Anda di halaman 1dari 17

Rumusan Masalah

1. Pengertian Etika Profesi Akuntan

2. Macam-Macam Profesi Akuntan

3. prinsip-prinsip Etika Profesi Akuntansi


4. Tantangan Menerapkan etika Akuntansi

https://ppmschool.ac.id/etika-akuntansi/
https://stiepena.ac.id/wp-content/uploads/2012/02/pena-fokus-vol-2-no-1.pdf
https://www.jurnal.id/id/blog/prinsip-dasar-etika-profesi-akuntansi/

A. PENGERTIAN ETIKA PROFESI AKUNTAN


Pengertian etika akuntansi adalah seperangkat nilai, prinsip, dan standar moral yang harus

diterapkan oleh para akuntan dalam melaksanakan tugas mereka. Etika akuntansi melibatkan

kejujuran, integritas, objektivitas, dan profesionalisme dalam pengambilan keputusan, pelaporan

keuangan, dan audit. Etika akuntansi juga mencakup kewajiban akuntan terhadap masyarakat,

investor, pemegang saham, dan semua pihak yang bergantung pada informasi keuangan yang

dihasilkan.

Etika sebagai salah satu unsur utama dari profesi menjadi landasan bagi akuntan dalam

menjalankan kegiatan profesional. Akuntan memiliki tanggung jawab untuk bertindak sesuai

dengan kepentingan publik. Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) sebagai organisasi akuntan di

Indonesia telah memiliki Kode Etik IAI yang merupakan amanah dari AD/ART IAI dan

peraturan yang berlaku, yaitu Keputusan Menteri Keuangan No. 263/KMK.01/2014 tentang

Penetapan Ikatan Akuntan Indonesia sebagai Organisasi Profesi Akuntan. Kode etik tersebut
perlu untuk dimutakhirkan dengan perkembangan saat ini dan ketentuan kode etik akuntan

profesional yang berlaku secara internasional.

Ciri pembeda profesi akuntansi adalah kesediaannya menerima tanggung jawab untuk

bertindak bagi kepentingan publik. Oleh karena itu, tanggung jawab Akuntan Profesional tidak

hanya terbatas pada kepentingan klien atau pemberi kerja. Dalam bertindak bagi kepentingan

publik, Akuntan Profesional memerhatikan dan mematuhi ketentuan kode etik ini.

Tujuan utama etika akuntansi adalah menjaga integritas, keandalan, dan kualitas informasi

keuangan yang dihasilkan oleh akuntan. Etika akuntansi bertujuan untuk melindungi kepentingan

publik, memastikan keadilan dalam pelaporan keuangan, mencegah penipuan, dan membangun

kepercayaan masyarakat terhadap profesi akuntansi. Dengan menerapkan prinsip-prinsip etika

akuntansi, diharapkan dapat menciptakan lingkungan bisnis yang transparan dan berintegritas.

Menerapkan Etika Akuntansi Indonesia memiliki manfaat yang signifikan, baik bagi para
akuntan maupun bagi masyarakat secara umum. Beberapa manfaat utama termasuk:

1. Meningkatkan Kepercayaan: Etika Akuntansi Indonesia memainkan peran kunci dalam


membangun kepercayaan antara akuntan dan klien. Dengan mematuhi prinsip-prinsip
etika, para akuntan dapat memperoleh kepercayaan klien dan masyarakat, yang sangat
penting untuk mempertahankan hubungan bisnis yang sehat dan berkelanjutan.
2. Meningkatkan Kredibilitas Profesi: Dengan mematuhi etika akuntansi, para akuntan
dapat meningkatkan kredibilitas profesi akuntansi di Indonesia. Ketika masyarakat
melihat bahwa para akuntan bertindak dengan integritas dan profesionalisme, mereka
akan memiliki kepercayaan yang lebih besar pada informasi keuangan yang disajikan
oleh para akuntan.
3. Melindungi Kepentingan Klien: Etika Akuntansi Indonesia juga berfungsi untuk
melindungi kepentingan klien. Dengan menjaga kerahasiaan informasi klien dan
menyajikan laporan keuangan yang akurat, para akuntan dapat memberikan perlindungan
kepada klien mereka dari penyalahgunaan atau penipuan.
4. Mendorong Pertumbuhan Bisnis: Praktik akuntansi yang etis dan profesional dapat
memberikan kontribusi positif pada pertumbuhan bisnis. Informasi keuangan yang andal
dan transparan dapat membantu para pemangku kepentingan dalam mengambil
keputusan yang baik dan strategis.
5. Mendukung Pembangunan Ekonomi: Dengan adanya praktik akuntansi yang etis,
Indonesia dapat membangun reputasi yang baik dalam hal transparansi dan akuntabilitas
keuangan. Hal ini dapat menarik investasi dan mendukung pembangunan ekonomi
negara.

B. Macam-Macam Profesi Akuntan

Bidang profesi akuntan dapat digolongkan menjadi empat bagian, yaitu :

1. Akuntan Publik

Akuntan publik adalah sebuah profesi yang membuka praktik untuk melayani kebutuhan

masyarakat atau pihak-pihak yang membutuhkan keahliannya dengan menerima honor. Tugas

seorang akuntan publik, antara lain sebagai pemeriksa (audit) yang meliputi penyusunan sistem

akuntansi, memberikan penyempurnaan organisasi perusahaan, dan memberi nasihat-nasihat lain

yang berkaitan dengan masalah ekonomi perusahaan, misalnya membuat budget dan feasibility

study untuk memperoleh kredit. Setiap akuntan publik wajib menjadi anggota Institut Akuntan

Publik Indonesia (IAPI), asosiasi profesi yang diakui oleh pemerintah.

2. Akuntan Swasta

Akuntan swasta adalah akuntan yang bekerja di perusahaan-perusahaan swasta sebagai

penasihat atau pembantu tugas-tugas pemilik atau pemimpin perusahaan yang bersangkutan.

Tugas akuntan swasta adalah mengatur pencatatan, membuat laporan keuangan, dan membuat

sistem akuntansi perusahaan dan pemeriksaan intern.

3. Akuntan Pemerintah
Akuntan pemerintah adalah akuntan yang bekerja pada badan-badan pemerintah terutama

bertugas mengawasi keuangan milik negara. Badan yang sangat membutuhkan jasa akuntan

pemerintah, antara lain Badan Pemeriksa Keuangan Negara dan Direktorat Akuntan Negara.

4. Akuntan Pendidik

Akuntan pendidik adalah akuntan yang menjadi tenaga pengajar di perguruan tinggi dan

bertugas mengembangkan pendidikan akuntansi. Mereka umumnya tidak semata-mata mengajar,

tetapi merangkap dengan pekerjaan lain, misalnya dengan membuka praktik untuk melayani

kebutuhan masyarakat atau pihak-pihak yang membutuhkan keahliannya.

C. Prinsip-prinsip etika profesi Akuntan

1. Tanggung Jawab Profesi

Dalam melaksanakan tanggung jawabnya sebagai profesional, setiap anggota harus senantiasa

menggunakan pertimbangan moral dan profesional dalam semua kegiatan yang dilakukannya.

Sebagai profesional, anggota mempunyai peran penting dalam masyarakat. Sejalan dengan peran

tersebut, anggota mempunyai tanggung jawab kepada semua pemakai jasa profesional mereka.

Anggota juga harus selalu bertanggungjawab untuk bekerja sama dengan sesama anggota untuk

mengembangkan profesi akuntansi, memelihara kepercayaan masyarakat dan menjalankan

tanggung jawab profesi dalam mengatur dirinya sendiri. Usaha kolektif semua anggota

diperlukan untuk memelihara dan meningkatkan tradisi profesi. Tanggung jawab profesi dapat

diuraikan sebagai berikut:

a. Dalam melaksanakan tanggung jawabnya sebagai profesional setiap anggota harus

senantiasa menggunakan pertimbangan moral dan profesional dalam semua kegiatan yang

dilakukannya.
b. Sebagai profesional, anggota mempunyai peran penting dalam masyarakat. Sejalan dengan

peranan tersebut, anggota mempunyai tanggung jawab kepada semua pemakai jasa

profesional mereka. Anggota juga harus selalu bertanggung jawab untuk bekerja sama

dengan sesama anggota untuk mengembangkan profesi akuntansi, memelihara kepercayaan

masyarakat, dan menjalankan tanggung jawab profesi dalam mengatur dirinya sendiri.

Usaha kolektif semua anggota diperlukan untuk memelihara dan meningkatkan tradisi

profesi.

2. Kepentingan Publik

Setiap anggota berkewajiban untuk senantiasa bertindak dalam kerangka pelayanan kepada

publik, menghormati kepercayaan publik, dan menunjukan komitmen atas profesionalisme. Satu

ciri utama dari suatu profesi adalah penerimaan tanggung jawab kepada publik. Profesi akuntan

memegang peran yang penting di masyarakat, dimana publik dari profesi akuntan yang terdiri

dari klien, pemberi kredit, pemerintah, pemberi kerja, pegawai, investor, dunia bisnis dan

keuangan, dan pihak lainnya bergantung kepada obyektivitas dan integritas akuntan dalam

memelihara berjalannya fungsi bisnis secara tertib. Ketergantungan ini menimbulkan tanggung

jawab akuntan terhadap kepentingan publik. Kepentingan publik didefinisikan sebagai

kepentingan masyarakat dan institusi yang dilayani anggota secara keseluruhan. Ketergantungan

ini menyebabkan sikap dan tingkah laku akuntan dalam menyediakan jasanya mempengaruhi

kesejahteraan ekonomi masyarakat dan negara.

Kepentingan utama profesi akuntan adalah untuk membuat pemakai jasa akuntan paham

bahwa jasa akuntan dilakukan dengan tingkat prestasi tertinggi sesuai dengan persyaratan etika

yang diperlukan untuk mencapai tingkat prestasi tersebut. Dan semua anggota mengikat dirinya

untuk menghormati kepercayaan publik. Atas kepercayaan yang diberikan publik


kepadanya,anggota harus secara terus menerus menunjukkan dedikasi mereka untuk mencapai

profesionalisme yang tinggi. Untuk memelihara dan meningkatkan kepercayaan publik, setiap

anggota harus memenuhi tanggung jawab profesionalnya dengan integritas setinggi mungkin.

Kepentingan publik dapat diuraikan sebagai berikut:

a. Satu ciri utama dari suatu profesi adalah penerimaan tanggung jawab kepada publik.

Profesi akuntan memegang peranan yang penting di masyarakat, di mana publik dari

profesi akuntan yang terdiri dari klien, pemberi kredit, pemerintah, pemberi kerja, pegawai,

investor, dunia bisnis dan keuangan, dan pihak lainnya bergantung kepada obyektivitas dan

integritas akuntan dalam memelihara berjalannya fungsi bisnis secara tertib.

Ketergantungan ini menimbulkan tanggung jawab akuntan terhadap kepentingan publik.

Kepentingan publik didefinisikan sebagai kepentingan masyarakat dan institusi yang

dilayani anggota secara keseluruhan. Ketergantungan ini menyebabkan sikap dan tingkah

laku akuntan dalam menyediakan jasanya mempengaruhi kesejahteraan ekonomi

masyarakat dan negara.

b. Profesi akuntan dapat tetap berada pada posisi yang penting ini hanya dengan terus

menerus memberikan jasa yang unik ini pada tingkat yang menunjukkan bahwa

kepercayaan masyarakat dipegang teguh. Kepentingan utama profesi akuntan adalah untuk

membuat pemakai jasa akuntan paham bahwa jasa akuntan dilakukan dengan tingkat

prestasi tertinggi dan sesuai dengan persyaratan etika yang diperlukan untuk mencapai

tingkat prestasi tersebut.

c. Dalam mememuhi tanggung jawab profesionalnya, anggota mungkin menghadapi tekanan

yang saling berbenturan dengan pihak-pihak yang berkepentingan. Dalam mengatasi

benturan ini, anggota harus bertindak dengan penuh integritar, dengan suatu keyakinan
bahwa apabila anggota memenuhi kewajibannya kepada publik, maka kepentingan

penerima jasa terlayani dengan sebaik-baiknya.

d. Mereka yang memperoleh pelayanan dari anggota mengharapkan anggota untuk memenuhi

tanggung jawabnya dengan integritas, obyektivitas, keseksamaan profesional, dan

kepentingan untuk melayani publik. Anggota diharapkan untuk memberikan jasa

berkualitas, mengenakan imbalan jasa yang pantas, serta menawarkan berbagai jasa,

semuanya dilakukan dengan tingkat profesionalisme yang konsisten dengan prinsip etika

profesi ini.

e. Semua anggota mengikat dirinya untuk menghormati kepercayaan publik. Atas

kepercayaan yang diberikan publik kepadanya, anggota harus secara terus-menerus

menunjukkan dedikasi mereka untuk mencapai profesionalisme yang tinggi.

f. Tanggung jawab seorang akuntan tidak semata-mata untuk memenuhi kebutuhan klien

individual atau pemberi kerja. Dalam melaksanakan tugasnya seorang akuntan harus

mengikuti standar profesi yang dititik-beratkan pada kepentingan publik, misalnya:

1) Auditor independen membantu memelihara integritas dan efisiensi dari laporan

keuangan yang disajikan kepada lembaga keuangan untuk mendukung pemberian

pinjaman dan kepada pemegang saham untuk memperoleh modal;

2) Eksekutif keuangan bekerja di berbagai bidang akuntansi manajemen dalam organisasi

dan memberikan kontribusi terhadap efisiensi dan efektivitas dari penggunaan sumber

daya organisasi;

3) Auditor intern memberikan keyakinan tentang sistem pengendalian internal yang baik

untuk meningkatkan keandalan informasi keuangan dari pemberi kerja kepada pihak

luar.
4) Ahli pajak membantu membangun kepercayaan dan efisiensi serta penerapan yang adil

dari sistem pajak; dan

5) Konsultan manajemen mempunyai tanggung jawab terhadap kepentingan umum dalam

membantu pembuatan keputusan manajemen yang baik.

3. Integritas

Integritas adalah suatu elemen karakter yang mendasari timbulnya pengakuan profesional.

Integritas merupakan kualitas yang melandasi kepercayaan publik dan merupakan patokan

(benchmark) bagi anggota dalam menguji keputusan yang diambilnya. Integritas mengharuskan

seorang anggota untuk, antara lain, bersikap jujur dan berterus terang tanpa harus mengorbankan

rahasia penerima jasa. Pelayanan dan kepercayaan publik tidak boleh dikalahkan oleh

keuntungan pribadi. Integritas dapat menerima kesalahan yang tidak disengaja dan perbedaan

pendapat yang jujur, tetapi tidak menerima kecurangan atau peniadaan prinsip. Integritas dapat

diuraikan sebagai berikut:

a. Integritas adalah suatu elemen karakter yang mendasari timbulnya pengakuan profesional.

Integritas merupakan kualitas yang melandasi kepercayaan publik dan merupakan patokan

(benchmark) bagi anggota dalam menguji semua keputusan yang diambilnya.

b. Integritas mengharuskan seorang anggota untuk, antara lain, bersikap jujur dan berterus

terang tanpa harus mengorbankan rahasia penerima jasa. Pelayanan dan kepercayaan

publik tidak boleh dikalahkan oleh keuntungan pribadi. Integritas dapat menerima

kesalahan yang tidak disengaja dan perbedaan pendapat yang jujur, tetapi tidak dapat

menerima kecurangan atau peniadaan prinsip.

c. Integritas diukur dalam bentuk apa yang benar dan adil. Dalam hal tidak terdapat aturan,

standar, panduan khusus atau dalam menghadapi pendapat yang bertentangan, anggota
harus menguji keputusan atau perbuatannya dengan bertanya apakah anggota telah

melakukan apa yang seorang berintegritas akan lakukan dan apakah anggota telah menjaga

integritas dirinya. Integritas mengharuskan anggota untuk menaati baik bentuk maupun

jiwa standar teknis dan etika.

d. Integritas juga mengharuskan anggota untuk mengikuti prinsip obyektivitas dan kehati-

hatian profesional.

4. Obyektivitas

Setiap anggota harus menjaga obyektivitasnya dan bebas dari benturan kepentingan dalam

pemenuhan kewajiban profesionalnya. Obyektivitas adalah suatu kualitas yang memberikan nilai

atas jasa yang diberikan anggota. Prinsip obyektivitas mengharuskan anggota bersikap adil, tidak

memihak, jujur secara intelektual, tidak berprasangka atau bias, serta bebas dari benturan

kepentingan atau dibawah pengaruh pihak lain. Anggota bekerja dalam berbagai kapasitas yang

berbeda dan harus menunjukkan obyektivitas mereka dalam berbagai situasi. Anggota dalam

praktek publik memberikan jasa atestasi, perpajakan, serta konsultasi manajemen. Anggota yang

lain menyiapkan laporan keuangan sebagai seorang bawahan, melakukan jasa audit internal dan

bekerja dalam kapasitas keuangan dan manajemennya di industri, pendidikan, dan

pemerintah.Mereka juga mendidik dan melatih orang orang yang ingin masuk kedalam profesi.

Apapun jasa dan kapasitasnya, anggota harus melindungi integritas pekerjaannya dan

memelihara obyektivitasnya. Obyektivitas dapat diuraikan sebagai berikut:

a. Obyektivitas adalah suatu kualitas yang memberikan nilai atas jasa yang diberikan

anggota. Prinsip obyektivitas mengharuskan anggota bersikap adil, tidak memihak, jujur
secara intelektual, tidak berprasangka atau bias, serta bebas dari benturan kepentingan atau

berada di bawah pengaruh pihak lain.

b. Anggota bekerja dalam berbagai kapasitas yang berbeda dan harus menunjukkan

obyektivitas mereka dalam berbagai situasi. Anggota dalam praktik publik memberikan

jasa atestasi, perpajakan, serta konsultasi manajemen. Anggota yang lain menyiapkan

laporan keuangan sebagai seorang bawahan, melakukan jasa audit internal dan bekerja

dalam kapasitas keuangan dan manajemennya di industri, pendidikan dan pemerintahan.

Mereka juga mendidik dan melatih orang-orang yang ingin masuk ke dalam profesi.

Apapun jasa atau kapasitasnya, anggota harus melindungi integritas pekerjaannya dan

memelihara obyektivitas.

c. Dalam menghadapi situasi dan praktik yang secara spesifik berhubungan dengan aturan

etika sehubungan dengan obyektivitas, pertimbangan yang cukup harus diberikan terhadap

faktor-faktor berikut:

1) Adakalanya anggota dihadapkan kepada situasi yang memungkinkan mereka menerima

tekanan-tekanan yang diberikan kepadanya. Tekanan ini dapat mengganggu

obyektivitasnya.

2) Adalah tidak praktis untuk menyatakan dan menggambarkan semua situasi dimana

tekanan-tekanan ini mungkin terjadi. Ukuran kewajaran (reasonableness) harus

digunakan dalam menentukan standar untuk mengindentifikasi hubungan yang mungkin

atau kelihatan dapat merusak obyektivitas anggota.

3) Hubungan-hubungan yang memungkinkan prasangka, bias atau pengaruh lainnya untuk

melanggar obyektivitas harus dihindari.


4) Anggota memiliki kewajiban untuk memastikan bahwa orang-orang yang terilbat dalam

pemberian jasa profesional mematuhi prinsip obyektivitas.

5) Anggota tidak boleh menerima atau menawarkan hadiah atau entertainment yang

dipercaya dapat menimbulkan pengaruh yang tidak pantas terhadap pertimbangan

profesional mereka atau terhadap orang-orang yang berhubungan dengan mereka.

Anggota harus menghindari situasi-situasi yang dapat membuat posisi profesional

mereka ternoda.

5. Kompetensi dan Kehati-hatian Profesional

Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya dengan berhati-hati, kompetensi dan

ketekunan, serta mempunyai kewajiban untuk mempertahankan pengetahuan dan keterampilan

profesional pada tingkat yang diperlukan untuk memastikan bahwa klien atau pemberi kerja

memperoleh manfaat dari jasa profesional dan teknik yang paling mutakhir. Hal ini mengandung

arti bahwa anggota mempunyai kewajiban untuk melaksanakan jasa profesional dengan

sebaikbaiknya sesuai dengan kemampuannya, demi kepentingan pengguna jasa dan konsisten

dengan tanggung jawab profesi kepada publik. Kompetensi diperoleh melalui pendidikan dan

pengalaman. Anggota seharusnya tidak menggambarkan dirinya memiliki keahlian atau

pengalaman yang tidak mereka miliki. Kompetensi menunjukkan terdapatnya pencapaian dan

pemeliharaan suatu tingkat pemahaman dan pengetahuan yang memungkinkan seorang anggota

untuk memberikan jasa dengan kemudahan dan kecerdikan. Dalam hal penugasan profesional

melebihi kompetensi anggota atau perusahaan, anggota wajib melakukan konsultasi atau

menyerahkan klien kepada pihak lain yang lebih kompeten. Setiap anggota bertanggung jawab

untuk menentukan kompetensi masing masing atau menilai apakah pendidikan, pedoman dan
pertimbangan yang diperlukan memadai untuk bertanggung jawab yang harus dipenuhinya.

Kompetensi dan Kehati-hatian Profesional dapat diuraikan sebagai berikut:

a. Kehati-hatian profesional mengharuskan anggota untuk memenuhi tanggung jawab

profesionalnya dengan kompetensi dan ketekunan. Hal ini mengandung arti bahwa anggota

mempunyai kewajiban untuk melaksanakan jasa profesional dengan sebaik-baiknya sesuai

dengan kemampuannya, demi kepentingan pengguna jasa dan konsisten dengan tanggung

jawab profesi kepada publik.

b. Kompetensi diperoleh melalui pendidikan dan pengalaman. Anggota seyogyanya tidak

menggambarkan dirinya memiliki keahlian atau pengalaman yang tidak mereka punyai.

Dalam semua penugasan dan dalam semua tanggung jawabnya, setiap anggota harus

melakukan upaya untuk mencapai tingkatan kompetensi yang akan meyakinkan bahwa

kualitas jasa yang diberikan memenuhi tingkatan profesionalisme tinggi seperti disyaratkan

oleh Prinsip Etika. Kompetensi profesional dapat dibagi menjadi 2 (dua) fase yang terpisah

1) Pencapaian Kompetensi Profesional. Pencapaian kompetensi profesional pada awalnya

memerlukan standar pendidikan umum yang tinggi, diikuti oleh pendidikan khusus,

pelatihan dan ujian profesional dalam subyek-subyek yang relevan, dan pengalaman

kerja. Hal ini harus menjadi pola pengembangan yang normal untuk anggota.

2) Pemeliharaan Kompetensi Profesional.

a) Kompetensi harus dipelihara dan dijaga melalui komitmen untuk belajar dan

melakukan peningkatan profesional secara berkesinambungan selama kehidupan

profesional anggota.
b) Pemeliharaan kompetensi profesional memerlukan kesadaran untuk terus mengikuti

perkembangan profesi akuntansi, termasuk di antaranya pernyataan-pernyataan

akuntansi, auditing dan peraturan lainnya, baik nasional maupun internasional yang

relevan.

c) Anggota harus menerapkan suatu program yang dirancang untuk memastikan

terdapatnya kendali mutu atas pelaksanaan jasa profesional yang konsisten dengan

standar nasional dan internasional.

c. Kompetensi menunjukkan terdapatnya pencapaian dan pemeliharaan suatu tingkatan

pemahaman dan pengetahuan yang memungkinkan seorang anggota untuk memberikan

jasa dengan kemudahan dan kecerdikan. Dalam hal penugasan profesional melebihi

kompetensi anggota atau perusahaan, anggota wajib melakukan konsultasi atau

menyerahkan klien kepada pihak lain yang lebih kompeten. Setiap anggota bertanggung

jawab untuk menentukan kompetensi masing-masing atau menilai apakah pendidikan,

pengalaman dan pertimbangan yang diperlukan memadai untuk tanggung jawab yang

harus dipenuhinya.

d. Anggota harus tekun dalam memenuhi tanggung jawabnya kepada penerima jasa dan

publik. Ketekunan mengandung arti pemenuhan tanggung jawab untuk memberikan jasa

dengan segera dan berhati-hati, sempurna dan mematuhi standar teknis dan etika yang

berlaku.

e. Kehati-hatian profesional mengharuskan anggota untuk merencanakan dan mengawasi

secara seksama setiap kegiatan profesional yang menjadi tanggung jawabnya.

6. Kerahasiaan
Setiap anggota harus menghormati kerahasiaan informasi yang diperoleh selama melakukan

jasa profesional dan tidak boleh memakai atau mengungkapkan informasi tersebut tanpa

persetujuan, kecuali bila ada hak atau kewajiban profesional atau hukum untuk

mengungkapkannya. Kepentingan umum dan profesi menuntut bahwa standar profesi yang

berhubungan dengan kerahasiaan didefinisikan bahwa terdapat panduan mengenai sifat sifat dan

luas kewajiban kerahasiaan serta mengenai berbagai keadaan di mana informasi yang diperoleh

selama melakukan jasa profesional dapat atau perlu diungkapkan. Anggota mempunyai

kewajiban untuk menghormati kerahasiaan informasi tentang klien atau pemberi kerja yang

diperoleh melalui jasa profesional yang diberikannya. Kewajiban kerahasiaan berlanjut bahkan

setelah hubungan antar anggota dan klien atau pemberi jasa berakhir.

a. Anggota mempunyai kewajiban untuk menghormati kerahasiaan informasi tentang klien

atau pemberi kerja yang diperoleh melalui jasa profesional yang diberikannya. Kewajiban

kerahasiaan berlanjut bahkan setelah hubungan antara anggota dan klien atau pemberi kerja

berakhir.

b. Kerahasiaan harus dijaga oleh anggota kecuali jika persetujuan khusus telah diberikan atau

terdapat kewajiban legal atau profesional untuk mengungkapkan informasi.

c. Anggota mempunyai kewajiban untuk memastikan bahwa staf di bawah pengawasannya

dan orang-orang yang diminta nasihat dan bantuannya menghormati prinsip kerahasiaan.

d. Kerahasiaan tidaklah semata-mata masalah pengungkapan informasi. Kerahasiaan juga

mengharuskan anggota yang memperoleh informasi selama melakukan jasa profesional

tidak menggunakan atau terlihat menggunakan informasi tersebut untuk keuntungan

pribadi atau keuntungan pihak ketiga.


e. Anggota yang mempunyai akses terhadap informasi rahasia tentang penerima jasa tidak

boleh mengungkapkannya ke publik. Karena itu, anggota tidak boleh membuat

pengungkapan yang tidak disetujui (unauthorized disclosure) kepada orang lain. Hal ini

tidak berlaku untuk pengungkapan informasi dengan tujuan memenuhi tanggung jawab

anggota berdasarkan standar profesional.

f. Kepentingan umum dan profesi menuntut bahwa standar profesi yang berhubungan dengan

kerahasiaan didefinisikan dan bahwa terdapat panduan mengenai sifat dan luas kewajiban

kerahasiaan serta mengenai berbagai keadaan di mana informasi yang diperoleh selama

melakukan jasa profesional dapat atau perlu diungkapkan. Berikut ini adalah contoh hal-

hal yang harus dipertimbangkan dalam menentukan sejauh mana informasi rahasia dapat

diungkapkan :

1) Apabila pengungkapan diizinkan. Jika persetujuan untuk mengungkapkan diberikan

oleh penerima jasa, kepentingan semua pihak termasuk pihak ketiga yang

kepentingannya dapat terpengaruh harus dipertimbangkan.

2) Pengungkapan diharuskan oleh hukum. Beberapa contoh di mana anggota diharuskan

oleh hukum untuk mengungkapkan informasi rahasia adalah :

a) untuk menghasilkan dokumen atau memberikan bukti dalam proses hukum; dan

b) untuk mengungkapkan adanya pelanggaran hukum kepada publik.

3) Ketika ada kewajiban atau hak profesional untuk mengungkapkan :

a) untuk mematuhi standar teknis dan aturan etika; pengungkapan seperti itu tidak

bertentangan dengan prinsip etika ini;

b) untuk melindungi kepentingan profesional anggota dalam sidang pengadilan;


c) untuk menaati penelaahan mutu (atau penelaahan sejawat) IAI atau badan profesional

lainnya;.dan

d) untuk menanggapi permintaan atau investigasi oleh IAI atau badan pengatur.

7. Perilaku Profesional

Setiap anggota harus berperilaku yang konsisten dengan reputasi profesi yang baik dan

menjauhi tindakan yang dapat mendiskreditkan profesi. Kewajiban untuk menjauhi tingkah laku

yang dapat mendiskreditkan profesi harus dipenuhi oleh anggota sebagai perwujudan tanggung

jawabnya kepada penerima jasa, pihak ketiga, anggota yang lain, staf, pemberi kerja dan

masyarakat umum. Perilaku Profesional merupakan kewajiban untuk menjauhi tingkah laku yang

dapat mendiskreditkan profesi harus dipenuhi oleh anggota sebagai perwujudan tanggung

jawabnya kepada penerima jasa, pihak ketiga, anggota yang lain, staf, pemberi kerja dan

masyarakat umum.

8. Standar Teknis

Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya sesuai dengan standar teknis dan

standar profesional yang relevan. Sesuai dengan keahliannya dan dengan berhati-hati, anggota

mempunyai kewajiban untuk melaksanakan penugasan dari penerima jasa selama penugasan

tersebut sejalan dengan prinsip integritas dan obyektivitas. Standar teknis dan standar

professional yang harus ditaati anggota adalah standar yang dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan

Indonesia. Internasional Federation of Accountants, badan pengatur, dan pengaturan perundang-

undangan yang relevan. Standar Teknis merupakan Standar teknis dan standar profesional yang

harus ditaati anggota adalah standar yang dikeluarkan oleh lkatan Akuntan Indonesia,

International Federation of Accountants, badan pengatur, dan peraturan perundang-undangan

yang relevan.
D. Tantangan dalam Menerapkan Etika Akuntansi

Menerapkan Etika Akuntansi Indonesia dapat menjadi tantangan bagi para akuntan. Beberapa tantangan yang
mungkin dihadapi meliputi:

1. Konflik Kepentingan: Akuntan sering kali berhadapan dengan situasi di mana kepentingan klien
bertentangan dengan prinsip etika yang harus diikuti. Dalam situasi ini, akuntan harus mampu
membuat keputusan yang adil dan mempertahankan integritas mereka.
2. Tekanan Eksternal: Akuntan juga dapat menghadapi tekanan dari pihak luar, seperti manajemen
perusahaan atau klien, yang mendorong mereka untuk melanggar prinsip etika demi keuntungan
pribadi atau organisasi. Akuntan harus memiliki keberanian dan kekuatan moral untuk menolak
tekanan tersebut dan tetap mematuhi etika.
3. Kompleksitas Regulasi: Indonesia memiliki peraturan yang kompleks dalam bidang akuntansi. Para
akuntan harus memahami dan mematuhi peraturan ini, sambil tetap mematuhi prinsip-prinsip etika
yang lebih luas. Mengelola dan mematuhi semua peraturan ini dapat menjadi tantangan tersendiri.
4. Kurangnya Kesadaran: Beberapa akuntan mungkin tidak sepenuhnya menyadari pentingnya etika
akuntansi dan prinsip-prinsip yang harus mereka ikuti. Kurangnya kesadaran ini dapat menyebabkan
mereka melanggar etika tanpa disengaja. Edukasi dan pelatihan yang lebih baik diperlukan untuk
meningkatkan kesadaran akan pentingnya etika akuntansi.
5. Teknologi dan Etika: Perkembangan teknologi juga memunculkan tantangan baru dalam menerapkan
etika akuntansi. Misalnya, dengan kemajuan teknologi, ada risiko kebocoran data dan pelanggaran
privasi yang dapat mengancam kerahasiaan informasi klien. Akuntan perlu memastikan bahwa mereka
memahami dan mematuhi etika terkait penggunaan teknologi dalam praktik akuntansi mereka.

Tantangan-tantangan ini menunjukkan bahwa menerapkan Etika Akuntansi Indonesia bukanlah tugas yang
mudah. Namun, dengan kesadaran yang baik, pendidikan, dan komitmen yang kuat, para akuntan dapat
mengatasi tantangan ini dan membangun praktik akuntansi yang etis dan profesional.

Anda mungkin juga menyukai