Anda di halaman 1dari 9

TUGAS TUTORIAL ONLINE 1

MATA KULIAH :
PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

OLEH :
NAMA : MELY SRI LESTARI
NIM : 048645838

PROGRAM STUDI MENEJEMEN


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS TERBUKA
2023
TUGAS 3

 Indonesia merupakan negara yang besar baik dari segi wilayahnya maupun dari segi
penduduknya. Indonesia merupakan negara kepualaian dengan jumlah lebih dari 17.000
yangsudah cukup dapat dikatakan bahwa Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di
dunia. Oleh karena itu, Indonesia mempunyai gagasan tentang otonomi daerah. Bersamaan
dengan bergulirnya era reformasi di Tahun 1998 yang memunculkan tuntutan dari
masyarakat tentangperlunya managemen pemerintahan yang baru. Hal tersebut disebabkan
bahwa pemerintahan yang sentralistik pada kenyataannya masih banyak kekurangan.
Tuntutan tersebut kemudian ditindak lanjuti dengan disahkannya UU No. 22 tahun 1999
Tentang Pemerintah daerah.

1. Dari uraian di atas lakukanlah analisis faktor-faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan
otonomi daerah di Indonesia!
Jawaban :
Otonomi daerah adalah kewenangan daerah otonom untuk mengatur serta mengurus
kepentingan rakyat berdasarkan praksara sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat sesuai
dengan peraturan undang-undang, yakni Undang-Undang No. 22 Tahun 1999. Sementara itu
yang dimaksudkan dengan daerah otonom adalah kesatuan rakyat hukum yang memiliki batas
daerah tertentu yang berwenang mengatur serta mengurus kepentingan masyarakat setempat
menurut praksara sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dalam ikatan negara kesatuan
republic Indonesia. Undang-undang dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 18
ayat (2) dan ayat (5) menyatakan, bahwa Pemerintahan daerah berwenang untuk mengatur
serta mengurussendiri Urusan Pemerintahan menurut Asas otonomi dan Tugas Pembantuan
serta diberikannya otonomi yg seluas-luasnya.
Secara umum, faktor faktor yang akan memilih serta mempengaruhi keberhasilan
pelaksanaan otonomi daerah di Indonesia, diantaranya yaitu (Kaho, 2002: 60):
(i) faktor manusia sebagai subjek penggerak (faktor dinamis) dalam penyelenggaraan otonomi
daerah.
(ii) faktor keuangan yg merupakan tulang punggung bagi terselenggaranya aktivitas
pemerintahan daerah.
(iii) faktor peralatan yg merupakan sarana pendukung bagi terselenggaranya aktivitas
pemerintahan daerah.
(iv) faktor organisasi dan manajemen yg merupakan sarana untuk melakukan penyelenggaraan
pemerintahan daerah secara baik, efisien, serta efektif.
Dari uraian di atas, jelas terlihat bahwa faktor kemampuan untuk mengelola keuangan
daerah merupakan faktor yang sangat menentukan bagi keberhasilan pelaksanaan otonomi
daerah. dengan istilah lain, salah satu ciri dari daerah otonom terletak di kemampuan
selfsupporting-nya pada bidang keuangan, termasuk di dalamnya adalah kemampuan daerah
dalam menggali sumber-sumber keuangan dengan baik dan menggunakannya secara sempurna
serta benar.daerah harus memiliki sumber-sumber keuangan yang memadai untuk membiayai
penyelenggaran otonominya. Melalui desentralisasi fiskal, Pemerintah Daerah dituntut untuk
mengelola keuangan daerah secara akuntabel serta transparan. menggunakan kebijakan
normatif yang ada, Pemerintah Daerah diberi kesempatan untuk melakukan perubahan
kebijakan dan sistem pengelolaan keuangan wilayah. Dasar-dasar yg melatar belakangi
perubahan adalah : pertama, perubahan paradigma penyelenggaraan pemerintahan seiring
otonomi daerah dan desentralisasi, kedua, semangat reinventing governance serta good
governance, dan ketiga, realitas regulasi dan instrumen pengelolaan keuangan daerah dalam
bentuk peraturan pelaksanaan yg baru serta mendorong terciptanya iklim investasi yang baik.
Hak Pemerintah Daerah dalam pengelolaan keuangan daerah adalah:
(1) memungut pajak dan restribusi daerah serta mengelola kekayaan daerah
(2) memperoleh dana perimbangan
(3) melakukan pinjaman.
dalam melaksanakan haktersebut, Pemerintah Daerah mempunyai kewajiban untuk:
(1) mengelola sumber keuangandaerah secara efektif, efisien, transparan, akuntabel dan taat
sinkron menggunakan ketentuan perundang- undangan an yang berlaku
(2) mensinergikan kebijakan pembangunan wilayah dan kebijakannasional
(3) melaporkan dan mempertanggungjawabkan kepada pemerintah pusat dan masyarakat.
Salah satu indikator penting dari kewenangan keuangan adalah besarnya Pendapatan Asli
Daerah (PAD). Semakin tinggi kewenangan keuangan yang dimiliki daerah, semakin tinggi
peranan PAD dalam struktur keuangan daerah, dan begitu pula sebaliknya. Tetapi
mengharapkan PAD sebagai sumber utama sehingga peranannya mencapai katakanlah 90 %
tidaklah mungkin. Sebagai contoh:
Sumatera Barat memiliki persentase PAD masih rendah, dimana persentase PAD terbesar
selama periode 2000-2004 sebesar 54,84 persen pada tahun 2004. Hal ini menyebabkan daerah
sangat tergantung kepada pusat sehingga kemampuan daerah untuk mengembangkan potensi
yang mereka miliki menjadi sangat terbatas.Untuk mengurangi ketergantungan finansial
tersebut Pemda harus merancang danmenerapkan berbagai cara untuk meningkatan PAD, yang
meliputi:
1. Intensifikasi dan esktensifikasi pungutan daerah dalam bentuk retribusi atau pajak
2. Eksplorasi sumber daya alam
3. Skema pembentukan kapital (capital formation) atau investasi daerah melaluipenggalangan
dana atau menarik investor.
Dari ketiga pilihan kebijakan tersebut, tampaknya skim menarik investor merupakansuatu
pilihan yang paling bersifat sustainable dan mempunyai economic multiplier effects
yangbermanfaat, yaitu employment creation. Pilihan intensifikasi dan ekstensifikasi pungutan
daerah,baik langsung maupun tidak langsung akan memberikan tekanan inflasi, sedangkan
pilihankedua, terutama jika sumber daya yang tersedia bersifat non-renewable, akan terbentur
padapersoalan keberlanjutan (Irawan, 2002:1).Investasi juga merupakan salah satu komponen
utama dalam meningkatkan kemampuanekonomi daerah. Kemampuan ekonomi daerah yang
diukur berdasarkan Produk DomestikRegional Bruto (PDRB) akan mempengaruhi penerimaan
pemerintah daerah dan pada gilirannyaakan mempengaruhi kemampuan keuangan daerah
dalam menyelenggarakan otonomi daerah.Persentase Laju pertumbuhan PDRB selalu
meningkat setiap tahunnya. Besarnya laju pertumbuhan ekonomi yang dicapai ditentukan oleh
kemampuan investasi yang dapat dilakukan,baik investasi secara agregat maupun investasi
pada masing-masing sektor ekonomi. Investasi yang dilakukan itu akan memberikan pengaruh
positif terhadap pendapatan regional. Investasi secara agregat dapat dilakukan oleh pemerintah
dan swasta, besarnya kebutuhan investasi ini tergantung pula pada sumber-sumber pembiayaan
pembangunan yang dapat disediakan baik yang berasal dari sektor pemerintah maupun non
pemerintah dalam pembiayaan daerah.

2. Uraian di atas lakukanlah analisis faktor apa saja hambatan dalam melaksanakan otonomi
daerah di Indonesia!
Faktor-faktor yang dapat menghambat jalannya otonomi daerah di Indonesia adalah:
a) Komitmen Politik, penyelenggaraan otonomi daerah yang dilakukan oleh pemerintah pusat
selama ini cenderung tidak dianggap sebagai amanat konstitusi.
b) Masih Terpaku pada Sentralisai, daerah masih memiliki ketergantungan tinggi terhadap
pusat, sehingga mematikan kreativitas masyarakat dan perangkat pemerintahan di daerah.
c) Kesenjangan Antar daerah, kesenjangan kuantitas dan kualitas sumber daya manusia, serta
intra struktur ekonomi.
d) Ketimpangan Sumber Daya Alam, daerah yang tidak memiliki kekayaan sumber daya alam
tetapi populasi penduduknya tinggiakan terengah-engah dalam melaksanakan otonomi.
e) Benturan Kepentingan, adanya perbedaan kepentingan yang sangat melekat pada berbagai
pihak yang menghambat proses otonomi daerah, seperti benturan keinginan pimpinan
daerah dengan kepentingan partai politik.
f) Keinginan Politik atau Political Will, keinginan politik yang tidak seragam dari pemerintah
daerah untuk menata kembali hubungan kekuasaan pusat dan daerah.
g) Perubahan perilaku elit local, elit lokal mengalami perubahan perilaku dalam
penyelenggaraan pemerintah daerah karena pengaruh kekuasaan yang dimilikinya.

3. Pada kurun waktu lebih dari satu dasawarsa berjalannya otonomi daerah sejak disahkan UU
No. 22 Tahun 1999 Tentang Otonomi Daerah sudah banyak yang dicapai, namun amsih banyak
hal yang belum bisa ditangani terkait dengan upaya dalam mengatasi implementasi kebijakan
otonomi daerah. Contoh keberhasilan dari otonomi daerah dalah semakin luasnya kewenangan
dari DPRD selaku Lembaga legeslatif serta kewenangan kepala daerah selaku eksekutif dan
semakin terbukanya informasi serta partisipasi dari masyarakan dalam hal pengambilan
keputusan dan penagwasan terhadap jalannya pemerintahan di tingkat daerah. Namun,
keberhasilan tersebut juga diiringi dengan hambatan seperti munculnya istilah raja-raja kecil
di daerah dan banyak kasus korupsi yang melibatkan kepala daerah sehingga menyebabkan
anggaran yang seharusnya untuk membangun daerahnya dikorupsi dan pembangunan menjadi
terhambat.
Dari uraian di atas lakukanlah telaah terkait dengan solusi nyata kita sebagai masyarakat untuk
menanggulangi hambatan pelaksanaan otonomi daerah!

Jawaban:

Yang dapat dilakukan masyarakat untuk menanggulangi hambatan dalam pelaksanaan otonomi
daerah diantaranya adalah sebagai berikut.

1. Keterlibatan par masyarakat dalam pengawasan terhadap pemerintah daerah .

2. Masyarakat dapat memberikan kritik dan koreksi membangun atas kebijakan dan tindakan
aparat pemerintah yang merugikan masyarakat dalam pelaksanaan Otonomi Daerah.

3. Masyarakat juga perlu bertindak aktif dan berperan serta dalam rangka menyukseskan
pelaksanaan Otonomi Daerah.

Untuk mengatur lebih lanjut mengenai partisipasi masyarakat tersebut, juga telah
dikeluarkan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 45 Tahun 2017 Tentang Partisipasi Masyarakat
Dalam Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah. Dalam PP tersebut telah diatur bahwa partisipasi
masyarakat dapat dilakukan melalui konsultasi publik, penyampaian aspirasi, rapat dengar
pendapat umum, kunjungan kerja, sosialisasi hingga seminar, lokakarya, dan/atau diskusi.
Kemudian beberapa cakupan partisipasi masyarakat dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah
yang perlu dipelajari dan dipahami oleh masyarakat itu sendiri ialah meliputi partisipasi am
penyusunan peraturan dan kebijakan daerah. Masukan tersebut dapat diberikan melalui rapat
dengar pendapat umum, kunjungan kerja, sosialisasi dan/atau seminar lokakarya dan/atau diskusi
(Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 80 Tahun 2015 tentang Pembentukan Produk Hukum
Daerah).

Pada proses pembentukan peraturan daerah (perencanaan, penyusunan, pembahasan dan


penetapan, dan pengundangan), aspirasi masyarakat tersebut dapat ditampung mulai dari tahap
perencanaan dalam penyusunan. Hal ini dilakukan sebagai usaha meningkatkan kualitas
pengambilan kebijakan, karena masyarakatlah yang akan terkena dampak akibat kebijakan
tersebut. Oleh sebab itu, diharapkan pihak eksekutif maupun legislatif dapat menangkap
pandangan dan kebutuhan dari masyarakat yang kemudian dituangkan dalam suatu peraturan
daerah.

 Partisipasi Masyarakat dalam Pembangunan Daerah

Ada berbagai bentuk partisipasi yang dapat dilakukan oleh masyarakat pada setiap proses
pembangunan daerah tersebut. Pada saat perencanaan pembangunan masayarakat dapat
berpartisipasi dalam bentuk penyampaian aspirasi konsultasi publik, diskusi dan musyawarahpada
tahapan penyusunan rancangan awal maupun pada musrenbang. Dalam penganggaran,
penyampaian aspirasi juga dilakukan dengan konsultasi publik diskusi, dan musyawarah untuk
mengawasi kesesuaian antara Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) dengan Kebijakan
Umum Anggaran/ Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara (KUA/PPAS). Selanjutnya, pada
pelaksanaan, masyarakat dapat melibatkan diri sebagai mitra dalam bentuk pemberianhibah
kepada pemerintah daerah dalam bentuk uang, barang, dan/atau jasa. Terakhir, pada pengawasan
dan evaluasi masyarakat dapat memastikan kesesuaian antara jenis kegiatan, volume dan kualitas
pekerjaan, waktu pelaksanaan dan penyelesaian kegiatan, dan/atau spesifikasi dan mutu hasil
pekerjaan dengan rencana pembangunan daerah yang telah ditetapkan (Pasal Pasal 14 ayat (1) PP
Nomor 45 Tahun 2017).

 Partisipasi Masyarakat Dalam Pengelolaan Aset dan Sumber Daya Alam Daerah

Pemerintah Daerah harus mendorong partisipasi masyarakat dalam pengelolaan aset dan sumber
daya alam daerah tersebut yang meliputi penggunaan, pemanfaatan, pengamanan, dan/atau
pemeliharaannya sesuai dengan amanat Pasal 15 ayat (1) PP Nomor 45 Tahun 2017. Partisipasi
masyarakat dalam penggunaan dan pengamanan dilaksanakan dalam bentuk pengawasan terhadap
kegiatan yang dilakukan oleh pengguna barang dalam mengelola dan menatausahakan barang
milik daerah. Partisipasi dalam pemanfaatan, dapat dilakukan dengan bentuk sewa, kerja sama
pemanfaatan, dan kerja sama penyediaan infrastruktur sehingga bisa berdampak positif bagi
masyarakat. Sedangkan partisipasi dalam bentuk pemeliharaan dapat dilaksanakan masyarakat
dalam bentuk kerja sama pemeliharaan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

 Partisipasi Masyarakat dalam Penyelenggaraan Pelayanan Publik

Dalam PP Nomor 45 Tahun 2017, telah diatur tentang bagaiamana pengikutsertaan masyarakat
dalam pelayanan publik yang meliputi:

1. Penyusunan kebijakan Pelayanan Publik;

2. Penyusunan Standar Pelayanan;

3. Pengawasan dan evaluasi penyelenggaraan Pelayanan Publik; dan

4. Pemberian penghargaan.

Dari beberapa lingkup partisipasi masyarakat dalam penyelenggaraan pelayanan publik tersebut
di atas, masyarakat dapat menyampaikan masukan, tanggapan, laporan, dan pengaduan kepada
penyelenggara atau pihak terkait. Maka dari itu. pemerintah daerah juga harus memberikan
informasi yang dibutuhkan serta menindaklanjuti masukan masyarakat tersebut.

Pada praktek good governance menyaratkan harus terdapat transparasi dalam proses
penyelenggaraan pemerintah secara keseluruhan. Transparasi merupakan konsep yang penting
yang mengringi kuatnyakeinginan untuk praktek good governance. Masyarakat diberikan
kesempatan yang luas untuk mengetahui informasi mengenai penyelenggaraan pemerintahan,
sehingga masyarakat dapat memberikan penilaian keberpihakan pemerintah terhadap
kepentingan public. Oleh karena itu, masyarakat dapat dengan mudah menetukan apakah akan
memerikan dukungan kepada pemerintah atau malah sebaliknya.

4. Dari uraian di atas lakukanlah telaah terkait peran mahasiswa dalam upaya
mewujudkan praktek good governance!

Menurut Kooiman (dalam Sedarmayanti, 2012:15-16), good governance merupakan sebuah


pergeseran paradigma dari pemerintahan (government) menjadi kepemerintahan (governance)
sebagai wujud interaksi sosial politik antara pemerintah dengan masyarakat dalam menghadapi
berbagai permasalahan kontemporer yang demikian kompleks, dinamis dan beraneka ragam. Hal
ini berkaitan erat dengan reformasi pemerintahan yang sedang berlangsung, khususnya dalam
upaya pencegahan Kolusi, Korupsi, dan Nepotisme. Tak hanya itu, good governance menuntut
pada profesionalitas serta kemampuan aparatur dalam pelayanan publik.

Good governance menekankan pada pelaksanaan fungsi governing secara bersama-sama oleh
pemerintah dan istitusi-institusi lainnya yaitu seperti masyarakat sipil baik individu atau
kelompok di mana salah satunya adalah Lembaga Swadaya Masyakarat dan juga perusahaan
swasta. Bahkan institusi nonpemerintah bisa mendapat peran dominan dalam governance
tersebut atau bahkan lebih dari itu pemerintah tidak mengambil peran apapun - "governance
without government". Lembaga-lembaga atau institusi-institusi yang telah dijelaskan di atas
mempunyai peran penting terhadap jalannya good governance, yakni memiliki fungsi dalam
mengawasi dan juga mengendalikan jalannya pemerintahan dan pelayanan publik.

LSM sendiri memiliki tempat yang berbeda dalam mengisi perannya sebagai salah satu elemen
dalam masyarakat sipil (civil society). LSM memegang peranan yang penting karena sifatnya
yang tidak menggantungkan diri pada pemerintah, terutama dalam support capital dan sarana
prasarana. LSM berperan dalam pemberdayaan masyarakat dengan melakukan berbagai kajian
terhadap beragam isu-isu yang berkembang dan menyangkut proses berjalannya sistem
demokrasi dalam sebuah negara. Selain itu LSM juga memberikan pendidikan politik, agar
masyarakat dapat terbuka dan ikut berpartisipasi baik dalam pembangunan negara.

Organisasi masyarakat sipil merupakan sebuah komitmen kepedulian warga negara atau
masyarakat terhadap berbagai persoalan yang dihadapi rakyat di berbagai aspek. Terlebih
keikutsertaan LSM sebagai suatu organisasi nonpemerintah yang berpengaruh besar terhadap
jalannya kepemerintahan yang saat ini memegang peran penting sebagai salah satu kekuatan
politik di Indonesia. LSM juga berperan sebagai civil society yang bersinergi dengan masyarakat
untuk membantu terwujudnya good governance. Hal ini karena LSM sendiri merupakan
kepanjangan tangan antara masyarakat dengan pemerintah.

Di Indonesia telah banyak LSM yang berdiri dan berfokus pada peningkatan good governance
terutama dalam fungsinya untuk mengawasi praktik-praktik korupsi dan pelayanan publik. Di
Kabupaten Tasikmalaya misalnya, ada salah satu organisasi nonpemerintah yang terdiri dari
mahasiswa dan rakyat Tasikmalaya itu sendiri. Organisasi itu bernama Koalisi Mahasiswa dan
Rakyat Tasikmalaya (yang selanjutkan akan disingkat menjadi KMRT). KMRT adalah
organisasi perkumpulan nonpemerintah yang didirikan pada tanggal 09 Desember 2004 di tengah
tidak berjalannya semangat reformasi 1998 di Tasikmalaya dengan implikasi semakin maraknya
korupsi di sektor legislatif dan eksekutif. Keberadaan KMRT bertujuan untuk mewujudkan good
governance dan mengembangkan partisipasi publik di Tasikmalaya. KMRT mengambil posisi
untuk bersama-sama rakyat dalam membangun gerakan sosial anti korupsi dan berupaya
mengimbangi persekongkolan kekuatan elit birokrasi pemerintah. DPRD dan bisnis.
KMRT yang sudah berdiri selama 14 tahun ini telah banyak berkonstribusi dalam upaya
mewujudkan good governance khususnya dalam menangani isu-isu korupsi dan pelayanan
publik di Tasikmalaya. Hal tersebut dapat dilihat dari jumlah kasus ataupun dugaan tindak
pidana korupsi yang telah diterima dan ditangani oleh KMRT dari kurun waktu tahun 2004-
sekarang.

Terwujudnya good governance melibatkan seluruh pihak pelaku utama governance, yaitu negara,
bisnis dan masyarakat. Semua pihak harus memiliki pengetahuan, kesadaran dan kemauan
bersama untuk mewujudkan akuntabilitas dan transparansi agar negara mencapai cita- cita
masyarakat adil dan makmur. Dikatakan tatakelola dan akuntabilitas sektor publik-mencari
bentuk pertanggungjawaban publik di Pemerintahan Daerah. Akuntabilitas dan transparansi
adalah esensi dari praktik tata kelola organisasi publik yang baik atau Good Public Governance.
Desentaralisasi fiskal negara memberi keleluasaan daerah dalam mengelola keuangan secara
mandiri dan sesuai aturan perundangan yang berlaku. Peran mahasiswa dalam mengawal
transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan negara adalah mahasiswa berperan penting
dalam memahami jalannnya roda pemerintahan. Bukan hanya BPK para stake holder yang lain
termasuk mahasiswa juga LSM penting mengetahui dan ikut serta dalam partisipasi publik serta
berkontribusi membangun good governance. Salah satu masalah terbesar yang dihadapi bangsa
Indonesia sampai saat ini adalah korupsi. Berdasarkan sejumlah survei, beberapa kasus korupsi
terjadi pada tingkat pemerintahan baik di tingkat pusat maupun daerah. Salah satu upaya
pencegahan tindak pidana korupsi adalah transparansi dan akuntabilitas publik mulai dari proses
perencanaan, pelaksanaan, dan pertanggungjawaban. Akuntabilitas publik dalam pemberantasan
korupsi harus mendapat perhatian dan dukungan serta partisipasi masyarakat. Perguruan tinggi
memiliki peran strategis dalam mendukung upaya pemberantasan korupsi. SDM yang dimiliki
perguruan tinggi dapat berperan optimal dalam pemberantasan korupsi. Di mana posisi
mahasiswa dalam hal ini? Mahasiswa merupakan agen perubahan di masyarakat. Menuju agen
perubahan yang efektif mahasiswa haruslah membumi dengan memahami problematika di
daerahnya. Di antaranya melakukan perubahan dengan mengkonstruksi pikiran positif dalam
rangka good governance serta melakukan partisipasi publik sebagai bagian pilar kampus
merdeka.

Referensi:

Hardian, Yudi. (2011). Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi derajat otonomi fiskal daerah
Sumatera Barat periode 1993-2008. Skripsi. Program Sarjana Universitas Andalas. Padang.

Lasiyo., Reno, W., & Hastangka. (2020). Pendidikan Kewarganegaraan. Tangerang Selatan:
Universitas Terbuka.

MA. (2017). Partisipasi masyarakat dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah.


https://bangda.kemendagri.go.id/berita/baca_kontent/1520/partisipasi masyarakat_dala
m_penyelenggaraan_pemerintahan_daerah_
Widjaja, HAW. (2009). Otonomi Daerah dan Daerah Otonom (ed. I cet. V). Jakarta: Rajawali
Pers.

Anda mungkin juga menyukai