PENGANTAR SISTEM AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAHAN
(SAKIP) Dasar Hukum Akuntabilitas 1. UU Nomor 28 Tahun 1999 Tentang Penyelenggaraan Yang Bersih Dan Bebas Kkn 2. UU No 17 Tahun 2003 Tentang Keuangan Negara 3. UU Nomor 1 Tahun 2004 Tentang Perbendaharaan Negara 4. PP Nomor 8 Tahun 2006 Tentang Pelaporan Keuangan Dan Kinerja Instansi Pemerintah 5. Perpres Nomor 29 Tahun 2014 Tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah(SAKIP) 6. PP Nomo 17 Tahun 2017 Tentang Sinkronisasi Prosees Perencanaan Dan Penganggaran Pembangunan Nasional Peraturan perundangan diatas mengamanatkan birokrasi untuk menciptakan akuntabilitas berorientasi melalui sistem akuntabilitas kinerja pemerintah (SAKIP) yang tidak lain merupakan pengejawantahan manajemen kinerja sektor publik dan anggaran berbasis kinerja yang berorientasi pada hasil dimana dapat melihat manfaat yang terlihat dari kinerja pemerintahan. Dalam amanat presiden disebutkan terkait peningkatan efisiensi dan efektivitas birokrasi terdapat dua hal terkait reformasi structural dan apbn yang terfokus dan tepat sasaran, maksudnya setiap rupiah yang dikeluarkan dari apbn harus dipastikan memiliki manfaat ekonomi dan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat. PERPRES No 29 Tahun 2014 Tentang SAKIP dijelaskan mengenai akuntabilitas keuangan dan akuntabilitas kinera. Pemerintah indonesia selama ini menggunakan sistem akuntabilitas keuangan karena diperiksa diaudit dan di dievalusi dalam akuntabilitas keuangan yaitu tentang bagaimana pemerintah diaudit mengenai bagaiman kinerja pemerintah dari perencanaan, realisasi anggaran serta pelaporan. Dilihat dari segi manfaat apakah sudah sesuai dengan rencana atau tidak dapat dilihat dari SAKIP Sistem SAKIP ini dapat melihat akuntabilitas kinerja pemerintah daerah yang didalamnya terdapat RPJMN, RPJMD, RENSTRA OPD, RENJA, RKT yang dalam masing- maisnya terdapat sasaran dan indikator yang sifatnya outcome. Setelah penyususnan rencanan kinerja tahunan disusun pula perjanjian kinerja yang memnuat kondisi yang ingin dicapai disetiap level organisasi. Pada saat penetapan anggaran dapat disandingkan dengan penetapan kinerja yang diinginkan dan perjanjian kinerja tersebut dilaporkan. Pembuatan perjanjian kinerja harus selaras dengan yang ada dalam rencana jangka menengah kecuali adanya situasi tertentu. Kemenpan RB dalam upaya mendorong penerapan SAKIP bertujuan untuk mewujudkan akuntabilitas kinerja pemerintah, pelaksanaan anggaran apakah sudah bisa mewujudkan kierja yang sesuai dengan perencanaan dan mendorong prioritas pembangunan masyarakat siklus sistem AKIP dikenal sebagai POT yaitu planning organizing actuating controlling 1. Planning atau perencanaan yang dimuat dalam RPJMN/D, RPJPD, RPJMD, dan RENSTRA yang bertujuan untuk memastikan sasaran K/L dan Pemda sesuai dengan sasaran pembangunan nasional 2. Perjanjian kinerja yang bertujuan untuk memastikan upaya pencapaian target-target diperjanjikan kepada pejabat yang berkompeten 3. Pengukuran kinerjja yang bertujuan untuk memastikan kemajuan pencapaian target diukur dengan tepat 4. Pengelolaan data kinerja yang memastikan data kinerja dikelola dengan baik untuk mengetahui pencapaian dari tahun ke tahum 5. Pelaporan kinerja yang memastikan pencapaian kinerja dilaporkan kepada pemberi amanah secara jujur 6. Reviu dan evaluasi kinerja yang memastikan pencapaian kinerja telah direviu dan dievaluasi 7. Perbaikan berkelanjutan yang memastikan terdapat perbaikan berkelanjutkan untuk peningkatan kinerja Penggunaan sistem AKIP ini dimaksudkan perencanaan dan penganggaran dipastikan selaras dan terukur pencapaiannya. Penggunaan SAKIP akan dilaporkan, dimonitor, dan dievaluasi secara berkala sehungga instansi pemerintah dapat selalu mengecek kesesuaian, efektivitas, dan efisiensi penggunaan anggaran terhadap prioritas pembangunan Dalam mewujudkan SAKIP terdapat komponen utama yang menunjang pelaksanaannya yaitu perumusan kinerja yang jelas yang berarti Kinerja yang akuntabel yang dapat dilakukan dengan cara menetapkan tujuan/sasaran prioritas yang jelas (outcome), mmenetapkan ukuran tujuan/sasaran, menetapkan target kemudian meengaitkaan tujuan dengan program dan kegiatan dengan berorrientassi pada hasil (good governance) Permasalahan yang sering timbul yaitu ketidakjelasan hasil yang akan dicapai seperti tujuan/sasaran tidak sesuai dengan orientasi hasil dan ukuran kinerja tidak jelas serta tidak efektif efisien seperti tidak ada keterkaitan antara program/kegiatan dengan sasaran dan rincian kegiatan tidak sesuai dengan maksud kegiatan Penyebab inefisiensi birokrasi yaitu a. Banyak kementrian/lembaga/pemerintah daerah tidak memliki kejelasan hasil b. Banyak kementrian/lembaga/pemerintah daerah Tidak jelas ukuran kinerja c. Banyak kementrian/lembaga/pemerintah daerah yang Program tidak terkait dengan sasaran d. Banyak kementrian/lembaga/pemerintah daerah yang Rincian kegitanya tidak sesuai dengan maksud kegiatan. Efisiensi birokrasi adalah menghemat jumlah anggaran yang dibelanjakan dari kegiatan-kegiatan yang tidak penting, anggaran digunakan hanya untuk membiayai program/kegiatan prioritas yang mendukung pencapaian tujuan pembangunan dan anggaran digunakan semata-mata untuk kesejahteraan masyarakat. Arahan presiden terkait permasalahan efisiensi birokrasi yaitu : A, money follow program yang berarti anggaran harus digunakan untuk program oembangunan yang bermanfaat bagi masyarakat, misalnya infrastuktur, pengentasan kemiskinan, pendidikan, dan kesehatan (pemerintahan berorientasi hasil) B. E-Goverment, dalam sistem pemerintahan elektronik, rakyat bisa mengakses dokumen-dokumen pemerintah dan semua hal dapat dilihat secara transparan, termasuk total anggaran publik. C. STOP Pemborosan anggaran yang berarti seberapapun anggaran yang diberikan kepada K/L/Pemda pasti habis, tetapi tujuan tidak tercapai. D. fokus kinerja, buksn SPJ YAITU ASN jangan terllalu banyak menghabiskan waktu dan tenaga hanya untuk mengurusi SPJ Anggaran berbasi kinerja merupakan anggaran yang memuat prioritas dan sasaran strategis dan program kegiatan. Program follow result merupakan pemilihan program dan kegiatan harus sesuai dengan prioritas dan sasaran pembangunan Money follow program adalah besaran anggaran dialokasikan sesuai dengan program dan kegiatan yang mendukung pencapain prioritas pembangunan tujuannya untuk mendorong pelkasanaakn anggaran berbasis kinerja oleh instansi pemerintah dibangun aplikasi terpadu karena tidak boleh ada satu rupiah pun anggaran instansi pemerintah yang tidak memiliki hasil / manfaat bagi masyarakat. Latar belakang anggaran berbasis kinerja antara lain belanja publik perlu ditekan karena keterbatasan sumber daya, publik menuntut peningkatan kualitas layanan Budget savings merupakan suatu cara untuk efisiensi yang merupakan menetapkan dengan jelas hasil yang ingin dicapai, menetapkan ukuran kinerja dan target untuk mengukur keberhasilan, memilih program/ kegiatan yang mendukung tujuan/sasaran dan menetapkan anggaran sesuai dengan program/kegiatang yang telah dipilih Kemudian disebutkan pula kriteria indikator kerja yang baik( smart) yaitu Spesifik, yaitu dapat menggambarkan sesuai dengan kespesifikan dari hasil program dan kegiatan yang akan diukur ( kualitas pendidikan diukur dengan angka kelulusan, APK APM) Dapat diukur, IK daoat diukur secara ibyektif baik yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif. Jika ada dua pihak atau lebih mengukur, hasilnya akan sama Daoat dicapai, IK dalam lingkup kendali sesuai tupoksi dan mampu nenyediakan datanya secara tepat dan akurat Sesuai dengan kinerja atau hasil yang diukur, IK harus menggambarkan sedekat mungkin kesesuaiannya dengan hasil aoa yang akan diukur. berjangka waktu tertentu, IK mempertimbangkan periode waktu tertentu pencapaiannya dapat dipantau dan dikumpulkan, dapat ditelusuri secara jelas sumber datanya indikator kinerja adalag ukuran kuantitatif dan atau kualitatif yang menggambarkan tingkat pencapaian suatu sasaran atau tujuan yang ditetapkan. Tipe indikator kinerja terdiri dari kualitatif (tingkat kepuasan masyarakat terhadap pelayanan puskesmas) kuantitatif absolut (jumlah pasien) presentase ( presentase pasangan usia subur yang menjadi akseptor kb), rasio( rasio dokter per 100.000 penduduk) rata rata ( angka kematianibu melahirkan per 100.000 kelahiran hidup) indeks ( indeks pembangunan manusia/HDI) penetapan target kinerja keadaan yang saat ini merupakan keadaan dengan kondisi yang membutuhkan data kinerja yang andal dan mempertahitakn tren realisasi beberapa tahun terakhir, kemudian keadaab yang ingin dicapai yaitu memperhitungkan sumber daya yang dimiliki * Anggaran * Kewenangan * Struktur Organisasi * SDM * Teknologi Permasalahan yang sering timbul yang meneybabkan inefisiensi birokrasi : 1. Tujuan/ sasaran tidak orientasi hasil 2. Ukuran kinerja tidak jelas 3. Tidak ada keterkaitan antara program/ kegiatan dengan sasaran 4. Rincian kegiatan tidak sesuai dengan maksud kegiatan
Hal-hal yang dilakukan presiden untuk mengefisiensikan birokrasi :
1. Money Follow Program Alokasi anggaran harus digunakan untuk program pembangunan yang bermanfaat bagi masyarakat. 2. Stop Pemborosan Anggaran Seberapapun anggaran yang diberikan kepada K/L/Pemda pasti habis, tetapi tujuan hasil tidak tercapai. 3. E- Government Dalam system pemerintahan elektronik rakyat bias mengakses dokumen-dokumen pemerintah dan semua hal dapat dilihat secara transparan termasuk soal anggaran public. 4. Fokus Kinerja, bukan SPJ ASN jangan terlalu banyak menghabiskan waktu dan tenaga hanya untuk mengurus SPJ.
Hal-hal yang dilakukan agar efisiensi terlaksana adalah:
1. Anggaran berbasis kinerja 2. Mengukur kinerja dengan indicator yang jelas. Kriteria indicator kinerja yang baik (SMART): a. Spesifik b. Dapat diukur c. Dapat dicapai d. Sesuai dengan kinerja atau hasil yang diukur e. Berjangka waktu tertentu f. Dapat dipantau dan dikumpulkan. 3. Penetapan target kinerja Keadaaan sekarang - membutuhkan data kinerja yang andal, memperhatikan tren realisasi beberapa tahun. Keadaan yang ingin dicapai - Memperhitungkan sumber daya yang dimiliki, memanfaatkan pihak eksternal sebagai sumber daya, memperhatikan realisasi kinerja yang dicapai secara global. 4. Program/ kegiatan berorientasi hasil Inputkegatanoutputimmediate outcomeintermediate outcomeultimate outcome
Siklus Sistem AKIP
1. Rencana strategis 2. Perjanjian kinerja 3. Pengukuran kinerja 4. Pengelolaan data kinerja 5. Pelaporan kinerja 6. Rivie dan evaluasi kinerja 7. Memastikan adanya perbaikan kinerja untuk program berkelanjutan.
Ekonomi makro menjadi sederhana, berinvestasi dengan menafsirkan pasar keuangan: Cara membaca dan memahami pasar keuangan agar dapat berinvestasi secara sadar berkat data yang disediakan oleh ekonomi makro
Manajemen waktu dalam 4 langkah: Metode, strategi, dan teknik operasional untuk mengatur waktu sesuai keinginan Anda, menyeimbangkan tujuan pribadi dan profesional