Anda di halaman 1dari 24

BAB 11

LIABILITAS JANGKA PENDEK, PROVISI DAN


KONTINJENSI
PERANAN DAN DEFENISI

Peranan Liabilitas
Entitas memberikan manfaat untuk mendanai kegiatan perusahaan.Entitas
menggunakan prinsip matching dalam memutuskan penggunaan liabilitas.Prinsip matching
mengharuskan entitas memadankan antara bentuk investasi dan jenis pendanaan yang
digunakan.Konsep matching ini juga terkait dengan konsep periode pengembalian investasi
(payback period).Penggunaan dana untuk pendanaan tambahan produksi diperlukan untuk
jangka pendek,saat liabilitas jatuh tempo entias telah memperoleh hasil penjualan sehingga
dapat mengembalikan liabilitas.

Defenisi
Liabilitas menurut kerangka dasar pengukuran dan pengungkapan laporan keuangan
(KDP2LK) adalah utang entitas masa kini yang timbul dari peristiwa masa
lalu,penyelesaiannya diharapkan mengakibatkan arus keluar dari sumber daya entitas yang
mengandung manfaat ekonomi.
PSAK 1 (Revisi 2009) mengharuskan entitas menyajikan liabilitas jangka pendek
terpisah dari liabilitas jangka panjang.Pemisahan jangka pendek dan jangka panjang
menggunakan jangka waktu 12 bulan atau satu siklus operasi perusahaan.
PSAK 1 ( Revisi 2009) menjelaskan klasifikasi liabilitas jangka pendek jika
memenuhi kriteria:
         Entitas mengharapkan akan menyelesaikan liabilitas tersebut dalam siklus operasi
normalnya.
         Entitas memiliki liabilitas tersebut untuk tujuan diperdagangkan.
         Liabilitas tersebut jatuh tempo untuk diselesaikan dalam jangka waktu 12 bulan setelah
periode pelaporan.
         Entitas memiliki hak tanpa syarat untuk menunda penyelesaian liabilitas selama sekurang-
kurangnya 12 bulan setelah periode pelaporan.

PSAK 1 (Revisi 2009) juga menjelaskan item-item minimum dari liabilitas jangka
pendek yang harus disajikan dalam laporan posisi keuangan.Item minimum yang diharuskan
untuk liabilitas jangka pendek tersebut adalah ;
         Utang dagang dan terutang lainnya.
         Provisi.
         Liablitas keuangan jangka pendek (tidak termasuk jumlah yang disajikan dalam provisi)
         Liabilitas dan aset pajak kini,sebagaimana didefenisikan dalam PSAK 46 ( Revisi 2013)
Akuntansi Pajak Penghasilan.
         Liabilitas dan aset pajak tangguhan,sebagaimana didefenisikan dalam PSAK 46 (Revisi
2013).
         Liabilitas yang termasuk dalam kelompok yang dilepaskan yang diklasifikasikan sebagai
dimiliki untuk dijual dalam PSAK 58 (Revisi 2010) Aset Lancar yang Tersedia untuk Dijual
dan Operasi yang Dihentikan.
Pengakuan,pengukuran,penyajian,dan pengungkapan liabilitas jangka pendek dan
jangka panjang diatur dalam PSAK Instrumen Keuangan yaitu PSAK 50 (Revisi 2013)
Penyajian Instrumen Keuangan, PSAK 55 (Revisi 2013) Pengakuan dan Pengukuran
Instrumen Keuangan, dan PSAK 60 (Revisi 2013) Pengungkapan Instrumen
Keuangan.Untuk liabilitas diestimasi atau sekarang dikenal dengan istilah PSAK 57 (Revisi
2009) Provisi,Liabilitas Kontijensi,dan Aset Kontinjensi.

JENIS DAN KLASIFIKASI.

Klasifikasi
Liabilitas diklasifikasikan liabilitas yang nilainya tidak pasti dan di estimasi
berdasarkan informasi yang tersedia (PSAK 57 (Revisi 2009) Provisi)).
Jenis Liabilitas
Jenis Liabilitas Penjelasan
Utang dagang (account receivable/trade Utang yang timbul ketika entitas
receivable). melakukan pembelian secara tunai.
Utang bank jangka pendek. Utang yang diperoleh dari bank dengan
jangka waktu 1 tahun atau kurang.

Wesel bayar. Kontrak yang menyatakan bahwa 1 pihak


akan melakukan pembayaran sejumlah
tertentu kepada pihak lain di masa
mendatang.
Utang pajak. Pihak yang belum dibayarkan ke kas
negara.
Utang dividen. Dividen yang telah diumumkan namun
belum dibayarkan.
Beban yang masih harus dibayar. Beban yang telah terjadi namun sampai
tanggal pelaporan belum dibayarkan.

Pendapatan diterima di muka. Pendapatan yang telah diterima secara


tunai namun pendapatannya belum
diperoleh.
Utang terkait gaji karyawan. Beban gaji yang telah terjadi namun belum
dibayarkan.
Uang muka pelanggan (deposit). Uang yang dibayarkan pelanggan sebagai
deposit dan akan diberikan kembali kepada
pelanggan sesuai dengan ketentuan yang
ditetapkan.

UTANG BERBUNGA DALAM JANGKA PENDEK.


Utang Bank
Utang bank akan diakui nilai kontraknya dikurangi dengan provisi biaya transaksi dari
penarikan uang tersebut.Utang bank jangka pendek adalah utang suatu entitas kepada bank
dengan jangka waktu 1 tahun atau kurang.Misalnya : entitas untuk menghadapi penjualan di
tahun ajaran baru memerlukan tambahan persediaan,untuk itu diperlukan tambahan modal
kerja selama 3-5 bulan.
Contoh Perhitungannya 11.1 Utang Bank Jangka Pendek.
PT BUMI pada tanggal 1 September 2015 menarik utang dari Bank NISP sebesar
Rp.750.000.000 dengan bunga 16% untuk jangka waktu 180 hari.Buatlah Jurnal atas
transaksi di atas!
Jawab:
-Menentukan Jurnal yang dibuat pada saat menerima utang 1 September 2015.
1/9-2015 Cash Rp 750.000.000 -
Bank Paybale - Rp 750.000.000

-Menentukan Tanggal Jatuh Tempo.


September 30-1 = 29
Oktober = 31
November = 30
Desember = 31
Januari = 31
Februari = 28
Total = 180 hari
Maka, Jatuh tempo pada tanggal 28 Februari 2016.

Menentukan Jurnal Penyesuaian pada tanggal 31 Desember 2015 atas bunga yang
terutang dan belum dibayarkan.
Bunga= Rp 750.000.000 * 16% * 120/360 = Rp 40.000.000
31/12-2015 Interset Expense Rp 40.000.000 -
Interset Payable - Rp 40.000.000

-Menentukan Jurnal pada saat jatuh tempo pada tanggal 28 Februari 2016.
Beban bunga = Rp 750.000.000 * 16%*60/360 =Rp 20.000.000
28/2/201 Interset Expense Rp 20.000.000 -
6 Interset Payable Rp 40.000.000 -
Bank Payable Rp 750.000.000 -
Cash - Rp 810.000.000

Utang bank ada juga yang mensyaratkan pembayaran bunga pada saat kredit ditarik.Pokok
utang entitas adalah jumlah utang dalam kontrak dikurangi dengan bunga yang
dipotong/dibayarkan di depan mengurangi utang.Entitas harus mengukur tingkat bunga
efektif atas utang ini.Tingkat bunga efektif diukur dengan menghitung tingkat bunga
(diskonto) yang akan menyamakan utang dalam kontrak dikurangi bunga dengan present
value dari nilai pada tanggal jatuh tempo.
Contoh Perhitungannya 11.2 Utang Bank Jangka Pendek : Bunga Dibayar di Depan
(Zero Coupon).
PT Lawu pada tanggal 2 Oktober 2015 menarik utang jangka waktu 6 bulan dari Bank Mega
sebesar Rp 400.000.000 dengan bunga 15% per tahun dari pokok yang dipotong pada
awal.Pada saat jatuh tempo PT Lawu membayar sebesar Rp 400.000.000.Buatlah Jurnal yang
diperlukan!

Jawab:
-Menentukan jumlah kas yang diterima.
Kas yang diterima = Rp 400.000.000-(Rp 400.000.000*15%*6/12) = Rp 370.000.000
-Menentukan jurnal yang dibuat pada saat menerima utang 2 Oktober 2015
2/10-2015 Cash Rp 370.000.000 -
Bank Payable Discount Rp 30.000.000 -
Bank Payable - Rp 400.000.000

Bunga dibayarkan sekali di akhir sehingga perhitungan bunga efektif dengan membagi
bunga dengan pokok utang.
Bunga = Rp 30.000.000/Rp 370.000.000 =8.11% untuk 6 bulan atau 16.22% setahun.
->Menentukan jurnal penyesuaian pada tanggal 31 Desember 2015 untuk pengakuan
bunga yang dihitung dengan bunga efektif.
31/12-2015 Interest Expense Rp 15.000.000
Bank Payable Discount Rp 15.000.000
Bunga dihitung dengan bunga efektif = 16.22%*3/12*Rp 370.000.000= Rp 15.000.000
(pembulatan)
-Menentukan Jurnal saat utang jatuh tempo pada tanggal 20 Maret 2016.
30/3-2016 Interest Expense Rp 15.000.000
Bank Payable Rp 400.000.000
Bank Payable Discount Rp 15.000.000
Cash Rp 400.000.000

Praktik yang sering terjadi adalah charges atau biaya administrasi dibebankan sebagai
pengurang utang yang diterima atau sering disebut sebagai provisi.Kapitalisasi provisi dan
biaya administrasi yang ditanggung oleh bank juga berlaku pada SAK ETAP.Provisi dan
biaya transaksi tersebut akan diamortisasi dengan metode garis lurus selama jangka waktu
kredit dan akan diakui menambah beban bunga.
Contoh perhitungannya 11.3 Utang Bank Jangka Pendek dengan Provisi.
PT SEJAHTERA pada tanggal 1 Agustus 2015 menarik utang dari Bank Mandiri sebesar Rp
650.000.000.Bunga 13.5 % per tahun yang akan dilunasi,1 Maret 2016.Biaya adm
1.2%,maka buatlah jurnal yang diperlukan untuk transaksi di atas!
Jawab :
-Menentukan Jumlah Kas yang diterima.
Kas yang diterima oleh PT SEJAHTERA= Rp 650.000.000-Rp 7.800.000
= Rp 642.200.000
-Menentukan jurnal pada saat menerima utang pada tanggal 1 Agustus 2015.
Bunga = Rp 650.000.000*13.5%*7/12 = Rp 51.187.500
Bunga efektif = Rp 58.987.500/Rp 642.200.000 *12/7 =15.75%
1/8/2015 Cash Rp 642.200.000 -
Bank Payable Discount Rp 7.800.000 -
Bank Payable - Rp 650.000.000

Menentukan jurnal pada tanggal 31 Desember 2015.


Beban efektif untuk tanggal 31 Desember 2015 = 15.75%*5/12*Rp 642.200.000 =Rp
42.144.375
Bunga untuk penyesuaian =Rp 650.000.000*13.5%*5/12 =Rp 36.562.500
31-12/2015 Interest Expense Rp 42.144.375 -
Interest Payable - Rp 36.562.500
Bank Payable - Rp 5.581875
Discount
Menentukan jurnal saat jatuh tempo 30 Januari 2016.
30/1-2016 Interest Expense Rp 7.800.000 -
Interset Payable Rp 36.562.500 -
Bank Payable Rp 650.000.000 -
Premi Bank Payable Rp 6.825.000 -
Discount
Cash - Rp 701.187.500

Utang bank jangka pendek dalam bentuk line of credit merupakan plafon kredit modal
kerja yang dapat ditarik oleh entitas sesuai dengan kebutuhan dan dikembalikan jika entitas
telah memiliki dana untuk membayarnya.Bunga dan utang diperhitungkan dari utang telah
ditarik bukan jumlah plafon kredit yang diberikan.
Contoh perhitungannya Line of Credit atau Standby Loan.
PT Kelud pada tanggal 1 Desember 2015 mendapatkan fasilitas line of credit dari Bank Arta
sebesar 1 milliar selama jangka waktu 5 tahun.Kredit tersebut dapat ditarik sesuai kebutuhan
entitas.Bunga sebesar 12 % per tahun dikenakan atas kredit yang ditarik.untuk setiap
penarikan bank mengenakan biaya transaksi sebesar 2 % dari dana yang ditarik.Bank hanya
mengenakan atas tarikan utang yang belum dilunasi sampai dengan akhir pelaporan
bulan.Jika penarikan telah dilunasi pada bulan yang sama,maka tidak akan dikenakan
bunga.Bunga akan dhitung dari tanggal penarikan atau saldo utang terakhir sampai dengan
tanggal jatuh tempo pelaporan.Setiap bulan akan disampaikan laporan penggunaan line of
credit ,yang memperlihatkan saldo akhir utang,mutasi kredit,termasuk jumlah bunga,dan
biaya(charges) yang dikenakan.
Contoh perhitungannya 11.2 Pemakaian Line of Credit.
02-Des Penarikan 300.000.000 300.000.000
02-Des Biaya penarikan 6.000.000 306.000.000
16-Des Penarikan 400.000.000 706.000.000
16-Des Biaya penarikan 8.000.000 714.000.000
30-Des Pembayaran 300.000.000 414.000.000
31-Des Bunga 2.069.260 416.069.260

Jurnal yang akan dibuat.


2/12-2015 Cash Rp 300.000.000 -
Interest Expense Rp 6.000.000 -
Bank Payable - Rp 306.000.000

16/12/2015 Cash Rp 400.000.000 -


Interest Expense Rp 8.000.000 -
Bank Payable - Rp 408.000.000

30/12-2015 Bank Payable Rp 300.000.000 -


Cash - Rp 300.000.000

31/12-2015 Interest Expense Rp 2.069.260 -


Bank Payable - Rp 2.069.260

Dalam praktik di beberapa entitas,ketentuan kapitalisasi biaya transaksi,perhitungan


kembali bunga dengan meggunakan tingkat bunga efektif untuk liabilitas jangka pendek
sering diabaikan.Hal ini karena menganggap beban tersebut relatif kecil sehingga tidak
materil nilainya,sehingga informasi tersebut tidak relevan bagi pengambil keputusan.
Namun untuk liabilitas jangka pendek dengan jumlah material dan dampak bunga
material,perlu dipertimbangkan untuk memperhitungkan kapitalisasi biaya transaksi.PSAK
55 (Revisi 2013) secara spesifik mengharuskan entitas untuk melakukan pencatatan biaya
transaksi secara spesifik ke masing-masing pokok utangnya.
Wesel Bayar
Wesel bayar atau sering disebut sebagai notes atau promissory notes.Wesel bayar
merupakan janji dari pihak penarik wesel untuk membayarkan sejumlah nilai tertentu di masa
mendatang.Wesel bayar biasanya berbunga,jika tidak berbunga maka wesel akan dijual
dengan diskon.Nilai diskon mencerminkan bunga dibayar di muka.
Dokumen transaksi wesel adalah surat wesel atau promissory notes,sedangkan bukti
transaksi utang bank adalah dokumen kredit bank.Jika dalam penerbitan wesel bayar,pihak
penerbit mengeluarkan biaya transaksi maka biaya transaksi tersebut akan diperhitungkan
menambah biaya bunga sehingga bunga efektif wesel akan menurun.
Liabilitas Jangka Panjang yang Akan Jatuh Tempo pada Periode
Berikutnya
Liabilitas jangka panjang yang akan jatuh tempo dalam jangka waktu 12 bulan setelah
periode pelaporan,diklasifikasikan dalam jangka pendeknmeskipun :
1.Kesepakatan awal perjanjian pinjaman untuk jangka waktu lebih dari 12 bulan
2.Perjanjian untuk pembiayaan kembali,atau pendjadwalan kembali pembayaran,atas dasar
jangka panjang telah diselesaikan setelah periode pelaporan dan sebelum tanggal
penyelesaian laporan keuangan untuk tidak mensyaratkan pembayaran sebagai konsekuensi
atas pelanggaran tersebut.
Entitas mengklasifikasi liabilitas tersebut sebagai liabilitas jangka pendek karena pada
akhir periode pelaporan entitas tidak memiliki hak untuk menunda penyelesaian liabilitas
tersebut dalam jangka waktu sekurang-kurangnya 12 bulan setelah tanggal pelaporan.
Perubahan perjanjian kredit dapat terjadi juga untuk liabilitas jangka pendek.Utang
bank jangka pendek misalnya dapat saja dilakukan pendanaan kembali (refinancing) dengan
menggunakan utang bank jangka panjang.
Jika entitas melakukan usaha untuk memperpanjang liabilititas jangka panjang yang
akan jatuh tempo atau melakukan pendanaan liabilitas jangka pendek menjadi liabilitas
jangka panjang,namun dilakukan antara akhir periode pelaporan dan tanggal penyelesaian
pelaporan keuangan,maka peristiwa tersebut diungkapkan dengan peristiwa yang tidak
memerlukan penyesuaian (non-adjusting events) sesuai dengan PSAK 8 ( Revisi 2009)
Peristiwa Setelah Periode Pelaporan antara lain :
1.Pembiayaan kembali berbasis jangka panjang
2.Perbaikan pelanggaran perjanjian pinjaman jangka panjang
3.Pemberian tenggang waktu pembayaran oleh pemberi pinjaman untuk memperbaiki
pelanggaran perjanjian pinjaman jangka panjang yang berakhir sekurang-kurangnya 12 bulan
setelah periode pelaporan.
Contoh perhitungannya 11.5 Liabilitas Jangka Panjang yang Jatuh Tempo dalam Dua
Belas Bulan
PT . wilis memilki bebrapa leabilitas jangka panjang untuk mendanai usahanya. Berikut
informasi yang diperoleh pada saat penyusunan laporan keuangan 31 desember 2015
1.      Obligasi seri A senilai RP. 400.000.000 diterbitkan 1 maret 2007 jangka waktu 10 tahun,
bunga sebesar 10% dibayar setiap tahun
2.      Obligasi seri B senilai RP. 800.000.000 diterbitkan 1 juni 2015, bunga 11% petahun dibayar
setiap tahun, jatuh tempo ssetiap tahun sebesar RP.100.000.000
3.      Obligasi C senilai RP.100.000.000, diterbitkan 1 desember 2006, jatuh tempo 10 tahun,
bunga 10% atas obligasi ini entitas sedang mengajukan pendanaan kepada Bank Mitra untuk
mengambil alih obligasi tersebut dan diganti dengan utang bank jangka panjang dengan
jangka waktu 5 tahun tingkat bunga 12% entitas sudah melakukan detail pembicaraan dengan
BanK Mitra. Secara prinsip Bank MItra menyetujui namun proses administrasi baru akan
diselesaikan pada tahun 2016. Proses administrasi perjanjian yang menyatakan Bank Mitra
akan mendanai utang obligasi dan menggantinya dengan utanga Bank Mitra diselesaikan
pada 25 maret sebelum laporan keuangan selesai diaudit.
4.      Utang Bank Kriya ditarik pada 1 september 2011 sebesar RP.100.000.000 jangka waktu 5
tahubn,bunga 12% atas utang ini entitas telah melakukan perjanjian untuk melakukan
pendanaan kembali dengan utang jangka panjang dengan bank yang sama, namun dengan
bunga yang lebih rendah sebesar 11%.
5.      Utang Bank Permata ditarik pada tanggal 1 juni 2014 sebesar RP.300.000.000.000, bunga
12% dibayar setiap tahun. Pelunasan akan dimulai 1 juni 2015 secara angsuran
RP.50.000.000.000 pertahun
Buatlah reklasifikasi untuk utang tersebut yang harus disajikan menjadi liabilitas jangka
pendek,buatlah penyajian dan pengungkapan yang diperlukan untuk kelima utang tersebut
jika ada.
1.      Obligasi seri A tidak perlu direklasifikasi, tetap menjadi liabilitas jangka panjang karena
jatuh tempo tahun 2017
2.      Obligasi seri B direklasifikasi menjadi liabilitas jangka pendek sebesar RP. 100.000.000.000
yang akan jatuh tempo dalam 12 bulan
Utang obligasi seri B RP.100.000.000.000 -
Utang obligasi seri B - RP.100.000.000.000
jangka pendek

3.      Obligasi seri B tetap harus direklasifikasi karena proses pengambilan belum selesai
sepenuhnya. Namun kejadian ini perlu perlu diungkapkan dalam laporan keuangan.
Utang obligasi seri C RP.100.000.000.000 -
Utang obligasi seri C - RP.100.000.000.000
jangka pendek

Pengungkapan dalam catatan atas laporan keuangan perlu ditambahkan untuk


menginformasikan peristiwa setelah tanggal laporan posisi keuangan
4.      Dilakukan reklasifikasi menjadi liabilitas jangka pendek, karena akan jatuh tempo pada 1
september 2016. Karena telah dilakukan perjanjjian untuk mempengaruhi utang dan
kontraknya telah diselesaikan, utang ini tetap menjadi utang jangka panjang.
5.      Dilakukan reklasfikasi atas jumlah yang akan jatuh tempo pada 1 juni 2016.
Utang Bank Permata RP.100.000.000.000 -
Utang Bank Permata - RP.100.000.000.000
jangka pendek

Penyajian dalam laporan posisi keuangan


Liabilitas jangka pendek
Liabilitas jangka pendek yang akan jatuh tempo dalam dua bulan (lihat pengungkapan)
Utang obligasi seri B RP.100.000.000.000
Utang obligasi seri C RP.100.000.000.000 (lihat pengungkapan)
Utang Bank Kriya RP.50.000.000.000
Utang Bank Permata RP.50.000.000.000
Liabilitas Jangka Panjang
Utang obligasi seri A RP.400.000.000.000
Utang obligasi seri B RP.600.000.000.000
Utang Bank Kriya RP.100.000.000.000
Utang Bank Permata RP.200.000.000.000
LIABILITAS JANGKA PENDEK TERKAIT DENGAN KEGIATAN OPERASI
ENTITAS.
Liabilitas jangka pendek terkait kegiatan operasi timbul karena konsekuensi kegiatan
operasi entitias. Utang ini muncul karena entitas menangguhkan pembayaran kepada pihak
lain. Penundaan pembayaran ini dapat dilakukan sampai dengan tanggal jatuh tempo yang
telah disepakati ,misalnya untuk utang dagang.utang dibayar pada saat jatuh tempo, pajak
yang dibayarkan pada saat tanggal jatuh tempo,tagihan kepada pihak lain dibayar sesuai
tanggal jatuh tempo.
Penggunaan utang operasi menguntungkan bagi entitas karena entitas dapat
menggunakan dana pembayaran tersebut untuk aktivitas yang lain sebelum digunakan
,sebagai contoh sebuah supermarket yang melakukan penjualan secara tunia atau menerima
kredit pembayaran dengan kartu kredit (credit card) yang akan dibayar 3 hari setelah
transaksi. Persediaan dibeli dari pemasok dengan kredit 1 bulan atau dengan barang-barang
konsinyasi yang baru akan dibayar 2 bulan setelah penjualan. Listrik,air,jgaji dibayarkan
diakhir bulan. Hakikatnya entitas tidak memerlukan modal kerja karena entitas menerima kas
terlebih dahulu sebelum melakukan pembayaran untuk akitvitas operasionalnya.
Utang Usaha
Utang usaha adalah utang terkait dengan kegiatan utama entitas. Untuk entitas yang
bergerak dibidang perdagangan,utang usaha disebut sebagai utang dagang. Uatang dagang
timbul saat entitas melakukan pembelian kepada pemasok secara kredit. Pembelian secara
tunai dilakukan jika pemasok tidak membolehkan membeli secara kredit atau membeli secara
tunai dimana secara eknomis lkebih murah dibandingkan membeli secara kredit. Pembelian
kredit sering dituliskan dalam term : 2/10, n/60 FOB Shipping Point artinya pembelian akan
diberikan diskon 2% jika dilunasi sampai dengan 10 hari, utang jatuh tempo dalam waktu 60
hari dan titik pengakuan digudang penjual.
Untuk pembelian dengan syarat pembelian FOB Shipping Point ( franko gudang
penjual) maka titik pengakuan pembelian gudang penjual. FOB Destination Point(( franko
gudang pembeli ) titik pengakuan digudang pembeli, utang diakui saat barang telah diterima
oleh pembeli, selama dalam perjalanan barang ini merupakan barang pembeli. Resiko dalam
penjalanan akan menjadi pihak pembeli atau penjual tergantung persyaratan jual belinya, jika
imbalan hasil diskon lebih besar dibandingkan dengan imbalan hasil investasi maka entitas
harsnya mengambil diskon ini.

Pengambilan diskon = 100%- diskon x 360


100 jangka waktu – jangka diskon

Diskon penjualan 2/10, n/30 setara dengan bunga( 100%-2%)/100% x 360/(30-10 =


17,64%. Dengan cara perhitungan yang sama term perjanjian 2/15, n/45 sama dengan 11,76%
perjanjian kredit 3/10, n/45 sama dengan 9,98%.
Contoh perhitungannya 11.6 Pencatatan Utang Dagang.
Selama bulan desember 2015 PT slamet memiliki beberapa transaksi kepada para
pemasoknya.
         12 desember membeli barang secara kredit kepada PT Delima senilai RP.200.000.000
ditambah nilai PPN 10% sehingga total RP.220.000.000. persyaratan jual beli 2/10, n/30.
FOB Shipping Point PT Slamet membayar utang pada PT Delima pada 22 desmeber 2016
         29 desember membeli barang secara kredit kepada PT Mawar senilai RP.330.000.000 setelah
nilai PPN. Persayaratan jual beli n/30 FOB Shipping Point. Barang sampai 31 desember
belum sampai kegudang dengan wesel bayar yang akan jatuh tempo 30 harui tanpa bunga
12/12-2015 Iventory RP.200.000.000 -
PPN Income RP.20.000.000 -
Account Receivable - RP.220.000.000
22/12-2015 Acount Receivable RP.220.000.000 -
Inventory - RP.4.4000.000
Cash - RP.215.600.000
29/12- 2015 Inventory Rp. 300.000.000 -
PPN Income Rp.30.000.000 -
Wesel bayar - RP.330.000.000
(tetap dicatat tertanggal 29 Desember karena titik pengakuan digudang penjualan
Sesuai dengan PSAK 14 (Revisi 2013) persediaan , pajak yang dapat dikreditkan
tidak menambah nilai persediaan, namun pajak yang tidak dapat dikreditkan akan menambah
persediaan, untuk PPN yang tidak dapat dikreditkan atau Pajak Penjualan Barang Mewah
(PPnBM) yang tidak dapat dikreditkan, maka pajak akan dicatat menambah nilai perolehan
persediaan dan tidak dicatat terpisah. PPN masukan akan diperhitungkan dengan PPN
keluaran entitas diakhir bulan.
Beban Yang Masih Harus Dibayar
Entitas belum membayar beban tersebut karena kesepakatan kontrak menyatakan
pembayaran tidak dilakukan pada saat beban terjadi atau karena keterlambatan waktu
penagihan. Beban yang masih harus dibayar yang sering muncul dilaporan posisi keuangan
antara lain.
1.      Beban gaji.Karyawan telah berhak atau gaji karena sudah bekerja namun tidak belum
dibayarkan oleh perusahaan
2.      Bunga yang masih harus dibayar/utang bunga. Bunga sudah menjadi beban dengan
berlalunya waktu namun baru dibayarkan sesuai dengan tanggal dalam perjanjian kredit
3.      Beban operasi yang masih harus dibayar. Beban atas jasa pihak lain kepada perusahaan atas
kegiatan operasinya, namun belum dibayarkan oleh perusahaan.
Contoh perhitungannya 11.7 Beban yang Masih Harus Dibayar
1.      Pembayaran gaji sebesar Rp.240.000.000 dilakukan tanggal 5 tiap bulan, untuk masa kerja
tanggal 1 sampai dengan akhir bulan. Pada akhir periode missal 31 Desember 2015 dibuat
penyesuaian atas gaji untuk masa kerja Desember 2015 yang baru akan dibayarkan tanggal 5
januari 2016
Salery Expense Rp. 240.000.000 -
Salery Payable - Rp. 240.000.000

2.      Bonus karyawan dibayarkan atas prestasi kerja tahun 2015, namun baru ditetapkan
jumlahnya setelah diketahui laba entitas sehingga jumlahnya baru dipastikan dibulan januari
2016 dan akan dibayarkan bulan Maret 2016. Pada 15 januari sebelum laporan keuangan
terbit ditetapkan bonus untuk seluruh karyawan sebesar Rp.300.000.000. atas bonus
karyawan akan dibuat jurnal penyesuaian tertanggal 31 Desember 2015.
Keterangan DEBIT KREDIT
Salery Expense+ Bonus Rp. 300.000.000 -
Salery Payable - Rp. 300.000.000
3.      Entitas memiliki utang bank yang ditarik pada 1 Dsember 2015 sebesar Rp.400.000.000
bunga 12 % pertahun, jangka waktu 5 tahun. Bunga dibayarkan setiap tanggal 1 Desember,
bunga dari tanggal 1 Desember 2015 sampai dengan 31 Desember 2015 harus dibebankan
sebagai beban bunga dan utang bunga/bunga yang masih harus dibayar.
Salery Expense+ Bonus Rp. 300.000.000 -
Salery Payable - Rp. 300.000.000
Bunga 12% x 1/12 x Rp.400.000.000 = Rp.4.000.000

4.      Entitas memperbaiki AC dikantor dengan perusahaan service AC. Pekerjaan telah
diselesaikan pada tanggal 30 Desember 2015, namun sampai dengan tanggal 31 Desember,
perusahaan service AC belum mengirimkan tagihan sebesar Rp.10.000.000. tagihan baru
dikirim pada tanggal 5 januari 2016 dan diabayarkan tanggal 10 januari 2016. Atas jasa
service AC tersebut diakui pada sebagai beban pemeliharaan dan beban yang masih harus
(liabilitas) pada 31 januari 2015.
Beban Pemeliharaan Rp. 4.000.000 -

Salery payable - Rp. 4.000.000


Pendapatan Diterima dimuka
Pada saat kas diterima dari pelanggan, entitas akan mencatat pendapatan diterima
dimuka. Jika pekerjaan telag diselesaikan atau barang telah dikirimkan, pendapatan diterima
dimuka tersebut akan didebit dan diakui sebagai pendapatan (kredit)
Contoh perhitungannya 11.8 Pencatatan Pendapatan Diterima dimuka.
PT Ciremai mulai tahun 2015 menjual tiket keanggotaan ( membership) golf kepada pribadi
dan perusahaan. Tiket tersebut dijual dalam bentuk paket tahunan dan lima tahunan. Untuk
paket tahunan harganya Rp.6.000.000 dapat digunakan main golf selama satu tahun. Paket
tiga tahun dijual dengan harga Rp.16.200.000 keanggotaan tersebut tidak didasarkan pada
jumlah kedatangan,pemegang kartu keanggotaan bebas dating jika kartu keanggotaannya
masih aktif. Setiap tahun harga kartu keanggotaan meningkat, sehingga menjadi anggota
jangka panjang memberikan banyak keuntungan bagi anggota. Pada 1 desember diterima
keanggotaan tahunan 10 paket dan keanggotaan tiga tahunan sebanyak 5 paket. Entitas
melakukan penyesuaian untuk keanggotaan setiap bulan, Karena entitas menyusun laporan
bulanan untuk keperluan internal manajemen. Saldo pendapatan diterima dimuka dari
keanggotaan tahunan pada tanggal 1 desember 2015 adalah Rp. 337.000.000 dari total
penerimaan keanggotaan tahunan Rp.636.000.000. untuk keanggotaan tiga tahunan saldo 1
desember Rp.620.100.000 dari total penerimaan keanggotaan tiga tahunnan Rp.745.200.000.
buatlah jurnal untuk transaksi tersebut dan penyesuaian yang diperlukan
1/12- 2015 Cash Rp.141.000.000 -
Pendapatan DDM - Rp.141.000.000
31/12-2015 Pendapatan DDM Rp.80.950.000 -
Pendapatan - Rp.80.950.000

Untuk membership tahunan alokasi pendapatan yang terealisasi perbulan adalah 1/12 x
Rp.6000.000 = Rp.500.000 atau total sama dengan (Rp.636.000.000 + Rp.60.000.000) x 1/12
= Rp.58.000.000.untuk membershipkan tiga tahunan,pendapatan terealisasi perbulan
Rp.16.200.000:3: 12 = Rp.450.000 atau total (Rp.745.200.000 + Rp.81.000.000) x 1/36 =
Rp.22.950.000. total pendapatan direalisasi Rp.58.000.000 + Rp.22.950.000 =
Rp.80.950.000. saldo pendapatan diterima dimuka pada tanggal pada tanggal 31 Desember
2015 adalah Rp.337.000.000 + Rp.60.000.000 + Rp. 81.000.000 – Rp.58.000 – Rp.
22.950.000 = Rp.1.017.150.000
Utang Terkait Imbalan Kerja.
Imbalan kerja diberikan dalam bentuk gaji, tunjangan, bonus, pension, dan lainnya,
untuk mengelola pembayaran gaji, entitas biasanya memilki sistem gaji (payroll system) yang
dapat menghitung gaji untuk tiap karyawan, potongan untuk tiap invidu. Gaji menurut UU
Pajak Penghasilan merupakan penghasilan bagi pihak yang menerima gaji dan entitas
yang .membayarkan harus memotong pajak saat pembayaran gaji dilakukan. Pajak yang
dipotong oleh badan atas gaji dan penghasilan lain yang diterima oleh pekerja disebut PPh
Pasal 21. Gaji perbulan tersebut disetahunkan, kemudian dikalikan dengan tariff yang berlaku
(PPh Pasal 17 untuk wajib pajak pribadi ) untuk mendapatkan pajak setahun
Karyawan biasanya diberikan asuransi kecelakaan kerja,asuransi kesehatan, jaminan
hari tua. UU tenaga kerja memberikan perlindangan kepada karyawan, sehingga entitas yang
memperkerjakan karyawan harus memperhatikan keselamatan dan kesejahteraan karyawan.
Pensiun merupakan gaji yang dibayarkan tertunda kepada karyawan yaitu saat karyawan
memasuki masa pensiun dan tidak lagi bekerja. Pensiun akan diakui sebagai beban pada saat
karyawan bekerja biasanya diakui bersamaan dengan pengakuan gaji. Untuk karyawan yang
beragaam islam, beberapa entitas bekerja sama dengan lembaga zakat. Atas gaji karyawan
entitas memotong zakat atas gaji karyawan dan menyetorkannya ke lembaga zakat.
Contoh perhitungannya 11.9 Pembayaran Gaji.
Mutiara adalah pegawai PT salak pada bulan desember 2015 menerima gaji sebesar
Rp.6.000.000 per bulan ditambah tunjangan rumah Rp.500.000 dan tunjangan transportasi
Rp.1.000.000 selain itu PT Salak membayarkan asuransi kecelakaan Rp.150.000 asuransi
kematian Rp.50.000 dan iuran tunjangan hari tua Rp.250.000. Mutiara juga melakukan iuran
pensiun ke pengelola dan pensiun sebesar Rp.300.000 yang dipotong dari gajinya. Mutiara
membayar melalui pemotongan oleh PT Salak, zakat ke LAZ sebsar Rp.187.500. dan
angsuran rumah ke Bank CMN sebesar Rp.1.500.000 PPh 21 yang dipotong oleh PT Salak
Rp.425.200. gaji dibayarkan tiap akhir bulan semua pemotongan dibayarkan pada tanggal 10
bulan berikutnya.

Jurnal yang dibuat pada 31 desember 2015


31/12-2015 Salery Expense Rp.7.950.000 -

PPh 21 Payable - Rp.425.200


BPJS Payable - Rp.450.000
Utang Iuranpensiun - Rp.300.000
karyawan
Utang Zakat Karyawan - Rp.187.500
Utang Angsuran Bank - Rp.1.500.000
Karyawaman
Cash - Rp.5.087.300
Tunjangan menambah gaji asuransi dan pensiun yang ditanggung entitas menambah beban
gaji
Beban gaji = Rp.6.000.000 + Rp.500.000 + Rp.1.000.000 + Rp.150.000 + Rp.50.000 +
Rp.250.000 = Rp.7.950.000
Kas = Rp.7.000.000 – Rp.425.200 – Rp.187.500 – Rp.300.000 = Rp.5.087.300
Menurut PSAK 24 (Revisi 2013) imbalan kerja, imbalan terkait dengan karyawan
diakui pada saat karyawan memberikan jasanya kepada entitas. Salah satu bentuk imbalan
yang diberikan kepada karyawan adalah cuti imbalan. Cuti berimbalan yang tidak dapat
diakumulasi (digunakan pada periode lain), diakui pada saat terjadinya. Sedangkan cuti
berimbalan yang dapat diakumulasi pada saat pekerja memberikan jasa yang menambah hak
cuti berimbalan dimasa depan.
Utang Pajak Pihak Ketiga.
Pajak yang dipotong di antaranya adalah PPh 21 atas gaji yang diterima pekerja.PPh
26 atas penghasilan yang diterima wajib pajak luar negeri,PPh 23 atas jasa,sewa,bunga
royalti.Jika pembayaran pajak tidak dilakukan bersamaan dengan pembayaran kepada pihak
ketiga maka akan timbul utang pajak penghasilan.
Contoh perhitungannya 11.10 Akuntansi Utang Pajak Pihak Ketiga.
PT Salak melakukan beberapa pembayaran atas jasa atau kegiatan yang telah dilakukan
beberapa rekanan selama Desember 2015.Jasa tersebut dikenakan pajak,seperti dijelaskan
dalam informasi di soal.Pajak yang telah dipotong akan dibayar perusahaan pada masa pajak
periode berikutnya.
ember 2015 Membayar jasa konsultan manajemen sebesar Rp 80.000.000 dipotong PPh 23 sebesar 2%.
ember 2015 Membayar gaji pada seorang konsultan asing sebesar Rp 50.000.000 dipotong PPh 26 sebesar
20%.
ember 2015 Membayar bunga kepada PT Kinibalu atas utang sebesar Rp 100.000.000 yang akan jatuh
tempo 2014,bunga 10% dibayar tahunan setiap 30 Desember.Pajak atas bunga yang dipotong
15%.
l yang dibuat selama Desember 2015 atas transaksi di atas :
15/12-2015 Administration Expense Rp 80.000.000 -
Payable PPh 23 - Rp 1.600.000
Cash - Rp 78.400.000

20/12-2015 Salary Expense Rp 50.000.000 -


Payable PPh 26 - Rp 10.000.000
Cash - Rp 40.000.000

30/12-2015 Interest Expense Rp 100.000.000 -


Payable PPh 23 - Rp 15.000.000
Cash - Rp 85.000.000

Kelalaian memotong pajak menyebabkan entitas tidak dapat mengurangkan beban


tersebut sebagai pengurang penghasilan untuk kepentingan fiskal,sehingga entitas harus
membayar pajak penghasilan lebih besar.Jikaentitas telah memotong pajak dari pihak
ketiga,namun tidak menyetorkan ke kas,maka pajak yang belum disetorkan akan dikenakan
sanksi.Sanksi tersebut akan diterapkan jika entitas diketahui melakukan pelanggaran oleh
pihak fiskus,setelah dilakukan proses pemeriksaan pajak.
Utang Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah.
PPN adalah pajak yang dikenakan atas setiap pertambahan nilai yang diciptakan oleh
perusahaan.PPN sebenarnya ditanggung oleh konsumen sebagai pemakai barang atau
jasa,namun pengusaha kena pajak atau entitas yang bertugas melakukan pemungutan pajak.
PPN tidak mempengaruhi nilai penjualan atau persediaan (pembelian) kecuali PPN
yang tidak dapat dikreditkan.Hal ini sesuai dengan PSAK 14 (Revisi 2010) Persediaan dan
PSAK 16 (Revisi 2011) Aset Tetap yang menyatakan bahwa pajak yang dapat dikreditkan
tidak boleh menambah harga perolehan persediaan dan aset tetap.
Utang PPN akan dibayarkan paling lambat tanggal 15 bulan berikutnya.Jika PPN
masukan lebih besar,maka kelebihan pembayaran PPN ini akan dikompensasi pada
pembayaran pajak periode berikutnya atau dimintakan restitusi.Sebelum restitusi
diberikan,pihak raja akan melakukan pemeriksaan.
Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) adalah pajak yang dikenakan atas
penjualan barang mewah.PPnBM tidak dapat dikreditkan.Bagi produsen barang
mewah,PPnBM yang dikenakan harus disetorkan ke kas negara.Bagi importir barang
mewah,PPnBM dibayarkan ke kas negara bersamaan dengan pembayaran pajak impor dan
bea masuk.
Contoh perhitungannya 11.11 Akuntansi Pajak Pertambahan Nilai dan
Pajak Penjualan atas Barang Mewah.
PT Gede melakukan transaksi sebagai berikut :
5 Desember Melakukan pembelian persediaan untuk bahan produksi senilai Rp
300.000.000 dikenakan PPN 10%.
10 Desember Menjual barang mewah secara kredit sebesar Rp 900.000.000. Atas penjualan tersebut
dikenakan PPN 10% dan PPnBM 20%.Harga pokok barang yang dikirim nilainya Rp
600.000.000.
15 Desember Membeli peralatan secara kredit untuk pabrik sebesar Rp 600.000.000 dikenakan PPN
10%. Atas peralatan ini pajaknya boleh dikreditkan.
25 Desember Menerima uang muka dari pelanggan sebesar Rp 132.000.000 atas pesanan yang akan
dikirimkan pada bulan Januari 2016.Nilai uang muka termasuk nilai PPN 10%.Buatlah Jurnal
untuk transaksi di atas!
Jurnal selama Desember 2015 atas transaksi di atas.
5/12-2015 Inventory Rp 300.000.000 -
PPN Income Rp 30.000.000 -
Account Payable - Rp 330.000.000

10/12-2015 Sales Expense Rp 600.000.000 -


Inventory - Rp 600.000.000
Account Receivable Rp 1.170.000.000 -
PPN Outcome - Rp 90.000.000
PPnBM Payable - Rp 180.000.000
Sales - Rp 900.000.000
15/12-2015 Equipment Rp 600.000.000 -
PPN Income Rp 60.000.000 -
Account Payable - Rp 660.000.000

25/12-2015 Cash Rp 132.000.000 -


PPN Outcome - Rp 12.000.000
Sales - Rp 120.000.000

31/12-2015 PPN Outcome Rp 102.000.000 -


PPN Income - Rp 90.000.000
PPN Payable - Rp 12.000.000

Utang Pajak Penghasilan.


Beban pajak penghasilan terdiri dari dua yaitu pajak kini dan pajak tangguhan.Pajak
kini adalah pajak yang dihitung menurut ketentuan pajak atas penghasilan yang diperoleh
entitas dalam satu periode.Pajak kini juga merupakan pajak terutang dalam satu tahun fiskal
yang tercantum dalam Surat Pemberitahuan (SPT) tahunan ditambah pajak final jika ada.
Pajak terutang dalam satu tahun fiskal dikurangi pajak yang telah dipotong pihak lain
akan menghasilkan pajak kurang (PPh 29) atau lebih bayar akhir tahun (PPh 28).PPh 29 atau
pajak kurang bayar akan disajikan sebagai utang pajak kini.
Contoh perhitungannya 11.12 Utang Pajak Penghasilan.
PT Gundul untuk tahun pajak yang berakhir 31 Desember 2015 menghitung jumlah pajak
terutang sebesar Rp 430.000.000.Pajak yang telah dibayar melalui angsuran PPh 25 sebesar
Rp 360.000.000 dan dipotong oleh pihak lain PPh 23 Rp 20.000.000.Perusahaan mencatatnya
sebagai pajak dibayar di muka.Buatlah Jurnal penyesuaiannya!
Jurnal pada tanggal 31 Desember 2015.
31/12-2015 Tax expense Rp 430.000.000 -
Pendapatan dibayar di - Rp 20.000.000
muka PPh 23
Pajak di bayar di muka - Rp 360.000.000
PPh 24
PPh Payable 29 - Rp 50.000.000

PROVISI DAN KONTINJENSI.


Defenisi.
Dalam akuntansi,kontinjensi dapat muncul sebagai liabilitas kontinjensi atau aset
kontinjensi.Aset kontinjensi jika potensi terjadinya tinggi dan nilainya dapat diestimasi
dengan andal,hanya boleh diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan.PSAK 57
(Revisi 2009) mengatur penyajian dan pengungkapan untuk provisi dan kontinjensi.
Dalam PSAK 57 (Revisi 2004),provisi disebut sebagai kewajiban diestimasi.Provisi
bentuk kontinjensi yang disajikan dalam laporan keuangan (on balance sheet),sedangkan
liabilitas kontinjensi hanya diungkapkan dalam laporan keuangan.
Liabilitas kontinjensi menurut PSAK 57 (Revisi 2009) adalah:
  Liabilitas Potensial yang timbul dari peristiwa masa lalu dan keberadaannya menjadi pasti
dengan terjadi atau tidak terjadinya satu peristiwa atau lebih pada masa datang yang tidak
sepenuhnya berada dalam kendali entitas
  Liabilitas kini yang timbul sebagai akibat peristiwa masa lalu,tetapi tidak diakui karena:
-Tidak terdapat kemungkinan besar (probable) entitas mengeluarkan sumber daya untuk
menyelesaikan liabilitasnya.
-Jumlah liabilitas tersebut tidak dapat diukur secara andal.liabilitas kontinjensi tidak diakui
dalam laporan keuangan,karena hanya perlu diungkapkan dalam catatan atas laporan
keuangan.
Untuk itu PSAK 57 (Revisi 2009) mengharuskan entitas melakukan review atas
liabilitas kontinjensi,apakah kemungkinan besar dapat diukur dengan andal sehingga berubah
menjadi provisi atau liabilitas kini lainnya atau sebaliknya.
Pengakuan dan Pengukuran.
Provisi diakui jika memenuhi tiga syarat,yaitu :
 Entitas memiliki kewajiban kini (baik bersifat hukum,konstruktif) sebagai akibat peristiwa
masa lalu.
 Kemungkinan besar (probable) penyelesaian liabilitas tersebut mengakibatkan arus keluar
sumber daya.
 Estimasi yang andal mengenai jumlah liabilitas nilainya dapat diukur dengan andal dapat
dibuat
Ketika tidak memenuhi ketiga persyaratan tersebut,kemungkinan liabilitas cukup
diungkapkan sebagai liabilitas kontinjensi tergantung materialitas dan kemungkinan
terjadinya.Misalkan ketika suatu peristiwa mengikat dengan jumlah material memenuhi
persyaratan a dan b tetapi tidak memenuhi c maka entitas cukup mengungkapkan sebagai
liabilitas kontinjensi.
Contoh perhitungannya 11.13 Pengukuran Provisi.
Entitas menjual produk dengan memberikan garansi selama 1 tahun dari tanggal
penjualan.Jika kerusakan terdeteksi cacat ringan biaya perbaikan atas seluruh produk yang
dijual Rp 100.000.000,jika cacat berat biaya yang dikeluarkan Rp 500.000.000.Pengalaman
entitas di masa lalu memberikan indikasi bahwa dalam tahun mendatang kemungkinan 80%
produk terjual tanpa cacat,15% cacat ringan,dan 5% cacat berat.Buatlah jurnal atas transaksi
di atas!
Menentukan Estimasi biaya perbaikan didasarkan pada nilai yang diharapkan
(expected value.)
Estimasi biaya perbaikan didasarkan pada nilai yang diharapkan =
( 80%*0)+(15%*Rp 100.000.000)+(5%*Rp 500.000.000) = Rp 40.000.000
Menentukan Jurnal entitas.
Beban garansi Rp 40.000.000 -
Utang Garansi - Rp 40.000.000

Persitiwa dimasa mendatang mempengaruhi jumlah yang diperlukan untuk


menyelesaikan kewajiban harus tercemin dalam nilai provisi, jika terdapat bukti objektif
bahwa peristiwa itu akan terjadi. Contohnya entitas berkeyakinan bahwa biaya pembersihan
lokasi tambang pada akhir masa manfaat tambang dapat dikurangi karena perkembangan
teknologi. Dalam laporan laba rugi komprehensif, beban yang berkaitan dengan provisi dapat
disajikan secara bersih setelah dikurangi jumlah yang diakui sebagai penggantiannya. Entitas
ekspedisi melakukan pengiriman barang entitas lain dalam perjalanan barang tersebut
mengalami kecelakaan. Berdasarkan perjanjian pengiriman, entitas manggung kerugian
akibat kecelakaan tersebut. Entitas mengasuransikan pengiriman barang tersebut. Pihak
asuransi akan mengganti jumlah barang yang hilang karena kecelakaan. Entitas akan
mengakui provisi dan kerugian sebesar jumlah penggantian yang akan diberikan kepada
pemilik barang.
Provisi tidak sama dengan penyisihan dana untuk membayar utang atau melakukan
aktifitas tertentu, provisi merupakan pengakuan liabilitas dan beban misalnya entitas
mengakui provisi untuk melakukan reklamasi tambang dimasa depan. Entitas akan mencatat
beban reklamasi pada provisi reklamasi tambang. Setiap tahun entitas juga melakukan
penyisihan dana untuk reklamasi tersebut dalam bentuk deposito yang diperuntukkan untuk
pendanaan reklamasi. Entitas akan mencatat debit dana cadangan reklamasi (aset lain-lain)
dan kredit kas/bank.

Garansi

Garansi dapat dibedakan menjadi dua yaitu garansi jaminan(assurance type warranty)
dan garansi jasa (service type warranty). Gransi jasa merupakan bentuk pelayanan tambahan
yang diberikan kepada pelanggan karena permintaan pelanggan, atas garansi jasa ini,penjual
akan mengakui pendapatan ditangguhkan pada saat penjualan dan mengakui sebagai
pendapatan saat layanan purna jual diberikan kepada pelanggan. Garansi jasa akan
menimbulkan pendapatan jasa akan menimbulkan pendapatan jasa dan akan diakui saat
waktu berlalu atau secara proporsional dengan jasa yang diberikan. Bentuk kewajiban penjual
untuk memastikan bahwa produk yang diberikan tidak rusak. Atas garansi jaminan, entitas
harus mengakui liabilitas karena kontrak untuk memberikan pelayanan. Produk-produk
elektronik atau pelatan merupakan contoh produk yang dijual dengan memberikan garansi.
Garansi jaminan produk merupakan contoh dari kontijensi karena jumlah dan
waktunya tidak pasti. Garansi merupakan bentuk kewajiban kontraktual karena garansi
diberikan berdasarkan perjanjian jual beli yang tertera dalam dokumen jual beli. Pengakuan
timbulnya provisi pada saat terjadi penjualan karena saat penjualan terjadi berarti entitas telah
memiliki liabilitas untuk memberikan garansi produk. Konsep pengakuan ini juga sejalan
dengan konsep matching principles,beban garansi diakui pada saat penjualan karena garansi
merupakan konsekuensi dari penjualan tersebut.

Contoh 11.14 Garansi Produk


PT Kendang menjual produk dengan memberikan garansi perbaikan selama dua tahun.
Berdasarkan pengalaman beberapa tahun terakhir, hasil analisis teknis dan pengalaman dari
industri diketahui bahwa hanya 5% pelanggan datang meminta garansi. Dari pelanggan yang
meminta garansi tersebut 70% meminta garansi ditahun pertama dan sisanya ditahun kedua.
Rata-rata biaya yang dikeluarkan untuk memberikan garansi tiap produk sebesar Rp.100.000
Pada tahun 2015 penjualan sebanyak 20.000 unit dan tahun 2015 penjualan sebanyak
26.000 unit. Total garansi aktual yang dikeluarkan ditahun 2010 sebesar Rp.65.000.000 dan
tahun 2015 sebesar Rp.125.000.000 buatlah jurnal yang diperlukan untuk mencatat garansi
didua tahun tersebut
Jurnal yang dibuat tahun 2015.
Keterangan DEBIT KREDIT

Pengakuan beban garansi


Beban Garansi Rp.100.000.000
Provisi Garansi Rp.100.000.000

( 5% x 20.000 x Rp.100.000 = Rp. 100.000.000)


Pemberian garansi tahun 2015
Provisi Garansi Rp.65.000.000
Kas Rp.65.000.000

Provisi garansi yang disajikan pada laporan keuangan 31 Desember 2015 sebesar
Rp.35.000.000. jurnal yang dibuat tahun 2016
Keterangan DEBIT KREDIT

Pengakuan beban garansi


Beban Garansi Rp.130.000.000
Provisi Garansi Rp.130.000.000
( 5% x 26.000 x Rp.100.000 = Rp. 130.000.000)
Pemberian garansi tahun 2015
Provisi Garansi Rp.125.000.000
Kas Rp.125.000.000

Provisi garansi yang disajikan pada laporan keuangan 31 Desember 2016 sebesar
Rp.40.000.000.
Etntitas dapat mencatat jurnal pemberian garansi, baru diakhir periode pelaporan
mencatat provisi dengan jurnal penyesuaian, jika pendekatan tersebut digunakan maka jurnal
yang dibuat
Jurnal tahun 2015.
Keterangan DEBIT KREDIT

Pengakuan beban garansi


Beban Garansi Rp.65.000.000
kas Rp.65.000.000

Tambahan pengakuan beban garansi tahun 2015


Keterangan DEBIT KREDIT

Beban Garansi Rp.35 000.000

Provisi Garansi Rp.35.000.000

5% x 20.000 x Rp.100.000 = Rp.100.000.000

Beban garansi tambahan Rp.100.000.000 – Rp.65.000.000 = Rp.35.000.000

Jurnal tahun 2016


Keterangan DEBIT KREDIT

Pemberian beban garansi


Beban Garansi Rp.125.000.000
kas Rp.125.000.000

Tambahan pengakuan beban garansi tahun 2015

Keterangan DEBIT KREDIT

Beban Garansi Rp.5 000.000

Provisi Garansi Rp.5.000.000

5% x 26.000 x Rp.100.000 = Rp.130.000.000

Beban garansi tambahan Rp.130.000.000 – Rp.125.000.000 = Rp.5.000.000

Contoh 11.15 Garansi Jaminan Produk dan Jasa


PT Perahu menjual mobil pada 2 januari 2015 dengan memberikan garansi atas 36.000 km
pertama atau selama tiga tahun mana yang lebih dahulu. Harga jual mobil Rp.300.000.000.
entitas mengestimasi biaya garansi yang akan diberikan selama 3 tahun sebesar
Rp.7.000.000. pelanggan juga membeli garansi jasa senilai Rp.9.000.000. sehingga ada
tambahan pelayanan kuntuk servis mobil tersebut dari standar jaminan yang diberikan.
Selama tahun 2015 biaya terkait dengan jaminan asuransi yang dikeluarkan sebesar
Rp.5.000.000 dan tahun 2016 sebesar Rp.1.000.000. atas garansi jasa perusahaan mengakui
dengan metode garis lurus.

Jurnal yang dibuat oleh perusahaan pada saat melakukan penjualan adalah:

Keterangan DEBIT KREDIT

Kas Rp.309.000.000
Beban Garansi Rp.7.000.000
Provisi Garansi Rp.7.000.000
Pendapatanditangguhkan garansi jasa Rp.9.000.000
Penjualan Rp.300.000.000
Jurnal pada 2015,saat memberikan garansi jaminan dan pengakuan garansi jasa.

Keterangan DEBIT KREDIT

Provisi Garansi Rp.5.000.000


Kas / Persediaan Rp.5.000.000
Pendapatanditangguhkan garansi jasa Rp.3.000.000
Pendapatan Garansi Rp.3.000.000

Kewajiban Pengelolaan Lingkungan


Kewajiban untuk melakukan restorasi lingkungan tersebut ada yang bersifat umu
berupa pengelolaan lingkungan selama atau paska kegiatan produksi. Namun ada juga yang
kewajiban pengelolaan lingkungan tersebut terkait dengan pembongkaran atau pemindahan
aset tertentu.
Biaya lingkungan bersifat umum misalnya biaya reklamasi lingkungan tambang, biaya
pengelolaan areal tambang. Biaya ini sering muncul pada perusahaan pertambangan terbuka
misalnya penambangan batu bara, nikel, emas, timah. Biaya tersebut harus diakui pada saat
produksi sebagai badan dan liabilitas lingkungan/reklamasi. Kegiatan reklamasi dilakukan
secara terprogram dan dimonitor oleh regulator sebagai contoh pada perusahaan tambang
batu bara akan kita jumpai beban reklamasi penutupan tambang dan provisi reklamasi
penutupan tambang.
Menurut PSAK 16(Revisi 2011) aset tetap, termasuk komponen biaya perolehan adalah
estimasi awal biaya pembongkaran, pemindahan dan restorasi lokasi aset tetap (dismanding
cost). Pembongkaran dan restorasi local aset tetap biasanya terkait dengan kewajiban
lingkungan untuk mengembalikan lokasi seperti kondisi awal, sehingga semua peralatan yang
diatas dan tertanam harus dipindahkan.

Contoh 11.16 Akuntansi Liabilitas Pembongkaran Aset


PT Kapuas pada 2 januari 2015 memulai penggunaan peralatan penambangan (drilling)
disebuah areal tambang yang dimiliki. Regulasi pemerintah menharuskan perusahaan
melakukan pembongkaran peralatan tersebut diakhir masa manfaatnya. Masa manfaat drilling
tersebut 10 tahun dengan estimasi biaya sebesar Rp.2.000.000. dengan tingkat diskon 6%
selama masa manfaat, nilai wajar kewajiban lingkungan tersebut adalah Rp.1.116.800.000.
( Rp.2.000.000. x 0,5584).

Jurnal pengakuan liabilitas sebagai penambah nilai peralatan drilling :

Keterangan DEBIT KREDIT


Peralatan Drilling Rp.1.116.800.000
Liabilitas Pembongkaran Rp.1.116.800.000
Aset

Jurnal pengakuan Depresiasi peralatan drilling :

Keterangan DEBIT KREDIT

Beban Depresiasi Rp.1.116.800.000


Akumulasi Depresiasi - Rp.1.116.800.000
Drilling

Depresiasi ini akan dilakukan bersamaan dengan nilai peralatan drilling sebagai satu
kesatuan. Tidak didepresiasikan secara terpisah.
Jurnal pengakuan bunga atas liabilitas pembongkaran aset

Keterangan DEBIT KREDIT


Beban Depresiasi Rp.67.008.000
Liabilitas Pembongaran Aset Rp.67.008.000
Beban bunga = 6% x Rp.1.116.800.000 = Rp.67.008.000

Litigasi Hukum
Litigasi hukum merupakan tuntutan perkara terkait suatu entitas yang sedang berjalan proses
hukumnya. Kasus hukum entitas dapat berakibat timbulnya liabilitas yang harus diselsaikan
oleh sebuah entitas. Ada tidaknya liabilitas yang diakui dipengaruhi oleh kasusnya dan
estimasi atau potensi munculnya liabilitas.Suatu kasus dapat saja mengidentifikasikan suatu
entitas kalah dan memiliki liabiltas dimasa mendatang. Namun jika proses pengadilan
menetapkan sebaliknya, potensi kerugian tersebut menjadi tidak ada sehingga tidak perlu
pengakuan utang.

Contoh 11.17 Akuntansi Litigasi


PT. Merbabu memiliki dua kasus yang saat ini sedang dalam proses di pengadilan.
1.      Entitas menerima klaim dari seorang pelanggan atas proyek yang tidak dapat diselesaikan
oleh perusahaan. Akibat kegagalan tersebut, pelanggan mengajukan klaim ganti rugi sebesar
Rp.100.000.000.000. pada saat penyusunan laporan keuangan 31 Desember 2015 proses
hukum sedang berlangsung. Menurut pendpatan konsultan hukum entitas, kemungkinan
entitas dapat kalah. Namun jika kalah masih ada upaya lagi untuk melakukan banding.
Konsultan belum dapat memastikan berapa jumlah kerugian yang harus dibayar oleh
perusahaan akibat tuntutan tersebut
2.      Entitas menerima klaim dari seorang ahli waris pekerja akibat kecelakaan pekerja yang
berakibat pekerja mengalami cacat seumur hidup. Pihak perusahaan sudah memberikan
semua santunan asuransi kecelakaan kerja sesuai dengan ketentuan ketenagakerjaan. Namun
ahli waris menuntut jumlah yang lebih besar Rp.300.000.000. Karena kesalahan tersebut
terkait dengan tindakan entitas yang memberikan pengamanan pada pekerja. Proses
pengadilan berlangsung selama 2013. Pada 1 Februari 2016 saat audit laporan keuangan
belum selesai, diperoleh keputusan, entitas dinyatakan bersalah dan harus membayar
Rp.250.000.000. Entitas tidak ingin mempepanjang masalah ini, sehingga tidak berniat
melakukan handing

Jurnal yang dibuat :


1.      Tidak diakui sebagai badan dan liabilitas, informasi merupakan liabilitas kontinjensi. Entitas
cukup menjelaskan dalam catatan atas laporan keuangan kasus litigasinya dan potensi
kerugian yang harus dibayarkan jika pengadilan menyatakan perusahan bersalah.
2.      Entitas mengakui beban dan liabilitas
Keterangan DEBIT KREDIT
Kerugian Tuntunan hukum pekerja Rp.250.000.000
Utang Tuntutan Hukum Rp.250.000.000

Pelanggaran kontrak dapat mengakibatkan entittas harus melakukan pembayaran denda


kepada pihak lain. Untuk menetukan apakah pelanggan kontrak perlu diakui sebagai provisi
atau hanya diungkapkan dalam laporan keuangan, perlu dilakukan evaluasi perjanjian kontrak
yang ada dan juga dampak dari pelanggaran kontrak tersebut. Jika kewajiban untuk
membayar denda menjadi sesuatu yang tidak dihindari maka entitas harus mengakui liabilitas
tersebut pada saat pelanggaran kontrak terjadi.
Liabilitas Kontinjensi

Entitas tidak diperkenankan mengakui liabilitas kontinjensi, artinya liabilitas


kontinjensi tidak pernah diakui dalam laporan posisi keuangan. Keberadaannya hanya perlu
diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan, kecuali jika kemungkinan arus keluar
sumber daya kecil, maka liabilitas kontinjensi tidak perlu diungkapkan.
Entitas tidak dipernankan mengakui aset kontijensi. Aset kontinjensi timbul dari
peristiwa tidak terencana yang menimbulkan kemungkinan arus masuk manfaat ekonomis
bagi entitas misalnya kemungkinan klaim yang diperoleh karena proses hukum. Pengakuan
aset kontinjensi tidak diperkenankan, agar tidak menimbulkan pengakuan penghasilan yang
tidak pernah diralisasi. Jika sudah dapat dipastikan akan langsung diakui sebagai aset. Aset
kontinjensi diungkapkan jika terdapat kemungkinan besar arus ekonomi akan diperoleh.
Seperti halnya liabilitas kontinjensi, aset kontinjensi juga dikaji ulang terus-menerus untuk
memastikan kemungkinan terjadinya menjadi lebih pasti atau menjadi tidak mungkin terjadi.

Penyajian

Liabilitas jangka pendek menurut PSAK (Revisi 2009) dalam laporan keuangan
disajikan pada bagian atas sebelum liabilitas jangka panjang.Penyajian menurut PSAK ini
berbeda dengan penyajian menurut IAS1 yang menempatkan liabilitas jangka pendek setelah
liabilitas jangka panjang.
PSAK 7 (Revisi 2010) Pengungkapan Pihak-Pihak Berelasi mengharuskan entitas
memisahkan utang berasal dari pihak berelasi dan tidak berelasi.
Pengungkapan.
Pengungkapan liabilitas jangka pendek berisikan rincian dan tambahan
penjelasan.Misalnya utang usaha,pengungkapan menjelaskan detail utang usaha berdasarkan
pemasok dengan nilai material,utang berdasarkan klasifikasi umum,dan pengungkapan utang
berdasarkan mata uang asing.
Analisis laporan keuaangan
Entitas melakukan analisis liabilitas jangka panjang dengan melihat kemampuannya untuk
membayar utang yang akan jatuh tempo. Rasio yang digunakan adalah rasio lancer( current
ratio), rasio kas ( cash ratio) atau rasio cepat (quick ratio). Semakin besar jumlah utang lancer
akan memperbesar risiko perusahaan untuk kesulitan membayar utangnya.
Ratio Lancar = Aset Lancar
Liabilitas jangka pendek

Rasio Cepat = Aset Lancar


Liabilitas jangka pendek

Aset cepat = Aset Lancar – persediaan – Bayar dibayar dimuka

Rasio kas = Aset Lancar


Liabilitas jangka pendek

Rasio lancer merupakan kemampuan perusahaan membayar liabilitas jangka pendek


dengan menggunakan aset lancar yang dimiliki. Semakin tinggi rasio lancar menunjukkan
entitas memiliki kemampuan yang lebih tinggi dalam membayar liabilitas jangka pendeknya.
Rasio cepat merupakan kemampuan perusahaan membayar liabilitas jangka pendek dengan
menggunakan aset yang sangat likuid. Aset likuid (cepat) merupakan aset lancar dikurangkan
dengan persediaan dan biaya dibayar dimuka. Persediaan untuk dapat menjadi kas harus
dijual dahulu menjadi piutang, baru kemudian ditagih mendapatkan kas.
Rasio kas merupakan kemampuan perusahaan membayar liabilitas jangka pendek
dengan menggunakan kas yang dimiliki entitas. Rasio ini merupakan ukuran kemampuan
membayar segera, karena diasumsikan semua liabilitas jangka panjang akan dibayar dalam
waktu yang sangat dekat. Ukuran rasio kas merupakan ukuran lebih ketat karena menganggap
bahwa semua utang harus disediakan kas untuk melunasinya
Provisi perlu dianalisis untuk melihat nilai dan probabilitas terjadinya. Pembaca perlu
secara kritis menganalisis jumlah estimasi yang dilakukan apakah telah mencerminkan
informasi terkini yang tersedia. Pembaca harus harus berhati-hati menganalisis kontinjensi,
karena kontinjensi ini dapat berubah menjadi liabilitas yang harus dibayar oleh perusahaan
dimasa depan. Kontinjensi dapat memunculkan aktivitas yang tidak ditampilkan dalam
laporan keuangan ( off balance sheet) padahal mungkin menurut asumsi analisis harus
dimunculkan dalam laporan keuangan.
Diposting oleh Unknown di 03.38
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke
Pinterest

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda


Langganan: Posting Komentar (Atom)

Wikipedia

Visitors

Video
Mengenai Saya
Unknown
Lihat profil lengkapku

Artikel Blog
 ▼  2016 (11)
o ▼  Maret (6)
 Akuntansi Keuangan 2 (Liabilitas Jangka Panjang)
 Akuntansi Keuangan 2 ( Liabilitas Jangka Pendek,Pr...
 Upah Minimum Regional 2016
 PAJAK
 Sistem Informasi Akuntansi
 Akuntansi Keuangan II (Modal Disetor)
o ►  April (2)
o ►  Mei (1)
o ►  Juni (2)

Translate
Powered by Translate

Tutorial Blog

Pengikut
Diberdayakan oleh Blogger.

Anda mungkin juga menyukai