TETAP
Yusi Sukmayanda S.Pd M.Ak
Bagan Aset Tetap: Akuntansi dan
Pajak
Pertanyaan:
➢Buatlah jurnal atas transaksi penyusutan untuk tahun 2017.
➢Hitunglah beda temporer yang terjadi antara komersil dan fiskal.
➢Hitunglah aset atau liabilitas pajak tangguhan yang muncul beserta
jurnalnya.
➢Beda Temporer
- Penyusutan komersil 50.000.000
- Penyusutan fiskal (8 tahun Kel 2) 25.000.000
- Beda temporer 25.000.000
➢Karena Nilai Buku Akuntansi > Nilai Buku Fiskal maka akan muncul
aset pajak tangguhan sebesar Rp 25.000.000 x 25% = Rp 6.250.000
Penyusutan Akuntansi
Koreksi Fiskal Negatif Komersial < Akuntansi fiskal
Contoh
PT. Arjuna memulai kegiatan operasionalnya pada tahun 2010. Selama
tahun 2010, PT. Arjuna membukukan laba sebelum pajak sebesar Rp
300.000.000.
Tahun Pelaporan Akuntansi Pelaporan Pajak Penghasilan
2010 100.000.000 160.000.000
2011 100.000.000 120.000.000
2012 100.000.000 100.000.000
2013 100.000.000 20.000.000
Total 100.000.000 400.000.000
Asumsi besarnya tarif pajak yang berlaku adalah 25%. Dan juga
diasumsikan bahwa tidak ada perbedaan permanen.
Tahun 2010
PT. Arjuna memiliki laba kena pajak/laba fiskal untuk tahun 2010 sebesar Rp
240.000.000 dengan perhitungan sebagai berikut :
Laba sebelum pajak 300.000.000
Perbedaan permanen 0
Laba yang dikenalan pajak 300.000.000
Perbedaan temporer :
Penyusutan aset tetap (60.000.000)
Laba kena pajak (laba fiskal) 240.000.000
Tanggal Keterangan D K
31 Des Beban pajak penghasilan-pajak kini 60.000.000
2010 Utang pajak penghasilan 60.000.000
31 Des Beban pajak tangguhan 15.000.000
2010 Kewajiban pajak tangguhan 15.000.000
PT. Arjuna
Laporan Laba Rugi (Parsial)
Untuk tahun yang Berakhir 31 Des 2010
Laba Sebelum Pajak Rp 300.000.000
Beban pajak penghasilan :
Pajak Kini Rp 60.000.000
Pajak Tangguhan Rp 15.000.000
Rp (75.000.000)
Laba Bersih Rp 225.000.000
Penambahan Masa Manfaat
Apabila terjadi pengeluaran dalam jumlah yang cukup material dan dapat
memperpanjang masa manfaat aset tetap atau memberikan manfaat ekonomi pada
masa mendatang, maka :
1. Menurut perlakuan akuntansi, pengeluaran tersebut harus ditambahkan ke nilai
buku aset tetap bersangkutan, lalu jumlahnya ini akan disusutkan sesuai dengan
masa manfaat yang telah ditinjau ulang (direvisi).
2. Menurut perlakuan pajak, pengeluaran tersebut harus disusutkan secara terpisah
dari harta lamanya, dengan kata lain seolah-olah pengeluaran tersebut
diperlakukan sebagai pembelian harta baru dan dengan masa manfaat yang juga
baru akan dimulai (masa manfaat sesuai dengan PMK-96/PMK.03/2009),
sehingga periode pembebanan penyusutannya akan menjadi lebih lama.
Contoh
Sebuah mobil boks dibeli pada tanggal 6 Desember 2009 dengan harga perolehan
sebesar Rp 100 juta dan diestimasi memiliki masa manfaat 10 tahun (berakhir 6
Desember 2019). Untuk memperpanjang masa manfaatnya, pada tanggal 20
Oktober 2014 perusahaan mengeluarkan Rp 20 juta sebagai biaya pembelian atas
beberapa suku cadang yang baru. Dengan dilakukannya tambahan pengeluaran
modal ini, diestimasi bahwa umur ekonomis kendaraan akan bertambah 3 tahun dan
masa manfaatnya akan berakhir pada tanggal 6 Desember 2022. Kendaraan
disusutkan dengan menggunakan metode garis lurus.
Perhitungan Beban penyusutan
Menurut Akuntansi
Harga Perolehan 6 Des 09 Rp 100.000.000
Akm Penyusutan 6 Des 09-20 Okt 2014 (59/120 x 100 jt) (Rp 49.167.000)
Nilai buku per tanggal 20 Oktober 2014 Rp 50.833.000
Pengeluaran modal pada tanggal 20 Oktober 2014 Rp 20.000.000
Harga perolehan setelah disesuaikan per tanggal 20 Okt 14 Rp 70.833.000
Tahun 2014
Beban Penyusutan = (10/120 bulan x Rp 100 juta) + (2/97 bulan x Rp 70,833 juta)
= Rp 8.333.333 + Rp 1.460.474
= Rp 9.793.807
Tahun 2015
Beban Penyusutan = 12/97 x Rp 70,833 juta
= Rp 8.762.845
Perhitungan Beban penyusutan
Menurut Pajak
Tahun 2014
Beban Penyusutan = (12,5% x Rp 100 juta) + (12,5% x 3/12 x Rp 20 juta)
= Rp 12.500.000 + Rp 625.000
= Rp 13.125.000
Tahun 2015
Beban Penyusutan = (12,5% x Rp 100 juta) + (12,5% x Rp 20 juta)
= Rp 12.500.000 + Rp 2.500.000
= Rp 15.000.000
Perolehan Harta Hibah, Sumbangan,
atau Pengganti Saham
Sesuai dengan Pasal 4 ayat (3) UU PPh No 36 tahun 2008, yang dikecualikan dari
objek pajak diantaranya :
1. Bantuan atau sumbangan yang diterima oleh lembaga keagamaan yang dibentuk
atau disahkan oleh pemerintah, dan yang diterima oleh penerima sumbangan
yang berhak yang ketentuannya diatur dengan atau berdasarkan Peraturan
Pemerintah
2. Harta hibah yang diterima oleh keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus
satu derajat, badan keagamaan, badan pendidikan, badan sosial termasuk
yayasan, koperasi, atau orang pribadi yang menjalankan usaha mikro dan kecil,
yang ketentuannya diatur dengan atau berdasarkan PMK, sepanjang tidak ada
hubungan dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau penguasaan di antara
pihak-pihak yang bersangkutan
3. Harta yang diterima oleh badan sebagai pengganti saham atau sebagai pengganti
penyertaan modal.
Penjualan atau Pengalihan Harta
Berwujud
Pasal 6 ayat (1) huruf d UU PPh No 36 tahun 2008
• kerugian karena penjualan atau pengalihan harta yang dimiliki dan
digunakan dalam perusahaan atau yang dimiliki dan digunakan dalam
perusahaan atau yang dimiliki untuk mendapatkan, menagih, dan
memelihara penghasilan dapat dikurangkan dari penghasilan bruto.
Pasal 4 ayat (1) huruf d angka 2 UU PPh Np 36 tahun 2008
• Apabila WP menjual harta dengan harga pasar yang lebih tinggi dari
nilai sisa bukunya atau lebih tinggi dari harga atau nilai perolehannya,
maka selisih harga tersebut dianggap sebagai keuntungan dan
merupakan objek PPh.
Contoh
Pada tanggal 26 Desember 2014 sebuah mobil boks dijual dengan harga pasar Rp
120 juta. Mobil boks tersebut pada mulanya dibeli perusahaan pada tanggal 14 Juli
2013 dengan harga Rp 144 juta. Mobil boks ini diestimasi memiliki masa manfaat 6
tahun, sedangkan menurut perpajakan adalah 8 tahun. Metode penyusutan yang
digunakan adalah metode garus lurus.
Besarnya Keuntungan Menurut
Akuntansi dan Menurut Pajak
Keterangan Menurut Akuntansi Menurut Pajak
Harga perolehan 144.000.000 144.000.000
Akumulasi penyusutan (36.000.000) (27.000.000)
(18/72 x 144 juta) (18/96 x 144 juta)
Tanggal Keterangan D K
26 Des Kas 132.000.000
2014 Akumulasi penyusutan –kendaraan 36.000.000
Kendaraan 144.000.000
PPN Pasal 16D 12.000.000
Keuntungan penjualan kendaraan 12.000.000