Anda di halaman 1dari 29

AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH II

MAKALAH LIABILITAS JANGKA PENDEK


&
PROVISI DAN KONTINJENSI

DOSEN PEMBIMBING
Aristha Purwanthari Sawitri, SE.,MA

DISUSUN OLEH KELOMPOK 5


NAMA KELOMPOK:

 MUHAMMAD ARWANI 191600005


 SUWATI 191600042
 SALIMAH TAJDID 191600058
 VINCENSIUS HARDI 191600079
 TRI KUSTIYAH W 191600097
 ATIKA DWI PRATIWI 191600279
 FITRI DWI PRATIWI 191600265

FAKULTAS EKONOMI
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
UNIVERSITAS PGRI ADI BUANA SURABAYA
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami haturkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat
dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan pembuatan tugas makalah
Akuntansi ini. Berkat bimbingan dan bantuan dari semua pihak akhirnya
tugas ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya. Oleh karena itu, kami
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyusunan tugas ini, khususnya para rekan-rekan. Terimakasih juga tak lupa kami
haturkan kepada Ibu Dosen Mata Kuliah Pengantar Akuntansi II yang telah
memberikan kami tugas ini. Semoga tugas ini dapat bermanfaat bagi kita
semua. Tak ada gading yang tak retak. Begitu pula dengan tugas yang kami
buat ini yang masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu kami memohon maaf
apabila ada kekurangan ataupun kesalahan. Kritik dan saran sangat diharapkan agar
tugas ini menjadi lebih baik serta berdaya guna dimasa yang akan datang.

Surabaya, 12 Maret 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ................................................................................................... i


Daftar Isi ............................................................................................................ ii
Pembahasan ....................................................................................................... 1
 Liabilitas Jangka Pendek .......................................................................... 1
 Utang Dagang .......................................................................................... 3
 Utang Pajak .............................................................................................. 4
 Uang Muka Konsumen ............................................................................. 6
 Utang Terkait Imbalan Karyawan ............................................................. 9
 Utang Yang Jatuh Temponya Kurang Dari 12 Bulan .............................. 12
 Pembiayaan Kembali Atau Penjadwalan Kembali .................................. 12
 Utang Jangka Panjang Due on Demand ................................................. 14
 Glosarium ............................................................................................. 15
 Provisi Dan Kontinjensi.......................................................................... 16
 Provisi .................................................................................................... 16
 Provisi Yang Muncul Akibat Kewajiban Hukum .................................... 16
 Provisi Yang Timbul Akibat Kewajiban Konstruktif .............................. 17
 Estimasi Terbaik..................................................................................... 18
 Kontrak Meberatkan ............................................................................... 21
 Restrukturisasi ........................................................................................ 23
 Kontinjensi ............................................................................................. 25
 Liabilitas Kontinjensi ............................................................................. 25
 Aset Kontinjensi ..................................................................................... 25
 Glosarium .............................................................................................. 26

ii
PEMBAHASAN

LIABILITAS JANGKA PENDEK

LIABILITAS

Liabilitas merupakan utang perusahaan masa kini yang timbul dari peristiwa masa
lalu, dan pentelesaiannya diharapkan mengakibatkan arus kas keluar sumber daya
perusahaan yang mengandung manfaat ekonomi. Karakteristik esensial liabilitas
adalah bahwa perusahaan mempunyai kewajiban (obligation) masa kini.
Kewajiban adalah suatu tugas atau tanggung jawab untuk bertindak atau
melaksanakan sesuatu dengan cara tertentu. Kewajiban dapat dipaksakan menurut
hukum sebagai konsekuensi dari kontrak mengikat atau peraturan perundangan.
Kewajiban biasanya disertai dengan jumlah terutang dari barang dan jasa yang telah
diterima. Kewajiban yang timbul dari praktik bisnis yang lazim,kebiasaan, dan
keinginan untuk memelihara hubungan bisnisyang baik atau bertindak dengan cara
yang adil. Misalnya, perusahaan memutuskan untuk menarik kembali produk cacat
meskipun garansinya telah lewat. Jumlah yang diharapkan akan dibayarkan tersebut
merupakan liabilitas.

Liabilitas masa kini berbeda dengan komitmen masa depan. Keputusan manajemen
untuk membeli asset di masa depan tidak dengan sendirinya menimbulkan liabilitas
masa kini. Liabilitas biasanya timbul hanya jika aktiva diserahkan atau prusahaan
telah membuat perjanjian yang tidak dapat dibatalkan untuk membeli aktiva.
Perjanjian yang tidak dapat dibatalkan berarti bahwa konsekuensi ekonomi dari
kegagalan untuk membeli asset (misalnya perusahaan akan terkena penalti yang
subtansial jika tidak membeli asset) membuat perusahaan tidak memiliki pilihan
selain membeli asset dan menyerahkan sumber daya kepada pihak la

Penyelesaian liabilitas masa kini biasanya melibatkan perusahaan untuk


mengorbankan sumber daya yang memiliki manfaat masa depan demi untuk
memenuhi tuntutan pihak lain.

1
Penyelesaian liabilitas yang ada sekarang dapat dilakukan dengan berbagai cara,
seperti:
a. Pembayaran kas;
b. Penyerahan asset lain;
c. Pemberian jasa;
d. Penggantian liabilitas tersebut dengan liabilitas yang lain; atau
e. Konversi liabilitas menjadi ekuitas

Liabilitas juga bisa dihapuskan dengan cara lain, seperti pembebasan utang oleh
kreditur atau kreditur membatalkan haknya untuk menagih. Liabilitas timbul dari
transaksi atau peristiwa masa lalu, misalnya seminggu yang lalu CV ABC membeli
barang dagangan ke pemasok secara kredit senilai Rp 5.000.000, transaksi
seminggu lalu ini menyebabkan CV ABC saat ini memiliki utang usaha ke
pemasok.

LIABILITAS JANGKA PENDEK

Suatu liabilitas diklasifikasikan sebagai liabilitas jangka pendek, jika;


 Entitas berharap akan menyelesaikan liabilitas tersebut dalam siklus operasi
normalnya,
 Jatuh tempo untuk diselesaikan dalam jangka waktu 12 bulan setelah periode
pelaporan
 Entitas tidak memiliki hak tanpa syarat untuk menunda penyelesaian liabilitas
tersebut selama sekurang-kurangnya dua belas bulan setelah periode
pelaporan.

Contoh:
Jika entitas menyusun laporan keuangan per 31 Desember 2014, maka
pengklasifikasian utang (apakah termasuk liabilitas jangka pendek atau jangka
panjang) ditentukan oleh sisa umur utang per 31 Desember 2014 tersebut.

2
Hanya utang yang jatuh temponya tidak lebih dari 12 bulan sejak tanggal 31
Desember 2014 yang diklasifikasikan sebagai liabilitas jangka pendek.
Contoh liabilitas jangka pendek antara lain:
 Utang dagang
 Utang pajak (baik utang Pph 21, utang PPN, maupun utang pajak entitas),
 Uang muka konsumen
 Utang yang terkait dengan imbalan karyawan
 Utang terkait dengan bonus tahunan
 Utang jangka panjang yang jatuh tempo kurang dari 12 bulan
 Utang jangka panjang yang due on demand (yang harus dibayar kapanpun
saat ditagih)

Beberapa liabilitas jangka pendek seperti utang dagang,biaya karyawan, dan biaya
operasi lainnya merupakan bagian dari modal kerja yang digunakan dalam siklus
operasi normal perusahaan. Entitas mengklasifikasikan liabilitas tersebut sebagai
liabilitas jangka pendek meskipun liabilitas tersebut jatuh tempo untuk diselesaikan
lebih dari dua belas bulan setelah periode pelaporan.

UTANG DAGANG

Utang dagang adalah utang akibat pembelian barang dagangan dan atau suplies dari
pemasok.

Contoh:
Arien Consulting membeli kertas dan alat tulis kantor ke Toko Merah senilai Rp
400.000. Pembelian alat tulis kantor ini menimbulkan utang dagang bagi Arien
Consulting. Berikut jurnal yang akan dibuat oleh Arien Consulting.
Perlengkapan Kantor Rp 400.000
Utang Dagang Rp 400.000

3
UTANG PAJAK

Utang pajak seperti PPN dan Pph 21, biasanya wajib disetorkan ke negara sepuluh
hari setelah berakhirnya masa pajak. Sementara utang pajak badan atau utang pajak
entitas biasanya wajib disetorkan ke negara paling lambat 4 bulan setelah tahun
pajak berakhir. Oleh karena itu, utang pajak diklsifikasikan sebagai liabilitas jangka
pendek. Sebagi ilustrasi, berikut disajikan contoh pencatatan utang PPN. Lebih
detail tentang PPN dapat dipelajari dari buku perpajakan.

Pada tanggal 5 Juli 2015, PT Slamet Jaya membeli barang dagangan sebesar Rp
120.000.000 ke PT Gardu Hijau secara tunai. Harga belum termasuk PPN sebesar
10%

Persediaan Rp 120.000.000
PPN Masukan Rp 12.000.000
Utang Dagang Rp 132.000.000

Pada tanggal 17 Juli 2015 PT Slamet Jaya menjual barang dagangan secara tunai
ke Toko Putih senilai Rp 60.000.000. Harga jual tersebut belum termasuk PPN
sebesar 10%. Beban pokok penjualan barang dagangan tersebut Rp 40.000.000.
Jadi, total kas yang akan diterima PT Slamet Jaya dalam penjualan tersebut adalah
Rp 66.000.000. jurnal yang dibuat oleh PT Slamet Jaya untuk mencatat penjualan
tersebut:

Kas Rp 66.000.000
PPN Rp 6.000.000
Penjualan Rp 60.000.000

Beban Pokok Penjualan Rp 40.000.000


Persediaan Rp 40.000.000

4
Pada bulan tersebut, total penjualan PT Slamet Jaya ke konsumen akhir Rp
82.500.000. Total penjualan tersebut sudah termasuk PPN 10%. Beban pokok
penjualannya sebesar Rp 45.000.000.

Sebelum membuat jurnal, PT Slamet Jaya harus menghitung total penjualan tanpa
PPN

100/110 x Rp 82.500.000 = Rp 75.000.000

Kas Rp 82.500.000
PPN Keluaran Rp 7.500.000
Penjualan Rp 75.000.000

Beban Pokok Penjualan Rp 45.000.000


Persediaan Rp 45.000.000

Setelah lima jurnal diatas, maka saldo PPN Masukan adalah Rp 12.000.000 debit.
Sedangkan saldo PPN Keluaran adalah Rp 13.500.000 kredit (sebagai hasil
penjumlahan dari Rp 6.000.000 kredit dan Rp 7.500.000 kredit). Selisih lebih PPN
Keluaran atas PPN Masukan merupakan utang PT Slamet Jaya yang harus disetor
ke negara.

Berikut jurnal yang akan dibuat PT Slamet Jaya saat menyetorkan utang PPN ke
kas Negara.

PPN Keluaran Rp 13.500.000


Kas Rp. 1.500.000
PPN Masukan Rp 12.000.000

Ilustrasi utang Pph 21 akan dibahas pada saat membahas mengenai pengeluaran
terkait dengan karyawan perusahaan.

5
UANG MUKA KONSUMEN

Dalam praktik bisnis banyak perusahaan yang menerima pembayaran di muka


sebelum mereka menyelesaikan jasa atau produk ke konsumen. Contoh jenis usaha
yang lazimnya menerima uang muka antara lain:
 Hotel  Asrama mahasiswa
 Agen, distributor majalah dan  Catering
koran  Persewaan mobil
 Agen travel  Event organizer
 Salon
Salon yang melayani jasa rias pengantin mungkin menerima uang muka 6 bulan
sebelum tanggal pernikahan. Kas yang diterima dari konsumen tersebut belum
dapat diakui sebagai pendapatan. Idealnya, kas tersebut dicatat sebagai uang muka
konsumen. Lebih jelasnya, silahkan cermati ilustrasi berikut ini:

Pada tanggal 1 Oktober 2014, Agen Majalah Chikita menerima kas sejumlah Rp
300.000 dari seorang pelanggan untuk berlangganan Majalah Idea selama 1 tahun.
Langganan dimulai per Oktober 2014. Jurnal yang dibuat Agen Majalah Chikita per
1 Oktober 2014:

Kas Rp 300.000
Uang Muka langgana Majalah Rp 300.000

Jurnal yang dibuat Agen Majalah Chikita per 1 Oktober 2014 :


Kas 300.000
Uang muka Langganan Majalah 300.000

Untuk menyederhanakan, anggaplah Agen Majalah Chikita hanya memiliki satu


pelanggan. Uang muka langganan majalah ini merupakan utang bagi Agen Majalah
Chikita, yaitu utang untuk mengirimkan majalah selama 12 bulan ke depan
terhitung sejak tanggal 1 Oktober 2014.

6
Pada tanggal 31 Desember 2014, Agen Majalah Chitika menyusun laporan
keuangan. Per 31 Desember 2014, Agen Majalah Chitika sudah mengirim majalah
selama bulan Oktober, Nopember dan Desember. Ini berarti, utangnya lunas
sebagian. Chitika masih berutang untuk mengirimkan majalah 9 bulan berikutnya
(dari Januari hingga September 2014).

Dari total kas Rp300.000 yang diterima Chitika, sebagian merupakan pendapatan
(3/12 Rp300.000) dan sebagian sisanya masih merupakan utang (9/12 Rp300.000).
Untuk itu, per 31 Desember 2014, Chitika perlu membuat jurnal penyesuaian
seperti ini
Uang Muka Langganan Majalah 75.000
Pendapatan 75.000

Jurnal penyesuaian ini berguna untuk mengakui pendapatan yang sudah berhak
diakui oleh Agen Majalah Chitika (yaitu sebesar Rp 75.000). Jurnal ini sekaligus
juga berguna untuk mengurangi utang Chitika ke pelanggan. Utang yang semula
Rp300.000 sekarang tinggal Rp225.000. Lihat rekening T terkait dengan uang
Muka Langganan Majalah.
Uang Muka Langganan Majalah
1 Oktober 2014 300.000
31 Desember 2014 75.000 Saldo akhir 225.000

Rekening T ini merupakan ringkasan dari dua jurnal sebelumnya. Dengan dua
traksaksi ini, maka saldo akhir rekening Uang Muka Langganan Majalah menjadi
sebesar Rp225.000 kredit. Rekening ini akan tersaji sebagai liabilitas Jangka
Pendek dalam laporan Posisi keuangan Agen Majalah Chitika.

Pertanyaan berikutnya, boleh tidak jika kita mencatat transaksi per 1 Oktober 2014
sebagai pendapatan dan bukannya sebagai uang muka. Jawabnya adalah boleh.
Yang penting saldo setiap rekening adalah benar pertanggal pelaporan keuangan.
Agar lebih jelas, kita akan kembali menggunakan ilustrasi yang sama. Hanya saja,

7
kita menggunakan jurnal yang berbeda. Agar tidak membingungkan, sekarang kita
menggunakan kasus Agen Majalah Maharani.

Pada tanggal 1 Oktober 2014, Agen Majalah Maharani menerima Kas sejumlah
300.000 dari pelanggan untuk berlangganan majalah idea selama 1 tahun.
Langganan dimulai per Oktober 2014. Berbeda dengan agen Chitika, Agen
Maharani memilih untuk mencatat kas yang diterima sebagai pendapatan. Berikut
jurnal yang dibuat oleh Agen Maharani per 1 Oktober 2014
Kas 300.000
Pendapatan 300.000

Sekarang, saatnya Agen Majalah Maharani membuat laporan posisi keuangan per
31 Desember 2014. Dalam membuat jurnal penyesuaian, kita mempertimbangkan
fakta yang sama. Dari total kas 300.000 yang diterima, 75.000 merupakan
pendapatan (3/12 300.000) dan sisanya 225.000 masih merupakan utang (9/12
300.000). untuk itu, per 31 Desember 2014 Maharani perlu membuat jurnal
penyesuaian
Pendapatan 225.000
Uang Muka Pelanggan 225.000

Jurnal diatas berguna untuk mengurangi pendapatan, yang semula tercatat 300.000.
pendapatan didebet (dikurangi) 225.000 agar saldo akhirnya menjadi 75.000. jurnal
tersebut berguna untuk mengakui utang ke pelanggan sebesar 225.000. rekening T
pendapatan berikut dapat memperjelas hal tersebut.
Pendapatan
1 Oktober 2014 300.000
31 Desember 2014 225.000 Saldo akhir 75.000

Jadi, baik mencatat seperti Agen Chitika atau Agen Maharani, semuanya akan
menghasilkan angka akhir yang sama. Dalam laporan keuangan per 31 Desember
2014, tersaji pendapatan sebesar Rp75.000 dan uang muka langganan Rp225.000.

8
UTANG TERKAIT IMBALAN KARYAWAN

Lazimnya, pembayaran gaji dan upah kepada karyawan melibatkan banyak


potongan, seperti potongan PPh 21, potongan iuran THT, potongan asuransi
kesehatan, dan potongan asuransi kecelakaan kerja. Oleh karena itu, kita mengenal
istilah gaji bruto dan gaji neto. Potongan mengurangi kas yang diterima oleh
karyawan. Potongan atas gaji dan upah karyawan ini bagi perusahaan merupakan
utang karena perusahaan selanjutnya harus menyetorkan potongan tersebut ke pihak
ketiga, seperti perusahaan asuransi, kas negara, jamsostek, dan lain sebagainya.

Contoh:
CV. Tabur memiliki 8 orang karyawan. Pada tanggal 25 Juli 2015, CV. Tabur
membayar gaji Rp.18.000.000. dari total gaji tersebut, CV. Tabur memotong PPh
21 sebesar Rp.1.000.000 dan iuran kesehatan Rp500.000. Jadi, total kas diterima
oleh karyawan Rp.16.500.000.
Jurnal yang dibuat CV. Tabur untuk mencatat transaksi pembayaran gaji tersebut.
Beban gaji 18.000.000
Utang PPh 21 1.000.000
Utang Asuransi Kesehatan 500.000
Kas 16.000.000

Utang PPh 21 akan lunas pada saat CV. Tabur menyetorkan pajak ke kas negara.
Sedangkan utang asuransi kesehatan akan lunas pada saat CV. Tabur menyetorkan
kas ke perusahaan asuransi atau ke BPJS.

Selain gaji rutin, adakalaya karyawan menerima jatah cuti, atau menerima gaji ke-
13. Jatah cuti yang diambil pada tahun yang sama saat karyawan bekerja tidak akan
menimbulkan masalah dalam pembuatan jurnal.

9
Contoh :
CV. Tabur Makmur memberikan jatah cuti kepada setiap karyawan selama 12 hari
dalam setahun. Cuti hangus jika tidak dimanfaatkan. Karyawan tetap mendapat
upah dan gaji selama masa cuti. Misalnya salah seorang karyawan mengambil cuti
selama 6 hari (satu minggu). Upah karyawan perminggu adalah Rp840.000. pada
saat membayar karyawan upah selama karyawan cuti, CV. Tabur Makmur akan
membuat jurnal:
Beban Gaji dan Upah 840.000
Kas 840.000

Masalah menjadi lebih rumit jika jatah cuti karyawan dapat dimanfaatkan pada
tahun yang berbeda dengan tahun saat karyawan menyumbangkan tenaga.

Contoh :
Karyawan administrasi CV. Abadi Jaya yang sudah satu tahun bekerja berhak atas
cuti selama satu minggu. Jatah cuti boleh diambil dalam bulan Januari atau Februari
tahun berikutnya. Pada tahun 2014, jumlah karyawan administrasi CV. Abadi Jaya
8 orang. Total gaji karyawan administrasi Rp17.200.000 perbulan.

Kenikmatan berupa cuti satu minggu dan tetap mendapat gaji tersebut merupakan
hadiah bagi karyawan yang sudah bekerja selama satu tahun pada tahun pada tahun
2014. Oleh karena itu, upah yang dibayarkan pada saat karyawan cuti harus dicatat
sebagai beban pada tahun 2014, meskipun kas baru akan dikeluarkan pada tahun
2015.

Berikut jurnal yang akan dicatat oleh CV. Abadi Jaya per 31 Desember 2014 untuk
mengakui beban akrual atas upah selama masa cuti karyawan.
Beban Gaji dan Upah 4.300.000
Utang Cuti Karyawan 4.300.000

10
Beban gaji dan upah sebesar Rp.4.300.000 merupakan beban gaji selama satu
minggu (dihitung dari ¼ x Rp17.200.000). Beban gaji dan upah ini disebut beban
akrual, yaitu beban yang diakui (dicatat) tetapi sebenarnya perusahaan belum
mengeluarkan kas terkait dengan beban tersebut. Demikian juga, utang sebesar
Rp4.300.000 ini disebut utang akrual.

Selain gaji dan upah bulanan, ada juga perusahaan yang membagikan bonus kepada
karyawan. Bonus yang didasarkan atas laba tahunan perusahaan, baru dibagikan
kepada karyawan setelah laba tahunan selesai dihitung (yang berarti laporan laba
rugi selesai disusun).

Terkait dengan bonus semacam ini, PSAK menyatakan bahwa perusahaan harus
mengakui prakiraan beban atas laba dan bonus jika dan hanya jika :
1. Perusahaan mempunyai kewajiban hukum dan konstruktif atas pembayaran
beban tersebut sabagai akibat peristiwa masa lalu, dan
2. Kewajiban tersebut dapat diestimasi secara andal

Contoh :
Pada tahun 2015, CV. Sakura mengumumkan kepada karyawan bahwa perusahaan
akan membagikan 10% dari laba perusahaan sebagai bonus untuk seluruh
karyawan. Pengumuman pembagian laba tersebut menimbulkan harapan bagi
karyawan bahwa mereka akan memperoleh bonus. Dalam hal ini, berarti CV.
Sakura memiliki kewajiban konstruktif sebagai akibat dari janji untuk membagikan
laba. Jika laba perusahaan sudah dapat diestimasi secara andal per 31 Desember
2015, maka perusahaan harus mencatat beban bonus per 31 Desember 2015,
sekalipun nantinya bonus baru akan dibayarkan pada tahun 2016.
Seadainya, laba sementara CV. Sakura tahun 2015 adalah Rp116.000.000 dan
selama ini, laba dalam laporan keuangan auditan tidak berbeda jauh dengan laba
sementara yang dihasilkan oleh sistem informasi CV. Sakura. Jadi, CV. Sakura
dapat menghitung estimasi bonus dengan cukup andal, yaitu 10% dari

11
Rp116.000.000 atau Rp11.600.000. jurnal yang dibuat oleh CV. Sakura untuk
mencatat bonus tersebut :
Beban Bonus Karyawan 11.600.000
Utang Bonus Karyawan 11.600.000

UTANG YANG JATUH TEMPONYA KURANG DARI 12 BULAN

Entitas mengklasifikasikan liabilitas keuangan sebagai liabilitas jangka pendek jika


jatuh tempo liabilitas tersebut dalam jangka waktu dua belas bulan setelah periode
pelaporan, meskipun kesepakatan awal perjanjian pinjaman untuk jangka waktu
lebih dari dua belas bulan :
Contoh 1 :
Pada tanggal 1 juli 2010, CV. Garda menerima pinjaman dari Bank Hadasa uang
sejumlah Rp.50.000.000. pinjaman akan jatuh tempo pada tanggal 1 Juli 2015. Pada
saat CV. Garda menyusun laporan keuangan per 31 Desember 2013. Seluruh utang
tersebut tersaji dalam neraca CV. Garda sebagai liabilitas jangka panjang karena
utang baru akan jatuh tempo pada tahun 2015, Dengan kata lain, umur utang pada
saat tanggal pelaporan (31 Desember 2013) masih 18 bulan.

PEMBIAYAAN KEMBALI ATAU PENJADWALAN KEMBALI

Ada kalanya perusahaan memiliki kesempatan untuk menunda pembayaran utang


karena kreditur bersedia memberi perpanjangan waktu. Berikut adalah pembiayaan
kembali utang yang ditetapkan oleh SAK:

1. Jika perjanjian untuk pembiayaan dan penjadwalan kembali utang


memperpanjang masa jatuh tempo hingga 12 bulan dan perjanjian tersebut
telah diselesaikan sebelum periode pelaporan maka liabilitas akan disajikan
sebagai liabilitas jangka panjang.
2. Jika perjanjian untuk pembiayaan dan penjadwalan kembali utang
diselesaikan setelah periode pelaporan, maka liabilitas akan disajikan sebagai

12
liabilitas jangka pendek. Karena perjanjian diselesaikan setelah periode
pelaporan, meskipun perjanjian tersebut memperpanjang masa jatuh tempo
hingga 12 bulan. Hal tersebut didasarkan pada pemikiran bahwa per tanggal
pelaporan, perusahaan belum memiliki kepastian apakah permohonan
perpanjangan utang akan disetujui atau tidak.

Contoh 1:
Pada tanggal 1 Oktober 2014, PT Rahayu menandatangani utang wesel senilai Rp.
80.000.000, dengan tempo 6 bulan, sehingga utang akan jatuh tempo pada tanggal
1 april 2015. Pada bulan desember 2014, PT Rahayu mengajukan permohonan
pembiayaan kembali ke bank selaku pemberi pinjaman. Akhirnya, pada tanggal 15
januari 2015 bank menyetujui pembiayaan kembali utang tersebut, sehingga utang
senilai Rp. 80.000.000 akan jatuh tempo pada tanggal 1 april 2016. Dengan
demikian PT Rahayu mendapat perpanjangan tempo 12 bulan.
→ Laporan Keuangan tahun 2014, diterbitkan pada tanggal 1 Maret 2015.
Dalam hal ini, utang wesel sebesar Rp. 80.000.000 akan disajikan sebagai utang
jangka pendek, sekalipun permohonan perpanjangan disetujui. Karena persetujuan
pembiayaan kembali terjadi setelah 31 Desember 2014, padahal pada tanggal 31
Desember 2014 belum ada kepastian terkait dengan permohonan pembiayaan
kembali yang diajukan.

Contoh 2:
Pada tanggal 1 Oktober 2014, PT Rahayu menandatangani utang wesel senilai Rp.
80.000.000, dengan tempo 6 bulan sehingga utang akan jatuh tempo pada tanggal
1 April 2015. Pada bulan Desember 2014, PT Rahayu mengajukan permohonan
pembiayaan kembali ke bank. Akhirnya pada tanggal 20 Desember 2014, bank
menyetujui pembiayaan kembali utang tersebut sehingga utang senilai Rp.
80.000.000 akan jatuh tempo pada tanggal 1 April 2016.
→ Laporan keuangan tahun 2014 diterbitkan pada tanggal 1 Maret 2015.
Dalam hal ini, utang wesel sebesar Rp. 80.000.000 akan disajikan sebagai utang
jangka panjang. Karena permohonan perpanjangan disetujui sebelum

13
tanggal pelaporan keuangan, yaitu tanggal 20 Desember 2014 dan perusahaan
mendapat perpanjangan tempo sehingga utang akan jatuh tempo pada tahun
2016.

UTANG JANGKA PANJANG DUE ON DEMAND

Dalam kontrak perjanjian jangka panjang, terkadang terdapat persyaratan yang


harus dipenuhi oleh penerima pinjaman, seperti:
a. Jika penerima pinjaman menunggak angsuran lebih dari tiga kali, maka
pinjaman akan menjadi due on demand (sesuai permintaan kreditur).
b. Rasio utang atas modal penerima pinjaman tidak boleh lebih rendah dari 1,5.
Kerugian pada satu tahu tertentu dapat menyebabkan rasio ini merosot drastis
dan menyebabkan entitas melanggar kontrak pinjaman.

Pelanggaran atas ketentuan perjanjian pinjaman jangka panjang tersebut dapat


menyebabkan liabilitas harus segera dibayar sesuai permintaan kreditur (due on
demand). Jika pelanggaran atas ketentuan perjanjian tersebut terjadi pada saat atau
sebelum akhir periode pelaporan, maka entitas mengklasifikasikan liabilitas
tersebut sebagai liabilitas jangka pendek.

Jika pemberi pinjaman menyetujui (setelah periode pelaporan dan sebelum tanggal
penyelesaian laporan keuangan) untuk tidak mensyaratkan pembayaran sebagai
konsekuensi atas pelanggaran tersebut, maka entitas tetap mengklasifikasikan
liabilitas tersebut sebagai jangka pendek, karena pada akhir periode pelaporan
entitas tidak memiliki hak untuk menunda penyelesaian liabilitas dalam jangka
waktu sekurang-kurangnya 12 bulan setelah tanggal pelaporan. Namun entitas
mengklasifikasikan liabilitas tersebut sebagai liabilitas jangka panjang jika pemberi
pinjaman menyetujui pada akhir periode pelaporan untuk memberi tenggang waktu
pembayaran yang berakhirsekurang-kurangnya 12 bulan setelah periode pelaporan.
Entitas memiliki tempo untuk memperbaiki pelanggaran terhadap persyaratan

14
perjanjian dan pemberi pinjaman tidak dapat meminta percepatan pembayaran
segera.

GLOSARIUM

Liabilitas adalah kewajiban kini entitas yang timbul dari peristiwa masa lalu yang
penyelesaiannya dapat mengakibatkan arus keluar sumber daya entitas yang
mengandung manfaat ekonomi.
Pajak Keluaran adalah PPN terutang yang wajib dipungut oleh PKP yang
melakukan penyerahan BKP dan/atau perolehan JKP dan/atau pemanfaatan BKP
tidak berwujud dan/atau ekspor JKP
Pajak Masukan adalah PPN yang seharusnya sudah dibayar oleh PKP karena
perolehan BKP dan/atau perolehan JKP dan/atau pemanfaatan BKP tidak berwujud
dari luar daerah pabean dan/atau pemanfaatan JKP dari luar daerah pabean dan/atau
impor BKP
Pajak Penghasilan Pasal 21 (PPH 21) mengatur pembayaran pajak melalui
pemotongan pajak atas penghasilan yang diterima atau diperoleh oleh wajib pajak
orang pribadi dalam negeri sehubungan dengan pekerjaan, jasa dan kegiatan dalam
tahun berjalan
Pajak Pertambahan Nilai (PPN) adalah pajak atas konsumsi Barang Kena Pajak
(BKP) dan Jasa Kena Pajak (JKP) di daerah pabean yang dikenakan secara
bertingkat di setiap jalur produksi dan distribusi

15
PROVISI DAN KONTINJENSI

PROVISI

Provisi adalah liabilitas yang waktu atau jumlahnya belum pasti. Provisi diakui jika:
a. Perusahaan memiliki kewajiban hukum maupun konstruktif akibat peristiwa
di masa lalu,
b. besar kemungkinan penyelesaian kewajiban tersebut menyebabkan arus kas
keluar sumber daya,
c. perusahaan dapat mengestimasi besarnya liabilitas dengan cukup andal.

PROVISI YANG MUNCUL AKIBAT KEWAJIBAN HUKUM

Kewajiban hukum adalah kewajiban yang timbul dari suatu kontrak legislasi atau
peraturan perundang-undangan atau melaksanakan produk hukum lainnya.

Contoh 1:
Peraturan perundangan menetapkan bahwa karyawan yang mengalami PHK berhak
atas pesangon sebesar 3 kali gaji. Per Desember 2015, CV Arum Anggrek yang
bergerak dalam penjualan parfum memutuskan untuk menutup cabang di Jalan Solo
karena took tersebut terus mengalami penurunan laba selama 18 bulan terakhir.
Peraturan perundangan yang berlaku memberi harapan besar kepada karyawan
yang akan terkena PHK bahwa mereka akan menerima pesangon.

Contoh 2:
PT Gema Suara memproduksi radio mini. Radio dijual dengan menawarkan garansi
selama satu tahun terhitung sejak tanggal penjualan. Kartu garansi merupakan
kontrak legislasi yang mengikat PT Gema Suara untuk wajib menyediakan garansi
kepada konsumen. Ini merupakan contoh lain dari kewajiban hukum.

16
PROVISI YANG TIMBUL AKIBAT KEWAJIBAN KONSTRUKTIF

Kewajiban konstruktif adalah kewajiban yang timbul dari tindakan perusahaan


berdasarkan praktik beku masa lalu, kewajiban yang telah dipublikasikan, atau
pernyataan baru yang cukup spesifik, sehingga perusahaan telah memberikan
indikasi kepada pihak lain bahwa perusahaan akan menerima tanggung jawab
tertentu, dan akibatnya, perusahaan telah menimbulkan ekspetasi kuat dan sah
kepada pihak lain bahwa perusahaan akan melaksanakan tanggung jawab tersebut.

Contoh 1:
CV ABC dikenal dengan kepedulian mereka terhadap karyawan. Keperdulian
tersebut diwujudkan melalui standar gaji dan upah yang adil dan keikutsertaan
perusahaan pada program BPJS. Jadi, karyawan CV ABC mendapatkan kemudahan
jika mereka sakit, melalui keringanan biaya pengobatan.

Pada suatu ketika, karyawan trainee (yang belum menjadi karyawan tetap)
mengalami kecelakaan kerja. Karyawan tersebut belum mengikuti program BPJS.
Praktik kebijakan karyawan yang selama ini berlaku menimbulkan ekspetasi yang
kuat bagi karyawan trainee tersebut bahwa perusahaan akan menerima tanggung
jawab atas biaya pengobatan. Ini merupakan contoh kewajiban konstruktif.

Contoh 2:
PT Anugrah Alam bergerak pada bidang farmasi dan memproduksi obat. PT
Anugrah Alam dikenal memiliki standar etika dan kepedulian terhadap lingkungan
yang tinggi. Teknik pengolahan limbah yang baik telah diterapkan. Pada saat terjadi
gempa bumi, saluran limbah tersebut bocor sehingga mencemari sungai dan tanah
disekitarnya. Pencemaran lingkungan tersebut menimbulkan kewajiban konstruktif
karena selama ini entitas telah menciptakan ekspetasi yang kuat di mata masyarakat
bahwa entitas akan bertanggung jawab membersihkan lingkungan dan memberikan
ganti rugi kepada masyarakat yang dirugikan akibat saluran limbah pabrik yang
rusak. Dalam hal ini, entitas akan mengakui provisi sebesar estimasi biaya yang
terbaik.

17
ESTIMASI TERBAIK

Jumlah yang diakui sebagai provisi adalah hasil estimasi terbaik pengeluaran yang
diperlukan untuk menyelesaikan kewajiban kini pada akhir periode pelaporan.
Estimasi terbaik pengeluaran yang diperlukan untuk menyelesaikan kewajiban kini
pada akhir periode pelaporan. Estimasi terbaik pengeluaran yang diperlukan untuk
menyelesaikan kewajiban kini adalah jumlah yang secara rasional akan dibayar
entitas untuk menyelesaikan kewajiban pada akhir periode pelaporan atau untuk
mengalihkan kewajibannya kepada pihak ketiga pada saat itu.

Estimasi hasil dan dampak keuangan ditentukan berdasarkan pertimbangan


manajemen entitas, ditunjang dengan pengalaman dari transaksi serupa (di masa
lalu atau pengalaman entitas lain), serta dalam beberapa kasus dilengkapi dengan
laporan para ahli yang independen. Di antara bukti yang dipertimbangkan termasuk
bukti tambahan yang diperoleh dari peristiwa setelah periode pelaporan.

Contoh:
PT Viva Goldia memproduksi dan menjual otoped elektrik. PT Viva Goldia
memberi garansi selama 1 tahun. Berikut data garansi aktual terkait dengan
penjualan pada setiap tahun, selama 5 tahun terakhir.

Tahun Penjualan Garansi Aktual Presentase


2010 Rp. 320.000.000 Rp. 48.000.000 15,00%
2011 Rp. 350.000.000 Rp. 51.000.000 14,57%
2012 Rp. 275.000.000 Rp. 52.000.000 13,87%
2013 Rp. 401.000.000 Rp. 54.300.000 13,54%
2014 Rp. 413.000.000 Rp. 57.000.000 13,80%

PT Viva Goldia menggunakan informasi garansi aktual tersebut untuk menentukan


basarnya provisi terkait dengan garansi atas penjualan 2015 yang harus diakui per
31 Desember 2015. Berdasarkan rata-rata garansi di masa lalu, maka PT Viva
Goldia menetapkan bahwa estimasi besarnya garansi untuk tahun 2015 adalah 14%

18
(pembulatan). Misalkan, penjualan pada tahun 2015 sebesar Rp. 440.000.000, maka
estimasi faransi adalah sebesar Rp. 61.600.000 (dari 14% kali Rp. 440.000.000)

Untuk mengakui provisi garansi ini, PT Viva Goldia pada tanggal 31 Desember
2015 mencatat jurnal:

Beban Garansi 61.600.000


Provisi Garansi 61.600.000

Seandainya, pada tahun 2016 total garansi aktual yang harus dikeluarkan terkait
dengan penjualan produk pada tahun 2015 sebesar Rp. 48.000.000, termasuk
sparepart dari produk yang diperbaiki yang harus diganti perusahaan. Jurnal yang
dibuat pada tahun 2016:

Provisi Garansi 48.000.000


Persediaan Sparepart 48.000.000

Sisi kredit dapat pula berupa Beban Upah atau Supplies Pabrik, tergantung pada
sumber daya yang dikorbankan perusahaan pada saat melayani garansi.

Ketidakpastian dari jumlah yang akan diakui sebagai provisi dapat dinilai dengan
berbagai cara sesuai dengan kondisi yang ada. Jika provisi yang sedang diukur
menyangkut populasi yang terdiri dari sejumlah besar unsur, maka kewajiban
ditentukan dengan mempertimbangkan berbagai kemungkinan hasil berdasarkan
probabilitas tersebut. Metode estimasi statistic ini dikenal sebagai metode expected
value.

Contoh:
PT Maduraka menjual produk berupa pendingin udara dengan memberikan garansi
/jaminan kepada pelanggan untuk menanggung biaya perbaikan cacat pabrikasi
yang ditemukan dalam jangka waktu enam bulan setelah penjualan. Jika kerusakan
yang terdeteksi dari seluruh produk yang telah terjual digolongkan cacat ringan,
maka biaya perbaikannya adalah sebesar Rp. 1.000.000. Sementara itu, jika

19
kerusakan yang terdeteksi dari seluruh produk terjual digolongkan cacat berat,
maka biaya perbaikannya adalah sebesar Rp. 4.000.000.

Pengalaman PT Madukara di masa lalu dan ekspetasi di masa datang mendikasikan


bahwa tahun depan:

 75% dari produk yang telah terjual tidak cacat,


 20% dari produk yang terjual cacat ringan, dan
 5% dari produk yang terjual cacat berat.

Jadi, estimasi biaya perbaikan adalah Rp. 400.000 ((75% × Rp.0) + (5% ×
Rp.4.000.000)). Dalam menentukan estimasi terbaik satu provisi, entitas
mempertimbangkan berbagai resiko dan ketidakpastian yang selalu mempengaruhi
berbagai peristiwa dan keadaan.

Estimasi provisi ditelaah pada setiap akhir periode pelaporan dan disesuaikan untuk
mencerminkan estimasi terbaik yang paling kini. Jika arus keluar sumber daya
untuk menyelesaikan kewajiban kemungkinan besar tidak terjadi, maka provisi
dibatalkan.

Contoh:
Malanjutkan contoh kasus garansi PT Viva Goldia sebelumnya, seandainya per 31
Desember 2015 PT Viva Goldia mencatat provisi terkait dengan garansi penjualan
tahun 2015 sebesar Rp. 61.600.000. Ternyata, garansi riil yang terjadi pada tahun
2016 (terkait penjualan tahun 2015) sebesar Rp.48.000.000. Secara signifikan, lebih
kecil dari estimasi garansi yang sudah dibuat. Hasil telaah menunjukkan bahwa
penurunan garansi ini berkaitan dengan keberhasilan bagian pengembangan produk
dalam memodifikasi produk untuk membuat otoped yang semakin andal. Bagian
produksi dan bagian pengendalian kualitas produk yakin bahwa tingkat produk
cacat memang lebih rendah dari masa lalu karena kualitas produknya lebih baik.

Berkaitan dengan hal ini, bagian akuntansi akan melakukan dua hal berikut ini.
Pertama, bagian akuntansi akan merevisi estimasi garansi yang harus dicatat pada
tanggal 31 Desember 2016. Data garansi selama lima tahun terakhir tidak lagi

20
relevan karena lompatan teknologi yang berhasil dilakukan oleh bagian produksi.
Oleh karena itu, bagian akuntansi akan menggunakan garansi aktual tahun 2015
sebagai dasar estimasi. Berdasarkan data akun 2015, maka estimasi garansi adalah
10,91% (dari Rp.48.000.000 dibagi Rp.440.000.000).

Kedua, bagian akuntansi akan membatalkan estimasi garansi tahun 2015. Semula
atas penjualan tahun 2015, garansi diestimasi sebesar Rp.61.600.000. Ternyata
garansi aktual atas penjualan tahun 2015 hanya Rp.48.000.000. Oleh karena itu,
selisih lebih sebesar Rp.13.500.000 akan dibatalkan. Berikut jurnal yang dibuat
oleh bagian akuntansi untuk mencatat pembatalan provisi terkait dengan estimasi
garansi:

Provisi garansi 13.500.000


Keuntungan Lain-Lain 13.500.000

Jurnal di atas mengkredit Keuntungan Lain-Lain karena tahun lalu beban garansi
dicatat terlalu besar.

KONTRAK MEBERATKAN

Kontrak yang memberatkan adalah kontrak dengan biaya yang tidak terhindarkan
untuk memenuhi kewajiban kontraknya melebihi manfaat ekonomi yang akan
diterima dari kontrak tersebut. Biaya yang tidak dapat dihindarkan ialah biaya neto
terendah untuk terbebas dari ikatan kontrak, yaitu mana yang lebih rendah antara
biaya memenuhi kontrak dengan denda atau kompensaasi yang dibayar jika entitas
tidak memenuhi kontrak.

Contoh :
Pada tanggal 1 Januari 2010, perusahan menadatangani kesepakatan untuk
menyewa sebidang tanah selam 10 tahun dengan harga sewa Rp. 20.000.000 per
tahun. Sewa wajib bayar pada setiap awal tahun selama masa sewa. Dalam kontrak
sewa tertulis bahwa kontrak sewa tidak dapat dibatalkan ataupun dialihkan ke pihak

21
lain. Perusahaan memanfaatkan tanah tersebut sebagai gudang dengan mendirikan
bangunan semi permanen.

Jurnal saat membayar sewa pada tahun pertama:

Beban sewa 20.000.000


kas 20.000.000

Jurnal serupa akan dibuat setiap tahun sampai dengan tahun ke 10 saat perusahaan
membayar sewa. Setelah tujuh tahun memanfaatkan tanah tersebut, perusahaan
ternyata dapat membeli tanah di lokasi lain dan membangun gudang di tanah milik
sendiri tersebut. Gudang di tanah sewa dihentikan dari operasi pada tanggal 1
Januari 2017. Oleh karena itu, tanah tidak lagi dimanfaatkan. sekalipun tanah tidak
dimaanfatkan, perusahaan harus tetap membayar sewa setiap tanggal 1 Januari,
sesuai dengan kontrak yang disepakati.

Perusahaan mencatat kerugian terkait dengan pembayaran sewa ke kepemilik tanah


saat membayar sewa pada tanggal 1 Januari 2017. Jurnal yang dibuat saat
membayar sewa pada tanggal 1 Januari 2017:

Rugi Sewa Tanah Tidak Termanfaatkan 20.000.000


Kas 20.000.000

Pada tanggal 1 Januari 2017, perusahaan juga mengakui provisi terkait dengan
kewajiban untuk membayar sewa tahun 2018 dan 2019

Rugi Sewa Tanah Tidak Termanfaatkan 20.000.000


Provisi Sewa Tidak Dapat Dimanfaatkan 20.000.000

22
Pada saat membayar sewa ke pemilik tanah pada tanggal 1 Januari 2018 dan 2019,
perusahaan mencatat penurunan provisi dengan jurnal :

Rugi Sewa Tanah Tidak Dibatalkan 20.000.000


Kas 20.000.000

RESTRUKTURISASI

Peristiwa yang dapat digolongkan sebagai restrukturisasi adalah :


1. Penjualan atau penghentian lini usaha,
2. Penutupan lokasi usaha dalam suatu negara atau regional, atau relokasi
kegiatan usaha ke negara atau kawasan regional lain,
3. Perubahan dalam struktur manajemen, misalkan menghilangkan satu lapis
manajemen,
4. Reorganisasi mendasar yang memiliki dampak signifikan terhadap
karakteristik dan fokus operasi entitas.

Kewajiban konstruksi untuk melakukan restrukturisasi muncul hanya jika


persyaratan tersebut dipenuhi
a. Entitas memiliki rencana formal yang rinci untuk restrukturisasi dengan
mengidentifikasikan sekurang-kurangnya:
1. Usaha atau bagian usaha yang terlibat,
2. Lokasi utama yang terpengaruh,
3. Lokasi, fungsi dan perkiraan jumlah pegawai yang akan menerima
kompensasi karena proses pemutusan hubungan kerja,
4. Pengeluaran yang akan terjadi,
5. Waktu implementasi rencana tersebut.
b. Entitas menciptakan ekpektasi yang falid kepada pihak-pihak yang terkena
dampak restrukturisasi bahwa entitas akan melaksanakan restrukturisasi
dengan memulai implementasi rencana tersebut atau mengumumkan pokok-
pokok rencana.

23
Provisi restrukturisasi hanya mencakup pengeluaran langsung yang timbul dari
restrukturisasi, yang memenuhi 2 persyaratan berikut ini:
a. Pengeluaran yang benar-benar dalam langkah restrukturisasi (misalnya
pesangon karyawan yang di PHK),
b. Pengeluaran yang tidak terkait dengan aktivitas entitas yang masih
berlangsung.
Provisi restrukturisasi tidak mencakup biaya-biaya:
a. Pelatihan dan penempatan kembali staf yang masih tetap akan dikaryakan,
b. Pemasaran
c. Investasi dalam sistem dan jaringan distribusi yang baru.

Contoh:
CV Sejahtera bergerak dalam usaha kanveksi. CV Sejahtera juga memiliki beberapa
outlet penjualan baju yang tersebar di berbagai kota. Pada tanggal 17 Desember
2015, CV Sejahtera memutuskan untuk menutup 7 outlet yang sudah merugi selama
3 tahun berturut-turut. Surat resmi dikirimkan ke karyawan di 7 outlet tersebut yang
terpaksa terkena PHK. Pengumuman penutupan outlet tersebut telah menimbulkan
kewajiban konstruktif karena pengumuman tersebut menciptakan ekspektasi yang
valid bahwa tujuh outlet perusahaan akan ditutup. Pada tanggal 31 Desember 2015,
perusahaan harus mengakui provisi sebesar estimasi terbaik biaya penutupan tujuh
oulet tersebut.

Pengungkapan

Untuk setiap jenis provisi, entitas mengungkapkan:

a. Nilai tercatat pada awal dan akhir periode,


b. Provisi tambahan yang dibuat dalam periode bersangkutan, termasuk
peningkatan jumlah provisi yang ada,
c. Jumlah yang digunakan, yaitu jumlah yang terjadi dan dibebankan pada
provisi selama periode yang bersangkutan,
d. Jumlah yang belum digunakan yang dibatalkan selama periode bersangkutan,
e. Peningkatan selama periode bersangkutan

24
f. Uraian singkat mengenai karakteristik kewajiban dan perkiraan saat arus
keluar sumber daya ekonomi terjadi,
g. Indikasi mengenai ketidakpastian saat atau jumlah arus keluar tersebur,
h. Jumlah estimasi penggantian yang akan diterima dengan menyebutkan
jumlah aset yang telah diakui untuk estimasi penggantian tersebut.

KONTINJENSI

LIABILITAS KONTINJENSI

Liabilitas kontinjensi tidak diakui sebagai liablitas karena:


a. Belum pasti apakah entitas memiliki kewajiban kini yang akan menimbukan
arus keluar sumber daya yang mengandung manfaat ekonomi; atau
b. Tidak memenuhi kriteria pengakuan (karena kecil kemungkinannya bahwa
penyelesaian kewajiban akan mengakibatkan arus keluar sumber daya dan
karena sulit mengestimasi jumiah kewaiban secara memadai dan andal).

ASET KONTINJENSI

Entitas tidak diperkenankan mengakui aset kontinjensi. Aset kontinjensi biasanya


timbul dari peristiwa tidak terencana atau tidak diharapkan yang menimbulkan
kemungkinan arus masuk manfaat ekonomi untuk entitas, misalnya seperti klaim
yang sedang diusahakan entitas melalui prases hukum yang hasilnya belumpasti.

Aset kontinjensi tidak diakui dalam laporan keuangan karena dapat menimbulkan
pengakuan pendapatan yang mungkin tidak pernah terealisasi. Aset kontinjensi
diungkapkan jika kemungkinan besar entitas akan memperoleh arus masuk manfaat
ekonomi .

25
GLOSARIUM

Aset Kontinjensi adalah aset potensial yang timbul dari peristiwa masa lalu dan
keberadaannya menjadi pasti dengan terjadi atau tidak terjadinya satu atau lebih
peristiwa di masa depan yang tidak sepenuhnya berada dalam kendali entitas.
Kontrak Memberatkan adalah kontrak dengan biaya yang tidak terhindarkan
untuk memenuhi kewajiban kontraknya melebihi manfaat ekonomi yang akan
diterima dari kontrak tersebut.
Liabilitas Kontinjensi adalah:
a. Kewajiban potensial yang timbul dari peristiwa masa lalu dan keberadaannya
menjadi pasti dengan terjadi atau tidak terjadinya satu atau lebih peristiwa di
masa depan yang tidak sepenuhnya berada dalam kendali entitas, atau
b. Kewajiban kini yang timbul sebagai akibat dari peristiwa masa lalu, tetapi
tidak diakui karena tidak terdapat kemungkinan entitas mengeluarkan sumber
daya yang mengandung manfaat ekonomi untuk menyelesaikan
kewajibannya atau jumlah kewajiban tersebut tidak dapat diukur dengan
andal.
Restrukturisasi adalah program yang direncanakan dan dikendalikan oleh
manajemen dan secara material mengubah lingkup kegiatan usaha entitas atau cara
entitas mengelola usaha.

26

Anda mungkin juga menyukai