Anda di halaman 1dari 5

NAMA : FITRIANA LESTARI

KELAS : F-3
ABSEN : 09
NPP : 31.0540
PRODI : KEUANGAN PUBLIK

PENGANTAR SISTEM AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAHAN


(SAKIP)
Dasar Hukum Akuntabilitas
1. UU Nomor 28 Tahun 1999 Tentang Penyelenggaraan Yang Bersih Dan Bebas Kkn
2. UU No 17 Tahun 2003 Tentang Keuangan Negara
3. UU Nomor 1 Tahun 2004 Tentang Perbendaharaan Negara
4. PP Nomor 8 Tahun 2006 Tentang Pelaporan Keuangan Dan Kinerja Instansi
Pemerintah
5. Perpres Nomor 29 Tahun 2014 Tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah(SAKIP)
6. PP Nomo 17 Tahun 2017 Tentang Sinkronisasi Prosees Perencanaan Dan
Penganggaran Pembangunan Nasional
Peraturan perundangan diatas mengamanatkan birokrasi untuk menciptakan akuntabilitas
berorientasi melalui sistem akuntabilitas kinerja pemerintah (SAKIP) yang tidak lain
merupakan pengejawantahan manajemen kinerja sektor publik dan anggaran berbasis kinerja
yang berorientasi pada hasil dimana dapat melihat manfaat yang terlihat dari kinerja
pemerintahan.
Dalam amanat presiden disebutkan terkait peningkatan efisiensi dan efektivitas birokrasi
terdapat dua hal terkait reformasi structural dan apbn yang terfokus dan tepat sasaran,
maksudnya setiap rupiah yang dikeluarkan dari apbn harus dipastikan memiliki manfaat
ekonomi dan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat.
PERPRES No 29 Tahun 2014 Tentang SAKIP dijelaskan mengenai akuntabilitas
keuangan dan akuntabilitas kinera. Pemerintah indonesia selama ini menggunakan sistem
akuntabilitas keuangan karena diperiksa diaudit dan di dievalusi dalam akuntabilitas
keuangan yaitu tentang bagaimana pemerintah diaudit mengenai bagaiman kinerja
pemerintah dari perencanaan, realisasi anggaran serta pelaporan. Dilihat dari segi manfaat
apakah sudah sesuai dengan rencana atau tidak dapat dilihat dari SAKIP
Sistem SAKIP ini dapat melihat akuntabilitas kinerja pemerintah daerah yang didalamnya
terdapat RPJMN, RPJMD, RENSTRA OPD, RENJA, RKT yang dalam masing- maisnya
terdapat sasaran dan indikator yang sifatnya outcome. Setelah penyususnan rencanan kinerja
tahunan disusun pula perjanjian kinerja yang memnuat kondisi yang ingin dicapai disetiap
level organisasi. Pada saat penetapan anggaran dapat disandingkan dengan penetapan kinerja
yang diinginkan dan perjanjian kinerja tersebut dilaporkan. Pembuatan perjanjian kinerja
harus selaras dengan yang ada dalam rencana jangka menengah kecuali adanya situasi
tertentu.
Kemenpan RB dalam upaya mendorong penerapan SAKIP bertujuan untuk mewujudkan
akuntabilitas kinerja pemerintah, pelaksanaan anggaran apakah sudah bisa mewujudkan
kierja yang sesuai dengan perencanaan dan mendorong prioritas pembangunan masyarakat
siklus sistem AKIP dikenal sebagai POT yaitu planning organizing actuating controlling
1. Planning atau perencanaan yang dimuat dalam RPJMN/D, RPJPD, RPJMD, dan
RENSTRA yang bertujuan untuk memastikan sasaran K/L dan Pemda sesuai dengan
sasaran pembangunan nasional
2. Perjanjian kinerja yang bertujuan untuk memastikan upaya pencapaian target-target
diperjanjikan kepada pejabat yang berkompeten
3. Pengukuran kinerjja yang bertujuan untuk memastikan kemajuan pencapaian target
diukur dengan tepat
4. Pengelolaan data kinerja yang memastikan data kinerja dikelola dengan baik untuk
mengetahui pencapaian dari tahun ke tahum
5. Pelaporan kinerja yang memastikan pencapaian kinerja dilaporkan kepada pemberi
amanah secara jujur
6. Reviu dan evaluasi kinerja yang memastikan pencapaian kinerja telah direviu dan
dievaluasi
7. Perbaikan berkelanjutan yang memastikan terdapat perbaikan berkelanjutkan untuk
peningkatan kinerja
Penggunaan sistem AKIP ini dimaksudkan perencanaan dan penganggaran dipastikan
selaras dan terukur pencapaiannya. Penggunaan SAKIP akan dilaporkan, dimonitor, dan
dievaluasi secara berkala sehungga instansi pemerintah dapat selalu mengecek kesesuaian,
efektivitas, dan efisiensi penggunaan anggaran terhadap prioritas pembangunan
Dalam mewujudkan SAKIP terdapat komponen utama yang menunjang
pelaksanaannya yaitu perumusan kinerja yang jelas yang berarti Kinerja yang akuntabel yang
dapat dilakukan dengan cara menetapkan tujuan/sasaran prioritas yang jelas (outcome),
mmenetapkan ukuran tujuan/sasaran, menetapkan target kemudian meengaitkaan tujuan
dengan program dan kegiatan dengan berorrientassi pada hasil (good governance)
Permasalahan yang sering timbul yaitu ketidakjelasan hasil yang akan dicapai seperti
tujuan/sasaran tidak sesuai dengan orientasi hasil dan ukuran kinerja tidak jelas serta tidak
efektif efisien seperti tidak ada keterkaitan antara program/kegiatan dengan sasaran dan
rincian kegiatan tidak sesuai dengan maksud kegiatan
Penyebab inefisiensi birokrasi yaitu
a. Banyak kementrian/lembaga/pemerintah daerah tidak memliki kejelasan hasil
b. Banyak kementrian/lembaga/pemerintah daerah Tidak jelas ukuran kinerja
c. Banyak kementrian/lembaga/pemerintah daerah yang Program tidak terkait dengan
sasaran
d. Banyak kementrian/lembaga/pemerintah daerah yang Rincian kegitanya tidak sesuai
dengan maksud kegiatan.
Efisiensi birokrasi adalah menghemat jumlah anggaran yang dibelanjakan dari
kegiatan-kegiatan yang tidak penting, anggaran digunakan hanya untuk membiayai
program/kegiatan prioritas yang mendukung pencapaian tujuan pembangunan dan anggaran
digunakan semata-mata untuk kesejahteraan masyarakat. Arahan presiden terkait
permasalahan efisiensi birokrasi yaitu :
A, money follow program yang berarti anggaran harus digunakan untuk program
oembangunan yang bermanfaat bagi masyarakat, misalnya infrastuktur, pengentasan
kemiskinan, pendidikan, dan kesehatan (pemerintahan berorientasi hasil)
B. E-Goverment, dalam sistem pemerintahan elektronik, rakyat bisa mengakses
dokumen-dokumen pemerintah dan semua hal dapat dilihat secara transparan, termasuk
total anggaran publik.
C. STOP Pemborosan anggaran yang berarti seberapapun anggaran yang diberikan
kepada K/L/Pemda pasti habis, tetapi tujuan tidak tercapai.
D. fokus kinerja, buksn SPJ YAITU ASN jangan terllalu banyak menghabiskan waktu dan
tenaga hanya untuk mengurusi SPJ
Anggaran berbasi kinerja merupakan anggaran yang memuat prioritas dan sasaran
strategis dan program kegiatan. Program follow result merupakan pemilihan program
dan kegiatan harus sesuai dengan prioritas dan sasaran pembangunan
Money follow program adalah besaran anggaran dialokasikan sesuai dengan
program dan kegiatan yang mendukung pencapain prioritas pembangunan tujuannya
untuk mendorong pelkasanaakn anggaran berbasis kinerja oleh instansi pemerintah
dibangun aplikasi terpadu karena tidak boleh ada satu rupiah pun anggaran instansi
pemerintah yang tidak memiliki hasil / manfaat bagi masyarakat. Latar belakang
anggaran berbasis kinerja antara lain belanja publik perlu ditekan karena keterbatasan
sumber daya, publik menuntut peningkatan kualitas layanan
Budget savings merupakan suatu cara untuk efisiensi yang merupakan
menetapkan dengan jelas hasil yang ingin dicapai, menetapkan ukuran kinerja dan
target untuk mengukur keberhasilan, memilih program/ kegiatan yang mendukung
tujuan/sasaran dan menetapkan anggaran sesuai dengan program/kegiatang yang telah
dipilih
Kemudian disebutkan pula kriteria indikator kerja yang baik( smart) yaitu
 Spesifik, yaitu dapat menggambarkan sesuai dengan kespesifikan dari hasil
program dan kegiatan yang akan diukur ( kualitas pendidikan diukur dengan
angka kelulusan, APK APM)
 Dapat diukur, IK daoat diukur secara ibyektif baik yang bersifat kualitatif maupun
kuantitatif. Jika ada dua pihak atau lebih mengukur, hasilnya akan sama
 Daoat dicapai, IK dalam lingkup kendali sesuai tupoksi dan mampu nenyediakan
datanya secara tepat dan akurat
 Sesuai dengan kinerja atau hasil yang diukur, IK harus menggambarkan sedekat
mungkin kesesuaiannya dengan hasil aoa yang akan diukur.
 berjangka waktu tertentu, IK mempertimbangkan periode waktu tertentu
pencapaiannya
 dapat dipantau dan dikumpulkan, dapat ditelusuri secara jelas sumber datanya
indikator kinerja adalag ukuran kuantitatif dan atau kualitatif yang menggambarkan
tingkat pencapaian suatu sasaran atau tujuan yang ditetapkan. Tipe indikator kinerja
terdiri dari kualitatif (tingkat kepuasan masyarakat terhadap pelayanan puskesmas)
kuantitatif absolut (jumlah pasien) presentase ( presentase pasangan usia subur yang
menjadi akseptor kb), rasio( rasio dokter per 100.000 penduduk) rata rata ( angka
kematianibu melahirkan per 100.000 kelahiran hidup) indeks ( indeks pembangunan
manusia/HDI) penetapan target kinerja
keadaan yang saat ini merupakan keadaan dengan kondisi yang membutuhkan data
kinerja yang andal dan mempertahitakn tren realisasi beberapa tahun terakhir, kemudian
keadaab yang ingin dicapai yaitu memperhitungkan sumber daya yang dimiliki
* Anggaran
* Kewenangan
* Struktur Organisasi
* SDM
* Teknologi
Permasalahan yang sering timbul yang meneybabkan inefisiensi birokrasi :
1. Tujuan/ sasaran tidak orientasi hasil
2. Ukuran kinerja tidak jelas
3. Tidak ada keterkaitan antara program/ kegiatan dengan sasaran
4. Rincian kegiatan tidak sesuai dengan maksud kegiatan

Hal-hal yang dilakukan presiden untuk mengefisiensikan birokrasi :


1. Money Follow Program
Alokasi anggaran harus digunakan untuk program pembangunan yang bermanfaat
bagi masyarakat.
2. Stop Pemborosan Anggaran
Seberapapun anggaran yang diberikan kepada K/L/Pemda pasti habis, tetapi tujuan
hasil tidak tercapai.
3. E- Government
Dalam system pemerintahan elektronik rakyat bias mengakses dokumen-dokumen
pemerintah dan semua hal dapat dilihat secara transparan termasuk soal anggaran
public.
4. Fokus Kinerja, bukan SPJ
ASN jangan terlalu banyak menghabiskan waktu dan tenaga hanya untuk mengurus
SPJ.

Hal-hal yang dilakukan agar efisiensi terlaksana adalah:


1. Anggaran berbasis kinerja
2. Mengukur kinerja dengan indicator yang jelas.
Kriteria indicator kinerja yang baik (SMART):
a. Spesifik
b. Dapat diukur
c. Dapat dicapai
d. Sesuai dengan kinerja atau hasil yang diukur
e. Berjangka waktu tertentu
f. Dapat dipantau dan dikumpulkan.
3. Penetapan target kinerja
Keadaaan sekarang - membutuhkan data kinerja yang andal, memperhatikan
tren realisasi beberapa tahun.
Keadaan yang ingin dicapai - Memperhitungkan sumber daya yang dimiliki,
memanfaatkan pihak eksternal sebagai sumber daya, memperhatikan realisasi
kinerja yang dicapai secara global.
4. Program/ kegiatan berorientasi hasil
Inputkegatanoutputimmediate outcomeintermediate outcomeultimate
outcome

Siklus Sistem AKIP


1. Rencana strategis
2. Perjanjian kinerja
3. Pengukuran kinerja
4. Pengelolaan data kinerja
5. Pelaporan kinerja
6. Rivie dan evaluasi kinerja
7. Memastikan adanya perbaikan kinerja untuk program berkelanjutan.

Anda mungkin juga menyukai