https://ppmschool.ac.id/etika-akuntansi/
https://stiepena.ac.id/wp-content/uploads/2012/02/pena-fokus-vol-2-no-1.pdf
https://www.jurnal.id/id/blog/prinsip-dasar-etika-profesi-akuntansi/
diterapkan oleh para akuntan dalam melaksanakan tugas mereka. Etika akuntansi melibatkan
keuangan, dan audit. Etika akuntansi juga mencakup kewajiban akuntan terhadap masyarakat,
investor, pemegang saham, dan semua pihak yang bergantung pada informasi keuangan yang
dihasilkan.
Etika sebagai salah satu unsur utama dari profesi menjadi landasan bagi akuntan dalam
menjalankan kegiatan profesional. Akuntan memiliki tanggung jawab untuk bertindak sesuai
dengan kepentingan publik. Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) sebagai organisasi akuntan di
Indonesia telah memiliki Kode Etik IAI yang merupakan amanah dari AD/ART IAI dan
peraturan yang berlaku, yaitu Keputusan Menteri Keuangan No. 263/KMK.01/2014 tentang
Penetapan Ikatan Akuntan Indonesia sebagai Organisasi Profesi Akuntan. Kode etik tersebut
perlu untuk dimutakhirkan dengan perkembangan saat ini dan ketentuan kode etik akuntan
Ciri pembeda profesi akuntansi adalah kesediaannya menerima tanggung jawab untuk
bertindak bagi kepentingan publik. Oleh karena itu, tanggung jawab Akuntan Profesional tidak
hanya terbatas pada kepentingan klien atau pemberi kerja. Dalam bertindak bagi kepentingan
publik, Akuntan Profesional memerhatikan dan mematuhi ketentuan kode etik ini.
Tujuan utama etika akuntansi adalah menjaga integritas, keandalan, dan kualitas informasi
keuangan yang dihasilkan oleh akuntan. Etika akuntansi bertujuan untuk melindungi kepentingan
publik, memastikan keadilan dalam pelaporan keuangan, mencegah penipuan, dan membangun
akuntansi, diharapkan dapat menciptakan lingkungan bisnis yang transparan dan berintegritas.
Menerapkan Etika Akuntansi Indonesia memiliki manfaat yang signifikan, baik bagi para
akuntan maupun bagi masyarakat secara umum. Beberapa manfaat utama termasuk:
1. Akuntan Publik
Akuntan publik adalah sebuah profesi yang membuka praktik untuk melayani kebutuhan
masyarakat atau pihak-pihak yang membutuhkan keahliannya dengan menerima honor. Tugas
seorang akuntan publik, antara lain sebagai pemeriksa (audit) yang meliputi penyusunan sistem
yang berkaitan dengan masalah ekonomi perusahaan, misalnya membuat budget dan feasibility
study untuk memperoleh kredit. Setiap akuntan publik wajib menjadi anggota Institut Akuntan
2. Akuntan Swasta
penasihat atau pembantu tugas-tugas pemilik atau pemimpin perusahaan yang bersangkutan.
Tugas akuntan swasta adalah mengatur pencatatan, membuat laporan keuangan, dan membuat
3. Akuntan Pemerintah
Akuntan pemerintah adalah akuntan yang bekerja pada badan-badan pemerintah terutama
bertugas mengawasi keuangan milik negara. Badan yang sangat membutuhkan jasa akuntan
pemerintah, antara lain Badan Pemeriksa Keuangan Negara dan Direktorat Akuntan Negara.
4. Akuntan Pendidik
Akuntan pendidik adalah akuntan yang menjadi tenaga pengajar di perguruan tinggi dan
tetapi merangkap dengan pekerjaan lain, misalnya dengan membuka praktik untuk melayani
Dalam melaksanakan tanggung jawabnya sebagai profesional, setiap anggota harus senantiasa
menggunakan pertimbangan moral dan profesional dalam semua kegiatan yang dilakukannya.
Sebagai profesional, anggota mempunyai peran penting dalam masyarakat. Sejalan dengan peran
tersebut, anggota mempunyai tanggung jawab kepada semua pemakai jasa profesional mereka.
Anggota juga harus selalu bertanggungjawab untuk bekerja sama dengan sesama anggota untuk
tanggung jawab profesi dalam mengatur dirinya sendiri. Usaha kolektif semua anggota
diperlukan untuk memelihara dan meningkatkan tradisi profesi. Tanggung jawab profesi dapat
senantiasa menggunakan pertimbangan moral dan profesional dalam semua kegiatan yang
dilakukannya.
b. Sebagai profesional, anggota mempunyai peran penting dalam masyarakat. Sejalan dengan
peranan tersebut, anggota mempunyai tanggung jawab kepada semua pemakai jasa
profesional mereka. Anggota juga harus selalu bertanggung jawab untuk bekerja sama
masyarakat, dan menjalankan tanggung jawab profesi dalam mengatur dirinya sendiri.
Usaha kolektif semua anggota diperlukan untuk memelihara dan meningkatkan tradisi
profesi.
2. Kepentingan Publik
Setiap anggota berkewajiban untuk senantiasa bertindak dalam kerangka pelayanan kepada
publik, menghormati kepercayaan publik, dan menunjukan komitmen atas profesionalisme. Satu
ciri utama dari suatu profesi adalah penerimaan tanggung jawab kepada publik. Profesi akuntan
memegang peran yang penting di masyarakat, dimana publik dari profesi akuntan yang terdiri
dari klien, pemberi kredit, pemerintah, pemberi kerja, pegawai, investor, dunia bisnis dan
keuangan, dan pihak lainnya bergantung kepada obyektivitas dan integritas akuntan dalam
memelihara berjalannya fungsi bisnis secara tertib. Ketergantungan ini menimbulkan tanggung
kepentingan masyarakat dan institusi yang dilayani anggota secara keseluruhan. Ketergantungan
ini menyebabkan sikap dan tingkah laku akuntan dalam menyediakan jasanya mempengaruhi
Kepentingan utama profesi akuntan adalah untuk membuat pemakai jasa akuntan paham
bahwa jasa akuntan dilakukan dengan tingkat prestasi tertinggi sesuai dengan persyaratan etika
yang diperlukan untuk mencapai tingkat prestasi tersebut. Dan semua anggota mengikat dirinya
profesionalisme yang tinggi. Untuk memelihara dan meningkatkan kepercayaan publik, setiap
anggota harus memenuhi tanggung jawab profesionalnya dengan integritas setinggi mungkin.
a. Satu ciri utama dari suatu profesi adalah penerimaan tanggung jawab kepada publik.
Profesi akuntan memegang peranan yang penting di masyarakat, di mana publik dari
profesi akuntan yang terdiri dari klien, pemberi kredit, pemerintah, pemberi kerja, pegawai,
investor, dunia bisnis dan keuangan, dan pihak lainnya bergantung kepada obyektivitas dan
dilayani anggota secara keseluruhan. Ketergantungan ini menyebabkan sikap dan tingkah
b. Profesi akuntan dapat tetap berada pada posisi yang penting ini hanya dengan terus
menerus memberikan jasa yang unik ini pada tingkat yang menunjukkan bahwa
kepercayaan masyarakat dipegang teguh. Kepentingan utama profesi akuntan adalah untuk
membuat pemakai jasa akuntan paham bahwa jasa akuntan dilakukan dengan tingkat
prestasi tertinggi dan sesuai dengan persyaratan etika yang diperlukan untuk mencapai
benturan ini, anggota harus bertindak dengan penuh integritar, dengan suatu keyakinan
bahwa apabila anggota memenuhi kewajibannya kepada publik, maka kepentingan
d. Mereka yang memperoleh pelayanan dari anggota mengharapkan anggota untuk memenuhi
berkualitas, mengenakan imbalan jasa yang pantas, serta menawarkan berbagai jasa,
semuanya dilakukan dengan tingkat profesionalisme yang konsisten dengan prinsip etika
profesi ini.
f. Tanggung jawab seorang akuntan tidak semata-mata untuk memenuhi kebutuhan klien
individual atau pemberi kerja. Dalam melaksanakan tugasnya seorang akuntan harus
dan memberikan kontribusi terhadap efisiensi dan efektivitas dari penggunaan sumber
daya organisasi;
3) Auditor intern memberikan keyakinan tentang sistem pengendalian internal yang baik
untuk meningkatkan keandalan informasi keuangan dari pemberi kerja kepada pihak
luar.
4) Ahli pajak membantu membangun kepercayaan dan efisiensi serta penerapan yang adil
3. Integritas
Integritas adalah suatu elemen karakter yang mendasari timbulnya pengakuan profesional.
Integritas merupakan kualitas yang melandasi kepercayaan publik dan merupakan patokan
(benchmark) bagi anggota dalam menguji keputusan yang diambilnya. Integritas mengharuskan
seorang anggota untuk, antara lain, bersikap jujur dan berterus terang tanpa harus mengorbankan
rahasia penerima jasa. Pelayanan dan kepercayaan publik tidak boleh dikalahkan oleh
keuntungan pribadi. Integritas dapat menerima kesalahan yang tidak disengaja dan perbedaan
pendapat yang jujur, tetapi tidak menerima kecurangan atau peniadaan prinsip. Integritas dapat
a. Integritas adalah suatu elemen karakter yang mendasari timbulnya pengakuan profesional.
Integritas merupakan kualitas yang melandasi kepercayaan publik dan merupakan patokan
b. Integritas mengharuskan seorang anggota untuk, antara lain, bersikap jujur dan berterus
terang tanpa harus mengorbankan rahasia penerima jasa. Pelayanan dan kepercayaan
publik tidak boleh dikalahkan oleh keuntungan pribadi. Integritas dapat menerima
kesalahan yang tidak disengaja dan perbedaan pendapat yang jujur, tetapi tidak dapat
c. Integritas diukur dalam bentuk apa yang benar dan adil. Dalam hal tidak terdapat aturan,
standar, panduan khusus atau dalam menghadapi pendapat yang bertentangan, anggota
harus menguji keputusan atau perbuatannya dengan bertanya apakah anggota telah
melakukan apa yang seorang berintegritas akan lakukan dan apakah anggota telah menjaga
integritas dirinya. Integritas mengharuskan anggota untuk menaati baik bentuk maupun
d. Integritas juga mengharuskan anggota untuk mengikuti prinsip obyektivitas dan kehati-
hatian profesional.
4. Obyektivitas
Setiap anggota harus menjaga obyektivitasnya dan bebas dari benturan kepentingan dalam
pemenuhan kewajiban profesionalnya. Obyektivitas adalah suatu kualitas yang memberikan nilai
atas jasa yang diberikan anggota. Prinsip obyektivitas mengharuskan anggota bersikap adil, tidak
memihak, jujur secara intelektual, tidak berprasangka atau bias, serta bebas dari benturan
kepentingan atau dibawah pengaruh pihak lain. Anggota bekerja dalam berbagai kapasitas yang
berbeda dan harus menunjukkan obyektivitas mereka dalam berbagai situasi. Anggota dalam
praktek publik memberikan jasa atestasi, perpajakan, serta konsultasi manajemen. Anggota yang
lain menyiapkan laporan keuangan sebagai seorang bawahan, melakukan jasa audit internal dan
pemerintah.Mereka juga mendidik dan melatih orang orang yang ingin masuk kedalam profesi.
Apapun jasa dan kapasitasnya, anggota harus melindungi integritas pekerjaannya dan
a. Obyektivitas adalah suatu kualitas yang memberikan nilai atas jasa yang diberikan
anggota. Prinsip obyektivitas mengharuskan anggota bersikap adil, tidak memihak, jujur
secara intelektual, tidak berprasangka atau bias, serta bebas dari benturan kepentingan atau
b. Anggota bekerja dalam berbagai kapasitas yang berbeda dan harus menunjukkan
obyektivitas mereka dalam berbagai situasi. Anggota dalam praktik publik memberikan
jasa atestasi, perpajakan, serta konsultasi manajemen. Anggota yang lain menyiapkan
laporan keuangan sebagai seorang bawahan, melakukan jasa audit internal dan bekerja
Mereka juga mendidik dan melatih orang-orang yang ingin masuk ke dalam profesi.
Apapun jasa atau kapasitasnya, anggota harus melindungi integritas pekerjaannya dan
memelihara obyektivitas.
c. Dalam menghadapi situasi dan praktik yang secara spesifik berhubungan dengan aturan
etika sehubungan dengan obyektivitas, pertimbangan yang cukup harus diberikan terhadap
faktor-faktor berikut:
obyektivitasnya.
2) Adalah tidak praktis untuk menyatakan dan menggambarkan semua situasi dimana
5) Anggota tidak boleh menerima atau menawarkan hadiah atau entertainment yang
mereka ternoda.
Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya dengan berhati-hati, kompetensi dan
profesional pada tingkat yang diperlukan untuk memastikan bahwa klien atau pemberi kerja
memperoleh manfaat dari jasa profesional dan teknik yang paling mutakhir. Hal ini mengandung
arti bahwa anggota mempunyai kewajiban untuk melaksanakan jasa profesional dengan
sebaikbaiknya sesuai dengan kemampuannya, demi kepentingan pengguna jasa dan konsisten
dengan tanggung jawab profesi kepada publik. Kompetensi diperoleh melalui pendidikan dan
pengalaman yang tidak mereka miliki. Kompetensi menunjukkan terdapatnya pencapaian dan
pemeliharaan suatu tingkat pemahaman dan pengetahuan yang memungkinkan seorang anggota
untuk memberikan jasa dengan kemudahan dan kecerdikan. Dalam hal penugasan profesional
melebihi kompetensi anggota atau perusahaan, anggota wajib melakukan konsultasi atau
menyerahkan klien kepada pihak lain yang lebih kompeten. Setiap anggota bertanggung jawab
untuk menentukan kompetensi masing masing atau menilai apakah pendidikan, pedoman dan
pertimbangan yang diperlukan memadai untuk bertanggung jawab yang harus dipenuhinya.
profesionalnya dengan kompetensi dan ketekunan. Hal ini mengandung arti bahwa anggota
dengan kemampuannya, demi kepentingan pengguna jasa dan konsisten dengan tanggung
menggambarkan dirinya memiliki keahlian atau pengalaman yang tidak mereka punyai.
Dalam semua penugasan dan dalam semua tanggung jawabnya, setiap anggota harus
melakukan upaya untuk mencapai tingkatan kompetensi yang akan meyakinkan bahwa
kualitas jasa yang diberikan memenuhi tingkatan profesionalisme tinggi seperti disyaratkan
oleh Prinsip Etika. Kompetensi profesional dapat dibagi menjadi 2 (dua) fase yang terpisah
memerlukan standar pendidikan umum yang tinggi, diikuti oleh pendidikan khusus,
pelatihan dan ujian profesional dalam subyek-subyek yang relevan, dan pengalaman
kerja. Hal ini harus menjadi pola pengembangan yang normal untuk anggota.
a) Kompetensi harus dipelihara dan dijaga melalui komitmen untuk belajar dan
profesional anggota.
b) Pemeliharaan kompetensi profesional memerlukan kesadaran untuk terus mengikuti
akuntansi, auditing dan peraturan lainnya, baik nasional maupun internasional yang
relevan.
terdapatnya kendali mutu atas pelaksanaan jasa profesional yang konsisten dengan
jasa dengan kemudahan dan kecerdikan. Dalam hal penugasan profesional melebihi
menyerahkan klien kepada pihak lain yang lebih kompeten. Setiap anggota bertanggung
pengalaman dan pertimbangan yang diperlukan memadai untuk tanggung jawab yang
harus dipenuhinya.
d. Anggota harus tekun dalam memenuhi tanggung jawabnya kepada penerima jasa dan
publik. Ketekunan mengandung arti pemenuhan tanggung jawab untuk memberikan jasa
dengan segera dan berhati-hati, sempurna dan mematuhi standar teknis dan etika yang
berlaku.
6. Kerahasiaan
Setiap anggota harus menghormati kerahasiaan informasi yang diperoleh selama melakukan
jasa profesional dan tidak boleh memakai atau mengungkapkan informasi tersebut tanpa
persetujuan, kecuali bila ada hak atau kewajiban profesional atau hukum untuk
mengungkapkannya. Kepentingan umum dan profesi menuntut bahwa standar profesi yang
berhubungan dengan kerahasiaan didefinisikan bahwa terdapat panduan mengenai sifat sifat dan
luas kewajiban kerahasiaan serta mengenai berbagai keadaan di mana informasi yang diperoleh
selama melakukan jasa profesional dapat atau perlu diungkapkan. Anggota mempunyai
kewajiban untuk menghormati kerahasiaan informasi tentang klien atau pemberi kerja yang
diperoleh melalui jasa profesional yang diberikannya. Kewajiban kerahasiaan berlanjut bahkan
setelah hubungan antar anggota dan klien atau pemberi jasa berakhir.
atau pemberi kerja yang diperoleh melalui jasa profesional yang diberikannya. Kewajiban
kerahasiaan berlanjut bahkan setelah hubungan antara anggota dan klien atau pemberi kerja
berakhir.
b. Kerahasiaan harus dijaga oleh anggota kecuali jika persetujuan khusus telah diberikan atau
dan orang-orang yang diminta nasihat dan bantuannya menghormati prinsip kerahasiaan.
pengungkapan yang tidak disetujui (unauthorized disclosure) kepada orang lain. Hal ini
tidak berlaku untuk pengungkapan informasi dengan tujuan memenuhi tanggung jawab
f. Kepentingan umum dan profesi menuntut bahwa standar profesi yang berhubungan dengan
kerahasiaan didefinisikan dan bahwa terdapat panduan mengenai sifat dan luas kewajiban
kerahasiaan serta mengenai berbagai keadaan di mana informasi yang diperoleh selama
melakukan jasa profesional dapat atau perlu diungkapkan. Berikut ini adalah contoh hal-
hal yang harus dipertimbangkan dalam menentukan sejauh mana informasi rahasia dapat
diungkapkan :
oleh penerima jasa, kepentingan semua pihak termasuk pihak ketiga yang
a) untuk menghasilkan dokumen atau memberikan bukti dalam proses hukum; dan
a) untuk mematuhi standar teknis dan aturan etika; pengungkapan seperti itu tidak
lainnya;.dan
d) untuk menanggapi permintaan atau investigasi oleh IAI atau badan pengatur.
7. Perilaku Profesional
Setiap anggota harus berperilaku yang konsisten dengan reputasi profesi yang baik dan
menjauhi tindakan yang dapat mendiskreditkan profesi. Kewajiban untuk menjauhi tingkah laku
yang dapat mendiskreditkan profesi harus dipenuhi oleh anggota sebagai perwujudan tanggung
jawabnya kepada penerima jasa, pihak ketiga, anggota yang lain, staf, pemberi kerja dan
masyarakat umum. Perilaku Profesional merupakan kewajiban untuk menjauhi tingkah laku yang
dapat mendiskreditkan profesi harus dipenuhi oleh anggota sebagai perwujudan tanggung
jawabnya kepada penerima jasa, pihak ketiga, anggota yang lain, staf, pemberi kerja dan
masyarakat umum.
8. Standar Teknis
Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya sesuai dengan standar teknis dan
standar profesional yang relevan. Sesuai dengan keahliannya dan dengan berhati-hati, anggota
mempunyai kewajiban untuk melaksanakan penugasan dari penerima jasa selama penugasan
tersebut sejalan dengan prinsip integritas dan obyektivitas. Standar teknis dan standar
professional yang harus ditaati anggota adalah standar yang dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan
undangan yang relevan. Standar Teknis merupakan Standar teknis dan standar profesional yang
harus ditaati anggota adalah standar yang dikeluarkan oleh lkatan Akuntan Indonesia,
yang relevan.
D. Tantangan dalam Menerapkan Etika Akuntansi
Menerapkan Etika Akuntansi Indonesia dapat menjadi tantangan bagi para akuntan. Beberapa tantangan yang
mungkin dihadapi meliputi:
1. Konflik Kepentingan: Akuntan sering kali berhadapan dengan situasi di mana kepentingan klien
bertentangan dengan prinsip etika yang harus diikuti. Dalam situasi ini, akuntan harus mampu
membuat keputusan yang adil dan mempertahankan integritas mereka.
2. Tekanan Eksternal: Akuntan juga dapat menghadapi tekanan dari pihak luar, seperti manajemen
perusahaan atau klien, yang mendorong mereka untuk melanggar prinsip etika demi keuntungan
pribadi atau organisasi. Akuntan harus memiliki keberanian dan kekuatan moral untuk menolak
tekanan tersebut dan tetap mematuhi etika.
3. Kompleksitas Regulasi: Indonesia memiliki peraturan yang kompleks dalam bidang akuntansi. Para
akuntan harus memahami dan mematuhi peraturan ini, sambil tetap mematuhi prinsip-prinsip etika
yang lebih luas. Mengelola dan mematuhi semua peraturan ini dapat menjadi tantangan tersendiri.
4. Kurangnya Kesadaran: Beberapa akuntan mungkin tidak sepenuhnya menyadari pentingnya etika
akuntansi dan prinsip-prinsip yang harus mereka ikuti. Kurangnya kesadaran ini dapat menyebabkan
mereka melanggar etika tanpa disengaja. Edukasi dan pelatihan yang lebih baik diperlukan untuk
meningkatkan kesadaran akan pentingnya etika akuntansi.
5. Teknologi dan Etika: Perkembangan teknologi juga memunculkan tantangan baru dalam menerapkan
etika akuntansi. Misalnya, dengan kemajuan teknologi, ada risiko kebocoran data dan pelanggaran
privasi yang dapat mengancam kerahasiaan informasi klien. Akuntan perlu memastikan bahwa mereka
memahami dan mematuhi etika terkait penggunaan teknologi dalam praktik akuntansi mereka.
Tantangan-tantangan ini menunjukkan bahwa menerapkan Etika Akuntansi Indonesia bukanlah tugas yang
mudah. Namun, dengan kesadaran yang baik, pendidikan, dan komitmen yang kuat, para akuntan dapat
mengatasi tantangan ini dan membangun praktik akuntansi yang etis dan profesional.