Anda di halaman 1dari 25

LIABILITAS JANGKA PENDEK, PROVISI, KONTIJENSI

PSAK 57 DAN IAS 37

1. PENGERTIAN LIABILITAS JANGKA PENDEK


Liabilitas lancer adalah kewajiban saat sekarang entitas yang timbul dari peristiwa
masa lalu yang penyelesaiannya diperkirakan mengakibatkan pengeluaran daya (uang tunai,
barang, jasa) di masa depan. Klasifikasi liabilitas lancar, jika :

a. Mengharapkan akan menyelasaikan liabilitas tersebut dalam siklus operasi normalnya

b. Memiliki liabilitas tersebut untuk tujuan diperdagangkan

c. Liabilitas tersebut jatuh tempo untuk diselesaikan dalam jangka waktu 12 bulan setelah
periode pelaporan

d. Tidak memiliki hak tanpa syarat untuk menunda penyelesaian liabilitas selama sekurang
– kurangnya 12 bulan setelah periode pelaporan

Entitas mengklasifikasi liabilitas yang tidak termasuk kategori tersebut adalah


liabilitas jangka panjang. Siklus operasi adalah jangka waktu antara perolehan asset untuk
pemrosesan dan realisasinya dalam bentuk kas atau setara kas.

Liabilitas jangka pendek termasuk kategori instrument keuangan adalah liabilitas


keuangan. Instrument keuangan diatur dalam PSAK :

a. PSAK 50 : Penyajian Instrumen Keuangan

b. PSAK 55 : Pengakuan dan Pengukuran Instrumen Keuangan

c. PSAK 60 : Pengungkapan Instrumen Keuangan

Liabilitas diukur dengan nilai wajar, nilai amortisasi atau harga perolehan. Biaya
transaksi untuk diukur dengan nilai wajar dibebankan sebagai biaya periode berjalan,
sedangkan untuk diukur selain dengan nilai wajar dikapitalisasi. Pengaruh kapitalisasi biaya
transaksi akan mempegaruhi effective interest rate dan beban bunga yang diakui.
2. JENIS – JENIS LIABILITAS JANGKA PENDEK

1. Utang Usaha (Account Payable)

Jumlah yang belum dibayarkan atas barang atau jasa yang telah diserahkan atau
diselesaikan dari suplier. Pengakuan pada tanggal penyerahan barang / penyelesaian
jasa. Dasar mencatat berasal dari faktur pembelian, timbul karena adanya perbedaan
waktu antara saat diterimanya barang atau jasa dan pembayarannya . Perjanjian
pembelian misal 2/10, n/30 jika pembelian akan diberikan potongan 2% jika dibayarkan
dalam waktu 10 hari, jangka waktu kredit 30 hari.

Contoh :

PT. Kenanga tanggal 1 Nopember 2013 membeli peralatan secara kredit sebesar
20.000.000. Syarat pembelian 2/10, n/30.

Pada saat pembelian :

1/11/13 Persediaan 20.000.000

Utang Dagang 20.000.000

Jika dilunasi pada tanggal 10 November 2013 :

10/11/13 Utang Dagang 20.000.000

Kas 19.600.000

Diskon Pembelian 400.000

Jika dilunasi pada tanggal 15 November 2013 :

15/11/13 Utang Dagang 20.000.000

Kas 20.000.000

2. Wesel Bayar (Notes Payable)

Janji untuk membayar sejumlah tertentu pada waktu yang telah ditentukan.
Timbul dari pembelian, pendanaan, dan transaksi lain. Diterbitkan untuk melunasi utang
atau membayar pembelian. Dapat bersifat jangka pendek atau panjang. Sering kali
berbunga atau dapat tidak berbunga. Jika tidak berbunga maka diterbitkan dengan
diskon.
Contoh :

1. Wesel Bayar – Berbunga

PT. Kenanga melunasi utang dagang sebesar Rp 20.000.000 pada 1 Desember 2013
dengan menerbitkan wesel bayar 90 hari, bunga 12%.

1/12/13 Utang Dagang 20.000.000

Wesel Bayar 20.000.000

31/12/13 Beban Uatang 200.000

Utang Bunga 200.000

30/60 x 12% x 20.000.000 =200.000

Wesel Dilunasi

1/3/14 Wesel Bayar 20.000.000

Utang Bunga 200.000

Beban Bunga 400.000

Kas 20.600.000

2. Wesel Bayar – Tidak Berbunga

PT. Kenanga melunasi utang dagang sebesar Rp 20.000.000 pada 1 Desember 2X13
dengan menerbitkan wesel bayar sebesar Rp 22.400.000, jangka waktu 360 hari,
tanpa bunga. Hitung Effective Interest Rate 12%.

1/12/13 Utang Dagang 20.000.000

Wesel Bayar 20.000.000

31/12/13 Beban Uatang 200.000

Utang Bunga 200.000

30/60 x 12% x 20.000.000 =200.000


Wesel Dilunasi

1/12/14 Beban Bunga 2.200.000

Wesel Bayar 2.200.000

Wesel Bayar 22.400.000

Kas 22.400.000

3. Utang Bank Jangka Pendek

Utang bank jangka pendek diklasifikasikan sebagai liabilitas jangka pendek.


Pencatatan hamper sama dengan wesel bayar. Ada bunga. Biaya transaksi menambah
nilai utang dan provisi akan mengurangi nilai utang (mempengaruhi tariff bunga
efektif). Tingkat suku bunga dihitung ulang untuk memperoleh tariff bunga efektif.
Tarif bunga efektif digunakan menghitung bunga.

Pokok Utang Provisi + Biaya Transaksi X Tarif Bunga Efektivw = Beban Bunga

Contoh :

PT. Kenanga pada 1 Oktober 2X13 menerima utang dari Bank Permata sebesar Rp
100.000.000 dipotong provisi 4%. Tingkat suku bunga sebesar 15%. Bunga dan pokok
dibayar saat jatuh tempo. Hitung Effective Interest Rate 19,79%.

1/10/13 Kas 96.000.000

Utang Bank 96.000.000

31/12/13 Beban Bunga 4.750.000

Utang Bunga 4.750.000

3/12 x 19,79% x 96.000.000

Utang Bank Dilunasi

1/10/14 Beban Bunga 14.250.000

Utang Bunga 4.750.000

Utang Bank 96.000.000

Kas 115.000.000
4. Liablilitas Jangka Panjang yang Akan Jatuh Tempo Periode Berikutnya

Liabilitas jangka panjang yang akan dilunasi periode berikutnya diklasifikasikan


menjadi liabilitas jangka pendek kecuali:

1. Dilunasi dengan akumulasi dana yang tidak diklasifikasikan sebagai aset lancar

2. Dibiayai kembali atau dilunasi dengan penerbitan liabilitas jangka panjang yang
baru.

3. Dikonversi menjadi saham

Liabilitas jangka panjang walaupun akan jatuh tempo tetap diklasifikasikan


sebagai liabilitas jangka pendek. Entitas harus menunjukkan kemampuan untuk
melengkapi proses pembiayaan ulang.

1. Hutang tersebut dibiayai ulang sebelum laporan keuangan diluncurkan, atau

2. Entitas menandatangani perjanjian pebiayaan ulang.

5. Liabilitas Jangka Pendek Didanai Kembali

Liabilitas keuangan yang dibiayai kembali yang akan jatuh tempo dalam 12
bulan setelah periode pelaporan diklasifikasikan sebagai liabilitas jangka pendek, jika
entitas tidak memiliki hak tanpa syarat untuk membiayai kembali.

Pelanggaran perjanjian utang yang mengakibatkan kreditur meminta percepatan


pembayaran, maka liabilitas tersebut disajikan sebagai liabilitas jangka pendek,
meskipun kreditur mengijinkan penundaan pembayaran selama 12 bulan setelah tanggal
pelaporan tetapi persetujuan tersebut diperoleh setelah tanggal pelaporan.

6. Utang Dividen

Utang dividen diakui pada saat pengumuman dividen dalam Rapat Umum
Pemegang Saham (RUPS). Utang dividen yang diakui hanyalah dividen tunai atau
dividen yang diberikan dalam bentuk aset. Dividen saham tidak dicatat oleh penerima
dan tidak ada pengakuan utang. Dividen saham akan dicatat dengan mereklasifikasikan
saldo laba ke modal /agio saham.
Umumnya dibayarkan dalam jangka waktu 3 bulan. Dividend SP kumulatif yang
tidak diumumkan tidak diakui sebagai utang. Utang dividend dalam bentuk saham tidak
diakui sebagai utang, melainkan dilaporkan salam ekuitas.

7. Uang muka pelanggan dan Pendapatan diterima dimuka

Merupakan pembayaran yang diterima sebelum diserahkannya barang atau jasa


yang penyerahannya akan dilakukan di waktu yang akan datang. Penerimaan kas yang
terjadi sebelum barang/jasa diserahkan ke pembeli, harus diberlakukan sebagai utang,
karena penjual mempunyai kewajiban untuk menyerahkan barang atau jasa diwaktu
yang akan datang.

Deposit tunai yang dapat dikembalikan yang diterima dari pelanggan dan/atau
pegawai. Dapat diklasifikasikan sebagai liabilitas lancer ataupun liabilitas tidak lancar.

Contoh :

Pada 1 Agustus 2019 Majalah Sports Pro menjual 12.000 kupon langganan
tahunan. Masing-masing kupon seharga €18. Buatlah jurnal pencatatan pada 1 Agustus
2019 dan jurnal penyesuaian akhir tahun pada 31 Desember 2019.

1/8/19 Cash Rp. 216,000

Unearned Revenue Rp. 216,000

(12,000 x €18)

31/12/19 Unearned Revenue Rp. 90,000

Subscription Revenue Rp. 90,000

(€216,000 x 5/12 = €90,000)

8. Utang PPN / PPnBM

Barang dan Jasa yang kita beli/kita peroleh sering dikenai pajak atas barang/jasa
yang kita peroleh.

Pajak konsumsi, baik berupa

a. Pajak penjualan atau


b. Pajak pertambahan nilai (PPN).
Bertujuan untuk menghasilkan pendapatan bagi pemerintah.

Kedua jenis pajak ini menggunakan ketentuan yang berbeda untuk mencapai
tujuan tersebut (sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku).

Contoh :

1. Utang Pajak Penjualan


Pada hari tertentu, Halo Supermarket menjual roti hanya seharga €2,400. Dengan
asumsi tarif pajak penjualan 10 persen, maka Halo Supermarket membuat jurnal
untuk mencatat penjualan tersebut sbb.

Cash Rp. 2,640

Sales Revenue Rp. 2,400

Sales Taxes Payable Rp. 240

2. Utang Pajak Pertambahan Nilai


Hill Farms Wheat Company menanam gandum dan menjualnya ke Sunshine
Baking seharga €1.000. Hill Farms Wheat membuat jurnal untuk mencatat
penjualan, dengan asumsi PPN adalah 10 persen, sbb.

Cash Rp. 1,100

Sales Revenue Rp. 1,000

Value-Added Taxes Payable Rp. 100

Sunshine Baking membuat roti dari gandum tersebut dan menjualnya ke Halo
Supermarket seharga €2.000. Sunshine Baking membuat jurnal untuk mencatat
penjualan, dengan asumsi PPN adalah 10 persen, sbb.
Cash Rp. 2,200
Sales Revenue Rp. 2,000
Value-Added Taxes Payable Rp. 200
Selanjutnya, Sunshine Baking menyetorkan hanya €100 (bukan €200) kepada
pemerintah. Alasannya adalah: Sunshine Baking telah membayar €100 ke Hill
Farms Wheat.
Halo Supermarket menjual roti kepada konsumen seharga €2,400. Halo
Supermarket membuat jurnal untuk mencatat penjualan, dengan asumsi PPN 10
persen, sbb.
Cash Rp. 2,640
Sales Revenue Rp. 2,400
Value-Added Taxes Payable Rp. 240
Selanjutnya, Halo Supermarket menyetorkan hanya €40 ke pemerintah karena
dikurangi PPN €200 yang telah dibayarkan ke Sunshine Baking.

9. Utang pajak penghasilan

Perusahaan harus menyiapkan surat pemberitahuan (SPT) pajak penghasilan dan


menghitung pajak penghasilan yang harus dibayarkan.

a. Utang pajak merupakan liabilitas lancar.

b. Perusahaan harus melakukan pembayaran pajak secara berkala.

c. Perbedaan antara penghasilan kena pajak dan penghasilan akuntansi


merupakan hal yang sering terjadi (lihat Bab 19).

10. Utang gaji

Jumlah yang terutang kepada pegawai atas gaji atau upah dilaporkan sebagai
liabilitas lancar. Termasuk di dalam liabilitas lancar jenis ini adalah:

a. Pengurang gaji.

Pajak-Pajak yag dikurangkan :

i. Pajak jaminan Social

ii. Pemotongan Pajak Penghasilan

Contoh :

Asumsikan gaji mingguan sebesar $10.000, yang seluruhnya merupakan


objek pajak Jaminan Sosial (8%), dipotong pajak penghasilan sebesar $1.320
dan dipotong iuran serikat pekerja sebesar $88. Perusahaan mencatat upah
dan gaji yang dibayarkan serta pemotongan gaji pegawai sebagai berikut:
Wages and Salaries Expense Rp. 10,000

Withholding Taxes Payable Rp. 1,320

Social Security Taxes Payable Rp. 800

Union Dues Payable Rp. 88

Cash Rp. 7,792

Perusahaan mencatat pajak gaji pemberi kerja sebagai berikut.

Payroll Tax Expense Rp. 800

Social Security Taxes Payable Rp. 800

b. Kompensasi ketidakhadiran.

Ketidakhadiran yang dibayarkan untuk liburan, cuti sakit, cuti melahirkan,


cuti menjadi ayah, dan cuti sebagai juri pengadilan.

 Hak melekat (vested rights) – pemberi kerja memiliki kewajiban untuk


tetap melakukan pembayaran kepada pegawai bahkan setelah pegawai
tersebut memutuskan hubungan kerja.

 Hak akumulasi (accumulated rights) - pegawai dapat mengalihkan


haknya ke periode berikutnya apabila ia tidak menggunakan hak
tersebut pada periode di mana hak diperoleh.

 Hak nonkumulatif (Non-accumulating rights) – hak yang tidakdapat


dialihkan ke periode berikutnya; hak ini hilang (hangus) apabila tidak
digunakan.

Contoh :

Amutron NV mulai beroperasi pada 1 Januari 2019. Perusahaan ini


mempekerjakan 10 orang dan membayar masing-masing €480 per
minggu. pegawai mendapatkan hak liburan mingguan sebanyak 2 kali.
Pada tahun 2019 hak tersebut tidak mereka gunakan. Pada tahun 2020,
pegawai menggunakan hak liburan mingguan tersebut. Tahun 2020 gaji
mereka telah menjadi €540 per minggu. Amutron mengakui akumulasi
pembayaran liburan pada tanggal 31 Desember 2019, sebagai berikut.

Salaries and Wages Expense Rp. 9,600

Salaries and Wages Payable Rp. 9,600

Pada tahun 2020, perusahaan mencatat pembayaran hak liburan sebagai


berikut.

Salaries and Wages Payable Rp. 9,600

Salaries and Wages Expense Rp. 1,200

Cash Rp. 10,800

c. Bonus.

Pembayaran selain gaji atau upah reguler kepada pegawai tertentu atau
kepada semua pegawai.

i. Bonus yang dibayarkan merupakan biaya operasional.

ii. Bonus yang belum dibayar harus dilaporkan sebagai liabilitas lancar.

3. TUJUAN PSAK 57

PSAK 57 (IAS 37) ini bertujuan untuk mengatur

a. Pengakuan dan pengukuran provisi, kewajiban kontinjensi dan aset kontinjensi serta

b. Untuk memastikan informasi memadai telah diungkapkan dalam CALK.

Agar para pengguna dapat memahami sifat, waktu, dan jumlah yang terkait dengan
informasi tersebut.

4. RUANGLINGKUP 57

Pengecualian :

PSAK diterapkan oleh semua entitas dalam akuntansinya, kecuali yang timbul dari:

a. kontrak eksekutori, kecuali jika kontrak tersebut bersifat memberatkan (onerous);

b. hal-hal yang telah dicakup dalam PSAK lain.


Contoh: PSAK 34; 46; 30; 24; 28; 36

Pernyataan ini tidak berlaku untuk instrumen keuangan (termasuk garansi) yang
termasuk dalam ruang lingkup PSAK 55: Instrumen Keuangan: Pengakuan dan
Pengukuran.

5. DEFINISI

Aset kontinjensi adalah aset potensial yang timbul dari peristiwa masa lalu dan
keberadaannya menjadi pasti dengan terjadi atau tidak terjadinya satu peristiwa atau lebih
pada masa datang yang tidak sepenuhnya berada dalam kendali entitas.

Kewajiban adalah kewajiban kini entitas yang timbul dari peristiwa masa lalu yang
penyelesaiannya diperkirakan mengakibatkan pengeluaran sumber daya entitas.

Kewajiban diestimasi (Provisi) adalah kewajiban yang waktu dan jumlahnya belum
pasti.

Kewajiban hukum adalah kewajiban yang timbul dari:

a. Suatu kontrak (secara eksplisit atau implisit);

b. Peraturan perundang-undangan; atau

c. Pelaksanaan produk hukum lainnya.

Kewajiban konstruktif adalah kewajiban yang timbul dari tindakan entitas yang
dalam hal ini:

a. Berdasarkan praktik baku masa lalu, kebijakan yang telah dipublikasi atau pernyataan
baru yang cukup spesifi k, entitas telah memberikan indikasi kepada pihak lain bahwa
entitas akan menerima tanggung jawab tertentu; dan

b. Akibatnya, entitas telah menimbulkan ekspektasi kuat dan sah kepada pihak lain bahwa
entitas akan melaksanakan tanggung jawab tersebut.

Kewajiban kontinjensi adalah :

1. Kewajiban potensial yang timbul dari peristiwa masa lalu dan keberadaannya menjadi
pasti dengan terjadi atau tidak terjadinya satu peristiwa atau lebih pada masa datang yang
tidak sepenuhnya berada dalam kendali entitas; atau
2. Kewajiban kini yang timbul sebagai akibat peristiwa masa lalu, tetapi tidak diakui karena:

a. Tidak terdapat kemungkinan besar entitas mengeluarkan sumber daya yang mengan
dung manfaat ekonomis (selanjutnya disebut sebagai “sumber daya”) untuk
menyelesaikan kewajibannya; atau

b. Jumlah kewajiban tersebut tidak dapat diukur secara andal.

Kontrak memberatkan adalah kontrak yang biaya tidak terhindarkan untuk


memenuhi kewajiban kontraknya melebihi manfaat ekonomis yang akan diterima dari
kontrak tersebut.

Peristiwa yang mengikat adalah peristiwa yang menimbulkan kewajiban hukum


atau kewajiban konstruktif yang mengakibatkan entitas tidak memiliki alternatif lain
kecuali menyelesaikan kewajiban tersebut.

Restrukturisasi adalah program yang direncanakan dan dikendalikan oleh


manajemen dan secara material mengubah:

a. Lingkup kegiatan usaha suatu entitas; atau

b. Cara mengelola usaha tersebut.

6. PROVISI

Provisi adalah liabilitas yang waktu atau jumlahnya belum pasti. Provisi dilaporkan
sebagai liabilitas lancar ataupun nonlancar.
Jenis-jenis provisi yang umum, diantaranya adalah:
 Kewajiban yang berhubungan dengan litigasi atau proses pengadilan (obligations
related to litigation).
 Garansi atau jaminan produk (warrantees or product guarantees).
 Restrukturisasi bisnis (business restructurings).
 Kerusakan lingkungan (environmental damage).

7. PENGAKUAN PROVISI

a. Perusahaan memperoleh beban dan liabilitas terkait provisi hanya jika tiga kondisi
berikut ini terpenuhi, yaitu :
1. Entitas memiliki kewajiban kini (baik bersifat hukum maupun bersifat konstruktif)
sebagai akibat peristiwa masa lalu;

2. Kemungkinan besar penyelesaian kewajiban tersebut mengakibatkan arus keluar


sumber daya yang mengandung manfaat ekonomi; dan

3. Estimasi yang andal mengenai jumlah kewajiban ter sebut dapat dibuat.

Jika kondisi di atas tidak terpenuhi, maka provisi tidak diakui.

b. Kewajiban Kini

Dalam kasus yang jarang terjadi, tidak dapat di tentukan secara jelas apakah
terdapat kewajiban kini. Dalam hal ini, peristiwa masa lalu dianggap menimbulkan
kewajiban kini jika, setelah mempertimbangkan semua bukti tersedia, terdapat
kemungkinan lebih besar terjadi daripada tidak terjadi bahwa kewajiban kini telah ada
pada akhir periode pelaporan.

Pertimbangan bukti-bukti yang tersedia:

1. Besar kemungkinannya bahwa kewajiban kini telah ada pada akhir periode pelaporan,
entitas mengakui provisi (jika kriteria pengakuan terpenuhi); dan

2. Jika besar kemungkinan bahwa kewajiban kini belum ada pada akhir periode
pelaporan, entitas mengungkapkan kewajiban kontinjensi. Pengungkapan tidak
diperlukan jika kemungkinan arus keluar sumber daya kecil.

c. Peristiwa Masa Lalu

Peristiwa masa lalu yang menimbulkan kewajiban kini disebut peristiwa


mengikat. Dalam suatu peristiwa mengikat, entitas tidak mempunyai alternatif realistis
selain menye lesaikan kewajiban yang timbul dari peristiwa tersebut. Ini akan terjadi
hanya jika:

a) Penyelesaian kewajiban dipaksakan oleh hukum; atau

b) Dalam kasus kewajiban konstruktif, suatu peristiwa (mungkin berupa tindakan


entitas) menimbulkan harapan kuat dan sah pada pihak lain bahwa entitas akan
bertanggung jawab terhadap kewajiban tersebut.
d. Kemungkinan Besar Arus Keluar Sumber Daya
e. Estimasi Kewajiban Yang Andal

Provisi diakui hanya bagi kewajiban yang timbul dari peristiwa masa lalu, yang
terpisah dari tindakan entitas pada masa datang (yaitu penyelenggaraan entitas pada
masa datang). “Independent of future actions”

Contoh:

Denda atau biaya pemulihan pencemaran lingkungan, yang mengakibatkan arus


keluar sumber daya untuk menyelesaikan kewajiban itu tanpa memandang tindakan
entitas pada masa datang. Biaya kegiatan purna-operasi (decommissioning) instalasi
minyak atau instalasi nuklir sebatas jumlah yang harus ditanggung entitas untuk
memperbaiki kerusakan yang telah ditimbulkan.

Ketika terjadi kerusakan lingkungan, entitas tidak terikat untuk


menanggulanginya. Akan tetapi, perbuatan yang mengakibatkan kerusakan tersebut akan
menjadi peristiwa yang mengikat pada saat terbit peraturan perundang-undangan baru
yang mengharuskan kerusakan itu untuk ditanggulangi atau pada saat entitas
mengumumkan secara terbuka untuk menanggulangi kerusakan tersebut sehingga
menimbulkan kewajiban konstruktif.

Jika terdapat sejumlah kewajiban serupa (misalnya garansi atau jaminan produk,
atau kontrak-kontrak serupa), kemungkinan arus keluar sumber daya untuk
menyelesaikan kewajiban tersebut ditentukan dengan mempertimbangkan
keseluruhannya sebagai suatu kelompok kewajiban.

8. JENIS-JENIS UMUM PROVISI

a. Provisi Litigasi

Dalam menentukan apakah perusahaan akan mencatat liabilitas terkait dengan


litigasi yang tertunda atau terancam dan klaim & penilaian aktual atau klaim & penilaian
yang mungkin terjadi, maka perusahaan harus mempertimbangkan hal-hal berikut ini.

1. Periode waktu di mana terjadinya penyebab yang mendasari tindakan litigasi.

2. Probabilitas hasil yang tidak menguntungkan.


3. Kemampuan untuk membuat estimasi wajar dari jumlah kerugian.

Sehubungan dengan gugatan yang belum diajukan dan klaim serta penilaian yang
belum ditegaskan, perusahaan harus menentukan:

1. tingkat kemungkinan gugatan dapat diajukan atau klaim atau penilaian dapat diajukan,
dan

2. kemungkinan hasil yang tidak menguntungkan.

Jika keduanya sangat mungkin terjadi, maka apabila kerugian dapat diperkirakan
secara wajar dan apabila penyebab tindakan tersebut bertanggal pada atau sebelum
tanggal laporan keuangan, maka perusahaan harus mengakui liabilitas.

b. Provisi Garansi
Janji yang dibuat oleh penjual kepada pembeli untuk memperbaiki kekurangan
kuantitas, kualitas, atau kinerja suatu produk. Jika kemungkinan besar pelanggan akan
membuat klaim garansi dan perusahaan dapat memperkirakan secara wajar biaya yang
terkait, maka perusahaan harus mencatatnya sebagai beban.
Perusahaan sering kali memberikan salah satu dari dua jenis garansi berikut ini
kepada pelanggannya, yaitu:
1. Garansi Jenis Jaminan (Assurance-Type Warranty)
Suatu jaminan bahwa kualitas barang atau jasa yang dijual terbebas dari
kecacatan.
i. Liabilitas ini harus dibebankan pada periode barang disediakan atau
jasa dilakukan (dengan kata lain, pada saat penjualan).
ii. Perusahaan harus mencatat liabilitas garansi.
2. Garansi Jenis Jasa (Service-type Warranty)
Suatu perpanjangan garansi yang dapat diberikan pada suatu produk
dengan adanya biaya tambahan.
i. Biasanya dicatat dalam akun Pendapatan JaminanDiterima Dimuka.
ii. Mengakui pendapatan berdasarkan metode garis lurus selama
periode berlakunya garansi jenis layanan.
c. Utang Imbalan (Consideration Payable)

Perusahaan sering melakukan pembayaran (memberikan pertimbangan) kepada


pelanggan mereka sebagai bagian dari pengaturan pendapatan (revenue arrangement).
Perusahaan menawarkan premi, penawaran kupon, dan rabat untuk memengaruhi
penjualan.

Perusahaan harus membebankan biaya premi dan kupon ke beban dalam periode
penjualan yang mendapat manfaat dari rencana tersebut.

d. Provisi Dampak Lingkungan


Sebuah perusahaan harus mengakui liabilitas (dampak) lingkungan ketika telah
memiliki kewajiban hukum yang terkait dengan penghentian aset jangka panjang dan
ketika dapat memperkirakan secara wajar jumlah liabilitas tersebut.
Obligating Events. Contoh kewajiban hukum yang memerlukan pengakuan
kewajiban, namun tidak terbatas pada:
► Penonaktifan fasilitas nuklir.
► Pembongkaran, restorasi, dan reklamasi properti minyak dangas bumi.
► Biaya penutupan, reklamasi, dan pemindahan aset tertentu dari fasilitas
pertambangan.
► Biaya penutupan dan pasca-penutupan tempat pembuangan akhir.
Pengukuran. Sebuah perusahaan mengukur liabilitas lingkungan awal pada nilai
estimasi terbaik dari biaya masa depan. Pengakuan dan Pengalokasian. Untuk mencatat
liabilitas lingkungan, perusahaan menyertakan:
► biaya yang terkait dengan liabilitas lingkungan dalam nilai tercatat aset jangka
panjang terkait dan
► mencatat kewajiban dengan jumlah yang sama.
e. Provisi Kontrak Merugi
“Kontrak dengan biaya yang tidak terhindarkan untuk memenuhi kewajiban
kontraknya melebihi manfaat ekonomi yang akan diterima dari kontrak tersebut.” Biaya
yang tidak dapat dihindari dalam kontrak harus mencerminkan biaya neto terendah untuk
terbebas dari ikatan kontrak, yaitu mana yang lebih rendah antara
1. biaya memenuhi kontrak dengan
2. denda atau kompensasi yang dibayar jika entitas tidak memenuhi kontrak.

f. Provisi Restrukturasi

Restrukturisasi didefinisikan sebagai “program yang direncanakan dan


dikendalikan oleh manajemen dan secara material mengubah, baik

1. Lingkup kegiatan usaha entitas, atau

2. Cara mengelola usaha.”

g. Asuransi Diri

Asuransi diri yang dimaksudkan di sini bukanlah asuransi sebagaimana biasanya,


melainkan sebuah asumsi risiko. Ada sedikit pembenaran teoretis untuk penetapan
liabilitas dengan menggunakan biaya hipotetis untuk biaya asuransi ini. Kondisi akrual
yang dinyatakan dalam IFRS tidak terpenuhi sebelum terjadinya peristiwa.

9. PENGUNGKAPAN PROVISI
Sebuah perusahaan harus menyiapkan rekonsiliasi saldo awal hingga saldo akhir untuk
setiap kelas utama provisi dan mengidentifikasi apa saja yang menyebabkan terjadinya
perubahan provisi selama periode tersebut . Selain itu,
► Provisi harus dijelaskan dan waktu yang diharapkan dari setiap arus keluar perlu
diungkapkan.
► Pengungkapan tentang ketidakpastian yang terkait dengan arus keluar yang diharapkan
serta penggantian yang diharapkan tersebut harus disampaikan.
Untuk setiap jenis provisi, entitas harus mengungkapkan:

a. Nilai tercatat pada awal dan akhir periode;

b. Provisi tambahan yang dibuat dalam periode bersangkutan, termasuk peningkatan


jumlah pada provisi yang ada;

c. Jumlah yang digunakan, yaitu jumlah yang terjadi dan dibebankan pada provisi
selama periode bersangkutan;

d. Jumlah yang belum digunakan yang dibatalkan selama periode bersangkutan; dan

e. Peningkatan, selama periode yang bersangkutan, dalam nilai kini yang timbul karena
berlalunya waktu dan dampak dari setiap perubahan tingkat diskonto.

Entitas juga harus mengungkapkan pula:

a. uraian singkat mengenai karakteristik kewajiban dan perkiraan saat arus keluar
sumber daya terjadi;

b. indikasi mengenai ketidakpastian saat atau jumlah arus keluar tersebut jika
diperlukan dalam rangka menyediakan informasi yang memadai, entitas harus
mengungkap kan asumsi utama yang mendasari prakiraan peristiwa masa depan

c. jumlah estimasi penggantian yang akan diterima dengan menyebutkan jumlah aset
yang telah diakui untuk estimasi penggantian tersebut.

Kecuali kemungkinan arus keluar dalam penyele saian adalah kecil, entitas
mengungkapkan untuk setiap jenis kewajiban kontinjensi pada akhir periode pelaporan,
uraian ringkas mengenai karakteristik kewajiban kontinjensi dan, jika praktis:

a. Estimasi dari dampak fi nansialnya yang diukur sesuai dengan ketentuan

b. Indikasi tentang ketidakpastian yang terkait dengan jumlah atau waktu arus keluar
sumber daya; dan
c. Kemungkinan penggantian oleh pihak ketiga.
10. PENGUKURAN PROVISI
a. Estimasi terbaik

Jumlah yang diakui sebagai provisi (Kewajiban Diestimasi) adalah hasil estimasi
terbaik pengeluaran yang diperlukan untuk menyelesaikan kewajiban kini pada akhir
periode pelaporan. (par 36)

b. Risiko dan Ketidakpastian

Dalam menentukan estimasi terbaik suatu kewa jiban diestimasi, entitas


mempertimbangkan berbagai risiko dan ketidakpastian yang selalu mem penga ruhi
berbagai peristiwa dan keadaan.

c. Nilai Kini

Jika dampak nilai waktu uang cukup material, maka jumlah provisi adalah nilai
kini dari perkiraan pengeluaran yang diperlukan untuk menyelesaikan kewajiban. (par
45)

Tingkat diskonto adalah tingkat diskonto sebelum pajak yang mencerminkan


penilaian pasar atas nilai waktu uang dan risiko yang terkait dengan kewajiban yang
bersangkutan. Tingkat diskonto tidak boleh mencerminkan risiko yang sudah
diperhitungkan dalam estimasi arus kas masa datang

d. Peristiwa Masa Depan

Peristiwa masa depan yang dapat mempengaruhi jumlah yang diperlukan untuk
menyelesaikan suatu kewajiban harus tercermin dalam jumlah provisi jika ada bukti
obyektif bahwa peristiwa itu akan terjadi. (PSAK 57 par 48)

e. Rencana Pelepasan Aset

Keuntungan sehubungan dengan rencana pelepasan aset tidak boleh


dipertimbangkan dalam menghitung suatu provisi (PSAK 57 par 51)

11. PENGGANTIAN PROVISI


Jika sebagian atau seluruh pengeluaran untuk menyelesaikan provisi diganti oleh
pihak ketiga :

a. Penggantian itu diakui hanya pada saat timbul keyakinan bahwa penggantian pasti
diterima pada saat entitas menyelesaikan kewajibannya.

b. Penggantian tersebut diakui sebagai aset yang terpisah.

c. Jumlah yang diakui sebagai penggantian tidak boleh melebihi nilai provisi.

Dalam laporan laba rugi komprehensif, beban yang berkaitan dengan provisi dapat
disajikan secara neto setelah dikurangi jumlah yang diakui sebagai penggantiannya.

12. PERUBAHAN DAN PENGGUNAAN PROVISI

Provisi ditelaah pada setiap akhir periode pelaporan dan disesuaikan untuk
mencerminkan estimasi terbaik yang paling kini. Jika arus keluar sumber daya kemungkinan
besar tidak terjadi, maka provisi tersebut dibatalkan. (PSAK 57 par 59)

Jika kewajiban diestimasi didiskonto, maka nilai tercatatnya akan meningkat pada
setiap periode untuk mencerminkan berlalunya waktu. Peningkatan ini diakui sebagai biaya
pinjaman (PSAK 57 par 60)

Provisi hanya dapat digunakan untuk pengeluaran yang berhubungan langsung


dengan tujuan pembentukan provisi tersebut. (PSAK 57 par 61)

13. PENERAPAN ATURAN PENGAKUAN DAN PENGUKURAN

a. Kerugian Operasi Masa Datang

Kewajiban diestimasi tidak boleh diakui untuk kerugian operasi masa datang.

b. Kontrak Memberatkan

Jika entitas terikat dalam suatu kontrak memberatkan, maka kewajiban kini
menurut kontrak tersebut diukur dan diakui sebagai provisi. (PSAK 57 par 66). Kontrak
memberatkan adalah kontrak yang menimbulkan biaya tidak dapat terhindarkan untuk
memenuhi kewajiban kontraknya melebihi manfaat ekonomis yang akan diterima dari
kontrak tersebut.

c. Restrukturisasi
Restrukturisasi adalah program yang direncanakan dan dikendalikan oleh
manajemen dan secara material mengubah lingkup kegiatan usaha suatu entitas; atau
cara mengelola usaha tersebut.

Contoh:

a. Penjualan atau penghentian suatu lini usaha;

b. Penutupan lokasi usaha dalam suatu negara atau kawasan ke negara atau kawasan
lain;

c. Perubahan dalam struktur manajemen, misalnya menghilangkan satu lapis


manajemen; dan

d. Reorganisasi mendasar yang memiliki dampak signifi kan pada karakteristik dan
fokus operasi entitas.

Kewajiban konstruktif untuk melakukan restrukturisasi muncul hanya jika


persyaratan berikut dipenuhi:

a) Entitas memiliki rencana formal yang terperinci untuk restrukturisasi dengan


mengidentifikasi, sekurangkurangnya:

1. Usaha atau bagian usaha yang terlibat;

2. Lokasi utama yang terpengaruh;

3. Lokasi, fungsi, dan perkiraan jumlah pegawai yang akan menerima kompensasi
karena pemu tusan hubungan kerja;

4. Pengeluaran yang akan terjadi; dan

5. Waktu implementasi rencana tersebut; dan

b) Entitas menimbulkan harapan yang kuat dan sah kepada pihak-pihak yang terkena
dampak restruk turisasi bahwa entitas akan melaksanakan restrukturisasi dengan
memulai implementasi rencana tersebut atau mengumumkan pokokpokok rencana.

Tidak ada kewajiban yang timbul dalam penjualan suatu operasi hingga entitas
membuat suatu per janjian penjualan yang mengikat.
Provisi restrukturisasi hanya mencakup pengeluaran langsung yang timbul dari
restrukturisasi, yaitu yang memenuhi kedua persyaratan berikut ini:

a. Benar-benar harus dikeluarkan dalam rangka restrukturisasi; dan

b. Tidak terkait dengan aktivitas yang masih berlangsung pada entitas.

14. KEWAJIBAN KONTIJENSI


Entitas tidak diperkenankan mengakui kewajiban kontinjensi mengakui kewajiban
kontinjensi. (PSAK 57 par 27)

Kewajiban kontinjensi adalah:

Kewajiban potensial yang timbul dari peristiwa masa lalu dan keberadaannya
menjadi pasti dengan terjadi atau tidak terjadinya satu peristiwa atau lebih pada masa
datang yang tidak sepenuhnya berada dalam kendali entitas; atau dalam kendali entitas;
atau kewajiban kini yang timbul sebagai akibat peristiwa masa lalu, tetapi tidak diakui
karena:

1. Tidak terdapat kemungkinan besar entitas mengeluarkan sumber daya yang


mengan dung manfaat ekonomis (selanjutnya disebut sebagai “sumber daya”)
untuk menyelesaikan kewajibannya; atau

2. Jumlah kewajiban tersebut tidak dapat diukur secara andal.

Liabilitas kontijensi yang tidak memenuhi kriteria sebagai provisi diklasifikasikan


sebagai liablitas kontijensi. Liabilitas kontijensi tidak diakui dalam laporan keuangan
dan hanya diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan.

Keberasaan liablitas kontijensi harus dievaluasi apakah berubah :

a. Menjadi provisi karena menjadi probable dan dapat diukur dengan andal; atau

b. Menjadi kemungkinan kecil sehingga tidak perlu diungkapkan

15. ASET KONTIJENSI


Aset kontinjensi adalah aset potensial yang timbul dari peristiwa masa lalu dan
keberadaannya menjadi pasti dengan terjadi atau tidak terjadinya satu peristiwa atau
lebih pada masa depan yang tidak sepenuhnya berada dalam kendali entitas. Entitas
tidak diperkenankan mengakui ada nya aset kontinjensi. Contoh aset kontinjensi:
1. Kemungkinan penerimaan uang dari hadiah, sumbangan, atau bonus.
2. Kemungkinan pengembalian dana dari pemerintah dalam kasus sengketa pajak.
3. Kasus hukum yang tertunda dengan kemungkinan hasilnya menguntungkan.
13. KETENTUAN TRANSISI DAN TANGGAL EFFECTIVE

Dampak diterapkannya PSAK ini pada tanggal efektifnya (atau lebih dini) (atau lebih
dini) dilaporkan sebagai penyesuaian saldo dilaporkan sebagai penyesuaian saldo awal saldo
laba pada periode PSAK ini pertama kali diterapkan. ƒ

Entitas dianjurkan, tetapi tidak diwajibkan, untuk menyesuaikan saldo awal saldo
laba dari periode sajian paling dini dan meyajikan kembali informasi kom paratif.

Jika informasi komparatif tersebut tidak disajikan ulang, maka fakta tersebut harus
diungkapkan. ƒ

Berlaku untuk periode laporan keuangan tahunan yang dimulai pada atau setelah
tanggal 1 Januari 2011. Penerapan lebih dini dianjurkan. Penerapan lebih dini dianjurkan.
CONTOH :

1. PT. Intan menjual produknya dengan memberikan jaminan atau garansi produk kepada para
pembeli produknya. Berdasarkan kontrak penjualan, produsen menjamin akan memperbaiki
atau mengganti produk yang dalam jangka waktu dua tahun sejak tanggal penjualannya jika
terjadi kerusakan. Berdasarkan pengalaman masa lalu, terdapat kemungkinan besar bahwa
akan terjadi klaim atas jaminan yang diberikan.

Jawab : Kewajiban kini yang timbul sebagai akibat peristiwa masa lalu yang mengikat.
Penjualan produk dengan jaminan, yang selanjutnya menimbulkan kewajiban hukum.
Keluarnya sumber daya yang mengandung manfaat ekonomis dalam rangka penyelesaian
kewajiban. Terdapat kemungkinan besar terjadi pengeluaran sumber daya karena jaminan
yang diberikan (paragraf 24). Simpulan. Entitas harus mengakui kewajiban provisi sebesar
estimasi terbaik biaya perbaikan dan/atau penggantian yang mungkin perlu dikeluarkan
dalam rangka menjamin produk yang dijual sebelum akhir periode pelaporan (par 14 dan
24).

2. PT. Mulia bergerak pada industri minyak melakukan pencemaran lingkungan, tetapi
perusahaan melakukan pembersihan atas pencemaran tersebut hanya sebatas diwajibkan
oleh peraturan. Salah satu negara tempat entitas tersebut beroperasi tidak memiliki peraturan
yang mengatur tentang pembersihan atas pencemaran lingkungan, dan entitas tersebut telah
melakukan pencemaran di negara tersebut selama beberapa tahun. Pada tanggal 31
Desember 2X0 dapat dipastikan bahwa RUU yang mewajibkan pembersihan tanah yang
dicemarkan akan diberlakukan segera setelah akhir tahun.

Jawab : Peristiwa yang mengikat adalah pencemaran tanah karena dapat dipastikan
peraturan perundang-undangan yang akan diberlakukan mengharuskan pembersihan atas
pencemaran lingkungan. Terdapat kemungkinan besar bahwa hal ini (keluarnya sumber
daya) akan terjadi. Perusahaan harus mengakui kewajiban diestimasi sebesar estimasi
terbaik biaya pembersihan.
3. PT. Matahara perusahaan ritel yan mempunyai kebijakan mengembalikan uang pembelian
dari pelanggan yang tidak puas, meskipun tidak ada kewajiban hukum yang mengharuskan
entitas untuk mengembalikan uang konsumen.

Jawab : Peristiwa mengikat adalah peristiwa penjualan produk, yang menimbulkan


kewajiban konstruktif karena tindakan entitas telah menciptakan ekspektasi yang valid bagi
pembeli bahwa entitas akan mengembalikan uang mereka. Terdapat kemungkinan besar
keluarnya sumber daya, yaitu sebagian barang akan dikembalikan dan perusahaan
mengembalikan uang pelanggan (par 24). Perusahaan harus mengakui kewajiban diestimasi
sebesar estimasi terbaik dari biaya pengembalian (lihat paragraf 10 (defi nisi kewajiban
konstruktif ), 14, 17 dan 24.

4. Pemerintah mengumumkan perubahan dalam peraturan Pajak Penghasilan. Akibatnya,


perusahaan yang bergerak di sektor jasa keuangan harus melakukan pelatihan ulang terhadap
sejumlah besar pegawai penjualan dan administrasi agar dapat terus memenuhi peraturan
yang berlaku di bidang jasa keuangan. Pada akhir periode pelaporan, pelatihan ulang
terhadap karyawan belum dilakukan.

Jawab : Belum timbul kewajiban karena peristiwa yang mengikat (yaitu pelatihan ulang)
belum terjadi. Provisi tidak diakui (par 14 dan 17-19).

Anda mungkin juga menyukai