180404020028
A1 Reguler 2018 I Akuntansi Perpajakan
Resume Materi
Akuntansi Perpajakan Kewajiban Lancar dan Ekuitas
Ekuitas adalah hak pemilik terhadap aset perusahaan setelah dikurangi liabilitas
(kewajiban) dalam neraca. Ekuitas juga diartikan sebagai modal atau kekayaan entitas bisnis,
dihitung dengan jumlah aset dikurangi dengan liabilitas. Yang termasuk dalam kategori
ekuitas yaitu:
1. Modal disetor, adalah jumlah uang yang disetor oleh pemilik atau pemegang saham.
Modal disetor dibagi ke dalam 2 jenis, yaitu modal saham dan agio/disagio saham
(additional paid-in capital).
2. Saldo laba ditahan (retained earning), adalah kumpulan laba dari tahun-tahun
sebelumnya yang tidak dibagi sebagai dividen.
3. Modal penilaian kembali, adalah selisih nilai buku lama dengan nilai buku baru.
4. Modal sumbangan, adalah modal yang diperoleh perusahaan karena memperoleh aset
yang berasal dari sumbangan.
5. Modal lain-lain, contohnya adalah modal dari cadangan pelunasan obligasi dan lain
sebagainya yang tidak dikategorikan dalam empat kategori di atas.
Pelunasan
Hutang Dagang 55.000.000
Kas 55.000.000
2. Utang wesel
Adalah kewajiban kepada pihak lain yang dibuktikan dengan janji tertulis tanpa
syarat untuk membayar sejumlah uang tertentu pada tanggal yang telah ditentukan.
Utang wesel dapat dijual oleh pemegangnya tanpa mengurangi jumlah utang yang harus
dibayar.
Contoh (Berbunga):
PT Saya membeli barang dagangan sebesar Rp 50.000.000 pada tanggal 1 Desember
2020, dengan menyerahkan promes 6 bulan, bunga 15%
3. Utang Dividen
Ketentuan pemungutan pajak untuk utang dividen diatur dalam Pasal 23 dan 26 UU No.
7 Tahun 1983, dimana pajak telah terutang pada saat pengumuman pembagian laba
bukan pada saat pembayaran. Karena itu pembayar deviden wajib menyetor pajak atas
deviden kepada negara pada saat yang ditentukan.
Contoh:
Pada 1 Desember 2020, PT Saya mengumumkan akan membagikan dividen melalui
RUPS, dan melakukan pembayaran dividen tunai kepada PT Kamu sebesar
Rp30.000.000 yang melakukan penyertaan modal sebesal 15%.
Jurnal pengumuman deviden
Laba ditahan 30.000.000
Utang Deviden 25.500.000
Utang PPh 23 (15% x Rp30.000.000) 4.500.000
2. Utang pajak penghasilan yang dipungut atau dipotong dari pihak ketiga (PPh
Pasal 21, 22, dan 23)
Contoh (pasal 21):
Pada bulan April 2011, Budi (memiliki NPWP) diterima bekerja pada PT Saya dan
memperoleh gaji sebulan sebesar Rp12.500.000 dengan status menikah dan memiliki 2
orang. Premi asuransi kecelakaan dan premi asuransi kematian sebesar Rp100.000 dan
Rp50.000 per bulan. Uang pensiun Rp75.000 per bulan.
Penghitungan gaji setiap bulannya:
Gaji/bulan 12.500.000
Premi asuransi kecelakaan 100.000
Premi asuransi kematian 50.000
12.650.000
Dikurangi:
Biaya Jabatan (5%) 300.000
Iuran pensiun 75.000
(375.000)
Penghasilan neto/bulan 12.275.000
Penghasilan neto/tahun 147.300.000
PTKP:
Wajib Pajak 15.840.000
Status Kawin 1.320.000
Tanggungan 2.640.000
(19.800.000)
Penghasilan Kena Pajak 127.500.000
PPh 21/tahun: 5% x 50.000.000 2.500.000
15% x 77.500.000 11.625.000
14.125.000
PPh 21 per bulan (14.125.000/12) 1.177.000
Uang yang dibawa pulang = 12.500.000-100.000- 11.173.000
50.000-1.177.000
Jurnal:
Beban gaji 12.500.000
Premi asuransi 150.000
Utang PPh 1.177.000
Kas/Bank 11.173.000
Biaya yang masih harus dibayar 300.000
3. Utang pajak yang wajib dipungut atau dipotong dari pihak ketiga (PPh Pasal 21,
22, 23 dan 26)
Contoh (pasal 26):
PT Saya membayar premi asuransi kepada PT Cahaya yang berada di Malaysia dengan
nilai Rp20.000.000 pada tanggal 1 Desember 2020
Jurnal
Asuransi dibayar dimuka 20.000.000
Utang PPh 2.000.000
Kas/Bank 18.000.000
4. Utang PPn dan PPnBM
Contoh (PPn)
PT Saya melakukan penyerahan BKP Rp11.000.000 secara tunai pada tanggal 1
Desember 2020 yang sebelumnya telah melakukan pembelian sebesar Rp10.000.000
pada tanggal 27 November 2020.
Jurnal 27 November 2020
Pembelian 10.000.000
Pajak Masukan 1.000.000
Kas/Bank 11.000.000
5. Utang PBB
Contoh jurnal:
Biaya PBB 1.000.000
Kas/Bank 1.000.000