Menurut Undang-Undang No. 17 Tahun 2003 Tentang Keuangan Negara, ruang lingkup
keuangan negara meliputi:
1. Pengelolaan moneter. Hal ini dilakukan melalui serangkaian kebijakan di bidang moneter.
Kebijakan moneter merupakan kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah agar terdapat
keseimbangan yang dinamis antara jumlah uang yang beredar dengan barang dan jasa
yang tersedia di masyarakat.
2. Pengelolaan Fiskal. Pengelolaan fiskal meliputi fungsi-fungsi pengelolaan kebijakan fiskal
dan kerangka ekonomi makro, penganggaran, administrasi perpajakan, administrasi
kepabean, perbendaharaan, dan pengawasan keuangan. Kebijakan fiskal merupakan
kebijakan yang dilakukan pemerintah berkaitan dengan penerimaan (pendapatan) dan
pengeluaran (belanja) pemerintah.
3. Pengelolaan Kekayaan Negara Khusus untuk proses pengadaan barang kekayaan negara.
Sehubungan dengan pengeluaran negara, yang termasuk di dalamnya telah diatur secara
khusus dalam Keputusan Presiden No. 80 Tahun 2003 Tentang Pedoman Pelaksanaan
Pengadaan Barang/Jasa Instansi Pemerintah. Di samping itu, terdapat pula kekayaan
negara yang dipisahkan (pengelolaannya diserahkan kepada perusahaan yang seluruh
modal/saham dimiliki oleh negara). Perusahaan semacam ini biasa dikenal dengan Badan
Usaha Milik Negara/Daerah dan Lembaga-Lembaga Keuangan Negara (BUMN/BUMD).
Penyelenggara dapat melakukan kerja sama dalam bentuk penyerahan sebagian tugas
penyelenggaraan pelayanan publik kepada pihak lain dengan syarat kerja sama tersebut tidak
menambah beban bagi masyarakat. Ketentuan-ketentuan dalam kerjasama tersebut adalah
sebagai berikut:
1. Perjanjian kerja sama penyelenggaraan pelayanan publik dituangkan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan dan dalam pelaksanaannya didasarkan pada standar
pelayanan;
2. Penyelenggara berkewajiban menginformasikan perjanjian kerja sama kepada
masyarakat;
3. Tanggung jawab pelaksanaan kerja sama berada pada penerima kerja sama, sedangkan
tanggung jawab penyelenggaraan secara menyeluruh berada pada penyelenggara;
4. Informasi tentang identitas pihak lain dan identitas penyelenggara sebagai penanggung
jawab kegiatan harus dicantumkan oleh penyelenggara pada tempat yang jelas dan
mudah diketahui masyarakat; dan
5. Penyelenggara dan pihak lain wajib mencantumkan alamat tempat mengadu dan sarana
untuk menampung keluhan masyarakat yang mudah diakses, antara lain telepon, pesan
layanan singkat (short message service), laman (website), pos-el (e-mail), dan kotak
pengaduan.
Selain kerjasama di atas, penyelenggara juga dapat melakukan kerja sama tertentu dengan
pihak lain untuk menyelenggarakan pelayanan publik. Kerja sama tertentu merupakan kerja
sama yang tidak melalui prosedur seperti yang dijelaskan sebelumnya, dan penyelenggaraannya
tidak bersifat darurat serta harus diselesaikan dalam waktu tertentu, misalnya pengamanan pada
saat penerimaan tamu negara, transportasi pada masa liburan lebaran, dan pengamanan pada
saat pemilihan umum.
Hak-hak masyarakat dalam undang-undang pelayanan publik diatur pada pasal 18, yang
menyatakan bahwa masyarakat berhak atas layanan publik sebagai berikut: 1) mengetahui
kebenara isi standar pelayanan; 2) mengawasi pelaksanaan standar pelayanan; 3) mendapat
tanggapan atas pengaduan yang diajukan; 4) mendapatkan advokasi, perlindungan, dan atau
pemenuhan pelayanan; 5) memberitahukan kepada pimpinan penyelenggara pelayanan untuk
memperbaiki pelayanan apabila pelayanan yang diberikan tidak sesuai dengan standar
pelayanan; 6) memberitahukan kepada pelaksana untuk memperbaiki pelayanan apabila
pelayanan yang diberikan tidak sesuai dengan standar pelayanan; 7) mengadukan pelaksana yang
melakukan penyimpangan standar pelayanan dan/atau untuk tidak memperbaiki pelayanan
kepada penyelenggara atau ombudsman; 8) mengadukan penyelenggara yang melakukan
peyimpangan standar pelayanan dan/atau tidak memperbaiki pelayanan kepada pembina
pelayanan dan ombudsman; dan 9) mendapatkan pelayanan yang berkualitas sesuai dengan asas
dan tujuan pelayanan.
Bagaimanapun pelayanan publik adalah tanggung jawab penuh dari penyelenggara dan
pelaksana pelayanan. Namun demikian jika tidak ada kontribusi dari masyarakat sebagai users
(pengguna), maka pelayanan publik akan jauh dari kata kualitas, sebab jamak diketahui bahwa
secara umum kualitas pelayanan publik di Indonesia terkategori sebagai pelayanan yang buruk.
Berbelit-belit, lambat, mahal dan tidak ramah. Kontribusi masyarakat dapat dilakukan melalui
beberbagai hal, salah satunya adalah dengan cara terlibat secara aktif dalam proses pelayanan
publik sebagaimana telah diatur dalam pasal 39 UUNo. 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik.
Pada pasal 39 dinyatakan bahwa masyarakat dapat berkontribusi dalam peningkatan kualitas
pelayanan publik dengan cara:
1. Peran serta masyarakat dalam pelayanan publik dimulai sejak penyusunan standar
pelayanan sampai dengan evaluasi dan pemberian penghargaan;
2. Peran serta masyarakat tersebut diwujudkan dalam bentuk kerjasama, pemenuhan hak
dan kewajiban masyarakat, serta peran aktif dalam penyusunan kebijakan pelayanan
publik;
3. Masyarakat dapat membentuk lembaga pengawasan pelayanan publik;
Selain itu sebagai bentuk kontribusi dalam peningkatan pelayanan publik masyarakat juga
dapat melakukan pengaduan atas penyimpangan pelayanan publik kepada: penyelenggara
pelayanan publik, ombudsman dan DPR/D. Pengaduan masyarakat ini dijamin dan dilindungi oleh
undang-undang. Oleh sebab itu masyarakat seyogyanya tidak ragu-ragu mengadu kepada pihak-
pihak tersebut selama berdasarkan pada bukti-bukti yang ada (data penyimpangan) dan tidak
sekedar didasarkan pada rumor yang tidak dapat dipertangungjawabkan kebenarannya.
Pada dasarnya pengawasan pelayanan publik dapat dilakukan oleh siapa saja, termasuk
masyarakat. Tujuan utama dari pengawasan ini adalah untuk memastikan sekaligus mengontrol
bahwa pelayanan publik telah dilaksanakan sesuai dengan standar pelayanan yang ada. Untuk
meningkatkan fungsi pengawasan pelayanan maka pemerintah Republik Indonesia para tahun
2008 telah membentuk semacam badan pengawas pelayanan publik melalui Undang-Undang No.
37 Tahun 2008 yang bernama Ombudsman. Ombudsman adalah lembaga negara yang
mempunyai kewenangan mengawasi penyelenggaraan pelayanan publik yang sumber dananya
sebagian atau seluruhnya berasal dari keuangan negara. Salah satu tujuan dibentuknya
Ombudsman adalah meningkatkan mutu pelayanan negara di segala bidang agar setia warga
negara dan penduduk memperoleh keadilan, rasa aman, dan kesejahteraan yang semakin baik.
Adapun fungsi Ombudsman adalah mengawasi penyelenggaraan pelayanan publik yang
diselenggarakan oleh penyelenggara negara dan pemerintahan baik di pusat maupun di daerah
termasuk BUMN/D, dan badan swasta yang diberi tugas menyelenggarakan pelayanan publik
tertentu. Ombudsman memiliki rincian tugas sebagai berikut:
1. Menerima Laporan atas dugaan maladministrasi dalam penyelenggaraan pelayanan
publik;
2. Melakukan pemeriksaan substansi atas Laporan;
3. Menindaklanjuti Laporan yang tercakup dalam ruang lingkup kewenangan Ombudsman;
4. Melakukan investigasi atas prakarsa sendiri terhadap dugaan Maladministrasi dalam
penyelenggaraan pelayanan publik;
5. Melakukan koordinasi dan kerja sama dengan lembaga negara atau lembaga
pemerintahan lainnya serta lembaga kemasyarakatan dan perseorangan;
6. Membangun jaringan kerja;
7. Melakukan upaya pencegahan Maladministrasi dalam penyelenggaraan pelayanan
publik; dan
8. melakukan tugas lain yang diberikan undang-undang.
Setiap warga negara berhak menyampaikan laporan kepada Ombudsman dan tidak dipungut
biaya. Laporan ke Ombudsman telah didahului oleh laporan kepada penyelenggara atau
pelaksana pelayanan publik tetapi tidak ditindaklanjuti. Jika pelapor belum melaporkan perihal
keluhannya kepada penyelenggara atau pelaksana tetapi langsung kepada Ombudsman maka
laporan akan ditolak.
Sumber:
http://www.pustaka.ut.ac.id/lib/adpu4332-hukum-administrasi-negara-edisi-2/
http://bpkad.banjarkab.go.id/index.php/2018/03/07/pengertian-keuangan-negara-dan-ruang-
lingkup-hukum-keuangan-negara/
https://klc.kemenkeu.go.id/ruang-lingkup-keuangan-negara-bagian-1/
http://www.mag.co.id/hukum-keuangan-negara/
https://www.dosenpendidikan.co.id/keuangan-negara/
http://ditjenpp.kemenkumham.go.id/hukum-adm-negara/2970-keuangan-negara-dan-
keuangan-publik.html
https://www.kompasiana.com/sopianhadi83/54f3c450745513972b6c7f89/hak-atas-informasi
https://komisiinformasi.go.id/?portfolio=hak-atas-informasi-publik
https://issuu.com/advokasikomunikasilbhmasyarakat/docs/buku_saku_mengenal_uu_keterbuk
aan_i
https://komisiinformasi.go.id/?portfolio=hak-atas-informasi-publik
http://ditjenpp.kemenkumham.go.id/htn-dan-puu/2971-hak-konstitusional-warga-negara.html
https://acch.kpk.go.id/id/artikel/riset-publik/membangun-budaya-hukum-pelayanan-publik-
untuk-mewujudkan-kesejahteraan-rakyat
http://www.jdih.kemenkeu.go.id/fullText/2009/25TAHUN2009UU.htm
https://media.neliti.com/media/publications/146572-ID-hak-masyarakat-dan-badan-publik-
atas-ket.pdf
https://ngada.org/uu25-2009bt.htm