Anda di halaman 1dari 5

Etika Profesi Akuntansi

RMK Kode Etik Integritas dalam Etika Profesi Akuntansi

Oleh:
INDAH HANDAYANI
A031181521

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS HASANUDDIN
TAHUN 2020
Kode Etik Integritas dalam Etika Profesi Akuntansi
Pengertian Etika Profesi Akuntansi dan kode etik profesi akuntansi
Etika berasal dari bahasa Yunani “ethos” yang bearti adat istiadat/ kebiasaan yang baik. Etika
adalah ilmu tentang apa yang baik dan yang buruk, tentang hak dan kewajiban moral. Etika juga
dapat diartikan sebagai kumpulan asas / nilai yang berkenaan dengan akhlak, nilai yang mengenai
yang benar dan salah yang dianut masyarakat.
Profesi adalah suatu pekerjaan yang melaksanakan tugasnya memerlukan atau menuntut
keahlian (expertise), menggunakan teknik-teknik ilmiah, serta dedikasi yang tinggi. Keahlian yang
diperoleh dari lembaga pendidikan khusus diperuntukkan untuk itu dengan kurikulum yang dapat
dipertanggung jawabkan. Seseorang yang menekuni suatu profesi tertentu disebut professional,
sedangkan professional sendiri mempunyai makna yang mengacu kepada sebutan orang yang
menyandang suatu profesi dan sebutan tentang penampilan seseorang dalam mewujudkan
unjuk kerja sesuai dengan profesinya.
Etika Profesi Akuntansi yaitu suatu peraturan yang membahas perilaku perbuatan baik dan
buruk manusia sejauh yang dapat dipahami oleh pikiran manusia terhadap pekerjaan yang
membutuhkan pelatihan dan penguasaan sebagai Akuntan, dapat dikatakan juga sebagai ilmu
yang mempelajari mengenai perilaku baik dan buruk seorang akuntan.
Kode etik profesi akuntansi dapat diartikan sebagai pedoman sikap, tingkah laku dan perbuatan
dalam melaksanakan tugas dan dalam kehidupan sehari-hari dalam profesi akuntansi. Kode etik
profesi sebagai pegangan umum yang mengikat setiap anggota, serta suatu pola bertindak yang
berlaku bagi setiap anggota profesinya. Alasan utama diperlukannya tingkat tindakan profesional
yang tinggi oleh setiap profesi adalah kebutuhan akan keyakinan publik atas kualitas layanan yang
diberikan oleh profesi, tanpa memandang masing – masing individu yang menyediakan layanan
tersebut.
Tujuan Kode etik profesi akuntansi
Tujuan dari kode etik profesi akuntansi ini diantaranya adalah:
 Untuk meningkatkan mutu organisasi profesi.
 Untuk menjaga dan memelihara kesejahteraan para anggota.
 Untuk menjunjung tinggi martabat profesi
 Untuk meningkatkan mutu profesi.
 Untuk meningkatkan pengabdian para anggota profesi
 Meningkatkan layanan di atas keuntungan pribadi.
 Mempunyai organisasi profesional yang kuat dan terjalin erat.
 Menentukan baku standar
Fungsi Kode Etik Profesi
Kode etik profesi itu merupakan sarana untuk membantu para pelaksana sebagai seseorang yang
profesional supaya tidak dapat merusak etika profesi. Ada tiga hal pokok yang merupakan fungsi
dari kode etik profesi:
 Kode etik profesi memberikan pedoman bagi setiap anggota profesi tentang prinsip
profesionalitas yang digariskan. Maksudnya bahwa dengan kode etik profesi, pelaksana
profesi mampu mengetahui suatu hal yang boleh dilakukan dan yang tidak boleh
dilakukan.
 Kode etik profesi merupakan sarana kontrol sosial bagi masyarakat atas profesi yang
bersangkutan. Maksudnya bahwa etika profesi dapat memberikan suatu pengetahuan
kepada masyarakat agar juga dapat memahami arti pentingnya suatu profesi, sehingga
memungkinkan pengontrolan terhadap para pelaksana di lapangan kerja (kalangan sosial).
 Kode etik profesi mencegah campur tangan pihak di luar organisasi profesi tentang
hubungan etika dalam keanggotaan profesi. Arti tersebut dapat dijelaskan bahwa para
pelaksana profesi pada suatu instansi atau perusahaan yang lain tidak boleh mencampuri
pelaksanaan profesi di lain instansi atau perusahaan.
Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Pelanggaran Etika
Faktor-faktor yang mempengaruhi pelanggaran etika profesi akuntansi adalah sebagai berikut :
1. Kebutuhan individu
2. Tidak ada pedoman
3. Perilaku dan kebiasaan individu yang terakumulasi dan tak dikoreksi
4. Lingkungan yang tidak etis
5. Perilaku dari komunitas
Kode Etik Prinsip-prinsip Dasar Akuntan Profesional IFAC 2005 – Section 100.4
Salah satu kode etik prinsip-prinsip dasar Akuntan Profesioal IFAC adalah
INTEGRITAS
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, integritas berarti mutu, sifat, atau keadaan yang
menunjukkan kesatuan yang utuh sehingga memiliki potensi dan kemampuan yang
memancarkan kewibawaan, dan juga kejujuran. Maka dari itu, di dalam proses kerjanya, prinsip
integritas ini mewajibkan setiap akuntan bersikap lugas dan jujur dalam semua hubungan bisnis,
maupun professional.
Dapat dikatakan bahwa arti integritas disini adalah berterus terang dan selalu mengatakan yang
sebenarnya. Dengan integritas ini, seseorang akan senantiasa memberikan pelayanan dengan
jujur tanpa ada unsur keuntungan pribadi. Karena bagi mereka yang memiliki integritas tinggi,
perbedaan dan kesalahan secara tidak sengaja masih bisa ditoleransi, namun tidak dengan
kecurangan.
Akuntan professional diharuskan tidak boleh terkait dengan pernyataan resmi, laporan,
komunikasi atau informasi lain ketika akuntan meyakini bahwa informasi tersebut terdapat:
1. Kesalahan material atau pernyataan yang menyesatkan.
2. Informasi atau pernyataan atau yang dilengkapi secara sembarangan.
3. Penghilangan atau pengaburan informasi yang seharusnya diungkapkan sehingga akan
menyesatkan.
Saat meyadari bahwa dirinya dikaitkan dengan informasi semacam tersebut,maka akuntan
professional mengambil keputusan dan langkah-langkah yang diperlukan agar tidak dikaitkan
dengan informasi tersebut.
Integritas dibutuhkan untuk membangun kepercayaan antara akuntan dan kliennya. Integritas
adalah bersikap jujur tanpa mengorbankan rahasia penerima jasa tersebut. Dengan integritas
yang tinggi, kepercayaan publik kepada akuntan juga akan tinggi. Anda juga harus tulus dan tidak
membedakan klien yang anda miliki. Setiap akuntan harus bertindak tegas dan konsisten atas
kesalahan yang ditemukannya sehingga prinsip akuntansi bisa diterapkan secara maksimal.
Integritas adalah suatu elemen karakter yang mendasari timbulnya pengakuan profesional.
Integritas merupakan kualitas yang melandasi kepercayaan publik dan merupakan patokan
(benchmark) bagi anggota dalam menguji keputusan yang diambilnya.
CONTOH KASUS PRINSIP INTEGRITAS
Kasus KPMG-Siddharta Siddharta & Harsono yang diduga menyuap pajak.
September tahun 2001, KPMG-Siddharta Siddharta & Harsono harus menanggung malu. Kantor
akuntan publik ternama ini terbukti menyogok aparat pajak di Indonesia sebesar US$ 75 ribu.
Sebagai siasat, diterbitkan faktur palsu untuk biaya jasa profesional KPMG yang harus dibayar
kliennya PT Easman Christensen, anak perusahaan Baker Hughes Inc. yang tercatat di bursa New
York.
Berkat aksi sogok ini, kewajiban pajak Easman memang susut drastis. Dari semula US$ 3,2 juta
menjadi hanya US$ 270 ribu. Namun, Penasihat Anti Suap Baker rupanya was-was dengan polah
anak perusahaannya. Maka, ketimbang menanggung risiko lebih besar, Baker melaporkan secara
suka rela kasus ini dan memecat eksekutifnya.
Badan pengawas pasar modal AS, Securities & Exchange Commission, menjeratnya dengan
Foreign Corrupt Practices Act, undang-undang anti korupsi buat perusahaan Amerika di luar
negeri. Akibatnya, hampir saja Baker dan KPMG terseret ke pengadilan distrik Texas. Namun,
karena Baker mohon ampun, kasus ini akhirnya diselesaikan di luar pengadilan. KPMG pun
terselamatan.
Solusi:
Pada kasus ini KPMG telah melanggar prinsip integritas karena tidak memenuhi tanggungjawab
profesionalnya sebagai Kantor Akuntan Publik sehingga memungkinkan KPMG kehilangan
kepercayaan publik. KPMG juga telah melanggar prinsip objektivitas karena telah memihak
kepada kliennya dan melakukan kecurangan dengan menyogok aparat pajak di Indonesia.
Solusinya ialah KPMG-Siddharta Siddharta & Harsono semestinya tidak melakukan hal tersebut
sehingga KAP nama baiknya tidak kotor terhadap kliennya tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai