Anda di halaman 1dari 7

Elok Lailia Kumala

180404020028
A1 Reguler 2018 I Akuntansi Perpajakan
Resume Materi
Akuntansi Perpajakan Kewajiban Lancar dan Ekuitas

Kewajiban lancar merupakan kewajiban yang akan dibayar dengan menggunakan


aktiva lancar dan harus segera dilunasi dalam satu tahun atau siklus operasi normal
perusahaan yang lebih lama. Yang termasuk dalam kategori kewajiban lancar adalah:
1. Utang usaha (accounts payable), timbul pada saat barang atau jasa diterima sebelum
melakukan pembayaran.
2. Utang Bank. Pada satu pihak, bank dapat memberikan bunga atas tabungan atau
deposito yang ada, tetapi dipihak lain bank akan memungut biaya bunga atas pinjaman
yang telah diberikan kepada nasabah.
3. Utang dividen, Timbul jika pembagian laba diumumkan oleh perseroan. Pembagian
laba yang tidak diumumkan tidak menimbulkan utang.
4. Pendapatan diterima dimuka (unearned revenue), timbul pada saat pembayaran
diterima sebelum barang atau jasa diberikan.
5. Utang pajak penghasilan karyawan (employees income taxes payable), merupakan
jumlah pajak yang terutang kepada pemerintah atas besarnya gaji karyawan yang
terkena pajak penghasilan.
6. Utang bunga (interest payable), merupakan jumlah bunga yang terutang kepada
kreditor atas dana yang dipinjam. Dalam hal ini, debitur telah menikmati dana kreditor
selama periode berjalan namun baru akan dibayarkan di periode akuntansi berikutnya
sesuai dengan tanggal jatuh tempo pinjaman.
7. Utang upah (wages payable), merupakan jumlah upah yang terutangkepadakaryawan
atas manfaat yang telah diterima perusahaan melalui pemakaian jasa karyawan selama
periode berjalan. Dalam hal ini, perusahaan telah menikmati atau menggunakan jasa
karyawan dalam periode berjalan namun baru akan dibayarkan di periode akuntansi
berikutnya sesuai tanggal pembayaran yang telah ditetapkan.
8. Utang pajak penjualan (sales taxes payable), merupakan utang atas pajak yang
dipungut dari pembeli ketika penjualan terjadi. merupakan pembayara pajak yang
dilakukan dengan mekanisme pemotongan dan/atau pemungutan pajak. Pemotongan
pajak ini berkaitan dengan pihak yang membayarkan.

Ekuitas adalah hak pemilik terhadap aset perusahaan setelah dikurangi liabilitas
(kewajiban) dalam neraca. Ekuitas juga diartikan sebagai modal atau kekayaan entitas bisnis,
dihitung dengan jumlah aset dikurangi dengan liabilitas. Yang termasuk dalam kategori
ekuitas yaitu:
1. Modal disetor, adalah jumlah uang yang disetor oleh pemilik atau pemegang saham.
Modal disetor dibagi ke dalam 2 jenis, yaitu modal saham dan agio/disagio saham
(additional paid-in capital).
2. Saldo laba ditahan (retained earning), adalah kumpulan laba dari tahun-tahun
sebelumnya yang tidak dibagi sebagai dividen.
3. Modal penilaian kembali, adalah selisih nilai buku lama dengan nilai buku baru.
4. Modal sumbangan, adalah modal yang diperoleh perusahaan karena memperoleh aset
yang berasal dari sumbangan.
5. Modal lain-lain, contohnya adalah modal dari cadangan pelunasan obligasi dan lain
sebagainya yang tidak dikategorikan dalam empat kategori di atas.

Mampu mengaplikasikan pencatatan atas modal saham


Modal saham merupakan bagian dari ekuitas suatu perseroan terbatas yabg
dikontribusikan pemilik.
Contoh:
PT Saya mempunyai 1000 lembar saham prioritas convertible dengan harga nominal
@Rp.15.000.000. dengan agio saham Rp.2.000.000. Pada 15 desember 2020 diumumkan
bahwa saham tersebut dapat ditukar dengan saham biasa dengan nominal @Rp.10.000.000.
dengan proporssi 1 lembar saham prioritas mendapat 3 lembar saham biasa.
Jurnal (PT Saya)
Modal saham prioritas 15.000.000
Agio saham prioritas 2.000.000
Laba ditahan 13.000.000
Saham biasa 30.000.000

Untuk tujuan pajak


a. Pembebanan kepada laba ditahan 13.000.000 dianggap sebagai pembagian deviden
kepadapemegang saham prioritas.
b. PT Saya harus memotong PPh pasal 23 sebesar 15%, kecuali pemegang saham itu
sebuah badan.
c. Penerima saham memperhitungkan dividen 13.000.000 dan mengkreditkan PPh pasal
23

Mampu mengaplikasikan pencatatan atas utang dan wesel bayar


1. Utang usaha/dagang
Utang dagang tidak dicatat pada waktu pemesanan dilakukan, tetapi hanya pada
saat hak pemilikan atas barang-barang tersebut beralih kepada pembeli. Apabila
terdapat potongan pembelian secara tunai, maka hutang dagang harus dilaporkan
sebesar jumlah hutang dagang setelah dikurangi potongan tunai. Selain itu apabila
dalam pembelian terdapat PPN (Pajak Pertambahan Nilai) maka Hutang dagang
dilaporkan termasuk nilai PPN.
Contoh:
PT Saya membeli barang kena pajak Rp 50.000.000, pada tanggal 1 Desember 2020
hutang itu dilunasi
Pembelian 50.000.000
PPN Masukan 5.000.000
Hutang Dagang 55.000.000

Pelunasan
Hutang Dagang 55.000.000
Kas 55.000.000

2. Utang wesel
Adalah kewajiban kepada pihak lain yang dibuktikan dengan janji tertulis tanpa
syarat untuk membayar sejumlah uang tertentu pada tanggal yang telah ditentukan.
Utang wesel dapat dijual oleh pemegangnya tanpa mengurangi jumlah utang yang harus
dibayar.
Contoh (Berbunga):
PT Saya membeli barang dagangan sebesar Rp 50.000.000 pada tanggal 1 Desember
2020, dengan menyerahkan promes 6 bulan, bunga 15%

1 Desember 2020 – Jurnal pencatatan


Persediaan Barang Dagang 50.000.000
Utang Wesel 50.000.000

1 Juni 2021 – Jurnal pembayaran


Utang Wesel 50.000.000
Biaya Bunga 7.500.000
Kas 57.500.000

3. Utang Dividen
Ketentuan pemungutan pajak untuk utang dividen diatur dalam Pasal 23 dan 26 UU No.
7 Tahun 1983, dimana pajak telah terutang pada saat pengumuman pembagian laba
bukan pada saat pembayaran. Karena itu pembayar deviden wajib menyetor pajak atas
deviden kepada negara pada saat yang ditentukan.
Contoh:
Pada 1 Desember 2020, PT Saya mengumumkan akan membagikan dividen melalui
RUPS, dan melakukan pembayaran dividen tunai kepada PT Kamu sebesar
Rp30.000.000 yang melakukan penyertaan modal sebesal 15%.
Jurnal pengumuman deviden
Laba ditahan 30.000.000
Utang Deviden 25.500.000
Utang PPh 23 (15% x Rp30.000.000) 4.500.000

Jurnal pembayaran deviden


Utang Deviden 25.500.000
Kas 25.500.000

4. Biaya yang akan dibayar


Seperti utang bunga dan utang gaji, yang mana dalam perpajakan biaya ini dapat
dikurangkan dari penghasilan.
Contoh jurnalnya:
Beban Gaji 2.000.000
Utang Gaji 2.000.000
Mampu mengaplikasikan pencatatan atas utang dalam mata uang asing
Dalam pembukuan dan pelaporan pajak, Wajib Pajak Badan diperkenankan untuk
menggunakan mata uang asing sesuai Pasal 3 UU KUP dimana pembukuan dalam mata uang
asing harus memperoleh ijin terlebih dahulu dari Menteri Keuangan. Adapun WP yang
diperbolehkan menggunakan mata uang asing adalah:
1. WP Penanaman Modal Asing
2. WP dalam rangka Kontrak Karya Pertambangan
3. WP Kontraktor Kontrak Kerja Sama Minyak dan Gas Bumi
4. BUT
5. WP yang mendaftarkan emisi sahamnya baik sebagian maupun seluruhnya di bursa
efek luar negeri
6. Kontrak Investasi Kolektif
7. WP yang berafiliasi langsung dengan perusahaan induk di luar negeri, yaitu perusahaan
anak.
8. WP yang menyajikan laporan keuangan dalam mata uang fungsionalnya menggunakan
satuan mata uang Dollar Amerika Serikat sesuai dengan SAK yang berlaku di
Indonesia

Berdasarkan dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan Nomor 10 (PSAK 10),


ketika pada akhir periode terdapat perbedaan nilai dengan awal periode, selisih laba atau
selisih rugi yang terjadi dapat disajikan dalam OCI (Other Comprehensive Income).
Perlakuan pajak:
1. Keuntungan selisih kurs merupakan objek penghasilan (Pasal 4 ayat 1 UU PPh)
2. Kerugian selisih kurs dapat menjadi biaya pengurang penghasilan (Pasal 6 ayat 1 UU
PPh)
3. Jika transaksi hedging meliputi pembayaran, contohnya adalah bunga termasuk
premium, diskonto, atau premium swap kepada pihak asing di luar negeri, pembayaran
akan terutang PPh Pasal 26 dengan tarif yang dapat berubah sesuai dengan tax treaty.
Contoh:
PT Saya menjual barang seharga $1.000 dengan nilai kurs yang ditetapkan oleh Menteri
Keuangan adalah $1 = Rp14.000.
Maka harga jual sebagai Dasar Pengenaan Pajak sebesar: 1.000 x Rp14.000 =
Rp14.000.000,00. PPN : 10 % x Rp14.000.000,00 = Rp1.400.000
Contoh selisih kurs:
Saldo awal akun Kas dan Bank dalam mata uang Dolar (USD) adalah sebesar $2.000. Jika
dikurskan adalah sebesar Rp24.000.000 dengan nilai kurs per 1 Dolar adalah Rp14.000. Pada
akhir tahun buku perusahaan nilai kurs per 1 Dolar adalah Rp14.500. Dengan asumsi saldo
akun Kas dan Bank yang sama dengan saldo awal sebesar $2.000, jika di kurskan menjadi
Rp29.000.000.
Jurnal:
Kas dan Bank 5.000.000
Keuntungan Selisih Kurs 5.000.000

Mampu mengaplikasikan pencatatan atas pembebasan utang


Pembebasan utang menurut perpajakan merupakan tindakan hukum yang mana kreditur
melepaskan haknya untuk menagih piutangnya dari debitur, yang terjadi atas perbuatan
hukum sepihak atau terjadi karena adanya perbuatan hukum timbal balik/dengan persetujuan.
Pembebasan utang menurut pajak sendiri memiliki keuntungan, yakni pembebasan utang oleh
pihak yang berpiutang dianggap sebagai penghasilan bagi debitur. Sedangkan di sisi pihak
kreditur dapat dibebankan sebagai biaya. Keuntungan pembebasan utang bisa dirasakan oleh
debitur kecil yang bukan objek pajak (yang jumlahnya tidak lebih dari Rp350.000.000).
Diatur pula pada Pasal 3 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 130 Tahun 2000 tentang
Pengecualian Sebagai Objek Pajak atas Keuntungan Karena Pembebasan Utang Debitur
Kecil.
Ada 10 cara penghapusan suatu perikatan sesuai dengan pasal 1381 KUH perdata
diantaranya sebagai berikut:
1. Karena pembayaran
2. Karena penawaran pembayaran tunai, diikuti dengan penyimpanan atau penitipan
3. Karena pembaruan utang
4. Karena perjumpaan utang atau kompensasi
5. 5. Karena percampuran utang
6. Karena pembebasan utang
7. Karena musnahnya barang yang terutang
8. Karena kebatalan atau pembatalan
9. Karena berlakunya suatu syarat pembatalan
10. Karena lewat waktu

Mampu mengaplikasikan pencatatan utang lainnya


Utang lainnya yang harus diselesaikan dalam waktu satu tahun seperti utang pajak
mencakup hal-hal sebagai berikut:
1. Utang pajak penghasilan yang dibayar sendiri (PPh Pasal 25 dan 29)
Contoh Jurnal (pasal 25):
Uang Muka PPh 25 500.000
Kas 500.000

2. Utang pajak penghasilan yang dipungut atau dipotong dari pihak ketiga (PPh
Pasal 21, 22, dan 23)
Contoh (pasal 21):
Pada bulan April 2011, Budi (memiliki NPWP) diterima bekerja pada PT Saya dan
memperoleh gaji sebulan sebesar Rp12.500.000 dengan status menikah dan memiliki 2
orang. Premi asuransi kecelakaan dan premi asuransi kematian sebesar Rp100.000 dan
Rp50.000 per bulan. Uang pensiun Rp75.000 per bulan.
Penghitungan gaji setiap bulannya:
Gaji/bulan 12.500.000
Premi asuransi kecelakaan 100.000
Premi asuransi kematian 50.000
12.650.000
Dikurangi:
Biaya Jabatan (5%) 300.000
Iuran pensiun 75.000
(375.000)
Penghasilan neto/bulan 12.275.000
Penghasilan neto/tahun 147.300.000
PTKP:
Wajib Pajak 15.840.000
Status Kawin 1.320.000
Tanggungan 2.640.000
(19.800.000)
Penghasilan Kena Pajak 127.500.000
PPh 21/tahun: 5% x 50.000.000 2.500.000
15% x 77.500.000 11.625.000
14.125.000
PPh 21 per bulan (14.125.000/12) 1.177.000
Uang yang dibawa pulang = 12.500.000-100.000- 11.173.000
50.000-1.177.000

Jurnal:
Beban gaji 12.500.000
Premi asuransi 150.000
Utang PPh 1.177.000
Kas/Bank 11.173.000
Biaya yang masih harus dibayar 300.000

3. Utang pajak yang wajib dipungut atau dipotong dari pihak ketiga (PPh Pasal 21,
22, 23 dan 26)
Contoh (pasal 26):
PT Saya membayar premi asuransi kepada PT Cahaya yang berada di Malaysia dengan
nilai Rp20.000.000 pada tanggal 1 Desember 2020
Jurnal
Asuransi dibayar dimuka 20.000.000
Utang PPh 2.000.000
Kas/Bank 18.000.000
4. Utang PPn dan PPnBM
Contoh (PPn)
PT Saya melakukan penyerahan BKP Rp11.000.000 secara tunai pada tanggal 1
Desember 2020 yang sebelumnya telah melakukan pembelian sebesar Rp10.000.000
pada tanggal 27 November 2020.
Jurnal 27 November 2020
Pembelian 10.000.000
Pajak Masukan 1.000.000
Kas/Bank 11.000.000

Jurnal 1 Desember 2020


Kas/Bank 12.100.000
Pajak Keluaran 1.100.000
Penjualan 11.000.000

5. Utang PBB
Contoh jurnal:
Biaya PBB 1.000.000
Kas/Bank 1.000.000

Mampu mengaplikasikan pencatatan atas investasi


Menurut PSAK No 13, investasi adalah suatu aktiva yang digunakan oleh perusahaan
untuk pertumbuhan kekayaan (accretion of wealth) melalui distribusi hasil investasi (seperti
bunga, royalti, dividen, dan uang sewa), apresiasi nilai investasi, atau untuk manfaat lain bagi
perusahaan yang berinvestasi, seperti manfaat yang diperoleh melalui hubungan
perdagangan.
Jurnal untuk mencatat pembelian saham:
Investasi Saham A 20.000.000
Kas/Bank 20.000.000
Jurnal untuk mencatat penerimaan deviden dari pembelian saham:
Kas/Bank 2.000.000
Pendapatan Deviden 2.000.000

Anda mungkin juga menyukai