Anda di halaman 1dari 17

MANFAAT SISTEM AKUNTANSI DAERAH DALAM

MEWUJUDKAN TRANSPARANSI DAN


AKUNTABILITAS PENGELOLAAN KEUANGAN
PEMERINTAH KOTA DAERAH BENGKULU

:TUGAS MATA KULIAH

:DOSEN

:OLEH

MEIDI FAZIRIN
NPM. C2B015013

UNIVERSITAS BENGKULU
PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER MANAJEMEN
2017
1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perubahan paradigma manajemen pemerintahan khususnya pemerintah
daerah merupakan suatu tuntutan yang perlu direspon oleh pemerintah daerah
karena perubahan tersebut turut mendorong perubahan manajemen keuangan
daerah.Tuntutan tersebut memerlukan adanya perubahan paradigma dan
prinsip-prinsip manajemen keuangan daerah, baik pada tahap penganggaran,
implementasi maupun pertanggungjawaban.Salah satu perubahan mendasar
dalam manajemen keuangan daerah pasca reformasi keuangan daerah adalah
perubahan system akuntansi pemerintah pusat dan daerah. Inti perubahan
tersebut adalah tuntutan dilaksanaknnya akuntansi dalam pengelolaan
keuangan daerah oleh pemerintah, baik pemerintah daerah provinsi maupun
kabupaten dan kota, bukan pembukuan seperti selama ini (Halim 2002).
Berkaitan dengan pengaturan pengelolaan keuangan daerah, Halim
(2002), mengatakan bahwa dewasa ini terjadi tuntutan atas pemerintahan yang
baik (good governance) dalam arti pemerintahan yang bersih, jujur, terbuka
(transparan) dan bertanggung jawab (Akuntable) terhadap masyarakat.Hal ini
membuat perimbangan keuangan pusat dan daerah yang adil saja belum
cukup, tetapi masih memerlukan pengelolaan atas keuangan daerah, baik yang
berasal dari pemerintah pusat maupun dari pemerintah daerah sendiri.
Sehingga dengan adanya pengelolaan keuangan daerah yang baik akan dapat
meningkatkan efisiensi dan efektivitas pelayanan publik dan kesejahteraan
masyarakat.
Implementasi sejumlah perangkat perundang-undangan dibidang
pemerintah daerah belum bisa dijadikan acuan utama dalam mewujudkan
good publik governance, khususnya dibidang pengelolaan keuangan daerah
dan pelayanan publik, tetapi masih membutuhkan pengkajian yang lebih
mendalam, khususnya menyangkut pengawasan, pemahaman mengenai
system akuntansi keuangan daerah serta manajemen atau pengelolaan
keuangan daerah dalam kaitannya dengan pelayanan publik. Dalam hal ini,unit
2

satuan kerja dipandang memiliki peranan utama dalam operasional roda


pemerintah daerah, karena unit satuan kerja merupakan pusat-pusat
pertanggungjawaban pemerintah daerah dan relatif lebih banyak
melaksanakan tugas operasional pemerintah dan lebih banyak mengkonsumsi
sumber daya, yang tentunya harus diperuntukkan dan dipertanggungjawabkan
pada kepentingan publik.
Sejalan dengan pelaksanaan otonomi daerah, diperlukan system
pengelolaan daerah yang baik dalam rangka mengelola dana dengan system
desentralisasi secara transparan, efisien, efektif dan dapat
dipertanggungjawabkan kepada masyarakat luas. Untuk mewujudkan hal ini
diperlukan suatu pemikiran yang cerdas melalui inovasi system akuntansi
(Bastian dan Soepriyanto, 2002)
Dalam rangka mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik itulah
pemerintah Republik Indonesia melakukan reformasi di bidang pengelolaan
keuangan negara. Pengelolaan keuangan dilaksanakan berdasarkan sistem
akuntansi keuangan, pelaksanaan sistem ini tidak ada jaminan bahwa terdapat
kesalahan atau penyimpangan sehingga diperlukan suatu metode pengawasan
intern yang mewadai dan dapat memberikan bantuan untuk memverifikasi
transaksi-transaksi agar dapat ditelusuri dana-dana sesuai dengan tujuannya,
serta mengecek otoritas, efisiensi dan keabsahan pembelajaran dan. Oleh
karena itu, pemerintah perlu memiliki system akuntansi yang tidak saja
berfungsi sebagai alat pengendalian transaksi keuangan, akan tetapi sistem
akuntansi keuangan tersebut hendaknya mendukung pada pencapaian. Karena
penilaian Pemerintahan yang baik dapat dilihat dari pencapaian kinerja
pemerintah itu sendiri.Agar akuntansi dapat dijadikan salah satu alat dalam
mengendalikan roda pemerintahan, akuntansi harus dipahami secara memadai
oleh penyedia informasi keuangan (Sukmana dan Anggarsari,2009).
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat diketahui bahwa sistem
akuntansi keuangan daerah sangat diperlukan dalam pengelolaan keuangan
daerah, dan sangat berguna untuk transparansi dan akuntantabilitas yang
merupakan salah satu indikator dari pemerintahan yang baik. Demikian pula
pada Pemerintahan Daerah Kota Bengkulu.Sangat memerlukan reformasi
3

pengelolaan keuangan dengan sistem akuntansi yang baik untuk mencapai


transparansi dan akuntabilitas dalam pengelolaan keuangan.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, maka permasalahan yang diangkat dalam
penulisan makalah ini adalah Bagaimana menggambarkan manfaat sistem
akuntansi daerah dalam mewujudkan transparansi dan akuntabilitas
pengelolaan keuangan Pemerintah Daerah Kota Bengkulu?

C. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk menggambarkan manfaat
sistem akuntansi daerah dalam mewujudkan transparansi dan akuntabilitas
pengelolaan keuangan Pemerintah Kota Daerah Bengkulu.

D.
4

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Akuntansi Keuangan Daerah


Akuntansi adalah suatu disiplin ilmu yang terus menerus berkembang
sejalan dengan semakin meningkatnya kebutuhan informasi dari satuan
ekonomi.Informasi yang dihasilkan oleh akuntansi ini sangat berguna bagi
pengambilan keputusan diantara berbagai alternatif yang sering timbul dalam
kehidupan sehari-hari.Perkembangan tersebut telah menempatkan akuntansi
menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kegiatan satuan-satuan ekonomi,
baik yang bersifat profit orientedmaupun bersifat non profit (Saefullah, 2000).
Menurut Halim (2002), akuntansi Keuangan Daerah adalah proses
pengidentifikasian, pengukuran, pencatatan, dan pelaporan transaksi ekonomi
(keuangan) dan entitas pemerintah daerah-pemda (kabupaten, kota, atau
provinsi) yang dijadikan sebagai informasi dalam rangka pengambilan
keputusan ekonomi yang diperlukan oleh pihak-pihak eksternal entitas
pemerintah daerah.
Salah satu tujuan dari akuntansi keuangan daerah adalah menyediakan
informasi keuangan yang lengkap, cermat, dan akurat sehingga dapat
menyajikan laporan keuangan yang andal, dapat dipertanggungjawabkan, dan
dapat digunakan sebagai dasar untuk mengevaluasi pelaksanaan keuangan
masa lalu dalam rangka pengambilan keputusan ekonomi oleh pihak eksternal
pemerintah daerah untuk masa yang akan datang.
Lebih lanjut Menurut Halim (2002) akuntansi keuangan daerah adalah
proses pengidentifikasian, pengukuran, pencatatan, dan pelaporan transaksi
ekonomi (keuangan) dari entitas pemerintah daerah (kabupaten, kota, atau
provinsi) yang dijadikan sebagai informasi dalam rangka pengambilan
keputusan ekonomi oleh pihak-pihak eksternal entitas pemerintahan daerah
yang memerlukan. Pihak-pihak eksternal pemerintah daerah yang memerlukan
informasi yang dihasilkan oleh akuntansi keuangan daerah antara lain adalah
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD), Badan Pengawas Keuangan
(BPK), investor, kreditor, dan donatur serta masyarakat.
5

B. Sistem Akuntansi Keuangan Daerah


Sistem akuntansi merupakan suatu langkah dan prosedur yang
ditetapkan untuk mencatat transaksi keuangan berdasarkan standar akuntansi
yang berterima umum atas transaksi keuangan. Pengertian sistem akuntansi
dapat berbeda-beda meskipun pada dasarnya mengandung maksud yang sama.
Mulyadi (2001) mengemukakan bahwa sistem akuntansi adalah organisasi
formulir, catatan, dan laporan yang dikoordinasikan sedemikian rupa yang
menyediakan informasi keuangan yang digunakan untuk manajemen guna
memudahkan pengelolaan perusahaan.Sistem akuntansi adalah organisasi
formulir, catatan, dan laporan yang dikelola untuk menghasilkan informasi
yang digunakan bagi kepentingan berbagai pihak, baik pihak internal maupun
eksternal organisasi.
Sistem akuntansi terdiri dari metode dan catatan yang diciptakan untuk
mengklasifikasikan,menganalisis, mengelompokkan, mencatatat, dan
melaporkan transaksi satuan usaha untuk menyelenggarakan
pertanggungjawaban aktiva dan kewajiban yang bersangkutan dengan
transaksi tersebut yang diperlukan oleh pihak internal dan eksternal. Sistem
akuntansi dirancang untuk memberikan informasi terbaik yang akan
digunakan oleh pihak-pihak yang berkepentingan. Sistem akuntansi dibangun
untuk membantu organisasi dalam mencapai tujuannya. Mulyadi (2001),
mengemukakan bahwa tujuan umum penyusunan sistem adalah: (1) untuk
menyediakan informasi bagi pengelolaan kegiatan usaha baru, (2) untuk
menghasilkan informasi yang dihasilkan oleh suatu sistem yang sudah ada,
baik mengenai mutu, ketepatan penyajian, maupun struktur informasinya, (3)
untuk memperbaiki pengawasan akuntansi dan pengecekan intern, yaitu untuk
memperbaiki tingkat keandalan (reliability) informasi akuntansi dan untuk
menyediakan catatan lengkap mengenai pertanggungjawaban dan
perlindungan kekayaan perusahaan, dan (4) untuk mempengaruhi biaya terkait
dalam pelanggaran catatan akuntansi.
C. Sistem Akuntansi Pemerintahan
6

Menurut Arif, dkk (2002), akuntansi pemerintahan dapat didefinisikan


sebagai suatu aktivitas pemberian jasa untuk menyediakan informasi keuangan
pemerintah berdasarkan proses pencatatan, pengklasifikasian, pengikhtisaran
suatu transaksi keuangan pemerintah, serta penafsiran atas informasi
keuangan. Berdasarkan Peraturan-Pemerintah No. 8 tahun 2006 tentang
pelaporan keuangan dan kinerja instansi pemerintah, menyatakan bahwa
sistem akuntansi pemerintahanadalah rangkaian sistematik dari prosedur,
penyelenggaraan, peralatan, dan elemen lain untuk mewujudkan fungsi
akuntansi sejak analisis transaksi sampai dengan pelaporan keuangan di
lingkungan organisasi pemerintah. Berdasarkan PeraturanPemerintah No. 24
tahun 2005 tentang standar akuntansi pemerintahan, menyatakan bahwa sistem
akuntansi pemerintahan adalah serangkaian prosedur manual maupun yang
terkomputerisasi mulai dari pengumpulan data, pencatatan, pengikhtisaran,
danpelaporan posisi keuangan dan operasi keuangan pemerintah.
Dari pengertian-pengertian tersebut, sistem akuntansi pemerintahan
dapatdiartikan sebagai suatu prosedur yang dilakukan secara manual maupun
terkomputerisasi dalam melakukan pengumpulan data, pencatatan,
pengikhtisaran, dan pelaporan keuangan pada instansi pemerintah.Sistem
akuntansi pemerintahan berbeda dengan standar akuntansi pemerintahan,
karena standar akuntansi pemerintahan merupakan prinsip-prinsip akuntansi
yang ditetapkan dalam penyusunan dan menyajikan laporan keuangan
pemerintah.Tujuan standar akuntansi pemerintah yaitu agar penyusunan
laporan keuangan sesuai dengan standar akuntansi pemerintahan yang
diterima secara umum dan juga demi terciptanya akuntabilitas dan
transparansi pengelolaan keuangan pemerintah.
Ada beberapa syarat yang harus dipenuhi dalam menjalankan sistem
akuntansi pemerintahan, agar manfaat dari sistem akuntansi pemerintahan
tersebut dapat dirasakan dengan sepenuhnya dan sebaik-baiknya. Arif dkk
(2002), mengemukakan bahwa syarat akuntansi pemerintahan adalah: (1)
dapat memenuhi persyaratan UUD, UU, dan peraturan lain, (2) dikaitkan
dengan klasifikasi anggaran, (3) perkiraan-perkiraan harus diselenggarakan,
(4) memudahkan pemerikasaan oleh aparat pemerintahan, (5) sistem akuntansi
7

harus terus dikembangkan, (6) perkiraanperkiraan harus dikembangkan secara


efektif, dan (7) sistem harus dapat melayani kebutuhan dasar informasi
keuangan guna pengembangan, rencana, dan program.
Syarat tersebut di atas, diharapkan dapat memberikan manfaat atas
sistem akuntansi pemerintahan, karena publik sangat membutuhkan
akuntabilitas keuangan pemerintah dan transparansinya dalam usaha
pemberantasan korupsi, kolusi, dannepotisme.Konsep dasar dari akuntansi
keuangan pemerintahan adalah akuntabilitas dan transparansi pengurusan
keuangan publik dimana akuntansi keuangan pemerintahan secara umum
bertujuan untuk menyajikan informasi keuangan yang dibutuhkan.

D. Tansparansi dan Akuntabilitas


Menurut Werimon, dkk (2007) transparansi adalah prinsip yang
menjamin akses atau kebebasan bagi setiap orang untuk memperoleh
informasi tentang penyelenggaraan pemerintahan, yakni informasi tentang
kebijakan, proses pembuatan dan pelaksanaannya, serta hasil-hasil yang
dicapai. Transparansi kebijakan publik adalah adanya keterbukaan tentang
anggaran yang mudah diakses oleh masyarakat.Kebijakan publik merupakan
tindakan yang dilakukan oleh pemerintah dan sebagai keputusan yang
mempunyai tujuan tertentu.
Berdasarkan Peraturan-PemerintahNo. 24 tahun 2005 tentang Standar
Akuntansi Pemerintahan, menyatakan bahwa transparansi memberikan
informasi keuangan yang terbuka dan jujur kepada masyarakat berdasarkan
pertimbangan bahwa masyarakat memiliki hak untuk mengetahui secara
terbuka dan menyeluruh atas pertanggungjawaban pemerintah dalam
pengelolaan sumber daya yang dipercayakan kepadanya dan ketaatannya pada
peraturan perundang-undangan.
Selanjutnya Halim (2002), mengemukakan bahwa akuntabilitas adalah
pertanggung jawaban yang dilakukan oleh seseorang atau suatu lembaga atas
segala tindakannya yang ditujukan kepada yang memberi wewenang. Menurut
Peraturan-Pemerintah No. 24 tahun 2005 tentang Standar Akuntansi
Pemerintahan, menyatakan bahwa akuntabilitas adalah
8

mempertanggungjawabkan pengelolaan sumber daya serta pelaksanaan


kebijakan yang dipercayakan kepada entitas pelaporan dalam mencapai tujuan
yang telah ditetapkan secara periodik.

E.
9

BAB III
PEMBAHASAN

A. Perlunya Reformasi Keuangan Kota Bengkulu


Pemerintah pusat/daerah berkewajiban untuk memberikan informasi
keuangan yang akan digunakan untuk pengambilan keputusan ekonomi,
sosial, dan politik oleh pihak-pihak yang berkepentingan. Tujuan umum
laporan keuangan adalah menyajikan informasi mengenai posisi keuangan,
realisasi anggaran, arus kas, dan kinerja keuangan suatu entitas pelaporan
yang bermanfaat bagi para pengguna dalam membuat dan mengevaluasi

keputusan mengenai alokasi sumber daya.


Reformasi pengelolaan keuangan daerah ditandai dengan terbitnya
berbagai peraturan baru di bidang pengelolaan keuangan negara dan
daerah,diantaranya adalah : Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 105 tahun 2000
yang sudah diganti dengan PP Nomor 58 Tahun 2005; PP Nomor 24 tahun
2005; paket UU di bidang keuangan negara yang terdiri dari UU nomor 17
Tahun 2003 UU Nomor 1 Tahun 2004, serta UU Nomor 25 tahun 2004.
Reformasi pengelolaan keuangan daerah tersebut mengakibatkan terjadinya
perubahan yang mendasar pada pengelolaan keuangan negara atau daerah
(Rohman, 2007).
Di dalam undang-undang mengenai keuangan negara, terdapat
penegasan di bidang pengelolaan keuangan, yaitu bahwa kekuasaan
pengelolaan negara adalah sebagai bagian dari kekuasaan pemerintah, dan
kekuasaan pengelolaan keuangan negara oleh presiden sebagaian diserahkan
pada gubernur/bupati/walikota selaku kepala pemerintahan daerah untuk
mengelola keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam
kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. Ketentuan tersebut
berimplikasi pada pengaturan pengelolaan keuangan daerah, yaitu bahwa
gubernur/bupati/walikota bertanggung jawab atas pengelolaan keuangan
daerah sebagai bagian dari kekuasaan pemerintah daerah (Darise, 2007).
10

Pelaksanaan kebijakan perencanaan dan pengelolaan keuangan daerah


Kota Bengkulucenderung belum berpihak pada kepentingan masyarakat secara
utuh.Baik itu untuk anggaran bersumber melalui APBD murni maupun dari
APBN yang disalurkan ke daerah.Tarik menarik kepentingan antara pihak
eksekutif dan legislatif membuat kondisi itu terjadi.Perang kepentingan
legislatif dan eksekutif semakin kentara atas sikap pejabat lembaga Pemda dan
DPRD yang tidak mau membeberkan program-program pada sumber
keuangan daerah itu secara transparan ke publik. Padahal APBD itu adalah
uang rakyat, dan rakyat berhak tahu untuk apa saja dan kemana saja uangnya
dibelanjakan.Hal ini tentunya dapat menjadi penyebab terjadinya berbagai
tindakan korupsi.
Oleh karena itu, untuk mencegah berbagai tindakan korupsi dalam
pengelolaan keuangan di Kota Bengkulu. Dalam acara Siraman Walikota
Bengkulu H. Ahmad Kanedi SH.MH memaparkan bahwa pihaknya telah
melakukan beberapa cara untuk mencegah terjadinya korupsi di lingkungan
Pemerintah Daerah Kota Bengkulu. Seperti meningkatkan penatausahaan
keuangan dengan menggunakan SIMDA keuangan serta melaksanakan lima
tertib, yaitu tertib perencanaan, pelaksanaan, administrasi, pengawasan dan
laporan bagi seluruh SKPD dilingkungan Pemerintah Daerah Kota Bengkulu.
Berdasarkan hal tersebut, maka reformasi pengelolaan keuangan di
Kota Bengkulu sangat diperlukan dalam rangka transparansi dan akuntabilitas
keuangan di Kota Bengkulu dengan menerapkan perubahan sistem akuntansi
keuangan daerah yang dapat menghasilkan informasi keuangan yang dapat
dipertanggungjawabkan kepada publik.
Hasil dari reformasi keuangan daerah di Kota Bengkulu adalah
diimplementasikannya pengelolaan keuangan dengan mengimplementasikan
akuntansi berbasis akrual. Hal ini dapat diketahui dari adanya
penyelenggaraan Sosialisasi Implementasi Akuntansi Berbasis Akrual dan
Implikasinya terhadap Opini Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Tahun
Anggaran 2015 oleh Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset
Daerah (DPPKA) Kota Bengkulu. Kegiatan sosialisasi ini diikuti oleh seluruh
Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Pemkot Bengkulu.
11

Kepala DPPKA Kota Bengkulu M. Sofyan, SE menerangkan basis


akrual merupakan suatu basis akuntansi. Basis akrual merupakan suatu basis
akuntansi dimana transaksi ekonomi atau peristiwa akuntansi diakui, dicatat,
dan disajikan dalam laporan keuangan pada saat terjadinya transaksi tersebut,
tanpa memperhatikan waktu kas diterima atau dibayarkan.Sementara itu,
Sekretaris Daerah Kota Bengkulu Marjon, M.Pd mengungkapkan kegiatan
sosialisasi implementasi Akuntansi Berbasis Akrual yang diselenggarakan
tersebut dapat memberikan gambaran yang utuh atas posisi keuangan
pemerintah daerah.

B. Perubahan Sistem Akuntansi Keuangan Daerah


Sebagaimana dipaparkan oleh Mahmudi (2002) untuk meningkatkan
transparansi dan akuntabilitas publik dalam rangka mendukung pelaksanaan
otonomi daerah dan desentralisasi fiskal, maka diperlukan reformasi akuntansi
sektor publik di Indonesia.Reformasi tersebut merupakan salah satu agenda
penting dari reformasi manajemen keuangan.Aspek yang diperlukan dlam
reformasi akuntansi terssebut adalah perlunya dimiliki standar akuntansi
pemerintahan dan perlunya dilakukan perubahan system akuntansi, yaitu
perubahan dari single entry menjadi double entry.
Pengaplikasian pencatatan transaksi dengan system double entry
ditujukan untuk menghasilkan laporan keuangan yang lebih mudah untuk
dilakukan audit (auditable) dan pelacakan (traceable) antara bukti transasksi,
catatan, dan keberadaan kekayaan, utang, dan ekuitas organisasi. Kedua hal
ini merupakan faktor utama untuk menghasilkan informasi keuangan yang
dapat dipertanggungjawabkan kepada publik.Dengan system double entry,
maka pengukuran kinerja dapat dilakukan secara lebih komprehesif.
Perubahan dari single entry menuju double entryakan lebih cepat
memberikan pengaruh terhadap penguatan akuntabilitas public apabila diikuti
dengan perubahan basisi pencatatan akuntansi. Selama ini, basis pencatatan
akuntansi yang digunakan pada hampir semua lembaga pemerintahan di
Indonesia adalah basis kas.Basis kas dinilai mengandung banyak
kelemahan.Memang setiap basis akuntansi yang digunakan masing-masing
12

memiliki keunggulan dan kelemahan. Namun, perubahan teknik akuntansi dari


basis kas menjadi akrual bertujuan agar pemerintah daerah dapat
menghasilkan laporan keuangan yang lebih dapat dipercaya, akurat,
koprehensif, dan relevan untuk pengambilan keputusan ekonomi, sosial, dan
politik.

C. Manfaat Sistem Akuntansi Keuangan Daerah dalam Mewujudkan


Transparansi dan Akuntabilitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah

Pemerintah dalam menjalankan transparansi dan akuntabilitas dituntut


untuk melakukan suatu sistem yang baik, termasuk dalam bidang sistem
akuntansi. Adapun manfaat dilakukannya Sistem Akuntansi Keuangan Daerah
(SAKD) adalah dapat menyelenggarakan prinsip akuntansi dan pelaporan
keuangan yang sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP).Prinsip
akuntansi dan pelaporan keuangan dimaksudkan sebagai ketentuan yang
dipahami dan ditaati oleh pembuat standar dalam penyusunan standar
akuntansi, oleh penyelenggara akuntansi dan pelaporan keuangan dalam
melakukan kegiatannya,serta pengguna laporan keuangan dalam memahami
laporan keuangan yang disajikan.
Atas pemahaman tersebut, maka prinsip akuntansi dan pelaporan
keuangan yang berdasarkan Peraturan-PemerintahNo. 24 Tahun 2005 Tentang
Standar Akuntansi Pemerintahan, bahwa prinsip akuntansi dan pelaporan
keuangan pemerintah adalah: a) basis akuntansi, b) prinsip nilai historis, c)
prinsip realisasi, d) prinsip substansi mengungguli bentuk formal, e) prinsip
periodisitas, f) prinsip konsistensi, g) prinsip pengungkapan lengkap, h)
prinsip penyajian wajar.
Basis akuntansi yang digunakan dalam laporan keuangan pemerintah
adalah basis kas untuk pengakuan pendapatan, belanja, dan pembiayaan dalam
Laporan Realisasi Anggaran dan basis akrual untuk pengakuan asset,
kewajiban,dan ekuitas dalam Neraca. Nilai historis dapat lebih diandalkan
daripada penilaian yang lain karena lebih objektif dan dapat diverifikasi.
Apabila hal tidak terdapat nilai historis, dapat digunakan nilai wajar aset atau
kewajiban terkait.
13

Bagi pemerintah, pendapatan yang tersediayang telah diotorisasikan


melalui anggaran pemerintah selama suatu tahun fiskal akan digunakan untuk
membayar hutang dan belanja dalam periode tersebut. Informasi dimaksudkan
untuk menyajikan dengan wajar transaksi atau peristiwa lain yang seharusnya
disajikan, maka transaksi atau peristiwa lain tersebutperlu dicatat dan
disajikan sesuai dengan substansi dan realitas ekonomi, dan bukan hanya
aspek formalitasnya saja.
Kegiatan akuntansi dan pelaporan keuangan entitas pelaporan perlu
dibagi-bagi menjadi periode-periode pelaporan sehingga kinerja entitas dapat
diukur dan posisi sumber daya yang dimilikinya dapat ditentukan.Periode
utama yang digunakan adalah tahunan.Namun, periodebulanan, triwulanan,
dan semesteran juga dianjurkan. Perlakuan akuntansi yang sama diterapkan
pada kejadian yang serupa dari periode ke periode oleh suatu entitas
pelaporan. Hal ini tidak berarti bahwa tidak boleh terjadi perubahan darisuatu
metode akuntansi ke metode akuntansi yang lain. Metode akuntansi yang
dipakai dapat diubah dengan syarat bahwa metode yang baru diterapkan
mampu memberikan informasi yang lebih baik dibanding metode lama.
Laporan keuangan menyajikan secaralengkap informasi yang
dibutuhkan oleh pengguna.Informasi yang dibutuhkan oleh pengguna laporan
keuangan dapat ditempatkan pada lembar muka laporankeuangan atau catatan
atas laporan keuangan.Laporan keuangan menyajikandengan wajar laporan
realisasi anggaran, neraca, laporan arus kas, dan catatan atas laporan
keuangan, bahkan ketika menghadapi ketidakpastian peristiwa dan keadaan
tertentu.
Oleh karena itu, apabila dalam pelaksanaan Sistem Akuntansi
Keuangan Daerah (SAKD) tidak sesuai dengan prinsip akuntansi dan
pelaporan keuangan yang berdasar pada SAP dapat dikatakan bahwa Sistem
Akuntansi Keuangan Daerah (SAKD) tidak bermanfaat.
14

Halim (2002), mengemukakan bahwa tujuan akuntansi pemerintahan


adalah:
1. Pertanggungjawaban (accountability and stewardship)
Pertanggungjawaban memiliki arti memberikan informasi
keuangan yanglengkap, cermat, dalam bentuk dan waktu yang tepat, yang
berguna bagi pihak yang bertanggungjawab yang barkaitan dengan operasi
unit-unit pemerintahan.
2. Manajerial
Manajerial berarti bahwa akuntansi pemerintahan harus
menyediakan informasi keuangan yang diperlukan untuk perencanaan,
penganggaran, pelaksanaan, pemantauan, pengendalian anggaran,
perumusan kebijaksanaan, dan pengambilan keputusan, serta penilaian
kinerja pemerintah.
3. Pengawasan
Pengawasan memiliki arti bahwa akuntansi pemerintah harus
memungkinkan terselenggaranya pemeriksaan oleh aparat pengawasan
fungsional secara efektif dan efisien.

Tujuan utama dari akuntabilitas ditekankan karena setiap pengelola


atau manajemen dapat menyampaikan akuntabilitas keuangan dalam suatu
laporan keuangan.Manajerial ditujukan untuk perencanaan dan strategi dalam
rangka pencapaian sasaran yang sesuai dengan undang-undang, efisien,
efektif, dan ekonomis.Akuntansi keuangan pemerintah diadakan untuk
melakukan pengawasan pengurusan keuangan negara dan daerah dengan lebih
mudah oleh aparat pemeriksa.
Pada pemerintah daerah, ketiga tujuan tersebut mampu dipenuhi oleh
akuntansi dalam prakteknya melalui sistem akuntansi keuangan daerah,
sehingga manfaat atas dilaksanakannya sistem akuntansi keuangan daerah
tersebut diharapkan dapat mewujudkan transparansi dan akuntabilitas laporan
keuangan pemerintah daerah.
15

BAB IV
PENUTUP

Berdasarkan uraian mengenai system akuntansi dan manfaat sistem


akuntansi bagi transparansi dan akuntabilitas keuangan daerah, maka Pemerintah
Kota Bengkulu peerlu menerapkan perubahan sistem akuntansi sehingga
reformasi keuangan daerah dapat tercapai dengan adanya transparansi dan
akuntabilitas dari laporan keuangan daerah. Manfaat sistem akuntansi bagi
transparansi dan akuntabilitas antara lain adalah: 1) memberikan kemudahan
dalam pertanggungjawaban dengan memberikan informasi keuangan
yanglengkap, cermat, dalam bentuk dan waktu yang tepat; 2) manajerial yang
baik, dimana akuntansi pemerintahan harus menyediakan informasi keuangan
yang diperlukan untuk perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, pemantauan,
pengendalian anggaran, perumusan kebijaksanaan, dan pengambilan keputusan,
serta penilaian kinerja pemerintah; 3) dan memudahkan pengawasan, dimana
akuntansi pemerintah harus memungkinkan terselenggaranya pemeriksaan oleh
aparat pengawasan fungsional secara efektif dan efisien.
16

DAFTAR PUSTAKA

Arif, Bahtiar dkk, 2002.Akuntansi Pemerintahan. Jakarta: Salemba Empat.


Bastian, Indra dan Soepriyanto.2002. Sistem Akuntansi Sektor Publik. Jakarta:
Salemba Empat. Jakarta.
Bengkulu Ekspres. 2013. KPK: Korupsi Jadi Peluang Bisnis.
http://bengkuluekspress.com/kpk-korupsi-jadi-peluang-bisnis/. Diunduh
Tanggal 9 Februari 2017.
Darise, Nurlan. 2007. Pengelolaan Keuangan Daerah. Jakarta: PT. Indeks.
Fatah, Saifullah, 2002. Pengantar Manajemen Keuangan. Edisi Pertama. Jakarta:
Kencana.
Halim, Abdul. 2002. Akuntansi Keuangan Daerah. Jakarta: Penerbit Salemba.
Mahmudi. 2011. Manajemen Keuangan Daerah. Jakarta: Erlangga.
Mulyadi.2001. Sistem Akuntansi, Edisi Ketiga, Cetakan Ketiga, Penerbit. Jakarta:
Salemba Empat.
Pemerintah Kota Bengkulu. 2015. Sosialisasi Kebijakan Akuntansi Pemerintah
Berbasis Akrual Bagi Pengguna Anggaran
Sukmana, Wawan dan Lia Anggarsari.2009. Pengaruh Pengawasan Intern Dan
Pelaksanaan Sistem Akuntansi Keuangan Daerah Terhadap Kinerja
Pemerintah Daerah (Survei Pada Satuan Kerja Perangkat Daerah Kota
Tasikmalaya).Jurnal Akuntansi FE Unsil, Vol. 4, No. 1, 2009.
Werimon, Simson., dkk. 2007. Pengaruh Partisipasi Masyarakat dan
Transparansi Kebijakan Publik Terhadap Hubungan Antara Pengetahuan
Dewan Tentang Anggaran Dengan Pengawasan Keuangan Daerah
(APBD).Simposium Nasional Akuntansi X Makassar.

Anda mungkin juga menyukai