ETIKA PROFESI
DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 2
KELAS 1A D4 AKUNTANSI MANAJERIAL
makalah ini dengan penuh kemudahan. Makalah ini disusun dalam rangka
memenuhi salah satu tugas Etika Profesi yang diajarkan oleh Bu Rezki Astuti
Soraya, S.E., M.Ak.. yang berjudul “Kode Etik Profesi Konsultan Pajak”.
semua pihak yang telah membantu kami dalam penyusunan makalah ini
sehingga makalah ini dapat selesai tepat pada waktunya. Tak lupa kami
memohon maaf atas segala kekurangan dan kesalahan yang terdapat pada
makalah yang kami susun. Maka dari itu, kami mengharap kritik ataupun saran
dari para pembaca agar kedepannya makalah yang kami susun dapat lebih
baik lagi.
Kelompok 2
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................. 4
C. Tujuan ................................................................................................... 5
BAB II PEMBAHASAN................................................................................... 6
A. Kesimpulan ......................................................................................... 16
B. Saran .................................................................................................. 16
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
I. Larangan
1. Larangan bagi Konsultan Pajak perihal Rangkap Jabatan:
a. Dilarang melakukan kegiatan profesi lain yang terikat
dengan pekerjaan sebagai pegawai negeri,
BUMN/BUMD, kecuali dibidang pegawai negeri,
BUMN/BUMD, kecuali dibidang riset, pengkajian dan
pendidikan;
b. Dilarang meminjamkan ijin praktik untuk digunakan oleh
pihak lain;
c. Dilarang menugaskan karyawannya dan/atau pihak lain
yang tidak menguasai pengetahuan pengetahuan
perpajakan dalam bertindak memberikan nasehat,
dan/atau menangani urusan perpajakan;
a. Dilarang menerima penugasan sebagai konsultan pajak
dalam hal terdapat benturan kepentingan.
2. Larangan terkait dengan Pelanggan:
a. Dilarang menarik pelanggan yang diketahui bahwa
pelanggan tersebut masih merupakan pelanggan
konsultan pajak lain;
b. Dilarang menerima pelanggan pindahan dari konsultan
pajak lain tanpa memberitahukan kepada konsultan pajak
lain tersebut, dan harus secara jelas dan meyakinkan
secara legal bahwa pelanggan tersebut telah mencabut
kuasanya dari konsultan pajak lain tersebut;
c. Dilarang memberikan petunjuk atau keterangan yang
dapat menyesatkan wajib pajak mengenai pekerjaan yang
sedang dilakukan;
d. Dilarang memberikan jaminan kepada wajib pajak bahwa
pekerjaan yang berhubungan dengan instansi perpajakan
pasti dapat diselesaikan;
e. Dilarang menetapkan syarat-syarat yang membatasi
kebebasan wajib pajak untuk pindah atau memilih
konsultan pajak lain;
f. Dilarang menerima setiap ajakan dari pihak manapun
untuk melakukan tindakan yang diketahui atau patut
diketahui melanggar peraturan perundang-undangan
perpajakan;
g. Dilarang menerima permintaan wajib pajak atau pihak lain
untuk melakukan rekayasa atau perbuatan yang
bertentangan dengan peraturan perpajakan.
3. Larangan konsultan pajak terkait hubungan dengan hubungan
dengan sesama konsultan.
a. Dilarang membujuk karyawan dari Konsultan Pajak lain
untuk pindah menjadi karyawannya.
4. Larangan terkait pemasangan iklan.
Konsultan Pajak Indonesia dilarang memasang Konsultan
Pajak Indonesia dilarang memasang iklan untuk mendapatkan
pelanggan.
II. Pengawasan
a. Pengawasan, pemeriksaan, dan pemberian sanksi atas
pelanggaran kode etik dilaksanakan oleh pengawas.
b. Pengawasan dan pemberian keputusan atas pelanggaran kode
etik dilakukan oleh Majelis Kehormatan yang dibentuk oleh
Pengawas, yang terdiri:
a. Ketua Pengawas sebagai Ketua;
b. Sekretaris Pengawas sebagai Sekretaris;
c. Ketua atau Sekretaris Pengawas sebagai Anggota;
d. Ketua atau Sekretaris IKPI Cabang ditempat anggota
tersebut terdaftar sebagai Anggota;
e. Pihak lain yang mempunyai keahlian, pengetahuan dan
integritas integritas yang tidak diragukan sebagai Anggota.
IV. Pengaduan
1. Pengaduan harus disampaikan secara tertulis kepada pengurus
cabang dan/atau pengurus daerah dengan tembusan kepada
pengawas disertai alasan dan bukti yang cukup jelas, dapat
disampaikan oleh anggota IKPI maupun masyarakat, atau dari
au dari keadaan yang diketahui sendiri keadaan yang diketahui
sendiri oleh Pengawas. Bilamana pengaduan tersebut tidak
dapat diselesaikan oleh pengurus cabang, maka pengaduan
tersebut diteruskan kepada pengawas untuk ditindak lanjuti.
2. Pelaksanaan pemeriksaan atas pengaduan tingkat pertama
dilakukan oleh pengurus cabang dan/atau pengurus daerah.
Bilamana pengaduan dapat diselesaikan pada tingkat pertama,
maka hasilnya dilaporkan kepada Pengawas.
V. Sanksi
Menurut Kode Etik Ikatan Konsultan Pajak Indonesia, terdapat
beberapa sanksi atas pelanggaran kode etik konsultan pajak. Sanksi-
sanksi tersebut adalah sebagai berikut:
1. Teguran tertulis biasa (ordinary written warning).
2. Teguran tertulis keras (strong written warning).
3. Pemberhentian sementara profesi sebagai konsultan
pajak dalam periode tertentu karena melakukan
pelanggaran berat.
4. Pemberhentian tetap karena konsultan pajak telah
merusak citra dan martabat kehormatan profesi
konsultan pajak.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran