Anda di halaman 1dari 12

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas segala

rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas ini tepat pada

waktunya. Makalah ini membahas tentang kode etik akuntan forensik serta standar audit

akuntansi forensik. Dalam penyusunan makalah ini, penulis banyak mendapat hambatan.

Akan tetapi dengan bantuan dari berbagai pihak, hambatan itu dapat teratasi. Oleh karena itu

penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah

membantu dalam penyusunan makalah ini. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh

dari sempurna. Oleh karena itu,penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat

membangun demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini dapat memberikan

informasi bagi para pembaca dan bermanfaat untuk pengembangan wawasan dan peningkatan

ilmu pengetahuan bagi kita semua

Palu, September 2021

Penulis

1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..........................................................................................................1

DAFTAR ISI......................................................................................................................... 2

BAB 1 PENDAHULUAN ...................................................................................................3

A. Latar Belakang.........................................................................................................3

B. Rumusan Masalah......................................................................................................4

C. Tujuan Penulisan........................................................................................................4

BAB 2 PEMBAHASAN.......................................................................................................5

A. Pengertian Akuntansi Forensik..................................................................................5

B. Kode Etik Akuntan Forensik.....................................................................................5

C. Standar Audit Investigatif..........................................................................................8

BAB 3 PENUTUP................................................................................................................11

A. Kesimpulan................................................................................................................11

B. Daftar Pustaka............................................................................................................12

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Peran akuntansi forensik dalam mengungkap kecurangan di Indonesia dari waktu

kewaktu semakin terus meningkat. Akuntansi forensik banyak diterapkan ketika Komisi

Pemeberantasan Korupsi (KPK) mengumpulkan bukti-bukti hukum yang diperlukan untuk

menangani kasus-kasus korupsi yang dilaporkan kepada instansi tersebut. Akuntansi forensik

juga digunakan oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), Kepolisian, Badan Pengawasan

Keuangan dan Pembangunan (BPKP), serta Inspektorat Jenderal Kementerian untuk

menggali informasi selama proses pelaksanaan audit investigasi.

Dalam Akuntansi Forensik dan Audit mengemukakan bahwa akuntansi forensik

mempunyai ruang lingkup yang spesifik untuk lembaga yang menerapkannya atau untuk

tujuan melakukan audit investigatif. Selain itu dalammelaksanakan pekerjaannya seorang

akuntan forensik harus memenuhi atribut dan kode etik serta standar pekerjaan.

Dalam tugas profesionalnya, akuntan wajib mematuhi aturan etika yang tertuang dalam

kode etik akuntan. Kode etik akuntan sebagai suatu prinsip moral dan perbuatan yang

menjadi landasan bertindaknya akuntan sehigga apa yang dilakukannya dipandang oleh

masyarakat sebagai perbuatan yang terpuji dan meningkatkan martabat serta kehormatan

profesi. Dengan adanya kode etik ini maka para akuntan diharapkan memahami dan

menerapkannya sebagai tanggung jawab dalam penugasan profesionalnya.

3
B. Rumusan Masalah

1. Apa saja kode etik akuntan forensik ?

2. Bagaimana Standar Audit Investigatif ?

C. Tujuan penulisan

1. Untuk mengetahui kode etik akuntan forensik.

2. Untuk mengetahui standar audit investigatif.

4
BAB 2

PEMBAHASAN

A. Pengertian Akuntansi Forensik

Istilah akuntansi forensik diambil dari kata forensic yang menurut Merriam Webster’s

Collegiate Dictionary (dalam Tuanakota, 2010) adalah (1) ditujukan, digunakan atau

cocok dengan pengadilan atau peradilan atau diskusi dan debat publik, (2) berkaitan atau

berhadapan dengan penerapan pengetahuan ilmiah untuk masalah hukum. Dengan

melihat makna kata forensic dari kamus tersebut maka akuntansi forensik adalah

penerapan disiplin akuntansi pada masalah hukum.

Crumbley (2009), menulis bahwa akuntansi forensik adalah akuntansi yang akurat

untuk tujuan hukum. Atau, akuntansi yang tahan uji dalam kancah perseteruan selama

proses pengadilan, atau dalam proses peninjauan yudisial atau tinjauan administratif.

Sedangkan menurut Tuanakota (2010), akuntansi forensik adalah penerapan disiplin

akuntansi dalam arti luas, termasuk auditing, pada 26 masalah hukum untuk

penyelesaian hukum di dalam atau di luar pengadilan, di sektor publik maupun priva.

Berdasarkan pengertian akuntansi forensik dari berbagai ahli tersebut dapat

disimpulkan bahwa akuntansi forensik adalah penerapan keahlian di bidang akuntansi

dan keahlian investigatif secara luas untuk membantu menyelesaikan 27 masalah yang

terkait hukum dengan cara yang menurut hukum atau ketentuan perundang-undangan

adalah benar.

B. Kode Etik Akuntan Forensik

Kode etik mengatur hubungan antara anggota profesi dengan sesamanya, dengan

pemakai jasanya dan stakeholder lainnya, dan dengan masyarakat luas. Kode etik adalah

5
sistem norma, nilai dan aturan profesional tertulis yang secara tegas menyatakan apa yang

benar dan baik dan apa yang tidak benar dan tidak baik bagi profesional. Tujuan kode etik

agar profesionalisme memberikan jasa sebaikbaiknya kepada pemakai jasa atau nasabahnya.

Adanya kode etik akan melindungi perbuatan yang tidak profesional.

Dalam menjalankan profesinya seorang akuntan forensik harus memperhatikan kode

etik, diantaranya :

1. Tanggung Jawab Profesi

Setiap anggota harus senantiasa menggunakan pertimbangan moral dan professional

dalam semua kegiatan yang dilakukannya. Anggota mempunyai tanggung jawab

kepada semua pemakai jasa professional mereka. Anggota juga bertanggung jawab

untuk memelihara kepercayaan masyarakat dan menjalankan tanggung jawab profesi

dalam mengatur dirinya sendiri. Setiap anggota harus menunjukan komitmen terhadap

profesionalisme dan ketekunan dalam pelaksanaan tugasnya.

2. Kepentingan Publik

Publik dari profesi akuntan yang terdiri dari klien, pemberi kredit, pemerintah,

pemberi kerja, pegawai, investor, dunia bisnis dan keuangan, dan pihak lainnya

bergantung kepada objektivitas dan integritas akuntan dalam memelihara berjalannya

fungsi bisnis secara tertib. Hal ini menimbulkan tanggung jawab akuntan terhadap

kepentingan publik. Ketergantungan ini juga mempengaruhi kesejahteraan ekonomi

masyarakat dan Negara. Akuntan juga tidak diperkenankan untuk melakukan tindakan

yang bersifat illegal atau melangar etika, atau segenap tindakan yang menimbulkan

adanya konflik kepentingan. Kepentingan utama profesi akuntan adalah untuk

membuat pemakai jasa akuntan paham bahwa jasa akuntan dilakukan dengan tingkat

prestasi tertinggi.

6
3. Integritas

Integritas merupakan hal yang melandasi kepercayaan publik dan menjadi patokan

bagi anggota dalam menguji keputusan yang diambilnya. Integritas mengharuskan

seseorang bersikap jujur, dan berterus terang tanpa mengorbankan rahasia penerima

jasa. Kepercayaan publik tidak boleh dikalahkan oleh keuntungan pribadi.

4. Objektivitas

Suatu kualitas yang memberikan nilai atas jasa yang diberikan anggota. Prinsip

objektivitas mengharuskan anggota bersikap adil, tidak memihak, tidak berprasangka,

serta bebas dari benturan kepentingan atau dibawah pengaruh pihak lain.

5. Kompetensi dan Kehati-hatian Profesional

Setiap anggota mempunyai kewajiban untuk melaksanakan jasa professional dengan

sebaik baiknya sesuai dengan kemampuannya. Anggota harus memperoleh bukti atau

dokumentasi lain yang dapat mendukung pendapat yang diberikan. Tidak boleh

menyatakan pendapat bahwa seseorang atau pihak-pihak tertentu “bersalah” atau

“tidak bersalah”.

6. Kerahasiaan

Setiap anggota tidak boleh mengungkapkan informasi yang bersifat rahasia yang

diperoleh dari hasil audit tanpa melalui otorisasi dari pihakpihak yang berwenang.

Kerahasiaan berlanjut bahkan setelah hubungan antar anggota dan klien atau pemberi

jasa berakhir.

7. Perilaku Profesional

Setiap anggota berkewajiban untuk menjauhi tingkah laku yang dapat

mendiskreditkan profesi sebagai perwujudan tanggung jawabnya kepada penerima

jasa, pihak ketiga, anggota yang lain, staf, pemberi kerja dan masyarakat umum.

7
Setiap anggota harus mengungkapkan seluruh hal yang material yang diperoleh dari

hasil audit. Apabila informasi tersebut tidak diungkapkan akan menimbulkan distory

terhadap fakta yang ada.

8. Standar Teknis

Setiap anggota harus melaksanakan jasa professionalnya sesuai dengan standar teknis

dam standar profesionalnya yang relevan. Sesuai dengan keahliannya dengan berhati-

hati, anggota mempunyai kewajiban untuk melaksanakan penugasan dari penerima

jasa selama penugasan tersebut sejalan dengan prinsip integritas dan obyektivitas.

Standar teknis dan standar profesianal yang harus ditaati anggota adalah standar yang

dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia. Internasional Feferation of Accountants,

badan pengatur, dan pengaturan perundang-undangan yang relevan.

C. Standar Audit Investigatif

secara sederhana, standar adalah ukuran mutu. Oleh karena itu, dalam pekerjaan audit,

para auditor ingin menegaskan adanya standar tersebut. Dengan standar ini pihak yang

diaudit (auditee), pihak yang memakai laporan audit, dan pihak – pihak lain dapat

mengukur kerja si auditor. K.H Spencer Picket dan Jennifer Picket merumuskan

beberapa standar untuk melakukan investigasi terhadap fraud. Konteks yang mereka

rajuk adalah investigasi atas fraud yang dilakukan oleh pegawai di perusahaan. Standar

tersebut adalah :

Standart – 1

Seluruh investigasi harus di landasi praktek – praktek terbaik yang diakui ( accepted

best practise). Istilah best practise sering dipakai dalam penetapan standart dalam istilah

ini tersirat 2 hal yaitu:

a. Adanya upaya membandingkan antara praktek – praktek yang ada dengan merujuk

kepada yang terbaik pada saat itu.

8
b. Upaya benchmarking dilakukan terus menerus untuk mencari solusi terbaik.

Standart – 2

Mengumpulkan bukti – bukti dengan prinsip – prinsip kehati – hatian (due care)

sehingga bukti-bukti tadi dapat diterima di Pengadilan.

Standart – 3

Memastikan bahwa seluruh doumentasi dalam keadaan aman, terlindungi, dan di

index; dan jejak audit tersedia. Dokumentasi ini diperlukan sebagai referensi apabila ada

penyelidikan dikemudian hari untuk memastikan bahwa investigasi sudah dilakukan

dengan benar. Referensi ini juga membantu perusahaan dalam upaya perbaikan cara-cara

investigasi sehingga acccepted best practices yang dijelaskan diatas dapat dilaksanakan.

Standart – 4

Memperhatikan bahwa para investigator mengerti akan hak asasi pegawai dan

senantiasa menghormatinya. Kalau investigasi dilakukan dengan cara yang melanggar

hak asasi pegawai, yang bersangkutan dapat menuntut perusahaan dan investigatornya.

Bukti-bukti yang sudah dikumpulkan dengan waktu dan biaya yang banyak, menjadi sia-

sia.

Standart – 5

Mengingat bahwa beban pembuktian ada pada perusahaan yang “ menduga “

pegawainya melakukan kecurangan, dan pada penuntut umum yang mendakwah

pegawai terssebut, baik dalam kasus hukum administrative and pidana.

Standart – 6

Mencakup seluruh substansi investigasi dan “kuasai” seluruh target yang sangat kritis

ditinjau dari segi waktu.

9
Standart – 7

Meliputi seluruh tahapan kunci dalam proses investigasi, termasuk perencaaan,

pengumpulan bukti, dan barang bukti, wawancara, kontak dengan pihak ke tiga ,

pengamanan yang bersifat rahasia.

10
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Auditor merupakan pekerjaan yang professional, oleh karena itu auditor diharapkan

mampu menerapkan kode etik dalam melaksanakan auditnya. Karena di dalam kode etik

berisi nilai-nilai yang amat penting bagi eksistensi profesi. Dengan menerapkan kode

etik maka tanggung jawab seorang audior akan semakin meningkat, sehingga

mendeteksi kecurangan pun akan lebih meninggkat. Hal itu memperkecil kemungkinan

terjadinya kecurangan. Rasa tanggung jawab yang tinggi juga mempengaruhi hasil opini

dari seorang auditor. Bagi instansi, juga harus mendukung auditor dalam melakukan

pekerjaannya guna meningkatkan penerapan kode etik untuk dapat memaksimalkan

pendeteksian fraud. Sehingga dapat menekan dampak fraud yang muncul.

11
DAFTAR PUSTAKA

Tuanakotta, Theodorus M. 2010. Akuntansi Forensik dan Audit Investigatif, Edisi 2,

cetakan ke empat. Jakarta: Salempa Empat.

https://id.scribd.com/doc/171356619/Fraud-Atribut-standar-dan-kode-etik-Akuntansi-

Forensik

12

Anda mungkin juga menyukai