PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kualitas laporan keuangan selalu menjadi pusat perhatian setiap entitas termasuk
entitas publik. Pemerintah diharapkan dapat menyusun laporan keuangan yang
mengandung informasi berkualitas untuk publik sebagai wujud pertanggung jawaban
kinerja pemerintah. Pembuatan laporan keuangan guna sebagi bentuk kebutuhan
transparansi yang merupakan syarat pendukung adanya akuntabilitas berupa
keterbukaan pemerintah atas aktivitas pengelolaan sumber daya publik. Zeyn (2011).
Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) merupakan pelaksanaan Undang-Undang
Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara pasal 32 ayat (2) yang menyatakan
bahwa standar akuntansi pemerintahan disusun oleh suatu komite standar yang
independen dan ditetapkan dengan PP setelah terlebih dahulu mendapat pertimbangan
dari Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). SAP merupakan landasan hukum bagi
aparatur pemerintah pusat maupun daerah dalam mengelola penerimaan dan
penggunaan dana secara transparan, efisien, dan dapat dipertanggungjawabkan
sehingga tujuan untuk mewujudkan transparansi dan akuntabilitas dapat tercapai.
Peraturan yang diterbitkan pemerintah dalam mengatur dan mengelola penyajian
laporan keuangan yaitu tertuang dalam PP No. 24 Tahun 2005 tentang SAP yang
kemudian akan digantikan dengan PP No. 71 Tahun 2010 tentang SAP berbasis
akrual dan diterapkan selambat-lambatnya tahun 2015. Laporan keuangan harus
disusun sesuai Standar Akuntansi agar dapat menghasilkan laporan keuangan yang
berkualitas sesuai dengan karakteristik kualitatif yang disyaratkan PP No. 71 Tahun
2015, yakni relevan, andal, dapat dibandingkan dan dapat dipahami oleh pengguna
informasi. Good governance muncul dan berkembang diberbagai negara untuk
mengoreksi peranan
pemerintah yang bersifat sentralistik dan bahkan otoriter, korup dan kolusif, kearah
pemerintahan dan penyelenggaraan pembangunan yang berorientasi pada misi
pemberdayaan masyarakat dalam upaya peningkatan kesejahteraan sosial, ekonomi,
serta demokratisasi politik. Rasul (2009). Adanya kebijakan pemerintah tentang
perluasan kewenangan otonomidaerah disertai reformasi birokrasi membawa angin
segar bagi perkembangan pengelolaan administrasi publik. Dalam perkembangan
administrasi publik di Indonesia mengalami perubahan secara drastis mengenai
pelimpahan pengelolaan dan tanggungjawab telah diserahka kewenangan dari
pemerintah tingkat regional atau daerah (Kristiansen, et al, 2009). Terkait pelaksanaan
dan pertanggungjawaban Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD),
dalam Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang perimbangan keuangan antara
pemerintah pusat dan pemerintah daerah mengamanatkan bahwa keuangan daerah
harus dikelola dengan tertib, taat pada perundang-undangan, efisien, ekonomis,
efektif, transparan, dan bertanggungjawab dengan memperhatikan keadilan,
kepatuhan dan manfaat untuk masyarakat.Organisasi sektor publik pemerintah daerah
dituntut agar memiliki kinerja yang berorientasi pada kepentingan masyarakat, dan
mendorong pemerintah untuk senantiasa tanggap akan tuntutan lingkungan dengan
berupaya memberikan pelayanan terbaik secara transparansi, akuntabilitas dan
berkualitas, serta
adanya pembagian tugas yang baik pada pemerintah. Pengelolaan keuangan daerah
pada organisasi sektor publik dituntut agar memiliki tata kelola yang baik (good
governance) untuk kepentingan masyarakat dan tanggap akan tuntutan
lingkungannya. Prinsip good governance merupakan prinsip pokok yang harus
diberlakukan diseluruh
negara di dunia termasuk Indonesia (Nugraheni dan Subaweh, 2008). Spathis, et al.
(2002) menyatakan bahwa adanya tuntutan masyarakatterhadap peningkatan
transparansi dan konsistensi informasi yang dilihat dalam laporan keuangan. Oleh
karena itu penerapan good governance dalam organisasi sektor publik diharapkan
dapat menghasilkan laporan keuangan yang berkualitas terbebas dari penyajian data
yang belum sesuai dengan peraturan dan terbebas dari penyimpangan-penyimpangan.
Pelaksanakan dan pengembangan prinsip tata kelolah pemerintah yang baik tidak
mudah. Selain itu, dalam implikasinya membutuhkan komitmen dan optimisme besar
dari seluruh komponen bangsa, yang melibatkan tiga pilar bangsa yaitu apparat
pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat dalam rangka memelihara solidaritas
untuk mencapai pemerintah yang baik. Good governance sebagai sistem yang
diterapkan pada pemerintah demi terwujudnya pemerintah yang efektif dan efesien,
sehat dan bermutu, serta memberikan dampak yang baik bagi pemerintah dan
masyarakat. Sistem pemerintah ini muncul di era reformasi karena tuntutan terhadap
keadaan pemerintah pada era orde baru dengan berbagai permasalahan yang terutama
meliputi penyusatan kekuasaan pada presiden. mengemukakan dalam skripsi (Pertiwi,
Siti Handrianti Darma: 2017) bahwa good governance sebagai bagian dari agenda
reformasi pada dasarnya merupakan suatu kondisi ideal yang diharapkan terwujud
pada setiap aspek pemerintah yangberinteraksi pada masyarakat. Penerapan good
governance dimaksudkan agar terciptanya keterbukaaninformasi, adanya
pertanggungjawaban pemimpin, perlakuan adil bagi setiap pegawai dalam
menjalankan kewajiban dan menerima hak-haknya sebagai pegawai maupun adanya
keterlibatan dari seluruh pegawai dalam pengembangan organisasi menjadi lebih baik
lagi. Berdasarkan di pemerintahan daerah Kota Makassar, pengelolaan keuangan
sudah dilaksanakan berdasarkan akuntansi sektor publik, namun penerapan good
governance masih belum jelas kelihatan, karena beberapa unsur good governace
belum diungkap dan dalam pelaporan keuangan khususnya, sehingga pernyataan good
governance masih perlu dipertanyakan. Dalam menyikapi hal tersebut BAPPEDA
Kota Makassar harus melakukan peningkatan kualitas profesionalisme aparatur
pengelola keuangan agar mampu beradaptasi dan menjalankan tugas secara
professional, memegang teguh etika birokrasi dan mampu menghasilkan laporan
keuangan yang akuntabel sesuai dengan peraturan perundang-undangan, dalam
rangka memberikan informasi yang benar, baik kepada atasan maupun kepada
masyarakat Kota Makassar. Adapun penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh
Akuba, (2013).Tentang Analisis Implementasi Standar Akuntansi Pemerintah Dalam
Penyajian Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Kota Gorontalo. Hasil penelitiannya
menunjukan bahwa pemerintahan gorontalo belum menerapkan PP No. 71 tahun 2010
dikarenakan masih terdapat beberapa faktor yang mempengaruhinya. Kemudian
penelitian lainnya yang dilakukan oleh Dadang Suhendra, (2016). Tentang Pengaruh
Penerapan Prinsip-Prinsip Good Governance Terhadap Keberhasilan Penerapan
Penganggaran Berbasis Kinerja APBD
Kabupaten/Kota Se-Wilayah III Cirebon dengan Komitmen Organisasi Sebagai
Variabel Moderator. Berdasarkan hasil penelitiannya ini menunjukbahwa
keberhasilan implementasi penganggaran berbasis kinerja 45,1%-nydipengaruhi oleh
penerapan prinsip-prinsip Good Governance, yang dimoderasi oleh Komitmen
Seluruh Komponen Organisasi, sementara sisanya dipengaruhi oleh faktor-faktor
yang lain. Akhir-akhir ini, organisasi sektor publik dituntut untuk terus
melakukanupaya perbaikan dalam pengelolaan sumber daya publik untuk
menghasilkan laporan keuangan yang berkualitas. Tata kelola pemerintah yang baik
atau good governance merupakan komitmen Pemerintah Indonesia dalam
mewujudkan birokrasi yang bersih, efektif dan efisien. Lemahnya tata kelola
pemerintah yang baik (good governace) diistansi pemerintahan ditandatangani dengan
tidak efektifnya organisasi dan birokrasi, rendahnya kualitas pelayanan terhadap
publik, sulitnya pemberantasan korupsi, kolusi dan Nepotisme (KKN). Good
Governance pada sektor publik diartikan sebagai suatu proses tata kelola
pemerintahan yang baik, dengan melibatkan stakeholders, terhadap berbagai kegiatan
perekonomian, sosial politik, dan pemanfaatan beragam sumber daya seperti sumber
daya alam, keuangan, dan manusia bagi kepentingan yang dilaksanakan dengan
menganut asas keadilan, pemerataan, persamaan, efisiensi, transparansi, dan
akuntabilitas. Maka dari itu pemerintah (BAPPEDA) Kota Makassar terus melakuan
pengevaluasian terhadap sumber daya dalam pemerintahanya agar lebih efektif dan
efesien dalam pelaporanya Sepengetahuan peneliti masih sedikit penelitian tentang
analisis system akuntansi keuangan sektor publik dalam mencapai good governance.
Berdasarkan uraian diatas, maka penulis melakukan penelitian untuk mengetahui
tentang “Analisis Sistem Akuntansi Keuangan Sektor Publik dalam Mencapai Good
Governance pada Pemerintah Daerah Kota Makassar”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dirumuskan masalah yaitu:
1.Bagaimana penerapan standar akuntansi berbasis akrual di Pemerintahan di Kota
Makasar? 2.
2.Bagaimana implementasi sistem akuntansi keuangan sektor publik dalam mencapai good
governance di Pemerintah Daerah Kota Makassar?
C.Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah, maka penelitian ini bertujuan:
1. Untuk mengetahui penerapan standar akuntansi berbasis akrual di Pemerintahan
Daerah Kota Makassar.
2. Untuk mengetahui implementasi sistem akuntansi keuangan sektor publik dalam
mencapai good governance di Pemerintah Daerah Kota Makassar.
D.Manfaat Penelitian
1. Kegunaan Teoritis.
Mengidentifikasi dan menetapkan kesesuaian antara sistem informasi
keuangan daerah Pemerintah Kota Makassar yang telah
berlaku dengan peraturan pemerintah dan standar akuntansi sektor publik/
Daerah pemerintahan. Kemudian untuk mengetahui kejelasan dari implementasi
dari prinsip-prinsip good governance tersebut.
2. Kegunaan praktis.
a. Bagi pemerintah
Sebagai bahan informasi dan pertimbangan bagi para pengambil
kebijakan dan pihak-pihak yang berkepentingan dengan masalah
keuangan daerah di Kota Makassar.
b. Bagi peneliti.
Penelitian ini memberikan informasi dan pengetahuan kepada
penulis tentang good governance pada pemeritahan daerah. Selain itu,
peneliti mampu menerapkan serta membandingkan antara ilmu yang
diperoleh dari bangku perkuliahan dengan keadaan yang sebenarnya
secara langsung pada obyek penelitian serta menambah informasi atau
pengetahuan dan pengalaman dalam dunia kerja.
c. Bagi masyarakat
Penulisan ini mampu memberikan informasi bagi masyarakat
tentang implementasi sistem akuntansi keuangan sektor publik dalam
mencapai good governance di Pemerintahan Daerah Kota Makassar.
berorientasi pada kepentingan masyarakat, dan mendorong pemerintah untuk
senantiasa tanggap akan tuntutan lingkungan dengan berupaya memberikan
pelayanan terbaik secara transparansi, akuntabilitas dan berkualitas, serta
adanya pembagian tugas yang baik pada pemerintah.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Sistem Akuntansi Keuangan Sektor Publik
a. Pengertian Sistem Akuntansi
Sistem berasal dari bahasa Latin (Systēma) dan bahasa Yunani (Sustēma) adalah suatu
kesatuan yang terdiri komponen atau elemen yang dihubungkan bersama untuk
memudahkan aliran informasi, materi atau energi. Istilah ini sering dipergu nakan untuk
menggambarkan suatu set entitas yang berinteraksi, dimana suatu model matematika
seringkali bisa dibuat.Sistem juga merupakan kesatuan bagian-bagian yang saling
berhubungan yang berada dalam suatu wilayah serta memiliki item-item penggerak,
contoh umum misalnya seperti negara. Negara merupakan suatu kumpulan dari beberapa
elemen kesatuan lain seperti provinsi yang saling berhubungan sehingga membentuk
suatu negara dimana yang berperan sebagai penggeraknya yaitu rakyat yang berada
dinegara tersebut. Dari penjabaran pengertian tentang sistem diatas bisa kita ambil
kesimpulan bahwa sistem itu memang kompleks dan sangat terkait dengan hal yang ada
didalamnya, karena sistem tidak akan jalan apabila salah satu elemen sistem tersebut
tidak jalan.Mulyadi (2010:5) Sistem adalah suatu jaringan prosedur yang dibuat menurut
pola yang terpadu untuk melaksanakan kegiatan pokok perusahaan.
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa suatu sistem pada dasarnya adalah
sekelompok unsur yang erat hubungan satu sama lain dan berfungsi sama-sama untuk
mencapai hubungan tertentu.Terdapat perbedaan antara pengertian sistem dan prosedur,
“system adalah suatu jaringan prosedur yang dibuat menurut pola yang terpadu untuk
melaksanakan kegiatan pokok perusahaan atau birokrasi.Sedangkan prosedur adalah suatu
urutan kegiatan klerikal, biasanya melibatkan beberapa orang dalam suatu departemen atau
lebih, yang dibuat untuk menjamin penanganan secara seragam transaksi perusahan atau
birokrasi yang terjadi berulang-ulang” (Mulyadi, 2010:5).Menurut Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan,
akuntansi adalah proses identifikasi, pencatatan, pengukuran, pengklasifikasian,
pengikhtisaran transaksi dan kejadian keuangan, penyajian laporan, serta penginterpretasian
atas hasilnya.
Pengertian akuntansi sebagaimana dikemukakan oleh Accounting Principle Board (APB)
yang memandang akuntansi dari sudut fungsinya sebagai berikut : “Akuntansi adalah sebuah
kegiatan jasa. Fungsinya adalah menyediakan informasi kuantitatif, terutama yang bersifat
keuangan, tentang entitas ekonomi yang dimaksudkan agar berguna dalam pengambilan
keputusan ekonomi dalam membuat pilihan-pilihan yang nalar di antara berbagai alternatif
tindakan. Akuntansi meliputi beberapa cabang,antara lain akuntansi keuangan, akuntansi
manajemen dan akuntansi pemerintahan”. (Halim, 2012).Akuntansi menyediakan informasi
yang kuantitatif yang bersifat keuangan, dengan demikian output akuntansi adalah informasi
keuangan. Informasi keuangan tersebut lebih dikenal dalam bentuk laporan keuangan.
Informasi dari akuntansi keuangan daerah tentu saja digunakan oleh Pemerintah Daerah
(PEMDA) sendiri (internal), juga oleh pihak di luar PEMDA (external), seperti
DPRD,Pemerintah Provinsi, Pemerintah Pusat dan masyarakat dalam rangka pengambilan
keputusan.Sistem akuntansi adalah prosedur-prosedur yang harus dilaksanakan untuk
menghasilkan informasi yang dibutuhkan oleh pihak-pihak di dalam dan diluar organisasi.
Organisasi bebas merancang dan menerapkan berbagai prosedur yang diharapkan dapat
menghasilkan informasi yang dibutuhkan. Akan tetapi karena informasi yang harus disajikan
kepada pihak-pihak diluar organisasi telah diatur dalam standar akuntansi maka organisasi
harus merancang sistem akuntansinya yang dapat menghasilkan laporan keuangan
sebagaimana ditetapkan dalam standar akuntansi untuk menghasilkan informasi yang sesuai
dengan standar akuntansi.
b. Akuntansi Sektor Publik
Akuntansi sektor publik memiliki peran utama untuk menyiapkan laporan keuangan sebagai
salah satu bentuk pelaksanaan akuntabilitas publik. Akuntansi dan laporan keuangan
mengandung pengertian sebagai suatu proses pengumpulan, pengelolaan, dan kinerja
organisasi Sebelumnya pembahasan akuntansi sektor publik ini dipersempit lebih dikenal
dengan akuntansi pemerintahan. Berikut adalah definisi mengenai akuntansi sektor publik.
Menurut Indra Bastian (2010:3) akuntansi sektor publik adalah Mekanisme teknis dan
analisis akuntansi yang diterapkan pengelolaan dana masyarakat dilembaga-lembaga tinggi
negara dan departemen-departemen di bawahnya, pemerintah daerah, BUMN, BUMD, LSM
dan yayasan sosial, maupun pada proyekproyek kerjasama sektor publik dan swasta.
Sedangkan Akuntansi sektor publik menurut Mardiasmo (2009:11) akuntansi sektor publik
memiliki kaitan yang erat dengan penerapan dan perlakuan akuntansi pada domain publik.
Domain publik antara lain meliputi; badan-badan pemerintah (pemerintah pusat dan derah
serta unit kerja pemerintah), perusahaan milik Negara (BUMN, BUMD), dan lembaga
swadaya masyarakat (LSM).
Menurut Bastian (2010) “laporan keuangan sektor publik merupakan representasi posisi
keuangan dari transaksi-transaksi yang dilakukan oleh suatu entitas sektopublik”.Laporan
keuangan organisasi sektor publik merupakan komponen penting untuk menciptakan
akuntabilitas sektor publik. Adanya tuntutan yang semakin besar terhadap pelaksanaan
akuntabilitas publik menimbulkan implikasi bagi manajemen sektor publik untuk
memberikan informasi kepada publik, salah satunya adalah informasi akuntansi yang
berupa laporan keuangan (Mardiasmo, 2002). ]Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 71
Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan menyatakan bahwa “Laporan
keuangan merupakan laporan yang terstruktur mengenai posisi keuangan dan transaksi-
transaksi yang dilakukan oleh suatu entitas pelaporan”. Entitas pelaporan adalah unit-unit
peraturan perundang-undangan, wajib menyampaikan laporan pertanggungjawaban
berupa laporan keuangan. Pelaporan keuangan (financial reporting) dihasilkan dari proses
akuntansi keuangan dan merupakan media untuk mengkomunikasikan informasi
keuangan kepada pihak-pihak eksternal yang menaruh perhatian kepada badan atau
organisasi pembuat laporan serta aktivitas-aktivitasnya.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi
Pemerintahan (SAP), Laporan Keuangan Pemerintah Daerah terdiri dari :
1) Laporan Realisasi Anggaran (LRA)
2) Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih
3) Neraca
4) Laporan Operasional
5) Laporan Arus Kas
6) Laporan Perubahan Ekuitas
7) Catatan Atas Laporan Keuangan
SISTEM AKUNTANSI
PEMERINTAH
STANDAR AKUNTANSI
PEMERINTAH
GOOD
GOVERNANCE
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Metode tersebut adalah suatu metode
dalam meneliti status kelompok, manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem
pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Untuk itu peneliti akan
membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat menganai
fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki yang
menggambarkan penerapan good governance pada Pemerintah Daerah Kota Makassar.
Peneliti ingin mengkaji data-data faktual tentang gambaran proses implementasi prinsip
good governance pada pemerintahan Daerah kemudian mendeskripsikan dalam bentuk
tulisan. Penulis berusaha untuk mengambil data dalam suasana yang wajar dan tanpa
manipulasi/merekayasa sesuai situasi sehingga data yang diperoleh akan memenuhi
validasi data yang diperlukan. Upaya untuk memperoleh data yang valid dilakukan
dengan menggali informasi setuntas mungkin dan mengambil data sesuai fokus kajian.
Pelaporan data disusun dalam bentuk deskriptif setelah peneliti menarik kesimpulan dari
data yang didapatkan. Penggalian informasi secara mendalam, menyeluruh, dan lengkap
dari masing-masing subjek penelitian akan memberikan hasil penelitian kualitatif.
Penggunaan pendekatan kualitatif didasari oleh pemikiran bahwa pendekatan tersebut
memiliki kesesuaian dengan fokus penelitian. Pengguna metode penelitian deskriptif
dengan paradigma kualitatif diharapkan dapat memperoleh gambaran yang jelas dan
mendalam tentang analisis sistem akuntansi keuangan sektor dalam mencapai good
governance pada pemerintahan daerah Kota Makassar.
B. Tempat dan waktu Penelitian
Lokasi penelitian ini adalah pemerintah daerah (Wali Kota Makassar). Dalam hal ini,
peneliti akan meneliti lebih mendalam mengenai analisis sistem akuntansi keuangan
sektor publik dalam mencapai good governance di pemeritahan daerah Kota Makassar di
jalan Ahmad Yani No.2 Makassar .Waktu pelaksanaan penelitian selama dua bulan,
dimulai dari bulan agustus sampai bulan september 2019 dengan meneliti tentang analisis
sistem akuntansi keuangan sektor dalam mencapai good governance pada pemerintahan
daerah Kota Makassar.
C. Jenis dan Sumber Data Penelitian
Jenis data yang di gunakan dalam penelitian ini yaitu data kualitatif. Data Kualitatif yaitu
data yang berupa keterangan-keterangan secara tertulis maupun lisan khususnya dalam
implementasi good governance pada pemerintahan darah Kota Makassar.
Sedangkan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari dua yaitu:
1. Data Primer,
yaitu data yang diperoleh dengan cara melakukan penelitian langsung ke lapangan
guna memperoleh atau mengumpulkan keterangan untuk selanjutnya diolah sesuai
kebutuhan peneliti. Dalam penelitian ini, data primer yang digunakan adalah dari hasil
wawancara langsung dengan Pegawai/Staf BAPPEDA dan BPKAD Kota Makassar.
Selain itu, data yangdiperoleh peneliti secara langsung dalam hal ini data yang
dianalisis diperoleh dari hasil wawancara langsung dengan beberapa orang pelaksana
yang perada pada Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dan Badan Pengelolah
Keuangan dan Aset Daerah Kota Makassar.
2. Data sekunder
adalah data yang diperoleh dengan mempelajari berbagai literatur-literatur seperti
buku-buku, jurnal, maupun artikel ilmiah yang terkait dengan penelitian ini. Selain
itu, dokumen-dokumen tentang Pemerintah Daerah Kota Makassar. Data yang
dikumpulkan dalam penelitian ini antara lain:
a. Sejarah singkat badan perencanaan pembangunan daerah(BAPPEDA) Kota
Makassar
b. Visis misi BAPPEDA Kota Makassar
c. Struktur organisasi BAPPEDA Kota Makassar
d. Laporan keuangan pemerintah kota makassar tahun 2017-tahun 2018
e. sistem akuntansi keuangan daerah dan penerapan good governancepada
pemerintahan daerah Kota Makassar.
2. Dokumentasi
Peneliti menggunakan dokumentasi sebagai sarana untuk mendapatkan data tentang
berkas-berkas pemerintah daerah khusunya BAPPEDA dan BPKAD, seperti sejarah,
visi dan misi, struktur organisasi, laporan keuangan daerah serta dokumen-dokumen
terkait implementasi good governance pada pemerintahan daerah Kota Makassar.
3. Riset Pustaka
Peneliti menggunakan riset pustaka sebagai sarana mendapatkan data dengan
mempelajari buku-buku dan tulisan yang berhubungan dengan masalah yang akan
dibahas, serta melakukan penelusuran terhadap dokumen-dokumen yang mendukung
penelitian ini.
E. Metode Analisis
Adapun metode analisis dalam penelitian ini adalah menggunakan Teknik Analisis
Interaktif Miles & Huberman. Langkah-langkah dalam melakukan teknik analisis
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Pengumpulan Data
Data yang diperoleh dari hasil wawancara dan dokumentasi yang kemudin dituliskan
dalam catatan lapangan yang berisi tentang apa yang dilihat, didengar, disaksiskan
serta dialami dan juga temuan tentang apa yang dijumpai selama penelitian yang
kemudian ditulis dalam catatan lapangan, memanfaatkan dokumen pribadi, dokumen
resmi, gambar, file, dan lain sebagainya.
2. Reduksi Data
Reduksi data dilakukan pada saat peneliti menyeleksi pertanyaan-pertanyaan hasil
wawancara dengan informan. Peneliti memilih dan memilah pertanyaan-pertanyaan
yang sesuai dengan konteks penelitian. Selain itu, peneliti berupaya mengurangi
pemborosan kata sejauh tidak mengurangi inti atau makna dari pertanyaan atas
informan. Hal ini dilakukan supaya data-data yang disajikan tetap fokus dalam
menjawab permasalahan penelitian.
3. Penyajian Data
Komponen ini melibatkan langkah-langkah mengkoordinasi data, yakni menjalin
kelompok data yang satu dengan kelompok data yang lain sehingga seluruh data yang
di analisis benar-benar dilibatkan dalam satu kesatuan. Hal ini dikarenakan dalam
penelitian kualitatif, data biasanya beragam perespektif dan terasa bertumpuk, maka
penyajian data pada umumnya diyakini sangat membantu proses analisis. Peneliti
smelakukan proses ini saat menyajikan data-data hasil wawancara, observasi, dan
sumber tertulis sesuai fokus penelitian. Dengan kata lain, peneliti mengelompokan itu
tidak lagi terlihat saling bertumpuk karena telah disesuaikan dengan kategori
berdasarkan fokus penelitian. Data disajikan dalam bentuk narasi. Dengan menyajikan
data, maka akan memudahkan untuk memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja
selanjutnya
4. Penarikan Kesimpulan/Verifikasi Pada tahap ini, peneliti pada dasarnya
mengimplementasikan prinsip induktif dengan mempertimbangkan pola-pola data
yang ada atau kecenderungan dari penyajian data yang telah dibuat. Peneliti masih
harus
mengkonfirmasikan, mempertajam, atau mungkin merevisi kesimpulan-kesimpulan
yang telah dibuat untuk sampai pada kesimpulan final berupa proposisi-proposisi
ilmiah mengenai gejala atau realitas yang diteliti.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
3. Struktur Organisasi
Untuk mewujudkan tujuan dari suatu instansi diperlukan struktur organisasi yang
efektif. Struktur organisasi BAPPEDA Kota Makassar berupa bentuk-bentuk garis
dan penstafan yang memperjelas bahwa ada suatu bagian yang membawahi bagian
lainnya. Adapun susunan struktur organisasi di kantor Bappeda Kota Makassar terdiri
dari:
a. Kepala Badan;
b. Sekretariat, terdiri atas:
1. Subbagian Perencanaan dan Pelaporan;
2. Subbagian Keuangan;
3. Subbagian Umum dan Kepegawaian.
c. Bidang Perencanaan dan Pengendalian, terdiri atas:
1. Subbidang Perencanaan Makro;
2. Subbidang Pengendalia
n;
3. Subbidang Pelaporan.
d. Bidang Ekonomi dan Sumber Daya Alam, terdiri atas :
1. Subbidang Perdagangan, Perindustrian dan Koperasi;
2. Subbidang Keuangan, Penanaman Modal dan Pariwisata;
3. Subbidang Pangan, Perikanan dan Pertanian.
e. Bidang Sosial, Budaya dan Pemerintahan Umum, terdiri atas :
1. Subbidang Kesejahteraan Rakyat;
2. Subbidang Pemerintahan dan Aparatur;
3. Subbidang Pendidikan, Kesehatan dan Kebudayaan.
f. Bidang Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah, terdiri atas :
1. Subbidang Infrastruktur;
2. Subbidang Perhubungan dan Komunikasi;
3. Subbidang Pengembangan Wilayah.
g. Kelompok Jabatan Fungsional.
h. Unit Pelaksana Teknis (UPT). daerah.
a. Sekretariat
Mempunyai tugas pokok memberikan pelayanan administrasi bagi seluruh satuan
kerja di lingkungan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
.Disamping tugas pokok tersebut, sekretariat menyelenggarakan fungsi sebagai :
1). Pengelolaan ketatausahaan Badan;
2). Pelaksanaan urusan kepegawaian Badan;
3). Pelaksanaan urusan keuangan Badan;
4). Pelaksanaan urusan perlengkapan Badan;
5). Pelaksanaan urusan umum dan rumah tangga Badan;
6). Pelaksanaan koordinasi perumusan program kerja dan rapat kerja Badan..
Untuk kelancaran pelaksanaan tugas Sekretaris dibantu oleh 3(tiga) orang Kepala Sub
Bagian yaitu Sub Bagian Umum dan Kepegawaian, Sub Bagian Keuangan dan Sub
Bagian Perencanaan dan Pelaporan.
1). Sub Bagian Umum dan Kepegawaian
Sub Bagian Umum dan Kepegawaian, mempunyai tugas pokok yaitu menyusun
rencana kerja, melaksanakan tugas teknis ketatausahaan, mengelola administrasi
kepegawaian, melaksanakan urusan rumah tangga Badan, melaksanakan
pengadaan dan pemeliharaan aset Badan, membuat laporan serta mengevaluasi semua
pengadaan barang. kepegawaian menyelenggarakan fungsi :
a). Melaksanakan penyusunan rencana kerja sesuai tugas pokok dan fungsinya;
b). Mengatur pelaksanaan kegiatan sebagian urusan ketatausahaan meliputi surat-
menyurat, kearsipan, serta mendistribusikan surat sesuai bidang;
c). Melaksanakan urusan kerumahtanggaan Badan;
d). Melaksanakan usul kenaikan pangkat dan pensiun;
e). Melaksanakan usul kenaikan gaji berkala dan tugas belajar;
f). Menghimpun dan mensosialisasikan peraturan perundang-undangan dibidang
kepegawaian dalam lingkup Badan;
g). Menyiapkan bahan penyusunan standarisasi meliputi bidang kepegawaian,
pelayanan, organisasi dan ketatalaksanaan;
h). Menyusun rencana dan program kerja sesuai tugas dan fungsinya
i). Menyusun Rencana Kebutuhan Barang Unit (RKBU);
j). Membuat daftar kebutuhan barang (RKB);
k). Membuat Rencana Tahunan Barang Unit (RTBU)
l). Menyusun kebutuhan biaya pemeliharaan barang Badan;
m). Menerima dan meneliti semua pengadaan pada lingkup Badan;
n). Melakukan penyimpanan dokumen dan surat berharga lainnya
tentang barang inventaris Badan;
o). Melakukan koordinasi dengan unit kerja lain yang berkaitan
dengan bidang tugasnya;
p). Melaksanakan tugas kedinasan lain yang diberikan oleh atasan;
q). Menyusun laporan hasil pelaksanaan tugas.
Untuk kelancaran pelaksanaan tugas Sekretaris dibantu oleh 3 (tiga) orang Kepala
Sub Bagian yaitu Sub Bagian Umum dan Kepegawaian, Sub Bagian Keuangan dan
Sub Bagian Perencanaan dan Pelaporan.
1). Sub Bagian Umum dan Kepegawaian
Sub Bagian Umum dan Kepegawaian, mempunyai tugas pokok
yaitu menyusun rencana kerja, melaksanakan tugas teknis
ketatausahaan, mengelola administrasi kepegawaian,
melaksanakan urusan rumah tangga Badan, melaksanakan
pengadaan dan pemeliharaan aset Badan, membuat laporan serta
m engevaluasi semua pengadaan barang.
komparatif;
4). mengenai penurunan ekuitas (bila defisit operasional), dan
peningkatan ekuitas (bila surplus operasional). Unsur-Unsur
Laporan Operasional adalah:
a). Pendapatan-LO dari kegiatan operasional;
b). Beban dari kegiatan operasional ;
c). Surplus/defisit dari Kegiatan Non Operasional, bila ada;
d). Pos luar biasa, bila ada;
e). Surplus/defisit-LO.
e. Catatan atas Laporan Keuangan
Catatan atas laporan keuangan Meliputi penjelasan naratif atau
rincian dari angka yang tertera dalam laporan realisasi anggaran,
laporan operasional, laporan perubahan ekuitas, neraca, dan laporan
arus kas. catatan atas laporan keuangan juga mencakup informasi
tentang kebijakan akuntansi yang dipergunakan oleh entitas pelaporan
dan informasi lain yang diharuskan dan dianjurkan untuk diungkapkan
didalam standar akuntansi pemerintahan serta ungkapan-ungkapan
yang diperlukan untuk menghasilkan penyajian laporan keuangan
secara wajar. mengungkapkan informasi yang diharuskan oleh
pernyataan standar akuntansi pemerintahan yang belum disajikan dalam
lembar muka laporan keuangan.
Berdasarkan hasil penelitian dan wawancara dengan Bapak Abdul
Rasyid tentang pengawasan laporan keuangan setiap bulan melalu RKA
kepemerintah. Proses monitoring tersebut dilakukan setiap bulan kepala
87
keuangan melaporkan kepemerintah melalui laporan pertanggun-
jawaban keuangan setiap triwulan, semester dan tahunan dengan
melakukan pengecekan langsung terhadap pengelolaan keuangan yang
dialokasikan dalam anggaran.
Kemudian dari pernyataan Pak Usman tentang bentuk
pertanggungjawaban pengelola keuangan harus mengungkapkan
rincian-rincian pemasukan dan pengeluaran pos-pos laporan keuangan
secara transparan sehingga dapat diketahui dan dipercaya oleh
masyarakat khususnya masyarakat Kota Makassar. Akuntabilitas dan
transparansi tidak terpisahkan dalam hal menimbulkan kepercayaan
timbal balik antara pemerintah dan masyarakat melalui informasi dan
menjamin kemudahan dalam memperoleh informasi yang akurat dan
memadai, karena informasi merupakan suatu kebutuhan penting bagi
masyarakat untuk berpartisipasi dalam pengelolaan daerah. Berkaitan
dengan itu, pemerintah perlu proaktif memberikan informasi lengkap
tentang kebijakan dan layanan yang disediakan pada masyarakat.
Pemerintah perlu menyediakan jalur komunikasi seperti brosur dan
pengumuman media massa.
Berdasarkan tabel 4.1, tabel 4.2 dan tabel 4.3 menunjukan rincian
beban operasi Pemerintah Daerah Kota Makassar diatas dapat
disimpulkan bahwa realisasi anggaran untuk beban operasi dari tahun
2017 sampai 2018 mengalami peningkatan sebesar 38,37 % dengan total
kenaikan beban yaitu Rp. 1.713.821.455.16. Sehingga dapat dikatakan
bahwa pemerintah daerah atau BAPPEDA Kota Makassar telah terjadi
pengehematan dana publik cukup efektif dan efesien. Rincian anggaran
88
dan realisasi belanja dapat disimpulkan bahwa pemerintah daerah atau
BAPPEDA Kota Makassar berhasil menghematkan data publik sehingga
dapat dikategorikan cukup efesien karena dilihat dari realisasi belanja yaitu
167,04 % dan itu tidak melebihi dana yang dianggarkan, yang dimana
anggaran belanja untuk tahun 2018 sebesar Rp. 4.08.495.359.000 dan
yang realisasi hanya Rp. 3.522.865.810.617,09 untuk itu dapat dikatakan
bahwa pemerintah daerah sudah menghemat dana publik secara efektif
dan efesien. Kemudian dari pelaporan pencapaian kinerja di tabel 5.3
diatas dapat disimpulkan bawha pentingnya bagi pemerintah daerah untuk
menaruh perhatian yang lebih besar terhadap kinerja pengelolaan
keuangan daerah. Pengelolaan keuangan daerah yang dilakukan secara
ekonomis, efisien, dan efektif atau memenuhi prinsip-prinsip partisipatif,
transparansi, akuntabilitas dan keadilan akan dapat mendorong
pertumbuhan ekonomi serta kemandirian suatu daerah. Dengan demikian,
suatu daerah yang kinerja keuangannya dinyatakan baik berarti daerah
tersebut memiliki kemampuan keuangan untuk membiayai pelaksanaan
otonomi daerah. Keberhasilan otonomi daerah tidak lepas dari kinerja
pemerintah daerah dalam mengelola keuangan daerahnya. Ukuran kinerja
pemerintah daerah berdasarkan anggaran berbasis kinerja dapat dilihat
dari penggunaan anggaran yang ekonomis, efisiensi, dan efektivitas.
Berdasarkan pembahasan diatas, hasil penelitian ini sejalan dengan
penelitian mukhlis tahun 2015, yang berkaitan dengan implementasi prinsip
good governance di Pemerintah Desa (studi kasus di kantor Kepala Desa
Gedongan Kecamatan Plupuh Kabupaten Sragen). Dimana hasil penelitianya
yaitu adanya kesesuaian antara pelaksanaan dengan standar prosedur
89
pelaksanaan, penyebarluasan informasi mengenai suatu keputusan melalui
media masa, tersedianya informasi yang memadai pada setiap proses
penyusunan dan implementasi kebijakan publik.
90
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat mengambil kesimpulan bahwa :
1. Sistem dan prosedur keuangan pemerintah daerah kota makassar telah
sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2015 tentang
Standar Akuntansi Berbasis Akrual yaitu meningkatkan kinerja transparansi
dan akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah, melalui pengamatan
dapat dilihat bahwa Pemerintah Daerah Kota Makassar telah menerapkan
sistem dan prosedur yang baik.
2. Implentasi prinsip-prinsip good governance dalam pengelolaan sistem
akuntansi keuangan pemerintah daerah Kota Makassar atau (BAPPEDA)
dan BPKAD Kota Makassar sudah baik, yaitu adanya keterbukaan
informasi dan adanya keterlibatan semua pemangku kepentingan dalam
proses perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dalam proses
penganggaran. Perwujudan akuntabilitas dalam proses pengelolaan
keuangan akuntansi yang sistem berbasis akrual telah di implementasikan
dalam meningkatkan kualitas laporan keuangan. Serta bentuk
pertanggungjawaban dalam program kegiatan yang telah dilaksanakan
sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
B. Saran
Setelah melakukan penelitian dan memperoleh kesimpulan, maka peneliti
menyarankan beberapa hal sebagai upaya perbaikan dari kelemahan yang
telah ditemukan sebagai berikut :
90
91
1. Masih diperlukan adanya pengembangan atas pemahaman staf Walikota
Makassar atau BAPPEDA dan BPKAD Kota Makassar akan sistem
akuntansi pemerintahan berbasis akrual. Harus sering melakukan
sosialisasi berupa seminar atau diskusi dengan aparat pemerintah, serta
dilakukan training atau pelatihan-pelatihan yang berkaitan dengan sistem
akuntansi berbasis akrual agar pengimplemensian dan pengoptimalan lebih
efektif dan efisien. Dalam proses pengelolaan keuangan berbasis akrual di
butuhkan kemahiran oleh staf pengelola keuangan sehingga terwujud
laporan keuangan yang terintegrasi serta akuntabel.
2. Perwujudan prinsip-prinsip good governance (transparansi, Akuntabilitas)
dalam pengelolaan keuangan masih diperlukan adanya bukan hanya
melalui situs internet tetapi media papan pengumuman informasi yang
dapat di akses langsung oleh masyarakat sehingga dapat berpartisipasi
dengan baik dalam proses pengambilan keputusan. Adanya partisipasi
masyarakat dalam proses pengganggaran serta kebijakan yang akan
dilaksanakan dengan pendapat/ aspirasi masyarakat dapat didengar dalam
proses pengambilan keputusan.
92
DAFTAR PUSTAKA
Akbar, B. 2011. Akuntabilitas publik dan peran akuntansi keuangan daerah pada
pemerintah daerah. Available at https://pekikdaerah.wordpress.com.
Bastian, Indra. 2010. Akuntansi Sektor Publik : Suatu Pengantar. Erlangga.
Jakarta.
Baldric Siregar. (2015). Akuntansi Sektor Publik. Yogyakarta : Sekolah Tinggi
Ilmu Manajemen YKPN.
Deddi Nordiawan. (2008). Akuntansi Sektor Publik. Jakarta : Salemba Empat.
Dahlia, Dico. 2014. Analisis Pengelolaan dan Pelaporan Keuangan Pada Satuan
Kerja Bidang Keuangan Polda Sulawesi Utara. Jurnal EMBA, Vol. 2 No.
2, ISSN 2303-1174.
Furqani, A. 2010. Pengelolaan keuangan desa dalam mewujudkan good
governance (studi pada pemerintahan Desa Kalimo’ok Kecamatan
Kalianget Kabupaten Sumenep). Tesis. Surabaya: UPN Jatim.
Halim, A., dan M. S. Kusufi. 2012. Akuntansi Sektor Publik: Akuntansi Keuangan
Hisbullah. 2017. “1. Teori Stewardship dan teori keagenan. (Implementasi dan
optimalisasi sistem akuntansi berbasis akrual dalam meningkatkan
kualitas pelaporan pemerintahan (studi kasus pada bappeda kabupaten
gowa)”, Skripsi (Makassar: Fakultas Ekonomika dan Bisnis UIN,2017),
hal. 14-17.
Milles, Mathew B. Huberman, A Michael. 1992. Analisis Data Kualitatif..
Universitas Indonesia (UI-Press). Jakarta 1992. Hal 91
Indra Bastian. (2010). Akuntansi Sektor Publik Suatu Pengantar. Yogyakarta :
Erlangga.
Kristiansen, Stein, Agus Dwiyanto, Agus Pramusinto, dan Erwan Agus Putranto.
2009. Public Sector Reforms And Financial Transparency: Experiences
From Indonesian Districts1. A Journal Of International And Strategic
Affairs, 31 (1), hal. 64-87.
Kuncoro, Mudrajad. 2009. Metode Riset untuk Bisnis dan Ekonomi: Bagaimana
Meneliti dan Menulis Tesis? Edisi Ketiga. Erlangga, Jakarta.
Lembaga Administrasi Negara (LAN) dan Badan Pemeriksa Keuangan dan
Pembangunan (BPKP). (2000). Akuntabilitas dan Good Governance.
Modul Sosialisasi Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah
(AKIP). Jakarta.
92
93
Laporan Keuangan. Jurnal Ekonomi Bisnis, 13 (1), hal. 48-58Aliyah, S., dan A.
Nahar. 2012. Pengaruh penyajian laporan keuangan daerah dan
aksesibilitas laporan keuangan daerah terhadap transparansi dan
akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah kabupaten jepara. Jurnal
Akuntansi & Auditing. Vol.8 No.2:97-189.
Mahmudi. 2011. Akuntansi Sektor Publik, Cetakan Pertama. UUI Press,
Yogyakarta.
M. Taufik Hidayat. 2011. Pengaruh Faktor-Faktor Akuntabilitas Auditor dan
Profesionalisme Auditor Terhadap Kualitas Auditor. Skripsi. Universitas
Diponegoro. Semarang
Mardiasmo, 2009. Otonomi dan Manajemen Keuangan Daerah. Yogyakarta :
Andi
Mulyadi. 2010. Sistem Akuntansi. Edisi Ketiga. Jakarta: Penerbit Salemba
Empat.
Mentu Paula Ezra, 2016, Penyajian Laporan Keuangan Daerah Sesuai Peraturan
Pemerintah No.71 Tahun 2010 Tentang Standar Akuntansi Pemerintahan
Pada Dinas Pendapatan Daerah Dan Dinas Sosial Prov. Sulut. Jurnal
EMBA.
Nugraheni, Purwaniati dan Imam Subaweh. 2008. Pengaruh Penerapan Standar
Akuntansi Pemerintahan Terhadap Kualitas
Nordiawan, D. 2006. Akuntansi Sektor Publik. Edisi 2. Jakarta. Penerbit Salemba
Empat.
Nunuy Nur Afiah. (2009). Implementasi Akuntansi Keuangan Pemerintah
Daerah. Jakarta : Prenada Media Gmp.
Pertiwi, Siti Hardianti Darma. 2017 Analisis Implementasi Prinsip-Prinsip Good
Governance Pada Pemerintah Desa Nepo Kecamatan Tanasitolo
Kabupaten Wajo. Skripsi Makassar Departemen Akuntansi Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Hasanuddin Makassar
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 71 Tahun 2010 Tentang
Standar Akuntansi Pemerintahan Berbasis Akrual. 22 Oktober 2010.
Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 123. Jakarta.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2005 tentang
Standar akuntansi pemerintahan.
Peraturan Pemerintah no. 71 tahun 2010. Standar Akuntansi Pemerintahan.
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 64 Tahun 2013 tentang Penerapan
Standar Akuntansi Pemerintahan Berbasis Akrual pada Pemerintah
Daerah
94
Pasolong, Harbani 2012. Metode Penelitian Administrasi Publik. Alfabeta,
Bandung.
Ruslin, B., 2004. Pelayanan publik di era reformasi. Pikiran Rakyat., 4 Juni 2004.
Republik Indnesia, “Undang-Undang RI Nomor 71 Tahun 2010 tentang standar
akuntansi pemerintahan yang mengatur penerapan standar akuntansi
pemerintahan berbasis akrual”.
Republik Indonesia. Peraturan Menteri Keuangan No 238/PMK.05/2011. Sistem
Akuntansi Pemerintahan.
Rasul, Sjahruddin. 2009. “Penerapan Good Governance di Indonesia dalam
Pencegahan Tindak Pidana Korupsi”. Dalam Mimbar Hukum,Volume 21
No. 3. Hal. 409-628.
Spathis Ch., M. Doumpos dan C. Zopounidis. 2002. Detecting Falsified Financial
Statements: A Comparative Study Using Multicriteria Analysis and
Multivariate Statistical Techniques. The European Accounting Review,
11(3), hal. 509-535.
Supomo, Bambang & Nur Indriantoro, 2013. Metodologi penelitian bisnis untuk
akuntansi dan manajemen, Edisi Pertama, BPFE Fakultas Ekonomika
dan Bisnis UGM. Yogyakarta, hal. 12.
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Bisnis. Alfabeta, Bandung.
Simanjuntak, B. 2010. Penerapan Akuntansi berbasis Akrual di Sektor
Pemerintahan Indonesia. Kongres XI Ikatan Akuntansi Indonesia.
Sadjiarto, A. 2000. Akuntabilitas dan pengukuran kinerja pemerintahan.Jurnal
Akuntansi dan Keuangan, Vol. 2 No.2:138-150.
Tanjung, A. H. 2000. Akuntansi, Transparansi dan Akuntabilitas Keuangan
Publik. Available at https://swamandiri.wordpress.com
Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan Antara
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah. 15 Oktober 2004. Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126. Jakarta.
World Bank. 2004. Main Streaming Anticorruption Activities in Worl Bank.
Yahya, I. 2006. Akuntabilitas dan transparansi pengelolaan keuangan daerah.
Jurnal Sistem Tehnik Industri., Vol. 7 No. 4: 27-29.
Yuliani, S., Nadirsyah, dan U. Bakar. 2010. Pengaruh pemahaman akuntansi,
pemanfaatan sistem informasi akuntansi keuangan daerah dan peran
internal audit terhadap kualitas laporan keuangan pemerintah daerah.
Jurnal Telaah dan Riset Akuntansi Vol. 3 No. 2:206-220.
Zeyn, Elvira. 2011. Pengaruh Good Governance dan Standar Akuntansi
Pemerintahan Terhadap Akuntabilitas Keuangan Dengan Komitmen
95
Organisasi Sebagai Pemoderasi. Jurnal Reviu Akuntansi dan Keuangan,
1 (1), hal. 21-37.