Anda di halaman 1dari 108

1

PENGARUH SISTEM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN


IMPLEMENTASI SISTEM AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH TERHADAP
FUNGSI PENGAWASAN KEUANGAN DAERAH PADA KANTOR BADAN
PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DAERAH KABUPATEN SUMBAWA

Kelompok 2
2

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia memasuki era otonomi daerah lebih mendasar daripada berbagai

paket kebijakan serupa di masa-masa lalu. Menurut Undang-Undang No 23 Tahun

2014, yang dimaksud dengan otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan

kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan

Pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat dalam sistem Negara

Kesatuan Republik Indonesia. Inti dari penyelenggaraan otonomi daerah adalah

terdapatnya keleluasaan pemerintah daerah untuk menyelenggarakan

pemerintahan sendiri atas dasar prakarsa dan kreatifitas.

Pemerintah daerah selaku pengelola dana publik harus mampu menyediakan

informasi keuangan yang diperlukan secara akurat, relevan, tepat waktu dan dapat

dipercaya sehingga dituntut untuk memiliki sistem informasi yang andal. Dalam

rangka memantapkan otonomi daerah dan desentralisasi, Pemerintah Daerah

hendaknya sudah mulai memikirkan investasi untuk pengembangan sistem

informasi akuntansi (Wahyundaru, 2001).

“Agar otonomi daerah dapat dilaksanakan sejalan dengan tujuan yang hendak
dicapai maka pemerintah wajib melakukan pembinaan berupa pemberian
pedoman, seperti dalam penelitian, pengembangan, perencanaan, dan
pengawasan. Disinilah pimpinan daerah memegang peran sangat penting
dalam mengelola dan memajukan daerah yang dipimpinnya. Perencanaan
strategis sangat vital, karena disanalah akan terlihat dengan jelas peran kepala
daerah dalam mengkoordinasikan semua unit kerjanya. Betapapun besarnya
potensi suatu daerah, tidak akan optimal pemanfaatannya bila
Bupati/Walikota tidak mengetahui bagaimana mengelolanya. Sebaliknya
meskipun potensi suatu daerah kurang, tetapi dengan strategi yang tepat untuk
memanfaatkan bantuan dari pusat dalam memberdayakan daerahnya,

1
3

maka akan semakin meningkatkan kemampuan sumber daya manusia yang


ada. Sebagaimana dijelaskan pada pasal 156 ayat 1 UU Nomor 32 Tahun
2004, kepala daerah adalah pemegang kekuasaan keuangan daerah. Untuk
itulah, perlu kecakapan yang tinggi bagi pimpinan daerah agar pengelolaan
dan terutama alokasi dari keuangan daerah dilakukan secara efektif dan
efisien guna mencapai tujuan-tujuan pembangunan daerah” (Yuwono, dkk
2005).

Implementasi sejumlah perangkat perundang-undangan di bidang

pemerintahan daerah belum bisa dijadikan acuan utama dalam mewujudkan good

public governance, khususnya di bidang pengelolaan keuangan daerah dan

pelayanan publik, tetapi masih membutuhkan pengkajian yang lebih mendalam,

khususnya menyangkut pengawasan, pemahaman mengenai sistem akuntansi

keuangan daerah serta manajemen atau pengelolaan keuangan daerah dalam

kaitannya dengan pelayanan publik. Dalam hal ini unit satuan kerja dipandang

memiliki peranan utama dalam operasional roda pemerintahan di daerah, karena

unit satuan kerja merupakan pusat-pusat pertanggungjawaban pemerintah daerah

dan relatif lebih banyak melaksanakan tugas operasional pemerintahan dan lebih

banyak mengkonsumsi sumber daya, yang tentunya harus diperuntukkan dan

dipertanggungjawabkan pada kepentingan publik. Salah satu perubahan mendasar

dalam manajemen keuangan daerah pasca reformasi keuangan daerah adalah

perubahan sistem akuntansi pemerintah pusat dan daerah. Inti dari perubahan

tersebut adalah tuntutan dilaksanakannya akuntansi dalam pengelolaan keuangan

daerah oleh pemerintah, baik pemerintah daerah, provinsi maupun kabupaten dan

kota, bukan pembukuan seperti yang dilaksanakan selama ini (Halim, 2002:61).

Pengelolaan keuangan daerah yang baik perlu ditunjang oleh pemahaman

sistem akuntansi keuangan daerah yang baik agar penatausahaan keuangan di


4

daerah memiliki akurasi dan akuntabilitas yang tinggi. Selain itu, pemahaman atas

akuntansi keuangan daerah juga merupakan salah satu dimensi penting yang tidak

kalah pentingnya dalam pengelolaan keuangan daerah. Alokasi anggaran publik

dilakukan pengawasan dengan baik yang tercermin dalam anggaran pendapatan

daerah (APBD) dapat diperuntukkan untuk kepentingan publik.Penerapan atas

sistem akuntansi keungan daerah akan berdampak pada pengelolaan keuangan

daerah terkait dengan alokasi anggaran publik tersebut memiliki akan berperan

penting pada kinerja stewardships, kinerja manajer dan organisasi dalam

kepemerintahan (Tausikal, 2009:26; Hay,1997) dengan tingkat akurasi dan

akuntabilitas manajemen keuangan daerah sangat tergantung dari peran

pengawasan internal pada APBD yang diperuntukan untuk kepentingan

masyarakat umum. Sesuai dengan pendapat Suwardjono (2005:11) menegaskan

bahwa akuntansi akan mempunyai peran yang nyata kalau informasi yang

dihasilkan oleh akuntansi dapat mengendalikan perilaku pengambil keputusan

ekonomik untuk bertindak menuju ke suatu pencapaian tujuan sosial dan

ekonomik negara. Salah satu tujuan ekonomik negara adalah alokasi sumber daya

ekonomi secara efisien. Pelaporan keuangan (financial reporting) sebagai sistem

nasional harus direkayasa dengan seksama untuk pengendalian alokasi tersebut

automatis melalui mekanisme pasar yang berlaku. Kebijakan pemerintah yang

secara langsung mempengaruhi perilaku pengambil keputusan ekonomik jelas

merupakan faktor yang tidak dapat diabaikan dalam alokasi sumber daya

ekonomik. Pengendalian secara otomatis dapat dicapai melalui standar akuntansi

yang merupakan cara tertentu sebagai akhir dari proses perekayasaan.


5

Agar akuntansi dapat dijadikan salah satu alat dalam mengendalikan roda

pemerintahan, akuntansi harus dipahami secara memadai oleh penyedia informasi

keuangan. Sebagai alat kontrol dan alat untuk mencapai tujuan pemerintah, dari

kacamata akuntansi, khususnya sistem akuntansi keuangan, akuntansi harus dapat

berperan dalam mengendalikan roda pemerintahan dalam bentuk pengelolaan

keuangan daerah berdasarkan aturan yang berlaku (Suwardjono, 2005 dalam

Tuasikal, 2009).

Selama ini ada anggapan bahwa lembaga pemeriksa fungsional eksternal

tidak mampu mengemban fungsinya dengan efektif, demikian juga lembaga

pemeriksa fungsional intern yang berlapis-lapis pada umumnya tidak mampu

menjalankan fungsinya dengan baik (Damanik, 2001:43). Terdapat beberapa

peneliti yang telah melakukan penelitian tentang Pengaruh Sistem Pengelolaan

Keuangan Daerah dan Implementasi Sistem Akuntansi Keuangan Daerah.

Penelitian yang dilakukan oleh Andiani (2012) mengatakan bahwa pemerintah

daerah merasa bahwa audit yang dilakukan terlalu banyak sehingga terjadi

tumpang tindih audit finansial yang dilakukan oleh aparat pemeriksa fungsional

intern maupun ekstern. Tumpang tindih tersebut telah berjalan bertahun-tahun dan

terus-menerus sehingga auditee lebih merasakannya sebagai beban daripada

bantuan dalam pelaksanaan manajemen pemerintahan. Di samping itu, aparat

pemeriksa fungsional pemerintah di daerah dalam menjalankan tugasnya sering

mengalami hambatan-hambatan misalnya budaya kurang transparansinya laporan

keuangan daerah, terbatasnya team monitoring dalam perencanaan penyusunan

sistem akuntansi keuangan pemerintah daerah.


6

Setyawan (2002) melakukan penelitian tentang pengukuran kinerja anggaran

keuangan daerah pemerintah Kota Malang dilihat dari perspektif akuntanbilitas.

Penelitian ini menggunakan analisis rasio keuangan akuntabilitas kinerja

(performance accountability). Analisis rasio keuangan daerah yang digunakan

terdiri dari rasio kemandirian, rasio efektivitas dan efisiensi, rasio keserasian,

Debt Service Coverage Ratio (DSCR), dan rasio pertumbuhan. Hasil penelitiannya

menunjukkan bahwa: (1) Ketergantungan daerah masih tinggi, terutama terhadap

penerimaan dari bantuan pemerintah pusat berupa DAU (Dana Alokasi Khusus);

(2) Dilihat dari analisis rasio efisiensi, kinerja pemerintah dalam memungut pajak

daerah sudah efisien yang ditandai dengan trend rasio yang semakin menurun dari

tahun ke tahun; (3) Berdasarkan analisis aktivitas/keserasian menunjukkan dana

APBD masih banyak digunakan untuk kegiatan operasional yang bersifat rutin,

sedangkan untuk belanja pembangunan relatif kecil sehingga dapat dikatakan

belum optimal; dan (4) Berdasarkan rasio pertumbuhan menunjukkan bahwa

belanja yang dikeluarkan dari tahun ke tahun cenderung semakin besar, kecuali

pada tahun anggaran 2000, namun pada posisi pendapatan dari tahun ke tahun

semakin menurun, sehingga berakibat pada surplus anggaran.

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Abdul Rohman (2009) menggunakan

variabel pengawasan dan kinerja pemerintah daerah sebagai variabel

dependennya, sedangkanpada penelitian yang dilakukan oleh Novi Andiani

(2012) menggunakan pengawasan keuangan daerah sebagai variabel dependenya.

Dan juga pada penelitian yang dilakukan oleh Vivid Annisa (2017) menggunakan

kinerja pemerintah daerah sebagai variabel dependennya.


7

Penelitian yang dilakukan oleh Abdul Rohman (2009) dan Novi Andiani

(2012) menggunakan variabel implementasi sistem akuntansi dan pengelolaan

keuangan daerah sebagai variabel independen, sedangkan penelitian yang

dilakukan oleh Vivid Annisa (2017) menambahkan variabel Good Governance

sebagai variabel independennya, selain variabel implementasi sistem akuntansi

dan pengelolaan keuangan daerah.

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas maka penulis

tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Sistem

Pengelolaan Keuangan Daerah Dan Implementasi Sistem Akuntansi

Keuangan Daerah Terhadap Fungsi Pengawasan Keuangan Daerah Pada

Kantor Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten

Sumbawa.”

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka yang menjadi

permasalahan dalam penelitian ini adalah:

1. Apakah sistem pengelolaan keuangan daerah berpengaruh terhadap fungsi

pengawasan keuangan daerah pada kantor BPKAD Kabupaten Sumbawa?

2. Apakah implementasi sistem akuntansi keuangan daerah berpengaruh terhadap

fungsi pengawasan keuangan daerah pada kantor BPKAD Kabupaten

Sumbawa?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah disebutkan, maka tujuan penelitian

ini adalah untuk mengetahui:


8

1. Untuk mengetahui pengaruh pengelolaan keuangan daerah terhadap fungsi

pengawasan keuangan daerah pada kantor BPKAD Kabupaten Sumbawa.

2. Untuk mengetahui implementasi sistem akuntansi keuangan daerah terhadap

fungsi pengawasan keuangan daerah pada kantor BPKAD Kabupaten

Sumbawa.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Akademis

Memenuhi persyaratan untuk memperoleh gelar sarjana (S1) Akuntansi

pada Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) AMM Mataram.

1.4.2 Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperbaiki teori yang sudah

ada, menjelaskan teori yang sudah ada ke fenomena baru atau menemukan

teori baru dalam pengembangan ilmu bidang studi yang membahas

mengenai akuntansi keuangan khususnya sistem pengelolaan keuangan

daerah dan implementasi sistem akuntansi keuangan daerah terhadap fungsi

pengawasan keuangan daerah.

1.4.3 Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan diharapkan dapat membantu Pemerintah

untuk memperbaiki masalah-masalah yang ada mengenai sistem

pengelolaan keuangan daerah, sistem akuntansi keuangan daerah, dan fungsi

pengawasan keuangan daerah. Dan juga menunjukkan bahwa hasil dari

penelitian dapat digunakan secara nyata atau dapat digunakan untuk

memperbaiki praktik yang sudah ada dan akan menjadi lebih baik.
9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah merupakan unsur penunjang

Pemerintah Daerah di Bidang pengelolaan keuangan dan aset daerah. Badan

Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Sumbawa atau yang lebih

dikenal dengan BPKAD Kabupaten Sumbawa merupakan penggabungan dari

Dinas Pendapatan, Bagian Keuangan dan Pengelolaan Aset Daerah dalam suatu

badan bernama Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah (BPKAD).

Penggabungan dinas, bagian dan unit kerja ini diamanatkan dalam Permendagri

Nomor 13 Tahun 2006. Dengan terbentuknya BPKAD diharapkan akan terwujud

efektivitas dan efisien pelayanan keuangan, begitu juga dengan pengelolaan aset.

2.1.1 Tugas dan Fungsi BPKAD

Sebagai Lembaga Teknis Daerah, BPKAD mempunyai tugas

membantu Bupati dalam melaksanakan penyusunan dan kebijakan daerah di

Bidang Pengelolaan Keuangan dan Aset. 

Dalam melaksanakan tugas dimaksud BPKAD menyelenggarakan

fungsi: 

1. Perumusan kebijakan teknis di bidang pengelolaan keuangandan aset, 

2. Penyusunan laoran neraca pengelolaan keuangan dan aset daerah sesuai

dengan,

3. Pengkoordinasian dan pembinaan pelaskanaan tuas di bidang

pengelolaan keuangan dan aset, 

8
10

4. Pemberian dukungan atas penyelenggaraan pemerintahan daerah di

bidang pengelolaan keuangan dan aset, 

5. Penyelesaian sengketa aset, 

6. Pengendalian dan evaluasi pelaskanaaan tugas di bidang pengelolaan

keuangan dan aset, 

7. Pengendalian dan evaluasi pelaksanaan tugas di bidang pengelolaan

keuangan dan aset, 

8. Pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan pengelolaan keuangan dan

aset daerah kabupaten/kota sesuai peraturan perunang-undangan, dan 

9. Pelaksanaan tuas lain yang diberikan oleh atasan.

2.1.2 Keuangan Daerah

Keuangan daerah merupakan bagian integral dari keuangan negara

dalam pengalokasian sumber-sumber ekonomi, pemerataan hasil-hasil

pembangunan dan menciptakan stabilitas ekonomi guna stabilitas sosial

politik. Peranan keuangan daerah menjadi semakin penting karena adanya

keterbatasan dana yang dapat dialihkan ke daerah berupa subsidi dan

bantuan. Selain itu juga karena semakin kompleksnya persoalan yang

dihadapi daerah yang pemecahannya membutuhkan partisipasi aktif dari

masyarakat di daerah. Peranan keuangan daerah akan dapat meningkatkan

kesiapan daerah untuk mendorong terwujudnya otonomi daerah yang lebih

nyata dan bertanggungjawab Tobi (2016) dalam Huda dkk (2017).

Mamesah dalam Halim (2004) mengemukakan bahwa keuangan negara

ialah semua hak dan kewajiban yang dapat dinilai dengan uang, demikian
11

pula segala sesuatu baik berupa uang maupun barang yang dapat dijadikan

kekayaan negara berhubungan dengan pelaksanaan hak dan kewajiban

tersebut. Kekayaan daerah ini sepanjang belum dimiliki atau dikuasai oleh

negara atau daerah yang lebih tinggi, serta pihak-pihak lain sesuai dengan

ketentuan dan peraturan perundangan yang berlaku.

Pemerintah daerah sebagai sebuah institusi publik dalam kegiatan

pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan memerlukan sumber dana

atau modal untuk dapat membiayai pengeluaran pemerintah tersebut

(goverment expenditure) terhadap barang-barang publik (public goods) dan

jasa pelayanan. Tugas ini berkaitan erat dengan kebijakan anggaran

pemerintah yang meliputi penerimaan dan pengeluaran.

Pemerintah dalam melaksanakan otonomi daerah yang luas, nyata dan

bertanggungjawab memerlukan dana yang cukup dan terus meningkat

sesuai dengan meningkatnya tuntutan masyarakat, kegiatan pemerintahan

dan pembangunan. Dana tersebut diperoleh melalui kemampuan menggali

sumber-sumber keuangan sendiri yang didukung oleh perimbangan

keuangan pusat dan daerah sebagai sumber pembiayaan. Oleh karena itu,

keuangan daerah merupakan tolak ukur bagi penentuan kapasitas dalam

menyelenggarakan tugas-tugas otonomi, di samping tolak ukur lain seperti

kemampuan sumber daya alam, kondisi demografi, potensi daerah, serta

partisipasi masyarakat.

Dalam upaya pemberdayaan pemerintah daerah saat ini, akan perspektif

perubahan yang diinginkan dalam pengelolaan keuangan daerah dan


12

anggaran daerah adalah sebagai berikut Mardiasmo (2000:3) dalam Mianti

(2014):

1) Pengelolaan keuangan daerah harus bertumpu pada kepentingan publik

(public oriented). Hal tersebut tidak hanya terlihat dari besarnya

pengalokasian anggaran untuk kepentingan publik, tetapi juga terlihat

dari besarnya partisipasi masyarakat (DPRD) dalam perencanaan,

pelaksanaan dan pengawasan daerah.

2) Kejelasan tentang misi pengelolaan keuangan daerah pada umumnya

dan anggaran daerah pada khususnya.

3) Desentralisasi pengelolaan keuangan dan kejelasan peran serta dari

partisipasi yang terkait dalam pengelolaan anggaran, seperti: DPRD,

Kepala Daerah, Sekda dan perangkat daerah lainnya.

4) Kerangka hukum dan administrasi atas pembiayaan, investasi dan

pengelolaan keuangan daerah berdasarkan kaidah mekanisme pasar,

value for money, transparansi dan akuntabilitas.

5) Kejelasan tentang kedudukan keuangan DPRD, Kepala Daerah, dan

PNS, baik rasio maupun dasar pertimbangannya.

6) Ketentuan tentang bentuk dan struktur anggaran, anggaran kinerja dan

anggaran multi tahunan.

7) Prinsip pengadaan dan pengelolaan barang-barang daerah yang lebih

profesional.

8) Prinsip akuntansi pemerintah daerah, laporan keuangan, peran DPRD,

peran akuntan publik dalam pengawasan, pemberian opini dan rating


13

kinerja anggaran, serta transparansi informasi anggaran kepada publik.

9) Aspek pembinaan dan pengawasan yang meliputi batasan pembinaan,

peran asosiasi dan peran anggota masyarakat guna pengembangan

profesionalisme aparat pemerintah daerah.

10) Pengembangan sistem informasi keuangan daerah untuk menyediakan

informasi anggaran yang akurat dan komitmen pemerintah daerah

terhadap penyebarluasan informasi, sehingga memudahkan pelaporan

dan pengendalian, serta mempermudah mendapatkan informasi.

2.1.2.1 Pengertian Keuangan Daerah

Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 58

Tahun 2005 Pasal 1 ayat 5 tentang Keuangan Daerah dijelaskan bahwa

keuangan daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah dalam rangka

penyelenggaraan pemerintahan daerah yang dapat dinilai dengan uang

termasuk didalamnya segala bentuk kekayaan yang berhubungan

dengan hak dan kewajiban daerah tersebut.

Menurut Bratakusumah & Solihin (2004:379) dalam Asih (2012)

keuangan daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah dalam rangka

penyelenggaraan pemerintahan daerah yang dapat dinilai dengan uang

termasuk di dalamnya segala bentuk kekayaan yang berhubungan

dengan hak dan kekayaan yang berhubungan dengan hak dan kewajiban

daerah tersebut, dalam kerangka Anggaran Pendapatan dan Belanja

Daerah (APBD).
14

Sedangkan menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21

Tahun 2011 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah,

keuangan daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah dalam rangka

penyelenggaraan pemerintahan daerah yang dapat dinilai dengan uang

termasuk di dalamnya segala bentuk kekayaan yang berhubungan

dengan hak dan kewajiban daerah tersebut.

2.1.2.2 Ruang Lingkup Keuangan Daerah

Ruang lingkup keuangan daerah berdarkan pasal 2 Peraturan

Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan

Daerah meliputi:

1. Hak daerah untuk memungut pajak daerah dan retribusi daerah serta

melakukan pinjaman;

2. Kewajiban daerah untuk menyelenggarakan urusan pemerintahan

daerah dan membayar tagihan pihak ketiga;

3. Penerimaan daerah;

4. Pengeluaran daerah;

5. Kekayaan daerah yang dikelola sendiri atau oleh pihak lain berupa

uang, surat berharga, piutang, barang, serta hak-hak lain yang dapat

dinilai dengan uang, termasuk kekayaan yang dipisahkan pada

perusahaan daerah;

6. Kekayaan pihak lain yang dikuasai oleh pemerintah daerah dalam

rangka penyelenggaraan tugas pemerintahan daerah dan/atau

kepentingan umum.
15

2.1.3 Pengelolaan Keuangan Daerah

2.1.3.1 Pengertian Pengelolaan Keungan Daerah

Permendagri 59 Tahun 2007 yang merupakan perubahan atas

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang

Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, menyatakan bahwa

keuangan daerah adalah sebagai berikut: “Pengelolaan keuangan

daerah adalah keseluruhan kegiatan yang meliputi perencanaan,

pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, pertanggungjawaban dan

pengawasan keuangan daerah”. Sedangkan, Peraturan Pemerintah

Nomor 58 Tahun 2005 menyebutkan bahwa Keuangan daerah adalah

semua hak yang dapat dinilai dengan uang termasuk didalamnya

segala bentuk kekayaan yang berhubungan dengan hak dan

kewajiban daerah tersebut. Sehingga dapat disimpulkan pengelolaan

keuangan daerah adalah semua kegiatan pemerintah daerah yang

dapat dinilai dengan uang yang dikelolah sesuai dengan peraturan

pemerintah yang berlaku.

Devas dalam Halim dan Rohman (2009) mengemukakan, bahwa

tujuan utama dari pengelolaan keuangan daerah adalah

pertanggungjawaban, mampu memenuhi kewajiban, kejujuran, hasil

guna, dan daya guna kegiatan daerah serta pengendalian petugas

keuangan pemerintah daerah. Halim dan Rohman (2008)

menyatakan bahwa pengelolaan keuangan yang berorientasi pada

kinerja menunjukan adanya akuntabilitas kineja yang terdapat


16

keterkaitan antara sasaran strategis yang ingin dicapai dan jumlah

dana yang dialokasikan. Maka dapat diasumsikan bahwa

pengelolaan keuangan daerah yang baik akan berperpengaruh

terhadap kinerja keuangan pemerintah daerah.

2.1.3.2 Fungsi Pengelolaan Keuangan Daerah

Fungsi manajemen terbagi atas tiga tahapan utama, yaitu:

1. Adanya proses perencanaan;

2. Adanya tahapan pelaksanaan; dan

3. Adanya tahapan pengendalian/pengawasan.

Oleh karena itu fungsi pengelolaan keuangan daerah terdiri dari

unsur-unsur pelaksanaan tugas yang dapat terdiri dari tugas

{(Bahrullah Akbar, 2002) dalam (Askar, 2015)}:

1. Pengalokasian potensi sumber-sumber ekonomi daerah;

2. Proses Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah;

3. Tolak ukur kinerja dan standarisasi;

4. Pelaksanaan anggaran yang sesuai dengan prinsip-prinsip

akuntansi;

5. Laporan pertanggungjawaban keuangan kepala daerah; dan

6. Pengendalian dan pengawasan keuangan daerah.

2.1.3.3 Prinsip Pengelolaan Keuangan Daerah

Menurut Chabib sholeh (2010:10) dalam Defitri (2018) prinsip-

prinsip pengelolaan keuangan yang diperlukan untuk mengontrol

kebijakan keuangan daerah meliputi:


17

1. Akuntabilitas

Akuntabilitas, mensyaratkan bahwa dalam mengambil suatu

keputusan hendaknya berperilaku sesuai dengan mandat yang

diterimanya. Kebijakan yang dihasilkan harus dapat diakses dan

dikomunikasikan secara vertikal maupun horizontal dengan baik,

yang mencakup kerugian daerah berkurangnya kekayaan daerah

berupa uang, surat berharga dan barang, yang nyata dan pasti

jumlahnya sebagai akibat perbuatan melawan hukum baik sengaja

maupun lalai.

2. Value for money

Indikasi keberhasilan pelaksanaan otonomi daerah dan

desentralisasi adalah terjadinya peningkatan pelayanan dan

kesejahteraan masyarakat yang semakin baik, kehidupan

demokrasi yang semakin maju, keadilan, pemerataan serta adanya

hubungan yang serasi antara pusat dan daerah serta antar daerah.

Keadilan tersebut hanya akan tercapai apabila penyelenggaraan

pemerintahan daerah dikelola dengan memperhatikan konsep

value for money, prinsip ini dioperasionalkan dalam pengelolaan

keuangan daerah dan anggaran daerah dengan ekonomis, efektif,

dan efisien.

3. Kejujuran dalam mengelola keuangan publik

Pengelolaan keuangan daerah harus dipercayakan kepada staf

yang memiliki integritas dan kejujuran yang tinggi, sehingga


18

kesempatan untuk korupsi dapat diminimalkan, yang mencakup

potensi kerugian daerah adalah suatu perbuatan melawan hukum

baik sengaja maupun lalai yang dapat mengakibatkan risiko

terjadinya kerugian di masa yang akan datang berupa

berkurangnya uang, surat berharga, dan pasti jumlahnya.

4. Transparansi

Transparansi merupakan keterbukaan pemerintah dalam

membuat kebijakan-kebijakan keuangan daerah sehingga dapat

diketahui dan diawasi oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

(DPRD) maupun masyarakat. Transparansi pengelolaan keuangan

daerah pada akhirnya akan menciptakan horizontal accountability

antara pemerintah daerah dengan masyarakatnya sehingga tercipta

pemerintah daerah yang bersih, efektif, efisien, akuntabel,

responsif terhadap aspirasi dan kepentingan masyarakat, yang

mencakup administrasi temuan mengungkap adanya

penyimpangan terhadap ketentuan yang berlaku baik dalam

pelaksanaan anggaran atau pengelolaan aset, tetapi penyimpangan

tersebut tidak mengakibatkan kerugian daerah atau potensi

kerugian daerah, tidak mengurangi hak daerah kekurangan

penerimaan, tidak menghambat program entitas, dan tidak

mengandung unsur indikasi tindak pidana.

5. Pengendalian

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) harus


19

sering dievaluasi yaitu dibandingkan antara yang dianggarkan

dengan yang dicapai. Untuk itu perlu dilakukan analisis varians

selisih terhadap pendapatan dan belanja daerah agar dapat

sesegera mungkin dicari penyebab timbulnya varians untuk

kemudian dilakukan tindakan antisipasi ke depan, yang mencakup

kekurangan penerimaan kerugian daerah adalah berkurangnya

kekayaan daerah berupa uang, surat berharga, dan barang, yang

nyata dan pasti jumlahnya sebagai akibat perbuatan melawan

hukum baik sengaja maupun lalai.

Prinsip-prinsip pengelolaan keuangan diperlukan untuk

mengontrol kebijakan keuangan daerah. Kebijakan yang dihasilkan

harus dapat diakses dan dikomunikasikan secara vertikal maupun

horizontal dengan pengelolaan keuangan daerah dan anggaran

daerah dengan ekonomis, efektif, dan efisien. Pengelolaan keuangan

daerah harus dipercayakan kepada staf yang memiliki integritas dan

kejujuran yang tinggi terhadap mandat yang telah diberikan dalam

hal pengelolaan keuangan daerah dan keterbukaan terhadap

kebijakan-kebijakan keuangan daerah sehingga dapat diketahui dan

diawasi oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) maupun

masyarakat serta dapat dibandingkan antara anggaran pendapatan

dan belanja daerah yang dianggarkan dengan yang dicapai.

2.1.4 Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah

2.1.4.1 Pemahaman Sistem Akuntansi Keuangan Daerah


20

Menurut Annisa (2017) Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah

adalah sistem terpadu yang menggabungkan prosedur manual

dengan proses elektronis dalam pengambilan data pembukuan dan

pelaporan semua transaksi keuangan, aset, utang dan ekuitas seluruh

entitas Pemerintah Daerah.

Pengertian Akuntansi sebagaimana dikemukakan oleh

Accounting Principle Board (APB) yang memandang akuntansi dari

sudut fungsinya sebagai berikut “Akuntansi adalah kegiatan jasa

fungsinya menyediakan informasi kualitatif terutama yang bersifat

keuangan tentang entitas ekonomi yang dimaksudkan agar berguna

dalam pengmbilan keputusan ekonomis dalam membuat pilihan-

pilihan yang nalar diantara berbagai alternatif arah tindakan”.

Menurut Halim (2004: 138) dalam Usman (2014) “Akuntansi

adalah sebuah kegiatan jasa. Fungsinya adalah menyediakan

informasi kuantitatif, terutama yang bersifat keuangan, tentang

entitas ekonomi yang dimaksudkan agar berguna dalam pengambilan

keputusan ekonomi. Dalam membuat pilihan-pilihan yang nalar

diantara berbagai alternatif tindakan”. Akuntansi meliputi beberapa

cabang, antara lain akuntansi keuangan, akuntansi manajemen dan

akuntansi pemerintahan.

Sedangkan menurut Carmen (2012) dalam Usman (2014)

“Accounting is a communication tool that favours communication

and dialogue between the internal and external-actorsll, which


21

imposes a permanent education and training”. Yang mana akuntansi

merupakan alat komunikasi yang mendukung komunikasi dan dialog

antara internal dan eksternal aktor yang menetapkan pendidikan

permanen dan pelatihan.

Hal ini terbukti bahwa akuntansi menjadi lebih diperlukan saat

ini, untuk menjalin komunikasi antara pihak eksternal dan internal

dari sebuah organisasi, dengan adanya sistem akuntansi maka

informasi dari sebuah organisasi tersedia dan dapat digunakan untuk

pengambilan keputusan baik pihak eksternal dan internal. Menurut

Mulyadi (2001:19) dalam Widyaningsih (2011), bahwa tujuan umum

pengembangan sistem akuntansi diantaranya adalah untuk

menyediakan informasi bagi pengelolaan kegiatan usaha baru dan

untuk memperbaiki informasi yang dihasilkan oleh sistem yang

sudah ada, baik mengenai mutu, ketepatan penyajian, maupun

struktur informasinya.

Dalam dunia akuntansi dikenal adanya akuntansi keuangan dan

akuntansi manajemen. Akuntansi keuangan adalah akuntansi yang

ditujukan untuk menyediakan informasi bagi pihak lain entitas

pembuat laporan keuangan. Sedangkan akuntansi manajemen adalah

akuntansi yang ditujukan untuk menyediakan informasi bagi pihak

dalam entitas pembuat laporan keuangan. Oleh karena itu akuntansi

keuangan daerah termasuk kedalam bagian akuntansi keuangan dan

akuntansi manajemen, hal ini disebabkan karena akuntansi keuangan


22

daerah menyediakan informasi bagi pihak luar dan dalam entitas

pembuat laporan keuangan {(Darise, 2009:28) dalam (Usman,

2014)}.

Menurut Halim (2012:40) dalam Usman (2014) akuntansi

keuangan daerah adalah proses pengidentifikasian, pengukuran,

pencatatan dan pelaporan transaksi ekonomi (keuangan) dari entitas

pemerintah daerah (Kabupaten, Kota atau Provinsi) yang dijadikan

sebagai informasi dalam rangka pengambilan keputusan ekonomi

oleh pihak-pihak eksternal entitas pemerintah daerah (Kabupaten,

Kota atau Provinsi). Sedangkan sistem akuntansi keuangan daerah

adalah prosedur-prosedur yang harus dilaksanakan untuk

menghasilkan informasi yang dibutuhkan oleh pihak-pihak didalam

dan diluar organisasi dari suatu entitas pemerintah daerah.

Organisasi bebas merancang dan menerapkan berbagai prosedur

yang diharapkan dapat menghasilkan informasi yang dibutuhkan.

Akan tetapi karena informasi yang harus disajikan kepada pihak-

pihak diluar organisasi telah diatur dalam Standar Akuntansi maka

organisasi harus merancang sistem akuntansinya yang dapat

menghasilkan laporan keuangan sebagaimana ditetapkan dalam

standar akuntansi untuk menghasilkan informasi yang sesuai dengan

standar akuntansi.

Menurut Permendagri No. 59 Tahun 2007 tentang Pedoman

Pengelolaan Keuangan Daerah Pasal 232 mengatakan bahwa sistem


23

akuntansi pemerintah daerah adalah serangkaian prosedur mulai dari

proses pengumpulan data, pencatatan, pengikhitisaran, sampai

dengan pelaporan keuangan dalam rangka pertanggungjawaban

pelaksanaan APBD yang dapat dilakukan secara manual atau

menggunakan aplikasi komputer.

Menurut Eko Hariyanto (2007:10) dalam Muthi (2012) bahwa

Sistem akuntansi keuangan daerah yaitu serangkaian secara

sistematik dari prosedur, penyelenggara, peralatan, dan elemen lain

untuk mewujudkan fungsi akuntansi sejak analisis transaksi sampai

dengan pelaporan keuangan di lingkungan organisasi pemerintah.

Sedangkan menurut Kepmendagri Nomor 29 tahun 2002

menyebutkan bahwa Sistem Akuntansi Keuangan Daerah adalah

Sistem akuntansi yang meliputi proses pencatatan, penggolongan,

penafsiran, peringkasan transaksi, atau kejadian keuangan serta

pelaporan keuangannya dalam rangka pelaksanaan APBD,

dilaksanakan sesuai dengan prinsip- prinsip akuntansi yang

berterima umum.

Dalam sistem akuntansi keuangan daerah, contoh inputnya

adalah bukti memorial, surat tanda setoran, dan surat perintah

membayar. Prosesnya adalah menggunakan catatan yang meliputi

buku jurnal umum, buku jurnal penerimaan kas, buku jurnal

pengeluaran kas, buku besar, dan buku pembantu. Sedangkan hasil

dari akuntansi keuangan daerah berupa laporan keuangan yang


24

meliputi Laporan Realisasi Anggaran (LRA)”. Neraca dan Catatan

atas Laporan Keuangan (CaLK) {(Nunuy, 2009:18 dalam Muthi,

2012)}.

Sistem akuntansi pemerintah daerah dilaksanakan oleh pejabat

pengelola keuangan daerah (PPKD), sedangkan sistem akuntansi

Satuan Kerja Perangkat Dinas (SKPD) dilakukan oleh PPK-SKPD.

Sistem akuntansi dapat dijelaskan secara rinci melalui siklus

akuntansi. Yang dimaksud siklus akuntansi adalah tahap-tahap yang

ada dalam sistem akuntansi. Menurut Sugiri (2001:13) dalam Halim

(2004:42). Tahap-tahap tersebut meliputi:

1. Mendokumentasikan transaksi keuangan dalam buku dan

melakukan analisis transaksi keuangan tersebut.

2. Mencatat transaksi keuangan dalam buku jurnal. Tahap ini

disebut menjurnal.

3. Meringkas dalam buku besar, transaksi-transaksi keuangan yang

sudah dijurnal. Tahap ini disebut posting atau mengakunkan.

4. Menentukan saldo-saldo buku besar di akhir periode dan

menuangka dalam neraca saldo.

5. Menyesuaikan buku besar pada informasi yang paling up-to-date

(mutakhir).

6. Menentukan saldo-saldo buku besar setelah penyesuaian dan

menuangkan dalam neraca saldo setelah penyesuaian (NSSP).

7. Menyususn laporan keuangan berdasarkan neraca saldo setelah


25

penyesuaian (NSSP).

8. Menutup buku besar.

9. Menentukan saldo-saldo buku besar dan menuangkannya dalam

neraca saldo setelah tutup buku.

Menurut Masasi (1978), Gylnn (1993) dalam Mardiasmo

(2004:147-148) menjelaskan bahwa aturan dasar sistem akuntansi

keuangan sebagai berikut:

1. Identifikasi

2. Pengklasifikasian

3. Adanya sistem pengendalian untuk menjamin reliabilitas

4. Menghitung pengaruh masing-masing operasi.

2.1.4.2 Prosedur Akuntansi Keuangan Daerah

Menurut (Halim, 2012:84) dalam (Usman, 2014) Menjelaskan

sistem akuntansi pemerintah daerah secara garis besar terdiri atas

empat prosedur akuntansi yaitu akuntansi penerimaan kas, akuntansi

pengeluaran kas, akuntasi selain kas, dan akuntansi asset, dan

disempurnakan oleh permendagri menjadi 5 prosedur sistem

akuntansi keuangan daerah yang meliputi sebagai berikut:

1. Prosedur Akuntansi Penerimaan Kas

Prosedur akuntansi penerimaan kas pada SKPKD adalah

serangkaian proses mulai dari pencatatan, pengikhitisaran, sampai

dengan pelaporan keuangan yangberkaitan dengan penerimaan

kas dalam rangka pertanggungjawaban pelaksanaan APBD yang


26

dapat dilakukan secara manual atau menggunakan aplikasi

komputer.

2. Prosedur Akuntansi Pengeluaran Kas

Prosedur akuntansi pengeluaran kas adalah serangkaian

proses, baik manual maupun terkomputerisasi, mulai dari

pencatatan, penggolongan dan peringkasan transaksi atau kejadian

keuangan, hingga pelaporan keuangan dalam rangka

pertanggungjawaban pelaksanaan APBD yang berkaitan dengan

pengeluaran kas pada SKPD dan/atau SKPKD.

3. Prosedur Akuntansi Aset Tetap/Barang Milik Daerah

Prosedur akuntansi asset adalah serangkaian proses, baik

manual maupun komputerisasi, mulai dari pencatatan dan

pelaporan akuntansi atas perolehan, hingga pemeliharaan,

rehabilitas, penghapusan, pemindah tanganan, perubahan

klasifikasi dan penyusutan terhadap asset yang

dikuasai/digunakan skpd atau SKPKD. Prosedur akuntansi asset

digunakan sebagai alat pengendali dalam pengelolan asset yang

dikuasai/digunakan SKPD atau SKPKD.

4. Prosedur Akuntansi Selain Kas

Prosedur akuntansi selain kas adalah serangkaian proses

mulai dari pencatatan, pengikhtisaran, sampai dengan pelaporan

keuangan yang berkaitan dengan semua transaksi atau kejadian

selain kas yang dapat dilakukan secara manual atau menggunakan


27

aplikasi komputer.

5. Penyajian Laporan Keuangan

Secara garis besar, tujuan umum penyajian laporan keuangan

oleh pemerintah daerah adalah untuk memberikan informasi yang

digunakan dalam pembuatan keputusan ekonomi, sosial dan

politik serta sebagai bukti pertanggungjawaban dan pengelolaan.

2.1.4.3 Ciri-Ciri Akuntansi Keuangan Daerah

Dalam Depkeu (2002:13) Akuntansi keuangan pemerintah

daerah merupakan bagian dari disiplin ilmu akuntansi yang

mempunyai ciri-ciri tersendiri berbeda dengan akuntansi komersial,

yaitu:

1. Tidak bertujuan untuk mengukur laba

Tujuan pemerintah daerah adalah memberikan pelayanan

kepada masyarakat, sehingga harus memberikan informasi

keuangan mengenai sumber-sumber yang digunakan untuk

pelayanan dan dari mana sumber-sumber tersebut diperoleh.

2. Tidak adanya kepentingan pemilik

Pemerintah tidak memiliki kekayaan sendiri sebagaimana

perusahaan. Bila aset melebihi hutang, maka kelebihan tersebut

tidak dapat dibagikan kepada rakyat sebagaimana layaknya badan

usaha komersial yang membagikan deviden pada akhir tahun

buku.

3. Adanya akuntansi anggaran


28

Akuntansi anggaran mencakup akuntansi atas estimasi

pendapatan, apropriasi, estimasi pendapatan yang dialokasikan,

otorisasi kredit anggaran (allotment) serta realisasi pendapatan

dan belanja untuk pembuatan laporan yang menunjukan atau

membuktikan ketaatan dengan syarat-syarat yang ditetapakan

dalam dokumen otorisasi kredit anggaran dan peraturan-peraturan

pelaksanaan anggaran yang berlaku.

Kerangka umum sistem akuntansi keuangan daerah adalah

sebagai berikut:

a. Satuan kerja memberikan dokumen-dokumen sumber (DS)

seperti Surat Perintah Membayar Uang (SPMU) dan Surat

Tanda Setoran (STS) dari transaksi keuangannya kepada unit

Keuangan Pemerintah Daerah.

b. Unit Pembukuan dan Unit Perhitungan melakukan pembukuan

bulanan (DS) tersebut dengan menggunakan komputer

akuntansi (komputer yang telah disiapkan untuk keperluan

akuntansi) termasuk perangkat lunak (software) akuntansi.

c. Dari proses akuntansi tersebut dihasilkan jurnal sekaligus yang

diposting ke dalam buku besar dan buku pembantu secara

otomatis untuk setiap satuan kerja.

d. Bila dokumen diatas telah diverivikasi dan benar maka

dilanjutkan dengan proses komputer untuk pembuatan Laporan

Pertanggungjawaban (LPJ).
29

e. LPJ dikirimkan kepada Kepala Daerah sebagai

pertanggungjawaban satuan kerja atas pelaksanaan anggaran,

satu copy dikirim kepada satuan kerja yang bersangkutan

untuk kebutuhan pertanggungjawaban dan manajemen, satu

copy untuk arsip unit perhitungan.

f. LPJ konsolidasi juga harus diberikan kepada Kepala Daerah

agar dapat mengetahui keseluruhan realisasi APBD pada suatu

periode.

Dalam sistem akuntansi keuangan daerah informasi yang

dihasilkan oleh proses akuntansi berdasarkan SAP baru (PP No

71/2010) terdiri dari:

1) Laporan Realisasi Anggaran

2) Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih (Laporan

perubahan SAL)

3) Neraca

4) Laporan Operasional (LO)

5) Laporan Arus Kas (LAK)

6) Laporan Perubahan Ekuitas (LPE)

7) Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK).

Selain tujuh bentuk unsur laporan keuangan yang dikemukakan di atas,

masing-masing daerah diharuskan menyampaikan informasi yang berkaitan

dengan keuangan daerah, yaitu laporan keuangan badan usaha milik daerah,

dan data yang berkaitan dengan kebutuhan dan potensi ekonomi daerah.
30

Data akuntansi yang dilaporkan, dikaitkan dengan data non finansial seperti

data statistik memungkinkan instansi pemerintah untuk menilai efisiensi,

sejauh mana sumber daya yang ada telah dimanfaatkan secara ekonomis dan

penilaian efektifitas suatu instansi tersebut memberikan pelayanan

maksimum dengan sumber yang tersedia, termasuk menilai apakah hasil

suatu program dapat mencapai konsekuensi-konsekuensi yang dituju.

2.1.5 Implementasi Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah

Implementasi sistem akuntansi pemerintahan merupakan suatu kondisi

yang menunjukkan kemudahan dan kemanfaatan sistem akuntansi

pemerintahan sebagai pedoman pokok dalam penyusunan dan penyajian

laporan keuangan pemerintah Mardiasmo (2002: 12) dalam Andiani (2012).

Dari pengertian tersebut, maka implementasi sistem akuntansi pemerintahan

terdiri dari dua dimensi yaitu: kemudahan dan kemanfaatan. Kemudahan

dan kemanfaatan implementasi sistem akuntansi pemerintahan

memungkinkan kebijakan akuntansi diterima semua pihak.

Sistem akuntansi sangat diperlukan untuk menjamin konsistensi dalam

pelaporan keuangan dan dapat dijadikan pedoman dalam menyajikan

informasi yang diperlukan berbagai pihak untuk berbagai kepentingan

(general purposes financial statements), karena sistem akuntansi

memberikan landasan tentang prosedur, teknik, dan metode yang layak

untuk merekam segala peristiwa penting kegiatan pemerintah.

Implementasi sistem akuntansi pemerintahan diharapkan mampu

menjamin bahwa segala peristiwa penting kegiatan pemerintah terekam


31

dengan baik dengan ukuran-ukuran yang jelas dan dapat diikhtisarkan

melalui proses akuntansi dalam bentuk laporan dimana bisa diperiksa segala

transaksi yang terjadi di dalam entitas itu, yakni entitas pemerintah. Sistem

akuntansi sangat diperlukan untuk menjamin konsistensi dalam pelaporan

keuangan Hendriksen (2005:79) dalam Andiani (2012). Adanya sistem

akuntansi, pemeriksaan akuntansi dapat dilakukan secara efektif (Dunk dan

Pepera, 1997 dalam Rohman, 2009). Implementasi pengelolaan keuangan

daerah merupakan suatu aktivitas yang mencakup: tahap perencanaan, tahap

pelaksanaan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) termasuk

didalamnya bagaimana penatausahaannya, tahap pertanggungjawaban dan

pengawasan. Berdasarkan pengertian tersebut, maka implementasi

pengelolaan keuangan daerah terdiri: planning and budget setting.

2.1.6 Fungsi Pengawasan Keuangan Daerah

Pengertian pengawasan internal menurut Mulyadi (2001:163) adalah:

“Pengawasan intern meliputi struktur organisasi, metode dan ukuran-ukuran

yang dikoordinasikan untuk menjaga kekayaan organisasi, mengecek

ketelitian dan keandalan data akuntansi, mendorong efisensi dan mendorong

dipatuhinya kebijakan manajemen”. SAS (Statement on Auditing Standard)

mendefinisikan pengawasan intern sebagai berikut:

1. Pengawasan administrasi, meliputi struktur organisasi, prosedur dan

catatan yang berhubungan dengan proses pengambilan keputusan untuk

melaksanakan transakasi yang diotorisasi oleh manajemen.

2. Pengawasan akuntansi, meliputi struktur organisasi serta prosedur dan


32

catatan yang berhubungan dengan usaha untuk menjaga keamanan aktiva

dan dipercayainya catatan keuangan perusahaan.

3. Kinerja pemerintah daerah merupakan gambaran mengenai tingkat

pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan/program/kebijakan dalam

mewujudkan sasaran, tujuan, misi dan visi organisasi yang tertuang

dalam perumusan skema strategis (strategic planning) suatu organisasi.

Menurut Mathis dan Jackson (2006:303) menyatakan bahwa

pengawasan sebagai proses pemantauan kinerja karyawan berdasarkan

standar untuk mengukur kinerja, memastikan kualitas penilaian kinerja dan

pengambilan informasi yang dapat dijadikan umpan balik pencapaian hasil

yang dikomunikasikan ke para karyawan. Peraturan Menteri Dalam Negeri

No. 51 Tahun 2010, Pengawasan Keuangan Daerah merupakan proses

kegiatan yang ditujukan untuk menjamin agar pemerintah daerah berjalan

secara efektif dan efisien sesuai dengan rencana dan ketentuan peraturan

perundang-undangan. Pengawasan pada dasarnya diarahkan sepenuhnya

untuk menghindari adanya kemungkinan penyelewengan atau

penyimpangan atas tujuan yang akan dicapai. Melalui pengawasan,

diharapkan dapat membantu melaksanakan kebijakan yang telah ditetapkan

utnuk mencapai tujuan yang telah direncanakan secara efektif dan efisien.

Berdasarkan Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 74 Tahun

2001 tentang tata cara pengawasan menyatakan bahwa pemeriksaan adalah

salah satu bentuk kegiatan pengawasan fungsional yang dilakukan dengan

cara membandingkan antara peraturan/rencana/program dengan kondisi dan


33

atau kenyataan yang ada.

Pengawasan atas penyelenggaraan pemerintahan diperlukan untuk

menjamin agar pelaksanaan kegiatan pemerintahan berjalan sesuai dengan

rencana dan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang

berlaku. Selain itu, dalam rangka mewujudkan good governance dan clean

government, pengawasan juga diperlukan untuk mendukung

penyelenggaraan pemerintahan yang efektif dan efisien, transparan,

akuntabel, serta bersih dan bebas dari praktik-praktik KKN. Menurut

(Cahyat dalam Rohman, 2009), pengawasan terhadap penyelenggaran

pemerintahan tersebut dapat dilakukan melalui pengawasan melekat yang

ada pada instansi terkait.

Pengawasan fungsional adalah pengawasan yang dilakukan oleh

lembaga/aparat pengawasan yang dibentuk atau ditunjuk khusus untuk

melaksanakan fungsi pengawasan secara independen terhadap obyek yang

diawasi. Pengawasan fungsional tersebut dilakukan oleh lembaga/badan/unit

yang mempunyai tugas dan fungsi melakukan pengawasan fungsional

melalui audit, investigasi, dan penilaian untuk menjamin agar

penyelenggaraan pemerintahan sesuai dengan rencana dan ketentuan

perundang-undangan yang berlaku. Pengawasan fungsional dilakukan baik

oleh pengawas ekstern pemerintah maupun pengawas intern pemerintah.

Pengawasan ekstern pemerintah dilakukan oleh Badan Pemeriksa Keuangan

(BPK), sedangkan pengawasan intern pemerintah dilakukan oleh Aparat

Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) sesuai ketentuan peraturan


34

perundang-undangan yang berlaku {(Susmanto, 2008) dalam (Andiani,

2012)}.

Pengawasan terhadap APBD penting dilakukan untuk memastikan

bahwa: (1) alokasi anggaran sesuai dengan prioritas daerah dan diajukan

untuk kesejahteraan masyarakat, (2) menjaga agar penggunaan APBD

ekonomis, efisien dan efektif dan (3) menjaga agar pelaksanaan APBD

benar-benar dapat dipertanggungjawabkan atau dengan kata lain bahwa

anggaran telah dikelola secara transparan dan akuntabel untuk

meminimalkan terjadinya kebocoran {(Alamsyah, 1997:79) dalam (Andiani,

2012)}. Pengawasan diperlukan pada setiap tahap bukan hanya pada tahap

evaluasi saja (Mardiasmo, 2002:38).

2.2 Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu ini menjadi salah satu acuan penulis dalam melakukan

penelitian sehingga penulis dapat memperkaya teori yang digunakan dalam

mengkaji penelitian yang dilakukan. Berikut merupakan penelitian terdahulu

berupa beberapa jurnal terkait dengan penelitian yang dilakukan penulis:

1. Lyna Latifah dan Arifin Sabeni (2007) “Faktor Keperilakuan Organisasi Dalam

Implementasi Akuntansi Keuangan Daerah”. Tujuan penelitian ini adalah

untuk menguji pengaruh faktor organisasional seperti dukungan atasan,

kejelasan tujuan dan pelatihan dalam meningkatkan kegunaan Sistem

Akuntansi Keuangan Daerah, menguji pengaruh faktor organisasional seperti

dukungan atasan, kejelasan tujuan dan pelatihan dalam implementasi Sistem

Akuntansi Keuangan Daerah akan meningkatkan konflik kognitif yang pada


35

gilirannya akan meningkatkan kegunaan Sistem Akuntansi Keuangan Daerah

dan menguji pengaruh faktor organisasional seperti dukungan atasan, kejelasan

tujuan dan pelatihan dalam implementasi Sistem Akuntansi Keuangan Daerah

akan menurunkan konflik afektif yang pada gilirannya akan meningkatkan

kegunaan Sistem Akuntansi Keuangan Daerah. Hasil penelian ini yaitu faktor

organisasional yang diuji, hanya dukungan atasan yang berpengaruh untuk

meningkatkan kegunaan SAKD. Pengaruh pelatihan dan kejelasan tujuan

terhadap kegunaan SAKD tidak berhasil dibuktikan. Konflik kognitif tidak

berhubungan positif dengan kegunaan SAKD. Konflik afektif berhubungan

negatif dengan kegunaan SAKD.

2. Abdul Rohman (2009) dengan judul “Pengaruh Implementasi Sistem

Akuntansi, Pengelolaan Keuangan Daerah terhadap Fungsi Pengawasan intern

dan Kinerja Pemerintah Daerah (Survei pada Pemda di Jawa Tengah)”. Tujuan

penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mengkaji implementasi sistem

akuntansi pengelolaan keuangan daerah dan pengaruhnya terhadap fungsi

pengawasan intern serta kinerja pemda. Hasil penelitian ini yaitu Implementasi

sistem akuntansi dan pengelolaan keuangan daerah dapat mempengaruhi dan

memperlancar pelaksanaan fungsi pengawasan intern pada Pemerintah daerah

di Jawa Tengah. Selain itu implementasi sistem akuntansi pemerintahan,

implementasi pengelolaan keuangan daerah, dan fungsi pengawasan intern

berpengaruh terhadap kinerja Pemerintah daerah.

3. Novi Andiani (2012) dengan judul “Pengaruh Sistem Pengelolaan Keuangan

Daerah dan Implementasi Sistem Akuntansi Keuangan Daerah terhadap Fungsi


36

Pengawasan Keuangan Daerah (Studi Kasus Pada Pendapatan Pengelolaan

Keuangan dan Aset Daerah (DPPKAD) di Kabupaten Boyolali)”. Tujuan

penelitian ini adalah untuk memberikan bukti empiris tentang pengaruh

pengelolaan keuangan daerah terhadap fungsi pengawasan keuangan daerah

dan pengaruh implementasi sistem akuntansi terhadap fungsi pengawasan

keuangan daerah. Hasil penelitian ini yaitu Sistem pengelolaan keuangan

daerah berpengaruh terhadap fungsi pengawasan keuangan daerah diketahui

nilai (ρ = 0,001). Hal ini ditunjukkan dari hasil uji t, yang mana menunjukkan

nilai thitung (3,603) lebih besar dari pada ttabel (2,021) dengan nilai signifikan

0,001 < α = 0,05 oleh karena itu H1 terdukung statistik. Dan implementasi

sistem akuntansi keuangan daerah berpengaruh terhadap fungsi pengawasan

keuangan daerah diketahui nilai (ρ = 0,000). Hal ini ditunjukkan dari hasil uji t,

yang mana menunjukkan nilai thitung (5,289) lebih besar dari pada ttabel

(2,021) dengan nilai signifikan 0,001 < α = 0,05 oleh karena itu H 2 terdukung

statistik.

4. Vivid Annisa (2017) dengan judul “Pengaruh Sistem akuntansi Keuangan

Daerah, Pengelolaan Keuangan Daerah, Dan Good Governance Terhadap

Kinerja Pemerintah Daerah”. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui

pengaruh sistem akuntansi keuangan daerah terhadap kinerja pemerintah

daerah, mengetahui pengaruh pengelolaan keuangan daerah terhadap kinerja

pemerintah daerah, dan mengetahui pengaruh good governance terhadap

kinerja pemerintah daerah. Hasil penelitian ini yaitu Sistem Akuntansi


37

KeuanganDaerah secara parsial berpengaruh signifikan terhadap kinerja

pemerintah daerah. Pengaruh yang ditunjukkan adalah positif, artinya semakin

baik sistem akuntansi keuangan daerah maka kinerja dari pemerintah daerah

juga akan ikut meningkat.

Pengelolaan Keuangan Daerah secara parsial berpengaruh signifikan terhadap

kinerja pemerintah daerah. Pengaruh yang ditunjukkan adalah positif, artinya

semakin baik pengelolaan keuangan daerah maka kinerja dari pemerintah

daerah juga akan ikut meningkat. Good Governance secara parsial

berpengaruh signifikan terhadap kinerja pemerintah daerah. Pengaruh yang

ditunjukkan adalah positif, artinya semakin baik good governance maka kinerja

dari pemerintah daerah juga akan ikut meningkat.

Tabel 2.1 Persamaan dan Perbedaan Penelitian Sekarang dengan


Penelitian Terdahulu

No. Nama dan Judul Pesamaan Penelitian Perbedaan Penelitian


Penelitian
1 Lyna Latifah dan a. Menguji tentang a. Meneliti tentang faktor
Arifin Sabeni implementasi akuntansi keperilakuan organisasi
(2007) “Faktor keuangan daerah. dalam implementasi
Keperilakuan b. Menggunakan teknik akuntansi keuangan
Organisasi Dalam pengumpulan data daerah. Sedangkan pada
Implementasi kuesioner. penelitian ini, meneliti
Akuntansi c. Sumber data yang tentang pengaruh sistem
Keuangan digunakan adalah data pengelolaan keuangan
Daerah”. primer. dan implementasi sistem
akuntansi keuangan
daerah terhadap fungsi
pengawasan keuangan
38

daerah.
b. Populasi dari penelitian
ini adalah pegawai
negeri sipil yang dalam
hal ini yang bekerja di
bagian keuangan Kantor
Sekertaris Daerah dan
Badan Pengelolaan
Keuangan Daerah di
Pemerintah Kabupaten
dan Pemerintah kota di
Jawa Tengah dan Daerah
Istimewa Yogyakarta
(D.I.Y). Propinsi Jawa
Tengah terdiri dari 29
kabupaten dan 6 kota
sedangkan Daerah
Istimewa Yogyakarta
terdiri atas 4 kabupaten
dan 1 kota. Sedangkan
dalam penelitian ini yang
menjadi populasi adalah
seluruh pegawai yang
berada di kantor Badan
Pengelolaan Keuangan
dan Aset Daerah
(BPKAD) Kabupaten
Sumbawa terdiri dari 80
orang.
2 Abdul Rohman a. Meneliti tentang pengaruh a. Meneliti tentang
(2009) implementasi sistem pengaruh implementasi
“Pengaruh akuntansi dan pengelolaan sistem akuntansi dan
Implementasi keuangan daerah. pengelolaan keuangan
Sistem Akuntansi, b. Menggunakan teknik daerah terhadap fungsi
Pengelolaan pengumpulan data pengawasan dan kinerja
Keuangan Daerah kuesioner. pemerintah daerah.
terhadap Fungsi Sedangkan pada
Pengawasan penelitian ini, meneliti
intern dan Kinerja tentang pengaruh sistem
Pemerintah pengelolaan keuangan
Daerah (Survei dan implementasi sistem
pada Pemda di akuntansi keuangan
Jawa Tengah)”. daerah terhadap fungsi
pengawasan keuangan
daerah.
39

b. Melakukan survei
dengan memberikan
kuesioner kepada Pemda
Kabupaten, Kota dan
Pemda Provinsi di Jawa
Tengah yang merupakan
pejabat yang
melaksanakan fungsi
perencanaan,
penganggaran,
keuangan, verifikasi,
akuntansi,
perbendaharaan, dan
fungsi pengawasan serta
pemeriksaan intern.
Sedangkan pada
penelitian ini melakukan
survei dengan
memberikan kuesioner
kepada pegawai yang
berada pada kantor
BPKAD Kabupaten
Sumbawa.
3 Novi Andiani a. Meneliti tentang pengaruh a. Melakukan penyebaran
(2012) sistem pengelolaan kuesioner terhadap
“Pengaruh Sistem keuangan dan implementasi Pegawai Dinas
Pengelolaan sistem akuntansi keuangan Pendapatan Pengelolaan
Keuangan Daerah daerah terhadap fungsi Keuangan Daerah dan
dan Implementasi pengawasan keuangan Aset Daerah (DPPKAD)
Sistem Akuntansi daerah. Kabupaten Boyolali.
Keuangan Daerah b. Metode analisis data yang Sedangkan pada
terhadap Fungsi digunakan yaitu analisis penelitian ini melakukan
Pengawasan regresi berganda, uji asumsi penyebaran kuesioner
Keuangan Daerah klasik, dan pengujian terhadap pegawai yang
(Studi Kasus Pada hipotesis. berada pada kantor
Pendapatan Teknik pengumpulan data BPKAD Kabupaten
Pengelolaan yaitu dengan menggunakan Sumbawa.
Keuangan dan data primer dengan cara
Aset Daerah memberikan kuesioner.
(DPPKAD) di
Kabupaten
Boyolali)”.
4 Vivid Annisa a. Meneliti tentang pengaruh a. Meneliti tentang
(2017) sistem pengelolaan pengaruh sistem
“Pengaruh Sistem keuangan dan implementasi akuntansi keuangan
40

akuntansi sistem akuntansi keuangan daerah, pengelolaan


Keuangan daerah terhadap fungsi keuangan daerah, dan
Daerah, pengawasan keuangan good governance
Pengelolaan daerah. terhadap kinerja
Keuangan b. Metode analisis data yang pemerintah daerah.
Daerah, Dan digunakan yaitu analisis Sedangka pada
Good regresi berganda, uji asumsi penelitian ini, meneliti
Governance klasik, dan pengujian tentang pengaruh sistem
Terhadap Kinerja hipotesis. pengelolaan keuangan
Pemerintah Teknik pengumpulan data dan implementasi sistem
Daerah”. yaitu dengan menggunaka akuntansi keuangan
data primer dengan cara daerah terhadap fungsi
memberikan kuesioner. pengawasan keuangan
daerah.
b. Responden pada
penelitian terdahulu
adalah Kasubag
Keuangan, Kasubag
Program, dan Staf
Akuntansi/ Keuangan
yang bekerja di SKPD
Kota Pekanbaru yang
berjumlah 96 orang dari
32 SKPD yang masing-
masing SKPD ada 3
responden. Sedangkan
responden pada
penelitian ini adalah
pegawai yang berada
pada kantor BPKAD
Kabupaten Sumbawa
yang berjumlah 80
orang.

2.3 Rerangka Konseptual Dan Pengembangan Hipotesis

2.3.1 Rerangka Konseptual

Rerangka konseptual dalam penelitian ini yaitu pengaruh antara sistem

pengelolaan keuangan daerah dan implementasi sistem akuntansi keuangan

daerah terhadap fungsi pengawasan keuangan daerah. Dimana pengelolaan


41

keuangan daerah merupakan keseluruhan kegiatan yang meliputi

perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, pertanggungjawaban,

dan pengawasan keuangan daerah. Dan implementasi sistem akuntansi

merupakan pedoman pokok dalam penyusunan dan penyajian laporan

keuangan pemerintah. Serta pengawasan internal merupakan suatu fungsi

penilaian yang independen dalam suatu organisasi untuk menguji dan

mengevaluasi kegiatan organisasi yang dilakukan.

Dalam penelitian ini dari kedua variabel independen (variabel bebas)

yaitu sistem pengelolaan keuangan daerah dan implementasi sistem

akuntansi keuangan akan dihubungkan dengan variabel dependen (variabel

terikat) yaitu fungsi pengawasan keuangan daerah. Dalam penelitian ini

variabel independen dan variabel dependen disajikan sebagai berikut:

Sistem Pengelolaan
Keuangan Daerah (X1)

Fungsi Pengawasan
Keuangan Daerah (Y)
Implementasi Sistem
Akuntansi Keuangan
Daerah (X2)
Gambar 2.1

Rerangka Konseptual

2.3.2 Pengembangan Hipotesis


42

2.3.2.1 Pengaruh Sistem Pengelolaan Keuangan Terhadap Fungsi

Pengawasan Keuangan Daerah

Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 58

Tahun 2005 Pasal 1 ayat 6 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah

dijelaskan bahwa pengelolan keuangan daerah adalah keseluruhan

kegiatan yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan,

pelaporan, pertanggungjawaban, dan pengawasan keuangan daerah.

Devas dalam Halim dan Rohman (2009) mengemukakan, bahwa

tujuan utama dari pengelolaan keuangan daerah adalah

pertanggungjawaban, mampu memenuhi kewajiban, kejujuran, hasil

guna, dan daya guna kegiatan daerah serta pengendalian petugas

keuangan pemerintah daerah.

Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 51 Tahun 2010,

Pengawasan Keuangan Daserah merupakan proses kegiatan yang

ditujukan untuk menjamin agar pemerintah daerah berjalan secara

efektif dan efisien sesuai dengan rencana dan ketentuan peraturan

perundang-undangan. Pengawasan pada dasarnya diarahkan

sepenuhnya untuk menghindari adanya kemungkinan

penyelewengan atau penyimpangan atas tujuan yang akan dicapai.

Melalui pengawasan, diharapkan dapat membantu melaksanakan

kebijakan yang telah ditetapkan utnuk mencapai tujuan yang telah

direncanakan secara efektif dan efisien.


43

Penelitian yang dilakukan oleh Andiani (2012), tentang

Pengaruh Sistem Pengelolaan Keuangan Daerah dan Implementasi

Sistem Akuntansi Keuangan Daerah terhadap Fungsi Pengawasan

Keuangan Daerah (Studi Kasus Pada Pendapatan Pengelolaan

Keuangan dan Aset Daerah (DPPKAD) di Kabupaten Boyolali)

menunjukkan bahwa sistem pengelolaan keuangan daerah

berpengaruh positif terhadap fungsi pengawasan keuangan daerah di

Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan, dan Aset Daerah

Kabupaten Boyolali, yang berarti semakin baik sistem pengelolaan

keuangan daerah maka semakin baik pula fungsi pengawasan

keuangan daerah. Hal yang perlu dilakukan dalam upaya

meningkatkan fungsi pengawasan keuangan daerah agar berjalan

dengan baik dan lancar. Hal ini dapat terlihat dari suatu satuan kerja

atau kegiatan yang dilakukan oleh pejabat yang berwenang untuk

mendokumentasikan, mengadministrasikan, serta mengolah data

pengelolaan keuangan daerah dan data terkait lainnya menjadi

informasi yang disajikan kepada masyarakat dan sebagai bahan

pengambilan keputusan dalam rangka perencanaan, pelaksanaan, dan

pelaporan pertanggungjawaban pemerintah daerah.

Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat dirumuskan hipotesis

berikut:

H1: Sistem pengelolaan keuangan berpengaruh terhadap fungsi

pengawasan keuangan daerah.


44

2.3.2.2 Pengaruh Implementasi Sistem Akuntansi Keuangan Daerah

Terhadap Fungsi Pengawasan Keuangan Daerah

Implementasi sistem akuntansi pemerintahan merupakan suatu

kondisi yang menunjukkan kemudahan dan kemanfaatan sistem

akuntansi pemerintahan sebagai pedoman pokok dalam penyusunan

dan penyajian laporan keuangan pemerintah (Mardiasmo, 2002:12).

Implementasi sistem akuntansi pemerintahan diharapkan mampu

menjamin bahwa segala peristiwa penting kegiatan pemerintah

terekam dengan baik dengan ukuran-ukuran yang jelas dan dapat

diiktisarkan melalui proses akuntansi dalam bentuk laporan dimana

bisa diperiksa segala transaksi yang terjadi di dalam entitas itu, yakni

entitas pemerintah. Sistem akuntansi sangat diperlukan untuk

menjamin konsistensi dalam pelaporan keuangan (Hendriksen,

2005:79).

Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 51 Tahun 2010,

Pengawasan Keuangan Daerah merupakan proses kegiatan yang

ditujukan untuk menjamin agar pemerintah daerah berjalan secara

efektif dan efisien sesuai dengan rencana dan ketentuan peraturan

perundang-undangan. Pengawasan pada dasarnya diarahkan

sepenuhnya untuk menghindari adanya kemungkinan

penyelewengan atau penyimpangan atas tujuan yang akan dicapai.

Melalui pengawasan, diharapkan dapat membantu melaksanakan


45

kebijakan yang telah ditetapkan utnuk mencapai tujuan yang telah

direncanakan secara efektif dan efisien.

Penelitian yang dilakukan oleh Andiani (2012), tentang

Pengaruh Sistem Pengelolaan Keuangan Daerah dan Implementasi

Sistem Akuntansi Keuangan Daerah terhadap Fungsi Pengawasan

Keuangan Daerah (Studi Kasus Pada Pendapatan Pengelolaan

Keuangan dan Aset Daerah (DPPKAD) di Kabupaten Boyolali)

menunjukkan bahwa implementasi sistem akuntansi keuangan

daerah berpengaruh positif terhadap fungsi pengawasan keuangan

daerah di Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan, dan Aset

Daerah Kabupaten Boyolali, yang berarti semakin baik implementasi

sistem akuntansi keuangan daerah maka semakin baik pula fungsi

pengawasan keuangan daerah. Implementasi pengelolaan keuangan

daerah merupakan suatu aktivitas yang mencakup: tahap

perencanaan, tahap pelaksanaan Anggaran Pendapatan Belanja

Daerah (APBD) termasuk di dalamnya bagaimana

penatausahaannya, tahap pertanggungjawaban dan pengawasan.

Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat dirumuskan hipotesis

berikut:

H2: Implementasi sistem akuntansi keuangan daerah berpengaruh

terhadap fungsi pengawasan keuangan daerah.


46

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian asosiatif yang merupakan penelitian

yang bertujuan untuk mengetauhi hubungan antara dua variabel atau lebih.

Dengan penelitian ini maka akan dapat dibangun teori yang dapat berfungsi untuk

menjelaskan, meramalkan, dan mengontrol suatu gejala (Sugiyono, 2015:5).

3.2 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

kuesioner yang diberikan kepada responden. Kuesioner merupakan teknik


47

pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan

atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya (Sugiyono, 2018:

219). Kuesioner efisien bila peneliti tahu dengan pasti variabel yang akan diukur

dan tahu apa yang diharapkan dari responden. Kuesioner cocok digunakan apabila

jumlah responden cukup besar dan tersebar di wilayah yang luas. Kuesioner dapat

berupa pertanyaan/pernyataan tertutup atau terbuka.

Penskoran digunakan dengan menggunakan skala Likert. Menurut Sugiyono

(2018:152), skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi

seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial.

Modifikasi skala Likert dimaksudkan untuk menghilangkan kelemahan yang

dikandung oleh skala lima tingkat, modifikasi skala Likert meniadakan kategori

jawaban yang di tengah berdasarkan tiga alasan yaitu: (1) kategori tersebut

memiliki arti ganda, biasanya diartikan belum dapat memutuskan atau

memberikan jawaban, dapat diartikan netral, setuju, tidak setuju, atau bahkan

ragu-ragu. (2) tersediannya jawaban ditengah itu menimbulkan kecenderungan

menjawab ke tengah. (3) maksud kategori SS-S-TS-STS adalah terutama untuk

melihat kecenderungan pendapat responden, ke arah setuju atau ke arah tidak

setuju. Maka dalam penelitian ini dengan menggunakan empat alternatif jawaban,

yaitu: sangat setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS), dan sangat tidak setuju

(STS). Responden dapat memilih salah satu dari empat alternatif jawaban yang

disesuaikan dengan keadaan subjek.

Untuk setiap pilihan jawaban diberi skor, maka responden harus

menggambarkan dan mendukung pernyataan. Dengan skala Likert, maka variabel


48

yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator variabel. Kemudian indikator

tersebut dijadikan sebagai titik tolak ukur menyusun item-item instrumen yang

dapat berupa pertanyaan atau pernyataan.

3.3 Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel

3.3.1 Populasi

Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah seluruh pegawai

yang berada di kantor Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah

(BPKAD) Kabupaten Sumbawa terdiri dari 100 orang.

3.3.2 Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah pegawai yang berada di kantor

Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (BPKAD) Kabupaten

Sumbawa yang berkaitan langsung dengan aktivitas pengelolaan keuangan

dan aset daerah terdiri dari 50 orang.

3.3.3 Teknik Pengambilan Sampel

Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah simple

random sampling. Menurut Sugiyono (2018:134) teknik simple random

sampling adalah teknik pengambilan sampel dari anggota populasi yang

dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi

itu. Cara pengambilan simple random sampling adalah dengan

menggunakan tabel acak karena lebih mudah dilakukan pengecekan ulang

bila ada pihak-pihak tertentu yang meragukan validitasnya.

3.4 Jenis dan Sumber Data

3.4.1 Jenis Data


49

Jenis data dalam penelitian ini adalah data kuantitatif. Data kuantitatif

adalah data yang berbentuk angka atau data kualitatif yang diangkakan/

scoring (Sugiyono, 2018:10). Data kuantiatif dalam penelitian ini

merupakan data yang diolah dari jawaban responden atas pertanyaan yang

berhubungan dengan sistem pengelolaan keuangan daerah dan implementasi

sistem akuntansi keuangan daerah terhadap fungsi pengawasan keuangan

daerah.

3.4.2 Sumber Data

Sumber data berasal dari data yang diperoleh dari kuesioner yang

disebar dan diisi oleh responden yang dimaksud. Kuesioner dibuat dalam

bentuk kuesioner secara berstruktur yang mana responden dibatasi dalam

memberikan jawaban pada alternatif jawaban tertentu saja. Penyebaran

kuesioner terhadap responden dilakukan setelah terlebih dahulu mendapat

rekomendasi dari kantor Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah

(BPKAD) Kabupaten Sumbawa, untuk selanjutnya membagikan kuesioner

tersebut kepada responden. Pengambilan kembali kuesioner disesuaikan

dengan waktu yang telah disepakati dengan BPKAD Kabupaten Sumbawa.

3.5 Identifikasi dan Definisi Operasional Variabel

3.5.1 Identifikasi Variabel86

Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi

tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulan (Sugiyono, 2018:55).

Variabel yang digunakan dalam penelitian dapat diklasifikasikan menjadi:


50

(1) variabel independen (bebas), yaitu variabel yang menjelaskan dan

memengaruhi variabel lain, dan (2) variabel dependen (terikat), yaitu

variabel yang dijelaskan dan dipengaruhi oleh variabel independen.

1. Sistem Pengelolaan Keuangan Daerah (X1)

2. Implementasi Sistem Akuntansi Keuangan Daerah (X2)

3. Fungsi Pengawasan Keuangan Daerah (Y)

3.5.2 Definisi Operasional Variabel

1. Sistem Pengelolaan Keuangan Daerah (X1)

Sistem pengelolaan keuangan daerah merupakan suatu aktivitas yang

mencakup tahap perencanaan, tahap penyusunan dan penetapan APBD,

tahap pelaksanaan APBD termasuk di dalamnya bagaimana

penatausahaannya, tahap pertanggungjawaban, dan pengawasan.

Instrumen variabel sistem pengelolaan keuangan daerah diadopsi

dari penelitian Rahmat Hidayat (2015) yang telah dimodifikasi kalimat

pertanyaannya menjadi kalimat pernyataan. Dalam instrumen ini

pengukuran menggunakan skala Likert dengan skor 1 sampai 4. Skala 1

STS (Sangat Tidak Setuju), artinya pengelolaan keuangan daerah sangat

tidak baik. Skala 2 TS (Tidak Setuju), artinya pengelolaan keuangan

daerah tidak baik. Skala 3 S (Setuju), artinya pengelolaan keuangan

daerah telah baik. Skala 4 SS (Sangat Setuju), artinya pengelolaan

keuangan daerah sangat baik.

2. Implementasi Sistem Akuntansi Keuangan Daerah (X2)

Implementasi sistem akuntansi keuangan daerah terdiri dari dua


51

dimensi yaitu kemudahan dan kemanfaatan yang memungkinkan

kebijakan akuntansi diterima semua pihak. Yang dimana sistem

akuntansi keuangan daerah terdiri dari pencatatan, pengikhtisaran, dan

pelaporan.

Instrumen variabel implementasi sistem akuntansi keuangan daerah

diadopsi dari penelitian Dwi Aditya Nurachman (2016). Dalam

instrumen ini pengukuran menggunakan skala Likert dengan skor 1

sampai 4. Skala 1 STS (Sangat Tidak Setuju), artinya implementasi

sistem akuntansi keuangan daerah sangat rendah. Skala 2 TS (Tidak

Setuju), artinya implementasi sistem akuntansi keuangan daerah rendah.

Skala 3 S (Setuju), artinya implementasi sistem akuntansi keuangan

daerah tinggi. Skala 4 SS (Sangat Setuju), artinya implementasi sistem

akuntansi keuangan daerah sangat tinggi.

3. Fungsi Pengawasan Keuangan Daerah (Y)

Pengawasan keuangan daerah yang terdiri dari pelaksanaan

pengawasan dan pengelolaan keuangan merupakan kegiatan yang

bertujuan untuk menjamin agar pemerintah daerah berjalan secara efektif

dan efisien sesuai dengan rencana dan ketentuan peraturan perundang-

undangan. Pengawasan keuangan daerah ini pada dasarnya diarahkan

untuk menghindari adanya kemungkinan penyelewengan atau

penyimpangan dari tujuan yang akan dicapai. Melalui pengawasan,

diharapkan dapat membantu melaksanakan kebijakan yang telah

ditetapkan utnuk mencapai tujuan yang telah direncanakan secara efektif


52

dan efisien.

Instrumen variabel fungsi pengawasan keuangan daerah diadopsi

dari penelitian Vita Diah Ayu Puspitaningsih (2017). Dalam instrumen

ini pengukuran menggunakan skala Likert dengan skor 1 sampai 4. Skala

1 STS (Sangat Tidak Setuju), artinya fungsi pengawasan keuangan

daerah sangat rendah. Skala 2 TS (Tidak Setuju), fungsi pengawasan

keuangan daerah rendah. Skala 3 S (Setuju), artinya fungsi pengawasan

keuangan daerah tinggi. Skala 4 SS (Sangat Setuju), artinya fungsi

pengawasan keuangan daerah sangat tinggi.

3.6 Teknik Analisis Data

3.6.1 Uji Kualitas Data

3.6.1.1 Uji Validitas

Menurut Priyanto (2014:51) uji validitas item merupakan uji

instrumen data untuk mengetahui seberapa cermat suatu sistem

dalam mengukur apa yang ingin diukur. Item dapat dikatakan valid

jika adanya korelasi yang signifikan dengan skor totalnya, hal ini

menunjukan adanya dukungan item tersebut dalam mengungkapkan

suatu yang ingin diungkapkan item biasanya berupa pertanyaan atau

pernyataan yang ditunjukan kepada responden dengan menggunakan

bentuk kuesioner dengan tujuan untuk mengungkapkan sesuatu.


53

Item pertanyaan dianggap valid jika nilai r-hitung atau nilai

Corrected Item-Total Correlation lebih besar dari tingkat signifikan

0,05. Sebaliknya pertanyaan dianggap tidak valid jika nilai r-hitung

atau nilai Corrected Item-Total Correlation lebih kecil dari tingkat

signifikan 0,05. Untuk mempercepat dan mempermudah pengujian

validitas menggunakan sarana komputer yaitu program SPSS for

windows version 16.0.

3.6.1.2 Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas menurut Sugiyono (2010:354) dilakukan untuk

mengetahui seberapa jauh hasil pengukuran tetap konsisten apabila

dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama

dengan menggunakan alat pengukur sama.

Uji reliabilitas dilakukan untuk mengetahui apakah alat ukur

yang dirancang dalam bentuk kuesioner dapat diandalkan, suatu alat

ukur dapat diandalkan jika alat ukur tersebut digunakan berulangkali

akan memberikan hasil yang relatif sama (tidak berbeda jauh). Untuk

melihat andal tidaknya suatu alat ukur digunakan pendekatan secara

statistika, yaitu melalui koefisien reliabilitas dan apabila koefisien

reliabilitasnya lebih besar dari 0,60 maka secara keseluruhan

pernyataan tersebut dinyatakan andal (reliable). Uji reliabilitas

dalam penelitian ini penulis menggunakan metode Alpha Cronbach

(α).

3.6.2 Uji Asumsi Klasik


54

Dalam pengujian hipotesis dengan menggunakan regresi linier,

variabel-variabel dalam penelitian harus diuji dahulu dengan menggunakan

pengujian asumsi klasik yang meliputi pengujian kenormalan data,

multikolinearitas dan pengujian gejala heteroskedastisitas.

3.6.2.1 Uji Normalitas

Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi data normal

atau mendekati normal. Penelitian ini menggunakan uji normalitas

dengan alat uji sampel Kolmogrov-Smirnov (K-S) dengan ketentuan

bila nilai signifikan hitung > 0,05, berarti variabel berdistribusi

normal dan sebaliknya bila nilai signifikan hitung < 0,05, berarti

variabel tidak berdistribusi normal, untuk menguji normalitas dalam

penelitian ini menggunakan program SPSS for windows version

16.0.

3.6.2.2 Uji Multikolinearitas

Multikolinearitas adalah situasi adanya korelasi variabel-

variabel independen di antara satu dengan yang lainnya (Ghozali,

2008: 92). Uji multikolineritas dilakukan dengan melihat Tolerance

Value dan VIF (Variance Inflation Factor) dengan bantuan program

SPSS for windows version 16.0, yang mana apabila nilai Tolerance

Value di bawah 0,10 dan VIF di atas 10, maka data mengalami gejala

multikolinearitas.

3.6.2.3 Uji Heteroskedastisitas


55

Menurut Priyanto (2014:166) Heteroskedastisitas adalah varian

residual yang tidak sama pada sesuai pengamatan di dalam model

regresi. Regresi yang baik seharusnya tidak terjadi

heteroskedastisitas. Apabila variansi dari residual satu pengamatan

ke pengamatan lain tetap, maka disebut heteroskedastisitas

sedangkan jika variansi dari residual antara pengamatan satu dengan

lainnya berbeda disebut heteroskedastitas.

Apabila variabel independensi signifikan secara statistik tidak

mempengaruhi residual regresi maka tidak terdapat indikasi terjadi

heteroskedestisitas, untuk mengetahui uji statistik scatterplot dan uji

residual statistik. Tidak terjadi Heteroskedastisitas, jika tidak ada

pola yang jelas (bergelombang, melebar dan kemudian menyempit)

pada gambar scatterplot, serta titik-titik menyebar diatas dan

dibawah angka 0 pada sumbu Y (Ghozali, 2011:155).

3.6.3 Pengujian Hipotesis

Menurut Sugiyono (2012:70) hipotesis adalah jawaban sementara

terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian

telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan dikatakan sementara

karena jawaban yang diberikan hanya didasarkan pada teori relevan, belum

didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan

data.

3.6.3.1 Uji Parsial (Uji t)

Tujuan dari uji parsial adalah untuk mengetahui seberapa jauh


56

pengaruh dari variabel independen (X) terhadap variabel dependen

(Y) secara parsial. Kriteria pengambilan keputusan dalam pengujian

ini menurut Ghozali (2016: 99) adalah jika nilai signifikan t < 0,05

maka Ha diterima. Sebaliknya jika nilai signifikan t ≥ 0,05 maka Ha

ditolak. Perhitungan uji statistik t dilakukan melalui program SPSS

for windows version 16.0.

3.6.3.2 Uji Koefisien Determinasi (R2)

Uji Koefisien Determinasi (R2) bertujuan untuk mengukur

sejauh mana variabel bebas dapat menjelaskan variasi variabel

terikat, baik secara parsial maupun simultan. Nilai koefisien

determinasi adalah antara 0 ≤ R2 ≤ 1. Menurut Ghozali (2016: 95),

nilai R2 yang kecil mengandung arti bahwa kemampuan variabel

bebas dalam menjelaskan variasi variabel terikat sangat terbatas.

Sebaliknya, nilai R2 yang hampir mendekati 1 mengandung arti

bahwa variabel bebas memberikan hampir semua informasi yang

dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel independen.

3.6.4 Analisis Regresi Linier Berganda

Analisis ini digunakan karena penelitian ini menganalisis pengaruh

antara satu variabel dependen dengan beberapa variabel independen.

Sebagai variabel dependen adalah fungsi pengawasan keuangan daerah.

Variabel independennya implementasi sistem akuntansi dan sistem

pengelolaan keuangan daerah. Untuk mengetahui pengaruh masing-masing

variabel independen dapat dilihat dari signifikan nilai t yaitu:

Y =a+b1 X 1 +b 2 X 2 + e
57

Keterangan:

Y = Variabel dependen, yaitu fungsi pengawasan keuangan daerah

α = Konstansta

b1 b2 = Koefisien regresi masing-masing variabel

X1 = Variabel independen, yaitu sistem pengelolaan keuangan daerah

X2 = Variabel independen, yaitu sistem akuntansi keuangan daerah

e = Nilai eror

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

Pada bab ini akan disajikan mengenai hasil penelitian dan pembahasan data

yang diperoleh. Adapun data yang akan disajikan dan dibahas disini adalah data

primer. Pembahasan ini dimaksudkan untuk mengetahui hasil penelitian yang

diperoleh, lalu dihubungkan dengan tujuan dan hipotesis yang diajukan, dimana

hasil dari pembahasan ini selanjutnya akan disajikan sebagai acuan dalam

mengambil kesimpulan.

4.1.1 Deskripsi Data

Sampel dalam penelitian ini adalah pegawai yang berada di kantor


58

Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (BPKAD) Kabupaten

Sumbawa yang berkaitan langsung dengan aktivitas pengelolaan keuangan

dan aset daerah terdiri dari 50 orang. Berikut mengenai data sampel

disajikan pada tabel 4.1:

Tabel 4.1

Data Sampel Penelitian

No. Keterangan Jumlah Persentase


1 Jumlah kuesioner yang disebar 50 100%
2 Jumlah kuesioner yang tidak kembali 9 18%
3 Jumlah kuesioner yang kembali dan 41 82%
diolah
Sumber: Data primer yang diolah, 2019

Penyebaran kuesioner dilakukan sejak tanggal 05 Juli 2019 sampai

dengan 08 Juli 2019. Kuesioner yang disebarkan berjumlah 50 kuesioner

dengan pengembalian kuesioner


57 sejumlah 41 kuesioner atau 82%,
sedangkan kuesioner yang tidak kembali sebanyak 9 kuesioner atau 18%.

Kuesioner yang dapat diolah berjumlah 41 kuesioner.

Responden dalam penelitian ini adalah pegawai yang berada di kantor

Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (BPKAD) Kabupaten

Sumbawa yang berkaitan langsung dengan aktivitas pengelolaan keuangan

dan aset daerah. Dari data yang terkumpul, diperoleh karakteristik

responden berdasarkan jenis kelamin, pendidikan terakhir, dan lama bekerja

responden pada kantor BPKAD Kabupaten Sumbawa. Karakteristik

responden penelitian sebagai berikut:


59

a. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Tabel 4.2 berikut menyajikan keadaan responden menurut jenis

kelamin:

Tabel 4.2

Data Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Uraian Frekuensi Persentase


Jenis Kelamin
Laki-laki 15 36.6%
Perempuan 26 63.4%
Total 41 100%
Sumber: Data primer yang diolah, 2019

Jenis kelamin responden dapat digunakan sebagai acuan untuk

mengetahui keterlibatan gender dalam kinerja. Dari hasil tabulasi data

responden, terlihat bahwa responden laki-laki sebanyak 15 orang (36.6%)

dan perempuan sebanyak 26 orang (63.4%).

b. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir

Tabel 4.3 berikut ini menyajikan keadaan responden bedasarkan

tingkat pendidikan:

Tabel 4.3

Data Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir

Uraian Frekuensi Persentase


Pendidikan Terakhir
SLTA 11 26.8%
D3 3 7.3%
60

S1 26 63.4%
S2 1 2.4%
Total 41 100%
Sumber: Data primer yang diolah, 2019

Data responden berdasarkan pendidikan terakhir menunjukkan

bahwa responden dengan pendidikan terakhir lulusan SLTA sebanyak 11

orang (26.8%), responden dengan pendidikan terakhir lulusan D3

sebanyak 3 orang (7.3%), responden dengan pendidikan terakhir lulusan

S1 sebanyak 26 orang (63.4%), dan responden dengan pendidikan

terakhir lulusan S2 sebanyak 1 orang (2.4%).

c. Karakteristik Responden Berdasarkan Lama Bekerja

Tabel 4.4 berikut ini menyajikan keadaan responden berdasarkan

lama bekerja:

Tabel 4.4

Data Responden Berdasarkan Lama Bekerja

Uraian Frekuensi Persentase


Lama Bekerja
1-5th 8 19.5%
6-10th 19 46.3%
11-15th 8 19.5%
61

16-20th 4 9.8%
>20th 2 4.9%
Total 41 100%
Sumber: Data primer yang diolah, 2019

Data responden lama bekerja menunjukkan bahwa menunjukkan

responden dengan masa kerja selama 1-5th sebanyak 8 orang (19.5%),

responden dengan masa kerja selama 6-10th sebanyak 19 orang (46.3%),

responden dengan masa kerja selama 11-15th sebanyak 8 orang (19.5%),

responden dengan masa kerja selama 16-20th sebanyak 4 orang (9.8%),

dan responden dengan masa kerja selama >20th sebanyak 2 orang

(4.9%).

4.1.2 Hasil Analisis Derkriptif

Variabel dalam penelitian ini meliputi Sistem Pengelolaan Keuangan

Daerah (X1), Implementasi Sistem Akuntansi Keuangan Daerah (X2), dan

Fungsi Pengawasan Keuangan Daerah (Y) yang akan diuji secara statistik

deskriptif seperti yang terlihat pada tabel 4.5 di bawah ini:

Tabel 4.5

Hasil Uji Statistik Deskriptif


62

Std.
N Minimum Maximum Sum Mean Variance
Deviation
SISTEM 41 2.60 4.00 123.90 3.0220 .28241 .080
PENGELOLAAN
KEUANGAN DAERAH

SISTEM AKUNTANSI 41 3.00 4.00 129.80 3.1659 .28338 .080


KEUANGAN DAERAH

FUNGSI 41 3.00 4.00 132.90 3.2415 .38986 .152


PENGAWASAN
KEUANGAN DAERAH
Valid N (listwise) 41
Sumber: Lampiran 4 hal 97

Berdasarkan tabel 4.5 di atas menunjukkan bahwa pada variabel sistem

pengelolaan keuangan daerah jawaban minimum responden 2.60 dan

maksimum sebesar 4.00, jumlah 123.90, dengan rata-rata total jawaban

3.0220, standar deviasi sebesar 0.28241, dan perbedaan jawaban sebanyak

0.080. Variabel sistem akuntansi akuntansi keuangan daerah jawaban

minimum responden 3.00 dan maksimum sebesar 4.00, jumlah 129.80,

dengan rata-rata total jawaban 3.1659, standar deviasi sebesar 0.28338, dan

perbedaan jawaban sebanyak 0.080. Variabel fungsi pengawasan keuangan

daerah jawaban minimum responden 3.00 dan maksimum sebesar 4.00,

jumlah 132.90, dengan rata-rata total jawaban 3.2415, standar deviasi

sebesar 0.38986, dan perbedaan jawaban sebanyak 0.152.

4.1.3 Analisis Data

4.1.3.1 Uji Kualitas Data

a. Uji Validitas
63

Validitas dapat diartikan sebagai suatu karakteristik dari

ukuran terkait dengan tingkat pengukuran sebuah alat test

(kuesioner) dalam mengukur secara benar apa yang diinginkan

peneliti untuk diukur. Item pertanyaan dianggap valid jika nilai r-

hitung atau nilai Corrected Item-Total Correlation lebih besar

dari tingkat signifikan 0,05. Sebaliknya pertanyaan dianggap

tidak valid jika nilai r-hitung atau nilai Corrected Item-Total

Correlation lebih kecil dari tingkat signifikan 0,05. Dalam

penelitian ini akan menguji item pertanyaan dari ketiga variabel

penelitian yaitu Sistem Pengelolaan Keuangan Daerah,

Implementasi Sistem Akuntansi Keuangan Daerah, dan Fungsi

Pengawasan Keuangan Daerah. Hasil pengujian valliditas untuk

masing-masing pernyataan dapat dilihat pada tabel 4.6 sebagai

berikut:

Tabel 4.6

Hasil Uji Validitas Masing-masing Item Pernyataan

No. Variabel Item Rhitung Keterangan


Pernyataan
1 PKD_1 .508 Valid
2 PKD_2 .491 Valid
3 Sistem PKD_3 .645 Valid
4 Pengelolaan PKD_4 .642 Valid
5 Keuangan PKD_5 .619 Valid
6 Daerah (X1) PKD_6 .430 Valid
7 PKD_7 .649 Valid
8 PKD_8 .622 Valid
9 Sistem SAKD_1 .550 Valid
10 Akuntansi SAKD_2 .788 Valid
11 Keuangan SAKD_3 .697 Valid
64

12 SAKD_4 .511 Valid


13 SAKD_5 .621 Valid
14 SAKD_6 .656 Valid
15 SAKD_7 .774 Valid
16 SAKD_8 .532 Valid
17 Daerah (X2) SAKD_9 .582 Valid
18 SAKD_10 .763 Valid
19 SAKD_11 .657 Valid
20 SAKD_12 .755 Valid
21 SAKD_13 .447 Valid
22 SAKD_14 .726 Valid
23 SAKD_15 .689 Valid
24 SAKD_16 .673 Valid
25 FPKD_1 .763 Valid
26 Fungsi FPKD_2 .778 Valid
27 Pengawasan FPKD_3 .814 Valid
28 Keuangan FPKD_4 .891 Valid
29 Daerah (Y) FPKD_5 .866 Valid
30 FPKD_6 .847 Valid

b. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas digunakan untuk menguji konsistensi butir-

butir yang ada pada instrumen penelitian. Uji reliabilitas dalam

penelitian ini penulis menggunakan metode Alpha Cronbach (α)

apabila koefisien reliabilitasnya lebih besar dari 0,60 maka secara

keseluruhan pernyataan tersebut dinyatakan andal (reliable).

Dalam penelitian ini akan menguji konsistensi instrument

penelitian dari ketiga variabel penelitian yaitu Pengelolaan

Keuangan Daerah, Implementasi Sistem Akuntansi Keuangan

Daerah, dan Fungsi Pengawasan Keuangan Daerah.

Tabel 4.7

Hasil Uji Reliabilitas


65

Variabel Alpha Cronbach Batas reliabilitas Keterangan


(α)
Sistem 0.831 Reliabel
Pengelolaan
Keuangan Daerah
Sistem Akuntansi 0.929 Reliabel
0,60
Keuangan Daerah
Fungsi 0.942 Reliabel
Pengawasan
Keuangan Daerah
Sumber: Lampiran 4 hal 97

Berdasarkan hasil uji reliabilitas di atas menunjukkan bahwa

Pengelolaan Keuangan Daerah memiliki nilai Alpha Cronbach (α)

sebesar 0.831, Sistem Akuntansi Keuangan Daerah memiliki nilai

Alpha Cronbach (α) sebesar 0.929, dan Fungsi Pengawasan

Keuangan Daerah memiliki nilai Alpha Cronbach (α) sebesar

0.942. Nilai Alpha Cronbach (α) masing-masing variabel lebih

besar dari batas nilai reliabilitas yaitu sebesar 0,60, hal ini

menunjukkan bahwa setiap pernyataan dalam kuesioner reliabel

dan item pernyataan yang digunakan akan mampu memperoleh

data yang konsisten yang artinya apabila item pernyataan tersebut

diajukan kembali akan menghasilkan jawaban yang relatif sama.

4.1.3.2 Uji Asumsi Klasik

a. Uji Normalitas

Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi data

normal atau mendekati normal. Uji normalitas dilakukan dengan


66

Kolmogrov-Smirnov (K-S) dengan ketentuan bila nilai signifikan

hitung > 0,05, berarti variabel berdistribusi normal dan sebaliknya

bila nilai signifikan hitung < 0,05, berarti variabel tidak

berdistribusi normal.

Tabel 4.8

Hasil Uji Normalitas Menggunakan Kolmogrov-Smirnov

Residual Tidak
Keterangan
Terstandarisasi
N 41
Normal Parameters a,,b
Mean .0000000
Std. Deviation .81937848
Most Extreme Differences Absolute .187
Positive .187
Negative -.150
Kolmogorov-Smirnov Z 1.196
Asymp. Sig. (2-tailed) .115
Sumber: Lampiran 4 hal 97

Berdasarkan tabel 4.8 uji normalitas menggunakan

Kolmogrov-Smirnov (K-S), didapatkan hasil signifikan sebesar

0.115 lebih besar dari 0.05 dan dapat disimpulkan bahwa variabel

berdistribusi normal.

b. Uji Multikolinearitas

Multikolinearitas adalah situasi adanya korelasi variabel-

variabel independen di antara satu dengan yang lainnya. Uji

multikolinearitas dilakukan dengan melihat Tolerance Value dan

VIF (Variance Inflation Factor) dengan bantuan program SPSS


67

for windows version 16.0, yang mana apabila nilai Tolerance

Value di bawah 0,10 dan VIF di atas 10, maka data mengalami

gejala multikolinearitas.

Tabel 4.9

Hasil Uji Multikolinearitas

Nama Variabel Tolerance VIF Keterangan


Sistem 0.443 2.310 Tidak Terjadi
Pengelolaan Multikolinearitas
Keuangan Daerah
Sistem Akuntansi 0.443 2.310 Tidak Terjadi
Keuangan Daerah Multikolinearitas
Sumber: Lampiran 4 hal 97

c. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk mengetahui apakah

dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varians pada residual

dari pengamatan satu dengan lainnya dalam model regresi.

Regresi yang baik seharusnya tidak terjadi heteroskedastisitas.

Dalam penelitian ini menggunakan grafik scatterplot dan uji

residual statistik. Uji residual statistik dapat dilihat apabila dari

probabilitas signifikasinya diatas tingkat kepercayaan 5% atau

0,05.
68

Gambar 4.1

Hasil Uji Scatterplot

Berdasarkan gambar 4.1 grafik scatterplot menunjukan

bahwa data tersebar diatas dan di bawah angka 0 (nol) pada

sumbu Y dan tidak terdapat suatu pola yang jelas pada

penyebaran data tersebut. Hal ini berarti tidak terjadi

heteroskedastisitas pada model persamaan regresi, sehingga

model regresi layak digunakan untuk memprediksi Fungsi

Pengawasan Keuangan Daerah berdasarkan variabel yang

mempengaruhinya, yaitu Sistem Pengelolaan Keuangan Daerah

dan Sistem Akuntansi Keuangan Daerah.

4.1.3.3 Pengujian Hipotesis

a. Uji Statistik t
69

Pada pengujian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa jauh

pengaruh dari variabel independen yaitu Sistem Pengelolaan

Keuangan Daerah dan Sistem Akuntansi Keuangan Daerah

terhadap variabel dependen yaitu Fungsi Pengawasan Keuangan

Daerah. Berikut ini adalah hasil uji statistik t:

Tabel 4.10

Hasil Uji Statistik T

Koefisien Tidak Koefisien


Model Berstandar Terstandar t Sig.
B Std. Error Beta
1 (Konstanta) .337 .300 1.124 .268

Sistem Pengelolaan .453 .138 .328 3.292 .002


Keuangan Daerah

Sistem Akuntansi 1.563 .137 1.136 11.399 .000


Keuangan Daerah

a. Dependent Variable: FUNGSI_PENGAWASAN_KEUANGAN_DAERAH


Sumber: Lampiran 4 hal 97

Berdasarkan tabel 4.10 di atas menunjukkan bahwa:

1. Pengujian Hipotesis (H1)

Hasil pengujian pada variabel Sistem Pengelolaan

Keuangan Daerah menunjukkan bahwa nilai probabilitas

sebesar 0,002 yang nilainya lebih kecil dari 0,05. Hal ini

berarti H1 terdukung secara statistik, yang artinya Sistem


70

Pengelolaan Keuangan Daerah berpengaruh terhadap Fungsi

Pengawasan Keuangan Daerah.

2. Pengujian Hipotesis (H2)

Hasil pengujian pada variabel Sistem Pengelolaan

Keuangan Daerah menunjukkan bahwa nilai probabilitas

sebesar 0,000 yang nilainya lebih kecil dari 0,05. Hal ini

berarti H2 terdukung secara statistik, yang artinya Sistem

Akuntansi Keuangan Daerah berpengaruh terhadap Fungsi

Pengawasan Keuangan Daerah.

b. Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2)

Uji Koefisien Determinasi (R2) bertujuan untuk mengukur

sejauh mana variabel bebas yaitu Sistem Pengelolaan Keuangan

Daerah dan Sistem Akuntansi Keuangan Daerah dapat

menjelaskan variasi variabel terikat yaitu Fungsi Pengawasan

Keuangan Daerah.

Tabel 4.11

Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2)

R Disesuaikan dengan Perkiraan


Model R
Kuadrat R Kuadrat Kesalahan Standar

1 0.915a 0.837 0.828 0.16165


Sumber: Lampiran 4 hal 97

Pada tabel 4.11 dapat dilihat bahwa nilai disesuaikan dengan

R Kuadrat sebesar 0.828 atau 82,8%, ini menunjukkan bahwa


71

variabel independen yaitu Pengelolaan Keuangan Daerah dan

Sistem Akuntansi Keuangan Daerah dapat mempengaruhi

variabel dependen yaitu Fungsi Pengawasan Keuangan Daerah

sebesar 82,8%. Sedangkan 17,2% dijelaskan oleh faktor-faktor

lain yang tidak digunakan dalam penelitian ini.

4.1.3.4 Hasil Analisis Regresi Linier Berganda

Model analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah

menggambarkan rumus regresi linier berganda. Hasil uji regresi

linier berganda adalah sebagai berikut:

Tabel 4.12

Hasil Analisis Regresi Linier Berganda

Koefisien Tidak Koefisien


Model Terstandar Terstandar t Sig.
B Std. Error Beta
1 (Konstanta) .337 .300 1.124 .268
Sistem Pengelolaan .453 .138 -.328 3.292 .002
Keuangan Daerah
Sistem Akuntansi 1.563 .137 1.136 11.399 .000
Keuangan Daerah
Sumber: Lampiran 4 hal 97

Berdasarkan Tabel 4.12 di atas persamaan regresi linier berganda

yaitu:

Y= 0.337 + 0. 453 X1 + 1.563 X2 + e

Keterangan:
72

Y = Variabel dependen, yaitu fungsi pengawasan keuangan

daerah

α = Konstansta

b1 b2 = Koefisien regresi masing-masing variabel

X1 = Variabel independen, yaitu sistem pengelolaan keuangan

daerah

X2 = Variabel independen, yaitu sistem akuntansi keuangan

daerah

e = Nilai eror

Dari persamaan di atas dapat dijelaskan bahwa:

1. Nilai konstanta merupakan nilai tetap yang didapat dari hasil

perhitungan SPSS yang dapat dilihat pada tabel 4.12 pada kolom

Beta yang memperoleh nilai sebesar 0,337 dan mengindikasikan

bahwa jika variabel independen yaitu sistem pengelolaan

keuangan daerah dan sistem akuntansi keuangan daerah adalah

nol maka nilai pengaruh fungsi pengawasan keuangan daerah

adalah sebesar konstansta 0,337.

2. Variabel sistem pengelolaan keuangan daerah memiliki nilai

koefisien regresi sebesar 0,453. Hal ini menggambarkan bahwa

jika setiap kenaikan 1% variabel sistem pengelolaan keuangan

daerah, dengan asumsi variabel lain tetap akan meningkatkan

variabel fungsi pengawasan keuangan daerah sebesar 45,3%.


73

3. Variabel sistem akuntansi keuangan daerah memiliki nilai

koefisien regresi sebesar 1,563. Hal ini menggambarkan bahwa

jika setiap kenaikan 1% variabel sistem akuntansi keuangan

daerah, dengan asumsi variabel lain tetap akan meningkatkan

variabel fungsi pengawasan keuangan daerah sebesar 156,3%.

4.2 Pembahasan

Penelitian ini menguji pengaruh Sistem Pengelolaan Keuangan Daerah,

Implementasi Sistem Akuntansi Keuangan Daerah terhadap Fungsi Pengawasan

Keuangan Daerah. Pengujian hipotesis yang dilakukan menggunakan analisis

regresi linier berganda. Adapun ringkasan hasil pengujian dapat dilihat pada tabel

4.13 berikut:

Tabel 4.13

Ringkasan Hasil Pengujian Hipotesis

Kod Hipotesis Hasil


e
H1 Sistem Pengelolaan Keuangan Daerah Diterima
berpengaruh terhadap Fungsi Pengawasan
Keuangan Daerah
H2 Sistem Akuntansi Keuangan Daerah Diterima
berpengaruh terhadap Fungsi Pengawasan
Keuangan Daerah

4.2.1 Sistem Pengelolaan Keuangan Daerah terhadap Fungsi Pengawasan

Keuangan Daerah

Hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti yang menunjukkan bahwa


74

variabel Sistem Pengelolaan Keuangan Daerah berpengaruh terhadap Fungsi

Pengawasan Keuangan Daerah sehingga hipotesis pertama diterima. Hasil

hipotesis pertama (H1) dapat dilihat pada tabel 4.10 dan diketahui nilai

probabilitas sebesar 0,002 yang nilainya lebih kecil dari 0,05. Hal ini

menunjukkan bahwa semakin baik Sistem Pengelolaan Keuangan Daerah

maka semakin baik pula Fungsi Pengawasan Keuangan Daerah yang

dihasilkan. Sistem pengelolaan keuangan daerah yang mencakup tahap

perencanaan, tahap penyusunan dan penetapan APBD, tahap pelaksanaan

APBD termasuk di dalamnya bagaimana penatausahaannya, tahap

pertanggungjawaban, dan pengawasan perlu dilakukan dalam upaya

meningkatkan fungsi pengawasan keuangan daerah agar berjalan dengan

baik dan lancar.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Abdul Rohman (2009) dengan judul “Pengaruh Implementasi Sistem

Akuntansi, Pengelolaan Keuangan Daerah terhadap Fungsi Pengawasan

intern dan Kinerja Pemerintah Daerah (Survei pada Pemda di Jawa

Tengah)”. Hasil penelitiannya adalah bahwa implementasi sistem akuntansi

dan sistem pengelolaan keuangan daerah dapat mempengaruhi dan

memperlancar pelaksanaan fungsi pengawasan intern pada Pemerintah

daerah di Jawa Tengah. Selain itu implementasi sistem akuntansi

pemerintahan, implementasi pengelolaan keuangan daerah, dan fungsi

pengawasan intern berpengaruh terhadap kinerja Pemerintah daerah. Dan

juga diperkuat oleh penelitian yang dilakukan oleh Novi Andiani (2012)
75

dengan judul “Pengaruh Sistem Pengelolaan Keuangan Daerah dan

Implementasi Sistem Akuntansi Keuangan Daerah terhadap Fungsi

Pengawasan Keuangan Daerah (Studi Kasus Pada Pendapatan Pengelolaan

Keuangan dan Aset Daerah (DPPKAD) di Kabupaten Boyolali)”. Hasil

penelitiannya menunjukkan bahwa sistem pengelolaan keuangan daerah

berpengaruh terhadap fungsi pengawasan keuangan daerah.

4.2.2 Sistem Akuntansi Keuangan Daerah berpengaruh terhadap Fungsi

Pengawasan Keuangan Daerah

Hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti yang menunjukkan bahwa

variabel Sistem Akuntansi Keuangan Daerah berpengaruh terhadap Fungsi

Pengawasan Keuangan Daerah sehingga hipotesis kedua diterima. Hasil

hipotesis kedua (H2) dapat dilihat pada tabel 4.10 dan diketahui nilai

probabilitas sebesar 0,000 yang nilainya lebih kecil dari 0,05. Hal ini

menunjukkan bahwa semakin baik Sistem Akuntansi Keuangan Daerah

maka semakin baik pula Fungsi Pengawasan Keuangan Daerah yang

dihasilkan. Kemudahan dan kemanfaatan implementasi sistem akuntansi

pemerintahan memungkinkan kebijakan akuntansi diterima semua pihak.

Implementasi sistem akuntansi pemerintahan diharapkan mampu menjamin

bahwa segala peristiwa penting kegiatan pemerintah terekam dengan baik

dengan ukuran-ukuran yang jelas dan dapat diikhtisarkan melalui proses

akuntansi dalam bentuk laporan dimana bisa diperiksa segala transaksi yang

terjadi di dalam entitas itu, yakni entitas pemerintah.


76

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Novi

Andiani (2012) dengan judul “Pengaruh Sistem Pengelolaan Keuangan

Daerah dan Implementasi Sistem Akuntansi Keuangan Daerah terhadap

Fungsi Pengawasan Keuangan Daerah (Studi Kasus Pada Pendapatan

Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPPKAD) di Kabupaten

Boyolali)”. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa implementasi sistem

akuntansi keuangan daerah berpengaruh terhadap fungsi pengawasan

keuangan daerah.
77

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh Sistem

Pengelolaan Keuangan Daerah, Implementasi Sistem Akuntansi Keuangan Daerah

terhadap Fungsi Pengawasan Keuangan Daerah. Berdasarkan hasil analisis data

yang sudah dilakukan dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab

sebelumnya, adapun kesimpulan yang diperoleh adalah sebagai berikut:

1. Sistem Pengelolaan Keuangan Daerah berpengaruh terhadap Fungsi

Pengawasan Keuangan Daerah pada Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset

Daerah (BPKAD) Kabupaten Sumbawa. Artinya bahwa, semakin baik Sistem

Pengelolaan Keuangan Daerah maka semakin baik pula Fungsi Pengawasan

Keuangan Daerah yang dihasilkan.

2. Sistem Akuntansi Keuangan Daerah berpengaruh terhadap Fungsi Pengawasan

Keuangan Daerah pada Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah

(BPKAD) Kabupaten Sumbawa. Artinya bahwa, semakin baik Sistem

Akuntansi Keuangan Daerah maka semakin baik pula Fungsi Pengawasan

Keuangan Daerah yang dihasilkan.

5.2. Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka peneliti memberikan

beberapa saran sebagai berikut:

1. Variabel Sistem Pengelolaan Keuangan Daerah dan Implementasi Sistem

Akuntansi Keuangan Daerah merupakan faktor penting dalam Fungsi

76
78

Pengawasan Keuangan sehingga diperlukan adanya kerjasama yang solid

antara atasan dan bawahan di Kantor Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset

Daerah Kabupaten Sumbawa.

2. Pihak instansi terkait diharapkan dapat lebih meningkatkan Sistem Pengelolaan

Keuangan Daerah dan Implementasi Sistem Akuntansi Keuangan Daerah agar

tercapai pengawasan keuangan yang baik.

3. Diharapkan juga kepada pimpinan instansi terkait agar dapat menjelaskan

sasaran anggaran dengan memberikan informasi yang jelas, spesifik, dan

dimengerti oleh pihak yang bertanggung jawab untuk menyusun dan

melaksanakannya sehingga fungsi pengawasan keuangan dapat ditingkatkan.

4. Disarankan juga kepada peneliti selanjutnya agar melakukan penelitian pada

dinas daerah/lembaga teknis daerah lain atau dengan menambah variabel lain

untuk membuktikan konsistensi hasil penelitian.


79

DAFTAR PUSTAKA

Akbar, Bahrullah. 2002. Fungsi Manajemen Keuangan. Boklet Publikasi BPK


No.87. Bulan Oktober. Jakarta: BPK.

Alamsyah. 1997. Mekanisme Pengawasan APBD di Kabupaten Sleman.Tesis


Magister Akuntansi Publi. Univ. Gadjah Mada. Jogjakarta.

Andiani, Novi. 2012. Pengaruh Sistem Pengelolaan Keuangan Daerah Dan


Implementasi Sistem Akuntansi Keuangan Daerah Terhadap Fungsi
Pengawasan Keuangan Daerah. Pada Universitas Muhammadiyah:
Surakarta.

Annisa, Vivid. 2017. Pengaruh Sistem Akuntansi Keuangan Daerah, Pengelolaan


Keuangan Daerah, Dan Good Governance Terhadap Kinerja Pemerintah
Daerah. JOM Feon, Vol. 4, No.1: 1873-1885. Februari.

Anonim. 2019. Pemerintah Kabupaten Sumbawa diunduh di


http://www.sumbawakab.go.id/ (diakses Senin, 20 Mei 2019).

Anonim. 2019. Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Provinsi Nusa
Tenggara Barat diunduh di http://bpkad.ntbprov.go.id/pages/Tentang
%20BPKAD (diakses Jumat, 24 Mei 2019).

Asih, Dewi Fitri. 2012. Kemampuan Pendapatan Asli Daerah Kabupaten


Purwerejo Dalam Mendukung Otonomi Daerah. Pada Universitas Negeri
Yogyakarta.

Bratakusumah, Deddy Supriady & Dadang Solihin. 2004. Otonomi


Penyelenggaran Pemerintahan Daerah. Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama.

Damanik. U. 2001. Paradigma Baru Pengawasan Keuangan Negara. Jurnal


Akuntansi dan Keuangan Sektor Publik (JAKSP): 2(1): 19-42.

Defitri, Siska Yulia. 2018. Pengeruh Pengelolaan Keuangan Daerah Dan Sistem
Akuntansi Keuangan Daerah Terhadap Kualitas Laporan Keuangan
Pemerintah Daerah.Jurnal Benefita 3(1). Februari (64-75).

Dunk, A. dan H. Perera. 1997. The Incidence of Budgetary Slack: A Field Study
Exploration. Accounting Auditing And Accountability Journal, 10 (50):
649-664.

78
80

Halim, Abdul. 2004. Manajemen Keuangan Daerah. Yogyakarta: UPP–AMP


YKPN.

Hendriksen, Eldon S. 2005. Teori Akuntansi.Terjemahan oleh Marianus Sinaga.


Edisi Kelima. Jakarta: Erlangga.

Latifah, Lyna dan Arifin Sabeni. 2007. Faktor Keperilakuan Organisasi


Implementasi Sistem Akuntansi Keuangan Daerah. SNA X. UNDIP
Semarang.

Mardiasmo. 2000. Reformasi Pengelolaan Keuangan Daerah: Implementasi


Value for Money Audit sebagai Antisipasi Terhadap Tuntutan Akuntabilitas
Publik. J. Akuntansi Auditing Indononesia (JAAI), Vol. IV (1), UII.
Yogyakarta.

Mardiasmo. 2002. Akuntansi Sektor Publik. Yogyakarta: Andi Offset.

Mianti, Rara. 2014.Analisis Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah Se-Provinsi


Bengkulu Sepuluh Tahun Terakhir.Pada Universitas Bengkulu.

Mulyadi. 2002. Sistem Informasi Akuntansi. Yogyakarta: BPFE.

Nordiawan, Deddi, dkk. 2012. Akuntansi Pemerintahan. Jakarta: Salemba Empat.

Nova Lintong, Diana, dkk. 2017. Pengaruh Implementasi Sistem Akuntansi,


Pengelolaan Keuangan Daerah Dan Pengawasan Internal Terhadap
Kinerja Pemerintah Kota Kotamogu. Jurnal Accountability, Volume 06,
Nomor 01: 118-127.

Nurachman, Dwi Aditya. 2016. Pengaruh Akuntabillitas Publik dan Sistem


Akuntansi Keuangan Daerah terhadap Kualitas Laporan Keuangan
Daerah. Pada Universitas Pasundan: Bandung.

Puspitaningsih, Vita Diah Ayu. 2017. Faktor-Faktor Yang Memengaruhi


Keterandalan dan Ketepatwaktuan Pelaporan Keuangan SKPD. Pada
Universitas Muhammadiyah: Yogyakarta.

Hay, Leon E. 1997. Accounting for Governmental And Non-profit Entities, 9th Ed.
Boston: Richard D. Irwin Inc.

Hidayat, Rahmat. 2015. Pengaruh Pengelolaan Keuangan Daerah dan Sistem


Akuntansi Keuangan Daerah terhadap Kinerja Pemerintah Daerah. Pada
Universitas Negeri Padang.
81

Huda, Syamsul, dkk. 2017. Model Pemetaan Potensi Daerah Menuju


Kemandirian FiskalDi Jawa Timur.Volume 11, No.2. Desember.

Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan


Keuangan Daerah.

Rohman, Abdul. 2009. Pengaruh Implementasi Sistem Akuntansi, Pengelolaan


Keuangan Daerah terhadap Fungsi Pengawasan dan Kinerja Pemerintah
Daerah. Jurnal Akuntansi dan Bisnis, Vol. 9, No. 1: 21-23. Pebruari.

Setyawan, Setu. 2002. Pengukuran Kinerja Anggaran Keuangan Daerah


Pemerintah Kota Malang Dilihat Dari Prespektif Akuntabilitas.S1 (Tidak
Dipublikasikan). Universitas Muhammadiyah Malang.

Sugiyono. 2018. Metode Penelitian Kuantitatif. Bandung: Alfabeta.

Suwardjono. 2005. Teori Akuntansi Perekayasaan Pelaporan Keuangan. Edisi


Ketiga. Yogyakarta: BPFE.

Tobi, Maria Regina. 2016.Analisa Kinerja Keuangan Pemerintah Kabupaten


Flores Timur. Jurnal Ilmu dan Riset Akuntansi, Vol. 5, No. 8. Agustus.

Tuasikal, Askam. 2009. Pengaruh Pengawasan, Pemahaman Sistem Akuntansi


Keuangan dan Pengelolaan Keuangan Terhadap Kinerja Unit Satuan Kerja
Pemerintah Daerah. Universitas Pattimura Ambon. Vol. 10, No. Juni. Hlm.
66-88.

Undang-Undang No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, Jakarta.

Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah, Jakarta.

Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan


Daerah, Jakarta.

Usman, Lukman Pakaya. 2014. Pengaruh Pemahaman Sistem Akuntansi


Keuangan Daerah Terhadap Kinerja SKPD Pada PemerintahDaerah
Kabupaten Bone Bolongo.Pada Uiversitas Negeri Gorontalo.

Yuwono, Sony, dkk. 2005. Penganggaran Sektor Publik. Malang: Bayumedia.

Wahyundaru, Sri Dewi. 2001. Akuntansi Sektor Publik dalam Otonomi Daerah.
Suara Merdeka. Edisi 21 Februari.
LAMPIRAN 1
82

SURAT IJIN PENELITIAN

STRUKTUR ORGANISASI KANTOR BPKAD KABUPATEN SUMBAWA

81
83

KUESIONER PENELITIAN

A. Deskripsi Responden

Nama Responden : (Boleh tidak diisi)

Tanggal Pengisian :

Jenis Kelamin : Laki-laki/Perempuan

Umur :

Pendidikan Terakhir :

 SLTA/Sederajat

 Diploma (D3)

 Strata 1 (Sarjana)

 Strata 2 (Master)

 Strata 3 (Doktor)

Lama Bekerja :

 1-5 Tahun

 6-10 Tahun

 11-15 Tahun

 16-20 Tahun

 ≥ 21 Tahun
84

B. Petunjuk Pengisian Kuesioner

Bapak/Ibu diminta untuk memberikan pendapat atas pertanyaan di

bawah ini, kemudian berilah tanda check list () pada salah satu dari empat

alternatif jawaban yang terdapat dalam pertanyaan tersebut.

Skor jawaban adalah sebagai berikut:

Keterangan (STS) (TS) (S) (SS)

Sangat Tidak Tidak Setuju Sangat

Setuju Setuju Setuju

1 2 3 4

I. Pengelolaan Keuangan Daerah

No Pertanyaan STS TS S SS

1 Pengelolaan keuangan sudah sesuai


dengan prosedur yang ada
2 Kebijakan dan keputusan yang diambil
terkait dengan pengelolaan keuangan
dapat dipertanggungjawabkan
3 Biaya yang dikeluarkan dengan
penggunaan input sudah sesuai dengan
standar
4 Instansi adil dan merata dalam
pelaksanaan, pengadaan, dan
pengelolaan keuangan
5 Seluruh elemen dalam instansi telah
memenuhi syarat kejujuran dan
integritas dalam bekerja
85

6 Instansi selalu terbuka dalam


pengelolaan keuangan terhadap elemen
masyarakat
7 Instansi sering melakukan evaluasi
kinerja yang terkait dengan pengelolaan
keuangan
8 Setiap evaluasi kinerja pengelolaan
keuangan sering ditindaklanjuti atau
diantisipasi langkah kedepannya
Sumber: Rahmat Hidayat, 2015

II. Sistem Akuntansi Keuangan Daerah

No Pertanyaan Lembar Jawaban

Pencatatan STS TS S SS

1 Sistem akuntansi keuangan daerah yang


diterapkan sesuai dengan standar
akuntansi pemerintahan
2 Prosedur pencatatan transaksi yang
sesuai dengan standar akuntansi pada
umumnya
3 Setiap transaksi keuangan didukung oleh
bukti transaksi
4 Semua transaksi keuangan dilakukan
pencatatan secara kronologis
5 Kantor ditempat Bapak/Ibu bekerja
adanya pengklasifikasian terhadap
transaksi
6 Setiap transaksi keuangan di tempat
Bapak/Ibu bekerja dilakukan dengan
86

analisis transaksi/identifikasi transaksi


7 Kantor di tempat Bapak/Ibu bekerja
melakukan penjurnalan dan posting ke
buku besar sesuai dengan nomor
perkiraan yang telah ditetapkan
Pengikhtisaran

8 Penyusunan neraca saldo berdasarkan


akun buku besar pada akhir periode
akuntansi
9 Kantor di tempat Bapak /Ibu bekerja
adanya pembuatan ayat jurnal
penyesuaian
10 Kantor di tempat Bapak /Ibu bekerja
adanya penyusunan kertas kerja atau
neraca lajur
11 Kantor di tempat Bapak /Ibu bekerja
melakukan pembuatan ayat jurnal
penutup
12 Kantor di tempat Bapak /Ibu bekerja
adanya pembuatan neraca saldo setelah
penutupan
13 Kantor di tempat Bapak /Ibu bekerja
adanya pembuatan ayat jurnal pembalik
14 Adanya kedisiplinan dalam pembukuan
data keuangan
Pelaporan

15 Penyusunan lapoan keuangan dan


dilaporkan secara periodik
87

16 Kantor di tempat Bapak /Ibu bekerja


mampu mempertanggungjawabkan
seluruh proses penyusunan laporan
keuangan
Sumber: Dwi Aditya Nurachman, 2016

III. Pengawasan Keuangan Daerah

No Pertanyaan Lembar Jawaban

Pelaksanaan Pengawasan STS TS S SS

1 Terdapat pengawasan secara teratur oleh


badan pengawas daerah
2 Terdapat pengawasan preventif yang
dilakukan sebelum rencana dilakukan
3 Terdapat pengawasan represif yang
dilakukan setelah rencana dilakukan
Pengelolaan Keuangan

4 Terdapat pembinaan pengelolaan


keungan daerah
5 Terdapat evaluasi untuk perbaikan di
masa datang
6 APBD telah ditetapkan dan dilaksanakan
sesuai dengan peraturan perundang-
undangan
Sumber: Vita Diah Ayu Puspitaningsih, 2017

LAMPIRAN 2
88

DAFTAR JAWABAN RESPONDEN

IDENTITAS RESPONDEN

RESPONDEN JS PT LB
1 2 3 2
2 2 3 1
3 2 1 4
4 2 3 5
5 2 1 2
6 2 3 1
7 2 3 2
8 1 3 2
9 1 3 4
10 1 3 3
11 1 3 3
12 2 3 2
13 2 3 2
14 1 3 2
15 2 3 1
16 2 3 2
17 1 3 5
18 2 3 1
19 2 4 3
20 2 3 1
21 2 3 1
22 2 3 2
23 2 3 3
24 2 3 2
25 1 2 3
26 2 1 2
27 1 1 2
28 1 1 1
29 2 1 3
30 2 2 2
31 2 1 2
32 2 3 2
33 2 1 2
88
34 1 3 2
89

35 1 1 1
36 2 3 4
37 1 3 4
38 1 1 2
39 1 3 3
40 2 1 3
41 1 2 2
JUMLAH 67 99 96

JAWABAN RESPONDEN VARIABEL PENGELOLAAN KEUANGAN

DAERAH

PERTANYAAN RATA-
NO JUMLAH
1 2 3 4 5 6 7 8 RATA
1 3 3 3 3 3 2 3 3 23 2.9
2 3 3 3 3 3 2 3 3 23 2.9
3 3 3 3 3 3 2 3 3 23 2.8
4 4 3 3 3 2 3 3 4 25 3.1
5 3 3 3 3 3 2 3 3 23 2.9
6 3 3 3 3 3 2 3 3 23 2.9
7 3 4 4 3 3 4 3 4 28 3.5
8 3 4 3 3 3 3 3 3 25 3.1
9 3 3 3 3 3 3 3 3 24 3.0
10 3 3 3 3 3 3 3 3 24 3.0
11 3 3 3 3 3 3 3 3 24 3.0
12 3 4 3 3 3 3 3 3 25 3.1
13 3 3 3 2 2 3 2 3 21 2.6
14 3 3 4 4 3 3 4 3 27 3.3
15 3 3 4 4 3 2 3 3 25 3.1
16 3 4 3 3 3 3 3 3 25 3.1
17 4 3 3 3 3 4 4 3 27 3.3
18 4 4 4 4 4 4 4 4 32 4.0
19 3 4 3 3 3 3 4 3 26 3.2
20 3 3 3 3 3 2 3 3 23 2.9
21 3 3 3 2 2 2 3 3 21 2.6
22 3 3 3 3 3 3 3 3 24 3.0
23 3 3 3 3 3 3 3 3 24 3.0
90

24 3 3 3 3 3 3 3 3 24 3.0
25 4 4 4 4 4 3 4 4 31 3.9
26 3 3 3 3 3 3 3 3 24 3.0
27 3 3 3 3 3 3 3 3 24 3.0
28 3 3 3 3 3 3 3 3 24 3.0
29 3 3 3 3 3 3 3 3 24 3.0
30 3 3 3 3 3 3 3 3 24 3.0
31 3 3 3 2 2 3 3 3 22 2.7
32 3 4 3 3 3 3 3 3 25 3.1
33 3 3 3 3 3 3 3 3 24 3.0
34 2 3 3 3 3 3 3 3 23 2.9
35 3 3 3 3 3 2 3 3 23 2.9
36 3 3 3 2 2 2 3 3 21 2.6
37 3 3 3 3 2 2 3 3 22 2.7
38 3 3 3 3 3 3 3 3 24 3.0
39 3 3 3 3 3 3 3 3 24 3.0
40 3 3 3 2 2 3 3 3 22 2.7
41 3 4 3 3 3 3 3 3 25 3.1
JUMLAH 126 132 128 122 118 115 127 127 995 46
91

JAWABAN RESPONDEN VARIABEL SISTEM AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH


PERTANYAAN RATA-
NO JUMLAH
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 RATA
1 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 48 3.0
2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 47 3.0
3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 48 3.0
4 4 3 4 3 3 3 3 4 2 2 2 3 2 3 3 3 47 3.0 92
5 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 47 3.0
6 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 47 3.0
7 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 64 4.0
8 3 3 3 3 3 3 3 4 4 4 4 4 3 4 3 3 54 3.3
9 3 3 3 3 3 3 3 4 4 4 4 4 3 4 3 3 54 3.3
10 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 48 3.0
11 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 48 3.0
12 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 48 3.0
13 3 3 3 3 2 3 3 4 2 3 3 4 4 4 3 3 50 3.1
14 3 4 3 3 4 3 3 3 3 4 4 4 3 3 4 4 55 3.4
15 3 3 3 3 3 3 3 4 3 4 3 3 4 4 3 4 53 3.3
16 4 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 53 3.3
17 4 3 4 4 4 3 3 4 3 3 3 3 3 3 4 4 55 3.4
18 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 63 4.0
19 3 3 4 3 4 3 3 3 4 3 4 3 4 3 4 3 54 3.3
20 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 48 3.0
21 3 4 4 3 3 4 4 3 4 4 3 4 3 4 3 3 56 3.5
22 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 48 3.0
23 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 48 3.0
24 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 48 3.0
25 4 4 4 4 4 3 4 4 3 4 4 4 3 4 4 4 61 3.9
26 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 48 3.0
27 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 48 3.0
28 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 48 3.0
29 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 48 3.0
30 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 48 3.0
31 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 48 3.0
32 3 4 4 3 3 4 4 3 4 4 3 4 3 4 3 3 56 3.5
33 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 48 3.0
34 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 48 3.0
35 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 48 3.0
93

JAWABAN RESPONDEN VARIABEL PENGAWASAN KEUANGAN

DAERAH

PERTANYAAN RATA-
NO JUMLAH
1 2 3 4 5 6 RATA
1 3 3 3 3 3 3 18 3.0
2 3 3 3 3 3 3 18 3.0
3 3 3 3 3 3 3 18 3.0
4 3 3 3 3 3 3 18 3.0
5 3 3 3 3 3 3 18 3.0
6 3 3 3 3 3 3 18 3.0
7 4 4 4 4 4 4 24 4.0
8 4 3 3 4 4 4 22 3.7
9 4 3 3 4 4 4 22 3.7
10 3 3 3 3 3 3 18 3.0
11 3 3 3 3 3 3 18 3.0
12 3 3 3 3 3 3 18 3.0
13 4 4 3 3 3 3 20 3.3
14 3 3 3 3 4 4 20 3.3
15 3 3 4 4 4 3 21 3.5
16 4 4 3 3 3 4 21 3.5
17 4 4 4 4 4 4 24 4.0
18 3 4 4 4 4 4 23 3.9
19 4 3 3 3 3 4 20 3.0
20 3 3 3 3 3 3 18 3.0
21 4 4 4 4 4 4 24 4.0
22 3 3 3 3 3 3 18 3.0
23 3 3 3 3 3 3 18 3.0
24 3 3 3 3 3 3 18 3.0
25 4 4 4 4 4 4 24 4.0
26 3 3 3 3 3 3 18 3.0
27 3 3 3 3 3 3 18 3.0
28 3 3 3 3 3 3 18 3.0
29 3 3 3 3 3 3 18 3.0
30 3 3 3 3 3 3 18 3.0
31 3 3 3 3 3 3 18 3.0
32 4 4 4 4 4 4 24 4.0
33 3 3 3 3 3 3 18 3.0
94

34 3 3 3 3 3 3 18 3.0
35 3 3 3 3 3 3 18 3.0
36 3 3 3 3 3 3 18 3.0
37 3 3 3 3 3 3 18 3.0
38 3 3 3 3 3 3 18 3.0
39 3 3 3 3 3 3 18 3.0
40 3 3 3 3 3 3 18 3.0
41 4 4 4 4 4 4 24 4.0
13 108
JUMLAH 134 2 131 133 134 135 799
95

LAMPIRAN 3
Nilai R Tabel
Tingkat signifikansi untuk uji satu arah
0.05 0.025 0.01 0.005 0.0005
df = (N-2) Tingkat signifikansi untuk uji dua arah
0.1 0.05 0.02 0.01 0.001
30 0.2960 0.3494 0.4093 0.4487 0.5541
31 0.2913 0.3440 0.4032 0.4421 0.5465
32 0.2869 0.3388 0.3972 0.4357 0.5392
33 0.2826 0.3338 0.3916 0.4296 0.5322
34 0.2785 0.3291 0.3862 0.4238 0.5254
35 0.2746 0.3246 0.3810 0.4182 0.5189
36 0.2709 0.3202 0.3760 0.4128 0.5126
37 0.2673 0.3160 0.3712 0.4076 0.5066
38 0.2638 0.3120 0.3665 0.4026 0.5007
39 0.2605 0.3081 0.3621 0.3978 0.4950
40 0.2573 0.3044 0.3578 0.3932 0.4896
41 0.2542 0.3008 0.3536 0.3887 0.4843
42 0.2512 0.2973 0.3496 0.3843 0.4791
43 0.2483 0.2940 0.3457 0.3801 0.4742
44 0.2455 0.2907 0.3420 0.3761 0.4694
45 0.2429 0.2876 0.3384 0.3721 0.4647
46 0.2403 0.2816 0.3348 0.3686 0.4601
47 0.2377 0.2816 0.3314 0.3646 0.4557
48 0.2353 0.2787 0.3281 0.3610 0.4514
49 0.2329 0.2759 0.3249 0.3575 0.4473
50 0.2306 0.2732 0.3218 0.3542 0.4432
51 0.2284 0.2706 0.3188 0.3509 0.4393
52 0.2262 0.2681 0.3158 0.3477 0.4354
53 0.2241 0.2656 0.3129 0.3445 0..4317
54 0.2221 0.2632 0.3102 0.3415 0.4280
55 0.2201 0.2609 0.3074 0.3385 0.4244
56 0.2181 0.2586 0.3048 0.3357 0.4210
57 0.2162 0.2564 0.3022 0.3328 0.4176
58 0.2144 0.2542 0.2997 0.3301 0.4143
59 0.2126 0.2521 0.2972 0.3274 0.4110
60 0.2108 0.2500 0.2948 0.3248 0.4079

LAMPIRAN 4

96
96

OUTPUT HASIL PENGUJIAN DATA SPSS VERSI 16.0

DESKRIPSI BERDASARKAN JENIS KELAMIN, PENDIDIKAN TERAKHIR DAN

LAMA BEKERJA

Descriptive Statistics

Std.
N Minimum Maximum Mean
Deviation
JENIS_KELAMIN 41 1.00 2.00 1.6341 .48765
PENDIDIKAN_TERA 41 1.00 4.00 2.4146 .92129
KHIR
LAMA_BERKERJA 41 1.00 5.00 2.3415 1.06324
Valid N (listwise) 41

DESKRIPSI BERDASARKAN JENIS KELAMIN

JENIS_KELAMIN

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Percent
Valid LAKI-LAKI 15 36.6 36.6 36.6
PEREMPUAN 26 63.4 63.4 100.0
Total 41 100.0 100.0

DESKRIPSI BERDASARKAN PENDIDIKAN TERAKHIR

97
97

PENDIDIKAN_TERAKHIR

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Percent
Valid SLTA 11 26.8 26.8 26.8
D3 3 7.3 7.3 34.1
S1 26 63.4 63.4 97.6
S2 1 2.4 2.4 100.0
Total 41 100.0 100.0

DESKRIPSI BERDASARKAN LAMA BEKERJA

LAMA_BERKERJA

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Percent
Valid 1-5 th 8 19.5 19.5 19.5
6-10 th 19 46.3 46.3 65.9
11-15 th 8 19.5 19.5 85.4
16-20 th 4 9.8 9.8 95.1
>21 th 2 4.9 4.9 100.0
Total 41 100.0 100.0

DESKRIPSI DATA BERDASARKAN MASING-MASING VARIABEL


98

Descriptive Statistics

Std.
N Minimum Maximum Sum Mean Variance
Deviation
SISTEM_PENGEL 41 2.60 4.00 123.90 3.0220 .28241 .080
OLAAN_KEUAN
GAN_DAERAH
SISTEM_AKUNT 41 3.00 4.00 129.80 3.1659 .28338 .080
ANSI_KEUANGA
N_DAERAH
FUNGSI_PENGA 41 3.00 4.00 132.90 3.2415 .38986 .152
WASAN_KEUAN
GAN_DAERAH
Valid N (listwise) 41

UJI KUALITAS DATA


99

HASIL UJI VALIDITAS VARIABEL SISTEM PENGELOLAAN KEUANGAN

DAERAH

 Item pertanyaan dianggap valid jika nilai r-hitung atau nilai Corrected Item-

Total Correlation lebih besar atau sama dengan nilai r-tabel (Rhitung ≥ Rtable

Criteria valid apabila nilai Rhitung lebih besar dari nilai Rtabel.

 Rtabel = Jumlah responden – Jumlah variabel independen = 41– 2 = 39

(0,3081)

 Rhitung dilihat dari tabel warna kuning

Item-Total Statistics
Scale Mean Scale Corrected Cronbach's
if Item Variance if Item-Total Alpha if Item
Deleted Item Deleted Correlation Deleted
SPKD_1 21.1951 4.211 .508 .817
SPKD_2 21.0488 4.048 .491 .819
SPKD_3 21.1463 4.078 .645 .803
SPKD_4 21.2927 3.662 .642 .798
SPKD_5 21.3902 3.744 .619 .802
SPKD_6 21.4634 3.805 .430 .839
SPKD_7 21.1707 3.945 .649 .800
SPKD_8 21.1707 4.195 .622 .808

HASIL UJI RELIABILITAS VARIBAEL


100

SISTEM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

Criteria reliable apabila nilai cronbach alpha > 0,60. Dan dapat dilihat pada

tabel yang berwarna hijau.

Reliability Statistics
Cronbach's
N of Items
Alpha
.831 8

UJI KUALITAS DATA

HASIL UJI VALIDITAS VARIABEL SISTEM AKUNTANSI KEUANGAN

DAERAH

 Item pertanyaan dianggap valid jika nilai r-hitung atau nilai Corrected Item-

Total Correlation lebih besar atau sama dengan nilai r-tabel (Rhitung ≥ Rtable

Criteria valid apabila nilai Rhitung lebih besar dari nilai Rtabel.

 Rtabel = Jumlah responden – Jumlah variabel independen = 41– 2 = 39

(0,3081)

 Rhitung dilihat dari tabel warna kuning

Item-Total Statistics
Scale Corrected Cronbach's
Scale Mean if
Variance if Item-Total Alpha if Item
Item Deleted
Item Deleted Correlation Deleted
SAKD_1 47.4878 18.706 .550 .927
SAKD_2 47.4634 17.855 .788 .921
SAKD_3 47.3902 17.794 .697 .923
SAKD_4 47.5366 19.105 .511 .928
SAKD_5 47.5122 18.256 .621 .925
101

SAKD_6 47.5122 18.556 .656 .925


SAKD_7 47.4878 18.056 .774 .922
SAKD_8 47.4146 18.449 .532 .928
SAKD_9 47.4878 17.956 .582 .927
SAKD_10 47.4146 17.299 .763 .921
SAKD_11 47.4878 18.006 .657 .924
SAKD_12 47.3902 17.594 .755 .922
SAKD_13 47.6098 18.494 .447 .931
SAKD_14 47.3902 17.694 .726 .922
SAKD_15 47.4634 18.155 .689 .924
SAKD_16 47.4634 18.205 .673 .924

HASIL UJI RELIABILITAS VARIBAEL

SISTEM AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH

Criteria reliable apabila nilai cronbach alpha > 0,60. Dan dapat dilihat pada

tabel yang berwarna hijau.

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items


.929 16

UJI KUALITAS DATA


102

HASIL UJI VALIDITAS VARIABEL FUNGSI PENGAWASAN

KEUANGAN DAERAH

 Item pertanyaan dianggap valid jika nilai r-hitung atau nilai Corrected Item-

Total Correlation lebih besar atau sama dengan nilai r-tabel (Rhitung ≥ Rtable

Criteria valid apabila nilai Rhitung lebih besar dari nilai Rtabel.

 Rtabel = Jumlah responden – Jumlah variabel independen = 41– 2 = 39

(0,3081)

 Rhitung dilihat dari tabel warna kuning

Item-Total Statistics
Scale Corrected Cronbach's
Scale Mean if
Variance if Item-Total Alpha if Item
Item Deleted
Item Deleted Correlation Deleted
FPKD_1 16.2195 3.776 .763 .939
FPKD_2 16.2683 3.851 .778 .937
FPKD_3 16.2927 3.862 .814 .933
FPKD_4 16.2439 3.639 .891 .923
FPKD_5 16.2195 3.626 .866 .926
FPKD_6 16.1951 3.611 .847 .929

Reliability Statistics

Cronbach's
N of Items
Alpha
.942 6

HASIL UJI ASUMSI KLASIK


103

HASIL UJI NORMALITAS

Distribusi data akan dikatakan normal apabila menghasilkan nilai residu lebih

besar dari 0,05. Dan dapat dilihat pada tabel yang berwarna biru.

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized
Residual
N 41
Normal Parametersa,,b Mean .0000000
Std. Deviation .81937848
Most Extreme Differences Absolute .187
Positive .187
Negative -.150
Kolmogorov-Smirnov Z 1.196
Asymp. Sig. (2-tailed) .115
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.

HASIL UJI MULTIKOLINEARITAS


104

Masalah Multikolinearitas terjadi apabila nilai Tolerance nya < 0,10 atau jika

suatu variabel independen mempunyai nilai VIF > 10.

Dan dapat dilihat pada tabel warna hijau.

Coefficientsa

Unstandardized Standardized
Collinearity Statistics
Coefficients Coefficients
Model t Sig.
Std.
B Beta Tolerance VIF
Error
1 (Constant) -.337 .300 -1.124 .268
SISTEM_PENGEL -.453 .138 -.328 -3.292 .002 .433 2.310
OLAAN_KEUANG
AN_DAERAH
SISTEM_AKUNTA 1.563 .137 1.136 11.399 .000 .433 2.310
NSI_KEUANGAN_
DAERAH
a. Dependent Variable: FUNGSI_PENGAWASAN_KEUANGAN_DAERAH

HASIL UJI HETEROSKEDASTISITAS

Cara untuk mendeteksi ada tidaknya heteroskedastisitas adalah dengan melihat

grafik plot antara nilai prediksi dengan residualnya dan dasar untuk

menganalisanya seperti di bawah ini.

1. Heteroskedastisitas diindikasikan telah terjadi jika ada pola tertentu

(bergelombang, melebar kemudian menyempit).

2. Heteroskedastisitas tidak terjadi jika tidak ada pola serta titik yang menyebar

di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y.


105

Dan dapat dilihat pada grafik dibawah ini:

HASIL UJI HIPOTESIS

UJI KOEFISIEN DETERMINASI (R2)

Nilai Koefisien Determinasi (R2) dapat dilihat pada tabel yang berwarna merah.

Model Summary

Adjusted R Std. Error of


Model R R Square
Square the Estimate
1 .915a .837 .828 .16165
a. Predictors: (Constant),
SISTEM_AKUNTANSI_KEUANGAN_DAERAH,
SISTEM_PENGELOLAAN_KEUANGAN_DAERAH
b. Dependent Variable:
FUNGSI_PENGAWASAN_KEUANGAN_DAERAH

UJI STATISTIK T
106

Kriteria penerimaan atau penolakan hipotesis pada UJI T didasarkan pada:

 Hipotesis diterima jika nilai signifikansi dibawah 0,05

 Hipotesis ditolak jika nilai signifikansi diatas 0,05

Dan dapat dilihat pada tabel berwarna kuning.

Hasil perhitungan menunjukkan bahwa variabel pengelolaan keuangan

daerah dan sistem akuntansi keuangan daerah secara parsial berpengaruh

positif terhadap fungsi pengawasan keuangan daerah.

Coefficientsa

Unstandardized Standardized
Model Coefficients Coefficients t Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) .337 .300 1.124 .268
SISTEM_PENGELOLAAN_ .453 .138 .328 3.292 .002
KEUANGAN_DAERAH
SISTEM_AKUNTANSI_KE 1.563 .137 1.136 11.399 .000
UANGAN_DAERAH
a. Dependent Variable: FUNGSI_PENGAWASAN_KEUANGAN_DAERAH

REGRESI LINIER BERGANDA


107

Berdasarkan tabel diatas persamaan regresi linier berganda yaitu:


Coefficientsa
Y= 0.337+ 0. 453 X1 + 1.563 X2 + e

Unstandardized Standardized
Model Coefficients Coefficients t Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) .337 .300 1.124 .268
SISTEM_PENGELO .453 .138 -.328 3.292 .002
LAAN_KEUANGA
N_DAERAH
SISTEM_AKUNTA 1.563 .137 1.136 11.399 .000
NSI_KEUANGAN_
DAERAH
a. Dependent Variable: FUNGSI_PENGAWASAN_KEUANGAN_DAERAH

Dimana:

Y = Variabel dependen, yaitu fungsi pengawasan keuangan daerah

α = Konstansta

b1 b2 = Koefisien regresi masing-masing variabel

X1 = Variabel independen, yaitu sistem pengelolaan keuangan daerah

X2 = Variabel independen, yaitu sistem akuntansi keuangan daerah

e = Nilai eror

Dari persamaan di atas dapat dijelaskan bahwa:


108

1. Nilai konstanta merupakan nilai tetap yang didapat dari hasil perhitungan

SPSS yang dapat dilihat pada tabel 4.12 pada kolom Beta yang memperoleh

nilai sebesar 0,337 dan mengindikasikan bahwa jika variabel independen

yaitu sistem pengelolaan keuangan daerah dan sistem akuntansi keuangan

daerah adalah nol maka nilai pengaruh fungsi pengawasan keuangan daerah

adalah sebesar konstansta 0,337.

2. Variabel sistem pengelolaan keuangan daerah memiliki nilai koefisien regresi

sebesar 0,453. Hal ini menggambarkan bahwa jika setiap kenaikan 1%

variabel sistem pengelolaan keuangan daerah, dengan asumsi variabel lain

tetap akan meningkatkan variabel fungsi pengawasan keuangan daerah

sebesar 45,3%.

3. Variabel sistem akuntansi keuangan daerah memiliki nilai koefisien regresi

sebesar 1,563. Hal ini menggambarkan bahwa jika setiap kenaikan 1%

variabel sistem akuntansi keuangan daerah, dengan asumsi variabel lain tetap

akan meningkatkan variabel fungsi pengawasan keuangan daerah sebesar

156,3%.

Anda mungkin juga menyukai