku-buku dan tulisan yang berhubungan dengan masalah yang akan
dibahas, serta melakukan penelusuran terhadap dokumen-dokumen yang mendukung
penelitian ini.
E. Metode Analisis
Adapun metode analisis dalam penelitian ini adalah menggunakan Teknik Analisis
Interaktif Miles & Huberman. Langkah-langkah dalam melakukan teknik analisis
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Pengumpulan Data
Data yang diperoleh dari hasil wawancara dan dokumentasi yang kemudin dituliskan
dalam catatan lapangan yang berisi tentang apa yang dilihat, didengar, disaksiskan
serta dialami dan juga temuan tentang apa yang dijumpai selama penelitian yang
kemudian ditulis dalam catatan lapangan, memanfaatkan dokumen pribadi, dokumen
resmi, gambar, file, dan lain sebagainya.
2. Reduksi Data
Reduksi data dilakukan pada saat peneliti menyeleksi pertanyaan-pertanyaan hasil
wawancara dengan informan. Peneliti memilih dan memilah pertanyaan-pertanyaan
yang sesuai dengan konteks penelitian. Selain itu, peneliti berupaya mengurangi
pemborosan kata sejauh tidak mengurangi inti atau makna dari pertanyaan atas
informan. Hal ini dilakukan supaya data-data yang disajikan tetap fokus dalam
menjawab permasalahan penelitian.
3. Penyajian Data
Komponen ini melibatkan langkah-langkah mengkoordinasi data, yakni menjalin
kelompok data yang satu dengan kelompok data yang lain sehingga seluruh data yang
di analisis benar-benar dilibatkan dalam satu kesatuan. Hal ini dikarenakan dalam
penelitian kualitatif, data biasanya beragam perespektif dan terasa bertumpuk, maka
penyajian data pada umumnya diyakini sangat membantu proses analisis. Peneliti
smelakukan proses ini saat menyajikan data-data hasil wawancara, observasi, dan
sumber tertulis sesuai fokus penelitian. Dengan kata lain, peneliti mengelompokan itu
tidak lagi terlihat saling bertumpuk karena telah disesuaikan dengan kategori
berdasarkan fokus penelitian. Data disajikan dalam bentuk narasi. Dengan menyajikan
data, maka akan memudahkan untuk memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja
selanjutnya
4. Penarikan Kesimpulan/Verifikasi Pada tahap ini, peneliti pada dasarnya
mengimplementasikan prinsip induktif dengan mempertimbangkan pola-pola data
yang ada atau kecenderungan dari penyajian data yang telah dibuat. Peneliti masih
harus
mengkonfirmasikan, mempertajam, atau mungkin merevisi kesimpulan-kesimpulan
yang telah dibuat untuk sampai pada kesimpulan final berupa proposisi-proposisi
ilmiah mengenai gejala atau realitas yang diteliti.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Objek Penelitian

1. Nama dan Sejarah Singkat Perusahaan/IstansiBerdasarkan Perda Kota Makassar


Nomor 6 Tahun 2005 tentang Pembentukan, Susunan Organisasi dan Tata Kerja
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Makassar, BAPPEDA
mempunyai kedudukansebagai unsur pendukung dalam melaksanakan tugas
tertentu, dipimpin oleh seorang Kepala yang berada di bawah dan bertanggung
jawab kepada Walikota melalui Sekretaris Daerah. BAPPEDA mempunyai tugas
pokok membantu Walikota dalam menentukan kebijakan di bidang perencanaan
Pembangunan Daerah secara menyeluruh dan terpadu serta melakukan penilaian
dan pengendalian terhadap hasil perencanaan dan pelaksanaan Pembangunan
Daerah.

2. Visi dan Misi (BAPPEDA) Kota Makassar


Visi :
Terwujudnya pengelolaan pendapatan yang optimal online terpadu.
Misi :
a. Mewujudkan pengelolaan PAD yang optimal berbasis it secaraterpadu dan
terintegrasi
b. Mewujudkan sumber daya manusia yang profesional dan memiliki kompetensi
dalam bidangnya
c. Memantapkan koordinasi administrasi pengelolaan pendapatan dan keuangan

3. Struktur Organisasi
Untuk mewujudkan tujuan dari suatu instansi diperlukan struktur organisasi yang
efektif. Struktur organisasi BAPPEDA Kota Makassar berupa bentuk-bentuk garis
dan penstafan yang memperjelas bahwa ada suatu bagian yang membawahi bagian
lainnya. Adapun susunan struktur organisasi di kantor Bappeda Kota Makassar terdiri
dari:
a. Kepala Badan;
b. Sekretariat, terdiri atas:
1. Subbagian Perencanaan dan Pelaporan;
2. Subbagian Keuangan;
3. Subbagian Umum dan Kepegawaian.
c. Bidang Perencanaan dan Pengendalian, terdiri atas:
1. Subbidang Perencanaan Makro;
2. Subbidang Pengendalia
n;
3. Subbidang Pelaporan.
d. Bidang Ekonomi dan Sumber Daya Alam, terdiri atas :
1. Subbidang Perdagangan, Perindustrian dan Koperasi;
2. Subbidang Keuangan, Penanaman Modal dan Pariwisata;
3. Subbidang Pangan, Perikanan dan Pertanian.
e. Bidang Sosial, Budaya dan Pemerintahan Umum, terdiri atas :
1. Subbidang Kesejahteraan Rakyat;
2. Subbidang Pemerintahan dan Aparatur;
3. Subbidang Pendidikan, Kesehatan dan Kebudayaan.
f. Bidang Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah, terdiri atas :
1. Subbidang Infrastruktur;
2. Subbidang Perhubungan dan Komunikasi;
3. Subbidang Pengembangan Wilayah.
g. Kelompok Jabatan Fungsional.
h. Unit Pelaksana Teknis (UPT). daerah.

3. Tugas Pokok dan Fungsi BAPPEDA Kota Makassar


Dalam pelaksanaan tugas pokok dan fungsinya, Badan Perencanaan Pembangunan
Daerah (BAPPEDA) Kota Makassar didukung oleh sumber daya aparatur yang
terdistribusi menurut bidang dan sekretariat.Berdasarkan Peraturan Daerah Kota
Makassar Nomor 8 Tahun 2016 tentang Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah
(Lembaran Daerah Kota Makassar Nomor 8 Tahun 2016) BAPPEDA Kota Makassar
memiliki tugas pokokperencana penyelenggaraan pemerintahan, melaksanakan
perumusan kebijakan perencanaan Daerah, koordinasi penyusunan rencana yang
memuat visi, misi, tujuan, strategi, kebijakan, program dan kegiatan pembangunan
masing-masing Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD).
Sedangkan fungsi BAPPEDA adalah :
a). Penyusunan kebijakan teknis penyelenggaraan fungsi penunjang urusan
pemerintahan bidang perencanaan;
b). Pelaksanaan dukungan teknis penyelenggaraan fungsi penunjang urusan
pemerintahan bidang perencanaan;
c). Pemantauan, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan tugas dukungan teknis
penyelenggaraan fungsi penunjang urusan
pemerintahan bidang perencanaan;
d). Pembinaan teknis penyelenggaraan fungsi penunjang urusan pemerintahan bidang
perencanaan;
e). Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Walikota sesuai dengan tugas dan
fungsinya.

a. Sekretariat
Mempunyai tugas pokok memberikan pelayanan administrasi bagi seluruh satuan
kerja di lingkungan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
.Disamping tugas pokok tersebut, sekretariat menyelenggarakan fungsi sebagai :
1). Pengelolaan ketatausahaan Badan;
2). Pelaksanaan urusan kepegawaian Badan;
3). Pelaksanaan urusan keuangan Badan;
4). Pelaksanaan urusan perlengkapan Badan;
5). Pelaksanaan urusan umum dan rumah tangga Badan;
6). Pelaksanaan koordinasi perumusan program kerja dan rapat kerja Badan..

Untuk kelancaran pelaksanaan tugas Sekretaris dibantu oleh 3(tiga) orang Kepala Sub
Bagian yaitu Sub Bagian Umum dan Kepegawaian, Sub Bagian Keuangan dan Sub
Bagian Perencanaan dan Pelaporan.
1). Sub Bagian Umum dan Kepegawaian
Sub Bagian Umum dan Kepegawaian, mempunyai tugas pokok yaitu menyusun
rencana kerja, melaksanakan tugas teknis ketatausahaan, mengelola administrasi
kepegawaian, melaksanakan urusan rumah tangga Badan, melaksanakan
pengadaan dan pemeliharaan aset Badan, membuat laporan serta mengevaluasi semua
pengadaan barang. kepegawaian menyelenggarakan fungsi :
a). Melaksanakan penyusunan rencana kerja sesuai tugas pokok dan fungsinya;
b). Mengatur pelaksanaan kegiatan sebagian urusan ketatausahaan meliputi surat-
menyurat, kearsipan, serta mendistribusikan surat sesuai bidang;
c). Melaksanakan urusan kerumahtanggaan Badan;
d). Melaksanakan usul kenaikan pangkat dan pensiun;
e). Melaksanakan usul kenaikan gaji berkala dan tugas belajar;
f). Menghimpun dan mensosialisasikan peraturan perundang-undangan dibidang
kepegawaian dalam lingkup Badan;
g). Menyiapkan bahan penyusunan standarisasi meliputi bidang kepegawaian,
pelayanan, organisasi dan ketatalaksanaan;
h). Menyusun rencana dan program kerja sesuai tugas dan fungsinya
i). Menyusun Rencana Kebutuhan Barang Unit (RKBU);
j). Membuat daftar kebutuhan barang (RKB);
k). Membuat Rencana Tahunan Barang Unit (RTBU)
l). Menyusun kebutuhan biaya pemeliharaan barang Badan;
m). Menerima dan meneliti semua pengadaan pada lingkup Badan;
n). Melakukan penyimpanan dokumen dan surat berharga lainnya
tentang barang inventaris Badan;
o). Melakukan koordinasi dengan unit kerja lain yang berkaitan
dengan bidang tugasnya;
p). Melaksanakan tugas kedinasan lain yang diberikan oleh atasan;
q). Menyusun laporan hasil pelaksanaan tugas.

2). Sub Bagian Keuangan


Sub Bagian Keuangan, memiliki tugas pokok menyusun rencana kerja serta
melaksanakan tugas teknis keuangan.Dalam melaksanakan tugas, sub bagian
keuangan menyelenggarakan fungsi :
a). Menyusun rencana dan program kerja sesuai tugas dan fungsinya;
b). Mengumpulkan Rencana Kerja Anggaran (RKA) Badan;
c). Mengumpulkan dan menyiapkan bahan penyusunan Rencana Kerja Anggaran
(RKA) dan Dokumen Perencanaan Anggaran (DPA) dari masing-masing satuan kerja
sebagai bahan konsultasi perencanaan;
d). Menyusun realisasi perhitungan anggaran dan administrasi
perbendaharaan Badan;
e). Menyusun neraca keuangan Badan;
f). Menyusun laporan hasil pelaksanaan tugas.

3). Sub Bagian Perencanaan dan Pelaporan


Sub Bagian Perencanaan dan Pelaporan mempunyai tugas
pokok menyusun rencana kerja, melaksanakan tugas penyusunan
perencanaan dan pelaporan lingkup Badan. Dalam melaksanakan
tugas, sub bagian perencanaan dan pelaporan menyelenggarakan
fungsi :
57
a). Mengkoordinasikan program dan kegiatan unit-unit kerja
lingkup Badan;
b). Melaksanakan Pengumpulan bahan dan data dalam rangka
penyusunan, Daftar Usulan kegiatan (DUK) pada masing-
masing bidang;
c). Menyusun rencana dan program kerja sesuai tugas dan
fungsinya unitunit kerja Badan (RENJA);
d). Mengumpulkan dan menyiapkan bahan Laporan Akuntabilitas
Kinerja Instansi Badan;
e). Mengumpulkan bahan Perjanjian Kinerja Instansi Badan;
f). Mengumpulkan dan menyiapkan bahan penyusunan RENSTRA
Badan;
g). Mengumpulkan dan menyiapkan bahan laporan evaluasi
terhadap RENJA;
h). Menyusun laporan hasil pelaksanaan tugas.
B. Hasil Penelitian
1. Mewujudkan Sistem Akuntansi Berbasis Akrual pada Pemerintah
Daerah Kota Makassar
a. Penerapan Sistem Akuntansi Berbasis Akrual di Pemerintah Daerah
Kehadiran peraturan pemerintah nomor 71 tahun 2010 tentang
Standar Akuntansi Pemerintahan, berbuah keputusan penghapusan
standar akuntansi pemerintahan berbasis kas menuju akrual dan
penerapan standar akuntansi pemerintahan (SAP) berbasis akrual
secara penuh mulai tahun 2015. Sebagaimana disebutkan dalam
peraturan pemerintah nomor 71 tahun 2010 pasal 1 ayat (8) bahwa yang
58
dimaksud dengan SAP berbasis akrual adalah standar akuntansi
pemerintahan yang mengakui pendapatan, beban, aset, utang, dan
ekuitas dalam pelaporan finansial berbasis akrual, serta mengakui
pendapatan, belanja, dan pembiayaan dalam pelaporan pelaksanaan
anggaran berdasarkan basis yang ditetapkan dalam APBN atau APBD.
Rata-rata pengelola keuangan pemerintah Kota Makassar ketika
dipertanyakan tentang standar akuntansi pemerintahan berbasis akrual,
mereka sudah matang akan definisi dari basis akrual itu sendiri. Usman
selaku kepala subbagian keuangan BAPPEDA daerah Kota Makassar
melihat basis akrual sebagai peristiwa ekonomi yang meskipun belum
ada uang masuk ke kas daerah, tetapi sudah ada yang mengikat antara
wajib pajak dan petugas pajak pada saat itu bisa diakui sebagai
pendapatan. Dalam wawancara lain yang dilakukan dengan Ibu Andi
Hermin, seorang pegawai bagian bendara pengeluran BAPPEDA Kota
Makassar yang mengatakan bahwa:
“Kalau pemahaman saya tentang basis akrual itu suatu standar,
standar pemerintahan yang dimana mengakui kejadian
ekonomi itu pada saat terjadinya kejadian tersebut. Bukan pada
saat menerima kas”.
Kemudian Seperti yang diungkapkan oleh Ibu Ivani kasubag
perencanaan dan pelaporan BAPPEDA bawah:
”pemerintah daerah kota makassar ini mulai menerapkan
sistem akuntansi berbasis akrual pada tahun 2015 sampai
sekarang sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
telah ditentukan oleh pemerintah, mengingat bahwa standar
akuntansi pemerintahan berbasis akrual ini merupakan hal baru
maka pegawai kami mengalami banyak kesulitan dalam
pelaporannya”
59
Pandangan responden diatas telah sesuai dengan makna basis
akrual seperti yang telah disimpulkan oleh KSAP (2006:3), yaitu suatu
basis akuntansi di mana transaksi ekonomi dan peristiwa lainnya diakui,
dicatat, dan disajikan dalam laporan keuangan pada saat terjadinya
transaksi tersebut, tanpa memerhatikan waktu kas atau setara kas
diterima atau dibayarkan. Dari pandangan kedua informan di atas
terhadap pengertian basis akrual, dapat dikatakan bahwa rata-rata
pengelola keuangan pemerintah Kota Makassar telah menyadari adanya
pergantian standar akuntansi pemerintahan yang saat ini berlaku yaitu
peraturan pemerintah nomor 71 tahun 2010 tentang standar akuntansi
pemerintahan berbasis akrual. Pemahaman mengenai akuntansi
pemerintahan berbasis akrual juga diperkuat dengan pemaparan yang
diuraikan oleh Ibu Ivani yang menjabat sebagai kepala subbagian
perencanaan dan pelaporan BAPPEDA Kota Makassar. Beliau
mengatakan:
Hanya saja perbedaannya kalo akrual basis di LRA juga harus
Diakrualkan, sebelumnya di cash basic yaitu pendapatan,
belanja, pembiayaan kita cash,nanti dineraca kita lakukan itu
akrualnya. Tapi sekarang seluruhnya sudah harus diakrualkan.
Sederhana akrualnya kan kita langsung mengakui pendapatan
pada saat APBD ditetapkan. Jadi pada saat APBD ditetapkan
kita sudah akui. Pada saat akhir tahun kemudian pendapatan
tidak mampu dipenuhi berarti itu menjadi piutang. Begitu juga di
belanja, sebenarnya itu saja buktinya itu akrual hanya saja
jurnalnya yang banyak kali. Kalau tidak salah empat kali jurnal
sampai dengan tahap pelaksanaannya pencairan dananya.
Beliau kemudian melanjutkan untuk menegaskan:
Karena kalau saya lihat sebenarnya yang berbeda cuma
persoalan jurnal pengakuan awal. Yang tadinya kita ke cash
basic untuk pendapatan dan belanja dan sekarang kita
akrualkan. Sederhana sebenarnya, yang tadinya nanti kita akui
setelah ada kasnya ada uangnya masuk ke kas daerah nah
60
sekarang tidak, pada saat penetapan APBD itu sudah menjadi
tercatat sebagai utang atau piutang. Itu saja perbedaan
mendasarnya.
Ungkapan-ungkapan di atas menunjukkan bahwa para pengelola
keuangan pemerintah Kota Makassar pada umumnya telah memahami
pengertian dasar dari akuntansi pemerintahan berbasis akrual. Namun,
ketika pelaksanaan basis akrual dalam pemerintahan Kota Makassar
diangkat dalam permukaan, masalah mengenai laporan keuangan yang
dihasilkan menjadi bertambah seolah-olah menjadi topik utama yang
menjadikan basis akrual ini sebagai sesuatu hal yang rumit.
b. Implementasi Standar Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah Kota
Makassar
Pemahaman mengenai implementasi basis akrual khususnya untuk
pemerintah Kota Makassar, bagi ibu ivani, kepala subbagian
perencanaan dan pelaporan BAPPEDA Kota Makassar,
mengungkapkan bahwa:
Sudah beberapa pelatihan yang saya ikuti memang untuk
akrual itu sangat rumit. Kita buat dua laporan keuangan. Di PP
24/2005 artinya laporan keuangan itu terdiri dari neraca, LRA,
catatan atas laporan keuangan, dan cash flow. Tetapi di PP 71
ini ada tambahan 3 item lagi yang kita harus buat, jadi saya
rasa untuk PP 71 ini akan lebih sulit lagi istilahnya bantu
pemerintah untuk urusi daerah itu lebih rumit. Harus ada
memang orang yang berkompetensi yang bisa membimbing
daerah itu.
Pernyataan beliau diatas menguatkan pandangan bahwa dengan
bertambahnya item yang akan dihasilkan dalam laporan keuangan
pemerintahan, menjadi masalah utama bagi para pengelola keuangan
pemerintah Kota Makassar dalam mengimplementasikan peraturan
61
pemerintah nomor 71 tahun 2010 tentang standar akuntansi
pemerintahan berbasis akrual ini. Menurut Halim dan Kusufi (2012:44),
setelah berlakunya peraturan pemerintah nomor 71 tahun 2010 tentang
standar akuntansi pemerintahan berbasis akrual, laporan keuangan
yang harus disajikan oleh pemerintah daerah selambat-lambatnya tahun
anggaran 2014 adalah sebagai berikut. pertama, pelaporan
pelaksanaan anggaran (budgetary reports) yang terdiri dari: laporan
realisasi anggaran (LRA) dan laporan perubahan saldo anggaran lebih
(SAL). Kedua, pelaporan finansial (financial reports) yang terdiri dari:
neraca, laporan arus kas. Ketiga, catatan atas laporan keuangan
(CALK). Bagi pemerintah daerah khususnya pemerintah Kota Makassar
dalam mengimplementasikan peraturan pemerintah nomor 71 tahun
2010 sudah sewajarnya memerlukan orang atau lembaga yang
berkompetensi dalam membimbing daerah tersebut akibat dari
kerumitan yang ditimbulkan, artinya sosialisasi terhadap peraturan
pemerintah yang berlaku saat ini harus gencar dilaksanakan.
Dalam rangka penerapan kebijakan akuntansi tersebut,
Perencanaan pembangunan Daerah selaku bagian dari Pemerintah
Daerah Kota Makassar menyusun laporan keuangan berpedoman pada
Standar Akuntansi Pemerintah untuk meningkatkan kualitas laporan
keuangan, sehingga dapat meningkatkan kredibilitasnya yang pada
gilirannya dapat mewujudkan transparansi dan akuntabilitas
pengelolaan keuangan pemerintah daerah dan mengungkapkan secara
penuh kegiatan yang ada dengan sumber daya yang menunjukkan
ketaatan pada Peraturan Perundang-undangan. Seperti yang
62
diungkapkan oleh kepala sub bagian keuangan BAPPEDA dan
Sekertaris BPKAD Kota Makassar.
”Pemerintah Kota Makassar atau BAPPEDA ini mulai
menerapkan sistem akuntansi berbasis akrual pada tahun 2015
sampai sekarang sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang telah ditentukan oleh pemerintah, mengingat
bahwa standar akuntansi pemerintahan berbasis akrual ini
merupakan hal baru maka pegawai kami mengalami banyak
kesulitan dalam pelaporannya”.
Kemudian yang disampaikan oleh sekertaris BPKAD mengatakan
bahwa :
“Di BPKAD Kota Makassar telah menerapkan akuntansi akrual
sebagai standar pelaporan akuntansi pemerintah (SAP) dan itu
sudah berlaku untuk semua SKPD Kota Makassar dan
sekarang sudah berjalan lancar sesuai PP No 71 Tahun 2010”.
Menurut KSAP (2010), pada tahun 2010 telah diadakan sosialisasi
mengenai peraturan pemerintah nomor 71 tahun 2010 tentang standar
akuntansi pemerintahan berbasis akrual, Seperti yang diungkapkan oleh
Sekertaris BPKAD Kota Makassar menyatakan bahwa:
“Pada tahun 2011 penyiapan peraturan pelaksanaan, kebijakan
akuntansi dan sistemnya sudah harus ada serta sosialisasi
lanjutan pada pemerintah daerah. Pada tahun 2012 dilakukan
capacity building atau peningkatan kualitas sumber daya
manusia dengan sosialisasi dan pelatihan serta dilakukan
lanjutan pengembangan sistem kemudian pada tahun 2013
implementasi percobaan sistem di beberapa pemerintah daerah
telah dilakukan. Pada tahun 2014 dilakukan implementasi
paralel akuntansi akrual dan akuntansi kas menuju akrual untuk
seluruh SKPKD hingga penerapan basis akrual penuh pada
tahun 2015”. 2). Pelaksanaan urusan kepegawaian Badan;
3). Pelaksanaan urusan keuangan Badan;
4). Pelaksanaan urusan perlengkapan Badan;
5). Pelaksanaan urusan umum dan rumah tangga Badan;
6). Pelaksanaan koordinasi perumusan program kerja dan rapat kerja Badan.

Untuk kelancaran pelaksanaan tugas Sekretaris dibantu oleh 3 (tiga) orang Kepala
Sub Bagian yaitu Sub Bagian Umum dan Kepegawaian, Sub Bagian Keuangan dan
Sub Bagian Perencanaan dan Pelaporan.
1). Sub Bagian Umum dan Kepegawaian
Sub Bagian Umum dan Kepegawaian, mempunyai tugas pokok
yaitu menyusun rencana kerja, melaksanakan tugas teknis
ketatausahaan, mengelola administrasi kepegawaian,
melaksanakan urusan rumah tangga Badan, melaksanakan
pengadaan dan pemeliharaan aset Badan, membuat laporan serta
m engevaluasi semua pengadaan barang.

Dalam melaksanakan tugas, sub bagian umum dan


kepegawaian menyelenggarakan fungsi :
a). Melaksanakan penyusunan rencana kerja sesuai tugas pokok
dan fungsinya;
b). Mengatur pelaksanaan kegiatan sebagian urusan
ketatausahaan meliputi surat-menyurat, kearsipan, serta
mendistribusikan surat sesuai bidang;
c). Melaksanakan urusan kerumahtanggaan Badan;
d). Melaksanakan usul kenaikan pangkat dan pensiun;
e). Melaksanakan usul kenaikan gaji berkala dan tugas belajar;
f). Menghimpun dan mensosialisasikan peraturan perundang-
undangan dibidang kepegawaian dalam lingkup Badan;
g). Menyiapkan bahan penyusunan standarisasi meliputi bidang
kepegawaian, pelayanan, organisasi dan ketatalaksanaan;
h). Menyusun rencana dan program kerja sesuai tugas dan
fungsinya;
i). Menyusun Rencana Kebutuhan Barang Unit (RKBU);
j). Membuat daftar kebutuhan barang (RKB);
k). Membuat Rencana Tahunan Barang Unit (RTBU)
l). Menyusun kebutuhan biaya pemeliharaan barang Badan;
m). Menerima dan meneliti semua pengadaan pada lingkup Badan;
n). Melakukan penyimpanan dokumen dan surat berharga lainnya
tentang barang inventaris Badan;
o). Melakukan koordinasi dengan unit kerja lain yang berkaitan
dengan bidang tugasnya;
56
p). Melaksanakan tugas kedinasan lain yang diberikan oleh
atasan;
q). Menyusun laporan hasil pelaksanaan tugas.
2). Sub Bagian Keuangan
Sub Bagian Keuangan, memiliki tugas pokok menyusun
rencana kerja serta melaksanakan tugas teknis keuangan.Dalam
melaksanakan tugas, sub bagian keuangan menyelenggarakan
fungsi :
a). Menyusun rencana dan program kerja sesuai tugas dan
fungsinya;
b). Mengumpulkan Rencana Kerja Anggaran (RKA) Badan;
c). Mengumpulkan dan menyiapkan bahan penyusunan Rencana
Kerja Anggaran (RKA) dan Dokumen Perencanaan Anggaran
(DPA) dari masing-masing satuan kerja sebagai bahan
konsultasi perencanaan;
d). Menyusun realisasi perhitungan anggaran dan administrasi
perbendaharaan Badan;
e). Menyusun neraca keuangan Badan;
f). Menyusun laporan hasil pelaksanaan tugas.
3). Sub Bagian Perencanaan dan Pelaporan
Sub Bagian Perencanaan dan Pelaporan mempunyai tugas
pokok menyusun rencana kerja, melaksanakan tugas penyusunan
perencanaan dan pelaporan lingkup Badan. Dalam melaksanakan
tugas, sub bagian perencanaan dan pelaporan menyelenggarakan
fungsi :
57
a). Mengkoordinasikan program dan kegiatan unit-unit kerja
lingkup Badan;
b). Melaksanakan Pengumpulan bahan dan data dalam rangka
penyusunan, Daftar Usulan kegiatan (DUK) pada masing-
masing bidang;
c). Menyusun rencana dan program kerja sesuai tugas dan
fungsinya unitunit kerja Badan (RENJA);
d). Mengumpulkan dan menyiapkan bahan Laporan Akuntabilitas
Kinerja Instansi Badan;
e). Mengumpulkan bahan Perjanjian Kinerja Instansi Badan;
f). Mengumpulkan dan menyiapkan bahan penyusunan RENSTRA
Badan;
g). Mengumpulkan dan menyiapkan bahan laporan evaluasi
terhadap RENJA;
h). Menyusun laporan hasil pelaksanaan tugas.
B. Hasil Penelitian
1. Mewujudkan Sistem Akuntansi Berbasis Akrual pada Pemerintah
Daerah Kota Makassar
a. Penerapan Sistem Akuntansi Berbasis Akrual di Pemerintah Daerah
Kehadiran peraturan pemerintah nomor 71 tahun 2010 tentang
Standar Akuntansi Pemerintahan, berbuah keputusan penghapusan
standar akuntansi pemerintahan berbasis kas menuju akrual dan
penerapan standar akuntansi pemerintahan (SAP) berbasis akrual
secara penuh mulai tahun 2015. Sebagaimana disebutkan dalam
peraturan pemerintah nomor 71 tahun 2010 pasal 1 ayat (8) bahwa yang
58
dimaksud dengan SAP berbasis akrual adalah standar akuntansi
pemerintahan yang mengakui pendapatan, beban, aset, utang, dan
ekuitas dalam pelaporan finansial berbasis akrual, serta mengakui
pendapatan, belanja, dan pembiayaan dalam pelaporan pelaksanaan
anggaran berdasarkan basis yang ditetapkan dalam APBN atau APBD.
Rata-rata pengelola keuangan pemerintah Kota Makassar ketika
dipertanyakan tentang standar akuntansi pemerintahan berbasis akrual,
mereka sudah matang akan definisi dari basis akrual itu sendiri. Usman
selaku kepala subbagian keuangan BAPPEDA daerah Kota Makassar
melihat basis akrual sebagai peristiwa ekonomi yang meskipun belum
ada uang masuk ke kas daerah, tetapi sudah ada yang mengikat antara
wajib pajak dan petugas pajak pada saat itu bisa diakui sebagai
pendapatan. Dalam wawancara lain yang dilakukan dengan Ibu Andi
Hermin, seorang pegawai bagian bendara pengeluran BAPPEDA Kota
Makassar yang mengatakan bahwa:
“Kalau pemahaman saya tentang basis akrual itu suatu standar,
standar pemerintahan yang dimana mengakui kejadian
ekonomi itu pada saat terjadinya kejadian tersebut. Bukan pada
saat menerima kas”.
Kemudian Seperti yang diungkapkan oleh Ibu Ivani kasubag
perencanaan dan pelaporan BAPPEDA bawah:
”pemerintah daerah kota makassar ini mulai menerapkan
sistem akuntansi berbasis akrual pada tahun 2015 sampai
sekarang sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
telah ditentukan oleh pemerintah, mengingat bahwa standar
akuntansi pemerintahan berbasis akrual ini merupakan hal baru
maka pegawai kami mengalami banyak kesulitan dalam
pelaporannya”
59
Pandangan responden diatas telah sesuai dengan makna basis
akrual seperti yang telah disimpulkan oleh KSAP (2006:3), yaitu suatu
basis akuntansi di mana transaksi ekonomi dan peristiwa lainnya diakui,
dicatat, dan disajikan dalam laporan keuangan pada saat terjadinya
transaksi tersebut, tanpa memerhatikan waktu kas atau setara kas
diterima atau dibayarkan. Dari pandangan kedua informan di atas
terhadap pengertian basis akrual, dapat dikatakan bahwa rata-rata
pengelola keuangan pemerintah Kota Makassar telah menyadari adanya
pergantian standar akuntansi pemerintahan yang saat ini berlaku yaitu
peraturan pemerintah nomor 71 tahun 2010 tentang standar akuntansi
pemerintahan berbasis akrual. Pemahaman mengenai akuntansi
pemerintahan berbasis akrual juga diperkuat dengan pemaparan yang
diuraikan oleh Ibu Ivani yang menjabat sebagai kepala subbagian
perencanaan dan pelaporan BAPPEDA Kota Makassar. Beliau
mengatakan:
Hanya saja perbedaannya kalo akrual basis di LRA juga harus
Diakrualkan, sebelumnya di cash basic yaitu pendapatan,
belanja, pembiayaan kita cash,nanti dineraca kita lakukan itu
akrualnya. Tapi sekarang seluruhnya sudah harus diakrualkan.
Sederhana akrualnya kan kita langsung mengakui pendapatan
pada saat APBD ditetapkan. Jadi pada saat APBD ditetapkan
kita sudah akui. Pada saat akhir tahun kemudian pendapatan
tidak mampu dipenuhi berarti itu menjadi piutang. Begitu juga di
belanja, sebenarnya itu saja buktinya itu akrual hanya saja
jurnalnya yang banyak kali. Kalau tidak salah empat kali jurnal
sampai dengan tahap pelaksanaannya pencairan dananya.
Beliau kemudian melanjutkan untuk menegaskan:
Karena kalau saya lihat sebenarnya yang berbeda cuma
persoalan jurnal pengakuan awal. Yang tadinya kita ke cash
basic untuk pendapatan dan belanja dan sekarang kita
akrualkan. Sederhana sebenarnya, yang tadinya nanti kita akui
setelah ada kasnya ada uangnya masuk ke kas daerah nah
60
sekarang tidak, pada saat penetapan APBD itu sudah menjadi
tercatat sebagai utang atau piutang. Itu saja perbedaan
mendasarnya.
Ungkapan-ungkapan di atas menunjukkan bahwa para pengelola
keuangan pemerintah Kota Makassar pada umumnya telah memahami
pengertian dasar dari akuntansi pemerintahan berbasis akrual. Namun,
ketika pelaksanaan basis akrual dalam pemerintahan Kota Makassar
diangkat dalam permukaan, masalah mengenai laporan keuangan yang
dihasilkan menjadi bertambah seolah-olah menjadi topik utama yang
menjadikan basis akrual ini sebagai sesuatu hal yang rumit.
b. Implementasi Standar Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah Kota
Makassar
Pemahaman mengenai implementasi basis akrual khususnya untuk
pemerintah Kota Makassar, bagi ibu ivani, kepala subbagian
perencanaan dan pelaporan BAPPEDA Kota Makassar,
mengungkapkan bahwa:
Sudah beberapa pelatihan yang saya ikuti memang untuk
akrual itu sangat rumit. Kita buat dua laporan keuangan. Di PP
24/2005 artinya laporan keuangan itu terdiri dari neraca, LRA,
catatan atas laporan keuangan, dan cash flow. Tetapi di PP 71
ini ada tambahan 3 item lagi yang kita harus buat, jadi saya
rasa untuk PP 71 ini akan lebih sulit lagi istilahnya bantu
pemerintah untuk urusi daerah itu lebih rumit. Harus ada
memang orang yang berkompetensi yang bisa membimbing
daerah itu.
Pernyataan beliau diatas menguatkan pandangan bahwa dengan
bertambahnya item yang akan dihasilkan dalam laporan keuangan
pemerintahan, menjadi masalah utama bagi para pengelola keuangan
pemerintah Kota Makassar dalam mengimplementasikan peraturan
61
pemerintah nomor 71 tahun 2010 tentang standar akuntansi
pemerintahan berbasis akrual ini. Menurut Halim dan Kusufi (2012:44),
setelah berlakunya peraturan pemerintah nomor 71 tahun 2010 tentang
standar akuntansi pemerintahan berbasis akrual, laporan keuangan
yang harus disajikan oleh pemerintah daerah selambat-lambatnya tahun
anggaran 2014 adalah sebagai berikut. pertama, pelaporan
pelaksanaan anggaran (budgetary reports) yang terdiri dari: laporan
realisasi anggaran (LRA) dan laporan perubahan saldo anggaran lebih
(SAL). Kedua, pelaporan finansial (financial reports) yang terdiri dari:
neraca, laporan arus kas. Ketiga, catatan atas laporan keuangan
(CALK). Bagi pemerintah daerah khususnya pemerintah Kota Makassar
dalam mengimplementasikan peraturan pemerintah nomor 71 tahun
2010 sudah sewajarnya memerlukan orang atau lembaga yang
berkompetensi dalam membimbing daerah tersebut akibat dari
kerumitan yang ditimbulkan, artinya sosialisasi terhadap peraturan
pemerintah yang berlaku saat ini harus gencar dilaksanakan.
Dalam rangka penerapan kebijakan akuntansi tersebut,
Perencanaan pembangunan Daerah selaku bagian dari Pemerintah
Daerah Kota Makassar menyusun laporan keuangan berpedoman pada
Standar Akuntansi Pemerintah untuk meningkatkan kualitas laporan
keuangan, sehingga dapat meningkatkan kredibilitasnya yang pada
gilirannya dapat mewujudkan transparansi dan akuntabilitas
pengelolaan keuangan pemerintah daerah dan mengungkapkan secara
penuh kegiatan yang ada dengan sumber daya yang menunjukkan
ketaatan pada Peraturan Perundang-undangan. Seperti yang
62
diungkapkan oleh kepala sub bagian keuangan BAPPEDA dan
Sekertaris BPKAD Kota Makassar.
”Pemerintah Kota Makassar atau BAPPEDA ini mulai
menerapkan sistem akuntansi berbasis akrual pada tahun 2015
sampai sekarang sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang telah ditentukan oleh pemerintah, mengingat
bahwa standar akuntansi pemerintahan berbasis akrual ini
merupakan hal baru maka pegawai kami mengalami banyak
kesulitan dalam pelaporannya”.
Kemudian yang disampaikan oleh sekertaris BPKAD mengatakan
bahwa :
“Di BPKAD Kota Makassar telah menerapkan akuntansi akrual
sebagai standar pelaporan akuntansi pemerintah (SAP) dan itu
sudah berlaku untuk semua SKPD Kota Makassar dan
sekarang sudah berjalan lancar sesuai PP No 71 Tahun 2010”.
Menurut KSAP (2010), pada tahun 2010 telah diadakan sosialisasi
mengenai peraturan pemerintah nomor 71 tahun 2010 tentang standar
akuntansi pemerintahan berbasis akrual, Seperti yang diungkapkan oleh
Sekertaris BPKAD Kota Makassar menyatakan bahwa:
“Pada tahun 2011 penyiapan peraturan pelaksanaan, kebijakan
akuntansi dan sistemnya sudah harus ada serta sosialisasi
lanjutan pada pemerintah daerah. Pada tahun 2012 dilakukan
capacity building atau peningkatan kualitas sumber daya
manusia dengan sosialisasi dan pelatihan serta dilakukan
lanjutan pengembangan sistem kemudian pada tahun 2013
implementasi percobaan sistem di beberapa pemerintah daerah
telah dilakukan. Pada tahun 2014 dilakukan implementasi
paralel akuntansi akrual dan akuntansi kas menuju akrual untuk
seluruh SKPKD hingga penerapan basis akrual penuh pada
tahun 2015”.
72
transaksi keuangan merupakan salah satu bentuk akuntabilitas
penyelenggara pemerintahan kepada rakyat melalui perwakilannya di
lembaga legislatif. Transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan
negara merupakan pondasi utama bagi terciptanya good governance yang
merupakan persyaratan mutlak dalam demokrasi dan ekonomi yang
sesungguhnya.
Reformasi pengelolaan keuangan daerah telah dilakukan, namun
pengelolaan keuangan daerah tersebut masih belum baik. Peralihan akibat
reformasi yang digulirkan belum berjalan mulus.
“Menurut Usman, kesubag keuangan BAPPEDA, penyebab masih
buruknya tata kelola keuangan pemerintah daerah ada beberapa,
yaitu:
1 Faktor waktu pemberlakuan standar yang masih tergolong baru
yang menyebabkan kualitas LKPD terbilang buruk.
2 Peraturan perundang-undangan yang tumpang tindih, sehingga
terjadi satu aturan belum sempat dipahami dan dilaksanakan
dengan baik, sudah muncul aturan baru yang membuat para
pejabat di daerah kebingungan.
3 Keterbatasan SDM yang menguasai bidang akuntansi di daerah.
Kebanyakan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) tidak
memahami akuntansi sebab mereka kebanyakan bukan berlatar
belakang pendidikan akuntansi. Ditambah lagi selama ini birokrat
di Indonesia hanya dikenalkan pada sistem anggaran dan
akuntansi yang sederhana. Namun dengan standar akuntansi
yang baru, mereka harus menyusun anggaran berbasis kinerja
dan membuat laporan keuangan dengan double entry berbasis
accrual”
Berdasarkan hasil wawancara dapat disimpulkan bahwa penerapan
akuntabilitas dengan berbagai indikatornya ini dalam pengelolaan
keuangan secara langsung akan meningkatkan kinerja pemerintahan
secara keseluruhan. Perwujudan transparansi sebagai amanat peraturan
perundang-undangan dalam pengelolaan pemerintahan telah memberikan
tekanan kepada aparatur pengelola pemerintahan untuk membuka diri
73
terhadap hak masyarakat dalam memperoleh informasi seluasluasnya
dengan benar, jujur dan tidak diskriminatif tentang penyelenggaraan
pemerintahan daerah. Dan monitoring dilaksanakan sebagai bentuk
pengawasan dalam pengelolaan keuangan menurut informan Pak abdul
rasyid sebagai sekertaris BPKAD mengungkapkan bahwa:
“Hmm (ragu-ragu) pengawasan dilakukan memang sih (penekanan
kata) Setiap bulan melalui laporan keuangan yang di sampaikan ke
manajemen melalui RKA ke pemerintah. proses monitoring tersebut
dilaksanakan Setiap bulan kepala keuangan melaporkan ke
pemerintah. Pemerintah melalui laporan pertanggung jawaban
keuangan yang disampaikan triwulan, semester, dan tahunan dengan
melakukan pengecekan langsung terhadap pengelolaan keuangan
yang dialokasikan dalam anggaran.”
Kemudian pernyataan lain yang disampaikan oleh Bapak Abd Rasyid
sebagai Sekertaris BPKAD bahwa:
“Bentuk dari Pertanggungjawaban to’(itu) oleh pengelola keuangan
yaitu mengungkapan rincian-rincian pemasukan dan pengeluaran
pada pos-pos laporan keuangan secara transparan sih (penekanan
kata) karena menggunakan sistem pengelolaan keuangan sesuai
peraturan perundangan-undangan. laporan kami buat pun harus
disajikan kepada pihak internal dan eksternal yang mudah dipahami
isinya sehingga nantinya kinerja kami disini dapat dipercaya oleh
masyarakat dan pemerintah. Dan semua kegiatan-kegiatan program
kerja di dokumentasikan dan dibukukan sebagai bentuk
pertanggungjawaban ke pemerintah pusat.”
Dari pernyataan informan Pak Usman dan Pak Rasyid dapat
disimpulkan bahwa sebagai bentuk pertanggungjawaban dalam
pengelolaan keuangan dilakukan monitoring/pengawasan terhadap laporan
keuangan yang dialokasikan dalam anggaran dan dalam penyusunan
anggaran menggunakan sistem sesuai dengan peraturan perundang-
undangan. Sehingga dapat mempermudah kegiatan dalam proses laporan
penganggaran yang lebih akurat dan terpercaya yang telah di sesuaikan
74
dengan kebutuhan-kebutuhan program yang akan dilaksanakan. Pada
dasarnya tujuan pengawasan adalah untuk mengamati apa yang sungguh-
sungguh terjadi serta membandingkannya dengan apa yang seharusnya
terjadi.
3. Laporan Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah Kota Makassar
Untuk mengetahui kinerja dari penyelenggaraan program kerja
yaitu dari sisi ekonomi, sisi efisiensi dan sisi efektivitas, di kota
makassar atau BAPPEDA khususnya di tahun 2018.
Tabel 4.1 Rincian Beban Operasi Tahun 2018 dan 2017
Sumber. Wali Kota Makassar Tahun 2018
Tabel 4.2 Rincian Anggaran dan Realisasi Belanja Tahun 2018
JENIS BELANJA
Anggaran
Realisasi
%
Belanja Operasi Rp. 3.130.387.867.449,00 Rp. 2.776.033.750.162,00 88,68
Belanja Modal
Rp. 953.107.491.551,00 Rp. 746.832.060.455,09 78,36
Jumlah
Rp. 4.083.495.359.000 Rp. 3.522.865.810.617,09 167,04
Sumber. wali kota makassar tahun 2018
URAIAN
SALDO
Kanaikan/
Penurunan (%)
2018
2017
Beban pegawai-
LO
2.610.154.096,00 2.338.065.560,00
266.626.344,00
11,4
Beban barang
dan jasa
3.397.464.146,33 2.004.301.952,17 1.393.155.985,16 69,51
Beban
penyusutan dan
amortisasi
172.356.454,00 123.785.729,- 48.570.725,94 39,24
Jumlah
6.179.974.696,33 4.466.153.241,17 1.713.821.455,16 38,37
Tabel 4.3 Ikhtisar Pencapaian Target Kinerja Keuangan tahun 2018
URAIAN
Belanja tidak langsung Belanja langsung
Belanja pegawai
Rp. 1,107,665,078,000.00
Belanja Bunga
Rp.
0.00
Belanja Subsidi
Rp.
0.00
Belanja Hibah
Rp. 146,651,000,000.00
Belanja Bantuan Sosial Rp.
0.00
Belanja Bagi Hasil Kepada
Provinsi/Kabupaten/Kota
Dan Pemerintah Desa Rp.
0.00
Belanja Bantuan Keuangan
Kepada
Provinsi/Kabupaten/Kota,
Pemerintahan Desa dan
Partai Politik
Rp. 1,094,538,000.00
Belanja Tidak Terduga Rp. 49,557,501,500.00
Belanja Pegawai
- Rp. 253,642,532,866.00
Belanja Barang/Jasa
- Rp. 1,689,568,987,240.00
Belanja Modal
- Rp. 869,408,978,394.00
JUMLAH
Rp. 1,304,968,117,500.00 Rp. 2,812,620,498,500.00
Sumber: Data Sekunder yang diolah
76
C. Pembahasan
1. Mewujudkan Sistem Akuntansi Berbasis Akrual di Pemerintah Daerah
Kota Makassar
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang
Standar Akuntansi Pemerintahan dan Peraturan Menteri Dalam Negeri
Nomor 64 Tahun 2013 tentang Penerapan Standar Akuntansi
Pemerintahan Berbasis Akrual pada Pemerintah Daerah maka Pemerintah
Daerah harus menerapkan Akuntansi Berbasis Akrual pada tahun 2015.
Dalam rangka penerapan kebijakan akuntansi tersebut, Badan
Perencanaan P embangunan Daerah selaku bagian dari Pemerintah Kota
Makassar menyusun laporan keuangan berpedoman pada Standar
Akuntansi Pemerintah untuk meningkatkan kualitas laporan keuangan,
sehingga dapat meningkatkan kredibilitasnya yang pada gilirannya dapat
mewujudkan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan
pemerintah daerah dan mengungkapkan secara penuh kegiatan yang ada
dengan sumber daya yang menunjukkan ketaatan pada Peraturan
Perundang-undangan.
Berdasarkan hasil penelitian dan wawancara dengan Ibu Ivani diatas
menunjukan bawah aparatur pengelolah keuangan Pemerintah Kota
Makassar pada umumnya telah memahami pengertian dasar dari akuntansi
berbasis akrual, namun ketika pada tahap pelaksanaanya banyak staf yang
pada awalnya mereka memahami hanya basis kas dan ketika basis akrual
hadir karena ada item laporan keuangan yang bertambah menjadi masalah
utama bagi para pengelolah keuangan pemerintah Kota Makassar dalam
mengimplementasikan peraturan PP Nomor 71 Tahun 2010 tentang
standar akuntansi berbasis akrual ini. Kemudian hadirnya basis akrual ini
77
seolah-olah menjadi topik utama yang menjadikan akrual ini sebagai
sesuatu hal yang rumit. Setelah menerapkannya akuntansi berbasis akrual
semua aparatur keuangan pemerintah Kota Makassar dituntut mengikuti
pelatihan-pelatihan terkait akrual ini untuk mempermudah dalam
memahami dan pelaporan keuangan. Ketika akrual hendak dilakukan
sepenuhnya untuk menggambarkan berlangsungnya esensi transaksi atau
kejadian, maka kelebihan yang diperoleh dari penerapan akrual adalah
tergambarnya informasi operasi atau kegiatan. Dalam sektor komersial,
gambaran perkembangan operasi atau kegiatan ini dituangkan dalam
Laporan Laba Rugi. Sedangkan dalam akuntansi pemerintah, laporan
sejenis ini diciptakan dalam bentuk Laporan Operasional atau Laporan
Surplus/Defisit. Dengan demikian, perbedaan kongkrit yang paling
memerlukan perhatian adalah jenis/komponen laporan keuangan.
Perbedaan mendasar SAP PP 24/2005 dengan SAP Akrual terletak
pada PSAP 12 mengenai Laporan Operasional. Entitas pemerintah
melaporkan secara transparan besarnya sumber daya ekonomi yang
didapatkan, dan besarnya beban yang ditanggung untuk menjalankan
kegiatan pemerintahan. Surplus/defisit operasional merupakan penambah
atau pengurang ekuitas/kekayaan bersih entitas pemerintahan
bersangkutan.
Pemerintah Daerah (Wali Kota) Makassar telah menerapkan sistem
akuntansi berbasis akrual sejak tahun 2015 sampai saat ini. Artinya dengan
adanya sistem akuntansi berbasis akrual dapat meghasilkan laporan
keuangan yang dipercaya dan lebih akurat untuk pengambilan keputusan
78
ekonomi. Kemudian pegawai dan staf pemerintah dituntut untuk memahami
sistem ini yang walaupun banyak kesulitan dalam pelaporanya.
Kemudian berdasarkan pengamatan dan wawancara yang dilakukan
oleh Penulis kepada Kepala Biro Keuangan serta beberapa staf pegawai
Bagian Keuangan Pemerintah daerah khususnya BAPPEDA dan BPKAD
Kota Makassar, Penulis menilai bahwa prosedur yang dilaksanakan oleh
Pemerintah Daerah Kota Makassar sudah cukup memadai yang dapat
dilihat dari hal-hal sebagai berikut:
a. Terdapat pembagian tugas dan wewenang dalam pelaksanaan
administrasi keuangan daerah.
b. Adanya Review berjenjang dalam pemberian persetujuan atas suatu
transksi.
c. Adanya proses Pengendalian manajemen, termasuk manajemen
keuangan.
2. Implementasi Sistem Akuntansi Keuangan Sektor Publik dalam
Mencapai Good Governance di BAPPEDA Kota Makassar
Transparansi artinya kewajiban bagi para pengelola untuk
menjalankan prinsip keterbukaan dalam proses keputusan dan
penyampaian informasi. keterbukaan dalam menyampaikan informasi juga
mengandung arti bahwa informasi yang disampaikan harus lengkap, benar,
dan tepat waktu kepada semua pemangku kepentingan. Tidak boleh ada
hal-hal yang dirahasiakan, disembunyikan, ditutup-tutupi, atau ditunda
tunda pengungkapannya.
Tujuan penyajian laporan keuangan daerah adalah memberi informasi
keuangan yang berguna untuk pembuatan keputusan ekonomi, sosial
79
politik dan juga laporan akuntabilitas itu sendiri, Sedangkan para pengguna
laporan keuangan mempunyai bermacam-macam kebutuhan dalam
laporan keuangan itu sendiri. Oleh karena itu laporan keuangan yang
disusun pemerintah harus menyajikan secara wajar dan mengungkapkan
secara lengkap sesuai dengan peraturan yang ada dan syaratsyarat agar
laporan keuangan yang disajikan dapat memenuhi harapan pengguna.
Serta kemampuan staff atau aparatur pemerintahan dalam transparansi
dan akuntabilitas dalam pengelolaan keuangan daerah terhadap
masyarakat.
Berdasarkan hasil penelitian serta wawancara dengan Bapak Usman
bahwa penyusunan laporan keuangan yang harus jujur suatu bentuk
kebutuhan transparansi yang merupakan syarat pendukung adanya
akuntabilitas yang berupa keterbukaan (openness) pemerintah atas
aktivitas pengelolaan sumber daya publik. Dengan adanya sistem yang
terprogram langsung melalui IT maka hasil dari laporan keuangan
terpercaya atau terintegrasi dapat mencegah kecurangan. Transparansi
merupakan prinsip yang harus ada dan meliputi keseluruhan bagian
pengelolaan keuangan baik dari proses perencanaan, pelaksanaannya.
Transparansi informasi terutama informasi keuangan dan fiskal harus
dilakukan dalam bentuk yang relevan dan mudah dipahami mencegah
timbulnya penyimpangan tindakan aparatur publik. Transparansi dibangun
atas dasar kebebasan memperoleh informasi yang dibutuhkan oleh
masyarakat artinya, informasi yang berkaitan dengan kepentingan publik
secara langsung dapat diperoleh oleh mereka yang membutuhkan,
transparansi mengisyaratkan bahwa laporan keuangan tidak hanya dibuat
80
tetapi juga terbuka dan dapat diakses oleh masyarakat, karena aktivitas
pemerintah adalah menjalankan amanat rakyat.
Berdasarkan Pernyataan Ibu Andi Herni dapat disimpulkan bahwa bagi
golongan masyarakat yang tidak paham teknologi masa kini telah di
sediakan papan pengumuman terkait penyelengaraan program-program
kerja dan untuk itu masyarakat di beri akses melalui membuka website
yang di sediakan. Dengan adanya transparansi menjamin akses atau
kebebasan bagi setiap orang untuk memperoleh informasi tentang
penyelenggaran pemerintah. Dalam mendukung terwujudnya good
governance masyarakat sebagai salah satu alat untuk mendorong
berjalannya prinsip-prinsip good governance. Segala sesuatu yang
berhubungan dengan masyarakat harus dibuat secara terbuka. Serta
adanya sosialisasi pengetahuan teknologi atau e goverment kepada
masyarakat umum yang masih belum paham dengan IT.
Akuntabilitas publik keuangan daerah adalah pemberian informasi dan
pengungkapan (disclosure) atas aktivitas dan kinerja keuangan daereah
kepada semua pihak yang berkepentingan (stakeholder) sehingga hak-hak
publik, yaitu hak untuk tau (right to know), hak untuk diberi informasi (right
to be kept information), dan hak untuk didengar aspirasinya (right to be
heard and to be listened to) dapat terpenuhi.
Unsur yang paling penting dalam penyelenggaraan pemerintahan dan
pembangunan di daerah adalah cara pengelolaan keuangan daerah secara
berdaya guna dan berhasilguna. Hal tersebut diharapkan agar sesuai
dengan aspirasi pembangunan dan tuntutan masyarakat yang semakin
81
berkembang akhir-akhir ini. Hal tersebut sesuai dengan Agency Theory
yang membahas kontrak antara principal dan Agen.
Jensen dan Meckling (1976:1) menjelaskan bahwa terdapat perbedaan
kepentingan antara prinsipal dan agent, sehingga agent tidak selamanya
mengikuti keinginan prinsipal. Hubungan keagenan tersebut juga terjadi di
pemerintahan antara rakyat sebagai agen dan pemerintah sebagai
prinsipal. Pemerintah dapat melakukan kebijakan yang hanya
mementingkan pemerintah dan penguasa dan mengorbankan kepentingan
dan kesejahteraan rakyat. Untuk mengurangi konflik maka diperlukan
monitoring oleh prinsipal atas apa yang dilakukan oleh agen.
Berdasarkan hasil wawancara dengan ibu Andi Herni tentang bentuk
pengawasan masyarakat dengan ikut berpartisipasi dalam proses
penganggaran dapat disimpulkan bahwa Masyarakat Kota Makassar
khususnya sebagai prinsipal memiliki hak untuk melalukan pengawasan
terhadap agen atau pemerintah dalam pengelolaan keuangan demi
kesehjateraan principal. Theory agency dapat digunakan untuk
menghubungkan tanggungjawaban sektor publik dimana masyarakat
berperan sebagi pemberi amanah sekaligus pemilik dan pelanggan
(customer) dan tugas pemerintah daerah dengan peran dan fungsi sebagai
pemberi pelayanan kepada masyarakat (civil service).
Laporan Pertanggungjawaban Keuangan Kota Makassar menyajikan
informasi tentang perhitungan atas pelaksanaan semua kegiatan yang
telah dianggarkan dalam Tahun Anggaran 2018. Laporan keuangan SKPD
antara lain terdiri dari:
82
a. Laporan Realisasi Anggaran
Menyajikan informasi realisasi pendapatan-LRA, belanja, transfer,
surplus/defisit-LRA dan pembiayaan yang masing-masing
diperbandingkan dengan anggarannya dalam satu periode. Informasi
tersebut berguna bagi para pengguna laporan dalam mengevaluasi
keputusan mengenai alokasi sumber-sumber daya ekonomi,
akuntabilitas dan ketaatan entitas pelaporan terhadap anggaran dengan:
1). Menyediakan informasi mengenai sumber, alokasi, dan
penggunaan sumber daya ekonomi.
2). Menyediakan informasi mengenai realisasi anggaran secara
menyeluruh yang berguna dalam mengevaluasi kinerja pemerintah
dalam hal efisiensi dan efektivitas penggunaan anggaran.
Unsur-unsur LRA dalam basis akrual:
a). Pendapatan-LRA adalah penerimaan oleh Bendahara Umum
Daerah yang menambah Saldo Anggaran Lebih dalam periode
tahun anggaran yang bersangkutan yang menjadi hak
pemerintah, dan tidak perlu dibayar kembali oleh pemerintah.
b). Belanja adalah semua pengeluaran oleh Bendahara Umum
Daerah yang mengurangi Saldo Anggaran Lebih dalam periode
tahun anggaran bersangkutan yang tidak akan diperoleh
pembayarannya kembali oleh pemerintah.
c). Transfer adalah penerimaan atau pengeluaran uang oleh suatu
entitas pelaporan dari/kepada entitas pelaporan lain, termasuk
dana perimbangan dan dana bagi hasil.
d). Surplus/defisit-LRA
83
e). Pembiayaan adalah setiap penerimaan /pengeluaran yang tidak
berpengaruh pada kekayaan bersih entitas yang perlu dibayar
kembali dan/atau akan diterima kembali, baik pada tahun
anggaran bersangkutan maupun tahuntahun anggaran
berikutnya, yang dalam penganggaran pemerintah terutama
dimaksudkan untuk menutup defisit atau memanfaatkan surplus
anggaran. Penerimaan pembiayaan antara lain dapat berasal
dari pinjaman dan hasil divestasi. Pengeluaran pembiayaan
antara lain digunakan untuk pembayaran kembali pokok
pinjaman, pemberian pinjaman kepada entitas lain, dan
penyertaan modal oleh pemerintah.
f). Sisa Lebih/Kurang Pembiayaan Anggaran (SiLPA/SiKPA)
b. Neraca
Neraca merupakan laporan yang menggambarkan posisi keuangan
suatu entitas pelaporan mengenai aset, kewajiban, dan ekuitas pada
tanggal dan periode tertentu.
Unsur neraca dalam basis akrual adalah sebagai berikut :
1). Aset; sumber daya ekonomi yang dikuasai dan/atau dimiliki oleh
pemerintah sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana
manfaat ekonomi dan/atau sosial di masa depan diharapkan dapat
diperoleh, baik oleh pemerintah maupun masyarakat, serta dapat
diukur dalam satuan uang, termasuk sumber daya non keuangan
yang diperlukan untuk penyediaan jasa bagi masyarakat umum dan
sumber-sumber daya yang dipelihara karena alasan sejarah dan
budaya.
84
2). Kewajiban; utang yang timbul dari peristiwa masa lalu yang
penyelesaiannya mengakibatkan aliran keluar sumber daya
ekonomi pemerintah.
3). Ekuitas (tanpa dirinci lebih lanjut ke ekuitas dana lancar, ekuitas
dana investasi, dan ekuitas dana cadangan sebagaimana dalam
basis kas menuju akrual); kekayaan bersih pemerintah yang
merupakan selisih antara aset dan kewajiban pemerintah.
c. Laporan Perubahan Ekuitas
Menyajikan informasi kenaikan atau penurunan ekuitas tahun
pelaporan dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Ekuitas adalah
kekayaan bersih pemerintah yang merupakan selisih antara aset dan
kewajiban pemerintah pada tanggal laporan.
Laporan Perubahan Ekuitas menyajikan sekurang kurangnya pos-
pos:
1). Ekuitas awal
2). Surplus/defisit-LO pada periode bersangkutan
3). Koreksi-koreksi yang langsung menambah/mengurangi ekuitas,
yang antara lain berasal dari dampak kumulatif yang disebabkan
oleh perubahan kebijakan akuntansi dan koreksi kesalahan
mendasar, misalnya:
a). koreksi kesalahan mendasar dari persediaan yang terjadi pada
periodeperiode sebelumnya;
b). perubahan nilai aset tetap karena revaluasi aset tetap.
4). Ekuitas akhir.
85
d. Laporan Operasional
Laporan operasional merupakan laporan yang menyajikan ikhtisar
sumber daya ekonomi yang menambah ekuitas dan penggunaannya
yang dikelola oleh pemerintah daerah untuk kegiatan penyelenggaraan
pemerintahan dalam satu periode pelaporan. Laporan Operasional
menyediakan informasi mengenai seluruh kegiatan operasional
keuangan entitas pelaporan yang tercerminkan dalam pendapatan-LO,
beban, dan surplus/defisit operasional dari suatu entitas pelaporan yang
penyajiannya disandingkan dengan periode sebelumnya.
Tujuan pelaporan operasi adalah memberikan informasi tentang
kegiatan operasional keuangan yang tercerminkan dalam pendapatan-
LO, beban, dan surplus/defisit operasional dari suatu entitas pelaporan.
Pengguna laporan membutuhkan Laporan Operasional dalam
mengevaluasi pendapatan-LO dan beban untuk menjalankan suatu unit
atau seluruh entitas pemerintahan, sehingga Laporan Operasional
menyediakan informasi:
1). mengenai besarnya beban yang harus ditanggung oleh pemerintah
untuk menjalankan pelayanan;
2). mengenai operasi keuangan secara menyeluruh yang berguna
dalam mengevaluasi kinerja pemerintah dalam hal efisiensi,
efektivitas, dan kehematan perolehan dan penggunaan sumber
daya ekonomi;
3). yang berguna dalam memprediksi pendapatan-LO yang akan
diterima untuk mendanai kegiatan pemerintah pusat dan daerah

komparatif;
4). mengenai penurunan ekuitas (bila defisit operasional), dan
peningkatan ekuitas (bila surplus operasional). Unsur-Unsur
Laporan Operasional adalah:
a). Pendapatan-LO dari kegiatan operasional;
b). Beban dari kegiatan operasional ;
c). Surplus/defisit dari Kegiatan Non Operasional, bila ada;
d). Pos luar biasa, bila ada;
e). Surplus/defisit-LO.
e. Catatan atas Laporan Keuangan
Catatan atas laporan keuangan Meliputi penjelasan naratif atau
rincian dari angka yang tertera dalam laporan realisasi anggaran,
laporan operasional, laporan perubahan ekuitas, neraca, dan laporan
arus kas. catatan atas laporan keuangan juga mencakup informasi
tentang kebijakan akuntansi yang dipergunakan oleh entitas pelaporan
dan informasi lain yang diharuskan dan dianjurkan untuk diungkapkan
didalam standar akuntansi pemerintahan serta ungkapan-ungkapan
yang diperlukan untuk menghasilkan penyajian laporan keuangan
secara wajar. mengungkapkan informasi yang diharuskan oleh
pernyataan standar akuntansi pemerintahan yang belum disajikan dalam
lembar muka laporan keuangan.
Berdasarkan hasil penelitian dan wawancara dengan Bapak Abdul
Rasyid tentang pengawasan laporan keuangan setiap bulan melalu RKA
kepemerintah. Proses monitoring tersebut dilakukan setiap bulan kepala
87
keuangan melaporkan kepemerintah melalui laporan pertanggun-
jawaban keuangan setiap triwulan, semester dan tahunan dengan
melakukan pengecekan langsung terhadap pengelolaan keuangan yang
dialokasikan dalam anggaran.
Kemudian dari pernyataan Pak Usman tentang bentuk
pertanggungjawaban pengelola keuangan harus mengungkapkan
rincian-rincian pemasukan dan pengeluaran pos-pos laporan keuangan
secara transparan sehingga dapat diketahui dan dipercaya oleh
masyarakat khususnya masyarakat Kota Makassar. Akuntabilitas dan
transparansi tidak terpisahkan dalam hal menimbulkan kepercayaan
timbal balik antara pemerintah dan masyarakat melalui informasi dan
menjamin kemudahan dalam memperoleh informasi yang akurat dan
memadai, karena informasi merupakan suatu kebutuhan penting bagi
masyarakat untuk berpartisipasi dalam pengelolaan daerah. Berkaitan
dengan itu, pemerintah perlu proaktif memberikan informasi lengkap
tentang kebijakan dan layanan yang disediakan pada masyarakat.
Pemerintah perlu menyediakan jalur komunikasi seperti brosur dan
pengumuman media massa.
Berdasarkan tabel 4.1, tabel 4.2 dan tabel 4.3 menunjukan rincian
beban operasi Pemerintah Daerah Kota Makassar diatas dapat
disimpulkan bahwa realisasi anggaran untuk beban operasi dari tahun
2017 sampai 2018 mengalami peningkatan sebesar 38,37 % dengan total
kenaikan beban yaitu Rp. 1.713.821.455.16. Sehingga dapat dikatakan
bahwa pemerintah daerah atau BAPPEDA Kota Makassar telah terjadi
pengehematan dana publik cukup efektif dan efesien. Rincian anggaran
88
dan realisasi belanja dapat disimpulkan bahwa pemerintah daerah atau
BAPPEDA Kota Makassar berhasil menghematkan data publik sehingga
dapat dikategorikan cukup efesien karena dilihat dari realisasi belanja yaitu
167,04 % dan itu tidak melebihi dana yang dianggarkan, yang dimana
anggaran belanja untuk tahun 2018 sebesar Rp. 4.08.495.359.000 dan
yang realisasi hanya Rp. 3.522.865.810.617,09 untuk itu dapat dikatakan
bahwa pemerintah daerah sudah menghemat dana publik secara efektif
dan efesien. Kemudian dari pelaporan pencapaian kinerja di tabel 5.3
diatas dapat disimpulkan bawha pentingnya bagi pemerintah daerah untuk
menaruh perhatian yang lebih besar terhadap kinerja pengelolaan
keuangan daerah. Pengelolaan keuangan daerah yang dilakukan secara
ekonomis, efisien, dan efektif atau memenuhi prinsip-prinsip partisipatif,
transparansi, akuntabilitas dan keadilan akan dapat mendorong
pertumbuhan ekonomi serta kemandirian suatu daerah. Dengan demikian,
suatu daerah yang kinerja keuangannya dinyatakan baik berarti daerah
tersebut memiliki kemampuan keuangan untuk membiayai pelaksanaan
otonomi daerah. Keberhasilan otonomi daerah tidak lepas dari kinerja
pemerintah daerah dalam mengelola keuangan daerahnya. Ukuran kinerja
pemerintah daerah berdasarkan anggaran berbasis kinerja dapat dilihat
dari penggunaan anggaran yang ekonomis, efisiensi, dan efektivitas.
Berdasarkan pembahasan diatas, hasil penelitian ini sejalan dengan
penelitian mukhlis tahun 2015, yang berkaitan dengan implementasi prinsip
good governance di Pemerintah Desa (studi kasus di kantor Kepala Desa
Gedongan Kecamatan Plupuh Kabupaten Sragen). Dimana hasil penelitianya
yaitu adanya kesesuaian antara pelaksanaan dengan standar prosedur
89
pelaksanaan, penyebarluasan informasi mengenai suatu keputusan melalui
media masa, tersedianya informasi yang memadai pada setiap proses
penyusunan dan implementasi kebijakan publik.
90
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat mengambil kesimpulan bahwa :
1. Sistem dan prosedur keuangan pemerintah daerah kota makassar telah
sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2015 tentang
Standar Akuntansi Berbasis Akrual yaitu meningkatkan kinerja transparansi
dan akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah, melalui pengamatan
dapat dilihat bahwa Pemerintah Daerah Kota Makassar telah menerapkan
sistem dan prosedur yang baik.
2. Implentasi prinsip-prinsip good governance dalam pengelolaan sistem
akuntansi keuangan pemerintah daerah Kota Makassar atau (BAPPEDA)
dan BPKAD Kota Makassar sudah baik, yaitu adanya keterbukaan
informasi dan adanya keterlibatan semua pemangku kepentingan dalam
proses perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dalam proses
penganggaran. Perwujudan akuntabilitas dalam proses pengelolaan
keuangan akuntansi yang sistem berbasis akrual telah di implementasikan
dalam meningkatkan kualitas laporan keuangan. Serta bentuk
pertanggungjawaban dalam program kegiatan yang telah dilaksanakan
sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
B. Saran
Setelah melakukan penelitian dan memperoleh kesimpulan, maka peneliti
menyarankan beberapa hal sebagai upaya perbaikan dari kelemahan yang
telah ditemukan sebagai berikut :
90
91
1. Masih diperlukan adanya pengembangan atas pemahaman staf Walikota
Makassar atau BAPPEDA dan BPKAD Kota Makassar akan sistem
akuntansi pemerintahan berbasis akrual. Harus sering melakukan
sosialisasi berupa seminar atau diskusi dengan aparat pemerintah, serta
dilakukan training atau pelatihan-pelatihan yang berkaitan dengan sistem
akuntansi berbasis akrual agar pengimplemensian dan pengoptimalan lebih
efektif dan efisien. Dalam proses pengelolaan keuangan berbasis akrual di
butuhkan kemahiran oleh staf pengelola keuangan sehingga terwujud
laporan keuangan yang terintegrasi serta akuntabel.
2. Perwujudan prinsip-prinsip good governance (transparansi, Akuntabilitas)
dalam pengelolaan keuangan masih diperlukan adanya bukan hanya
melalui situs internet tetapi media papan pengumuman informasi yang
dapat di akses langsung oleh masyarakat sehingga dapat berpartisipasi
dengan baik dalam proses pengambilan keputusan. Adanya partisipasi
masyarakat dalam proses pengganggaran serta kebijakan yang akan
dilaksanakan dengan pendapat/ aspirasi masyarakat dapat didengar dalam
proses pengambilan keputusan.
92
DAFTAR PUSTAKA
Akbar, B. 2011. Akuntabilitas publik dan peran akuntansi keuangan daerah pada
pemerintah daerah. Available at https://pekikdaerah.wordpress.com.
Bastian, Indra. 2010. Akuntansi Sektor Publik : Suatu Pengantar. Erlangga.
Jakarta.
Baldric Siregar. (2015). Akuntansi Sektor Publik. Yogyakarta : Sekolah Tinggi
Ilmu Manajemen YKPN.
Deddi Nordiawan. (2008). Akuntansi Sektor Publik. Jakarta : Salemba Empat.
Dahlia, Dico. 2014. Analisis Pengelolaan dan Pelaporan Keuangan Pada Satuan
Kerja Bidang Keuangan Polda Sulawesi Utara. Jurnal EMBA, Vol. 2 No.
2, ISSN 2303-1174.
Furqani, A. 2010. Pengelolaan keuangan desa dalam mewujudkan good
governance (studi pada pemerintahan Desa Kalimo’ok Kecamatan
Kalianget Kabupaten Sumenep). Tesis. Surabaya: UPN Jatim.
Halim, A., dan M. S. Kusufi. 2012. Akuntansi Sektor Publik: Akuntansi Keuangan
Hisbullah. 2017. “1. Teori Stewardship dan teori keagenan. (Implementasi dan
optimalisasi sistem akuntansi berbasis akrual dalam meningkatkan
kualitas pelaporan pemerintahan (studi kasus pada bappeda kabupaten
gowa)”, Skripsi (Makassar: Fakultas Ekonomika dan Bisnis UIN,2017),
hal. 14-17.
Milles, Mathew B. Huberman, A Michael. 1992. Analisis Data Kualitatif..
Universitas Indonesia (UI-Press). Jakarta 1992. Hal 91
Indra Bastian. (2010). Akuntansi Sektor Publik Suatu Pengantar. Yogyakarta :
Erlangga.
Kristiansen, Stein, Agus Dwiyanto, Agus Pramusinto, dan Erwan Agus Putranto.
2009. Public Sector Reforms And Financial Transparency: Experiences
From Indonesian Districts1. A Journal Of International And Strategic
Affairs, 31 (1), hal. 64-87.
Kuncoro, Mudrajad. 2009. Metode Riset untuk Bisnis dan Ekonomi: Bagaimana
Meneliti dan Menulis Tesis? Edisi Ketiga. Erlangga, Jakarta.
Lembaga Administrasi Negara (LAN) dan Badan Pemeriksa Keuangan dan
Pembangunan (BPKP). (2000). Akuntabilitas dan Good Governance.
Modul Sosialisasi Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah
(AKIP). Jakarta.
92
93
Laporan Keuangan. Jurnal Ekonomi Bisnis, 13 (1), hal. 48-58Aliyah, S., dan A.
Nahar. 2012. Pengaruh penyajian laporan keuangan daerah dan
aksesibilitas laporan keuangan daerah terhadap transparansi dan
akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah kabupaten jepara. Jurnal
Akuntansi & Auditing. Vol.8 No.2:97-189.
Mahmudi. 2011. Akuntansi Sektor Publik, Cetakan Pertama. UUI Press,
Yogyakarta.
M. Taufik Hidayat. 2011. Pengaruh Faktor-Faktor Akuntabilitas Auditor dan
Profesionalisme Auditor Terhadap Kualitas Auditor. Skripsi. Universitas
Diponegoro. Semarang
Mardiasmo, 2009. Otonomi dan Manajemen Keuangan Daerah. Yogyakarta :
Andi
Mulyadi. 2010. Sistem Akuntansi. Edisi Ketiga. Jakarta: Penerbit Salemba
Empat.
Mentu Paula Ezra, 2016, Penyajian Laporan Keuangan Daerah Sesuai Peraturan
Pemerintah No.71 Tahun 2010 Tentang Standar Akuntansi Pemerintahan
Pada Dinas Pendapatan Daerah Dan Dinas Sosial Prov. Sulut. Jurnal
EMBA.
Nugraheni, Purwaniati dan Imam Subaweh. 2008. Pengaruh Penerapan Standar
Akuntansi Pemerintahan Terhadap Kualitas
Nordiawan, D. 2006. Akuntansi Sektor Publik. Edisi 2. Jakarta. Penerbit Salemba
Empat.
Nunuy Nur Afiah. (2009). Implementasi Akuntansi Keuangan Pemerintah
Daerah. Jakarta : Prenada Media Gmp.
Pertiwi, Siti Hardianti Darma. 2017 Analisis Implementasi Prinsip-Prinsip Good
Governance Pada Pemerintah Desa Nepo Kecamatan Tanasitolo
Kabupaten Wajo. Skripsi Makassar Departemen Akuntansi Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Hasanuddin Makassar
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 71 Tahun 2010 Tentang
Standar Akuntansi Pemerintahan Berbasis Akrual. 22 Oktober 2010.
Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 123. Jakarta.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2005 tentang
Standar akuntansi pemerintahan.
Peraturan Pemerintah no. 71 tahun 2010. Standar Akuntansi Pemerintahan.
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 64 Tahun 2013 tentang Penerapan
Standar Akuntansi Pemerintahan Berbasis Akrual pada Pemerintah
Daerah
94
Pasolong, Harbani 2012. Metode Penelitian Administrasi Publik. Alfabeta,
Bandung.
Ruslin, B., 2004. Pelayanan publik di era reformasi. Pikiran Rakyat., 4 Juni 2004.
Republik Indnesia, “Undang-Undang RI Nomor 71 Tahun 2010 tentang standar
akuntansi pemerintahan yang mengatur penerapan standar akuntansi
pemerintahan berbasis akrual”.
Republik Indonesia. Peraturan Menteri Keuangan No 238/PMK.05/2011. Sistem
Akuntansi Pemerintahan.
Rasul, Sjahruddin. 2009. “Penerapan Good Governance di Indonesia dalam
Pencegahan Tindak Pidana Korupsi”. Dalam Mimbar Hukum,Volume 21
No. 3. Hal. 409-628.
Spathis Ch., M. Doumpos dan C. Zopounidis. 2002. Detecting Falsified Financial
Statements: A Comparative Study Using Multicriteria Analysis and
Multivariate Statistical Techniques. The European Accounting Review,
11(3), hal. 509-535.
Supomo, Bambang & Nur Indriantoro, 2013. Metodologi penelitian bisnis untuk
akuntansi dan manajemen, Edisi Pertama, BPFE Fakultas Ekonomika
dan Bisnis UGM. Yogyakarta, hal. 12.
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Bisnis. Alfabeta, Bandung.
Simanjuntak, B. 2010. Penerapan Akuntansi berbasis Akrual di Sektor
Pemerintahan Indonesia. Kongres XI Ikatan Akuntansi Indonesia.
Sadjiarto, A. 2000. Akuntabilitas dan pengukuran kinerja pemerintahan.Jurnal
Akuntansi dan Keuangan, Vol. 2 No.2:138-150.
Tanjung, A. H. 2000. Akuntansi, Transparansi dan Akuntabilitas Keuangan
Publik. Available at https://swamandiri.wordpress.com
Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan Antara
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah. 15 Oktober 2004. Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126. Jakarta.
World Bank. 2004. Main Streaming Anticorruption Activities in Worl Bank.
Yahya, I. 2006. Akuntabilitas dan transparansi pengelolaan keuangan daerah.
Jurnal Sistem Tehnik Industri., Vol. 7 No. 4: 27-29.
Yuliani, S., Nadirsyah, dan U. Bakar. 2010. Pengaruh pemahaman akuntansi,
pemanfaatan sistem informasi akuntansi keuangan daerah dan peran
internal audit terhadap kualitas laporan keuangan pemerintah daerah.
Jurnal Telaah dan Riset Akuntansi Vol. 3 No. 2:206-220.
Zeyn, Elvira. 2011. Pengaruh Good Governance dan Standar Akuntansi
Pemerintahan Terhadap Akuntabilitas Keuangan Dengan Komitmen
95
Organisasi Sebagai Pemoderasi. Jurnal Reviu Akuntansi dan Keuangan,
1 (1), hal. 21-37.

Anda mungkin juga menyukai