Anda di halaman 1dari 27

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada era otonomi daerah dan desentralisasi terjadi perubahan sistem
pemerintah dan pengelolaan pembangunan, perubahan yang mendasar yaitu
dalam hal desentralisasi pembangunan dan desentralisasi fiskal. Salah satu
aspek perubahan tersebut ditandai dengan era New Public Managemen
(NPM), yaitu pengembangan perencanaan dengan pendekatan yang
sistematis dan juga reformasi.1
Organisasi publik dapat membuat suatu rencana strategi, rencana
kinerja, dan laporan pertanggungjawaban kinerja pada organisasi yang
mencerminkan transparansi dan akuntabilitas. Setelah dari tahun ketahun
daerah di Indonesia masih menyisahkan tantangan otonomi daerah
mentransfer keuangan dan sumber keuangan.2
Estimasi kinerja yang ingin dicapai selama periode waktu tertentu yang
dinyatakan dalam ukuran finansial, dengan demikian, anggaran merupakan
hal yang sangat penting bagi pemerintah untuk mengestimasi kinerja yang
ingin dicapai nantinya dengan dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 17
Tahun 2003 tentang Keuangan Negara pasal 19 ayat (1) dan (2) yang
berbunyi dalam rangka penyusunan RAPBD (Rencana Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah), SKPD (Satuan Kerja Perangkat Daerah)
selaku pengguna anggaran menyusun RKA (Rencana Kerja dan Anggaran)
dengan pendekatan berdasarkan prestasi kerja yang akan dicapai.3
Menurut data badan pusat statistik provinsi Gorontalo pada indeks
pembangunan manusia dari tahun 2019, 2020 dan 2021, dikatakatan dari
tahun ke tahun meningkat dengan presentase dari tahun 2019 yaitu (68,49),
tahun 2020 yaitu (68,68) dan tahun 2021 yaitu (69,00).

1
Halim. 2011 akuntansi sektor publik: akuntansi keuangan daerah. Jakarta: selemba
empat.
2
Handako. 2012. “analisis penerapan anggaran berbasis kinerja pada pemerintah pusat (studi
pada politeknik negeri padang)”. Jurnal akuntansi & manajemen vol 7 no.2 issn 1858-3687, padang
(published).
3
Mardiasmo. 2013. “pengaruh implementasi anggaran berbasis kinerja terhadap kinerja pegawai
(studi pada badan pengelola keuangan dan aset daerah (bpkad) kabupaten kediri)”. Jurnal ilmu
manajemen, revitalisasi, vol. 2, nomor 2

1
Sedangkan menurut data badan pusat statistik pada Bone Bolango
pada indeks pembangunan manusia dari tahun 2019, 2020, dan 2021,
dengan presentase dari tahun ke tahun meningkat yaitu mulai dari tahun
2019 yaitu (69,63), tahun 2020 (69,98), tahun 2021 (70,25). Seperti pada
tabel sebagai berikut :
Tabel 1
Indeks Pembangunan Badan Pusat Statistik 2021
Indeks Pembangunan
Tahun Provinsi Gorontalo Kabupaten Bone Bolango

2019 68,49 69,63

2020 68,68 69,98

2021 69,00 70,25

(Sumber data Badan Pusat Statistik 2021)


Suatu anggaran operasi biasanya meliputi waktu satu tahun dan
menyatakan pendapatan dan beban yang direncanakan untuk tahun itu
dengan anggaran manajemen dapat menentukan efektifitas dan efisiensi
suatu operasi dengan membandingkan antara anggaran dengan hasil aktual
(realisasi terkini) yang dicapai.
APBD dapat dijadikan tolak ukur dalam penilaian kinerja keuangan
pemerintah daerah. Dalam rangka pertanggungjawabkan publik, Pemerintah
daerah harus melakukan optimalisasi anggaran untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat yang dimaksudkan untuk optimalisasi anggaran.
Dalam hal ini kesemua aspek dari struktur otonomi daerah yang harus
disusun harus berorientasi pada pencapaian tingkat kinerja secara ekonomi,
efisiensi dan efektivitas (value for money). Untuk menilai tingkat efektivitas
dan efisiensi dari penggunaan anggaran yang dilakukan oleh pemerintah
tidak dapat langsung dinyatakan dalam bentuk baik atau tidaknya, karena
penilaian kinerja yang ada pada pemerintahan tidaklah sama dengan
penilaian kinerja pada perusahaan atau bentuk lainnya dari perusahaan-
perusahaan yang memperoleh laba dalam pelaksanaan teknisnya.4

4
Halim. 2011 akuntansi sektor publik: akuntansi keuangan daerah. Jakarta: selemba empat.

2
Pengukuran kinerja merupakan suatu proses sistematis untuk menilai
apakah program/kegiatan yang telah direncanakan sesuai dengan rencana
tersebut, dan yang lebih penting adalah apakah telah mencapai keberhasilan
yang telah ditargetan pada saat perencanaan. Pengukurang kinerja dimulai
dengan proses penetapan indikator kinerja yang memberikan informasi
sedemikian rupa sehingga memungkinkan unit kerja sektor publik untuk
memonitor kinerjanya dalam menghasilkan output dan outcome terhadap
masyarakat.
Pengukuran kinerja bermanfaat untuk membantu para pengambil
keputusan dalam memonitor dan memperbaiki kinerja dan berfokus pada
tujuan organisasi dalam rangka memenuhi tuntutan akuntabilitas publik.
Bappeda merupakan lembaga teknis yang berperan dalam proses
perencanaan pembangunan dalam aspek terbentuknya. Dalam hal ini
sangatlah penting bagi Bappeda dalam menentukan berbagai penetapan
analisis dalam penggunaan anggaran dan juga belanja yang ada pada
instansinya. Dalam semua aspek yang ada pada proses pengambilan
keputusan dan pedoman pembentukan penyusunan anggaran juga belanja
daerah agar terlaksana keefisienan dan keefektifan penggunaan anggaran.
Dalam penilaian kinerja anggaran dapat dilihat dari seberapa jauh
anggaran yang ada dan berapa realisasi yang akan disesuaikan dengan
kebutuhan penyelenggaraan belanja pada instansi selama masa anggaran
satu tahun tersebut. Anggaran digunakan sebagai alat untuk merancang
program kerja atau langkahlangkah yang akan dilakukan setiap aktivitas
dapat terarah dan terkontrol dengan baik.5
Keterkaitan antara Anggaran dan Realisasi memberikan gambaran
bagaimana sebuah instansi dapat dikatakan efisien atau tidak, dalam
pengambilan keputusan pengganggaran dan pembiayaan selama satu tahun
anggaran tersebut dengan alat ukur berupa analisis yang didasarkan pada
penggambaran yang mendukung analisa kinerja anggaran mkmlbelanja dan
untuk mengetahui secara langsung besarnya varians anggaran belanja
dengan realisasinya yang bisa dinyatakan dalam bentuk nominal atau

5
Sancoko. 2016. Akuntansi sektor publik. Edisi:4. Jakarta: erlangga.

3
persentasenya berdasarkan Laporan Realisasi Anggaran (LRA) belanja yang
disajikanakan terlihat sejauh mana kefeektifan dan penyerapan anggaran
untuk aktivitas instansi selama satu tahun anggaran tersebut.
Pengukuran kinerja anggaran ini dapat menggunakan Analisis Varians
Belanja. Untuk mengetahui seberapa besar anggaran dan realisasi terwujud
dalam suatu instansi dapat dilihat melalui seberapa besar pemenuhan pada
belanja kegiatan yang digunakan oleh instansi. Misalnya dengan melihat
pertumbuhan masing-masing belanja, apakah pertumbuhan tersebut rasional
dan dapat dipertanggung-jawabkan dengan baik atau tidak.
Pengukuran kinerja anggaran lainnya dapat dilihat dengan
menggunakan Analisis Keserasian Belanja yang bermanfaat untuk
mengetahui keseimbangan antar belanja. Salah satunya adalah dengan
menilai Rasio Belanja operasi terhadap Total Belanja dan Rasio Belanja
modal terhadap Total Belanja. Analisis ini dilakukan untuk mengetahui
keseimbangan antar belanja yang menggambarkan bagaimana pemerintah
daerah memprioritaskan dananya pada belanja secara optimal. Pengukuran
kinerja anggaran lainnya dapat dilihat dengan menggunakan Rasio Efisiensi
Belanja.6
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) merupakan
lembaga teknis daerah yang berfungsi sebagai unsur penunjang pemerintah
daerah. Salah satu tugas yang dilakukan oleh Bappeda dalam melakukan
kegiatan pemerintah yang salah satunya terkait tentang pengurusan
Anggaran Belanja.
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) di Bone
Bolango Provinsi Gorontalo dalam hal ini telah dan akan berupaya sebaik
mungkin untuk menyesuaikan adanya perubahan-perubahan kondisi dan
pengembangan dalam penyusunan anggaran belanja tetapi tidak dengan
mengabaikan pengukuran kinerja anggaran baik secara mikro dan makro
serta pengukuran kinerja anggaran standar biaya. Dalam perencanaan
anggaran ada beberapa kendala atau penyebab anggaran tidak terealisasi
dengan baik salah satunya yaitu lemahnya perencanaan sehingga
membutuhkan waktu lama dan menyebabkan keterlambatan pada

6
Rahayu. 2013. “pengaruh penganggaran berbasis kinerja terhadap kinerja program peningkatan
disiplin aparatur instansi pemerintah daerah”. Jurnal, bandung (published).

4
perencanaan realisasi anggaran, sehingga dapat dikatakan bahwa
perencanaan yang dibuat tidak sesuai dengan standar operasional prosedur
(SOP) yang mengakibatkan perencanaan tersebut tidak terealisasi dengan
baik. Berdasarkan sebagian besar uraian diatas maka penulis tertarik
melaksanakan penelitian dan mengambil judul: Evaluasi Penerapan
Anggaran Berbasis Kinerja Pada Badan Perencanaan Pembangunan di
Kabupaten Bone Bolango Provinsi Gorontalo.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana
pelaksanaan anggaran berbasis kinerja pada badan perencanaan
pembangunan daerah Kabupaten Bone Bolango Provinsi Gorontalo.
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pelaksanaan anggaran
berbasis kinerja pada badan perencanaan pembangunan daerah Kabupaten
Bone Bolango Provinsi Gorontalo.
1.4 Manfaat Penelitian
1. Manfaat secara teoritis
Hasil dari penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensi serta
perbandingan bagi peneliti selanjutnya tentang judul “evaluasi penerapan
anggaran berbasis kinerja pada badan perencanaan pembangunan
daerah Kabupaten Bone Bolango Provinsi Gorontalo”
2. Manfaat secara praktis
a. Manfaat Untuk Masyarakat
Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi serta
memudahkan masyarakat untuk mengetahui tentang “evaluasi
penerapan anggaran berbasis kinerja pada badan perencanaan
pembangunan daerah Kabupaten Bone Bolango Provinsi Gorontalo”
b. Manfaat Untuk Institusi
Untuk dapat menjadi sarana informasi referensi dibidang
pendidikan serta dapat digunakan sebagai acuan penelitian
selanjutnya.
c. Manfaat Untuk Peneliti

5
Dapat menambah pengetahuan dan pengalaman kepada peneliti
dalam penelitian serta dapat mengaplikasikan ilmu yang telah
didapatkan di bangku kuliah.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
a. Kajian Teori
1. Pengertian Perencanaan dan Anggaran
Perencanaan sebagai atmosper pembangunan, termasuk
pembangunan didaerah merupakan salah satu aspek penting dan strategis
dalam implementasi pembangunan daerah dan memiliki implikasi lanjutan
dalam loncatan pembangunan masa depan.
Perencanaan sebagai suatu proses yang berkesinambungan yang
mencakup keputusan-keputusan atau pilihan-pilihan berbagai alternatif
penggunaan sumberdaya untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu untuk
masa yan akan datang. Lebih lanjut ditegaskan bahwa perencanaan
sebagai hal memilih dan menghubungkan fakta-fakta serta hal membuat
dan menggunakan dugaan-dugaan mengenai masa yang akan datang
dalam menggambarkan dan merumuskan kegiatan-kegiatan yang
7
diusulkan dan dianggap perlu untuk mencapai hal-hal yang diinginkan.
Istilah perencanaan pembangunan, khususnya pembangunan
ekonomi sudah biasa terdengar dalam pembicaraan sehari-hari. Akan
tetapi, perencanaan diartikan berbeda-beda dalam berbagai literatur yang
berbeda. Perencanaan dapat didefinisikan sebagai suatu proses yang
berkesinambungan yang mencakup keputusan-keputusan atau pilihan-
pilihan atas berbagai alternatif penggunaan sumber daya untuk mencapai
tujuan-tujuan tertentu pada masa yang akan datang. Perencanaan ditinjau
dari dimensi waktu dapat dipilih dalam 2 (dua) dimensi, yaitu:
a. Perencanaan jangka panjang (strategic planning)
b. Perencanaan jangka menengah dan jangka pendek (operational planning)

7
Yuwono. 2018 “pengaruh penerapan anggaran berbasis kinerja terhadap akuntabilitas publik
pada instansi pemerintah (studi pada badan pengelola keuangan dan aset daerah kota kendari)”.
Jurnal akuntansi dan keuangan fakultas ekonomi dan bisnis, uho, kendari (published)

6
2. Langkah-Langkah Perencanaan
Secara garis besar terdapat 4 (empat) langkah dasar perencanaan
yang dapat dipakai untuk semua kegiatan perencanaan pada semua
jenjang organisasi. Langkah-langkah tersebut, yaitu:
a. Menetapkan tujuan
Perencanaan dimulai dengan keputusan-keputusan tentang keinginan atau
kebutuhan organisasi atau kelompok kerja. Tanpa rumusan tujuan yang
jelas, organisasi akan menggunakan sumber daya secara tidak efektif. 8
b. Merumuskan keadaan saat ini
Pemahaman akan posisi perusahaan sekarang dari tujuan yang hendak
dicapai atau sumber daya yang tersedia untuk mencapai tujuan adalah
sangat penting, karena tujuan dan rencana menyangkut waktu yang akan
dating hanya setelah keadaan organisasi saat ini dianalisa, rencana dapat
dirumuskan untuk menggambarkan rencana kegiatan lebih lanjut. Tahap
kedua ini memerlukan informasi, terutama informasi keuangan dan data
statistik yang didapatkan melalui komunikasi dalam organisasi.
c. Mengidentifikasikan segala kemudahan dan hambatan
Segala kekuatan dan kelemahan serta kemudahan dan hambatan perlu
diidentifikasikan untuk mengukur kemampuan organisasi dalam mencapai
tujuan. Oleh karena itu perlu diketahui faktor-faktor lingkungan intern dan
ekstern yang dapat membantu organisasi mencapai tujuannya, atau yang
mungkin menimbulkan masalah. Walaupun sulit dilakukan, antisipasi
keadaan, masalah dan kesempatan serta ancaman yang mungkin terjadi di
waktu mendatang adalah bagian esensi dari proses perencanaan.
d. Mengembangkan rencana untuk pencapaian tujuan
Tahap terakhir dalam proses perencanaan meliputi pengembangan
berbagai alternatif kegiatan untuk pencapaian tujuan, penilaian alternatif-
alternatif tersebut dan pemilihan alternatif terbaik (paling memuaskan) di
antara berbagai alternatif yang ada.

8
Bastian. 2017. Anggaran Daerah (akuntansi publik). Jakarta: pt indeks.

7
3. Perencanaan Daerah
Perencanaan pembangunan daerah adalah suatu yang sistematik
dari berbagai pelaku baik umum publik, swasta maupun kelompok
masyarakat lainnya pada tingkatan yang berbeda. 9 Menghadapi
saling ketergantungan aspek-aspek fisik, sosial ekonomi dan aspek-
aspek lingkungan lainnya dengan cara:
a. Secara terus-menerus menganalisis kondisi dan pelaksanaan
pembangunan daerah.
b. Merumuskan tujuan-tujuan dan kebijakan-kebijakan pembangunan daerah,
c. Menyusun konsep strategi-strategi bagi pemecahan masalah (solusi)
d. Melaksanakannya dengan menggunakan sumber-sumber daya masalah
sehinga peluang-peluang baru untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat daerah dapat ditangkap secara berkelanjutan.
4. Pengertian Anggaran
Anggaran merupakan pernyataan mengenai estimasi kinerja yang
hendak dicapai selama priode tertentu yang dinyatakan dalam ukuran
finansial, sedangkan penganggaran adalah proses atau metode untuk
mempersiapkan suatu anggaran. Anggaran dalam sektor publik harus
diinformasikan kepada publik untuk dikritik, didiskusikan dan diberi
masukan. Anggaran sektor publik merupakan instrumen akuntabilitas atas
pengelolaan dana publik dan pelaksanaan program-program yang dibiayai
dengan uang publik.10
Anggaran rencana terinci yang dinyatakan secara formal dalam ukuran
kuantitatif, biasanya dalam satuan uang (perencanaan keuangan) untuk
menunjukkan peroleh dan penggunaan sumber-sumber suatu organisasi.
Suatu anggaran harus terorganisasi secara rapi, jelas, rinci dan
komprehensif. Proses penganggaran harus dilakukan secara jujur dan
terbuka serta dilaporkan dalam suatu struktur yang mudah dipahami dan

9
Haryanto. 2018. Perencanaan dan penganggaran daerah pendekaan kinerja.
Semarang.
10
Saputra, R. (2019). In journal, Anggaran Kinerja. Bandung

8
relevan dalam proses operasional dan pengendalian organisasi. Aspek-
aspek yang harus tercakup dalam anggara sektor publik meliputi: aspek
perencanaan, aspek pengendalian dan aspek akuntabilitas publik.11
5. Anggaran Berbasis Kinerja
a. Pengertian Anggaran Berbasis Kinerja
Anggaran berbasis kinerja (performance Based Budgeting) merupakan
pengganti sistem pengganggaran lama yaitu sistem Line Item Budheting
yang menitik beratkan kepada input bukan output yang hendak dicapai dan
kurang mempertimbangkan prioritas dan kebijakan yang ditetapkan secara
nasional. Anggaran berbasis kinerja diterapkan karena semakin tingginya
tuntutan masyarakat terhadap transparansi penganggaran belanja publik.12
b. Prinsip Anggaran Berbasis Kinerja
1) Transparansi dan Akuntabilitas Anggaran
Anggaran harus menyajikan informasi yang jelas mengenai tujuan,
sasaran, hasil dan juga manfaat yang dapat diperoleh masyarakat dari
suatu program/kegiatan yang dianggarkan. Masyarakat memiliki hak dan
juga akses yang sama seperti pemerintah untuk mengetahui proses
penganggaran karena menyangkut aspirasi dan kepentingan
masyarakat, terutama terkait kebutuhan hidup masyarakat. Masyarakat
juga mempunyai hak untuk menuntut pertanggungjawaban atas
perencanaan maupun pelaksanaan anggaran tersebut.
2) Disiplin Anggaran
Pendapatan yang direncanakan merupakan perkiraan yang terukur
secara masuk akal yang nantinya dapat dicapai untuk setiap sumber
pendapatan, sedangkan belanja yang dianggarkan pada setiap pos
anggaran merupakan batas tertinggi pengeluaran belanja. Penggunaan
dana pada setiap pos anggaran harus sesuai dengan kegiatan yang
direncanakan.
3) Keadilan Anggaran
Pemuda wajib mengalokasikan penggunaan anggarannya dengan adil
agar dapat dinikmati oleh seluruh komponen masyarakat tanpa adanya
diskriminasi didalam pemberian pelayanan.
11
Robert. 2007. Akuntansi Negara, Journal News. 29. Surabaya

12
Ibid Hal 10

9
4) Efektifitas dan Efisiensi Anggaran
Penyusunan anggaran harus dilakukan dengan azas efisiensi, tepat
waktu dan tepat guna serta dapat dipertanggungjawabkan. Dana yang
telah disediakan harus dapat dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya agar
menghasilkan peningkatan dan kesejahteraan yang optimal untuk
kepentingan stakeholders.
5) Disusun dengan Pendekatan Kinerja
Penyusunan anggaran dengan pendekatan kinerja mengutamakan pada
pencapaian hasil kerja dari perencanaan alokasi biaya yang telah
ditetapkan. Pencapaian hasil kerja tersebut harus sama atau lebih besar
dari pada biaya yang telah ditetapkan sebelumnya.
6. Tujuan Anggaran Berbasis Kinerja
Anggaran berbasis kinerja bertujuan untuk meningkatkan keefektifan dan
keefisienan pengeluaran publik dengan cara mengaitkan pendanaan
organisasi sektor publik dengan hasil yang akan dicapai melalui
penggunaan informasi kinerja secara sistematis. Menurut Direktorat
Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan Daerah (2005) tujuan dari
anggaran berbasis kinerja adalah untuk:
a. Mengaitkan antara pendanaan dan kinerja yang akan dicapai.
b. Meningkatkan efisiensi dan transparansi dalam hal pelaksanaan
pengelolaan anggaran.
c. Meningkatkan akuntabilitas dan fleksibilitas dalam hal pelaksanakan
pengelolaan anggaran.
7. Analisis Kinerja Anggaran Daerah
Kinerja dapat diartikan sebagai aktivitas terukur dari suatu entitas selama
periode tertentu sebagai bagian dari ukuran keberhasilan pekerjaan.
Kinerja keuangan daerah merupakan salah satu ukuran yang dapat
digunakan untuk melihat kemampuan daerah dalam menjalankan otonomi
daerah.13
Pengukuran kinerja sektor publik adalah suatu sistem yang bertujuan
untuk membantu manajer publik menilai pencapaian suatu stategi melalui
alat ukur finansial dan nonfinansial. yaitu hal-hal yang sifatnya hanya
merupakan indikasi-indikasi kinerja. Indikator kinerja adalah ukuran
13
Santoso. 2014. Kinerja Keuangan Journal of Lampung Uni versity. Journal Majority Vol. 4, No.

10
kuantitatif dan kualitatif yang menggambarkan tingkat pencapaian suatu
sasaran atau tujuan yang telah ditetapkan.14 Pengukuran kinerja sektor
publik dilakukan untuk memenuhi tiga maksud, yaitu:
a. Pengukuran kinerja sektor publik dimaksudkan untuk membantu
memperbaiki kinerja pemerintah berfokus pada tujuan dan sasaran
program unit kerja, untuk meningkat efisiensi dan efektivitas organisasi
sektor publik dalam pemberian pelayanan publik.
b. Ukuran kinerja sektor publik digunakan untuk pengalokasian sumber daya
dan pembuatan keputusan.
c. Ukuran kinerja sektor publik dimaksudkan untuk mewujudkan pertanggung-
jawaban publik dan memperbaiki komukasi kelembagaan.
1) Analisis Varians Belanja
Analisis varians belanja merupakan analisis terhadap perbedaan atau
selisih antara realisasi belanja dengan anggaran yang berfungsi untuk
mengetahui efisiensi penggunaan anggaran belanja yang digunakan
selama tahun anggaran tersebut. Terdapat ketentuan bahwa anggaran
belanja merupakan batas maksimum pengeluaran yang boleh dilakukan
pemerintah daerah.
Dalam hal ini pemerintah daerah akan dinilai baik kinerja belanjanya
apabila realisasi belanja tidak melebihi yang dianggarkan. Analisis
varians merupakan analisis terhadap perbedaan atau selisih antara
realisasi belanja dengan anggaran. Berdasarkan laporan realisasi
anggaran dan belanja ditinjau dari analisis varians bisa dinyatakan
dalam bentuk nominalnya atau presentasenya.15
Selisih realisasi belanja dengan yang dianggarkan yang cukup
signifikan bisa memberikan dua kemungkinan, pertama hal itu
menunjukkan adanya efisiensi anggaran. Kedua justrus sebaliknya, jika
terjadi selisih kurang maka sangat mungkin telah terjadi kelemahan
dalam perencanaan anggaran sehingga estimasi belanjanya kurang
tepat, atau tidak terserapnya anggaran tersebut bisa jadi disebabkan

14
Setyaningrum. 2019. Hubungan Anggaran Daerah Berwirausaha Pada Karyawan. Universitas
Indonesia. Jakarta

15
Ibid Hal 3

11
karena ada program dan kegiatan yang tidak dilakukan eksekutif
padahal sudah diamanatkan dalam anggaran.
2) Analisis Pertumbuhan Belanja
Analisis pertumbuhan mengukur seberapa besar kemampuan
pemerintah daerah dalam mempertahankan dan meningkatkan
keberhasilannya yang telah dicapai dari periode ke periode berikutnya
bersifat positif atau negatif, dalam pengertian sudah efisien atau belum
serapan dalam penggunaan anggaran yang ada pada instansi untuk
membiayai semua kegiatan-kegiatannya.
Pada umumnya belanja memiliki kecenderungan untuk selalu naik.
Alasan kenaikannya biasanya dikaitkan dengan penyesuaian inflasi,
perubahan kurs rupiah, perubahan jumlah cakupan layanan dan
penyesuaian faktor makro ekonomi. Analisis pertumbuhan belanja
dilakukan untuk mengetahui berapa besar pertumbuhan masing-masing
belanja, apakah pertumbuhan tersebut rasional dan dapat
dipertanggungjawabkan. Pertumbuhan belanja harus diikuti dengan
pertumbuhan pendapatan yang seimbang, sebab jika tidak maka dalam
jangka menengah dapat mengganggu kesinambungan dan kesehatan
fiskal daerah.16
Rasio Pertumbuhan berfungsi untuk mengevaluasi potensi-potensi
daerah yang perlu mendapatkan perhatian. Semakin tinggi nilai Total
Pendapatan Daerah (TPD), PAD, dan Belanja Modal yang diikuti oleh
semakin rendahnya Belanja Operasi, maka pertumbuhannya adalah
positif. Artinya bahwa daerah yang bersangkutan telah mampu
mempertahankan dan meningkatkan pertumbuhannya dari periode yang
satu ke periode berikutnya. Jika semakin tinggi nilai TPD, PAD, dan
Belanja Operasi yang diikuti oleh semakin rendahnya Belanja Modal,
maka pertumbuhannya adalah negatif. Artinya bahwa daerah belum
mampu meningkatkan pertumbuhan daerahnya.

16
Sriwidadi. 2011. Buku jenis Akuntansi Jilid 1. Jakarta: Departemen statistika Fakultas Universitas
Indonesia 2010

12
3) Analisis Keserasian Belanja
Analisis keserasian belanja bermanfaat untuk mengetahui
keseimbangan antar belanja. Hal ini terkait dengan fungsi anggaran
sebagai alat distribusi, alokasi dan stabilisasi. Agar fungsi anggaran
tersebut berjalan dengan baik, maka pemerintah daerah perlu membuat
harmonisasi belanja.17
Rasio Keserasian menggambarkan bagaimana pemerintah daerah
memprioritaskan alokasi dananya pada Belanja Rutin dan Belanja
Pembangunannya secara optimal. Semakin tinggi persentase dana yang
dialokasikan untuk Belanja Rutin berarti persentase Belanja investasi
(Belanja Pembangunan) yang digunakan untuk menyediakan sarana
dan prasarana ekonomi masyarakat cenderung semakin kecil. Ada dua
perhitungan dalam rasio keseraian ini, yaitu: rasio belanja operasional
dan rasio belanja modal.
4) Rasio Efisiensi Belanja
Rasio efisiensi belanja merupakan perbandingan antara
realisasi belanja dengan anggaran belanja. Rasio efisiesni belanja
ini digunakan untuk mengukur tingkat penghematan anggaran
yang dilakukan pemerintah. Pemerintahan Daerah dinilai telah
melakukan efesiensi anggaran jika rasio efisiennya kurang dari
100%, sebaliknya jika lebih akan mengindikasikan telah terjadi
pemborosan anggaran. 
8. Prinsip-Prinsip Anggaran Berbasis Kinerja
a. Transparansi dan akuntabilitas anggaran
Menyajikan suatu informasi yang jelas mengenai tujuan, hasil,
dan manfaat yang diperoleh masyarakat dari suatu kegiatan atau
proyek yang dianggarkan. Masyarakat memiliki hak dan akses
yang sama untuk mengetahui proses anggaran yang
menyangkut aspirasi dan kebutuhan masyarakat, terutama
dalam pemenuhan kebutuhan hidup masyarakat.

17
Ibid Hal 12

13
b. Disiplin anggaran
Pendapatan yang direncanakan merupakan perkiraan yang
diukur secara rasional yang dapat dicapai untuk setiap sumber
pendapatan. Sedangkan belanja yang dianggarkan pada setiap
pos merupakan batas tertinggi pengeluaran belanja.
Penganggaran pengeluaran harus didukung dengan adanya
kepastian tersedianya penerimaan dan jumlah yang cukup dan
tidak dibenarkan melaksanakan kegiatan atau proyek yang
belum atau tidak tersedia anggarannya. Dengan kata lain, bahwa
penggunaan setiap pos anggaran harus sesuai dengan kegiatan
atau proyek yang diusulkan.
c. Keadilan anggaran
Pemerintah daerah wajib mengalokasikan penggunaan anggaran
yang secara adil agar dapat dinikmati oleh seluruh kelompok
masyarakat tanpa diskriminasi dalam pemberian pelayanan,
karena daerah pada hakikatnya yang diperoleh melalui peran
serta masyarakat secara keseluruhan.
d. Efisiensi dan efektivitas anggaran
Penyusunan anggaran hendaknya dilakukan berlandaskan asas
efisiensi, tepat guna, tepat waktu pelaksanaan, penggunaannya
dapat dipertanggungjawabkan. Dana yang tersedia harus
dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya untuk dapat menghasilkan
peningkatan dan kesejahteraan yang maksimal untuk
kepentingan stakeholder.
e. Disusun dengan pendekatan kinerja
Anggaran yang disusun dengan pendekatan kinerja mengutamakan
upaya pencapaian hasil kinerja (output/outcome) dari perencanaan
alokasi biaya dan input yang telah ditetapkan.
9. Elemen-Elemen Anggaran Berbasis Kinerja
Elemen-elemen utama anggaran berbasis kinerja yang harus
ditetapkan terlebih dahulu yaitu sebagai berikut:

14
a. Visi dan misi yang hendak dicapai. Visi mengacu kepada hal yang
ingin hendak dicapai oleh pemerintah dalam jangka panjang,
sedangkan misi adalah kerangka yang menggambarkan bagaimana
visi akan dicapai.
b. Tujuan tergambar dalam rencana pembangunan jangka menengah
daerah yang menunjukkan tahapan-tahapan yang harus di dalam
rangka mencapai visi dan misi yang telah ditetapkan. Tujuan harus
menggambarkan arah yang jelas serta tantangan yang realistis.
c. Sasaran, akan membantu penyusunan anggaran untuk mencapai
tujuan dengan menetapkan terget tertentu dan terukur.
d. Program, dibagi menjadi kegiatan dan harus disertai dengan target
sasaran output dan outcome. Program yang baik harus mempunyai
keterkaitan dengan tujuan dan sasaran serta masuk akal dan dapat
dicapai.
e. Kegiatan, kegiatan yang baik adalah harus dapat mendukung
pencapaian program. Dalam menyusun anggaran berdasarkan kinerja,
organisasi maupun unit organisasi tidak hanya mewajibkan menyusun
anggaran atas dasar fungsi, program, kegiatan, dan jenis belanja tetapi
juga menetapkan kinerja yang ingin dicapai.
b. Penelitian Terdahulu
1. Penelitian terdahulu oleh Dewi Sartika tahun 2018 tentang anggaran
berbasis kinerja pada Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
Provinsi Sumatera Utara berdasarkan Analisis Pertumbuhan Belanja dari
tahun 2014 sampai tahun 2016 terus mengalami perubahan. Dari Analisis
Pertumbuhan Belanja tahun anggaran 2014/2015 dan tahun anggaran
2015/2016 menunjukkan adanya pertumbuhan belanja yang cukup
efisien. Pertumbuhan realisasi anggaran belanja pada tahun 2014/2015
adalah sebesar 2,95% dan tahun 2015/2016 sebesar 1,75%.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Melani Rampengan tentang Analisis
Efektifitas dan Efisiensi Pelaksanaan Anggaran Belanja Badan
Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kota Manado. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa dengan menggunakan rasio efektifias
anggaran belanja pada BAPPEDA kota Manado 2011-2015 yang
bervariasi. Perbedaan terjadi karena beberapa kegiatan yang

15
dianggarkan tidak terlaksana, tetapi kegiatan lain yang telah dianggarkan
sudah dilaksanaan dengan cukup efektif. Kemudian dengan menggunaka
rasio efisiensi dapat diketahui bahwa BAPPEDA kota Manado tahun
2011-2015, secara keseluruhan sudah di oleh secara baik . dimana
anggaran belanja yang di kategorikan sangat efisien dengan penggunaan
dana yang minimum untuk mencapai hasil yang maksimal.
3. Menurut penelitian terdahulu oleh Sahrina Buka tahun 2013 bahwa
Anggaran berbasis kinerja pada Pemerintah Daerah Kabupaten Gorontalo
utara tahun anggaran 2010 sampai 2012 berdasarkan rasio efektifitas
dalam merealisasikan penerimaan PAD dibandingkan dengan target yang
dianggarkan dalam APBD dinilai belum efektif. Dimana pada tahun 2010
rasio efektifitasnya sebesar 71,98 %, tahun 2011 rasio efektifitas sebesar
95,58%, dan pada tahun 2012 sebesar 80,14 %. Dari tiga tahun anggaran
yaitu tahun 2010 sampai dengan tahun 2012 menunjukan criteria tidak
efektif. Kemudian berdasarkan rasio efisiensi, anggaran berbasis kinerja
pada Pemerintah Daerah Kabupaten Gorontalo Utara belum efisien yang
artinya dalam merealisasikan pengeluaran atau belanja daerah lebih
besar di banding dengan realisasi penerimaan pendapatan. Dimana pada
tahun 2010 rasio efisiensinya sebesar 96,44% tahun 2011 sebesar
105,05% dan tahun 2012 sebesar 106,52% dari tiga tahun tersebut hanya
tahun 2010 saja yang menunjukan criteria efisien karena sudah sesuai
standar rasio efisiensi yaitu kurang dari 100% dan pada tahun 2011 dan
2012 tergolong tidak efisien karena lebih dari 100%.
c. Definisi Operasional
Evaluasi penerapan anggaran berbasis kinerja pada Badan Perencanaan
Pembangunan Daerah (Bappeda) adalah proses pengukuran dan penilaian
terhadap pelaksanaan anggaran berdasarkan pencapaian kinerja atau hasil
yang telah ditetapkan sebelumnya. Definisi operasional evaluasi penerapan
anggaran berbasis kinerja pada Bappeda dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Identifikasi Tujuan
Evaluasi dimulai dengan mengidentifikasi tujuan yang telah ditetapkan
dalam anggaran berbasis kinerja. Tujuan ini dapat berupa target
pencapaian kinerja, program, atau proyek yang harus dilaksanakan oleh
Bappeda.

16
2. Pengumpulan Data
Data yang relevan dan terkait dengan pelaksanaan anggaran berbasis
kinerja dikumpulkan. Data ini mencakup informasi tentang alokasi
anggaran, pengeluaran, capaian kinerja, dan indikator-indikator yang
digunakan untuk mengukur hasil.
3. Analisis Data
Data yang telah dikumpulkan dianalisis untuk mengevaluasi sejauh mana
anggaran berbasis kinerja telah terlaksana. Analisis ini melibatkan
perbandingan antara target yang telah ditetapkan dengan hasil yang
dicapai, serta penilaian terhadap efisiensi dan efektivitas penggunaan
anggaran.
4. Penilaian Kinerja
Evaluasi dilakukan untuk menilai kinerja Bappeda dalam melaksanakan
anggaran berbasis kinerja. Evaluasi ini mencakup aspek pencapaian
target, penggunaan anggaran yang efisien, dan dampak dari program
atau proyek yang telah dilaksanakan
5. Identifikasi Keberhasilan dan Tantangan
Evaluasi penerapan anggaran berbasis kinerja juga melibatkan identifikasi
keberhasilan yang telah dicapai serta tantangan yang dihadapi oleh
Bappeda dalam melaksanakan anggaran berbasis kinerja. Hal ini dapat
digunakan sebagai bahan evaluasi untuk perbaikan di masa depan.
6. Rekomendasi Perbaikan
Evaluasi juga berfungsi sebagai dasar untuk menyusun rekomendasi
perbaikan yang dapat diterapkan oleh Bappeda. Rekomendasi ini dapat
mencakup perbaikan dalam perencanaan anggaran, pengelolaan
anggaran, atau strategi implementasi untuk mencapai hasil yang lebih
baik.
Dengan menggunakan pendekatan evaluasi penerapan anggaran
berbasis kinerja, Bappeda dapat memperoleh pemahaman yang lebih baik
tentang efisiensi dan efektivitas penggunaan anggaran serta kemajuan
dalam mencapai tujuan pembangunan daerah. Evaluasi ini juga dapat
membantu dalam pengambilan keputusan yang lebih baik dalam
pengalokasian anggaran di masa depan.

17
d. Capaian Kinerja Akhir
Tabel 1
Capaian Kinerja Sasaran Strategis Tahun 2019 Terhadap target akhir
Rencana Strategis
Target Realisasi Capaian
Sasaran Indikator Satuan Akhir Kinerja Kinerja
Renstra 2019 (%)
1.1 Persentase konsumen Persen 88,00 98,28 111,68
Meningkatnya yang merasa puas dengan
kepercayaan kualitas data statistic
pengguna Persentase konsumen Persen 59,00 65,38 110,81
terhadap yang selalu menjadikan
kualitas data data dan informasi statistik
BPS BPS sebagai rujukan
utama
Persentase pemutakhiran Persen 100,00 100,00 100,00
data MFD dan MBS
Jumlah release data yang Aktivita N/A N/A N/A
tepat waktu s
Jumlah publikasi/laporan Publika 51 40 78,43
yang terbit tepat waktu si
Jumlah publikasi/laporan Publika 1 1 100,00
sensus yang terbit tepat si
waktu
Persentase pemasukan Persen 99 100,50 101,51
dokumen (respon rate)
survey
Rata-rata Capaian Sasaran Strategis Tujuan 1 100,41
2.1 Jumlah pengunjung Pengun 4500 6283 120,00
Meningkatnya eksternal yang mengakses jung
kualitas data dan informasi statistik
hubungan melalui website BPS
dengan Persentase konsumen Persen

18
pengguna data yang menggunakan data 88,00 98,72 112,18
(User BPS dalam perencanaan
Engagement) dan evaluasi
pembangunan nasional

Persentase konsumen Pengun 30,00 41,38 120,00


yang puas terhadap akses jung
data BPS
Rata-rata Capaian Sasaran Strategis Tujuan 2 117,39
3.1 Jumlah Metadata kegiatan Metada
Meningkatnya statistik sektoral dan ta 100 10 100,00
koordinasi khusus yang dihimpun
dan
kerjasama
Rata-rata Capaian Sasaran Strategis Tujuan 3 100,00
4.1 Hasil penilaian SAKIP Poin 48 58,49 120,00
Meningkatnya oleh Inspektorat
birokrasi yang Jumlah satker BPS Satker N/A N/A N/A
akuntabel Kabupaten/Kota
yang berpredikat
WBK/WBBM
4.2 Persentase pengguna Persen
Meningkatnya layanan yang merasa 75 96,32 120,00
kualitas puas terhadap
sarana dan pemenuhan sarana dan
prasarana prasarana BPS
BPS Meningkatnya kualitas Persen N/A N/A N/A
sarana dan prasarana
aparatur yang
diselesaikan
Rata-rata Capaian Sasaran Strategis 120,00
Tujuan 4
Rata-rata Capaian Sasaran Strategis 109,45

19
(Sumber data Kinerja Badan Pusat Statistik 2019)
Tabel 2
Capaian Kinerja Sasaran Strategis Tahun 2020 Terhadap target akhir
Rencana Strategis
Target Realisasi Capaian
Sasaran Indikator Satuan Akhir Kinerja Kinerja
Renstra 2020 (%)
1.1 Persentase konsumen Persen 88 100 113,64
Meningkatnya yang merasa puas
kepercayaan dengan kualitas data
pengguna statistic
terhadap Persentase konsumen Persen 62 100 120,00
kualitas data yang selalu menjadikan
BPS data dan informasi
statistik
BPS sebagai rujukan
utama
Persentase Persen 100 100 100,00
pemutakhiran data MFD
dan MBS
Jumlah release data Aktivitas N/A N/A N/A
yang tepat waktu
Jumlah publikasi/laporan Publikasi 40 35 87,50
yang terbit tepat waktu
Jumlah publikasi/laporan Publikasi 1 1 100
sensus yang terbit tepat
waktu
Persentase pemasukan Persen 99 101,37 102,39
dokumen (respon rate)
survey
Rata-rata Capaian Sasaran Strategis Tujuan 1 103,92
2.1 Jumlah pengunjung Pengunj 5000 11.252 120,00
Meningkatnya eksternal yang ung

20
kualitas mengakses data dan
hubungan informasi statistik melalui
dengan website BPS
pengguna Persentase konsumen Persen 88 95,71 108,76
data (User yang puas terhadap
Engagement) akses data BPS
Persentase konsumen Persen 32 59,09 120,00
yang menggunakan data
BPS dalam perencanaan
dan evaluasi
pembangunan nasional
Rata-rata Capaian Sasaran Strategis Tujuan 2 116,25
3.1 Jumlah Metadata Metadat 10 6 60,00
Meningkatnya kegiatan statistik sektoral a
koordinasi dan dan khusus yang
kerjasama dihimpun
Rata-rata Capaian Sasaran Strategis Tujuan 3 60,00
4.1 Hasil penilaian SAKIP Poin 50 60,39 120,00
Meningkatnya oleh Inspektorat
birokrasi yang Jumlah satker BPS Satker N/A N/A N/A
akuntabel Kabupaten/Kota yang
berpredikat WBK/WBBM
4.2 Persentase pengguna Persen 80 90,33 120,00
Meningkatnya layanan yang merasa
kualitas puas terhadap
sarana dan pemenuhan sarana dan
prasarana prasarana BPS
BPS Meningkatnya kualitas Persen N/A N/A N/A
sarana dan prasarana
aparatur yang
diselesaikan
Rata-rata Capaian Sasaran Strategis Tujuan 4 120,00
Rata-rata Capaian Sasaran Strategis 100,04

21
(Sumber data Kinerja Badan Pusat Statistik 2020)
Tabel 3
Capaian Kinerja Sasaran Strategis Tahun 2021 Terhadap target akhir
Rencana Strategis
Target Realisasi Capaian
Tujuan/Sasaran Indikator Kinerja Satuan Akhir Kinerja Kinerja
Renstra 2021 (%)
T.1.1 Persentase pengguna
Meningkatnya data yang Persen 33 107 120
pemanfaatan data menggunakan data
statistik yang BPS sebagai dasar
berkualitas perencanaan,
monitoring dan
evaluasi
Persentase publikasi
statistik yang Persen 4.3 4.3 100
menerapkan standar
akurasi sebagai dasar
perencanaan,
monitoring, dan
evaluasi
pembangunan
nasiional
Rata-rata Capaian Tujuan/Sasaran Tujuan 1 110
T.2.1 Penguatan Persentase K/L/D/I Persen 50 100 100
Komitmen K/L/D/I yang menyampaikan
metadata sektoral dan
khusus sesuai dengan
standar
Rata-rata Capaian Tujuan/Sasaran Tujuan 2 100
T.3.1 Penguatan Persentase K/L/D/I Persen - - -
statistik sektoral yang mampu
K/L/D/I menyelenggarakan
statistik sektoral

22
secara mandiri sesuai
NSPK (%)
Rata-rata Capaian Tujuan/Sasaran Tujuan 3 -
T.4.1 SDM
statistik yang
unggul dan Hasil penilaian SAKIP Poin 60 64 107
berdaya saing oleh Inspektorat
dalam kerangka Persentase keouasan
tata kelola pengguna data Persen 88 98,32 112
Kelembagaan terhadap sarana dan
prasarana pelayanan
BPS
Rata-rata Capaian 109
Tujuan/Sasaran Tujuan 4
Rata-rata Capaian 106,33
Tujuan/Sasaran
(Sumber data Kinerja Badan Pusat Statistik 2021)

BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian

23
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
kualitatif yaitu mendeskripsikan data yang ada dan menejelaskan data atau
kejadian dengan kalimat penjelasan secara kualitatif. Penelitian ini dilakukan
dengan metode penelitian lapangan, yaitu merupakan penelitian yang
dilakukan secara langsung terjun ke lapangan atau pada objek penelitian.
Metode ini bertujuan untuk mengumpulkan, menyajikan, serta
menganalisis data yang dapat memberikan gambaran yang jelas atas objek
yang diteliti, untuk kemudian di proses dan dianalisis untuk kemudian
menarik kesimpulan.
Data dalam penelitian ini meliputi data keuangan BAPPEDA Bone
Bolango dari tahun anggaran 2019 sampai dengan 2021.
3.2 Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan cara langsung terjun ke objek penelitian di
kantor Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Bone
Bolango.
3.3 Subjek dan Objek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah pihak-pihak yang terlibat dalam penelitian
yaitu Kepala Bagian Bidang Ekonomi. Objek Penelitian yang menjadi pusat
penelitian adalah Laporan Realisasi Anggaran keuangan kantor Bappeda
untuk dapat mengetahui Analisis Kinerja Anggaran Belanja pada Badan
Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Bone Bolango tahun
anggaran 2019 sampai dengan 2021.
3.4 Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penulisan ini, penulis
menggunakan metode sebagai berikut:
1. Wawancara
Metode ini dilakukan dengan cara mengadakan tanya jawab secara
langsung dengan pihak-pihak yang terkait untuk memperoleh informasi
mengenai gambaran umum serta perkembangan Bappeda Bone Bolango.
2. Dokumentasi
Metode dokumentasi adalah mencari data mengenai berupa dokumen,
catatan, transkrip, buku dan sebagainya. Metode ini digunaka untuk
mengumpulkan berbagai informasi khususnya untuk melengkapi data
yang tidak diperoleh dalalm observasi dan wawancara.

24
3.5 Teknik Analisis Data
1. Metode analisis deskriptif yang didasarkan pada Laporan Realisasi
Anggaran. Analisis deskriptif adalah suatu kegiatan untuk menyusun,
mengklasifikasi, menafsirkan serta menyimpulkan data sehingga
memberikan suatu gambaran tentang masalah yang dihadapi atau yang
diteliti. Analisis keuangan dilakukan dengan membandingkan dengan
periode sebelumnya sehingga dapat diketahui bagaimana kecenderungan
yang terjadi.
2. Metode analisis deskriptif analitik, yaitu suatu metode yang berfungsi
untuk mendeskripsikan atau memberikan gambaran suatu objek yang
diteliti melalui data atau sampel yang telah dikumpulkan sebagaimana
adanya tanpa melakukan analisis membuat kesimpulan yang berlaku
untuk umum.
3.6 Keabsahan Data
Adapun dalam menguji keabsahan data hasil penelitian dapat dilakukan
dengan cara menerapkan standar derajat kepercayaan (credibility) atau uji
kepercayaan terhadap data hasil penelitian dengan melakukan langkah-
langkah sebagai berikut:
1. Perpanjangan Keikutsertaan
Hal ini dilakukan agar hubungan antara peneliti dengan narasumber
semakin akrab sehingga tak ada lagi informasi yang disembunyikan dan
tentunya untuk membuktikan hasil penelitian sebelumnya benar atau
tidak. Sehingga dapat meminimalisir atau membatasi
kekeliruan (biases) data peneliti.
2. Meningkatkan Ketekunan Pengamatan
Meningkatkan ketekunan dalam penelitian atau melakukan pengamatan
secara terus menerus (continue) dilakukan untuk menemukan ciri-ciri dan
unsur-unsur dalam situasi yang sangat relevan dengan persoalan atau isu
yang sedang diteliti, dengan memusatkan penelitian pada objek penelitian
secara rinci dan fokus.
3. Triangulasi
Untuk menguji keabsahan data, peneliti juga akan melakukan triangulasi
yakni memanfaatkan sesuatu yang diluar objek penelitian untuk keperluan
pengecekan atau sebagai pembanding. Denzin (1978) dalam (Moleong,

25
2005:330), membedakan empat macam triangulasi yakni: triangulasi atau
penggunaan sumber, metode, penyidik, dan teori. Triangulasi yang
digunakan dalam penelitian ini adalah triangulasi sumber. Artinya bahwa
peneliti akan mengecek dan membandingkan berbagai informasi hasil
wawancara yang diperoleh dari informen inti dengan informen penguat
data maupun dokumentasi dalam waktu dan tempat yang berbeda.
4. Pemeriksaan Sejawat Melalui Diskusi
Pemeriksaan sejawat melalui diskusi atau mendiskusikannya dengan
orang lain (peer debriefing), yaitu mengekspos hasil sementara atau hasil
akhir yang diperoleh dalam bentuk diskusi analitik dengan pembimbing
dan rekan-rekan sejawat.
5. Analisis Kasus Negatif
Melakukan analisis kasus negatif atau menemukan hasil atau data
penelitian orang lain yang berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan
peneliti itu sendiri.
6. Pengecekan Anggota
Melakukan pengecekan anggota (member check), yakni proses
pengecekan data yang diperoleh peneliti kepada pemberi data. Dan jika
data yang diperoleh disepakati atau disetujui oleh pemberi data maka data
tersebut dinyatakan valid.
3.7 Tahap-Tahap Penelitian
Penelitian ini dapat penulis golongkan dalam tiga tahapan yaitu
perencanaan (persiapan), pelaksanaan dan penulisan laporan penelitian.
Berikut tahapan tersebut penulis uraikan satu persatu.
1. Tahap perencanaan
Pada tahapan perencanaan penulis menempuh langkah dan tahapan-
tahapan sebagai berikut: penentuan atau pemilihan masalah, studi awal
untuk mengecek layak tidaknya penelitian dilakukan, perumusan atau
identifikasi masalah, telah kepustakaan, perumusan tujuan dan kegunaan
penelitian, pembuatan instrumen penelitian dan menentukan waktu untuk
mulai melakukan penelitian dan konsultasi dengan dosen pembimbing.
2. Tahap pelaksanaan

26
Tahap ini penulis melaksanakan empat kegiatan pokok yaitu:
pengumpulan data, pengolahan data, analisa data dan penafsiran hasil
analisa dan penarikan kesimpulan.
3. Tahap penulisan laporan
Tahap penulisan laporan ini penulis mengunakan format atau pedoman
penulisan karya ilmiah yang diberlakukan oleh jurusan.

27

Anda mungkin juga menyukai