Anda di halaman 1dari 10

PROPOSAL

PENGARUH KINERJA KEUANGAN TERHADAP PERTUMBUHAN


EKONOMI DAERAH DENGAN ALOKASI BELANJA MODAL SEBAGAI
VARIABEL INTERVENING DI KABUPATEN TIMOR TENGAH UTARA

NAMA : FALERY LAY

PROGRAM STUDI : MANAJEMEN

JALUR MINAT : KEUANGAN

Mengetahui Mahasiswa Mengetahui


Dosen Penasehat Akademik

FALERY LAY MARGARETHY R .MBADO SE.,MM


NIM : 19410104 NIDN : 8983100020

Mengesahkan
Ketua Prodi Manajemen

Alya E.Sjioen SE,.MM


NIDN : 0301018301

1
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara berkembang yang saat ini berada pada masa
transisi dari era persaingan global menuju ke era persaingan informasi.krisis
ekonomi yang terjadi pada awal tahun 1996 dan puncaknya pada tahun 1997
mendorong pemerintah pusat mendelegasikan sebagian wewenang untuk
pengelolaan keuangan kepada daerah sehingga diharapkan daerah dapat
membiayayi pembangunan dan pelayanan atas dasar keuangan sendiri (Azar
2008).Akan tetapi pemerintah pusat tidak dapat begitu saja lepas tangan terhadap
kebijakan otonominya.Oleh karena itu, pemerintah pusat pada akhirnya akan
melakukan transfer dana, yang berupa dana perimbangan yang ditunjukan untuk
keperluan pemerintah daerah.untuk sebagian daerah alokasi dana transfer ini
justru menjadi sumber pendapatan daerahnya,sehingga kemandirian daerah
sebenarnya belum sepenuhya terlaksana (Christy dan adi.2009).
Otonomi daerah merupakan kebijakan yang diambil oleh pemerintah pusat
agar pemerintah daerah dapat mengelolah pemerintahannya sendiri tanpa campur
tangan pemerintah pusat. Oleh jarena itu diperlukan sistem pengelolaan keunagan
daerah yang baik dalam rangka mengelola dana APBD secara
transparan,efisien,efektif, dan akuntabel.
Pemerintah daerah mempunyai hak dan wewenang yang luas untuk
menggunakan sumber-sumber keungan yang dimilikinya sesuai dengan kebutuhan
dan aspirasi masyarakat yang berkembang di daerah. Hal ini juga menegaskan
bahwa daerah memiliki kewenangan untuk menentukan alokasi sumbser daya
kedalam belanja dengan menganut asas kepatutan,kebutuhan,dan kemampuan
daerah (Nugroho,2010).
Dalam pelaknaan otonomi daerah, dalam hal ini pemerintah daerah setiap
tahunnya harus merenanakan anggaran yag akan diterima selama satu tahun dan
anggaran yang akan dikeluarkan selama satu tahun fiskal.perencanaan penerimaan
dan pengeluaran tersebut tertuang pada APBD. Disisi lain pemerintah daerah juga

2
memiliki haknya yang tertuang dalam UU No.32 Tahun 2004,pasal 21-23, yang
salah satunya terdapat mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahannya,
mengelolah kekayaan negara, memungut pajak dan retribusi daerah, mendapatkan
bagi hasil dari badan usaha yang berusaha di daerahnya. Pengeloaan keungan
daerah yang baik akan berpengaruh terhadap kemajuan suatu daerah. Pengelolaan
keungan daerah yang dilaukan secara ekonomis, efisien, dan efektif atau
memenuhi prinsip value for money serta partisipasi, transparansi,akuntabilitas dan
keadilan akan dapat mendorong pertumbuhan ekonomi.
Tingkat kemempuan kinerja suatu daerah dapat diukur dengan bersarnya
penerimaan daerah. Upaya penerintah daerah dalam menggali kemampuan daerah
dapat diukur mengunakan analisis rasio keuangan pemerintah daerah.
Kinerja merupakan pencapaian atas apa yang direncanakan, baik oleh
pribadi maupun organisasi. Apabila pencapaian sesuai dengan yang direncanakan,
maka kinerja yang dilakukan terlaksanakan dengan baik. Apabia pencapaian
melebihi dari apa yang direnanakan dapat dikatakan kinerjanya sangat bagus.
Apabila pencapaian tidak sesuai dengan apa yang direncanakan atau kurang dari
apa yang direncanakan,maka kinerjanya tidak memuaskan.
Kinerja keuangan pada dasarnya dilakukan untuk menilai kinerja di masa
lalu dengan melakukan berbagai analisi sehingga diperoleh posisi keuangan yang
mewakili realitas entitas dan potensi-potensi kinerja yang akan berkelanjutan.

B. Masalah Penelitian
Berdasarkan latar belakang diatas,maka rumusan masalah dalam penelitian
ini adalah :
1. Apakah Belanja Modal di kabupaten Timor Tengah Utara memiliki
pengaruh terhadap pertumbuhan Kinerja Keuangan?
2. Apakah Belanja Modal memiliki pengaruh terhadap Pertumbuhan
Kinerja Keuanga dengan PAD sebagai variabel intervening?

3
C. Persoalan Penelitian
1. Bagaimana Kinerja Keuangan Pengelolaan Anggaran Belanja Modal
kabupaten Timor Tengah Utara jika diukur dengan Rasio efektivitas ?
2. Bagaimana Kinerja Keungan Pengelolaan Anggaran Belanja Modal
kabupaten Timor Tengah Utara jika diukur dengan Rasio Pertumbuhan?
3. Bagaimana cara meningkatkan Rasio Efektivitas dan Rasio Pertumbuhan
pada kabupaten Timor Tengah Utara.

D. Tujuan dan Kemanfaatan Penelitian


1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan persoalan penelitian diatas maka yang menjadi tujuan
penelitian ini adalah sebagai berikut : Untuk mengetahui seberapa baik
kinerja keuangan terhadap pertumbuhan ekonomi daerah dengan
alokasi belanja pada kabupaten Timor Tengah Utara
Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut :
2. Manfaat Akademis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan
yang berkaitan dengan ilmu manajemen khususnya dalam kajian
ekonomi keungan dan juga dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu
pengetahuan di Kampus Universitas Kristen Artha Wacana Kupang
(UKAW).
3. Manfaat Praktis
Sebagai masukan informasi dan pengawasan tambahan terhadap
Kantor Keuangan Daerah Kabupaten Timor Tengah Utara dalam
kaitannya mengenai Kinerja keuangan terhadap pertumbuhan ekonomi
daerah dengan alokasi belanja Modal di masa yang akan datang.

4
E. Landasan Teori
Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Daerah
Kinerja keuangan daerah yaitu keseluruhan kegiatan yang meliputi
perencanaan,pelaksanaan,penata usahaan,pelaporan,pertanggung jawaban,dan
pengawasan keuangan daerah. Kinerja keuangan pemerintah daerah ini dinilai
apakah sesuai dengan target.Salah satu alat untuk menganalisi kinerja keuangan
Pemda dalam mengelola keuangan daerahnya adalah dengan melakukan analisis
rasio keuangan terhadap APBD yang terlah ditetapkan dan dilaksanakannya.
Analisis rasio keuangan pada APBD sehingga dapat diketahui bagaimana
kecenderungan yang terjadi ( Halim,2017). Kinerja keuangan adalah suatu ukuran
kinerja yang menggunakan indikator keuangan. Analisi kinerja keuangan pada
dasarnya dilakukan untuk menilai kinerja dimasa lalu dengan melakukan berbagai
analisis sehingga diperoleh posisi keuangan yang mewakili realitas entitas dan
potensi-potensi kinerja yang akan berlanjut.
Menurut ( Halim,2008 ) analisis keuangan adalah usaha mengidentifikasi ciri-
ciri keuangan berdasarkan laporan keuangan yang tersedia. Dalam organisasi
pemerintah untuk mengukur kinerja keuangan ada beberapa ukuran kinerja, yaitu
derajat desentralisasi,ketergantungan keuangan,rasio kemandirian keangan daerah,
rasio efektivitas, rasio efisiensi,rasio keserasian,dan pertumbuhan (Sularso dan
Restianti, 201).

Rasio Derajat Desentralisasi


Derajat desentralisasi menunjukan derajat kontribusi PAD terhadap total
penerimaan daerah. Semakin tinggi kontribusi PAD maka semakin tinggi
kemampuan daerah dalam penyelenggaraan desentralsasi ( HALIM, 2008 dalam
Utomo, 2012 ).

Rasio Ketergantungan Keuangan


Dana Alokasi Umum ( DAU ), adalah dana yang beraal dari APBN yang
dialokasikan dengan tujuan pemerataan keuagan antara daerah untuk membiayai
kebutuhan pengeluarannya dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. Berkaitan

5
dengan perimbangan keuangan antara pusat dan daerah, Hal tersebut konsekuensi
adanya penyerahan kewenangan pemerintah pusat kepada pemerintah daerah.
Dengan demikian terjadi transfer yang cukup signifikan didalam APBN dari
pemerintah pusat ke pemerintah daerah,pemerintah daerah secara leluasa dapat
menggunakan dana ini apakah digunakan untuk memberi pelayanan yang lebih
baik kepada masyarakat atau untuk keperluan lain yang tidak penting ( Yustikasi,
dan Darwant, 2007 dalam Utomo, 2012).

Rasio Kemandirian Keuangan


Rasio kemandirian keuangan daerah dicerminkan oleh rasio pendapatan asli
daerah terhadap total pendapatan,serta rasio transfer terhadap total pendaptan.
Dua rasio tersebut memiliki sifat berlawanan, yaitu semakin tinggi rasio PAD
semakin tinggi kemandirian daerah dan sebaliknya untuk rasio transfer.
Rasio kemandirian keuangan daerah ( otonomi fiskal ) menunjukan
kemampuan daerah dalam membiayai sendiri kegiatan
pemerintahannya,pembangunan, dan pelayanan kepada masyarakat yang terlah
membayar pajak dan retibusi sebagai sumber pendapatan yang diperlukan daerah.
Rasio kemandirian keuangan daerah menggambarkan ketergantungan daerah
terhada sumber dana eksternal. Semakin tinggi rasio kemandirian mengandung
arti bahwa tingkat ketergantungan daerah terhadap bantuan pihak eksternal
( terutama pemerintah pusat dan provinsi ) semakin rendah, dan demikian pula
sebaliknya.Rasio kemandirian juga menggambarkan tingkat partisipasi
masyarakat dalam pembangunan daerah.

Rasio Efektivitas Pendapatan Asli daerah


Rasio efektivitas menggambarkan kemampuan pemerintah daerah dalam
merealisasikan PAD yang direncanakan dibandingkan dengan target yang
ditetapkan berdasarkan potensi rill daerah. Kemampuan pemerintah daerah dalam
menjalankan tugas dan fungsinya dikatagorikan efektif apabila rasio yang dicapai
minimal sebesar satu atau 100%. Namun demikian, semakin tinggi rasio
efektivitas maka kemampuan pemerintah daerah semakin baik

6
( Halim, 2008 dalam Utomo, 2012 ). Pengertian efektivitas berhubungan dengan
derajat keberhasilan operasi pada sektor publik sehingga suatu kegiatan dikatakan
efektif jika kegiatan tersebut mempunyai pengaruh besar terhadap kemampuan
menyediakan pelayanan masyarakt yang merupakan sasaran yang telah ditetapkan
sebelumnya. Semakin besar realisasi penerimaan PAD dibandingkan target
penerimaan PAD, maka dapat dikatakan semakin efektif,begitu pula sebaliknya.
Langkah-langkah menghitung rasio efektivitas dilakukan dengan cara berikut :
1. Mengumpulkan, mengidentifikasi, dan mentabulasi data anggaran dan
realisasi PAD dari Kabupaten Timor Tengah Utara Tahun 2017-2021
2. Menghitung rasio efektivitas PAD berdasarkan masing-masing tahun
anggaran.
Rumus rasio efektivitas yaitu :

Rasio efektivitas PAD


= Realisasi penerimaan PAD
Target penerimaan PAD

Belanja Modal
Belanja modal adalah pengeluaran pemerintah daerah yang manfaatnya lebih
dari satu tahun anggran dan akan menambah aset atau kekayaan daerah dan
berakibat menambah belanja bersifat rutin. Belanja modal diklasifikasikan dalam
dua kelompok, yaitu :
1. Belanja publik, yaitu belanja yang manfaatnya dalat langsung dinikmati
masyarakat.
2. Manfaatnya tidak dinikmati langsung oleh masyarakat tetapi dapat
dirasaka langsung oleh aparatur.

Belanja modal terhadap total belanja daerah mencerminkan porsi belanja


daerah yang dibelanjakan untuk belanja modal. Belanja modal sendiri ditambah
belanja barang dan jasa, merupakan belanja pemerintah yang memiliki pengaruh

7
signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi suatu daerah selain dari sektor
swasta,rumah tangga,dan luar negeri.
Belanja modal sangat erat kaitannya dengan investasi yang dilakukan oleh
pemerintah darah.
Dalam PP.58 tahun 2005 desebutkan bahwa belanja modal adalah pengeluaran
yang dilakukan dalam rangka pembelian/ pengadaan aset tetap dan aset lainnya
yang mempunai masa manfaat lebih dari 12 ( dua belas ) buan untuk digunakan
dalam kegiatan pemerintahan, seperti dalam bentuk tanah, peralatan, dan mesin,
gedung dan bagunan, jaringan, buku perpustakaan dan hewan.

F. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
a. jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif
adalah penelitian yang ilmiah dan sistematis terhadap bagian-bagian dan
fenomena serta hubungan-hubungannya ( Sugiyono,2013).
Analisis kuantitatif digunakan untuk memecahkan masalah-maslah yang
bersifat pengukuran kuantitas ( jumlah dan angka ).

2. Populasi dan Sampel


3. Jenis Sumber Data
a. Primer
b. Sekunder

4. Teknik Pengumpulan Data


a. Tertulis
b. Kuesioner
c. Dokumentasi

8
5. Teknik Analisis Data
a. Uji validasi dan rehabilita
b. Uji regresi linear berganda
c. Uji persial (T)
d. Pengujian Hipotesis

9
10

Anda mungkin juga menyukai