A. KOMPETENSI DASAR
B. INDIKATOR KEBERHASILAN
Daya saing dengan inovasi pemerintah daerah dalam hal ini adalah
salah satu cara yang dilakukan oleh pemerintah daerah untuk menerapkan
cara membedakan dirinya dengan daerah lainnya (para pesaingnya). Di
samping itu, Porter (1980) melihat bahwa salah satu faktor yang paling
penting untuk menghadapi persaingan global yang inovatif adalah
kemampuan kompetitif yang dimiliki daerah-daerah dalam suatu negara.
Apabila terdapat berbagai daerah (Kabupaten/Kota dan Provinsi) di Indonesia
mempunyai keunggulan dalam hal faktor biaya atau mutu faktor yang
digunakan untuk menghasilkan suatu produk, maka daerah tersebut akan
menjadi tempat produksi dan ekspor akan mengalir ke daerah lain bahkan
negara lain. Lebih lanjut dapat dikatakan bahwa untuk mencapai keunggulan
kompetitif diperlukan 3 (tiga) strategi: (1) strategi keunggulan biaya; (2)
strategi diferensiasi, dan (3) strategi fokus.
Crises have always been part of human experience and they have no doubt served as catalyst for many of the
innovations which have guided the cource of our history (Carl-Goran Heden)
Harapan dan tekanan yang besar, baik dan luar maupun dan dalam,
untuk segera melakukan langkah-langkah aksi membangun civil society,
mendorong partisipasi, dan mewujudkan good governance di Indonesia,
menyebabkan pihak-pihak yang menjadi bagian dan gerakan partisipasi dan
good governance tidak sempat mendalami dan memahami konsep-konsep ini
secara serius terlebih dahulu. Semua merasa “harus segera mulai melakukan
proses perubahan. Terima saja konsep yang ada, lalu dipraktikkan”. Tidak
banyak Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) maupun kalangan akademisi di
Indonesia saat ini yang kritis terhadap konsep civil society, partisipasi, dan
good governance. Memang ada beberapa pihak yang “curiga” serta
mewaspadai adanya agenda global di balik gagasan ini. Namun, upaya
membangun civil society, partisipasi, dan good governance pada umumnya
diterima sebagai bagian dari inovasi untuk upaya demokratisasi yang secara
fundamental diterima hampir semua kalangan, sebagai sesuatu yang
diinginkan di masa depan.
Satu unsur stakeholder lain yang penting dan perlu disorot peran
sertanya dalam mewujudkan good governance adalah sektor swasta. Dalam
good governance, sektor swasta adalah kelompok yang sama pentingnya
dengan pemerintah maupun civil society. Namun, mereka kurang menyadari
perannya dalam mewujudkan good governance, dan bahkan sering merasa
dimusuhi, sehingga lebih banyak menghindar untuk terlibat dalam berbagai
urusan penyelenggaraan pemerintahan daerah yang tidak langsung terkait
dengan kepentingan bisnisnya.
Inisiatif inovasi
Pengukuran inisiatif inovasi yang dimaksud adalah sumber
pemrakarsa atau ide dan gagasan program inovatif. Inisiatif inovasi
ini terbagi dalam 4 skala penilaian yaitu: inovasi yang datang dari
pemerintah daerah kabupaten/kota yang bersangkutan. Inisiatif
inovasi dari masyarakat. Program inovatif yang berasal dari
program pemerintah pusat atau pemerintah provinsi dan inisiatif
inovasi yang berasal dari lembaga donor dan lembaga di luar
pemerintah. Selain itu motif atau dorongan terhadap munculnya
inovasi merupakan suatu hal yang perlu diperhatikan, motif, alasan
dan pertimbangan munculnya inovasi yang berbeda-beda tersebut
dapat dilihat dari beberapa faktor yaitu ; Pertama, inovasi muncul
dari adanya pemikiran baru atau dari kajian yang dilakukan
pemerintah daerah terhadap sesuatu fokus yang berhubungan
dengan penyelesaian permasalahan tertentu. Kedua, Inovasi
kebijakan karena adanya tuntutan internal dalam organisasi itu
sendiri atau tuntutan eksternal untuk meningkatkan efisiensi dan
efektivitas penyelenggaraan pemerintah daerah serta tuntutan
peraturan perundang-undangan dan program nasional, provinsi
yang harus dilaksanakan dan disesuaikan dengan karakteristik
daerah yang bersangkutan.
Sumber Pembiayaan
Pengukuran sumber pembiayaan yang dimaksud adalah sumber
pendanaan program inovatif. Sumber pembiayaan ini terdiri dari 4
(empat) klasifikasi sumber pembiayaan untuk melakukan program
inovatif, yaitu: sumber pendanaan dari pemerintah daerah sendiri
(APBD), dari partisipasi publik (termasuk swasta), dari pemerintah
(APBN dan APBD Provinsi) dan dari lembaga donor. Masing-
masing sumber pembiayaan program inovatif ini memiliki bobot
nilai yang berbeda. Karena yang dinilai adalah pemerintah daerah
(local government), maka sumber pembiayaan program inovatif
yang berasal dari pemerintah daerah kabupaten/kota yang
bersangkutan mendapatkan bobot/nilai paling tinggi dibandingkan
dengan sumber pembiayan yang berasal dari sumber lain.
Pengukuran sumber pembiayaan program inovatif ini diharapkan
akan menghasilkan kemanfaatan dimasa depan yaitu: mendorong
peningkatan kemandirian daerah.
Pelayanan Publik
Penilaian inovasi pemerintah daerah untuk kategori Pelayanan
Publik terbagi dalam empat indikator yaitu, pertama, keterbukaan
(transparansi) informasi pelayanan publik. Kedua, penyediaan
unsur pendukung efektivitas pelayanan publik. Ketiga, adanya
pelayanan pengaduan masyarakat. Keempat, Indeks Kepuasan
Masyarakat (IKM) terhadap pelayanan publik yang
diselenggarakan pemerintah daerah. Masing-masing indikator
terdiri dari beberapa skala pengukuran dengan bobot/nilai yang
berbeda.
Pemberdayaan Masyarakat
Penilaian inovasi pemerintah daerah untuk kategori Pemberdayaan
Masyarakat terbagi menjadi empat indikator yaitu, pertama,
pencapaian kelompok sasaran program yang diukur dari
perbandingan antara realisasi kelompok sasaran program dengan
target program. Kedua, meningkatnya kemandirian masyarakat
yang meliputi kemandirian dari aspek pembiayaan, manajemen,
dan kelembagaan. Ketiga, meningkatnya pendapatan per kapita
yang dihitung dari perbandingan antara Produk Domestik Regional
Bruto (PDRB) dengan jumlah penduduk. Keempat, berkurangnya
angka kemiskinan. Masing- masing indikator terdiri dari beberapa
skala pengukuran dengan bobot nilai yang berbeda.
Hal yang sama juga terjadi pada Kabupaten Sragen Jawa Tengah. Bupati Untung melakukan
reformasi pada struktur birokrasi pemerintahan agar memudahkan penyelenggaraan
pelayanan yang terpadu. Tujuannya sangat jelas, mudahnya pelayanan memiliki implikasi
bagi kepercayaan kepada pemerintah. Peningkatan pendapatan daerah pun secara
perlahan meningkat seiring dengan kepercayaan masyarakat dan investasi terhadap
pelayanan yang diberikan. Dalam hal politik, kepercayaan tersebut diwujudkan dengan
terpilihnya kembali Bupati Untung dalam Pilkada tahun 2006.
Dua daerah yang terkenal dengan inovasi dalam penyelenggaraan pemerintahan tersebut
memiliki karakter yang juga hampir sama yaitu memiliki kepemimpinan pemerintahan yang
kuat disertai political will dalam memberikan pelayanan yang terbaik bagi masyarakat luas.
Hal ini ditandai dengan komitmen yang luar biasa dari pemimpin daerah tersebut sedari
awal dengan melakukan reformasi dan restrukturisasi birokrasi untuk menunjang berbagai
kebijakan yang berpihak kepada rakyat. Namun demikian, kedua daerah tersebut masih
menyisakan persoalan dalam hal tiadanya partisipasi masyarakat dalam proses pembuatan
kebijakan. Sebagian besar program dan kegiatan pembangunan daerah berasal dari inisiatif
pemerintah, baik dari kepala daerah ataupun jajarannya. Pembangunan model top down
yang dikembangkan oleh kedua daerah tersebut memang terbukti efektif dikarenakan figur
kepala daerah yang memiliki kepedulian terhadap kesejahteraan rakyat. Persoalannya
kemudian, seberapa besar dan luas masyarakat dilibatkan dalam setiap pembangunan yang
ada di daerah tersebut? Dan seberapa besar pula pemerintah daerah memahami seluruh
kebutuhan dan keinginan masyarakat di masing-masing daerah? Artinya bagaimana
keterlibatan masyarakat dalam proses pembuatan kebijakan dan pembangunan masih perlu
dieksplorasi lebih lanjut kenyataan di kedua daerah ini.
Ide dalam perluasan partisipasi berasal dari Juergen Habermas yang memberi inspirasi
bahwa perlu adanya ruang publik yang otonom di luar dari domain negara sebagai
prasyarat pelibatan aktivitas masyarakat yang tidak semudahnya mendapat legitimasi
terhadap sistem politik. Ruang publik tersebut dapat dimanfaatkan sebagai sarana debat
opini, bersuara dan menyeleraskan posisi yang sama dengan argumentasi yang rasional.
Habermas sebenarnya berkeingan agar setiap individu menjadi aktor yang penting dan
berarti dalam komunitas politik.
Penekanan Habermas sebenarnya adalah tersedianya ruang publik yang ada dan terjamin di
dalam konstitusi. Karena negara sebagai aktor dan institusi politik punya kewenangan yang
luar biasa dalam mengarahkan maksud dan tujuan pembangunan, dengan atau tanpa
keterlibatan masyarakat. Padahal objek dan penerima manfaatnya adalah masyarakat itu
sendiri. Dalam hal tersebut, masyarakat sudah waktunya dilibatkan dalam pembuatan
kebijakan dengan memanfaatkan ruang publik yang disampaikan oleh Habermas tadi. Pada
masa lampau, untuk mengatasi adanya kesenjangan antara pemerintah dan masyarakat,
pemerintah melakukan berbagai tindakan politik dalam rangka memperkuat partisipasi
dimana kelompok marjinal diberi kesempatan dan ruang untuk menyuarakan aspirasinya. Di
samping itu, penguatan kelembagaan juga dilakukan oleh pemerintah untuk menjadi lebih
responsif, akuntabel dan transparan terhadap berbagai tuntutan dari masyarakat.
Pertanyaannya kemudian, dimana kelompok marjinal dan kelompok miskin bisa
memperoleh ruang dan mampu mempengaruhi kebijakan pemerintah serta dimana
pemerintahan yang berubah dapat mempertanggung jawabkan akuntabilitasnya?[
Dalam beberapa tahun belakangan, konsep partisipasi politik telah berkonvergen dengan
memperhatikan aspek pelibatan warga dalam formulasi kebijakan dan implementasi
kebijakan tersebut. Partisipasi politik yang dimaksud menjadi lebih dalam sebagai upaya
warga dalam mempengaruhi pemerintah dan meminta komitmen terhadap
akuntabilitasnya.[4] Partisipasi masyarakat dalam proses pembuatan kebijakan tadinya
hanyalah sebuah mekanisme konsultatif. Namun belakangan menguatnya kebutuhan dan
perspektif dalam pelayanan seperti apa dan kebijakan yang semestinya harus ada,
meyakinkan bahwa perlu ada peningkatan dan pendalaman partisipasi yang nantinya akan
menjadi kontrol terhadap kehidupan mereka secara keseluruhan. Partisipasi warga dengan
demikian dapat didefenisikan sebagai perluasan agenda masyarakat, di mana masyarakat
dapat memobilisasi dan merumuskan tuntutannya.
Dalam banyak negara, upaya pelibatan kelompok marjinal dan kelompok miskin sudah
terlihat. Hanya saja hal ini meyakinkan kita bersama bahwasanya mekanisme perwakilan
tidaklah efektif dapat memberi pengaruh terhadap kebutuhan dan keinginan kelompok
minoritas. Penekanannya kemudian masyarakat memiliki hak atas pembangunan tidak lagi
diposisikan sebagai penerima manfaat. Hak akan menjadi kenyataan bila warga negara
dilibatkan dalam proses pengambilan keputusan terutama menyangkut hidupnya. Laporan
UNDP terlihat jelas bahwa pemilu tidak lagi cukup untuk pemenuhan hak dari warga negara.
Cara baru yang mesti ditempuh adalah bagaimana menjamin hak-hak ekonomi, sosial dan
budaya tidak dicabut/dilanggar dan untuk memastikan partisipasi dalam proses
pengambilan keputusan. Disini terlihat bahwa negara memiliki kewajiban untuk menjamin
terwujudnya hak-hak dari warga negara, termasuk di dalamnya turut berpartisipasi dalam
pembangunan.
Refleksi
Berangkat dari konteks teori serta konsep partisipasi yang tengah berkembang belakangan,
maka patut dipertimbangkan untuk mendalami lagi apakah berbagai inovasi yang dilakukan
oleh pemerintahan daerah sepenuhnya melibatkan masyarakat sebagai penerima layanan.
Argumennya bila dikaitkan dengan cerita sukses pemerintahan daerah seperti Jembrana dan
Sragen akan menjadi lebih bermakna bagi pemerintah dan juga masyarakat terhadap
pembangunan yang dilakukan. Pemerintah daerah tahu dan mengerti apa yang dibutuhkan
masyarakat dan masyarakat pun sadar bagaimana memanfaatkan ruang untuk
mengartikulasikan kepentingan dan kebutuhannya kepada pemerintah daerah. Hal ini yang
semestinya harus dikembangkan bagi daerah agar terciptanya keadilan bagi semua.
DAFTAR PUSTAKA
Byrd, J & Brown, P.L. 2003. The Innovation Equation. Building Creativity and
Risk