Dari uraian di atas lakukanlah analisis faktor-faktor yang dapat memperngaruhi keberhasilan
otonomi daerah di Indonesia!
Jawab: Otonomi Daerah adalah kewenangan daerah otonom untuk mengatur dan
mengurus kepentingan masyarakat menurut praksara sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat
sesuai dengan peraturan undang-undang, yakni Undang-Undang No. 22 Tahun 1999.
Sementara itu yang dimaksudkan dengan daerah otonom merupakan kesatuan masyarakat
hukum yang mempunyai batas daerah tertentu yang berwenang mengatur dan mengurus
kepentingan masyarakat setempat menurut praksara sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat
dalam ikatan negara kesatuan republik Indonesia. Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 Pasal 18 ayat (2) dan ayat (5) menyatakan, bahwa Pemerintahan
Daerah berwenang untuk mengatur dan mengurus sendiri Urusan Pemerintahan menurut
Asas Otonomi dan Tugas Pembantuan serta diberikannya otonomi yang seluas-luasnya.
(1) memungut pajak dan restribusi daerah serta mengelola kekayaan daerah;
(1) mengelola sumber keuangan daerah secara efektif, efisien, transparan, akuntabel dan taat
sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku;
Salah satu indikator penting dari kewenangan keuangan adalah besarnya Pendapatan Asli
Daerah (PAD). Semakin tinggi kewenangan keuangan yang dimiliki daerah, semakin tinggi
peranan PAD dalam struktur keuangan daerah, dan begitu pula sebaliknya. Tetapi
mengharapkan PAD sebagai sumber utama sehingga peranannya mencapai katakanlah 90 %
tidaklah mungkin. Sebagai contoh, Sumatera Barat memiliki persentase PAD masih rendah,
dimana persentase PAD terbesar selama periode 2000-2004 sebesar 54,84 persen pada
tahun 2004. Hal ini menyebabkan daerah sangat tergantung kepada pusat sehingga
kemampuan daerah untuk mengembangkan potensi yang mereka miliki menjadi sangat
terbatas. Untuk mengurangi ketergantungan finansial tersebut Pemda harus merancang
dan menerapkan berbagai cara untuk meningkatan PAD, yang meliputi:
1. Intensifikasi dan esktensifikasi pungutan daerah dalam bentuk retribusi atau pajak,
Dari ketiga pilihan kebijakan tersebut, tampaknya skim menarik investor merupakan suatu
pilihan yang paling bersifat sustainable dan mempunyai economic multiplier effects yang
bermanfaat, yaitu employment creation. Pilihan intensifikasi dan ekstensifikasi pungutan daerah,
baik langsung maupun tidak langsung akan memberikan tekanan inflasi, sedangkan
pilihan kedua, terutama jika sumber daya yang tersedia bersifat non-renewable, akan
terbentur pada persoalan keberlanjutan (Irawan, 2002:1). Investasi juga merupakan salah satu
komponen utama dalam meningkatkan kemampuan ekonomi daerah. Kemampuan ekonomi
daerah yang diukur berdasarkan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) akan
mempengaruhi penerimaan pemerintah daerah dan pada gilirannya akan mempengaruhi
kemampuan keuangan daerah dalam menyelenggarakan otonomi daerah. Persentase Laju
pertumbuhan PDRB selalu meningkat setiap tahunnya. Besarnya laju pertumbuhan ekonomi
yang dicapai ditentukan oleh kemampuan investasi yang dapat dilakukan, baik investasi secara
agregat maupun investasi pada masing-masing sektor ekonomi. Investasi yang dilakukan
itu akan memberikan pengaruh positif terhadap pendapatan regional. Investasi
secara agregat dapat dilakukan oleh pemerintah dan swasta, besarnya kebutuhan
investasi ini tergantung pula pada sumber-sumber pembiayaan pembangunan yang dapat
disediakan baik yang berasal dari sektor pemerintah maupun non pemerintah dalam
pembiayaan daerah. Dalam rangka meningkatkan laju investasi, pemerintah pertama kali harus
menerapkan kebijaksanaan investasi di sektor-sektor publik, sehingga dapat mendorong
investasi di sektor swasta (Suryana, 2000:109).
Dari uraian di atas lakukanlah analisis faktor apa saja hambatan dalam melaksanakan otonomi
daerah di Indonesia!
Jawab:
1. Sumber daya manusia di beberapa daerah kurang memadai bahkan kualitasnya tergolong
rendah. Kualitas sumber daya manusia merupakan komponen penting dalam setiap gerak
pembangunan. Hanya dari sumber daya manusia yang berkualitas tinggilah yang dapat
mempercepat pembangunan. Mengenai kulaitas SDM di daerah, hal ini terkait dengan
bagaimana pendidikan di daerah. Beberapa daerah di Indonesia, khususnya daerah 3T
(terdepan, terpencil, tertinggal,) masih rendah akan kualitas serta sarana dan prasarana.
Permasalahan ini adalah suatu hal yang mendasar untuk menciptakan kualitas sumber daya
manusia Indonesia yang memadai. Seharusnya pemerintah lebih peduli terhadap pendidikan
yang ada di daerah. Setidaknya pemerintah membangunkan sarana prasarana untuk
menunjang terlaksananya pendidikan di daerah itu tersebut. Kualitas pengajar juga harus
di perhatikan untuk menunjang kegiatan belajar mengajar yang ada. Dua hal penting itu
lah yang akan
membangun SDM Indonesia yang berkualitas dan memadai untuk menyamakan pendidikan
yang terjadi di Indonesia.
2. Pelayanan publik yang kurang optimal Sebagai acuan penyediaan pelayanan masyarakat,
pemerintah daerah harus berpedoman kepada PP Nomor 65 Tahun 2005 tentang
Pedoman Penyusunan dan Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM) yang akan
dijabarkan dalam bentuk peraturan menteri yang bersangkutan. Untuk itu setiap
pemerintah daerah diwajibkan menyusun rencana pencapaian SPM yang memuat target
tahunan pencapaian SPM dengan mengacu pada batas waktu pencapaian SPM. Rencana
pencapaian SPM dituangkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
dan Rencana Strategi Satuan Kerja Perangkat Daerah (Renstra SKPD). Untuk target tahunan
pencapaian SPM, dituangkan dalam Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD), Rencana
Kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah (Renja SKPD), Kebijakan Umum Anggaran (KUA),
Rencana Kerja dan Anggaran Satuan Kerja Perangkat Daerah (RKA-SKPD) sesuai
klasifikasi belanja daerah dengan memperhatikan kemampuan keuangan daerah.
4. Penataan kepegawaian daerah yang tidak setara Sejalan dengan UU Nomor 43 Tahun 1999
tentang perubahan atas UU Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian, sistem
manajemen Pegawai Negeri Sipil (PNS) menggunakan gabungan dari unified system dan
separated system. PNS baik di Pusat maupun di Daerah diharapkan memiliki kualitas
yang setara dan memiliki norma, standar, dan prosedur manajemen kepegawaian yang sama.
Selain itu, pelaksanaan mutasi kepegawaian baik vertikal maupun horisontal perlu
dikonsultasikan kepada organisasi pemerintah di atasnya agar terwujud prinsip pembinaan
karier PNS yang utuh dalam kerangka Negara Kesatuan RI. Hal tersebut akan sangat
membantu dalam mewujudkan akurasi data mutasi pegawai dalam mendukung
pengalokasian dana perimbangan secara nasional. Dengan penataan urusan pemerintahan
secara benar, pembentukan kelembagaan secara tepat, dan personil yang memiliki
kapasitas dan profesionalisme memadai, penyelenggaraan otonomi daerah diharapkan
akan semakin membaik dan mampu meningkatkan pelayanan dan kesejahteraan rakyat.
Pada saat ini sedang disusun pola pengembangan karier PNS meliputi standar
kompetensi, kebijakan minus growth, perencanaan karir dan pengembangan karir dan
pengembangan jabatan untuk fungsional (mengurangi tekanan jabatan _struktural_ ).
Pada kurun waktu lebih dari satu dasawarsa berjalannya otonomi daerah sejak disahkan UU No.
22 Tahun 1999 Tentang Otonomi Daerah sudah banyak yang dicapai, namun amsih banyak hal
yang belum bisa ditangani terkait dengan upaya dalam mengatasi implementasi kebijakan
otonomi daerah. Contoh keberhasilan dari otonomi daerah dalah semakin luasnya kewenangan
dari DPRD selaku Lembaga legeslatif serta kewenangan kepala daerah selaku eksekutif dan
semakin terbukanya informasi serta partisipasi dari masyarakan dalam hal pengambilan
keputusan dan penagwasan terhadap jalannya pemerintahan di tingkat daerah. Namun,
keberhasilan tersebut juga diiringi dengan hambatan seperti munculnya istilah raja-raja kecil di
daerah dan banyak kasus korupsi yang melibatkan kepala daerah sehingga menyebabkan
anggaran yang seharusnya untuk membangun daerahnya dikorupsi dan pembangunan menjadi
terhambat.Dari uraian di atas lakukanlah telaah terkait dengan solusi nyata kita sebagai
masyarakat untuk menanggulangi hambatan pelaksanaan otonomi daerah!
Jawab: Yang dapat dilakukan masyarakat untuk menanggulangi hambatan dalam pelaksanaan
otonomi daerah diantaranya adalah sebagai berikut.
2. Masyarakat dapat memberikan kritik dan koreksi membangun atas kebijakan dan tindakan
aparat pemerintah yang merugikan masyarakat dalam pelaksanaan Otonomi Daerah
3. Masyarakat juga perlu bertindak aktif dan berperan serta dalam rangka menyukseskan
pelaksanaan Otonomi Daerah Untuk mengatur lebih lanjut mengenai partisipasi masyarakat
tersebut, juga telah dikeluarkan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 45 Tahun 2017 Tentang
Partisipasi Masyarakat
pada pelaksanaan, masyarakat dapat melibatkan diri sebagai mitra dalam bentuk
pemberian hibah kepada pemerintah daerah dalam bentuk uang, barang, dan/atau jasa.
Terakhir, pada pengawasan dan evaluasi masyarakat dapat memastikan kesesuaian antara
jenis kegiatan, volume dan kualitas pekerjaan, waktu pelaksanaan dan penyelesaian
kegiatan, dan/atau spesifikasi dan mutu hasil pekerjaan dengan rencana pembangunan daerah
yang telah ditetapkan (Pasal Pasal 14 ayat (1) PP Nomor 45 Tahun 2017). Partisipasi
Masyarakat Dalam Pengelolaan Aset dan Sumber Daya Alam Daerah Pemerintah Daerah harus
mendorong partisipasi masyarakat dalam pengelolaan aset dan sumber daya alam daerah
tersebut yang meliputi penggunaan, pemanfaatan, pengamanan, dan/atau pemeliharaannya
sesuai dengan amanat Pasal 15 ayat (1) PP Nomor 45 Tahun 2017. Partisipasi
masyarakat dalam penggunaan dan pengamanan dilaksanakan dalam bentuk pengawasan
terhadap kegiatan yang dilakukan oleh pengguna barang dalam mengelola dan
menatausahakan barang milik daerah. Partisipasi dalam pemanfaatan, dapat dilakukan
dengan bentuk sewa, kerja sama pemanfaatan, dan kerja sama penyediaan infrastruktur
sehingga bisa berdampak positif bagi masyarakat. Sedangkan partisipasi dalam bentuk
pemeliharaan dapat dilaksanakan masyarakat dalam bentuk kerja sama pemeliharaan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Partisipasi Masyarakat dalam
Penyelenggaraan Pelayanan Publik Dalam PP Nomor 45 Tahun 2017, telah diatur tentang
bagaiamana pengikutsertaan masyarakat dalam pelayanan publik yang meliputi: