Anda di halaman 1dari 16

ETIKA PROFESI AKUNTANSI MANAJEMEN

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Etika Profesi Akuntansi


Dosen Pengampu : Prof. Dr. Istianingsih

DISUSUN OLEH

Marsyalova Yasmin 202110315019


Rosa Amalia Putri 202110315027
Siska Aprilia Rahmawati 202110315035
Yosi Ika Putri 202110315017

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS BHAYANGKARA JAKARTA RAYA
2023
BAB I

PENDAHULUAN

Akuntansi memegang peranan penting dalam kelangsungan hidup


perusahaan. Informasi yang dihasilkan oleh sistem akuntansi menjadi dasar bagi
manajemen dalam pengambilan keputusan. Untuk membuat keputusan yang tepat,
manajemen bergantung pada kualitas informasi yang dihasilkan oleh akuntan.

Akuntan sebagai pemegang kendali atas angka dalam informasi tersebut


memiliki posisi yang krusial di dalam bisnis. Informasi akuntansi dituntut untuk
akurat, relevan, dapat diandalkan, dan memberi manfaat. Informasi tersebut
digunakan tidak hanya oleh manajer, tetapi juga oleh pemegang saham dan pihak
eksternal yang berkepentingan dengan perusahaan. Dalam situasi seperti itu,
praktik akuntansi bukan tempat di mana akuntan dapat sengaja memberikan
informasi yang salah, apalagi melakukan praktik kecurangan. Di sinilah etika
berperan penting dalam praktik akuntansi.

Skandal-skandal kecurangan yang terjadi sejak tahun 2001 menurunkan


kepercayaan publik terhadap profesi akuntansi. Kecurangan tersebut
menimbulkan perhatian besar terhadap isu etika di profesi akuntansi. Profesi
akuntansi sendiri terdiri dari akuntan publik, akuntan pendidik, akuntan
manajemen, akuntan pajak, akuntan pemerintah. Setiap jenis profesi akuntan
memiliki isu etika tersendiri. Makalah ini membahas isu etika dalam profesi
akuntan yang bekerja kepada pemberi kerja (perusahaan). Akuntan dalam
perusahaan dapat dibagi dua, akuntan manajemen dan akuntan keuangan. Akuntan
manajemen menghasilkan informasi untuk pihak internal perusahaan yaitu
manajemen, sedangkan akuntan keuangan menghasilkan informasi bagi pihak
eksternal perusahaan.

Pada makalah ini akan dibahas etika terkait profesi akuntan manajemen
dan akuntan keuangan, praktik-praktik pelanggaran etika yang terjadi di
perusahaan dalam akuntansi manajemen dan keuangan, dan isu pengembangan
etika bagi akuntan profesional yang bekerja pada pemberi kerja.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Etika Dalam Praktik Profesi Akuntansi Manajemen dan Keuangan

Dalam praktik akuntansi, etika tidak dapat diabaikan. Menghadapi


turunnya kepercayaan para pemakai jasa terhadap profesi akuntan, organisasi
profesi akuntan di Indonesia tidak tinggal diam. Salah satu tindakan yang
dilakukan yaitu menetapkan subjek Etika Bisnis dan Profesi sebagai mata kuliah
wajib bagi program pendidikan profesi akuntansi di Indonesia. Selain itu Ikatan
Akuntansi Indonesia sebagai organisasi profesi juga mengeluarkan kode etik
profesi bagi akuntan profesional. Secara umum profesi akuntan manajemen dan
keuangan mengacu pada Kode Etik Ikatan Akuntan Indonesia (IAI).

Kode Etik lAl menjelaskan bahwa profesi akuntansi bertujuan untuk


memenuhi tanggung- jawabnya dengan standar profesionalisme tertinggi,
mencapai tingkat kinerja tertinggi, dengan orientasi kepada kepentingan publik.
Ada empat kebutuhan dasar yang harus dipenuhi untuk mencapai tujuan tersebut:

1) Kredibilitas

Masyarakat membutuhkan kredibilitas informasi dan sistem informasi

2) Profesionalisme

Diperlukan individu yang dengan jelas dapat diidentifikasikan oleh


pemakai jasa akuntan sebagai profesional di bidang akuntansi

3) Kualitas Jasa

Terdapatnya keyakinan bahwa semua jasa yang diperoleh dari akuntan


diberikan dengan standar kinerja tertinggi

4) Kepercayaan

Pemakai jasa akuntan harus dapat merasa yakin bahwa terdapat kerangka
etika profesional yang melandasi pemberian jasa oleh akuntan
2.2 Kode Etik Akuntansi Manajemen

Kode Etik merupakan suatu pedoman bagi seseorang dalam menjalankan


profesinya secara profesional. Kode etik mengatur seseorang dalam besikap dan
berperilaku secara etis didalam suatu organisasi profesi tersebut. Perilaku
etismelibatkan pemilihan tindakan-tindakan yang benar dan sesuai serta tepat.
Tingkah laku kita mungkin benar atau salah; sesuai atau menyimpang; dan
keputusan yang kita buat dapat adil atau berat sebelah. Orang sering berbeda
pandangan terhadap arti istilah etis; tetapi tampaknya terdapat suatu prinsip umum
yang mendasari semuasistem etika. Prinsip ini diekspresikan oleh keyakinan
bahwa setiap anggota kelompok mempunyai tanggung jawab untuk kebaikan
anggota lainnya. Keinginan untuk berkorban demi kebaikan kelompoknya
merupakan inti dari tindakan yang etis. Ada sepuluh nilai inti yang diidentifikasi
menghasilkan prinsip-prinsip yang melukiskan benar dan salah dalam kerangka
umum. 10 nilai tersebut adalah :

1. Kejujuran (Honesty)
2. Integritas (Integrity)
3. Memegang Janji (Promise Keeping)
4. Kesetiaan (fidelity)
5. Keadilan (fairness)
6. Kepedulian terhadap sesama (caring for others)
7. Penghargaan kepada orang lain trespect for others)
8. Kewarganegaraan yang bertanggung jawab (responsible citizenship)
9. Pencapaian kesempurnaan (pursuit of excellence)
10. Akuntabilitas (accountibility)

2.3 Prinsip Etika Pada Kode Etik lAl

(1) Tanggung Jawab Profesi

Sebagai profesional, akuntan mempunyai tanggung jawab kepada


pengguna jasa profesional mereka. Dalam melaksanakan tanggung
jawabnya akuntan harus senantiasa menggunakan pertimbangan moral dan
profesional dalam semua kegiatan yang dilakukannya. Akuntan harus
selalu bertanggung jawab untuk bekerja sama dengan akuntan lainnya
untuk mengembangkan profesi akuntansi, memelihara kepercayaan
masyarakat, dan menjalankan tanggung jawab profesi dalam mengatur diri
sendiri
(2) Kepentingan Publik

Publik dari profesi akuntan yang terdiri dari klien, kreditor, pemerintah,
pemberi kerja, pegawai, investor, dunia bisnis dan keuangan, dan pihak
lainnya. Kepentingan publik didefinisikan sebagai kepentingan masyarakat
dan institusi yang dilayani akuntan secara keseluruhan. Ketergantungan ini
menyebabkan sikap dan tingkah laku akuntan dalam menyediakan jasanya
mempengaruhi kesejahteraan ekonomi masyarakat dan negara. Setiap
akuntan berkewajiban untuk senantiasa bertindak dalam kerangka
pelayanan kepada publik, menghormati kepercayaan publik, dan
menunjukkan komitmen atas profesionalisme. Semua akuntan mengikat
dirinya untuk menghormati kepercayaan publik. Atas kepercayaan yang
diberikan publik kepadanya, akuntan harus secara terus-menerus
menunjukkan dedikasi mereka untuk mencapai profesionalisme yang
tinggi. Dalam melaksanakan tugasnya seorang akuntan harus mengikuti
standar profesi yang dititik-beratkan pada kepentingan publik, misalnya
pada akuntansi manajemen, akuntan manajemen memberikan kontribusi
terhadap efisiensi dan efektivitas dari penggunaan sumber daya organisasi.

(3) lntegritas

Untuk memelihara dan meningkatkan kepercayaan publik, setiap akuntan


harus memenuhi tanggung jawab profesionalnya dengan integritas setinggi
mungkin. lntegritas merupakan kualitas yang melandasi kepercayaan
publik. lntegritas mengharuskan seorang akuntan untuk, antara lain,
bersikap jujur dan berterus terang tanpa harus mengorbankan rahasia
penerima jasa.Pelayanan dan kepercayaan publik tidak boleh dikalahkan
oleh keuntungan pribadi.lntegritas merupakan patokan (benchmark) bagi
akuntan dalam menguji semua keputusan yang diambilnya.

(4) Objektivitas

Prinsip objektivitas mengharuskan akuntan bersikap adil, tidak


memihak, jujur secara intelektual, tidak berprasangka atau bias, serta
bebas dari benturan kepentingan atau berada di bawah pengaruh
pihak lain.Apapun jasa atau kapasitasnya, akuntan harus melindungi
integritas pekerjaannya dan memelihara objektivitas.

(5) Kompetensi dan Kehati-hatian Profesional


Setiap akuntan harus melaksanakan jasa profesionalnya dengan
kehati-hatian, kompetensi dan ketekunan, serta mempunyai
kewajiban untuk mempertahankan pengetahuan dan keterampilan
profesional pada tingkat yang diperlukan untuk memastikan bahwa
klien atau pemberi kerja memperoleh matifaat dari jasa profesional
yang kompeten berdasarkan perkembangan praktik, legislasi dan
teknik yang paling mutakhir.

(6) Kerahasiaan

Setiap akuntan harus menghormati kerahasiaan informasi yang


diperoleh selama melakukan jasa profesional dan tidak boleh
memakai atau mengungkapkan informasi tersebut tanpa persetujuan,
kecuali bila ada hak atau kewajiban profesional atau hukum untuk
mengungkapkannya.

(7) Perilaku Profesional

Akuntan berkewajiban menjauhi tingkah laku yang dapat


mendiskreditkan profesi.

(8) Standar Teknis

Setiap akuntan harus melaksanakan jasa profesionalnya sesuai dengan


standar teknis dan standar proesional yang relevan. Standar teknis dan
standar profesional yang harus ditaati akuntan adalah standar yang
dikeluarkan oleh lkatan Akuntan lndonesia, lnternational Federation of
Accountants, badan pengatur, dan peraturan perundang-undangan yang
relevan.

2.4 Standar Etika Akuntansi Manajemen

Profesi Akuntan Manajemen sendiri di lndonesia memiliki organisasi


bernama lnstitut Akuntan Manajemen lndonesia yang mengatur para
akuntan manajemen profesional. lMA (lnstitute of Management
Accountants) mengeluarkan suatu pernyataan tentang standar perilaku etis
untuk akuntan manajemen. Standar tersebut adalah sebagai berikut:

1. Kompetensi

a. Menjaga tingkat kompetensi profesional yang memadai dengan


meningkatkan kemampuan dan pengetahuan secara
berkesinambungan.

b. Melaksanakan tanggung jawab profesional sesuai dengan


hukum, aturan dan standar teknis yang berlaku.

c. Menyiapkan laporan dan rekomendasi yang jelas dengan


melakukan analisa yang memadai atas informasi yang relevan
dan dapat dipercaya.

2. Kerahasiaan

a. Tidak membocorkan rahasia yang didapat dari pelaksanaan


pekerjaan kecuali diijinkan atau secara hukum wajib
dilakukan.

b. Memberitahukan kepada bawahan secara memadai tentang


kerahasian informasi dan mengawasi kegiatan mereka untuk
menjaga kerahasiaan.

c. Mencegah penggunaan informasi yang diperoleh untuk


memperoleh keuntungan yang tidak etis atau legal baik untuk
pribadi atau pihak ketiga.

3. lntegritas

a. Menghindari dan memperingati kemungkinan adanya konflik


kepentingan.

b. Tidak melibatkan diri kedalam kegiatan dimana kewajiban


pelaksanaannya disangsikan.

c. Menolak segala hadiah yang dapat mempengaruhi tindakan


mereka.

d. Mencegah keterlibatan kegiatan yang dapat menganggu


pencapaian tujuan perusahaan yang etis dan sah.

e. Mengkomunikasikan informasi sesuai yang didapat dalam


pelaksanaan pekerjaan baik itu menguntungkan atau tidak.
f. Mencegah melibatkan diri dalam kegiatan yang dapat
mendiskreditkan profesi.

4. Objektivitas

a. Mengkomunikasikan informasi secara objektif dan adil.

b. Mengungkapkan secara utuh seluruh informasi yang relevan


atas laporan, komentar, dan rekomendasi yang dapat
mempengaruhi pemahaman penggunanya.

5. Resolusi konfik etika

Dalam pelaksanaan standar perilaku etis, akuntan manajemen


mungkin menghadapi masalah dalam mengidentifikasi perilaku
yang tidak etis, atau dalam meyelesaikan konflik

2.5 Etika dalam Akuntansi Manajemen


Akuntansi manajemen adalah disiplin ilmu yang berkenaan dengan
penggunaan informasi akuntansi oleh para manajemen dan pihak-pihak internal
lainnya untuk keperluan penghitungan biaya produk, perencanaan, pengendalian
dan evaluasi, serta pengambilan keputusan.
Tanggung jawab yang dimiliki oleh seorang akuntan manajemen lebih luas
dibandingkan tanggung jawab seorang akuntan keuangan, yaitu:
a) Perencanaan
Perencanaan adalah salah satu tanggung jawab yang dimiliki oleh
seorang akuntan manajemen yang lebih luas dibandingkan tanggung jawab
seorang akuntan keuangan. Seorang akuntan manajemen bertanggung
jawab dalam perencanaan, penyusunan, dan partisipasi dalam
pengembangan sistem perencanaan serta penetapan sasaran yang
diharapkan. Selain itu, akuntan manajemen juga bertanggung jawab dalam
memilih cara-cara yang tepat untuk memonitor kemajuan dalam
pencapaian sasaran.
Seorang akuntan manajemen bertanggung jawab dalam perencanaan,
penyusunan, dan partisipasi dalam pengembangan sistem perencanaan
serta penetapan sasaran yang diharapkan. Selain itu, akuntan manajemen
juga bertanggung jawab dalam memilih cara-cara yang tepat untuk
memonitor kemajuan dalam pencapaian sasaran. Sementara itu, tanggung
jawab seorang akuntan keuangan lebih terfokus pada penyusunan laporan
keuangan perusahaan secara integral untuk digunakan oleh pihak internal
dan eksternal dalam pengambilan keputusan, serta memastikan kepatuhan
terhadap prinsip akuntansi yang berlaku dan menjaga kepatuhan terhadap
peraturan dan standar yang berlaku. Dalam hal ini, perencanaan
merupakan salah satu aspek penting dalam tanggung jawab seorang
akuntan manajemen, karena perencanaan yang baik akan membantu
perusahaan mencapai tujuan dan sasaran yang diharapkan. Sedangkan
tanggung jawab seorang akuntan keuangan lebih terfokus pada
penyusunan laporan keuangan dan kepatuhan terhadap prinsip akuntansi
yang berlaku.

b) Pengevaluasian
Tanggung jawab seorang akuntan manajemen dalam
pengevaluasian lebih luas dibandingkan dengan tanggung jawab seorang
akuntan keuangan. Seorang akuntan manajemen bertanggung jawab dalam
memilih cara-cara yang tepat untuk memonitor kemajuan dalam
pencapaian sasaran, yang meliputi evaluasi kinerja, analisis varian, dan
perumusan rencana perbaikan.
Selain itu, akuntan manajemen juga terlibat dalam pengembangan sistem
evaluasi kinerja dan pengukuran kinerja yang komprehensif untuk
mendukung pengambilan keputusan manajerial yang efektif.
Di sisi lain, tanggung jawab seorang akuntan keuangan lebih terfokus pada
penyusunan laporan keuangan perusahaan secara integral untuk digunakan
oleh pihak internal dan eksternal dalam pengambilan keputusan, serta
memastikan kepatuhan terhadap prinsip akuntansi yang berlaku dan
menjaga kepatuhan terhadap peraturan dan standar yang berlaku.
Dengan demikian, pengevaluasian kinerja dan pengukuran kinerja
merupakan aspek penting dalam tanggung jawab seorang akuntan
manajemen, karena hal ini membantu dalam memastikan pencapaian
sasaran perusahaan dan pengambilan keputusan yang efektif. Sementara
itu, tanggung jawab seorang akuntan keuangan lebih terfokus pada
penyusunan laporan keuangan dan kepatuhan terhadap prinsip akuntansi
yang berlaku.
c) Pengendalian
Tanggung jawab seorang akuntan manajemen dalam pengendalian
lebih luas dibandingkan dengan tanggung jawab seorang akuntan
keuangan. Seorang akuntan manajemen bertanggung jawab dalam
mengembangkan sistem pengendalian manajemen yang meliputi
perencanaan, pengendalian, dan evaluasi kinerja organisasi serta
memastikan bahwa sumber daya perusahaan digunakan secara efisien dan
efektif.
Selain itu, akuntan manajemen juga terlibat dalam pengembangan sistem
evaluasi kinerja dan pengukuran kinerja yang komprehensif untuk
mendukung pengambilan keputusan manajerial yang efektif.
Di sisi lain, tanggung jawab seorang akuntan keuangan lebih terfokus pada
penyusunan laporan keuangan perusahaan secara integral untuk digunakan
oleh pihak internal dan eksternal dalam pengambilan keputusan, serta
memastikan kepatuhan terhadap prinsip akuntansi yang berlaku dan
menjaga kepatuhan terhadap peraturan dan standar yang berlaku.
Dengan demikian, pengendalian manajemen merupakan aspek penting
dalam tanggung jawab seorang akuntan manajemen, karena hal ini
membantu dalam memastikan efisiensi dan efektivitas penggunaan sumber
daya perusahaan serta mendukung pengambilan keputusan manajerial
yang tepat. Sementara itu, tanggung jawab seorang akuntan keuangan
lebih terfokus pada penyusunan laporan keuangan dan kepatuhan terhadap
prinsip akuntansi yang berlaku.
d) Menjamin pertanggungjawaban sumber
Tanggung jawab yang dimiliki oleh seorang akuntan manajemen
lebih luas dibandingkan dengan tanggung jawab seorang akuntan
keuangan dalam menjamin pertanggungjawaban sumber. Seorang akuntan
manajemen bertanggung jawab dalam mengimplementasikan suatu sistem
pelaporan yang disesuaikan dengan pusat-pusat pertanggungjawaban
dalam suatu organisasi, sehingga sistem pelaporan tersebut dapat
memastikan pertanggungjawaban sumber yang efektif.
Hal ini melibatkan pengendalian yang ketat terhadap informasi finansial
yang berhubungan dengan aktivitas organisasi dan sumber-sumbernya,
serta memonitor dan mengukur prestasi, dan mengadakan tindakan koreksi
yang diperlukan untuk mengembalikan kegiatan pada cara-cara yang
diharapkan.
Di sisi lain, tanggung jawab seorang akuntan keuangan lebih terfokus pada
penyusunan laporan keuangan perusahaan secara integral untuk digunakan
oleh pihak internal dan eksternal dalam pengambilan keputusan, serta
memastikan kepatuhan terhadap prinsip akuntansi yang berlaku dan
menjaga kepatuhan terhadap peraturan dan standar yang berlaku.
Dengan demikian, tanggung jawab seorang akuntan manajemen dalam
menjamin pertanggungjawaban sumber melibatkan implementasi sistem
pelaporan yang disesuaikan dengan pusat-pusat pertanggungjawaban
dalam organisasi, sementara tanggung jawab seorang akuntan keuangan
lebih terfokus pada penyusunan laporan keuangan dan kepatuhan terhadap
prinsip akuntansi yang berlaku.

e) Pelaporan eksternal
Berdasarkan informasi yang ditemukan, tanggung jawab seorang
akuntan manajemen dalam pelaporan eksternal lebih luas dibandingkan
dengan tanggung jawab seorang akuntan keuangan. Seorang akuntan
manajemen memiliki tanggung jawab dalam mengembangkan prinsip-
prinsip akuntansi yang mendasari pelaporan eksternal, serta berpartisipasi
dalam proses pengembangan prinsip-prinsip tersebut.
Hal ini menunjukkan bahwa akuntan manajemen terlibat dalam proses
pengembangan prinsip-prinsip akuntansi yang menjadi dasar dari
pelaporan eksternal.
Di sisi lain, tanggung jawab seorang akuntan keuangan lebih terfokus pada
penyusunan laporan keuangan perusahaan secara integral untuk digunakan
oleh pihak internal dan eksternal dalam pengambilan keputusan, serta
memastikan kepatuhan terhadap prinsip akuntansi yang berlaku dan
menjaga kepatuhan terhadap peraturan dan standar yang berlaku.
Dengan demikian, tanggung jawab seorang akuntan manajemen dalam
pelaporan eksternal mencakup keterlibatan dalam pengembangan prinsip-
prinsip akuntansi yang mendasari pelaporan eksternal, sementara tanggung
jawab seorang akuntan keuangan lebih terfokus pada penyusunan laporan
keuangan dan kepatuhan terhadap prinsip akuntansi yang berlaku.

2.6 Aturan Bertindak bagi Akuntan Manajemen


Standard Kode Etik untuk praktisi Akuntan Manajemen dan Manajemen
Keuangan dibagi menjadi dua bagian:

1) Berisi tuntunan untuk berperilaku etis.


2) Berisi panduan khusus bagaimana cara seseorang mencari bukti perilaku
tidak etis dalam organisasi. Apabila kode etik tidak dipatuhi maka
mengakibatkan bisnis terganggu.

2.7 Akuntan Manajemen Bersertifikat

Akuntan manajemen yang memenuhi kualifikasi tertentu dan lolos dalam


ujian professional memiliki hak untuk menyandang gelar Akuntan Manajemen
Bersertifikat (Certified Management Accountant – CMA).

2.8 Contoh Kasus Etika Akuntansi Manajemen


1. Kasus PT. Asian Agri
Asian Agri adalah perusahaan yang berbasis di Indonesia dengan
pengelolaan perusahaan kelapa sawit berkelas dunia. Asian Agri merupakan salah
satu produsen minyak kelapa sawit terbesar di Asia dengan kapasitas produksi per
tahun mencapi 1 jutaton. Saat ini, Asian Agri mengelola 28 perkebunan minyak
kelapa sawit dan 19 pabrik pengilangan minyak kelapa sawit dengan wilayah
operasional yang berada di tiga provinsi di pulau Sumatra, Indonesia. Asian Agri
menerapkan kebijakan anti pembakaran lahan, manajemen pengendalianhama
yang terintegrasi, pelestarian kelembapan tanah dan praktik'praktik
ramahlingkungan lainnya. Asian Agri yakin dapat melaksanakan prinsip'prinsip
kelapa sawit lestari (sustainable palm oil) dalam operasionalnya, yaitu
menerapkan standar kerja tertinggi, menjaga hubungan baik dengan masyarakat
sekitar, dan melaksanakan sistem manajemen lingkungan. Petani plasma sebagai
rekan Asian Agri, memegang peranan penting dalam kegiatan bisnis Asian Agri,
dimana kunci kesuksesanya terletak pada komunikasi dan kerjasama yang
berkelanjutan.
Dalam menjalankan kegiatan operasi perusahaan, akuntan manajemen PT.
Asian Agri group telah menggelapkan pajak yang harusnya menjadi penerimaan
negara. Akibatnya, negara mengalami kerugian sebesar Rp. 1,3 Triliun atas kasus
ini pada tahun 2002 - 2006. Penggelapan pajak ini dilakukan melalui - modus,
yakni biaya fiktif, transfer hedging fiktif, dan transfer pricing. Dengan adanya
kasus ini, hal ini membuktikan bahwa akuntan manajemen yang dimiliki oleh PT.
Asian Agri group tidak menanamkan kode etik akuntan manajemen dalam
menjalankan perusahaannya.

2. Kasus PT. KAI


PT KERETA API INDONESIA (PT KAI) terdeteksi adanya kecurangan
dalam penyajian laporan keuangan. Ini merupakan suatu bentuk penipuan yang
dapat menyesatkan investor dan stakeholder lainnya. Kasus ini juga berkaitan
dengan masalah pelanggaran kode etik profesi akuntansi. Diduga terjadi
manipulasi data dalam laporan keuangan PT KAI tahun 2005, perusahaan BUMN
itu dicatat meraih keutungan sebesar Rp 6,9 Miliar. Padahal apabila diteliti dan
dikaji lebih rinci, perusahaan justru menderita kerugian sebesar Rp. 63 Miliar.
Komisaris PT KAI Hekinus Manao yang juga sebagai Direktur Informasi dan
Akuntansi Direktorat Jenderal Perbendaharaan Negara Departemen Keuangan
mengatakan, laporan keuangan itu telah diaudit oleh Kantor Akuntan Publik S.
Manan. Audit terhadap laporan keuangan PT KAI untuk tahun 2003 dan tahun-
tahun sebelumnya dilakukan oleh Badan Pemeriksan Keuangan (BPK), sedangkan
untuk tahun 2004 diaudit oleh BPK dan akuntan publik. Hasil audit tersebut
kemudian diserahkan Direksi PT KAI untuk disetujui sebelum disampaikan dalam
Rapat Umum Pemegang Saham, dan Komisaris PT KAI yaitu Hekinus Manao
menolak menyetujui laporan keuangan PT KAI tahun 2005 yang telah diaudit oleh
akuntan publik. Setelah hasil audit diteliti dengan seksama, ditemukan adanya
kejanggalan dari laporan keuangan PT KAI tahun 2005 sebagai berikut:

1. Pajak pihak ketiga sudah tiga tahun tidak pernah ditagih, tetapi dalam
laporan keuangan itu dimasukkan sebagai pendapatan PT KAI selama
tahun 2005. Kewajiban PT KAI untuk membayar surat ketetapan pajak
(SKP) pajak pertambahan nilai (PPN) sebesar Rp 95,2 Miliar yang
diterbitkan oleh Direktorat Jenderal Pajak pada akhir tahun 2003 disajikan
dalam laporan keuangan sebagai piutang atau tagihan kepada beberapa
pelanggan yang seharusnya menanggung beban pajak itu. Padahal
berdasarkan Standar Akuntansi, pajak pihak ketiga yang tidak pernah
ditagih itu tidak bisa dimasukkan sebagai aset. Di PT KAI ada kekeliruan
direksi dalam mencatat penerimaan perusahaan selama tahun 2005.

2. Penurunan nilai persediaan suku cadang dan perlengkapan sebesar


Rp24 Miliar yang diketahui pada saat dilakukan inventarisasi tahun
2002 diakui manajemen PT KAI sebagai kerugian secara bertahap
selama lima tahun. Pada akhir tahun 2005 masih tersisa saldo
penurunan nilai yang belum dibebankan sebagai kerugian sebesar
Rp. 6 Miliar, yang seharusnya dibebankan seluruhnya dalam tahun
2005.

3. Bantuan pemerintah yang belum ditentukan statusnya dengan


modal total nilai kumulatif sebesar Rp. 674,5 Miliar dan penyertaan
modal negara sebesar Rp70 Miliar oleh manajemen PT KAI
disajikan dalam neraca per 31 Desember 2005 sebagai bagian dari
hutang.

4. Manajemen PT KAI tidak melakukan pencadangan kerugian


terhadap kemungkinan tidak tertagihnya kewajiban pajak yang
seharusnya telah dibebankan kepada pelanggan pada saat jasa
angkutannya diberikan PT KAI tahun 1998 sampai 2003.

Dari kasus-kasus tersebut, dapat dilihat bagaimana penerapan etika dalam praktik
akuntansi manajemen menjadi krusial dalam menjaga integritas, kejujuran, dan
profesionalisme dalam menjalankan tugas. Melalui analisis kasus-kasus tersebut,
dapat dipahami bagaimana pentingnya mematuhi kode etik dan prinsip-prinsip
etika dalam menjalankan profesi akuntansi manajemen.
Daftar Pustaka

http://www.iaiglobal.or.id/tentang_iai.php?id=18

http://ade-hsl.blogspot.com/2009/11/etika-bisnis-dan-profesional-akuntan.html

http://www.direct.gov.uk/en/Employment/ResolvingWorkplaceDisputes/
Whistleblowingintheworkpl ace/DG_175821

http://www.ehow.com/how-does_4571925_why-ethics-

important-accounting.html

http://www.ehow.com/about_4828564_ethical-issues-

facing-accountants.html

http://acct.tamu.edu/smith/ethics/ethics.htm

https://www.coursehero.com/file/47930003/ETIKA-

DALAM-PRAKTIK-AKUNTANSI-MANAJEMEN-

DAN-AKUNTANSI-KEUANGANdocx/

https://www.scribd.com/doc/267917547/Kasus-

Pelanggaran-Etika-Profesi-Akuntansi-Manajemen

Albrecht, dkk. (2006), Second Edition. Fraud Examination. Canada:


Thomson South-Western.

Arens, A.A, Elder, R, J. A and Beasley, M.S. 2008. Auditing and


Assurance Service : An Intergrated Approach. Twelfth Edition. Prentice
Hall. New Jersey.
Materi Kuliah Sukrisno Agoes dalam PPA FE Unpar 2011

Tuanakotta, Theodorus M. (2007). Akuntansi Forensik dan Audit


Investigatif. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas
Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai