Anda di halaman 1dari 8

KODE ETIK PROFESI AKUNTANSI

A. Kode Etik Profesional


Etika sebagai salah satu unsur utama dari profesi menjadi landasan bagi akuntan dalam
menjalankan kegiatan profesional. Akuntan memiliki tanggung jawab untuk bertindak sesuai
dengan kepentingan publik.
Pustakaonline (2008) mendefinisikan kode etik sebagai bagian yang penting dari
peraturan disiplin yang menyeluruh agar semua pihak yang berkepentingan pada jasa
professional akuntansi dapat dilindungi terhadap segala perbuatan akuntan secara individual
yang tercela dan yang tidak bertanggung jawab.
Kode etik resmi bagi para profesional akuntansi adalah Kode Etik Ikatan Akuntan
Indonesia. IAI bertanggungjawab menyelenggarakan ujian sertifikasi akuntan profesional (ujian
Chartered Accountant-CA Indonesia), menjaga kompetensi melalui penyelenggaraan pendidikan
profesional berkelanjutan, menyusun dan menetapkan kode etik, standar profesi, dan standar
akuntansi, menerapkan penegakan disiplin anggota, serta mengembangkan profesi akuntan
Indonesia.
Keberadaan kode etik ini dimaksudkan sebagai panduan dan aturan bagi seluruh anggota,
baik yang berpraktik sebagai akuntan publik, bekerja di lingkungan dunia usaha, pada instansi
pemerintah, maupun di lingkungan dunia pendidikan dalam pemenuhan tanggung-jawab
profesionalnya.

B. Struktur Etika Institut Akuntan Indonesia

Tujuan profesi akuntansi adalah untuk memenuhi tanggung jawabnya dengan standar
profesionalisme tertinggi dan mencapai tingkat kinerja tertinggi dengan orientasi kepada
kepentingan publik. Untuk mencapai tujuan tersebut,ada empat kebutuhan dasar yang harus
dipenuhi (Prosiding Kongres VIII IAI tahun 1998), yaitu :

a. Kredibilitas.
Masyarakat membutuhkan kredibilitas informasi dan sistem informasi.
b. Profesionalisme.
Diperlukan individu yang dengan jelas dapat diidentifikasikan oleh pemakai jasa
akuntan sebagai profesional di bidang akuntansi.
c. Kualitas Jasa
Keyakinan bahwa semua jasa yang diperoleh dari akuntan diberikan dengan standar
kinerja tertinggi.
d. Kepercayaan.
Pemakai jasa akuntan harus merasa yakin bahwa terdapat kerangka etika profesional
yang melandasi pemberian jasa oleh akuntan.

Faktor kunci citra profesi akuntan-yaitu keberadaan dan perkembangan profesi akuntan
itu sendiri-ditentukan oleh tingkat kepercayaan masyarakat pemakai jasa akuntan, sedangkan
tingkat kepercayaan masyarakat ditentukan oleh tingkat kualitas jasa (pengetahuan dan
keterampilan teknis di bidang akuntansi serta disiplin ilmu terkait) dan tingkat ketaatan serta
kesadaran para akuntan dalam mematuhi kode etik profesi akuntansi.

Struktur kode etik IAI terdiri atas empat bagian yang disusun berdasarkkan
struktur/jenjang (hierarchy), yaitu:
1) Prinsip Etika
Keanggotaan dalam Ikatan Akuntan Indonesia bersifat sukarela. Dengan menjadi
anggota, seorang akuntan mempunyai kewajiban untuk menjaga disiplin diri di atas
dan melebihi yang disyaratkan oleh hukum dan peraturan.
Prinsip Etika Profesi dalam Kode Etik Ikatan Akuntan Indonesia menyatakan
pengakuan profesi akan tanggungjawabnya kepada publik, pemakai jasa akuntan, dan
rekan. Prinsip ini memandu anggota dalam memenuhi tanggung-jawab
profesionalnya dan merupakan landasan dasar perilaku etika dan perilaku
profesionalnya. Prinsip ini meminta komitmen untuk berperilaku terhormat bahkan
dengan pengorbanan keuntungan pribadi.

Prinsip Dasar
Akuntan Profesional mematuhi prinsip dasar etika berikut ini:
a. Tanggung jawab
Dalam melaksanakan tanggung jawabnya sebagai profesional, setiap anggota
harus senantiasa menggunakan pertimbangan moral dan profesional dalam semua
kegiatan yang dilakukannya.
Sebagai profesional, anggota mempunyai peran penting dalam masyarakat.
Sejalan dengan peran tersebut, anggota mempunyai tanggung jawab kepada
semua pemakai jasa profesional mereka. Anggota juga harus selalu
bertanggungjawab untuk bekerja sama dengan sesama anggota untuk
mengembangkan profesi akuntansi, memelihara kepercayaan masyarakat dan
menjalankan tanggung jawab profesi dalam mengatur dirinya sendiri. Usaha
kolektif semua anggota diperlukan untuk memelihara dan meningkatkan tradisi
profesi.

b. Kepentingan Publik
Setiap anggota berkewajiban untuk senantiasa bertindak dalam kerangka
pelayanan kepada publik, menghormati kepercayaan publik, dan menunjukan
komitmen atas profesionalisme.
Satu ciri utama dari suatu profesi adalah penerimaan tanggung jawab kepada
publik. Profesi akuntan memegang peran yang penting di masyarakat, dimana
publik dari profesi akuntan yang terdiri dari klien, pemberi kredit, pemerintah,
pemberi kerja, pegawai, investor, dunia bisnis dan keuangan, dan pihak lainnya
bergantung kepada obyektivitas dan integritas akuntan dalam memelihara
berjalannya fungsi bisnis secara tertib. Ketergantungan ini menimbulkan tanggung
jawab akuntan terhadap kepentingan publik. Kepentingan publik didefinisikan
sebagai kepentingan masyarakat dan institusi yang dilayani anggota secara
keseluruhan. Ketergantungan ini menyebabkan sikap dan tingkah laku akuntan
dalam menyediakan jasanya mempengaruhi kesejahteraan ekonomi masyarakat
dan negara.
Kepentingan utama profesi akuntan adalah untuk membuat pemakai jasa akuntan
paham bahwa jasa akuntan dilakukan dengan tingkat prestasi tertinggi sesuai
dengan persyaratan etika yang diperlukan untuk mencapai tingkat prestasi
tersebut. Dan semua anggota mengikat dirinya untuk menghormati kepercayaan
publik. Atas kepercayaan yang diberikan publik kepadanya, anggota harus secara
terus menerus menunjukkan dedikasi mereka untuk mencapai profesionalisme
yang tinggi.
Untuk memelihara dan meningkatkan kepercayaan publik, setiap anggota harus
memenuhi tanggung jawab profesionalnya dengan integritas setinggi mungkin.

c. Integritas
Integritas adalah suatu elemen karakter yang mendasari timbulnya pengakuan
profesional. Integritas merupakan kualitas yang melandasi kepercayaan publik
dan merupakan patokan (benchmark) bagi anggota dalam menguji keputusan
yang diambilnya.
Prinsip integritas mewajibkan setiap Akuntan Profesional untuk bersikap lugas
dan jujur dalam semua hubungan profesional dan hubungan bisnisnya. Integritas
juga berarti berterus terang dan selalu mengatakan yang sebenarnya.
Untuk memelihara dan meningkatkan kepercayaan publik, setiap anggota harus
memenuhi tanggung jawab profesionalnya dengan intergritas setinggi mungkin.

d. Obyektivitas
Prinsip objektivitas mewajibkan semua Akuntan Profesional untuk tidak
membiarkan bias, benturan kepentingan, atau pengaruh tidak sepantasnya dari
pihak lain, yang dapat mengurangi pertimbangan profesional atau bisnisnya.
Obyektivitasnya adalah suatu kualitas yang memberikan nilai atas jasa yang
diberikan anggota. Prinsip obyektivitas mengharuskan anggota bersikap adil,
tidak memihak, jujur secara intelektual, tidak berprasangka atau bias, serta bebas
dari benturan kepentingan atau dibawah pengaruh pihak lain.

Anggota bekerja dalam berbagai kapasitas yang berbeda dan harus menunjukkan
obyektivitas mereka dalam berbagai situasi. Anggota dalam praktek publik
memberikan jasa atestasi, perpajakan, serta konsultasi manajemen. Anggota yang
lain menyiapkan laporan keuangan sebagai seorang bawahan, melakukan jasa
audit internal dan bekerja dalam kapasitas keuangan dan manajemennya di
industri, pendidikan, dan pemerintah. Mereka juga mendidik dan melatih orang
orang yang ingin masuk kedalam profesi. Apapun jasa dan kapasitasnya, anggota
harus melindungi integritas pekerjaannya dan memelihara obyektivitas.

e. Kompetensi dan Kehati-hatian Profesional


Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya dengan berhati-hati,
kompetensi dan ketekunan, serta mempunyai kewajiban untuk mempertahankan
pengetahuan dan ketrampilan profesional pada tingkat yang diperlukan untuk
memastikan bahwa klien atau pemberi kerja memperoleh manfaat dari jasa
profesional dan teknik yang paling mutakhir.
Hal ini mengandung arti bahwa anggota mempunyai kewajiban untuk
melaksanakan jasa profesional dengan sebaik-baiknya sesuai dengan
kemampuannya, demi kepentingan pengguna jasa dan konsisten dengan tanggung
jawab profesi kepada publik.
Kompetensi diperoleh melalui pendidikan dan pengalaman. Anggota seharusnya
tidak menggambarkan dirinya memiliki keahlian atau pengalaman yang tidak
mereka miliki. Kompetensi menunjukkan terdapatnya pencapaian dan
pemeliharaan suatu tingkat pemahaman dan pengetahuan yang memungkinkan
seorang anggota untuk memberikan jasa dengan kemudahan dan kecerdikan.
Dalam hal penugasan profesional melebihi kompetensi anggota atau perusahaan,
anggota wajib melakukan konsultasi atau menyerahkan klien kepada pihak lain
yang lebih kompeten. Setiap anggota bertanggung jawab untuk menentukan
kompetensi masing masing atau menilai apakah pendidikan, pedoman dan
pertimbangan yang diperlukan memadai untuk bertanggung jawab yang harus
dipenuhinya.

f. Kerahasiaan

Setiap anggota harus menghormati kerahasiaan informasi yang diperoleh selama


melakukan jasa profesional dan tidak boleh memakai atau mengungkapkan
informasi tersebut tanpa persetujuan, kecuali bila ada hak atau kewajiban
profesional atau hukum untuk mengungkapkannya.
Kepentingan umum dan profesi menuntut bahwa standar profesi yang
berhubungan dengan kerahasiaan didefinisikan bahwa terdapat panduan mengenai
sifat sifat dan luas kewajiban kerahasiaan serta mengenai berbagai keadaan di
mana informasi yang diperoleh selama melakukan jasa profesional dapat atau
perlu diungkapkan.
Anggota mempunyai kewajiban untuk menghormati kerahasiaan informasi
tentang klien atau pemberi kerja yang diperoleh melalui jasa profesional yang
diberikannya. Kewajiban kerahasiaan berlanjut bahkan setelah hubungan antar
anggota dan klien atau pemberi jasa berakhir.

g. Perilaku Profesional
Setiap anggota harus berperilaku yang konsisten dengan reputasi profesi yang
baik dan menjauhi tindakan yang dapat mendiskreditkan profesi.
Kewajiban untuk menjauhi tingkah laku yang dapat mendiskreditkan profesi
harus dipenuhi oleh anggota sebagai perwujudan tanggung jawabnya kepada
penerima jasa, pihak ketiga, anggota yang lain, staf, pemberi kerja dan
masyarakat umum.

h. Standar Teknis
Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya sesuai dengan standar
teknis dan standar profesional yang relevan. Sesuai dengan keahliannya dan
dengan berhati-hati, anggota mempunyai kewajiban untuk melaksanakan
penugasan dari penerima jasa selama penugasan tersebut sejalan dengan prinsip
integritas dan obyektivitas.
Standar teknis dan standar professional yang harus ditaati anggota adalah standar
yang dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia. Internasional Federation of
Accountants, badan pengatur, dan pengaturan perundang-undangan yang relevan

2) Aturan Etika
Aturan Etika Akuntan Publik Indonesia telah diatur dalam SPAP dan berlaku sejak
tahun 2000. Aturan etika IAI-KAP ini memuat lima hal:

a. Standar umum dan prinsip akuntansi

Standar Umum => anggota KAP harus mematuhi standar yang diterapkan
IAI : Kompetensi profesional,kecermatan dan keseksamaan,perencanaan dan
supervisi,data relevan yang memadai
Prinsip-prinsip Akuntansi => Anggota KAP tidak diperkenankan : menyatakan
pendapat atau memberikan penegasan bahwa lap.keu suatu entitas disajikan
sesuai prinsip akuntansi yg berlaku umum atau menyatakan bahwa ia tidak
menemukan perlunya modifikasi material yang harus dilakukan terhadap
laporan atau data tersebut agar esuai dg prinsip akuntansi yang berlaku.

b. Tanggung jawab kepada klien

Informasi Klien yang Rahasia => anggota KAP tidak diperkenankan


mengungkap informasi klien yang bersifat rahasia tanpa persetujuan dari
klien.
Fee Profesional => Besaran fee dapat bervariasi tergantung resiko
penugasan,kkompleksitas jasa yg diberikan,tingkat keahlian,struktur biaya
KAP yg bersangkutan dan pertimbangan lainnya.
Fee kontinjen => fee yg ditetapkan untuk pelaksanaan suatu jasa profesional
tanpa adanya fee yang akan di bebankan.
c. Tanggung jawab kepada rekan seprofesi

Anggota wajib memelihara citra profesi dengan tidak melakukan perkataan


dan perbuatan yang dapat merusak reputasi rekan seprofesi
Komunikasi antar Akuntan Publik : aggota wajib berkomunikasi dg akuntan
publik pendahulu bila akan mengadakan perikatan audit menggantikan
akuntan publik pendahulu atau untk tahun buku yang sama ditunjuk akuntan
publik lain dengan jenis dan periode dan tujuan yang berbeda.

d. Tanggung jawab dan praktik lain

Perbuatan dan perkataan yg mendiskreditkan : Anggota tidak diperkenankan


melakukan tindakan atau mengucap perkataan yg mencemarkan profesi
Iklan,Promosi dan Kegiatan Pemasaran Lainya : diperkenankan mencari klien
melalui pemasangan iklan,melakukan promosi pemasaran dan kegiatan
pemasaran lainnya sepanjang tidak merendahkan citra profesi

e. Independensi, integritas, dan objektivitas

3) Interpretasi Etika

Interpretasi Aturan Etika merupakan interpretasi yang dikeluarkan oleh Badan


yang dibentuk oleh Himpunan setelah memperhatikan tanggapan dari anggota,
dan pihak-pihak berkepentingan lainnya, sebagai panduan dalam penerapan
Aturan Etika, tanpa dimaksudkan untuk membatasi lingkup dan penerapannya.

Pernyataan Etika Profesi yang berlaku saat ini dapat dipakai sebagai Interpretasi
dan atau Aturan Etika sampai dikeluarkannya aturan dan interpretasi baru untuk
menggantikannya.

Kepatuhan Kepatuhan terhadap Kode Etik, seperti juga dengan semua standar
dalam masyarakat terbuka, tergantung terutama sekali pada pemahaman dan
tindakan sukarela anggota. Di samping itu, kepatuhan anggota juga ditentukan
oleh adanya pemaksaan oleh sesama anggota dan oleh opini publik, dan pada
akhirnya oleh adanya mekanisme pemrosesan pelanggaran Kode Etik oleh
organisasi, apabila diperlukan, terhadap anggota yang tidak menaatinya. Jika
perlu, anggota juga harus memperhatikan standar etik yang ditetapkan oleh badan
pemerintahan yang mengatur bisnis klien atau menggunakan laporannya untuk
mengevaluasi kepatuhan klien terhadap peraturan perundang-undangan yang
berlaku.

4) Interpretasi Aturan Etika


Interpretasi aturan etika merupakan penafsiran, penjelasan, atau elaborasi lebih
lanjut atas hal-hal, isu-isu, dan pasal-pasal yang diatur dalam aturan etika, yang
dianggap memerlukan penjelasan agar tidak terjadi perbedaan pemahaman atas
auran etika yang dimaksud. Interpretasi aturan etika ini dikeluarkan oleh suatu
badan yang dibentuk oleh pengurus kompartemen atau institut profesi sejenis
yang bersangkutan setelah memperhatikan tanggapan dari anggota serta pihak-
pihak yang berkepentingan lainnya sebagai panduan dalam penerapan aturan
etika, tanpa dimaksudkan untuk membatasi lingkup dan penerapannya.

5) Tanya dan Jawab

Pada tingkatan terakhir, dimungkinkan adanya tanya-jawab yang berkaitan


dengan isu-isu etika. Tanya-jawab ini dapat dilakukan dengan Dewan Standar
Profesi yang dibentuk oleh pengurus kompartemen atau institut yang
bersangkutan guna memberikan penjelasan atas setiap pertanyaan dari anggota
kompartemen tentang aturan etika beserta interpretasinya.

C. Contoh Kasus

Kasus Kredit Macet BRI Cabang Jambi 2010


Kredit Macet Hingga Rp. 52 Miliar, Akuntan Publik Diduga Terlibat.

Seorang akuntan publik yang menyusun laporan keuangan Raden Motor yang bertujuan
mendapatkan hutang atau pinjaman modal senilai Rp. 52 miliar dari Bank Rakyat Indonesia
(BRI) Cabang Jambi pada tahun 2009 diduga terlibat dalam kasus korupsi kredit macet.
Terungkapnya hal ini setelah Kejati Provinsi Jambi mengungkap kasus tersebut pada kredit
macet yang digunakan untuk pengembangan bisnis dibidang otomotif tersebut. Fitri Susanti,
yang merupakan kuasa hukum tersangka Effendi Syam, pegawai BRI Cabang Jambi yang terlibat
kasus tersebut, Selasa [18/5/2010] menyatakan, setelah klien-nya diperiksa dan dicocokkan
keterangannya dengan para saksi-saksi, terungkap adaa dugaan keterlibatan dari Biasa Sitepu
yang adalah sebagai akuntan publik pada kasus ini.
Hasil pemeriksaan yang kemudian dikonfrontir keterangan tersangka dengan para saksi
Biasa Sitepu, terungkap ada terjadi kesalahan dalam pelaporan keuangan perusahaan Raden
Motor dalam pengajuan pinjaman modal ke BRI Cabang Jambi.
Ada 4 aktivitas data pada laporan keuangan tersebut yang tidak disajikan dalam laporan
oleh akuntan publik sehingga terjadi kesalahan dalam proses kreditnya dan ditemukan dugaan
korupsi-nya
Ada 4 aktivitas laporan keuangan Raden Motor yang tidak dimasukan kedalam laporan
keuangan yang diajukan ke Bank BRI, hingga menjadi sebuah temuan serta kejanggalan dari
pihak kejaksaan untuk mengungkap kasus kredit macet ini. tegas Fitr. Keterangan serta fakta
tsb. terungkap setelah tersangka Effendi Syam, diperiksa dan dibandingkan keterangannya
dengan keterangan saksi Biasa Sitepu yang berperan sebagai akuntan publik dalam kasus ini di
Kejati Jambi. Seharusmya data-data laporan keuangan Raden Motor yang diajukan harus
lengkap, tetapi didalam laporan keuangan yang diberikan oleh tersangka Zein Muhamad sebagai
pimpinan Raden Motor ada data-data yang diduga tidak disajikan dengan seharusnya dan tidak
lengkap oleh akuntan publik.
Tersangka Effendi Syam berharap penyidik di Kejati Jambi bisa melaksanakan
pemeriksaan dan mengungkap kasus secara adil dan menetapkan pihak pihak yang juga terlibat
dalam kasus tersebut, sehingga semuanya terungkap. Sementara itu, penyidik Kejaksaan masih
belum mau berkomentar lebih banyak atas temuan tersebut.
Kasus kredit macet itu terungkap, setelah pihak kejaksaan menerima laporan tentang
adanya penyalah-gunaan kredit yang diajukan oleh tersangka Zein Muhamad sebagai pemilik
Raden Motor. Sementara ini pihak Kejati Jambi masih menetapkan 2 tersangka, yaitu Zein
Muhamad sebagai pemilik Raden Motor yang mengajukan kredit dan Effedi Syam dari pihak
BRI cabang jambi sebagai pejabat yang menilai pengajuan sebuah kredit.

sumber: kompas.com

Referensi :
http://iaiglobal.or.id/v03/files/file_publikasi/KODE_ETIK_2016.pdf
https://airanursyahidah90.wordpress.com/kode-etik-akuntan-indonesia/
https://tryyulianty88.wordpress.com/2015/01/22/kode-etik-ikatan-akuntan-indonesia/
nurul_azmi.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/
http://nichonotes.blogspot.co.id/2015/01/contoh-kasus-etika-profesi-akuntansi.html

Anda mungkin juga menyukai