Anda di halaman 1dari 7

Prosiding Seminar Nasional dan Call For Paper Ekonomi dan

Bisnis (SNAPER-EBIS 2017) – Jember, 27-28 Oktober 2017 (hal


189-195)
ISBN : 978-602-5617-01-0

ETIKA PROFESI AKUNTAN DAN PERMASALAHAN


AUDIT STUDI KASUS SKANDAL TESCO DAN KAP PwC
A. Hajar Nur Fachmi1, Dewi Shinta Murti Utami
1
Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Jember, librafachmi@gmail.com

Abstrak
Paper ini membahas mengenai etika profesi akuntan dan permasalahan audit. Tujuan penelitian ini
adalah untuk mengetahui pelanggaran-pelanggaran etika profesi akuntan dan permasalahan audit
yang terjadi pada kasus skandal Tesco dan KAP PwC. Metode yang digunakan adalah pendekatan
kualitatif deskriptif dengan teknik analisis data. Kasus analisis ini menunjukkan pihak manajemen
perusahaan Tesco, disebutkan telah terbukti merekayasa laporan keuangan perusahaan. Rekayasa
ini dilakukan terkait overstated laba atau penggelembungan laba Tesco sebesar £263 Miliar. Hal
ini merugikan baik pihak internal maupun eksternal perusahaan.
Kata Kunci: etika profesi, kasus overstated laba, rekayasa laporan keuangan.

Abstract
This paper discusses the ethics of the accounting profession and audit issues. The purpose of this
study is to know the violations of accountant profession ethics and audit issues that occurred in
the case of scandal Tesco and KAP PwC. The method used is descriptive qualitative approach
with data analysis technique. This case of analysis shows that the management of the Tesco
company, mentioned has been proven to engineer the company's financial statements. This
engineering is done related to overstated earnings or Tesco's tax breaks of £ 263 bln. This
disadvantages both internal and external companies.
Keywords: professional ethics, overstated earnings case, financial statement engineering.

PENDAHULUAN

Setiap profesi memiliki etika yang berbeda-beda. Namun, setiap etika harus
dipatuhi karena etika berkaitan dengan nilai-nilai, tata cara dan aturan dalam
menjalankan setiap pekerjaannya. Di dalam akuntansi juga memiliki etika yang
harus dipatuhi oleh setiap anggotanya. Kode Etik ini dimaksudkan sebagai
panduan dan aturan bagi seluruh anggota, baik yang berpraktik sebagai akuntan
publik, bekerja di lingkungan dunia usaha, pada instansi pemerintah, maupun di
lingkungan dunia pendidikan dalam pemenuhan tanggung jawab profesionalnya.
Namun, pada praktiknya pelanggaran kode etika profesi akuntansi masih saja
terjadi.

Pada pembahasan kali ini, kami akan membahas mengenai Rekayasa Laporan
Keuangan perusahaan Tesco. Disebutkan bahwa Pada akhir tahun 2014 yang lalu
terkuak skandal akuntasi yang mengejutkan dari perusahaan Retail besar Tesco.
Skandal akuntansi yang terjadi pada Tesco adalah overstated laba yang dilakukan
pihak manajemen. Financial Reporting Council (FRC) sebagai Regulator
keuangan di Inggris mencurigai adanya kecurangan yang dilakukan oleh
perusahaan Tesco. FRC kemudian mengutus KAP Delloite untuk menyelidiki dan
menginvestigasi kecurigaan tersebut. Deloitte memeriksa laporan keuangan Tesco
selama 3 (tiga) periode kebelakang. Hingga pada bulan September 2014 lalu,
terbukti bahwa pihak manajemen Tesco ditemukan menggelembungkan labanya

19
sehingga meningkat hingga £250 Miliar selama hanya setengah tahun. Ia mencatat
laba pada laporan keuangan nya menjadi sebesar £263 Miliar. Overstated laba
tersebut terjadi karena Tesco melakukan pengakuan dini atau lebih awal atas
pendapatan dari suplier. Tesco sudah mengakui pendapatan saat barang yang
diterima dari supliernya padahal belum terjual ke pihak lain. Kesepakatan dengan
suplier untuk membayar kembali ke Tesco pada beberapa periode menyebabkan
pendapatan yang seharusnya belum diakui menjadi lebih dulu diakui sehingga
pendapatan tesco terus meningkat. Diskon yang diberikan oleh suplier juga
dimasukkan dalam pendapatan nya.

Berdasarkan uraian diatas, maka penulis akan membahas mengenai “Etika Profesi
Akuntan dan Permasalahan Audit pada Studi Kasus Skandal Tesco dan KAP
PwC”.

METODOLOGI
Dalam penyusunan paper ini, kami menggunakan metode studi pustaka sebagai
sumber utama pengumpulan data. Metode pustaka yang kami lakukan adalah
membaca artikel pada situs online dan beberapa sumber lainnya. Adapun yang
menjadi subjek dalam penelitian ini adalah artikel pada situs online.
sedangkan objek dalam penelitian ini adalah kasus Skandal Perusahaan Tesco dan
KAP PwC. Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis isi dengan
teknik penelitiannya adalah kualitatif- deskriptif. Teknik penelitian kualitatif
dengan format deskritif yaitu menjelaskan kondisi, berbagai situasi atau variable
yang menjadi objek penelitian dengan menggambarkan data apa adanya
kemudian menganalisisnya dengan kata-kata dan kalimat.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengertian Etika
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1995) Etika adalah Nilai mengenai
benar dan salah yang dianut suatu golongan atau masyarakat. Etika adalah Ilmu
tentang apa yang baik dan yang buruk, tentang hak dan kewajiban
moral. Menurut Maryani & Ludigdo (2001) “Etika adalah Seperangkat aturan atau
norma atau pedoman yang mengatur perilaku manusia, baik yang harus dilakukan
maupun yang harus ditinggalkan, yang di anut oleh sekelompok atau segolongan
masyarakat atau profesi”.
Istilah Etika berasal dari bahasa Yunani kuno. Bentuk tunggal kata ‘etika’ yaitu
ethos sedangkan bentuk jamaknya yaitu ta etha. Ethos mempunyai banyak arti
yaitu : tempat tinggal yang biasa, padang rumput, kandang, kebiasaan/adat,
akhlak, watak, perasaan, sikap, cara berpikir. Sedangkan arti ta etha yaitu adat
kebiasaan. Dalam Al Qur’an disebut dengan khuluk (etika), Khayr (kebaikan),
Birr (kebenaran), Qist (persamaan), ‘adl (kesetaraan dan keadilan), haqq
(kebenaran dan kebaikan) dan ma’ruf (mengetahui dan menyetujui).

190
Etika Akuntansi
Menurut International Federation of Accountants dalam Regar, 2003 yang
dimaksud dengan profesi akuntan adalah semua bidang pekerjaan yang
mempergunakan keahlian di bidang akuntansi, termasuk bidang pekerjaan
akuntan publik, akuntan intern yang bekerja pada perusahaan industri, keuangan
atau dagang, akuntan yang bekerja di pemerintah, dan akuntan sebagai pendidik.
Dalam arti sempit,profesi akuntan adalah lingkup pekerjaan yang dilakukan oleh
akuntan sebagai akuntan publik yang lazimnya terdiri dari pekerjaan audit,
akuntansi, pajak dan konsultan manajemen.
Adapun ciri profesi menurut Harahap (1991) adalah sebagai berikut:
1. Memiliki kode etik sebagai pedoman yang mengatur tingkah laku anggotanya
dalam profesi itu.
2. Memiliki bidang ilmu yang ditekuninya, yaitu yang merupakan
pedoman dalam melaksanakan keprofesiannya.
3. Berhimpun dalam suatu organisasi resmi yang diakui oleh masyarakat atau
pemerintah.
4. Keahliannya dibutuhkan oleh masyarakat.
5. Bekerja bukan dengan motif komersil tetapi didasarkan kepada fungsinya
sebagai kepercayaan masyarakat.
Tujuan profesi akuntansi adalah memenuhi tanggung-jawabnya dengan standar
profesionalisme tertinggi, mencapai tingkat kinerja tertinggi, dengan orientasi
kepada kepentingan publik. Untuk mencapai tujuan tersebut terdapat empat
kebutuhan dasar yang harus dipenuhi:
1. Kredibilitas. Masyarakat membutuhkan kredibilitas informasi dan sistem
informasi.
2. Profesionalisme. Diperlukan individu dengan jelas dapat diidentifikasikan
oleh pemakai jasa Akuntan sebagai profesional di bidang akuntansi.
3. Kualitas Jasa. Terdapatnya keyakinan bahwa semua jasa yang diperoleh dari
akuntan diberikan dengan standar kinerja tertinggi.
4. Kepercayaan. Pemakai jasa akuntan harus dapat merasa yakin bahwa terdapat
kerangka etika profesional yang melandasi pemberian jasa oleh akuntan.
Kode Etik Profesi Akuntan Publik
Jika dikaitkan dengan kode etik profesi akuntan publik, maka pihak auditor PwC
telah melanggar kode etik profesi. Terkait kode etik profesi ini, terdapat 8 prinsip
etika profesional (agoes, 2012:43), yaitu:
1. Tanggung jawab profesi
Dalam melaksanakan tanggung jawabnya sebagai profesional, setiap anggota
harus senantiasa menggunakan pertimbangan moral dan profesional dalam
semua kegiatan yang dilakukannya. Anggota juga harus selalu
bertanggungjawab untuk bekerjasama dengan sesama anggota untuk
mengembangkan profesi akuntansi, memelihara kepercayaan masyarakat dan
menjalankan tanggung jawab profesi dalam mengatur dirinya sendiri.
2. Kepentingan umum
Setiap anggota berkewajiban untuk senantiasa bertindak dalam kerangka
pelayanan kepada publik, menghormati kepercayaan publik, dan menunjukan
komitmen atas profesionalisme.

191
3. Integritas
Integritas adalah suatu elemen karakter yang melandasi kepercfdayaan public,
mengharuskan seorang anggota untu bersikap jujur dan berterus terang tanpa
harus mengorbankan rahasia penerima jasa, pelayanan dan kepercayaan publik
tidak boleh dikalahkan oleh keuntungan pribadi. Integritas dapat menerima
kesalahan yang tidak disengaja dan perbedaan pendapat yang jujur, tetapi
tidak menerima kecurangan atau peniadaan prinsip.
4. Objektivitas
Objektivitasnya adalah suatu kualitas yang memberikan nilai atas jasa yang
diberikan anggota. Prinsip obyektivitas mengharuskan anggota bersikap adil,
tidak memihak, jujur secara intelektual, tidak berprasangka atau bias, serta
bebas dari benturan kepentingan atau dibawah pengaruh pihak lain.
5. Kompetensi profesional dan kecermatan
Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya dengan berhati-hati,
kompetensi dan ketekunan, serta mempunyai kewajiban untuk
mempertahankan pengetahuan dan ketrampilan profesional pada tingkat yang
diperlukan untuk memastikan bahwa klien atau pemberi kerja memperoleh
manfaat dari jasa profesional dan teknik yang paling mutakhir.
6. Kerahasiaan
Setiap anggota harus menghormati kerahasiaan informasi yang diperoleh
selama melakukan jasa profesional dan tidak boleh memakai atau
mengungkapkan informasi tersebut tanpa persetujuan, kecuali bila ada hak
atau kewajiban profesional atau hukum untuk mengungkapkannya.
7. Perilaku profesional
Setiap anggota harus berperilaku yang konsisten dengan reputasi profesi yang
baik dan menjauhi tindakan yang dapat mendiskreditkan profesi sebagai
perwujudan tanggungjawabnya kepada penerima jasa, pihak ketiga, anggota
yang lain, staf, pemberi kerja dan masyarakat umum.
8. Standar teknis
Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya sesuai dengan standar
teknis dan standar profesional yang relevan. Standar teknis dan standar
professional yang harus ditaati anggota adalah standar yang dikeluarkan oleh
Ikatan Akuntan Indonesia. Internasional Federation of Accountants, badan
pengatur, dan pengaturan perundang-undangan yang relevan.
Dalam kasus Skandal Tesco Pada akhir tahun 2014 yang lalu, terbukti bahwa
pihak manajemen perusahaan Tesco ditemukan menggelembungkan labanya
sehingga meningkat hingga £250 Miliar selama hanya setengah tahun. Ia mencatat
laba pada laporan keuangan nya menjadi sebesar £263 Miliar. Overstated laba
tersebut terjadi karena Tesco melakukan pengakuan dini atau lebih awal atas
pendapatan dari suplier. Tesco sudah mengakui pendapatan saat barang yang
diterima dari supliernya padahal belum terjual ke pihak lain. Kesepakatan dengan
suplier untuk membayar kembali ke Tesco pada beberapa periode menyebabkan
pendapatan yang seharusnya belum diakui menjadi lebih dulu diakui sehingga
pendapatan tesco terus meningkat. Diskon yang diberikan oleh suplier juga
dimasukkan dalam pendapatan nya.

192
Untuk keterlibatan Auditor nya sendiri, setelah diselidiki lebih lanjut auditor
dalam kasus ini, yaitu PwC tidak terlibat dalam penggelembungan laba yang
dilakukan oleh manajemen. Tidak ada bukti yang ditemukan bahwa auditor PwC
terlibat dalam penggelembungan laba ini. Jadi disini tidak ada peristiwa kolusi
atau semacamnya antara Tesco dan auditor PwC, karena tidak ada bukti auditor
PwC disuap atau semacamnya. Akan tetapi auditor PwC dianggap gagal dalam
melakukan pekerjannya sebagai auditor dalam mengaudit laporan keuangan
perusahaan Tesco. Diduga, hal ini disebabkan unsur kelalaian pihak auditor
sehingga laba yang berlebih tersebut tidak terdeteksi. Atau juga mungkin karena
sudah lama dalam bekerjasama dengan Tesco, KAP PwC tidak lagi memiliki
Profesional Sceptism sehingga kesalahan tersebut tidak terdeteksi. Artinya auditor
PwC sebenarnya menemukan kejanggalan atas laporan keuangan Tesco akan
tetapi karena faktor kerjasama yang begitu lama sehingga tidak melakukan audit
secara terinci sehingga kecurangan tadi tidak dapat ditemukan oleh auditor PwC.
Sehingga disini kesan auditor PwC terkesan menutupi kecurangan tadi, atau
secara tidak langsung auditor PwC memang menutupi kecurangan tadi yang
kemungkinannya ada kepentingan pribadi dari pihak PwC.
Sehingga, disini terjadi salah satu threat Independensi auditor PwC, yaitu
Familiarity yaitu adanya hubungan kekerabatan sehingga akuntan publik menjadi
terlalu bersimpati. Kemudian Familitarity yang berarti adanya hubungan
kekerabatan sehingga akuntan publik menjadi terlalu bersimpati. Telah diketahui
bahwa kerjasama KAP PwC dan Tesco terjalin selama 32 tahun lamanya yang
menyebabkan kedua nya memiliki hubungan yang cukup erat sehingga kedekatan
tersebut berubah menjadi hubungan kekerabatan. Mungkin karena itu KAP PwC
tidak lagi memiliki profesional Sceptism (kecurigaan) terhadap kliennya yaitu
Tesco, sebagai akibatnya KAP PwC gagal mendeteksi kesalahan yang dilakukan
oleh Tesco. Sehingga meskipun auditor KAP mengetahui adanya kejanggalan ini,
karena familiarity tadi auditor KAP PwC tetap memberikan opini Wajar Tanpa
Pengecualian.
Jika dikaitkan dengan kode etik akuntan publik terkait skandal Tesco dan KAP
PwC, auditor KAP PwC telah melanggar kode etik profesi sebagai berikut ini:
1. Tanggung jawab profesi
Dimana seorang akuntan dan auditor harus bertanggung jawab secara
professional terhadap semua kegiatan yang dilakukannya. Auditor KAP PwC
kurang bertanggung jawab karena dia tidak menelusuri bukti-bukti audit yang
ada karena masalah famialiarity tadi.
2. Kepentingan Umum
Dimana akuntan harus bekerja demi kepentingan publik atau mereka yang
berhubungan dengan perusahaan seperti kreditur, investor, dan lain-lain.
Dalam kasus ini auditor KAP PwC diduga tidak bekerja demi kepentingan
publik karena tetap memberikan opini wajar tanpa pengecualian padahal
sebenarnya ia mengetahui adanya kejanggalan-kejanggalan terkait laporan
keuangan yang disajikan. Hal ini sangat merugikan publik misalkan saja
investor.
3. Integritas
Dimana akuntan harus bekerja dengan profesionalisme yang tinggi. Dalam
kasus ini direktur utama dan pihak yang terlibat dalam kasus Tesco tidak
menjaga integritasnya, karena memberikan opini wajar tanpa pengecualian
padahal tahu mengenai adanya kejanggalan.
4. Objektifitas
Dimana akuntan harus bertindak obyektif dan bersikap independen atau tidak
memihak siapapun. Dalam kasus ini auditor KAP PwC terkesan memihak
perusahaan Tesco terbukti dengan memberikan opini wajar tanpa
pengecualian padahal sebenarnya merasa ada kejanggalan terkait laporan
keuangan Tesco.
5. Kompetensi profesional dan kecermatan
Akuntan dituntut harus melaksanakan jasa profesionalnya dengan penuh
kehati-hatian, kompetensi, dan ketekunan, serta mempunyai kewajiban untuk
mempertahankan pengetahuan dan keterampilan profesionalnya pada tingkat
yang diperlukan. Dalam kasus ini, auditor KAP PwC tidak mempertahankan
pengetahuan dan keterampilan profesionalnya pada tingkat yang diperlukan.
6. Perilaku professional
Akuntan sebagai seorang profesional dituntut untuk berperilaku konsisten
selaras dengan reputasi profesi yang baik dan menjauhi tindakan yang dapat
mendiskreditkan profesinya. Dalam kasus ini auditor KAP PwC tidak
profesional karena ada pengaruh suatu kepentingan tertentu, yakni familiarity
terkait pemberian opini wajar tanpa pengecualiannya, dan hal ini dapat
mendiskreditkan (mencoreng nama baik) profesinya.
7. Standar teknis
Akuntan dalam menjalankan tugas profesionalnya harus mengacu dan
mematuhi standar teknis dan standar profesional yang relevan. Sesuai dengan
keahliannya dan dengan berhati-hati, akuntan mempunyai kewajiban untuk
melaksanakan penugasan dari penerima jasa selama penugasan tersebut.
Pemberian opini wajar tanpa pengecualian yang tidak tepat oleh auditor KAP
PwC terhadap laporan keuangan Tesco merupakan suatu bentuk penipuan
yang dapat merugikan stakeholder. Kasus ini juga berkaitan dengan masalah
pelanggaran kode etik profesi akuntansi.
KESIMPULAN

Kasus Tesco bermula pada akhir tahun 2014, Skandal akuntansi yang terjadi pada
Tesco adalah overstated laba yang dilakukan pihak manajemen, yang terbukti
bahwa pihak manajemen perusahaan Tesco menggelembungkan labanya sehingga
meningkat hingga £250 Miliar selama hanya setengah tahun. Ia mencatat laba
pada laporan keuangan nya menjadi sebesar £263 Miliar.
Kasus pelanggaran etika profesi Auditor KAP PwC adalah disebabkan karena
gagal dalam audit laporan keuangan perusahaan Tesco karena ada unsur
familiarity terkait pemberian opini wajar tanpa pengecualiannya. Padahal auditor
KAP PwC mengetahui kejanggalan atas laporan keuangan Tesco yaitu terkait
overstated laba yang dilakukan pihak manajemen perusahaan Tesco. Seharusnya
Auditor KAP PwC harus bertindak profesional dan jujur sesuai etika profesi.
Dimana seorang auditor harus bertanggung jawab secara professional terhadap
semua kegiatan yang dilakukannya tanpa ada unsur kepentingan apapun.

DAFTAR PUSTAKA
Agoes, Sukrisno. 2012. Auditing Edisi 4. Jakarta: Salemba Empat.
Scribd. Analisis Skandal Tesco. https://www.scribd.com/document/326078476/Analisis-Kasus-
Tesco. (19 November 2017)

Anda mungkin juga menyukai