Oleh:
LENSI SUSIANTI (C2C022029)
Dari kedua teori tersebut, secara umum manajemen risiko harus memenuhi
persyaratan adanya parameter tujuan organisasi. Manajemen risiko juga harus
dapat dianalisis serta manajemen risiko dapat dimonitor dan dikendalikan.
Beberapa aturan tentang manajemen risiko sebetulnya sudah lama menjadi
keharusan dalam aplikasi sistem kinerja.
Manajemen Talenta
(X1)
Tukin
(X2)
Manajemen Risiko
(X5)
Dari rangka analisis di atas dapat dijelaskan bahwa penelitian ini kana
melihat apakah manajemen talenta, tunjangan kinerja, kejelasan sasaran anggaran,
sistem pengendalian internal dan manajemen resiko dapat mengakibatkan
perubahan perilaku individu, karena dalam pelaksanaan kegiatan suatu instansi
ada target-target yang harus dicapai sehingga individu akan mengubah
perilakunya menjadi lebih positif dalam pencapaian target dan sasaran organisasi.
Apabila target telah tercapai maka kinerja aparat secara otomatis akan meningkat
karena salah satu penilaian kinerja aparat pemerintah dilihat berdasarkan target
yang dicapai.
2) Tukin
Tunjangan Kinerja adalah tunjangan yang diberikan kepada Pegawai
Negeri Sipil yang merupakan fungsi dari keberhasilan pelaksanaan reformasi
birokrasi. Indikatornya sebagai berikut:
1. Penerimaan tunjangan sesuai aturan pemerintah daerah;
2. Tunjangan yang diterima menambah penghasilan pegawai;
3. Ketepatan waktu menerima tunjangan kinerja;
4. ingkat kecukupan dalam memenuhi kebutuhan pegawai;
5. Penerimaan tunjangan sesuai dengan kedisiplin pegawai.
Responden diminta untuk menyatakan tingkat persetujuan terhadap
pernyataan yang diajukan peneliti terhadap tunjangan kinerja sesuai dengan
kondisi masing-masing responden. Jawaban menggunakan skala likert terdiri dari
lima piliham yakni: point 1 (Satu) menyatakan sangat tidak setuju (STS); point 2
(dua) menyatakan tidak setuju (TS), point 3 (Tiga) menyatakan cukup setuju (CS),
point 4 (Empat) menyatakan setuju (S), dan poin 5 (Lima) menyatakan sangat
setuju (SS). Berdasarkan jawaban responden, point 1 (Satu) menunjukkan kinerja
aparatur pemerintah sangat rendah dan poin 5 (Lima) menunjukkan kinerja aparat
pemerintah sangat tinggi.
3) Kejelasan Sasaran Anggaran
Dalam penelitian Melia &Sari (2019) pengukuran sasaran anggaran yang
efektif ada pada tujuh indikator:
(1) Tujuan
(2) Kinerja
(3) Standar
(4) Jangka waktu
(5) Sasaran
(6) Tingkat kesulitan
(7) Koordinasi.
Responden diminta untuk menyatakan tingkat persetujuan terhadap
pernyataan yang diajukan peneliti terhadap kejelasan sasaran kinerja sesuai
dengan kondisi masing-masing responden. Jawaban menggunakan skala likert
terdiri dari lima piliham yakni: point 1 (Satu) menyatakan sangat tidak setuju
(STS); point 2 (dua) menyatakan tidak setuju (TS), point 3 (Tiga) menyatakan
cukup setuju (CS), point 4 (Empat) menyatakan setuju (S), dan poin 5 (Lima)
menyatakan sangat setuju (SS). Berdasarkan jawaban responden, point 1 (Satu)
menunjukkan kinerja aparatur pemerintah sangat rendah dan poin 5 (Lima)
menunjukkan kinerja aparat pemerintah sangat tinggi.
4) Sistem Pengendalian Internal
Sistem pengendalian internal menurut (Arens, 2008) pengendalian
internal adalah proses yang dirancang untuk menyediakan jaminan yang layak
mengenai pencapaian dan sasaran dalam kategori sebagai berikut: (1) keandalan
laporan keuangan, (2) evektivitas dan efisiensi dari operasional, (3) pemenuhan
hukum peraturan yang diterapkan. Lingkungan pengendalian, penilaian resiko,
kegiatan pengendalian, informasi dan komunikasi diukur dengan skala likert 1- 5.
Responden diminta untuk menyatakan tingkat persetujuan terhadap
pernyataan yang diajukan peneliti terhadap Sistem Pengendalian Internal sesuai
dengan kondisi masing-masing responden. Jawaban menggunakan skala likert
terdiri dari lima piliham yakni: point 1 (Satu) menyatakan sangat tidak setuju
(STS); point 2 (dua) menyatakan tidak setuju (TS), point 3 (Tiga) menyatakan
cukup setuju (CS), point 4 (Empat) menyatakan setuju (S), dan poin 5 (Lima)
menyatakan sangat setuju (SS). Berdasarkan jawaban responden, point 1 (Satu)
menunjukkan kinerja aparatur pemerintah sangat rendah dan poin 5 (Lima)
menunjukkan kinerja aparat pemerintah sangat tinggi.
5) Manajemen Risiko
Dalam penelitian Yanti &Mursidi (2022) pengukuran manajemen resiko
yang efektif ada pada 3 indikator yaitu kualitas pekerjaan, kuantitas pekerjaan dan
penyelesaian pekerjaan.
Dalam pelnelliltilan Yanti & Mursidi (2022) pelngukuran sasaran anggaran
yang elfelktilf ada pada 3 ilndilkator yaitu kualitas pekerjaan, kuantitas pekerjaan,
dan penyelesaian pekerjaan. Responden diminta untuk menyatakan tingkat
persetujuan terhadap pernyataan yang diajukan peneliti terhadap Manajemen
risiko sesuai dengan kondisi masing-masing responden. Jawaban menggunakan
skala likert terdiri dari lima piliham yakni: point 1 (Satu) menyatakan sangat tidak
setuju (STS); point 2 (dua) menyatakan tidak setuju (TS), point 3 (Tiga)
menyatakan cukup setuju (CS), point 4 (Empat) menyatakan setuju (S), dan poin 5
(Lima) menyatakan sangat setuju (SS). Berdasarkan jawaban responden, point 1
(Satu) menunjukkan kinerja aparatur pemerintah sangat rendah dan poin 5 (Lima)
menunjukkan kinerja aparat pemerintah sangat tinggi.
6) Kinerja Aparatur Pemerintah
Kinerja aparatur pemerintah dilihat berdasarkan penilaian prestasi kerja
yang dilakukan oleh pejabat penilai terhadap sasaran kinerja pegawai dan perilaku
kerja PNS. Untuk mengukur kinerja aparat pemerintah maka digunakan metode
berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 46 Tahun 2011 tentang
Penilaian Prestasi Kerja Pegawai Negeri Sipil, adapun untuk menilai prestasi kerja
PNS terbagi dalam 2 (dua) unsur/dimensi yaitu:
a) Sasaran Kerja Pegawai (SKP) meliputi beberapa indikator, yaitu:
i. Kuantitas merupakan ukuran jumlah atau banyaknya hasil kerja
yang dicapai oleh seorang pegawai.
ii. Kualitas merupakan ukuran setiap hasil yang dicapai oleh seorang
pegawai.
iii. Waktu merupakan ukuran lamanya proses setiap hasil kerja yang
dicapai oleh seorang pegawai.
iv. Biaya merupakan besaran jumlah anggaran yang digunakan setiap
hasil kerja oleh seorang pegawai.
b) Perilaku kerja meliputi beberapa indikator, yaitu:
i. Orientasi pelayanan merupakan sikap dan perilaku kerja PNS
dalam memberikan pelayanan kepada yang dilayani antara lain
meliputi masyarakat, atasan, rekan sekerja, unit kerja terkait,
dan/atau instansi lain.
ii. Integritas merupakan kemampuan seorang PNS untuk bertindak
sesuai dengan nilai, norma dan etika dalam organisasi.
iii. Disiplin merupakan kesanggupan seorang PNS untuk menaati
kewajibam dan menghindari larangan yang ditentukan dalam
peraturan perundang-undangan atau peraturan kedinasan.
iv. Kerja sama merupakan kemauan dan kemampuan seorang PNS
untuk bekerja sama dengan rekan sekerja, atasan, bawahan baik
dalam unit kerjanya maupun instansi lain dalam menyelesaikan
suatu tugas dan tanggung jawab yang diembannya.
Responden diminta untuk menyatakan tingkat persetujuan terhadap
pernyataan yang diajukan peneliti terhadap kinerja sesuai dengan kondisi masing-
masing responden. Jawaban menggunakan skala likert terdiri dari lima piliham
yakni: point 1 (Satu) menyatakan sangat tidak setuju (STS); point 2 (dua)
menyatakan tidak setuju (TS), point 3 (Tiga) menyatakan cukup setuju (CS), point
4 (Empat) menyatakan setuju (S), dan poin 5 (Lima) menyatakan sangat setuju
(SS). Berdasarkan jawaban responden, point 1 (Satu) menunjukkan kinerja
aparatur pemerintah sangat rendah dan poin 5 (Lima) menunjukkan kinerja aparat
pemerintah sangat tinggi.