Anda di halaman 1dari 23

ETIKA DALAM KANTOR AKUNTAN PUBLIK

KELOMPOK 6

ETIKA PROFESI

Disusun oleh :

1. Dyaz Aqidatul Izza ( D42192091)


2. Desy Puspita Widhi S ( D42192215)
3. Natasya Aprillia K. ( D42192203)
4. Alfi Suhariyani ( D42191623)
5. Dimas Aprilianto F ( D42191994)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK

JURUSAN MANAJEMEN AGRIBISNIS

POLITEKNIK NEGERI JEMBER

2020
DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Perkembangan dunia usaha yang kompleks membuat kemajuan
dibidang ekonomi diiringi dengan munculnya kecurangan oleh orang yang tak
bertanggung jawab. Hal tersebut menuntut para akuntan publik khususnya
harus dapat memahami kecurangan tersebut. Kecurangan tersebut merupakan
perbuatan melanggar hukum yang dilakukan dengan sengaja untuk tujuan
tertentu oleh orang- orang baik didalam maupun diluar organisasi dengan
menghalalkan segala cara untuk mendapatkan keuntungan dan secara
langsung maupun tidak langsung merugikan pihak lain. Seorang akuntan
public dalam menilai suatu kecurangan tergantung pada pengetahuan dan
pengalaman. Pengalaman memiliki faktor penting dalam penilaian
kecurangan, dalam hal ini adalah kualitas dari seorang akuntan itu sendiri.
Agar dapat memenuhi kualitas akuntan yang baik, dalam menjalankan
profesinya sebagai pemeriksa harus berpedoman pada kode etik akuntan,
standar profesi, dan standar akuntansi keuangan yang berlaku. Maraknya
skandal keuangan yang terjadi baik di dalam maupun di luar negeri
memberikan dampak besar terhadap kepercayaan publik terhadap profesi
akuntan publik. Akuntabilitas merupakan hal penting yang harus dimiliki oleh
seorang akuntan. Akuntan publik harus mempertahankan integritas dan
obyekivitas dalam melaksanakan tugasnya dengan jujur, tegas, sehingga dapat
bertindak independen tanpa tekanan atau permintaan pihak tertentu.
Dengan Demikian, Akuntan Publik yang berpraktik melayani publik
dianjurkan untuk mewaspadai berbagai keadaan dan hubungan dimana setiap
Akuntan tidak boleh menyimpang dari dasar etika profesi. Berdasarkan hal
diatas, maka kami tertarik untuk melakukan diskusi mengenai Etika Profesi
Akuntan Publik (Audit Eksternal).
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana etika sebagai akuntan publik yang sesuai dengan etika profesi?
2. Bagaimana kinerja akuntan publik dalam kantor akuntan publik
3. Bagaimana cara akuntan menghadapi beberapa ancaman dan kasus dalam
keadaan tertentu sesuai dengan etika profesi?
4. Seberapa besar pengaruh Etika Profesi terhadap Kinerja Akuntan pada Kantor
Akuntan Publik ?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Agar mengetahui etika sebagai akuntan publik yang sesuai dengan etika
profesi
2. Agar mengetahui kinerja akuntan publik dalam kantor akuntan publik
3. Agar mengetahui cara akuntan menghadapi beberapa ancaman dan kasus
dalam keadaan tertentu sesuai dengan etika profesi
4. Agar mengetahui pengaruh etika profesi terhadap kinerja akuntan pada
kantor akuntan publik
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Etika sebagai akuntan publik yang sesuai dengan etika profesi

Mengingat profesi akuntan publik sangat penting perannya dalam


dunia bisnis di Indonesia, maka akuntan publik harus selalu menjaga integritas
dan profesionalisme melalui pelaksanaan standar dan kode etik profesi secara
konsekuen dan konsisten. Dalam setiap penugasan yang diberikan, akuntan
publik harus selalu bersikap independen dan menggunakan kemahiran
jabatannya secara profesional. Akuntan publik dan KAP agar menghindarkan
diri dari tindakan tercela, seperti kolusi dengan klien atau menutupi terjadinya
tindak kecurangan yang sangat merugikan berbagai pihak.Setiap bidang
profesi tentunya memiliki aturan-aturan khusus atau lebih dikenal dengan
istilah “Kode Etik Profesi”. Dalam bidang akuntansi sendiri, salah satu profesi
yang ada yaitu Akuntan Publik. Prinsip etika akuntan atau kode etik akuntan
itu sendiri meliputi tujuh butir pernyataan (IAI, 1998, dalam Ludigdo, 2007).

2.1.1 Tanggung jawab profesi

Dalam melaksanakan tanggung jawabnya sebagai profesional, setiap


anggota harus senantiasa menggunakan pertimbangan moral dan profesional
dalam semua kegiatan yang dilakukannya. Sebagai profesional, anggota
mempunyai peran penting dalam masyarakat. Sejalan dengan peran tersebut,
anggota mempunyai tanggung jawab kepada semua pemakai jasa profesional
mereka. Anggota juga harus selalu bertanggung jawab untuk bekerja sama
dengan sesama anggota untuk mengembangkan profesi akuntansi, memelihara
kepercayaan masyarakat dan menjalankan tanggung jawab profesi dalam
mengatur dirinya sendiri.
2.1.2 Kepentingan publik

Setiap anggota berkewajiban untuk senantiasa bertindak dalam


kerangka pelayanan kepada publik, menghormati kepercayaan publik, dan
menunjukan komitmen atas profesionalisme. Satu ciri utama dari suatu profesi
adalah penerimaan tanggung jawab kepada publik. Profesi akuntan memegang
peran yang penting di masyarakat, dimana publik dari profesi akuntan yang
terdiri dari klien, pemberi kredit, pemerintah, pemberi kerja, pegawai,
investor, dunia bisnis dan keuangan, dan pihak lainnya bergantung kepada
obyektivitas dan integritas akuntan dalam memelihara berjalannya fungsi
bisnis secara tertib. Ketergantungan ini menimbulkan tanggung jawab akuntan
terhadap kepentingan publik. Kepentingan publik didefinisikan sebagai
kepentingan masyarakat dan institusi yang dilayani anggota secara
keseluruhan. Kepentingan utama profesi akuntan adalah untuk membuat
pemakai jasa akuntan paham bahwa jasa akuntan dilakukan dengan tingkat
prestasi tertinggi sesuai dengan persyaratan etika yang diperlukan untuk
mencapai tingkat profesionalitas yang tinggi

2.1.3 Integritas

Integritas adalah suatu elemen karakter yang mendasari timbulnya


pengakuan profesional. Integritas merupakan kualitas yang melandasi
kepercayaan publik dan merupakan patokan bagi anggota dalam menguji
keputusan yang diambilnya. Integritas mengharuskan seorang anggota untuk,
antara lain, bersikap jujur dan berterus terang tanpa harus mengorbankan
rahasia penerima jasa. Pelayanan dan kepercayaan publik tidak boleh
dikalahkan oleh keuntungan pribadi. Integritas dapat menerima kesalahan
yang tidak disengaja dan perbedaan pendapat yang jujur, tetapi tidak
menerima kecurangan atau peniadaan prinsip.

2.1.4 Objektivitas
Obyektivitasnya adalah suatu kualitas yang memberikan nilai atas jasa
yang diberikan anggota. Prinsip obyektivitas mengharuskan anggota bersikap
adil, tidak memihak, jujur secara intelektual, tidak berprasangka atau bias,
serta bebas dari benturan kepentingan atau dibawah pengaruh pihak lain.
Anggota bekerja dalam berbagai kapasitas yang berbeda dan harus
menunjukkan obyektivitas mereka dalam berbagai situasi.

2.1.5 Kompetensi dan Kehati-hatian

Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya dengan


berhati-hati, kompetensi dan ketekunan, serta mempunyai kewajiban untuk
mempertahankan pengetahuan dan ketrampilan profesional pada tingkat yang
diperlukan untuk memastikan bahwa klien atau pemberi kerja memperoleh
manfaat dari jasa profesional dan teknik yang paling mutakhir. Kompetensi
diperoleh melalui pendidikan dan pengalaman. Kompetensi menunjukkan
terdapatnya pencapaian dan pemeliharaan suatu tingkat pemahaman dan
pengetahuan yang memungkinkan seorang anggota untuk memberikan jasa
dengan kemudahan dan kecerdikan. Dalam hal penugasan profesional
melebihi kompetensi anggota atau perusahaan, anggota wajib melakukan
konsultasi atau menyerahkan klien kepada pihak lain yang lebih kompeten.

2.1.6 Kerahasiaan

Setiap anggota harus menghormati kerahasiaan informasi yang


diperoleh selama melakukan jasa profesional dan tidak boleh memakai atau
mengungkapkan informasi tersebut tanpa persetujuan, kecuali bila ada hak
atau kewajiban profesional atau hukum untuk mengungkapkannya.
Kewajiban kerahasiaan berlanjut bahkan setelah hubungan antar anggota dan
klien atau pemberi jasa berakhir.

2.1.7 Prilaku Profesional


Setiap anggota harus berperilaku yang konsisten dengan reputasi
profesi yang baik dan menjauhi tindakan yang dapat mendiskreditkan profesi.
Kewajiban untuk menjauhi tingkah laku yang dapat mendiskreditkan profesi
harus dipenuhi oleh anggota sebagai perwujudan tanggung jawabnya kepada
penerima jasa, pihak ketiga, anggota yang lain, staf, pemberi kerja dan
masyarakat umum.

2.2 Kinerja Akuntan Publik yang Sesuai dengan Etika Profesi

Kinerja adalah gambaran mengenai tingkat oebcaoaian pelaksanaan


suatu kegiatan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi dan visi organisasi
yang tertuang dalam strategic planning suatu organisasi. Pengukuran kinerja
adalah suatu proses penilaian kemajuan pekerjaan terhadap tujuan dan sasaran
yang telah ditentukan sebelumnya, termasuk informasi atas: efisiensi
penggunaan sumber daya dalam menghasilkan barang dan jasa; kualitas
barang dan jasa; hasil kegiatan dibandingkan dengan maksud yang diinginkan;
dan efektivitas tindakan dalam mencapai tujuan.

2.2.1 Elemen Pokok Pengukuran Kinerja

1. Menetapkan tujuan, sasaran, dan strategi organisasi.

Tujuan adalah pernyataan secara umum tentang apa yang ingin dicapai
organisasi. Sasaran merupakan tujuan organisasi yang sudah dinyatakan
secara eksplisit dengan disertai batasan waktu yang jelas. Strategi adalah cara
atau teknik yang digunakan organisasi untuk mencapai tujuan dan sasaran.

2. Merumuskan indikator dan ukuran kinerja.

Indikator kinerja mengacu pada penilaian kinerja secara tidak


langsung yaitu hal-hal yang sifatnya hanya merupakan indikasi-indikasi
kinerja. Ukuran kinerja mengacu pada penilaian kinerja secara langsung.
3. Mengukur tingkat ketercapaian tujuan dan sasaran-sasaran organisasi.

Jika kita sudah mempunyai indikator dan ukuran kinerja yang jelas,
maka pengukuran kinerja bias diimplementasikan. Mengukur tingkat
ketercapaian tujuan, sasaran dan strategi adalah membandingkan hasil actual
dengan indicator dan ukuran kinerja yang telah ditetapkan.

4. Evaluasi kinerja.

Evaluasi kinerja akan mmberikan gambaran kepada penerima


informasi mengenai nilai kinerja yang berhasil dicapai organisasi. Informasi
capaian kinerja dapat dijadikan:

a. feedback

Hasil pengukuran terhadap capaian kinerjaa dijadikan dasar bagi


manajemen atau pengelola organisasi untuk perbaikan kinerja pada periode
berikutnya. Bias dijadikan landasan pemberian reward and punishment
terhadap manajer dana anggota organisasi.

b. penilaian kemajuan organisasi

Pengukuran kinerja yang dilakukan setiap periode waktu tertentu


sangat bermanfaat untuk menilai kemajuan yang elah dicapai organisasi.

c. meningkatkan kualitas pengambilan keputusan dan akuntabilitas

Pengukuran kinerja menghasilkan informasi yang sangat bermanfaat


untuk pengambilan keputusan manajemen maupun stakeholders.

2.2.2 Fokus Pengukuran Kinerja Sektor Publik

Pengukuran kinerja merupakan suatu aktivitas penilaian pencapaian


target-target tertentu yang diderivasi dari tujuan strategis organisasi. Jadi
pengukuran kinerja harus berbasis pada strategi organisasi. Pemilihan
indikator dan ukuran kinerja dan penetapan target untuk setiap ukuran ini
merupakan upaya konkret dalam memformulasikan tujuan strategis organisasi
sehingga lebih terwujud dan terukur.

Pengukuran kinerja juga harus didasarkan pada karakteristik


operasional organisasi. Hal ini terutama diperlukan untuk mendefinisikan
indikator dan ukuran kinerja yang digunakan.

2.2.3 Aspek-aspek Pengukuran Kinerja Sektor Publik

Pengukuran kinerja organisasi sektor publik meliputi aspek-aspek, antara lain:

1. Kelompok masukan adalah segala sesuatu yang dibutuhkan agar


pelaksanaan kegiatan dapat berjalan untuk menghasilkan keluaran.

2. Kelompok proses adalah ukuran kegiatan, baik dari segi kecepatan,


ketepatan, maupun tingkat akurasi pelaksanaan kegiatan tersebut.

3. kelompok keluaran adalah sesuatu yang diharapkan langsung dapat dicapai


dari suatu kegiatan yang dapat berwujud maupun tidak berwujud.

4. Kelompok hasil adalah segala sesuatu yang mencerminkan berfungsinya


keluaran kegiatan pada jangka menengah yang mempunyai efek langsung.

5. Kelompok manfaat adalah sesuatu yang terkait dengan tujuan akhir dari
pelaksanaan kegiatan.

6. Kelompok dampak adalah pengaruh yang ditimbulkan baik positif maupun


negative.

2.2.4 Manfaat Pengukuran Kinerja Sektor Publik

Sektor publik tidak bias lepas dari kepentingan umum sehingga


pengukuran kinerja mutlak diperlukan untuk mengetahui seberapa berhasil
misi sektor publik tersebut dapat dicapai penyedia jasa dan barang-barang
publik.

Manfaat pengukuran kinerja baik untuk internal maupun eksternal organisasi:

1. Memastikan pemahaman para pelaksana akan ukuran yang digunakan


untuk pencapaian kinerja.

2. Memastikan tercapainya rencana kinerja yang telah disepakati.

3. Memantau dan mengevaluasi pelaksanaan kinerja dan membandingkannya


dengan rencana kerja serta melakukan tindakan untuk memperbaiki kinerja.

4. Memberikan penghargaan dan hukuman yang obyektif atas prestasi


pelaksana yang telah diukur sesuai dengan system pengukuran kinerja yang
telah disepakati.

5. Menjadi alat komunikasi antara bawahan dan pimpinan dalam upaya


memperbaiki kinerja organisasi.

6. Mengidentifikasikan apakah kepuasan pelanggan sudah terpenuhi.

7. Membantu memahami proses kegiatan instansi pemerintah.

8. Memastikan bahwaa pengambilan keputusan dilakukan secara obyektif.

9. Menunjukkan peningkatan yang perlu dilakukan.

10. Mengungkapkan permasalahan yang terjadi.

2.2.5 Pengukuran Kinerja dan Peningkatan Kinerja

Pengukuran kinerja bukanlah tujuan akhir melainkan merupakan alat


agar dihasilkan manajemen yang lebih efisien dan terjadi peningkatan kinerja.
Pengukuran kinerja menyediakan dasar bagi organisasi untuk menilai:

1. Bagaimana kemajuan atas sasaran yang telah ditetapkan.


2. Membantu dalam mengenali area-area kekuatan dan kelemahan.

3. Menentukan tindakan yang tepat untuk meningkatkan kinerja.

4. Menunjukkan bagaimana kegiatan mendukung tujuan organisasi.

5. Membantu dalam membuat keputusan-keputusan dengan langkah inisiatif.

6. Mengutamakan alokasi sumberdaya.

7. Meningkatkan produk-produk dan jasa-jasa kepada pelanggan.

H. Pengukuran Kinerja sebagai Subsistem Pengendalian Manajemen

Tipe pengendalian manajemen dapat diklasifikasikan menjadi 3, yaitu:

• pengendalian preventif

Berkaitan dengan perumusan strategi dan perencanaan strategic yang


dijabarkan dalam bentuk program-program.

• pengendalian operasional

Berhubungan dengan pengawasan pelaksanaan program yang telah


ditetapkan melalui anggaran.

• pengendalian kinerja

2.2.6 Evaluasi Kinerja Berdasarkan Tolok Ukur Kinerja yang Telah Ditetapkan

1. Struktur Pengendalian Manajemen

System pengendalian manajemen harus didukung dengan struktur


organisasi yang baik. Struktur organisasi termanifestasi dalam bentuk struktur
pusat pertanggungjawaban. Pusat pertanggungjawaban adalah unit organisasi
yang dipimpin oleh manajer yang bertanggungjawab terhadap aktivitas pusat
pertanggungjawaban yang dipimpinnya.
2. Hubungan antara Pusat Pertanggungjawaban dengan Pengendalian
Anggaran

Organisasi sektor publik seperti pemerintah daerah dapat dianggap


sebagai pusat pertanggungjawaban. Manajer pusat sebagai budget holder
memiliki tanggungjawa untuk melaksanakan anggaran. Pengendalian
anggaran meliputi pengukuran terhadap output dan belanja yang riil dilakukan
dibandingkan dengan anggaran. Adanya penyimpangan antara realisasi
terhadap anggaran tersebut kemudian dianalisis untuk diketahui penyebabnya
dan siapa yang harus bertanggungjawab untuk selanjutnya segera dilakukan
tindakan korektif. Anggaran sebagai alat untuk melaksanakan strategi
organisasi harus dipersiapkan dengan sebaik-baiknya agar tidak terjadi
penyimpangan.

3. Proses Pengendalian Manajemen

Proses pengendalian manajemen pada organisasi sektor publik dapat


dilakukan dengan saluran komunikasi formal maupun informal. Saluran
komunikasi formal mencakup aktivitas formal organisasi yang meliputi:

a. perumusan strategi, merupakan proses penentuan visi, misi, tujuan, sasaran,


target, dan kebijakan serta strategi organisasi.

b. Perencanaan strategi, adalah proses penentuan program-program, aktivitas


atau proyek yang akan dilakukan oleh suatu organisasi dan penentuan jumlah
alokasi sumber daya yang akan dibutuhkan.

Manfaat perencanaan strategi :

1) memfasilitasi terciptanya anggaran yang efektif

2) untuk memfokuskan manajer pada pelaksanaan strategic yang telah


ditetapkan
3) memfasilitasi dilakukannya alokasi sumber daya yang efektif dan efisien

4) sebagai rerangka pelaksanaan tindakan jangka pendek

5) saran bagi manajemen untuk memahami strategi organisasi secara lebih


jelas

6) sebagai alat untuk memperkecil rentang alternative strategi.

2.2.7 Sistem Pengukuran Kinerja

Sistem pengukuran kinerja merupakan suatu system yang bertujuan


untuk membantu manajer publik menilai pencapaian suatu strategi melalui
alat ukur financial dan nonfinansial. Dalam suatu system manajemen strategi,
pengukuran kinerja berfungsi sebagai alat penilai apakah strategi yang sudah
ditetapkan telah berhasil dicapai. Dari hasil pengukuran kinerja dilakukan
feedback sehingga tercipta system pengukuran kinerja yang mampu
memperbaiki kinerja organisasi secara berkelanjutan.

1. Perencanaan Strategis

Perencanaan strategis adalah proses sistematik yang ditujukan untuk


menghasilkan tindakan dan keputusan-keputusan mendasar sebagai pedoman
dan panduan organisasi dalam menjawab pertanyaan apa yang harus
dilakukan dan mengapa melakukan aktivitas tertentu. Proses perencanaan
strategis ini membutuhkan informasi yang kompleks, luas, dan komprehensif
dengan lebih menekankan pada implikasi-implikasi di masa datang.

2. Penyusunan Program

Penyusunan program adalah proses pembuatan keputusan mengenai


program-program yang akan dilaksanakan organisasi dan taksiran jumlah
sumber-sumber yang akan dialokasikan untuk setiap program tersebut.
2.3 Cara Akuntan Menghadapi Beberapa Ancaman dan Kasus dalam Keadaan
Tertentu Sesuai dengan Etika Profesi

Kepatuhan pada prinsip dasar etika profesi dapat terancam oleh


berbagai keadaan dan hubungan. Sifat dan signifikan berbagai ancaman
tersebut berbeda, bergantung pada ancaman yang muncul dalam suatu entitas
yang memiliki akuntabilitas publik.

2.3.1 Berbagai Ancaman yang Dihadapi pada Kantor Akuntan Publik

Keadaan yang dapat menimbulkan berbagai ancaman kepentingan pribadi


bagi setiap Akuntan Publik yang berpraktik melayani publik :

a. Seorang personel dari tim akuntan mempunyai kepentingan keuangan


langsung pada klien
b. Suatu kantor memiliki ketergantungan yang tidak semestinya terhadap
jumlah total imbalan
c. Seorang personel tim memiliki suatu hubungan bisnis yang erta dan
signifikan dengan klien
d. Suatu kantor khawatiratas kemungkinan kehilangan klien yang signifikan
e. Seorang personel dari tim sedang melakukan negosiasi hubungan kerja
dengan klien audit tersebut
f. Suatu kantor melakukan pengaturan imbalan bersifat kontinjen yang
terkait dengan suatu perikatan
g. Akuntan publik yang berpraktik melayani publik menemukan suatu
kesalahan yang signifikan ketika mengevaluasi hasil dari suatu jasa
professional sebelumnya yang dikerjakan oleh professional dari kantor

Keadaan yang dapat menimbulkan berbagai ancaman telaah pribadi


bagi setiap Akuntan Publik yang berpraktik melayani publik :
a. Kantor menerbikat laporan atas efektivitas operasi sitem keuangan setelah
terlibat mengimplementasikan system
b. Kantor menyiapkan data asli yang digunakan untuk menghasilkan catatan
yang merupakan hal pokok dari suatu perikatan
c. Kantor melakukan suatu jasa kepada klien yang secara langsung
memengaruhi informasi suatu hal pokok dari perikatan

Keadaan yang dapat menimbulkan berbagai ancaman advokasi bagi


setiap Akuntan Publik yang berpraktik melayani publik :

a. Suatu kantor mempromosikan saham dari suatu klien


b. Akuntan publik bertindak sebagai penasihat yang mewakili klien audit
dalam litigasi atau perselisihan pihak ketiga

Keadaan yang dapat menimbulkan berbagai ancaman kedekatan bagi setiap


Akuntan Publik yang berpraktik melayani publik :

a. Seorang personel dari tim perikatan memiliki anggota keluarga inti atau
dekat yang menjabat sebagai petinggi
b. Seorang personel dari tim perikatan memiliki anggota keluarga inti atau
dekat yang menjadi karyawan klien dalam suatu posisi yang dapat
memberikan pengaruh signifikan terhadap suatu hal pokok dari suatu
perikatan
c. Akuntan publik yang berpraktik melayani publik menerima berbagai
hadiah atau perlakuan istimewa dari klien

Keadaan yang dapat menimbulkan berbagai ancaman intimidasi bagi


setiap Akuntan Publik yang berpraktik melayani publik :

a. Kantor sedang terancam kehilangan suatu klien


b. Klien mengindikasikan tidak akan memberikan kontrak yang telah
direncanakan sebelumnya jika kantor tetap tidak setuju dengan perlakuan
akuntansi yang diterapkan klien atas suatu transaksi
c. Kantor terancam litigasi klien
d. Kantor ditekan mengurangi ruang ruang lingkup pekerjaan secara tidak
tepat untuk mengurangi imbalan – imbalan
e. Akuntan publik yang berpraktik melayani publik merasa ditekan untuk
menyetujui pertimbangan dari seorang karyawan klien karna karyawan
tersebut ahli dalam masalah yang diperdebatkan

2.3.2 Berbagai Pengamanan yang Dapat Menghilangkan atau Mengurangi


Beragam Ancaman yang Dapat Dilakukan oleh Akuntan Publik

Akuntan publik yang berpraktik melayani publik harus menggunakan


pertimbangan dalam menentukan cara terbaik untuk mengatasi berbagai
ancaman yang tidak berada pada suatu tingkat yang dapat diterima, baik
dengan ancaman sampai dengan tingkatan yang dapat diterima.

Pengamanan yang dapat dilakukan oleh seorang akuntan dalam lingkungan


kerja :

a. Kepemimpinan pada kantor yang menekan pentingnya kepatuhan pada


prinsip dasar etika profesi dan dapat menetapkan ekpektasi bahwa para
personel dan tim akan bertindak untuk melindungi kepentingan publik
dengan membuat kebijakan serta prosedur untuk menerapkan dan
memantau pengendalian mutu perikatan
b. Kebijakan yang terdokumentasikan mengenai perlunya mengidentifikasi
berbagai ancaman tersebut dan menerapkan pengamanan untuk yang dapt
diterima atau mengurangi ancaman sampai pada suatu tingkat yang dapat
diterima sebagai tindakn yang tepat untuk meberikan solusi
c. Mengkomunikasikan secara tepat waktu kebijakan dan prosedur kantor
termasuk setiap perubahan kepada seluruh staf dan rekan kerja dengan
mnegdakan pelatihan dan pendidikan memadai mengenai prosedur itu
d. Pemeberian saran kepada para rekan dan staf professional bagi klien dan
entitas terkait penerapan indepedensi

Setiap Akuntan Publik yang berpraktik melayani publik jug adapt


menggunakan berbgai pengamanan yang sesuai dnegan etika profesi dalam
bentuk perikatan. Pengamanan yang dapat dilakukan yaitu :

a. Klien meminta pihak selain manajemen untuk mengesahkan penunjukan


kantor dalam melakukan perikatan
b. Klien memiliki berbagai karyawan yang kompeten dengan pengalaman
dan senioritas yang cukup untuk membuat keputusan manajerial
c. Menerapkan prosedur internal untuk memastikan pemilihan objektif dalam
pelaksaan perikatan dan memiliki struktur tata kelola perusahaan untuk
melakukan pengawasan dan komunikasi yang memadai terkait dengan jasa
yang diberikan oleh kantor

2.4 Pengaruh Etika Profesi Terhadap Kinerja Akuntan pada Kantor Akuntan
Publik

Jasa yang diberikan oleh kantor akuntan publik yaitu dalam bidang
auditing, dan tipe penugasan atestasi lain. Tugas akuntan publik yang lain adalah
memeriksa laporan keuangan dan bertanggung jawab atas opini yang diberikan
atas kewajaran laporan keuangan sehingga bisa digunakan sebagai landasan
dalam pengambilan keputusan. Besarnya kepercayaan pengguna laporan
keuangan pada Akuntan Publik ini mengharuskan akuntan publik memperhatikan
kualitas auditnya. Ironisnya, kepercayaan yang besar dari pemakai laporan
keuangan kepada akuntan publik seringkali diciderai dengan banyaknya skandal.
Dan pengaruh etika profesi terhadap kinerja akuntan pada kantor akuntan publik
begitu besar

2.4.1 Pengaruh Independensi pada Kualitas Audit

Independensi auditor adalah landasan dari profesi akuntan publik.


Penurunan atau kurangnya independensi auditor adalah sebuah ancaman,
dimana akan menyebabkan banyak perusahaan runtuh dan skandal korporasi
di seluruh dunia. Tanpa independensi kualitas audit dan tugas deteksi audit
akan dipertanyakan. Keadaan seringkali mengganggu independensi auditor,
karena ia dibayar klien atas jasanya, sebagai penjual jasa, auditor cenderung
memenuhi keinginan klien.Persaingan antar Kantor Akuntan Publik bisa jadi
pemicu kurangnya independensi auditor, sehingga auditor rentan mengikuti
kemauan dari klien agar tidak kehilangan pendapatannya.

2.4.2 Pengaruh Tingkat Pendidikan pada Kualitas Audit

Semakin tinggi tingkat pendidikan auditor maka semakin tinggi pula


pengaruhnya terhadap kualitas audit seorang auditor. Hal ini memberikan
suatu gambaran dimana tingkat pendidikan yang dimiliki seorang auditor akan
meningkatkan kualitasnya, karena dengan jenjang pendidikan yang tinggi, hal
ini berkecendrungan kuat akan meningkatkan wawasan serta kemampuan
seorang auditor untuk memegang tanggung jawab serta meningkatkan
perannya dalam menjalankan tugasnya. Dengan tingkat pendidikan yang
tinggi pula tentunya akses informasi yang dimilikinya menjadi lebih banyak
sehingga kompetensi dalam menjalankan tugas akan semakin meningkat dan
hal itu akan berdampak pada peningkatan kualitasnya. bahwa tingkat
pendidikan berpengaruh pada kualitas audit.

2.4.3 Pengaruh Etika Profesi pada Kualitas Audit


Semakin tinggi etika profesi auditor maka semakin baik pula kualitas
audit pada Kantor Akuntan Publik . dimana setiap auditor yang bekerja sesuai
dnegan etika profesi memiliki kecapakan kinerja yang luar biasa dikarenakan
meraka menjalankan kecakapan dan berperilaku sesuai etika profesi

2.4.4 Pengaruh Profesionalisme pada Kualitas Audit

Untuk meningkatkan kualitas audit, seorang auditor dituntut agar


bertindak profesional dalam melakukan pemeriksaan. Auditor yang
profesional akan lebih baik dalam menghasilkam audit yang dibutuhkan dan
berdampak pada peningkatan kualitas audit. Adanya peningkatan kualitas
audit auditor maka meningkat pula kepercayaan pihak yang membutuhkan
jasa profesional. Dengan demikian profesionalisme perlu ditingkatkan, karena
sangat penting dalam melakukan pemeriksaan sehingga akan memberikan
pengaruh pada kualitas audit auditor. Harapan masyarakat terhadap tuntutan
transparasi dan akuntabilitas akan terpenuhi jika auditor dapat menjalankan
profesionalisme dengan baik sehingga masyarakat dapat menilai kualitas
audit. berpengaruh pada kualitas audit. Dengan menjunjung tinggi etika
profesi diharapkan tidak terjadi kecurangan diantara para auditor, sehingga
dapat memberikan pendapat auditan yang benar-benar sesuai dengan laporan
keuangan yang disajikan oleh perusahaan. Jadi, dalam menjalankan
pekerjaannya, seorang auditor dituntut untuk mematuhi Etika Profesi yang
telah ditetapkan oleh Institut Akuntan Publik Indonesia. Hal ini dimaksudkan
agar tidak terjadi persaingan diantara para akuntan yang menjurus pada sikap
curang. Dengan diterapkannya etika profesi diharapkan seorang auditor dapat
memberikan pendapat yang sesuai dengan laporan keuangan yang diterbitkan
oleh perusahaan. Jadi, semakin tinggi Etika Profesi dijunjung oleh auditor,
maka kualitas audit juga akan semakin bagus.
2.4.5 Pengaruh Pengalaman pada Kualitas Audit

Semakin rendah pengalaman auditor maka semakin rendah pula


kualitas audit auditor tersebut. Adapun faktor yang menyebabkan kurangnya
pengalaman pada auditor adalah, kurang lamanya bekerja pada Kantor
Akuntan Publik, dalam hal ini adalah audit junior, dan selain itu kurangnya
kompleksitas tugas yang dihadapi auditor, semakin sering auditor menghadapi
tugas yang kompleks maka semakin bertambah pengalaman dan
pengetahuannya. Begitu juga dengan risiko audit yang dihadapi oleh seorang
auditor juga akan dipengaruhi oleh pengalaman dari auditor tersebut. Auditor
akan berusaha untuk memperoleh bukti-bukti yang diperlukan untuk
mendukung judgment tersebut. Dalam melaksanakan tugas auditnya seorang
auditor dituntut untuk membuat suatu judgment yang maksimal. Untuk itu
auditor akan berusaha untuk melaksanakan tugasnya tersebut dengan segala
kemampuannya dan berusaha untuk mengindari risiko yang mungkin akan
timbul dari judgment yang dibuatnya tersebut.

2.4.6 Pengaruh Kepuasan Kerja Auditor pada Kualitas Audit

Respon seseorang meliputi respon terhadap komunikasi organisasi,


supervisor, kompensasi, promosi, teman sekerja, kebijaksanaan organisasi dan
hubungan interpersonal dalam organisasi.
BAB III

PENUTUP

3.1 Simpulan

Berdasarkan hasil dari laporan makalah diatas, dapat disimpulkan


bahwa apapun profesi yang dijalani tidak lepas dari adanya aturan dan etika
yang berlaku baik di profesi yang bersangkutan maupun secara garis besar
(umum). Menyangkut dengan etika profesi yang kami diskusikan diatas,
bahwasannya seorang akuntan publik harus benar-benar memahami standar
akuntan publik dan mematuhi kode etik yang sudah diatur bedasarkan
keputusan yang di ambil bersama oleh Institut Akunta Publik Indonesia
(IAPI). Karena seperti yang kita ketahui setiap pelanggaran kode etik yang
dilakukan khususnya untuk profesi akuntan publik terdapat sanksi-sanksi yang
dapat menjeratnya baik secara perdana maupun perdata sesuai dengan
peraturan hukum yang ada di Indonesia.

3.2 Saran

Bagi para pekerja profesional yang berprofesi sebagai akuntan publik


baik yang sudah berpengalaman atau lebih khususnya lagi bagi baru akan
menggeluti bidang tersebut hendaknya untuk menpersiapkan dan mempelajari
segala sesuatunya yang berhubungan dengan aturan-aturan dan etika profesi
akuntan publik. Selain itu, kita sebagai mahluk individu dan sosial tentunya
kita harus selau menjaga sikap, etika dan mematuhi norma-norma yang ada
didalam kehidupan sehari-hari.
DAFTAR PUSTAKA

Dwi, N. (2018). Profesionalisme, Idependensi, dan Etika profesi terhadap kinerja auditor
pada kantor akuntan malang. Universitas Widyagama Malang, 10.

IAPI. (2019). Kode Etik Profesi Akuntan Publik. Jakarta.

KA-KJA, I. (2017). Panduan SPM Kantor Jasa Akuntansi dan Sosialisai Kode Etik Akuntan
Profesional. Jakarta: IAI.

Anda mungkin juga menyukai