PT Lancung Sempurna
Disusun Oleh Kelompok 4 :
1. Giska Ghina Putri (C2C022026)
2. Irwin Mirson (C2C022028)
3. Suci Sukmawati (C2C022038)
Materi Presentasi
Presentasi hari ini akan memuat mengenai:
Tanggung Jawab Auditor Pembahasan mengenai tanggung jawab auditor berdasarkan prespektif Theodorus Tuanakotta
Referensi:
Tuanakotta, Theodorus M. (2014). Audit Kontemporer. Jakarta: Salemba Empat.
Tuanakotta, Theodorus M. (2015). Menjinakkan Laporan Keuangan Bermasalah: Pendekatan
Fraud Auditing. Jakarta: Salemba Empat.
Tanggung
01 Jawab Auditor
Tanggung Jawab
Auditor
Auditor memiliki tanggung jawab untuk
mendeteksi kecurangan dalam laporan
keuangan. Auditor berperan dalam memberikan
keyakinan kepada masyarakat mengenai laporan
keuangan sebuah perusahaan atau organisasi.
Tanggung Jawab Seorang Auditor
Dalam buku yang berjudul “Audit Kontemporer”, Tuanakotta menyebutkan bahwa auditor memilki
beragam tanggung jawab diantaranya sebagai berikut:
Bloodhound Watchdog
AUDITOR SEBAGAI WATCHDOG
● Lebih dari seabad yang lalu Pengadilan Tingkat Banding di Inggris membuat putusan yang
menjadi barometer mengenai tanggung jawab auditor dalam mengungkap kecurangan.
Kasusnya ialah Kingston Cotton Mills Company tahun 1896. Fakta hukumnya sederhana.
Direktur Utama Kingston Cotton Mills, memalsukan pembukuan, dan mengakui perbuatannya.
Ini adalah kasus manipulasi jumlah lembar saham dan nilai saham perusahaan, yang dilakukan
selama bertahun-tahun, tanpa menarik perhatian atau kecurigaan siapa pun.
● Pengadilan pada tingkat pertama yakin bahwa auditor seharusnya tidak percaya begitu saja
pada representation Direktur Utama dan seyogyanya menginvestigasi pernyataan lebih lanjut.
Namun di Pengadilan Banding ketiga hakim membalikkan keputusan Pengadilan Tingkat
Pertama, dengan keputusan yang menguntungkan auditor. Bagian dari putusan ini menjadi
doktrin auditinglebih dari satu abad.
● Pandangan Lopes (lord justice) bahwa auditor is watchdog, but not a bloodhound
berkumandang di dunia akademi yang melahirkan akuntan, didunia profesi yang membina
akuntan, dan bahkan di pengadilan yang mengadili auditor.Para praktisi menggandrungi
pandangan lopes, bukan di masa lalu saja, tetapi terus sampai memasuki milenium baru ini.
KESENJANGAN EKSPEKTASI (1)
● Apakah doktrin auditor sebagai watchdog masih ada pada saat ini? Ya, dalam benak auditor dan akuntan
publik yang menutup mata dan telinga terhadap jeritan publik, putusan pengadilan, dan ketentuan perundang-
undangan global.
● Pandangan Hakim Lopes menjiwai standar audit AICPA (American Institute of Certified Public Accountants)
tahun 1951, yaitu: “... Pemeriksaan umum berkenaan dengan opini atas laporan keuangan, tidak dirancang
dan tidak dapat diandalkan untuk mengungkapkan defalkasi atau penyimpangan serupa lainnya ... Jika auditor
“memaksakan diri” untuk menemukan defalkasi atau penyimpangan serupa lainnya, ia harus memperluas
pekerjaannya sampai ke titik di mana beban biayanya menjadi sangat tinggi ...”
● Surat perikatan audit, yang didasari cara pikir “auditor sebagai watchdog”, mencantumkan mantra-mantra,
“Kami tidak bertanggung jawab untuk mencantumkan kecurangan. Apabila ditemukan kecurangan akan kami
laporkan kepada pemilik/manajemen/entitas”. Mantra-mantra itu menyiratkan “OK ... Jika kecurangan
ditemukan. Namun, jangan terlalu berharap kami menemukannya. No way ...”.
● Publik, pengadilan, undang-undang, pembuat standar menuntut perubahan.
Berikut perumusan di awal abad ke-21 yng dikutip dari International Standarts on
Auditing (ISA) “Dalam melaksanakan audit atas laporan keuangan, tujuan
menyeluruh (dari) auditor ialah: a) Memperoleh asurans yang memadai bahwa
laporan keuangan secara keseluruhan bebas dari salah saji yang material, yang
disebabkan oleh kecurangan maupun kesalahan”.
● Sebelum Sarbanas-Oxley Act 2002 ditetapkan terlihat kesenjangan antara
ekspektasi publik mengenai apa yang mereka harapkan dari auditor dan apa yang
sebenarnya dilakukan auditor.
● ISA 240 yang khusus membahas tanggung jawab auditor berkenaan dengan
kecurangan dalam laporan keuangan, menegaskan tanggung jawab menyeluruh
auditor seperti yang digariskan dalam ISA 200.2
Berikut kutipan ISA 240 terkait tanggung jawab auditor
1. Auditor yang melaksanakan auditnya sesuai dengan ISAs bertanggung jawab untuk
memperoleh asurans yang memadai bahwa laporan keuangan secara keseluruhan
bebas dari salah saji yang material, yang disebabkan oleh kecurangan atau kesalahan.
2. Risiko tidak terdeteksinya salah saji yang material karena kecurangan lebih besar dari
salah saji yang material karena kesalahan. Hal ini disebabkan karena kecurangan bisa
melibatkan cara-cara canggih dan terorganisasi dengan rapi untuk menyembunyikan
atau menyamarkan itu, seperti dalam pemalsuan, dengan sengaja tidak mencatat
transaksi, atau sengaja memberikan representasi yang salah kepada auditor.
3. Risiko bagi auditor untuk mendeteksi salah saji karena kecurangan oleh manajemen
lebih besar dari kecurangan oleh pegawai, karena manajemen berada dalam posisi yang
langsung atau tidak langsung memanipulasi catatan akuntansi, membuat informasi
keuangan palsu atau berwenang memotong prosedur pengendalian yang dirancang
untuk mencegah kecurangan serupa oleh pegawai.
4. Ketika memperoleh asurans yang memadai, auditor bertanggung jawab
mempertahankan kewaspadaan profesionalnya selama audit berlangsung, dengan
mempertimbangkan potensi manajemen mematikan atau menghentikan pengendalian
dan menyadari bahwa prosedur audit yang efektif untuk mendeteksi kesalahan
mungkin tidak efektif untuk mendeteksi kecurangan.
ISA 240 DAN SAS 99
Dua dokumen terpisah, satu dari IFAC dan yang lain dari
AICPA, membahas tanggung jawab auditor dalam mendeteksi
kecurangan, dengan pendekatan yang sama. Dokumen IFAC
yang dimaksud adalah ISA No. 240 dan dokumen AICPA ialah
SAS No. 99. Kedua standar ini mempunyai keterkaitan.
Diawali dengan ISA No. 240 kemudian SAS No. 99, dimana:
1. Para akuntan forensik memberi sambutan hangat terhadap
SAS 99 yang “mewajibkan auditor mempunyai kepastian
memadai (to be reasonable sure) ... “.
2. SAS 99 mengambil gagasan-gagasan ISA 240, kemudian
memberikan langkah-langkah implementasi tambahan.
Dalam undang-undang a quo dijelaskan bahwa pengguna jasa Akuntan Publik adalah para pihak yang ingin membuat
keputsan ekonomi yang efektif dan efisien, dengan menggunakan laporan keuangan sebagai salah satu bahan pembuatan
keputusan, sehingga mereka ingin mengetahui apakah laporan keuangan yang disajikan oleh manajemen perusahaan
(auditee) telah sesuai dengan standar penyajiannya.
Dengan demikian hasil kerja Akuntan Publik adalah pernyataan pendapat (opini) berdasarkan keyakinan yang memadai
(reasonable assurance), mengenai kewajaran laporan keuangan berdasarkan kesesuaian laporan keuangan dengan
standar penyajiannya.
PROFESI MENGATUR DIRI
PROFESI TERHORMAT KERENTANAN PROFESI
Dunia nyata tidak selalu kondusif untuk praktik profesi akuntansi. Lingkungan profesi tidak selalu mencerminkan
kondisi ideal.
Kronologi dan
Mengajukan kredit ke Bank Mandiri
senilai Rp 1,7 triliun.
2010-2012
PT LS mengalami kesulitan keuangan
dan gagal membayar cicilan kreditnya.
Penyebab Kasus
Ada beberapa faktor yang menyebabkan PT LS
2013 mengalami masalah besar, antara lain:
Bank Mandiri melakukan restrukturisasi 1. Manipulasi laporan keuangan: PT LS diduga
kredit PT LS. memanipulasi laporan keuangannya agar terlihat
lebih sehat dan layak mendapatkan kredit.
2014
Bank Mandiri melaporkan PT LS ke
2. Penggunaan kredit yang tidak semestinya: PT
LS diduga menggunakan kredit dari Bank Mandiri
Bareskrim Polri atas dugaan penipuan untuk membiayai kegiatan yang tidak terkait
dan penggelapan kredit. dengan bisnisnya.
3. Keterlibatan pihak internal Bank Mandiri:
2015
Kejaksaan Agung menetapkan dua
Diduga ada pihak internal Bank Mandiri yang
terlibat dalam pemberian kredit kepada PT LS.
tersangka dalam kasus PT LS, yaitu
Direktur Utama PT LS dan Direktur
Keuangan PT LS.
Dampak Kasus PT. Lancung Sempurna
Kerugian finansial bagi Bank Mandiri
Bank Mandiri mengalami kerugian senilai Rp 1,7 $100M
triliun akibat kredit macet PT LS.
Paradigma bloodhound
Auditor berperan sebagai anjing pelacak yang bertugas
untuk mendeteksi kecurangan dan pelanggaran hukum.
Dalam kasus PT LS, dissenting opinion disampaikan oleh hakim konstitusi Anwar Usman. Anwar
Usman berpendapat bahwa putusan Mahkamah Konstitusi terkait dengan kasus PT LS tidak tepat
dan dapat membahayakan stabilitas sistem keuangan nasional.
Kesimpulan
Kesimpulan pada materi ini adalah:
● Terdapat 2 analogi menurut Theodorus M. Tuanakotta yang memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-
masing. Dalam praktiknya, auditor diharapkan untuk menggunakan kombinasi kedua pendekatan tersebut untuk
mendeteksi manipulasi laporan keuangan secara efektif.
● Dissenting opinion hakim konstitusi merupakan bagian penting dari proses pengujian undang-undang. Dissenting
opinion dapat memberikan perspektif yang berbeda terhadap suatu putusan dan dapat menjadi bahan pertimbangan
bagi pembuat undang-undang untuk memperbaiki undang-undang yang diuji.
● Kasus PT LS merupakan contoh kasus yang menunjukkan pentingnya peran auditor dalam mendeteksi kecurangan
dalam laporan keuangan. Auditor harus menjalankan tanggung jawabnya dengan penuh kehati-hatian dan
profesionalisme. Selain itu, auditor juga harus berani untuk bersikap tegas dalam menindaklanjuti temuannya
terkait dengan kecurangan.
Thanks
Do you have any questions?
Segera kami jawab berdasarkan
pemahaman dan kemampuan kami.
Sekiranya masih ada kesalahan dan
kekurangan, mohon di maafkan
Buku
● Tuanakotta, Theodorus M. (2011). Mendeteksi Manipulasi Laporan Keuangan. Jakarta: Salemba Empat.
● Tuanakotta, Theodorus M. (2014). Audit Kontemporer. Jakarta: Salemba Empat.
● Tuanakotta, Theodorus M. (2015). Menjinakkan Laporan Keuangan Bermasalah: Pendekatan Fraud Auditing.
Jakarta: Salemba Empat.
● Tuanakotta, Theodorus M. (2020). Audit Kontemporer. Jakarta: Salemba Empat.
● Putusan Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia.