Anda di halaman 1dari 3

1.

Good governance menghendaki pemerintahan dijalankan dengan mengikuti


prinsip-prinsip pengelolaan yang baik, seperti transparansi (keterbukaan),
akuntabilitas, partisipasi, keadilan, dan kemandirian, sehingga sumber daya
negara yang berada dalam pengelolaan pemerintah benar-benar mencapai
tujuan sebesar-besarnya. Seiring dengan berkembang waktu, penerapan
Good Governance di Indonesia ini sudah mulai terlihat hasilnya. Mulai muncul
transparansi anggaran pendapatan serta belanja negara (APBN) dan adanya
partisipasi masyarakat dalam pengelolahan anggaran pemerintahan baik itu
secara langsung maupun tidak langsung. Namun masih ada sejumlah
kendala dalam penerapan Good Governance. Salah satunya yaitu di
Indonesia sendiri sistem akuntansi belum begitu handal untuk pencatatan
atau pelaporan intern, integritas dari para aparat Pemerintahan. Standar
akuntasi memiliki peran yang sangat penting dalam Good Governance.
Sementara itu, kondisi politik dan ekonomi di Indonesia juga bisa jadi masalah
yang menghambat pelaksanaan Good Governance.

2. Reformasi birokrasi sangat penting untuk Indonesia karena birokrasi yang


baik dan efektif dapat mempercepat pembangunan ekonomi, meningkatkan
pelayanan publik, meningkatkan efisiensi penggunaan sumber daya publik,
serta menjamin transparansi dan akuntabilitas dalam pengelolaan kebijakan
dan program pemerintah. Sebelum reformasi, birokrasi di Indonesia
cenderung korup dan tidak efektif, dengan birokrat yang seringkali lebih
mementingkan kepentingan pribadi daripada kepentingan publik. Hal ini
mengakibatkan anggaran publik yang seharusnya digunakan untuk
pembangunan dan pelayanan publik, banyak yang dikorupsi dan
disalahgunakan. Reformasi birokrasi bertujuan untuk mengatasi masalah-
masalah tersebut dengan meningkatkan efisiensi dan transparansi birokrasi,
memperkuat pelayanan publik, dan memperbaiki tata kelola pemerintahan.
Langkah-langkah yang diambil antara lain meliputi reformasi kebijakan,
reformasi organisasi, dan reformasi sumber daya manusia. Dengan adanya
reformasi birokrasi yang baik, diharapkan birokrasi Indonesia dapat berfungsi
lebih efektif dan efisien dalam melayani kepentingan publik, serta
menjalankan tugas-tugas pemerintah secara transparan dan akuntabel. Hal
ini akan membuka peluang bagi Indonesia untuk berkembang lebih cepat dan
menjadikan negara ini sebagai negara maju yang bermartabat.

3. Proses pembuatan kebijakan perlu dipandang sebagai suatu siklus dari


serangkaian kegiatan kebijakan karena setiap tahapan dalam proses tersebut
saling berkaitan dan mempengaruhi satu sama lain. Dalam siklus kebijakan,
terdapat beberapa tahapan penting yang harus dilalui, yaitu:
1. Identifikasi masalah: Tahapan ini dilakukan untuk mengidentifikasi masalah
atau isu yang perlu diatasi oleh pemerintah.
2. Perumusan kebijakan: Tahapan ini meliputi pengembangan alternatif
kebijakan dan evaluasi dampaknya terhadap masyarakat dan lingkungan.
3. Implementasi kebijakan: Tahapan ini meliputi pelaksanaan kebijakan oleh
instansi terkait.
4. Evaluasi kebijakan: Tahapan ini dilakukan untuk mengevaluasi efektivitas
dan efisiensi dari kebijakan yang telah diimplementasikan.

Pemahaman siklus kebijakan yang baik akan membantu pemerintah untuk


memperoleh hasil kebijakan yang lebih optimal dan meminimalkan risiko
kegagalan kebijakan. Dalam setiap tahapan, diperlukan pengambilan
keputusan yang tepat dan tantangan yang harus dihadapi. Oleh karena itu,
siklus kebijakan perlu dikelola secara terpadu dan koordinatif agar dapat
mencapai tujuan kebijakan yang diinginkan. Dalam prakteknya, siklus
kebijakan merupakan suatu proses yang dinamis dan terus berulang, dimana
tahapan-tahapan yang telah dilalui menjadi masukan untuk tahapan
selanjutnya. Proses ini memungkinkan pemerintah untuk mengembangkan
kebijakan yang lebih baik dengan memperhitungkan berbagai tantangan dan
perubahan yang terjadi selama proses pembuatan kebijakan.

4. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan


Pembangunan Nasional (SPPN) merupakan landasan hukum bagi
perencanaan pembangunan di Indonesia, termasuk perencanaan
pembangunan daerah. UU ini mengatur beberapa hal yang berkaitan dengan
perencanaan pembangunan daerah, di antaranya adalah:
1. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD): Setiap
daerah wajib menyusun RPJMD sebagai acuan dalam penyusunan rencana
kerja pemerintah daerah. RPJMD memuat visi, misi, sasaran, dan kebijakan
pembangunan daerah yang akan dilaksanakan dalam rentang waktu lima
tahun.
2. Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD): RKPD merupakan rencana
kerja tahunan pemerintah daerah yang berdasarkan pada RPJMD. RKPD
memuat kegiatan dan program pembangunan daerah yang akan
dilaksanakan dalam satu tahun.
3. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD): APBD merupakan
instrumen fiskal yang mengatur alokasi pendapatan dan belanja daerah untuk
mendukung pelaksanaan kegiatan dan program pembangunan yang
tercantum dalam RKPD.
4. Evaluasi dan Pelaporan: Setiap daerah wajib melakukan evaluasi dan
pelaporan terhadap pelaksanaan pembangunan daerah secara berkala.
Evaluasi dan pelaporan dilakukan untuk mengevaluasi efektivitas dan
efisiensi pembangunan daerah serta memberikan umpan balik bagi
penyusunan RKPD dan RPJMD selanjutnya.

Dalam pelaksanaannya, perencanaan pembangunan daerah harus


melibatkan partisipasi masyarakat dan stakeholder terkait dalam setiap
tahapannya. Hal ini bertujuan untuk memastikan bahwa kegiatan
pembangunan yang dilaksanakan dapat memenuhi kebutuhan dan harapan
masyarakat serta berkelanjutan dalam jangka panjang. Dalam implementasi
perencanaan pembangunan daerah, pemerintah daerah harus
memperhatikan prinsip-prinsip tata kelola yang baik, seperti transparansi,
akuntabilitas, partisipasi, dan responsivitas. Hal ini akan membantu
memastikan bahwa sumber daya publik yang digunakan dalam pembangunan
daerah dapat dimanfaatkan secara efektif dan efisien untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat dan mencapai tujuan pembangunan nasional.

Anda mungkin juga menyukai