Anda di halaman 1dari 30

BAB I

Pendahuluan

1.1. Latar Belakang


Seiring dengan meningkatnya kompetisi dan globalisasi, setiap profesi
dituntut untuk bekerja secara professional. Kemampuan dan keahlian khusus yang
dimiliki oleh suatu profesi adalah suatu keharusan agar profesi tersebut mampu
bersaing di dunia usaha sekarang ini. Selain keahlian dan kemampuan khusus yang
dimiliki oleh suatu profesi, dalam menjalankan suatu profesi juga dikenal adanya
etika profesi.
Dengan adanya etika profesi maka tiap profesi memiliki aturanaturan
khusus yang harus ditaati oleh pihak yang menjalankan profesi tersebut. Etika
Profesi diperlukan agar apa yang dilakukan oleh suatu profesi tidak melanggar
batas-batas tertentu yang dapat merugikan suatu pribadi atas masyarakat luas. Etika
tersebut akan memberi batasan-batasan mengenai apa yang harus dilakukan dan apa
yang harus dihindari oleh suatu profesi.
Etika profesi menjadi tolak ukur kepercayaan masyarakat terhadap suatu
profesi. Apabila etika suatu profesi dilanggar maka harus ada sanksi yang tegas
terhadap pelanggaran yang dilakukan oleh profesi tersebut. Jika tidak maka akan
mengakibatkan kepercayaan masyarakat terhadap profesi tersebut akan berkurang.
Sedangkan apabila suatu profesi dijalankan berdasarkan etika profesi yang ada
maka hasilnya tidak akan merugikan kepentingan umum dan akan meningkatkan
kepercayaan masyarakat terhadap profesi tersebut.
Profesi akuntan sekarang ini dituntut untuk mampu bertindak secara
profesional dan sesuai dengan etika. Hal tersebut karena profesi akuntan
mempunyai tanggung jawab terhadap apa yang diperbuat baik terhadap
pekerjaannya, organisasinya, masyarakat dan dirinya sendiri. Dengan bertindak
sesuai dengan etika maka kepercayaan masyarakat terhadap profesi akuntan akan
meningkat.Terlebih saat ini profesi akuntan diperlukan oleh perusahaan, khususnya
perusahaan yang akan masuk pasar modal. Hal ini disebabkan setiap perusahaan
yang hendak ikut serta dalam bursa efek wajib diaudit oleh akuntan publik.
Untuk mendukung profesionalisme akuntan, Ikatan Akuntan Indonesia
(IAI), sejak tahun 1975 telah mengesahkan “Kode Etik Akuntan Indonesia” yang
telah mengalami revisi pada tahun 1986, tahun 1994 dan terakhir pada tahun 1998.
Dalam mukadimah Kode Etik Akuntan Indonesia tahun 1998 ditekankan
pentingnya prinsip etika bagi akuntan.
BAB II
Tinjauan Pustaka

2.1. Kode Etik IAI (Ikatan Akuntan Indonesia)


Kode etik merupakan perangkat prinsip-prinsip moral dan mengatur tentang
perilaku professional. Syarat lain yang harus dipenuhi agar kode etik dapat berhasil
dengan baik adalah bahwa pelaksanaannya diawasi terus menerus. Pada umumnya
kode etik akan mengandung sanksi-sanksi yang dikenakan pada pelanggar kode
etik. Kode Etik Ikatan Akuntan Indonesia dimaksudkan sebagai panduan dan aturan
bagi seluruh anggota dalam pemenuhan tanggung-jawab profesionalnya.
Kode Etik Akuntan Indonesia mempunyai struktur seperti kode etik AICPA
yang meliputi prinsip etika, aturan etika dan interpretasi aturan. Kode etik Akuntan
Indonesia memuat delapan prinsip etika sebagai berikut : (Mulyadi,2001:53)

1. Tanggung Jawab profesi Dalam melaksanakan tanggung jawabnya sebagai


profesional, setiap anggota harus senantiasa menggunakan pertimbangan
moral dan profesional dalam semua kegiatan yang dilakukannya. Sebagai
profesional, anggota mempunyai peran penting dalam masyarakat. Sejalan
dengan peran tersebut, anggota mempunyai tanggung jawab kepada semua
pemakai jasa profesional mereka. Anggota juga harus selalu bertanggungjawab
untuk bekerja sama dengan sesama anggota untuk mengembangkan profesi
akuntansi, memelihara kepercayaan masyarakat dan menjalankan tanggung
jawab profesi dalam mengatur dirinya sendiri. Usaha kolektif semua anggota
diperlukan untuk memelihara dan meningkatkan tradisi profesi.

2. Kepentingan Publik Setiap anggota berkewajiban untuk senantiasa bertindak


dalam kerangka pelayanan kepada publik, menghormati kepercayaan publik,
dan menunjukan komitmen atas profesionalisme. Satu ciri utama dari suatu
profesi adalah penerimaan tanggung jawab kepada publik. Profesi akuntan
memegang peran yang penting di masyarakat, dimana publik dari profesi
akuntan yang terdiri dari klien, pemberi kredit, pemerintah, pemberi kerja,
pegawai, investor, dunia bisnis dan keuangan, dan pihak lainnya bergantung
kepada obyektivitas dan integritas akuntan dalam memelihara berjalannya
fungsi bisnis secara tertib.

Ketergantungan ini menimbulkan tanggung jawab akuntan terhadap


kepentingan publik. Kepentingan publik didefinisikan sebagai kepentingan
masyarakat dan institusi yang dilayani anggota secara keseluruhan.
Ketergantungan ini menyebabkan sikap dan tingkah laku akuntan dalam
menyediakan jasanya mempengaruhi kesejahteraan ekonomi masyarakat dan
negara. Kepentingan utama profesi akuntan adalah untuk membuat pemakai
jasa akuntan paham bahwa jasa akuntan dilakukan dengan tingkat prestasi
tertinggi sesuai dengan persyaratan etika yang diperlukan untuk mencapai
tingkat prestasi tersebut. Dan semua anggota mengikat dirinya untuk
menghormati kepercayaan publik. Atas kepercayaan yang diberikan publik
kepadanya, Anggota harus secara terus menerus menunjukkan dedikasi mereka
untuk mencapai profesionalisme yang tinggi. Untuk memelihara dan
meningkatkan kepercayaan publik, setiap anggota harus memenuhi tanggung
jawab profesionalnya dengan integritas setinggi mungkin.

3. Integritas Integritas adalah suatu elemen karakter yang mendasari timbulnya


pengakuan profesional. Integritas merupakan kualitas yang melandasi
kepercayaan publik dan merupakan patokan (benchmark) bagi anggota dalam
menguji keputusan yang diambilnya. Integritas mengharuskan seorang anggota
untuk, antara lain, bersikap jujur dan berterus terang tanpa harus mengorbankan
rahasia penerima jasa. Pelayanan dan kepercayaan publik tidak boleh
dikalahkan oleh keuntungan pribadi. Integritas dapat menerima kesalahan yang
tidak disengaja dan perbedaan pendapat yang jujur, tetapi tidak menerima
kecurangan atau peniadaan prinsip.

4. Obyektivitas Setiap anggota harus menjaga obyektivitasnya dan bebas dari


benturan kepentingan dalam pemenuhan kewajiban profesionalnya.
Obyektivitasnya adalah suatu kualitas yang memberikan nilai atas jasa yang
diberikan anggota. Prinsip obyektivitas mengharuskan anggota bersikap adil,
tidak memihak, jujur secara intelektual, tidak berprasangka atau bias, serta
bebas dari benturan kepentingan atau dibawah pengaruh pihak lain.

Anggota bekerja dalam berbagai kapasitas yang berbeda dan harus


menunjukkan obyektivitas mereka dalam berbagai situasi. Anggota dalam
praktek publik memberikan jasa atestasi, perpajakan, serta konsultasi
manajemen. Anggota yang lain menyiapkan laporan keuangan sebagai seorang
bawahan, melakukan jasa audit internal dan bekerja dalam kapasitas keuangan
dan manajemennya di industri, pendidikan, dan pemerintah. Mereka juga
mendidik dan melatih orang orang yang ingin masuk kedalam profesi. Apapun
jasa dan kapasitasnya, anggota harus melindungi integritas pekerjaannya dan
memelihara obyektivitas.

5. Kompetensi dan Kehati-hatian Profesional Setiap anggota harus melaksanakan


jasa profesionalnya dengan berhati-hati, kompetensi dan ketekunan, serta
mempunyai kewajiban untuk mempertahankan pengetahuan dan ketrampilan
profesional pada tingkat yang diperlukan untuk memastikan bahwa klien atau
pemberi kerja memperoleh manfaat dari jasa profesional dan teknik yang paling
mutakhir.

Hal ini mengandung arti bahwa anggota mempunyai kewajiban untuk


melaksanakan jasa profesional dengan sebaik-baiknya sesuai dengan
kemampuannya, demi kepentingan pengguna jasa dan konsisten dengan
tanggung jawab profesi kepada publik.

Kompetensi diperoleh melalui pendidikan dan pengalaman. Anggota


seharusnya tidak menggambarkan dirinya memiliki keahlian atau pengalaman
yang tidak mereka miliki. Kompetensi menunjukkan terdapatnya pencapaian
dan pemeliharaan suatu tingkat pemahaman dan pengetahuan yang
memungkinkan seorang anggota untuk memberikan jasa dengan kemudahan
dan kecerdikan. Dalam hal penugasan profesional melebihi kompetensi anggota
atau perusahaan, anggota wajib melakukan konsultasi atau menyerahkan klien
kepada pihak lain yang lebih kompeten. Setiap anggota bertanggung jawab
untuk menentukan kompetensi masing masing atau menilai apakah pendidikan,
pedoman dan pertimbangan yang diperlukan memadai untuk bertanggung
jawab yang harus dipenuhinya

6. Kerahasiaan Setiap anggota harus menghormati kerahasiaan informasi yang


diperoleh selama melakukan jasa profesional dan tidak boleh memakai atau
mengungkapkan informasi tersebut tanpa persetujuan, kecuali bila ada hak atau
kewajiban profesional atau hukum untuk mengungkapkannya. Kepentingan
umum dan profesi menuntut bahwa standar profesi yang berhubungan dengan
kerahasiaan didefinisikan bahwa terdapat panduan mengenai sifat sifat dan luas
kewajiban kerahasiaan serta mengenai berbagai keadaan di mana informasi
yang diperoleh selama melakukan jasa profesional dapat atau perlu
diungkapkan.

Anggota mempunyai kewajiban untuk menghormati kerahasiaan informasi


tentang klien atau pemberi kerja yang diperoleh melalui jasa profesional yang
diberikannya. Kewajiban kerahasiaan berlanjut bahkan setelah hubungan antar
anggota dan klien atau pemberi jasa berakhir.

7. Perilaku Profesional

Setiap anggota harus berperilaku yang konsisten dengan reputasi profesi yang
baik dan menjauhi tindakan yang dapat mendiskreditkan profesi. Kewajiban
untuk menjauhi tingkah laku yang dapat mendiskreditkan profesi harus
dipenuhi oleh anggota sebagai perwujudan tanggung jawabnya kepada
penerima jasa, pihak ketiga, anggota yang lain, staf, pemberi kerja dan
masyarakat umum.

8. Standar Teknis Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya sesuai


dengan standar teknis dan standar profesional yang relevan. Sesuai dengan
keahliannya dan dengan berhati-hati, anggota mempunyai kewajiban untuk
melaksanakan penugasan dari penerima jasa selama penugasan tersebut sejalan
dengan prinsip integritas dan obyektivitas.

Standar teknis dan standar professional yang harus ditaati anggota adalah
standar yang dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia. Internasional
Federation of Accountants, badan pengatur, dan pengaturan perundang-
undangan yang relevan.

2.2. Kode Etik IAPI (Institut Akuntan Publik Indonesia)


Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI) Yaitu badan yang memiliki fungsi
untuk menyusun dan mengembangkan standar profesi dan kode etik profesi akuntan
publik yang berkualitas dengan mengacu pada standar internasional
Institut Akuntan Publik Indonesia adalah organisasi profesi akuntan publik
di Indonesia. IAPI berwenang melaksanakan ujian sertifikasi akuntan publik,
penyusunan dan penerbitan standar professional dan etika akuntan publik, serta
menyelenggarakan program pendidikan berkelanjutan bagi seluruh akuntan publik
di Indonesia. Para pelaku profesi akuntan publik harus mematuhi dan menerapkan
seluruh prinsip dasar dan aturan etika profesi yang diatur dalam Kode Etik Profesi
Akuntan Publik.
Kode etik ini terdiri dari dua bagian, yaitu bagian A dan B.
Bagian A: memuat Prinsip Dasar Etika Profesi dan memberikan kerangka
konseptual untuk penerapan prinsip.
1. Prinsip integritas
Setiap Praktisi harus tegas dan jujur dalam menjalin hubungan profesional
dan hubungan bisnis dalam melaksanakan pekerjaannya.

2. Prinsip objektivitas
Setiap Praktisi tidak boleh membiarkan subjektivitas, benturan kepentingan,
atau pengaruh yang tidak layak (undue influence) dari pihak-pihak lain
memengaruhi pertimbangan profesional atau pertimbangan bisnisnya.
3. Prinsip kompetensi serta sikap kecermatan dan kehati-hatian profesional
(professional competence and due care).
Setiap Praktisi wajib memelihara pengetahuan dan keahlian profesionalnya
pada suatu tingkatan yang dipersyaratkan secara berkesinambungan,
sehingga klien atau pemberi kerja dapat menerima jasa profesional yang
diberikan secara kompeten berdasarkan perkembangan terkini dalam
praktik, perundang-undangan, dan metode pelaksanaan pekerjaan. Setiap
Praktisi harus bertindak secara profesional dan sesuai dengan standar
profesi dan kode etik profesi yang berlaku dalam memberikan jasa
profesionalnya.
4. Prinsip kerahasiaan
Setiap Praktisi wajib menjaga kerahasiaan informasi yang diperoleh sebagai
hasil dari hubungan profesional dan hubungan bisnisnya, serta tidak boleh
mengungkapkan informasi tersebut kepada pihak ketiga tanpa persetujuan
dari klien atau pemberi kerja, kecuali jika terdapat kewajiban untuk
mengungkapkan sesuai dengan ketentuan hukum atau peraturan lainnya
yang berlaku. Informasi rahasia yang diperoleh dari hubungan profesional
dan hubungan bisnis tidak boleh digunakan oleh Praktisi untuk keuntungan
pribadinya atau pihak ketiga.
5. Prinsip perilaku profesional
Setiap Praktisi wajib mematuhi hukum dan peraturan yang berlaku dan
harus menghindari semua tindakan yang dapat mendiskreditkan profesi.

Bagian B
Bagian ini memuat Aturan Etika Profesi yang memberikan ilustrasi mengenai
penerapan kerangka konseptual pada situasi tertentu.
1. Ancaman dan Pencegahan
Ancaman
Kepatuhan pada prinsip dasar etika profesi dapat terancam oleh berbagai situasi,].
a. Ancaman kepentingan pribadi
b. Ancaman telaah pribadi
c. Ancaman advokasi
d. Ancaman kedekatan
e. Ancaman intimidasi
Pencegahan
a. Pencegahan yang dibuat oleh profesi, perundang-undangan atau peraturan
b. Pencegahan dalam lingkungan kerja, pencegahan pada tingkat institusi dan
tingkat perikatan

2. Penunjukkan Praktisi, KAP, atau Jaringan KAP


Sebelum menerima suatu klien baru, setiap praktisi harus
mempertimbangkan potensi terjadinya ancaman terhadap kepatuhan pada prinsip
dasar etika profesi yang diakibatkan oleh diterimanya klien tersebut.
3. Benturan Kepentingan
Setiap praktisi harus mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk
mengidentifikasi setiap situasi yang dapat menimbulkan benturan kepentingan,
yang dapat menjadi ancaman terhadap kepatuhan pada prinsip etika profesi.
4. Pendapat Kedua
Ancaman terhadap kepatuhan pada prinsip dasar etika dapat terjadi ketika
praktisi diminta untuk memberikan pendapat kedua mengenai penerapan akuntansi,
auditing, pelaporan, atau standar/prinsip lain untuk keadaan / transaksi tertentu oleh
/ untuk kepentingan pihak-pihak selain klien.
5. Imbalan Jasa Profesional dan bentuk Remunerasi Lainnya
Dalam melakukan negoisasi jasa professional yang diberikan, praktisi dapat
mengusulkan jumlah imbalan jasa professional yang sesuia. Namun dapat menjadi
ancaman terhadap kepatuhan pada prinsip dasar etika profesi.
6. Pemasaran Jasa Profesional
Ancaman terhadap kepatuhan pada prinsip dasar etika dapat terjadi ketika
praktisi mendapatkan suatu perikatan melalui iklan/bentuk pemasaran lainnya.
Setiap praktisi tidak boleh mendiskreditkan profesi dalam memasarkan jasa
profesionalnya.
7. Penerimaan Hadiah atau Bentuk Keramahtamahan Lainnya
Ancaman dapat terjadi terhadap kepatuhan pada prinsip dasar etika profesi
terutama dalam hal objektifitas praktisi.
8. Penyimpanan Aset Milik Klien
Setiap praktisi tidak boleh mengambil tanggung jawab penyimpanan uang
atau asset lainnya milik klien, kecuali diperbolehkan oleh ketentuan hukum yang
berlaku.
9. Objektivitas Semua Jasa Profesional
Ancaman terhadap kepatuhan pada prinsip dasar objektivitas yang dapat
terjadi dari adanya kepentingan dalam, atau hubungan dengan klien maupun
direktur, pejabat atau karyawan.
10. Independensi dalam Perikatan Assurance
Dalam melaksanakan perikatan assurance, kode etik ini mewajibkan
anggota tim assurance, KAP, dan jika relevan, Jaringan KAP, untuk bersikap
independen terhadap klien assurance sehubungan dengan kapasitas mereka untuk
melindungi kepentingan publik.

2.3. Kode Etik IAMI (Institut Akuntan Manajemen Indonesia)


Organisasi pada umunya menerapkan standar perilaku untuk para manajer
dan pekerjanya. Asosiasi-asosiasi professional juga menetapkan standar etika.
Akuntan manajemen membantu manajer untuk meningkatkan kinerja ekonomis
perusahaan.

Kode etik akuntan manajemen di luar negeri

Menurut James W. Brackner, penulis Ethics Column dalam management


Accounting, ada sepuluh nilai inti yang diidentifikasi menghasilkan prinsip-prinsip
yang melukiskan benar dan salah dalam kerangka umum. Sepuluh nilai tersebut
adalah:

1. Kejujuran (honesty)

2. Integritas (integrity)

3. Memegang janji (promise keeping)

4. Kesetiaan (fidelity)

5. Keadilan (fairness)

6. Kepedulian terhadap sesama (caring for others)

7. Penghargaan kepada orang lain (respect for others)

8. Kewarganegaraan yang bertanggung jawab (responsible citizenship)

9. Pencapaian kesempurnaan (pursuit of excellence)


10. Akuntabilitas (accountibility)

IMA (Institute of Management Accountants) mengeluarkan suatu


pernyataan yang menguraikan tentang standar perilaku etis akuntan manajemen.
Kode etik IMA menerapkan standar minimum perilaku yang ditujukan untuk
mengarahkan akuntan manajemen dan menginspirasikan profesionalisme yang
sangat tinggi pada semua level akuntan manajemen. Dengan mematuhi standar ini,
akuntan manajemen meningkatkan derajat profesi mereka dan membantu
mengembangkan hubungan kepercayaan dimana para manajer dan pihak-pihak
lainnya dapat secara yakin bergantung pada pekerjaan mereka.

Akuntan manajemen tidak akan melakukan tindakan-tindakan yang


bertentangan dengan standar ini atau mereka tidak akan menerima pelaksanaan
tindakan-tindakan tersebut dari orang lain dalam organisasi mereka. Standar
tersebut adalah sebagai berikut:

1. Kompetensi
Akuntan manajemen bertanggung jawab untuk
a. Menjaga tingkat kompetensi profesional yang diperlukan dengan terus
menerus mengembangkan pengetahuan dan keahliannya
b. Melakukan tugas-tugas profesionalnya sesuai dengan hukum,
peraturan, dan standar
teknis yang berlaku

c. Menyusun laporan dan rekomendasi yang lengkat serta jelas setelah


melakukan analisis yang benar terhadap informasi yang relevan dan
dapat dipercaya
2. Kerahasiaan
Akuntan manajemen bertanggun jawab untuk:
a. Menahan diri untuk tidak mengungkapkan tanpa ijin informasi rahasia
berkenaan dengan tugas-tugasnya, kecuali diharuskan secara hukum
b. Memberitahu bawahan seperlunya kerahasiaan dari informasi yang
berkenaan denga tugas-tugasnya dan memonitor aktivitas mereka
untuk menjaga kerahasiaan tersebut
c. Menahan diri dari penggunaan informasi rahasia yang berkaitan
dengan tugas-tugasnya untuk tujuan tidak etis dan sah baik secara
pribadi maupun melalui pihak ketiga.
3. Integritas
Akuntan manajemen bertanggung jawab untuk:
a. Menghindari konflik kepentingan aktual atau terlihat nyata dan
mengingatkan semua
pihak terhadap potensi konflik

b. Menahan diri dari keterlibatan berbagai aktivitas yang akan


menimbulkan kecurigaan terhadap kemampuan mereka untuk
melakukan tugasnya secara etis
c. Menolak pemberian, penghargaan, dan keramah-tamahan yang dapat
mempengaruhi mereka dalam bertugas
d. Menahan diri untuk tidak melakukian penggerogotan terhadap
legitimasi organisasi dan tujuan-tujuan etis, baik secara pasif maupun
aktif
e. Mengenali dan mengkomunikasikan berbagai batasan profesional atau
kendala lainnya yang akan menghalangi munculnya penilaian yang
bertanggung jawab atau kinerja sukses dari suatu aktivitas
f. Mengkomunikasikan informasi yang baik atau buruk dan penilaian
atau opini profesional
g. Menahan diri dari keterlibatan dalam aktivitas yang merugikan profesi
4 Objektivitas
Akuntan manajemen bertanggung jawab untuk
a. Mengkomunikasikan informasi dengan adil dan objektif
b. Mengungkapkan semua informasi relevan yang dapat diharapkan
mempengaruhi pemahaman pengguna terhadap laporan, komentar,
dan rekomendasi yang dikeluarkan
5. Resolusi konfik etika
Dalam pelaksanaan standar perilaku etis, akuntan manajemen mungkin
menghadapi masalah dalam mengidentifikasi perilaku yang tidak etis, atau dalam
meyelesaikan konflik etika. Ketika menghadapi isu-isu etika yang penting, akuntan
manajemen harus mengiuti kebijakan yang ditetapkan organisasidalam mengatasi
konflik. Jika kebijakan ini tidak menyelesaikan konflik etika, akuntan manajemen
harus mempertimbangkan tindakan berikut ini:

a. Mendiskusikan masalah tersebut dengan supervisor kecuali jika masalah


itu melibatkan atasannya. Dalam kasus ini, masalah tersebut harus
dilaporkan secepatnya kepada jenjang yang lebih tinggi berikutnya. Jika
resolusi akhir yang memuaskan tidak dapat dicapai pada saat masalah
diungkapkan, sampaikan masalah tersebut manajemen jenjang yang
lebih tinggi.
b. Jika atasan langsung merupakan kepala eksekutif pelaksana (CEO), atau
setingkat
wewenang untuk mengatasi mungkin berada di tangan suatu kelompok
seperti komite audit, komite eksekutif, dewan direksi, dewan perwalian,
atau pemilik. Berhubungan dengan jenjang di atas atasan langsung
sebaiknya dilakukan dengan sepengetahuan atasan.

c. Menjelaskan konsep-konsep yang relevan melalui diskusi rahasia dengan


seorang penasihat yang objektif untuk mencapai pemahanan terhadap
tindakan yang mungkin dilakukan

2.4. Kode Etik IAI - KASP (Kompartemen Akuntan Sektor Publik)


Untuk akuntansi sektor publik, aturan etika ditetapkan oleh Ikatan Akuntan
Indonesia Kompartemen Akuntan Sektor Publik (IAI-KASP). Sampai saat ini, aturan
etika ini masih dalam bentuk exposure draft, yang penyusunannya mengacu pada
Standard of Professional Practice on Ethics yang diterbitkan oleh the International
Federation of Accountants (IFAC). Panduan umum lainnya yang tercantum dalam
aturan etika IAI-KASP terdiri dari tiga hal yaitu panduan good governance dari
organisasi/instansi tempat auditor bekerja, panduan identifikasi pertentangan
kepentingan, panduan atas pemberian fasilitas dan hadiah, dan panduan penerapan
aturan etika bagi auditor yang bekerja di luar wilayah hukum aturan etika. Aturan
etika IAI-KASP memuat tujuh prinsip dasar perilaku etis auditor dan empat panduan
umum lainnya berkenaan dengan perilaku etis tersebut.
Prinsip Dasar Perilaku Etis Auditor
1. Integritas
Integritas berkaitan dengan profesi auditor yang dapat dipercaya karena
menjunjung tinggi kebenaran dan kejujuran. Integritas tidak hanya berupa
kejujuran tetapi juga sifat dapat dipercaya, bertindak adil dan berdasarkan
keadaan yang sebenarnya.
2. Objektivitas
Auditor yang objektif adalah auditor yang tidak memihak sehingga independensi
profesinya dapat dipertahankan atau dengan kata lain, auditor mengambil
keputusan berdasarkan seluruh bukti yang tersedia, dan bukannya karena
pengaruh atau berdasarkan pendapat atau prasangka pribadi maupun tekanan dan
pengaruh orang lain.
3. Kompetensi dan Kehati-hatian
Berdasarkan prinsip kompetensi dan kehati-hatian, auditor hanya dapat
melakukan suatu audit apabila ia memiliki kompetensi yang diperlukan atau
menggunakan bantuan tenaga ahli yang kompeten untuk melaksanakan tugas-
tugasnya secara memuaskan. Untuk itu auditor harus selalu meningkatkan
pengetahuan dan keahlian profesinya pada tingkat yang diperlukan untuk
memastikan bahwa instansi tempat ia bekerja atau auditan dapat menerima
manfaat dari layanan profesinya berdasarkan pengembangan praktik, ketentuan,
dan teknik yang terbaru.
4. Kerahasiaan
Auditor harus mampu menjaga kerahasiaan atas informasi yang diperolehnya
dalam melakukan audit, walaupun keseluruhan proses audit mungkin harus
dilakukan secara terbuka dan transparan. Informasi tersebut merupakan hak
milik auditan, untuk itu auditor harus memperoleh persetujuan khusus apabila
akan mengungkapkannya, kecuali adanya kewajiban pengungkapan karena
peraturan perundang-undangan. Kerahasiaan ini harus dijaga sampai kapanpun
bahkan ketika auditor telah berhenti bekerja pada instansinya.
5. Ketepatan Bertindak
Auditor harus dapat bertindak secara konsisten dalam mempertahankan reputasi
profesi serta lembaga profesi akuntan sektor publik dan menahan diri dari setiap
tindakan yang dapat mendiskreditkan lembaga profesi atau dirinya sebagai
auditor profesional.
6. Standar Teknis dan Profesional
Auditor harus melakukan audit sesuai dengan standar audit yang berlaku, yang
meliputi standar teknis dan profesional yang relevan yang ditetapkan oleh Ikatan
Akuntan Indonesia dan Pemerintah Republik Indonesia. Pada instansi-instansi
audit publik, terdapat juga standar audit yang mereka tetapkan dan berlaku bagi
para auditornya, termasuk aturan perilaku yang ditetapkan oleh instansi tempat
ia bekerja.

Panduan Umum Lainnya pada Aturan Etika IAI-KASP


1. Good Governance
Auditor diharapkan mendukung penerapan good governancepada organisasi
atau instansi tempat ia bekerja, yang meliputi prinsip-prinsip berikut: tidak
mementingkan diri sendiri, integritas, objektivitas, akuntabilitas, keterbukaan,
kejujuran, kepemimpinan.
2. Pertentangan Kepentingan
Beberapa hal yang tercantum dalam aturan etika yang dapat mengindikasikan
adanya pertentangan kepentingan yang dihadapi oleh auditor sektor publik,
seperti:
o Adanya tekanan dari atasan, rekan kerja,
o Adanya tekanan dari pihak luar seperti keluarga atau relasi,
o Adanya tuntutan untuk bertindak yang tidak sesuai dengan standar,
o Adanya tuntutan loyalitas kepada organisasi atau atasan yang bertentangan
dengan kepatuhan atas standar profesi,
o Adanya publikasi informasi yang bias sehingga menguntungkan
instansinya,
o Adanya peluang untuk memperoleh keuntungan pribadi atas beban
instansi tempat ia bekerja atau auditee.
3. Fasilitas dan Hadiah
Auditor dapat menerima fasilitas atau hadiah dari pihak-pihak yang memiliki
atau akan memiliki hubungan kontraktual dengannya dengan mengacu dan
memperhatikan seluruh peraturan perundang-undangan mengenai tindak pidana
korupsi, dengan melakukan tindakan-tindakan berikut:
o Melakukan pertimbangan atau penerimaan fasilitas atau hadiah yang
normal dan masuk akal, artinya auditor juga akan menerima hal yang sama
pada instansi tempat ia bekerja apabila ia melakukan hal yang sama.
o Meyakinkan diri bahwa besarnya pemberian tidak menimbulkan persepsi
masyarakat bahwa auditor akan terpengaruh oleh pemberian tersebut.
o Mencatat semua tawaran pemberian fasilitas atau hadiah, baik yang
diterima maupun yang ditolak, dan melaporkan catatan tersebut.
o Menolak tawaran-tawaran fasilitas atau hadiah yang meragukan.

4. Pemberlakuan Aturan Etika Bagi Auditor yang Bekerja di Luar Negeri


Pada dasarnya auditor harus menerapkan aturan yang paling keras
apabila auditor dihadapkan pada dua aturan berbeda yang berlaku ketika ia
bekerja di luar negeri, yaitu aturan etika profesinya di Indonesia dan aturan etika
yang berlaku di luar negeri.

2.4. Kode Etik Profesi dalam asosiasi akuntansi lainya


Auditor APIP (aparat pengawasan intern pemerintahan) adalah pegawai
negeri yang mendapat tugas antara lain untuk melakukan audit, karena itu auditor
pemerintah dapat diibaratkan sebagai seseorang yang kaki tangannya terikat pada
ketentuan-ketentuan sebagai pegawai negeri sedangkan kaki kirinya terikat pada
ketentuan-ketentuan profesinya. Auditor APIP yang meliputi auditor auditor
dilingkungan BPKP, Inspektorat jenderal departemen, unit pengawasan LPND, dan
inspektorat provinsi, kabupaten dan kota dalam menjalankan tugas auditnya wajib
mentaati kode etik APIP yang berkaitan dengan statusnya sebagai pegawai negeri
dan standar audit APIP sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri
Pendayagunaan Aparatur Negara No PER/04/M.PAN/03/2008 dan No.
PER/05/M.PAN/03/2008 tanggal 31 Maret 2008.
2.5. SOX, SOA atau Sarbox (Sarbanes – Oxley Act)
Sarbanes-Oxley (Sarbanes-Oxley Act of 2002, Public Company
Accounting Reform and Investor Protection Act of 2002) atau kadang disingkat SOx
atau Sarbox adalah hukum federal Amerika Serikat yang ditetapkan pada 30
Juli2002 sebagai tanggapan terhadap sejumlah skandal akuntansiperusahaan besar
yang termasuk di antaranya melibatkan Enron, Tyco International, Adelphia,
Peregrine Systems danWorldCom. Skandal-skandal yang menyebabkan kerugian
bilyunan dolar bagi investor karena runtuhnya harga saham perusahaan-perusahaan
yang terpengaruh ini mengguncang kepercayaan masyarakat terhadap pasar saham
nasional.
SOX bertujuan untuk mengembalikan kepercayaan investor pasca skandal
akuntansi dan kebangkrutan perusahaan-perusahaan besar di Amerika.
Beberapa ringkasan poin penting di SOX:
1. SOX mendasari dibentuknya PCAOB (Public Company Accounting
Oversights Board
PCAOB bertugas menetapkan standar audit bagi auditor eksternal
perusahaan publik yang terdaftar di SEC. Standar audit tersebut meliputi
standar etika dan independensi, supervisi, rekrutmen dan pengembangan
audit staff, dan penerimaan klien baru atau berkelanjutan (client acceptance
and continuation.
PCAOB juga melakukan fungsi pengawasan apakah akuntan publik sudah
mematuhi standar audit. Fungsi pengawasan itu termasuk melakukan
investigasi, menjatuhkan sanksi pencabutan izin akuntan publik, dll.
2. Tanggung jawab perusahaan
Chief Excecutive Officer (CEO) dan Chief Financial Officer (CFO)
perusahaan harus membuat pernyataan bahwa laporan keuangan yang
dibuat adalah benar. Apabila ternyata tidak benar, CEO dan CFO dapat
dikenakan denda sampai 5 juta dolar dan hukuman penjara sampai 10 tahun
(SOX Section 302). SOX juga mewajibkan perusahaan untuk mempunyai
komite audit independen yang bertugas melakukan seleksi, menentukan
kompensasi, dan mengawasi auditor eksternal (SOX Section 301). Terkait
dengan laporan keuangan, perusahaan harus menyajikan (disclose) semua
transaksi off-balance sheet yang bersifat material. Perusahaan juga harus
menyajikan dengan cepat setiap perubahan yang bersifat material dalam
kondisi keuangannya (SOX Section 409). SOX mengatur mengenai
perlindungan whistle blower dengan mengenakan sanksi kriminal atas
perusahaan yang menghukum whistle blower dengan cara apapun. Definisi
atau pengertian Whistle blower adalah orang yang melaporkan terjadinya
fraud, korupsi, mis-manajemen, dll. dalam perusahaan. Apabila ada
seseorang yang dengan sengaja menghancurkan, mengubah, atau
menyembunyikan dokumen apapun untuk mencegahnya digunakan dalam
pengadilan, dapat dikenai sanksi kriminal (SOX Section 1102). Perusahaan
juga harus mempunyai kode etik untuk mendorong top management berlaku
jujur, menyajikan laporan keuangan secara akurat dan tepat waktu, dan
mematuhi peraturan yang ada.

3. Tanggung jawab auditor eksternal


Auditor eksternal harus memberikan informasi pada komite audit mengenai
kebijakan akuntansi yang diterapkan oleh manajemen perusahaan (SOX
Section 204). Partner auditor eksternal yang memimpin pelaksanaan audit
dan melakukan review audit harus berganti setiap 5 tahun sekali (SOX
Section 203). SOX melarang auditor eksternal memberikan jasa non-audit
tertentu untuk klien auditnya, misalnya jasa akuntansi, desain/implementasi
sistem informasi keuangan, penilaian (appraisal), internal audit outsourcing,
investment banking, broker, dsb (SOX Section 201). Dalam SOX, auditor
diharuskan memeriksa sistem internal control perusahaan dan mengevaluasi
apakah sistem tersebut dapat mendukung informasi laporan keuangan yang
reliable. Auditor kemudian mengeluarkan opini mengenai sistem internal
control tersebut (SOX Section 404). Eksternal auditor harus independen dari
manajemen perusahaan yang diaudit, baik secara kelihatannya (appearance)
ataupun pada kenyataannya (fact). Karena itu, dalam SOX diatur bahwa
CEO, CFO, dan Chief Accounting Officer suatu perusahaan tidak boleh
pernah bekerja sebagai auditor eksternal perusahaan itu sampai sudah lewat
satu tahun sebelumnya. SOX juga melarang perusahaan untuk merekrut
karyawan dari eksternal auditornya (SOX Section 206).

2.6. PMK no.17/2008 dan peraturan pemerintah lainya yang relevan


Sejalan dengan tujuan Pemerintah dalam rangka mendukung perekonomian
yang sehat dan efisien, diperlukan Akuntan Publik dan Kantor Akuntan Publik yang
profesional dan handal melalui pengaturan, pembinaan, dan pengawasan yang
efektif dan berkesinambungan.
Untuk menciptakan pengaturan, pembinaan, dan pengawasan yang efektif
dan berkesinambungan serta dalam rangka melindungi kepentingan umum,
Keputusan Menteri Keuangan Nomor 423/KMK.06/2002 yang mengatur Jasa
Akuntan Publik sebagaimana telah diubah dengan Keputusan Menteri Keuangan
Nomor 359/KMK.06/2003 tidak memadai lagi sehingga dipandang perlu mengatur
kembali Jasa Akuntan Publik dengan mengganti Keputusan Menteri Keuangan
dimaksud.
Bidang jasa Akuntan Publik dan KAP adalah atestasi, yang meliputi:
1) jasa audit umum atas laporan keuangan;
2) jasa pemeriksaan atas laporan keuangan prospektif;
3) jasa pemeriksaan atas pelaporan informasi keuangan proforma;
4) jasa reviu atas laporan keuangan; dan
5) jasa atestasi lainnya sebagaimana tercantum dalam SPAP

Dalam memberikan jasa, Akuntan Publik dan KAP wajib mematuhi:


1) SPAP yang ditetapkan oleh IAPI;
2) Etika Profesi yang ditetapkan oleh IAPI; dan
3) Peraturan perundang-undangan yang berlaku yang berhubungan dengan
bidang jasa yang diberikan

UU Akuntan Publik (UU No. 5 Tahun 2011)


Undang Undang Akuntan Publik diketuk oleh DPR RI pada tangggal 5 April
2011 dan disahkan presiden tanggal 3 Mei 2011. Undang-undang tentang Akuntan
Publik antara lain mengatur tentang regulator profesi, asosiasi profesi, perizinan,
hak dan kewajiban, tanggung jawab, sanksi, dan lain-lain. Saat ini di Indonesia
belum ada Undang-undang yang khusus mengatur mengenai Akuntan Publik. UU
terakhir mengenai akuntan adalah UU No. 34 tahun 1954 tentang pemakaian gelar
Akuntan.
Adapun latar belakang munculnya UU ini adalah:
• Melindungi kepentingan publik;
• Mendukung perekonomian yang sehat, efisien dan transparan;
• Memelihara integritas profesi Akuntan Publik;
• Melindungi kepentingan profesi Akuntan Publik sesuai dengan standar dan
kode etik profesi.
• Memberikan landasan hukum yang lebih kuat bagi publik, regulator dan
profesi Akuntan Publik;
• Menegaskan keberadaan jasa Akuntan Publik yang telah diakui dalam
beberapa peraturan perundang-undangan di Indonesia, yaitu:
1) UU No. 34 th. 1954 tentang Pemakaian Gelar Akuntan, pasal 4;
2) UU No. 11 th. 1992 tentang Dana Pensiun, pasal 52 (1);
3) UU No. 1 th. 1995 tentang Perseroan Terbatas, pasal 59 (1);
4) UU No 8 th. 1995 tentang Pasar Modal, pasal 64 (1) dan pasal 66;
5) UU No. 10 th. 1998 tentang Perbankan, pasal 31A;
6) UU No. 23 th. 1999 tentang BI, penjelasan pasal 30 (1);
• Mengatur profesi Akuntan Publik dengan peraturan perundang-undangan
setingkat Undang-undang merupakan praktek lazim di negara lain.
• Adanya tuntutan masyarakat terhadap integritas dan profesionalisme
Akuntan Publik;
• Adanya perkembangan lingkungan sosial, seperti teknologi dan liberalisasi
perdagangan jasa, yang mempengaruhi profesi Akuntan Publik.
Akuntan Publik (AP) merupakan profesi yang lahir dan besar dari tuntutan
publik akan adanya mekanisme komunikasi independen antara entitas ekonomi
dengan para stakeholder terutama berkaitan dengan akuntabilitas entitas yang
bersangkutan. Jasa profesional AP erupakan hak exclusive AP dan hasil pekerjaan
AP digunakan oleh publik (pengguna laporan keuangan) sebagai salah satu bahan
dalam pengambilan keputusan ekonomi. Pengguna hasil pekerjaan AP tidak hanya
klien yang memberikan penugasan, namun juga publik (investor/pemegang saham,
kreditor, pemerintah, masyarakat dll). Oleh karena jasa profesional AP berpengaruh
secara luas terhadap publik maka jasa dan profesi AP perlu diatur dalam suatu
Undang-undang.

BAB III
KASUS LEHMAN BROTHERS DAN KAP ERNST & YOUNG

3.1 LATAR BELAKANG MASALAH

Di era globalisasi ini, profesi akuntan publiksangat berperan penting dalam


dunia bisnis.Profesi akuntan publik memiliki tempat yang istimewa karena hampir
dibutuhkan oleh organisasi apapun, baik perusahaan swasta, BUMN/BUMD,
perusahaan multinasional, perusahaan asing, pemerintahan, dan organisasi nirlaba
sekalipun.Adanya tuntutan pada era globalisasi ini, untuk menyajikan laporan
keuangan yang dapat dipertanggungjawabkan kepada para pemakai eksternal
maupun internal menjadikan profesi akuntan publik banyak dibutuhkan oleh para
pelaku bisnis . Kondisi yang demikian, menjadikan seorang akuntan publik dituntut
untuk mampu bertindak secaara profesional sesuai dengan etika profesional audit.
Integritas, independen, dan profesionalisme merupakan suatu keharusanyang
dimiliki oleh seorang auditor dalam menjalankan setiap tugasnya.
Kebutuhan profesi akuntan publikmeningkat seiring dengan perkembangan
banyaknya perusahaan yang sudah go public, dimana perusahaan harus menyajikan
laporan keuangan yang telah diaudit mutlak sebagai standar perusahaango public.
Untuk itu profesi auditor sekarang banyak diburu karena merupakan pekerjaan yang
dianggap menjanjikan. Profesi akuntan publik pun dianggap sebagai profesi yang
mempunyai prospek ke depan yang cerah, baik sebagai auditor pemerintah, auditor
independen, auditor intern, hingga auditor pajak.Sehingga semakin banyak orang
yang mendirikan KAP (Kantor Akuntan Publik). KAPtersebut menyediakan jasa
laporan audit keuangan, jasa audit khusus, jasa atestasi, jasa review laporan
keuangan, serta jasa konsultasi dan jasa konsultasi pajak.
Seiring dengan berkembangnya jasa akuntan publik, banyak KAP yang tidak
mamatuhi kode etik akuntan publik. Dimana kebanyakan dari mereka sudah tidak
independen lagi dalam melakukan tugasnya. Mereka cenderung bekerjasama
dengan kliennya untuk memenuhi kepentingan dari pihak kliennya itu sendiri.
Seperti pada kasus bangkrutnya perusahaan besar di Amerika Serikat, yaitu Lehman
Brothers yang turut menyeret KAP Ernst & Young. KAP Ernst & Youngdiduga
tidak teliti memeriksa laporan keuangan yang disajikan Lehman Brothers dan
mengeluarkan hasil audit palsu atas laporan keuangan Lehman Brothers.

3.2 RUMUSAN MASALAH


Berdasarkan uraian latar belakang di atas, rumusan masalah yang akan
diuraikan sebagai berikut :
“Apakah Auditor KAP Ernst & Young Telah Melaksanakan Tugasnya Sesuai
dengan Kode Etik Profesi yang Ada?”

3.3 TUJUAN PENULISAN


Berdasarkan uraian latar belakang dan rumusan masalah diatas, maka tujuan
yang akan dicapai yaitumemberikan “Deskripsi dan Analisis Terhadap Kasus
Lehman Brothers dan KAP Ernst & Young”.

3.4 ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN


3.4.1 DESKRIPSI KASUS
Lehman Brother adalah salah satu bank penyalur kredit pemilikan
rumah (KPR), yang memiliki atau menjamin hampir separuh dari total
kredit perumahan di AS. Pada hari senin tanggal 15 September 2008
Lehman Brother mengumumkan kebangkrutannya dan bank investasi
terbesar keempat AS ini, menyampaikan formulir kebangkrutan ke United
States Bankruptcy Court for the Southern District of New York.
Sebelumnya Pemerintah, Bank Sentral AS serta para pimpinan bank-
bank investasi raksasa sebelumnya telah menggelar pertemuan darurat
selama tiga hari berturut-turut guna mencari solusi untuk Lehman
Brothers. Pada sabtu siang tanggal 13 September 2008, pertemuan yang
dihadiri oleh CEO JP Morgan Jamie Dimon, CEO Merril John Thain dan
CEO Citigroup Vikram Pandit dan pertemuan pertemuan berikutnya tidak
menghasilkan apapun.
Hasil temuan tentang skandal kebangkrutan Lehman Brothers pada
September 2008 silam, kini mulai terkuak. Laporan temuan setebal 2.200
halaman tersebut merupakan hasil penelitian lebih dari satu tahun. Tujuannya,
untuk menentukan siapa sebenarnya yang bersalah dibalik runtuhnya Lehman
Brothers (Winarto,2010).
Sekedar kilas balik, Lehman Brothers merupakan salah satu investment
bank terbesar di AS yang sudah berusia 150 tahun. Kebangkrutan bank ini
merupakan yang terbesar yang pernah terjadi dalam sejarah perbankan di AS.
Bangkrutnya Lehman Brothers juga merupakan titik awal serangan badai
krisis terdahsyat pasca Perang Dunia II yang melanda tahun 2007 dan 2008
lalu (Nugroho,2010)
Seorang peneliti dari firma hukum Jenner & Block, Anton Valukas,
membuka tabir dibalik runtunnya Lehman Brothers sebagai lembaga
keuangan terbesar dalam sejarah korporasi di Amerika Serikat yang memicu
krisis finansial global.
Hasilnya waktu itu cukup parah. Aliran dana kredit dari berbagai bank
terhenti. Bank tidak percaya satu sama lain. Kepercayaan perbankan merosot
tajam.
Akibatnya, perusahaan-perusahaan raksasa yang sudah berusia di atas
100 tahun, seperti Lehman Brothers pun ikut bangkrut. Menyusul General
Motors, perusahaan otomotif terkemuka di dunia yang genap berusia 100
tahun September tahun 2008, juga telah meminta persetujuan otoritas bisnis
AS untuk dibangkrutkan.
Pada 15 September 2008, Lehman Brothers meminta perlindungan atas
kebangkrutan sesuai Bab 11 Undang-undang Kepailitan AS. Kewajiban utang
Lehman Brothers terhadap bank dinyatakan sejumlah 613 miliar dolar AS.
Dimana sebesar 155 miliar dolar AS utang obligasi. Sementara total asset
Lehman Brothers yang dimiliki hanya sejumlah 639 miliar dolar AS.
JP Morgan Chase & Co dan Citigroup meminta tambahan penjaminan
sebesar 21 miliar dolar AS ketika Lehman mulai terguncang. Laporan itu
menyebutkan, pada 11 September 2008 JP Morgan meminta tambahan
jaminan 5 miliar dolar AS. Permintaan jaminan oleh para kreditor Lehman
berdampak langsung terhadap likuiditas Lehman. Ini menjadi penyebab
utama kebangkrutan Lehman.
Selain itu, Auditor Ernst & Young sebagai auditor keuangan Lehman
Brothers juga dinilai lalai, dan melaporkan hasil audit palsu soal keuangan
lembaga keuangan terbesar dan bergengsi di AS tersebut.
Selain permintaan tambahan kolateral, penumpukan aset Lehman
Brothers juga dibuat terpusat pada kredit kepemilikan kredit rumah
bermasalah. Sehingga ada kasus penyesatan informasi yang material dalam
akuntansi Lehman.
Menurut laporan Auditor Ernst & Young, tersirat bahwa Lehman
menggunakan rekayasa akuntansi untuk menutupi utang sebesar 50 miliar
dolar AS di pembukuannya. Semua itu dilakukan untuk menyembunyikan
ketergantungan dari utangnya. Para pejabat senior Lehman, juga auditor
mereka Ernst & Young, sadar akan tindakan ini.
Tidak hanya itu, mereka juga menyinggung kemungkinan gugatan
hukum terhadap mantan pimpinan Lehman, Dick Fuld, juga pejabat keuangan
Lehman, eksekutif Lehman lainnya seperti Chris O'Meara, Erin Callan, dan
Ian Lowitt. Perusahaan itu dituduh telah melakukan skandal akuntansi. Itulah
mengapa pemerintah Amerika Serikat tidak membail-out Lehman Brothers,
karena aktiva lehman lebih banyak berbentuk derivatif.(Winarto,2010)

3.4.2 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan deskripsi kasus diatas dapat dianalisa bahwa KAP Ernst &
Young telah melakukan pelangaran kode etik profesi akuntan publik. Dia
dengan sengaja melaporkan hasil audit palsu soal keuangan Lehman Brothers.
Dia mengetahui bahwa Lehman Brothers menggunakan rekayasa akuntansi
untuk menutupi utang sebesar 50 milliar dollar AS di pembukuannya, yang
semua itu dilakukannya untuk menyembunyikan ketergantungannya dari
utang dan KAP Ernst & Young tahu akan tindakan Lehman Brothers. Bukan
itu saja, Ernest & Young tahu bahwa sebenarnya para eksekutif dari Lehman
Brothers salah melakukan penilaian bisnis untuk memanipulasi neraca
perusahaan tetapi dia tetap mengeluarkan opini audit wajar tanpa
pengecualian sehingga tidak terdeteksi adanya krisis di dalam perusahaan
Lehman Brothers.Ernst & Young dan Lehman Brothers melakukan skandal
tersebut dengan sadar dan tahu akan akibat tersebut.
Berdasarkan teori Arens, terdapat 5 prinsip dasar etika profesional,
yaitu:
1. Integritas
2. Objektivitas
3. Kompetensi profesional dan kecermatan
4. Kerahasiaan
5. Perilaku Profesional
Berdasarkan analisa diatasdapat disimpulkan, kode etik profesional
yang dilanggar KAP Ernst & Young adalah sebagai berikut:
1. Integritas dan Objektivitas
Aturan Etika Profesi Akuntan Publik (IAI,20000.1-20000.6)
menjelaskan bahwa dalam menjalankan tugasnya, KAP harus
mempertahankan integritas dan objektivitas, harus bebas dari
benturan kepentingan dan tidak boleh membiarkan salah saji
material yang diketahuinya atau mengalihkan pertimbangannya
kepada pihak lain (Sukrisno, 2012:45).
Auditor harus terus terang dan jujur serta melakukan praktek secara
adil dan sebenar-benarnya dalam hubungan profesional mereka
(Arens, 2011:71).
Sedangkan objektivitas yaitu di mana para auditor harus tidak
berkompromi dalam memberikan pertimbangan profesionalnya
karena adanya bias, konflik kepentingan atau karena adanya
pengaruh dari orang lain yang tidak semestinya (Arens, 2011:71).
Pada kenyataannya auditor tersebut tidak jujur dalam melakukan
penilaian laporan keuangan Lehman Brothers dimana pada kasus
tersebut, sebenarnya KAP Ernst & Young mengetahui bahwa
perusahaan menutupi utang sebesar 50 milliar dollar AS, tetapi
auditor jelas-jelas terbukti menutupi fakta tersebut dan melakukan
skandal dengan kliennya, yaitu Lehman Brothers.
2. Perilaku Profesional
Para auditor harus menahan diri dari setiap perilaku yang akan
mendiskreditkan profesi mereka, termasuk melakukan kelalaian
(Arens,2011:71).
Pada kasus ini,KAP Ernst & Youngjustru melakukan skandal
dengan Lehman Brothersperihal laporan keuangan yang telah
dimanipulasi, di mana skandal tersebut telah mendiskreditkan
profesi mereka dan KAP Ernst & Young dinilai tidak mempunyai
perilaku profesional dalam menjalankan tugasnya oleh pelaku
bisnis yang akan menyewa jasanya sebagai auditor.
3. Kepentingan Publik
Auditor harus memegang prinsip kepentingan publik, dimana
auditor berkewajiban untuk senantiasa bertindak dalam rangka
pelayanan kepada publik, menghormati kepercayaan publik, dan
menunjukkan komitmen atas profesionalisme (Mulyadi, 2002).
Pada kasus ini, KAP Ernst & Young dianggap tidak memenuhi
prinsip kepentingan publik di atas, karena terdapat pihak-pihak di
luar perusahaan yang merasa dirugikan atas hasil opini auditor
tersebut, dimana pada laporan keuangan tersebut, menunjukkan
bahwa perusahaan dalam keadaan yang baik. Tetapi pada
kenyataannya, KAP Ernst & Young mengetahui bahwa terdapat
masalah dalam perusahaan tersebut, dan KAP justru bekerjasama
dengan perusahaan dan malah melakukan kebohongan kepada
publik.

3.4.3 KESIMPULAN

Dari hasil analisis kasus Lehman Brothers tersebut dapat disimpulkan bahwa
Ernst & Young dengan sengaja dan sadar melakukan skandal dengan Lehman
Brothers yang berdampak pada kehancuran mereka sendiri. Lehman Brothers
dengan sengaja melakukan manipulasi laporan keuangan dengan tujuan menutupi
kasus hutang sebesar 50 miliar dollar AS tersebut dan membiarkan para pengguna
laporan keuangan tersebut terjerumus dalam laporan yang sebenarnya tidak dapat
dipertanggungjawabkan kebenarannya. Sebagai akuntan publik, Ernst & Young
sudah tidak lagi menerapkan prinsip dasar etika profesi. Kode etik yang dilanggar
oleh Ernst & Young yaitu integritas dan objektivitas, perilaku profesional, dan
kepentingan publik.

3.4.4 SARAN

Dalam kondisi dan situasi apapun, KAP khususnya auditor harus tetap
bersikap independen, serta tidak boleh terdesak oleh kepentingan apapun, tidak
peduli dari pihak mana kepentingan itu berasal, auditor tetap harus memegang
teguh integritas dan independensi dalam menjalankan tugas dan kewajibannya.
Proses pelaporan audit yang independen akan berpengaruh signifikan terhadap
kualitas audit yang dihasilkan karena hasil audit yang tidak dapat dipercaya
kebenarannya akan berdampak kepada kredibilitas dimata masyarakat maupun
klien-klien yang selama ini telah di audit oleh KAP tersebut.
Dalam hal ini, auditor KAP Ernst & Young telah menghadapi dilema etika,
yaitu situasi yang dihadapi oleh seseorang dimana ia harus membuat keputusan
mengenai perilaku yang patut. (Arens, 2011:62)
Dilema etika yang dihadapi oleh Ernst & Young seharusnya dapat
diselesaikan dengan baik apabila Ernst & Young menggunakan pendekatan enam
langkah sesuai dengan teori Arens berikut ini:
1. Memperoleh fakta-fakta yang relevan
2. Mengidentifikasikan masalah etika
3. Memutuskan siapa yang akan terkena dampak dari dilema tersebut dan
bagaimana setiap orang atau kelompok dapat terkena dampaknya
4. Mengidentifikasikan alternatif-alternatif yang tersedia bagi individu
yang harus menyelesaikan dilema tersebut
5. Mengidentifikasikan konsekuensi yang muncul dari setiap alternatif
6. Memutuskan tindakan yang tepat

BAB IV
Penutup

kode etik profesi perlu diterapkan dalam setiap jenis profesi. Kode etik ini
menetapkan prinsip dasar dan aturan etika profesi yang harus diterapkan oleh setiap
individu. Dalam prinsip akuntansi, etika akuntan harus lebih dijaga dari pada
kepentingan perusahaan. Tanpa etika, profesi akuntansi tidak akan ada karena
fungsi akuntansi adalah penyedia informasi untuk proses pembuatan keputusan
bisnis oleh para pelaku bisnis, dengan berdasarkan kepentingan banyak pihak yang
terlibat dengan perusahaan. Dan bukan didasarkan pada beberapa pihak tertentu
saja.
Kewajiban menaati kode etik telah diatur oleh Departemen Keuangan yaitu
Peraturan Menteri Keuangan No. 17 tahun 2008. Peraturan ini mewajibkan akuntan
dalam melaksanakan tugas atas kliennya itu selalu berdasarkan pada SPAP (Standar
Profesi Akuntan Publik) dan kode etik. SPAP dan kode etik yang diterapkan oleh
asosiasi profesi berdasarkan standar Internasional. Terdapat dua tujuan utama dari
kode etik:
1) kode etik bertujuan melindungi kepentingan masyarakat dari kemungkinan
kelalaian, kesalahan atau pelecehan, baik disengaja maupun tidak disengaja
oleh anggota profesi.
2) kode etik bermaksud melindungi keluhuran profesi dari perilakuperilaku
menyimpang oleh anggota profesi.
Agar kode etik dapat berfungsi dengan optimal, minimal ada 2 (dua) syarat yang
arus dipenuhi.
1. Kode etik harus dibuat oleh profesinya sendiri.
Kode etik tidak akan efektif apabila ditentukan oleh pemerintah atau
instansi di luar profesi itu.
2. Pelaksanaan kode etik harus diawasi secara terus-menerus.
Setiap pelanggaran akan dievaluasi dan diambil tindakan oleh suatu dewan
yang khusus dibentuk.

Daftar Pustaka

Brooks, Leonard J & Paul Dunn, Etika Bisnis dan profesi edisi 5,Salemba empat,
Jakarta:2011
Duska, Ronald F and Brenda shay Duska, accounting Ethics, Ebook Blackwell
Publishing:2011.
http://iapi.or.id
http://www.iaiglobal.or.id
http://iamiglobal.or.id
PMK No.17/2008 Tentang Jasa Akuntan Publik
PMK No.25/2014 Tentag Akuntan Beregister Negara
Peraturan Menteri NegaraPendayagunaan Aparatur Negara
No.PER/04/M.PAN/03/2008
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 5 tahun 2011 tetang Akuntan Publik

Anda mungkin juga menyukai