Anda di halaman 1dari 11

Tugas 3

Mata Kuliah Hukum Administrasi Negara


A. Menurut Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 Tentang Keuangan Negara Yang
Menyatakan Bahwa Keuangan Negara Adalah Semua Hak Dan Kewajiban Negara Yang
Dapat Dinilai Dengan Uang Serta Segala Sesuatu Baik Berupa Uang Maupun Barang Yang
Dapat Dijadikan Milik Negara Berhubung Dengan Pelaksanaan Dan Kewajiban Tersebut.
Jelaskan Ruang Lingkup Dari Hukum Keuangan Negara.
Menurut Pasal 1 Undang-Undang No. 17 Tahun 2003 Tentang Keuangan Negara, keuangan
negara merupakan hak dan kewajiban yang dapat dinilai dengan uang dan segala sesuatu baik
berupa uang maupun barang dan dapat dijadikan hak milik negara. Keuangan negara dapat
diartikan pula sebagai suatu bentuk kekayaan pemerintah yang diperoleh dari penerimaan,
hutang, pinjaman pemerintah, atau bisa berupa pengeluaran pemerintah, kebijakan fiskal, dan
kebijakan moneter.
Menurut M. Ichwan, keuangan negara adalah rencana kegiatan secara kuantitatif (dengan
angka-angka di antaranya diwujudkan dalam jumlah mata uang), yang akan dijalankan untuk
masa mendatang, lazimnya satu tahun mendatang. Sedangkan Geodhart mengartikan keuangan
negara merupakan keseluruhan undang-undang yang ditetapkan secara periode tertentu dan
menunjukan alat pembiayaan yang diperlukan untuk menutup pengeluaran tersebut.
Pengertian keuangan negara secara substansial dapat pula ditinjau dalam arti luas dan
sempit. Keuangan negara dalam arti luas meliputi: a) anggaran pendapatan dan belanja negara;
b) anggaran pendapatan dan belanja daerah; c) keuangan negara pada badan usaha milik
negara/badan usaha milik daerah. Keuangan negara dalam arti sempit adalah keuangan negara
yang dikelola oleh tiap-tiap badan hukum dan dipertanggungjawabkan masing-masing.
Keuangan negara menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2001 Tentang Perubahan Undang-
Undang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (UUPTPK) adalah seluruh kekayaan negara, dalam
bentuk apapun, yang dipisahkan atau yang tidak dipisahkan, termasuk di dalamnya segala bagian
kekayaan negara dan segala hak dan kewajiban yang timbul karena:
1. Berada dalam penguasaan, pengurusan, dan pertanggungjawaban pejabat lembaga
negara, baik di tingkat pusat maupun di daerah.
2. Berada dalam penguasaan, pengurusan, dan pertanggungjawaban badan usaha milik
negara/badan usaha milik daerah, Yayasan, badan hukum, dan perusahaan yang
menyertakan modal pihak ketiga berdasarkan perjanjian dengan negara.

Ruang Lingkup Keuangan Negara


Keuangan negara sebagai sumber pembiayaan dalam rangka pencapaian tujuan negara tidak
boleh dipisahkan dengan ruang lingkup yang dimilikinya. Oleh karena ruang lingkup itu
menentukan substansi yang dikandung dalam keuangan negara. Sebenarnya keuangan negara
harus memiliki ruang lingkup agar terdapat kepastian hukum yang menjadi pedoman bagi para
pihak yang melakukan pengelolaan keuangan negara.
Undang-Undang No. 17 Tahun 2003 Tentang Keuangan Negara dalam Pasal 2 mengatur
tentang ruang lingkup keuangan negara. Keuangan negara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1
angka 1, meliputi:
1. Hak negara untuk memungut pajak, mengeluarkan dan mengedarkan uang, dan
melakukan pinjaman.
2. Kewajiban negara untuk menyelenggarakan tugas layanan umum pemerintahan negara
dan membayar tagihan pihak ketiga.
3. Penerimaan dan pengeluaran negara.
4. Penerimaan dan pengeluaran daerah.
5. Kekayaan negara/kekayaan daerah yang dikelola sendiri atau pihak lain berupa uang,
surat berharga, piutang, barang, serta hak-hak lain yang dapat dinilai dengan uang,
termasuk kekayaan yang dipisahkan pada perusahaan negara/perusahaan daerah.
6. Kekayaan pihak lain yang dikuasai oleh pemerintah dalam rangka penyelenggaraan tugas
pemerintahan dan/atau kepentingan umum.
7. Kekayaan pihak lain yang diperoleh dengan menggunakan fasilitas yang diberikan
pemerintah.

Menurut Undang-Undang No. 17 Tahun 2003 Tentang Keuangan Negara, ruang lingkup
keuangan negara meliputi:
1. Pengelolaan moneter. Hal ini dilakukan melalui serangkaian kebijakan di bidang moneter.
Kebijakan moneter merupakan kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah agar terdapat
keseimbangan yang dinamis antara jumlah uang yang beredar dengan barang dan jasa
yang tersedia di masyarakat.
2. Pengelolaan Fiskal. Pengelolaan fiskal meliputi fungsi-fungsi pengelolaan kebijakan fiskal
dan kerangka ekonomi makro, penganggaran, administrasi perpajakan, administrasi
kepabean, perbendaharaan, dan pengawasan keuangan. Kebijakan fiskal merupakan
kebijakan yang dilakukan pemerintah berkaitan dengan penerimaan (pendapatan) dan
pengeluaran (belanja) pemerintah.
3. Pengelolaan Kekayaan Negara Khusus untuk proses pengadaan barang kekayaan negara.
Sehubungan dengan pengeluaran negara, yang termasuk di dalamnya telah diatur secara
khusus dalam Keputusan Presiden No. 80 Tahun 2003 Tentang Pedoman Pelaksanaan
Pengadaan Barang/Jasa Instansi Pemerintah. Di samping itu, terdapat pula kekayaan
negara yang dipisahkan (pengelolaannya diserahkan kepada perusahaan yang seluruh
modal/saham dimiliki oleh negara). Perusahaan semacam ini biasa dikenal dengan Badan
Usaha Milik Negara/Daerah dan Lembaga-Lembaga Keuangan Negara (BUMN/BUMD).

B. Informasi Publik Merupakan Penyelenggaraan Kegiatan Negara Di Bidang Informasi Yang


Berkaitan Dengan Kepentingan Publik. Jelaskan Bagaimana Publik Mempunyai Hak Dalam
Mendapatkan Informasi.
Dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 28 F disebutkan
bahwa setiap Orang berhak untuk berkomunikasi dan memperoleh Informasi untuk
mengembangkan pribadi dan lingkungan sosialnya, serta berhak untuk mencari, memperoleh,
memiliki, dan menyimpan Informasi dengan menggunakan segala jenis saluran yang tersedia.
Untuk memberikan jaminan terhadap semua orang dalam memperoleh Informasi, perlu dibentuk
undang-undang yang mengatur tentang keterbukaan Informasi Publik. Fungsi maksimal ini
diperlukan, mengingat hak untuk memperoleh Informasi merupakan hak asasi manusia sebagai
salah satu wujud dari kehidupan berbangsa dan bernegara yang demokratis.
Di samping itu, dalam Undang-Undang Nomor 14 tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi
Publik juga telah ditekankan lebih lanjut bahwa salah satu elemen penting dalam mewujudkan
penyelenggaraan negara yang terbuka adalah hak publik untuk memperoleh Informasi sesuai
dengan peraturan perundang-undangan. Hak atas Informasi menjadi sangat penting karena
makin terbuka penyelenggaraan negara untuk diawasi publik, penyelenggaraan negara tersebut
makin dapat dipertanggungjawabkan. Hak setiap Orang untuk memperoleh Informasi juga
relevan untuk meningkatkan kualitas pelibatan masyarakat dalam proses pengambilan
keputusan publik. Partisipasi atau pelibatan masyarakat yang tidak banyak dapat
mengindikasikan tidak adanya jaminan keterbukaan Informasi Publik.
Selain itu, keberadaan Undang-undang tentang Keterbukaan Informasi Publik sangat penting
sebagai landasan hukum yang berkaitan dengan (1) hak setiap orang untuk memperoleh
Informasi; (2) kewajiban Badan Publik menyediakan dan melayani permintaan Informasi secara
cepat, tepat waktu, biaya ringan/proporsional, dan dengan cara yang sederhana; (3)
pengecualian bersifat ketat dan terbatas; dan (4) kewajiban Badan Publik untuk membenahi
sistem dokumentasi dan pelayanan Informasi.
Setiap Badan Publik mempunyai kewajiban untuk membuka akses atas Informasi Publik yang
berkaitan dengan Badan Publik tersebut untuk masyarakat luas. Lingkup Badan Publik dalam
Undang- undang ini meliputi lembaga eksekutif, yudikatif, legislatif, serta penyelenggara negara
lainnya yang mendapatkan dana dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
(APBN)/Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) dan mencakup pula organisasi
nonpemerintah, baik yang berbadan hukum maupun yang tidak berbadan hukum, seperti
lembaga swadaya masyarakat, perkumpulan, serta organisasi lainnya yang mengelola atau
menggunakan dana yang sebagian atau seluruhnya bersumber dari APBN/APBD, sumbangan
masyarakat, dan/atau luar negeri. Melalui mekanisme dan pelaksanaan prinsip keterbukaan,
akan tercipta kepemerintahan yang baik dan peran serta masyarakat yang transparan dan
akuntabilitas yang tinggi sebagai salah satu prasyarat untuk mewujudkan demokrasi yang hakiki.
Dengan membuka akses publik terhadap Informasi diharapkan Badan Publik termotivasi
untuk bertanggung jawab dan berorientasi pada pelayanan rakyat yang sebaik-baiknya. Dengan
demikian, hal itu dapat mempercepat perwujudan pemerintahan yang terbuka yang merupakan
upaya strategis mencegah praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN), dan terciptanya
kepemerintahan yang baik (good governance).

Informasi Yang Wajib Disediakan Dan Diumumkan


Informasi yang wajib disediakan dan diumumkan antara lain:
1. Informasi yang wajib disediakan dan diumumkan secara berkala:
a. Informasi yang berkaitan dengan badan publik;
b. Informasi mengenai kegiatan dan kinerja badan publik terkait;
c. Informasi mengenai laporan keuangan; dan/atau
d. Informasi lain yang diatur dalam peraturan perundang-undangan.
2. Informasi yang wajib diumumkan secara serta-merta yaitu informasi yang dapat
mengancam hajat hidup orang banyak dan ketertiban umum.
3. Informasi yang wajib tersedia setiap saat terdiri dari:
a. Daftar seluruh informasi Publik yang berada di bawah penguasaan badan publik,
tidak termasuk informasi yang dikecualikan;
b. Hasil keputusan badan publik dan pertimbangannya;
c. Seluruh kebijakan badan publik yang ada berikut dokumen pendukungnya;
d. Rencana kerja proyek termasuk di dalamnya perkiraan pengeluaran tahunan badan
publik;
e. Perjanjian badan publik dengan pihak ketiga;
f. Informasi dan kebijakan yang disampaikan Pejabat Publik dalam pertemuan yang
terbuka untuk umum;
g. Prosedur kerja pegawai badan publik yang berkaitan dengan pelayanan masyarakat;
dan/atau
h. Laporan mengenai pelayanan akses informasi publik.
C. Negara Dituntut Untuk Memberikan Pelayanan Kepada Rakyat Yang Telah Dibebani
Pungutan Negara Seperti Pajak. Pelayanan Publik Dalam Prinsip Negara Hukum Modern
Merupakan Hak Yang Harus Dijamin Oleh Konstitusi. Jelaskan Hak-Hak Pelayanan Publik
Yang Dijamin Oleh Negara Berdasarkan UUD NRI Tahun 1945.
Untuk meningkatkan kualitas dan menjamin penyediaan pelayanan publik sesuai dengan
asas-asas umum pemerintahan dan korporasi yang baik serta untuk memberi perlindungan bagi
setiap warga negara dan penduduk dari penyalahgunaan wewenang di dalam penyelenggaraan
pelayanan publik, dengan Persetujuan Bersama Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia
dan Presiden Republik Indonesia, maka pada tanggal 18 Juli 2009 Indonesia mensahkan Undang-
Undang No. 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik.
Menurut UU tersebut, Pelayanan publik adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam
rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan perundangundangan bagi
setiap warga negara dan penduduk atas barang, jasa, dan/atau pelayanan administratif yang
disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik.
Berdasarkan Pasal 5, ruang lingkup pelayanan publik menurut Undang-Undang Pelayanan
Publik meliputi pelayanan barang publik dan jasa publik serta pelayanan administratif yang diatur
dalam peraturan perundang-undangan. Dalam ruang lingkup tersebut, termasuk pendidikan,
pengajaran, pekerjaan dan usaha, tempat tinggal, komunikasi dan informasi, lingkungan hidup,
kesehatan, jaminan sosial, energi, perbankan, perhubungan, sumber daya alam, pariwisata, dan
sektor strategis lainnya.
Dalam melaksanakan pelayanan publik pemerintah membentuk Organisasi Penyelenggara.
Penyelenggara adalah setiap institusi penyelenggara negara, korporasi, maupun lembaga
independen yang dibentuk berdasarkan undangundang untuk kegiatan pelayanan publik, dan
badan hukum lain yang dibentuk semata-mata untuk kegiatan pelayanan publik. Penyelenggara
dan seluruh bagian organisasi penyelenggara bertanggung jawab atas ketidakmampuan,
pelanggaran, dan kegagalan penyelenggaraan pelayanan.
Organisasi penyelenggaraan pelayanan publik sebagaimana maksud diatas, sekurang-
kurangnya meliputi:
1. Pelaksanaan pelayanan;
2. Pengelolaan pengaduan masyarakat;
3. Pengelolaan informasi;
4. Pengawasan internal;
5. Penyuluhan kepada masyarakat; dan
6. pelayanan konsultasi.

Penyelenggara dapat melakukan kerja sama dalam bentuk penyerahan sebagian tugas
penyelenggaraan pelayanan publik kepada pihak lain dengan syarat kerja sama tersebut tidak
menambah beban bagi masyarakat. Ketentuan-ketentuan dalam kerjasama tersebut adalah
sebagai berikut:
1. Perjanjian kerja sama penyelenggaraan pelayanan publik dituangkan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan dan dalam pelaksanaannya didasarkan pada standar
pelayanan;
2. Penyelenggara berkewajiban menginformasikan perjanjian kerja sama kepada
masyarakat;
3. Tanggung jawab pelaksanaan kerja sama berada pada penerima kerja sama, sedangkan
tanggung jawab penyelenggaraan secara menyeluruh berada pada penyelenggara;
4. Informasi tentang identitas pihak lain dan identitas penyelenggara sebagai penanggung
jawab kegiatan harus dicantumkan oleh penyelenggara pada tempat yang jelas dan
mudah diketahui masyarakat; dan
5. Penyelenggara dan pihak lain wajib mencantumkan alamat tempat mengadu dan sarana
untuk menampung keluhan masyarakat yang mudah diakses, antara lain telepon, pesan
layanan singkat (short message service), laman (website), pos-el (e-mail), dan kotak
pengaduan.

Selain kerjasama di atas, penyelenggara juga dapat melakukan kerja sama tertentu dengan
pihak lain untuk menyelenggarakan pelayanan publik. Kerja sama tertentu merupakan kerja
sama yang tidak melalui prosedur seperti yang dijelaskan sebelumnya, dan penyelenggaraannya
tidak bersifat darurat serta harus diselesaikan dalam waktu tertentu, misalnya pengamanan pada
saat penerimaan tamu negara, transportasi pada masa liburan lebaran, dan pengamanan pada
saat pemilihan umum.
Hak-hak masyarakat dalam undang-undang pelayanan publik diatur pada pasal 18, yang
menyatakan bahwa masyarakat berhak atas layanan publik sebagai berikut: 1) mengetahui
kebenara isi standar pelayanan; 2) mengawasi pelaksanaan standar pelayanan; 3) mendapat
tanggapan atas pengaduan yang diajukan; 4) mendapatkan advokasi, perlindungan, dan atau
pemenuhan pelayanan; 5) memberitahukan kepada pimpinan penyelenggara pelayanan untuk
memperbaiki pelayanan apabila pelayanan yang diberikan tidak sesuai dengan standar
pelayanan; 6) memberitahukan kepada pelaksana untuk memperbaiki pelayanan apabila
pelayanan yang diberikan tidak sesuai dengan standar pelayanan; 7) mengadukan pelaksana yang
melakukan penyimpangan standar pelayanan dan/atau untuk tidak memperbaiki pelayanan
kepada penyelenggara atau ombudsman; 8) mengadukan penyelenggara yang melakukan
peyimpangan standar pelayanan dan/atau tidak memperbaiki pelayanan kepada pembina
pelayanan dan ombudsman; dan 9) mendapatkan pelayanan yang berkualitas sesuai dengan asas
dan tujuan pelayanan.
Bagaimanapun pelayanan publik adalah tanggung jawab penuh dari penyelenggara dan
pelaksana pelayanan. Namun demikian jika tidak ada kontribusi dari masyarakat sebagai users
(pengguna), maka pelayanan publik akan jauh dari kata kualitas, sebab jamak diketahui bahwa
secara umum kualitas pelayanan publik di Indonesia terkategori sebagai pelayanan yang buruk.
Berbelit-belit, lambat, mahal dan tidak ramah. Kontribusi masyarakat dapat dilakukan melalui
beberbagai hal, salah satunya adalah dengan cara terlibat secara aktif dalam proses pelayanan
publik sebagaimana telah diatur dalam pasal 39 UUNo. 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik.
Pada pasal 39 dinyatakan bahwa masyarakat dapat berkontribusi dalam peningkatan kualitas
pelayanan publik dengan cara:
1. Peran serta masyarakat dalam pelayanan publik dimulai sejak penyusunan standar
pelayanan sampai dengan evaluasi dan pemberian penghargaan;
2. Peran serta masyarakat tersebut diwujudkan dalam bentuk kerjasama, pemenuhan hak
dan kewajiban masyarakat, serta peran aktif dalam penyusunan kebijakan pelayanan
publik;
3. Masyarakat dapat membentuk lembaga pengawasan pelayanan publik;
Selain itu sebagai bentuk kontribusi dalam peningkatan pelayanan publik masyarakat juga
dapat melakukan pengaduan atas penyimpangan pelayanan publik kepada: penyelenggara
pelayanan publik, ombudsman dan DPR/D. Pengaduan masyarakat ini dijamin dan dilindungi oleh
undang-undang. Oleh sebab itu masyarakat seyogyanya tidak ragu-ragu mengadu kepada pihak-
pihak tersebut selama berdasarkan pada bukti-bukti yang ada (data penyimpangan) dan tidak
sekedar didasarkan pada rumor yang tidak dapat dipertangungjawabkan kebenarannya.
Pada dasarnya pengawasan pelayanan publik dapat dilakukan oleh siapa saja, termasuk
masyarakat. Tujuan utama dari pengawasan ini adalah untuk memastikan sekaligus mengontrol
bahwa pelayanan publik telah dilaksanakan sesuai dengan standar pelayanan yang ada. Untuk
meningkatkan fungsi pengawasan pelayanan maka pemerintah Republik Indonesia para tahun
2008 telah membentuk semacam badan pengawas pelayanan publik melalui Undang-Undang No.
37 Tahun 2008 yang bernama Ombudsman. Ombudsman adalah lembaga negara yang
mempunyai kewenangan mengawasi penyelenggaraan pelayanan publik yang sumber dananya
sebagian atau seluruhnya berasal dari keuangan negara. Salah satu tujuan dibentuknya
Ombudsman adalah meningkatkan mutu pelayanan negara di segala bidang agar setia warga
negara dan penduduk memperoleh keadilan, rasa aman, dan kesejahteraan yang semakin baik.
Adapun fungsi Ombudsman adalah mengawasi penyelenggaraan pelayanan publik yang
diselenggarakan oleh penyelenggara negara dan pemerintahan baik di pusat maupun di daerah
termasuk BUMN/D, dan badan swasta yang diberi tugas menyelenggarakan pelayanan publik
tertentu. Ombudsman memiliki rincian tugas sebagai berikut:
1. Menerima Laporan atas dugaan maladministrasi dalam penyelenggaraan pelayanan
publik;
2. Melakukan pemeriksaan substansi atas Laporan;
3. Menindaklanjuti Laporan yang tercakup dalam ruang lingkup kewenangan Ombudsman;
4. Melakukan investigasi atas prakarsa sendiri terhadap dugaan Maladministrasi dalam
penyelenggaraan pelayanan publik;
5. Melakukan koordinasi dan kerja sama dengan lembaga negara atau lembaga
pemerintahan lainnya serta lembaga kemasyarakatan dan perseorangan;
6. Membangun jaringan kerja;
7. Melakukan upaya pencegahan Maladministrasi dalam penyelenggaraan pelayanan
publik; dan
8. melakukan tugas lain yang diberikan undang-undang.

Setiap warga negara berhak menyampaikan laporan kepada Ombudsman dan tidak dipungut
biaya. Laporan ke Ombudsman telah didahului oleh laporan kepada penyelenggara atau
pelaksana pelayanan publik tetapi tidak ditindaklanjuti. Jika pelapor belum melaporkan perihal
keluhannya kepada penyelenggara atau pelaksana tetapi langsung kepada Ombudsman maka
laporan akan ditolak.

Sumber:
http://www.pustaka.ut.ac.id/lib/adpu4332-hukum-administrasi-negara-edisi-2/

http://bpkad.banjarkab.go.id/index.php/2018/03/07/pengertian-keuangan-negara-dan-ruang-
lingkup-hukum-keuangan-negara/

https://klc.kemenkeu.go.id/ruang-lingkup-keuangan-negara-bagian-1/

http://www.mag.co.id/hukum-keuangan-negara/

https://www.dosenpendidikan.co.id/keuangan-negara/

http://ditjenpp.kemenkumham.go.id/hukum-adm-negara/2970-keuangan-negara-dan-
keuangan-publik.html

https://www.kompasiana.com/sopianhadi83/54f3c450745513972b6c7f89/hak-atas-informasi

https://komisiinformasi.go.id/?portfolio=hak-atas-informasi-publik

https://issuu.com/advokasikomunikasilbhmasyarakat/docs/buku_saku_mengenal_uu_keterbuk
aan_i

https://komisiinformasi.go.id/?portfolio=hak-atas-informasi-publik

http://ditjenpp.kemenkumham.go.id/htn-dan-puu/2971-hak-konstitusional-warga-negara.html
https://acch.kpk.go.id/id/artikel/riset-publik/membangun-budaya-hukum-pelayanan-publik-
untuk-mewujudkan-kesejahteraan-rakyat

http://www.jdih.kemenkeu.go.id/fullText/2009/25TAHUN2009UU.htm

https://media.neliti.com/media/publications/146572-ID-hak-masyarakat-dan-badan-publik-
atas-ket.pdf

https://ngada.org/uu25-2009bt.htm

Anda mungkin juga menyukai