Anda di halaman 1dari 39

TEORI AKUNTANSI

“SEWA GUNA USAHA(LEASING)”

(Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Teori Akuntansi)

Oleh kelompok :

Salsa Salsabila Rahmat (203403001)


Ninda Nurpajrianti (203403014)
Dilla Nuraeni (203403015)
Lusi (203403031)
Dhea Pasawa Nurmalia (203403039)

PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SILIWANGI

TASIKMALAYA

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunianya
sehingga dapat menyelesaikan makalah tentang “SEWA GUNA USAHA
(LEASING)”. Sholawat dan salam senantiasa tercurahkan kepada junjungan nabi
besar kita, nabi Muhammad SAW yang telah menunjukan kepada kita semua jalan
yang lurus berupa ajaran agama islam yang sempurna dan menjadi anugerah bagi
seluruh alam semesta.

Sangat bersyukur karena dapat menyelesaikan makalah yang menjadi tugas


mata kuliah “Teori Akuntansi”. Di samping itu kami mengucapkan terimakasih
kepada semua pihak yang telah membantu kami selama pembuatan makalah ini
sehingga dapat terselesaikan. Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca. Serta kami mengharapkan kritik
dan saran terhadap makalah ini agar kedepannya dapat kami perbaiki lebih baik
lagi.

Tasikmalaya, 2 Februari 2023

Penyusun,

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................... ii

DAFTAR ISI ..................................................................................................... iii

DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... v

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1

1.1 Latar belakang ........................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................... 1

1.3 Tujuan ........................................................................................................ 2

1.4 Manfaat ...................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................... 3

2.1 Dasar-dasar Leasing .................................................................................. 3

2.1.1 Pengertian Leasing .............................................................................. 3

2.1.2 Jenis-jenis sewa guna usaha ................................................................ 4

2.2 Akuntansi untuk Lessee ............................................................................. 5

2.2.1 Kriteria kapitalisasi (capitalization criteria) ...................................... 6

2.2.2 Perbedaan perlakuan akuntansi ........................................................... 9

2.2.3 Metode sewa pembiayaan ................................................................. 10

2.2.4 Metode sewa operasi......................................................................... 14

2.3 Akuntansi untuk Lessor ........................................................................... 15

2.3.1 Ekonomi Leasing .............................................................................. 15

2.3.2 Klasifikasi ......................................................................................... 16

iii
2.3.3 Metode pembiayaan langsung (Lessor) ............................................ 17

2.3.4 Metode operasi (Lessor) ................................................................... 21

2.4 PSAK 73 Sewa ........................................................................................ 23

2.4.1 Ruang lingkup PSAK 73................................................................... 24

2.4.2 Pengecualian pengakuan ................................................................... 24

2.4.3 Klasifikasi sewa ................................................................................ 25

2.4.4 Identifikasi sewa ............................................................................... 26

2.5 Masalah akuntansi khusus ....................................................................... 26

2.5.1 Nilai Residu ...................................................................................... 26

2.5.2 Lease jenis penjualan ........................................................................ 27

2.5.3 Opsi pembelian dengan harga khusus ............................................... 28

2.5.4 Biaya langsung awal ......................................................................... 28

2.5.5 Lancar vs tidak lancar ....................................................................... 28

2.5.6 Pengungkapan ................................................................................... 30

BAB III PENUTUPAN .................................................................................... 33

3.1 Kesimpulan .............................................................................................. 33

3.2 Saran ........................................................................................................ 33

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 34

iv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Diagram Kriteria Lessee untuk Klasifikasi Lease……………10

Gambar 2.2 Diagram Kriteria Lessor untuk Klasifikasi Lease…………....17

v
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia merupakan negara yang berkembang pertumbuhan ekonominya
terus berkembang dari waktu ke waktu. Untuk pengembangan ekonomi tersebut
maka di perlukannya aspek pendanaan,untuk memenuhi pendanaan tersebut, saat
ini banyak sekali orang yang mendirikan lembaga pembiayaan yang bergerak pada
bidang penyediaan dana ataupun barang yang akan pergunakan oleh pihak lain
untuk mengembangkan usahanya. Kegiatan sewa guna usaha (Leasing) di kenalkan
pertama kalinya ke indonesia pada tahun 1974, dengan dikeluarkannya surat
keputusan bersama menteri keuangan,menteri perdagangan dan menteri
perindustrian No. Kep-122/MK/2/1974, No. 32/M/SK/2/1974 dan No. 30/Kpb/I/74
tanggal 7 Februari 1974 tentang “Perizinan usaha Leasing”

Leasing atau sewa guna usaha merupakan semua kegiatan pembiayaan


perusahaan dalam bentuk penyediaan barang-barang modal untuk digunakan oleh
suatu perusahaan untuk jangka waktu tertentu berdasarkan pembayaran-
pembayaran secara berkala disertai dengan hak pilih bagi perusahaan tersebut untuk
membeli modal-modal yang bersangkutan atau memperpanjang jangka waktu
leasing berdasarkan nilai sisa yang telah di sepakati bersama oleh lessee dan lessor.
Dengan melakukan leasing, perusahaan dapat memperoleh barang modal dengan
melakukan sewa beli untuk dapat langsung digunakan berproduksi, yang dapat
diangsur setiap bulan, triwulan, atau enam bulan sekali kepada pihak lessor.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa saja dasar-dasar mengenai leasing ?
2. Bagaimana pengakuan akuntansi untuk Lessee ?
3. Bagaimana pengakuan akuntansi untuk Lessor ?
4. Bagaimana dengan penerapan PSAK 73 Sewa ?
5. Apa saja masalah yang terdapat dalam akuntansi khusus ?

1
2

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui dasar-dasar dari leasing
2. Untuk mengetahui bagaiamana pengakuan akuntansi terhadap lessee
3. Untuk mengetahui bagaimana pengakuan akuntansi untuk lessor
4. Untuk mengetahui penerapan PSAK 73 sewa
5. Untuk mengetahui masalah yang terdapat di dalam akuntansi khusus

1.4 Manfaat
Hasil dari penulisan makalah diharapkan dapat bermanfaat baik secara teoritis
maupun praktis.

1. Manfaat Teoritis :
Hasil dari penulisan Makalah ini diharapkan berguna untuk menambah
pengetahuan dan dapat menjadi dasar penulisan selanjutnya.
2. Manfaat Praktis :
3. Menambah wawasan lebih luas mengenai Sewa guna usaha (Leasing)

2
BAB II
PEMABAHASAN

2.1 Dasar-dasar Leasing


2.1.1 Pengertian Leasing
Lease merupakan perjanjian kontraktual antara lessor dan lessee yang
memberikan hak kepada lessee untuk menggunakan aset tertentu milik lessor
untuk jangka waktu tertentu dengan membayar sejumlah tertentu (sewa),
biasanya dilakukan secara berkala atau periodik sesuai dengan waktu yang
telah disepakati.

Berikut ini merupakan salah satu dari tiga kategori lessor yang memiliki
properti :

1. Bank
Bank merupakan pemain utama di sektor persewaan. Mereka
memiliki sumber pendanaan berbiaya rendah, yang memberi mereka
keuntungan untuk dapat membeli properti dengan harga lebih murah
daripada pesaing mereka. Bank juga semakin aktif di pasar persewaan.
Mereka sampai pada kesimpulan bahwa ada peluang menghasilkan uang
dari persewaan, jadi mereka memperluas lini produk mereka di area ini.
2. Perusahaan captive leasing
Perusahaan Penyewaan Aset Tetap adalah anak perusahaan yang
kegiatan utamanya termasuk melakukan transaksi penyewaan keuangan
atas nama perusahaan induk. Perusahaan seperti Caterpillar Financial
Services Corp. (untuk Caterpillar), Chrysler Financial (untuk Daimler-
Chrysler) dan IBM Global Financing (untuk IBM) memfasilitasi penjualan
produk ke konsumen. Kecenderungan saat ini bagi investor untuk fokus
terutama pada produk perusahaan mereka daripada penyewaan umum.
Misalnya, Boeing Capital (AS) dan UPS Capital (AS) adalah dua
perusahaan permanen yang telah meninggalkan sektor keuangan umum
untuk fokus secara eksklusif pada produk perusahaan induk.

3
4

3. Pihak independen
Independen merupakan kategori terakhir dari lessor. Independen
belum dapat dengan baik selama beberapa tahun terakhir. Pangsa pasar
mereka telah turun cukup signifikan karena bank dan perusahaan
penyewaan captive menjadi lebih agresif di bidang sewa pembiayaan.
Independen tidak memiliki akses point-of-sale, dan tidak memiliki
keuntungan dana murah. Kegiatan yang sering dilakukann yaitu menyusun
kontrak dengan inovatif bagi lessee. Tidak hanya itu, mereka mulai
bertindak sebagai perusahaan pembiayaan yang menampung untuk
beberapa perusahaan yang tidak memiliki entitas anak sewa.

2.1.2 Jenis-jenis sewa guna usaha


Jenis sewa yang umum, termasuk dua yang dipertimbangkan dalam
Perintah Menteri Keuangan, adalah:

• Finance Lease (Sewa Guna Usaha Pembiayaan)


Dalam sewa guna usaha ini, perusahaan sewa guna usaha
(lessor) merupakan pihak yang membiayai penyediaan barang
modal. Penyewa guna usaha (lessee) biasanya memilih barang
modal yang dibutuhkan atas nama perusahaan sewa guna usaha,
sebagai pemilik barang modal tersebut melakukan pemesanan,
pemeriksaan serta pemeliharaan barang modal yang menjadi
obyek transaksi sewa guna usaha.
• Operating Lease (Sewa-Menyewa Biasa)
Dalam leasing ini, lessor membeli alat-alat produksi dan
kemudian menyewakannya kepada lessee. Tidak seperti sewa
pembiayaan, total pembayaran sewa berulang dalam sewa
operasi tidak termasuk total biaya yang dikeluarkan untuk
membeli peralatan modal, termasuk bunga. Perbedaan ini
disebabkan oleh fakta bahwa perusahaan persewaan ingin
memperoleh laba yang tepat dari penjualan modal pesewaan atau
dari suatu persewaan lainnya.
5

Dalam jenis leasing ini, perusahaan leasing memerlukan


keahlian khusus untuk mempertahankan dan memasarkan
kembali aset yang telah disewakan, jadi tidak seperti leasing,
lessor dalam leasing operasi Operator biasanya bertanggung
jawab atas biaya pelaksanaan leasing. seperti asuransi, pajak dan
pemeliharaan peralatan modal terkait.
• Sales-Type Lease (Sewa Guna Usaha Penjualan)
Jenis sewa ini yaitu sewa langsung, dimana jumlah transaksi
sudah termasuk keuntungan yang dibebankan oleh produsen atau
agen yang juga merupakan perusahaan persewaan. Jenis
persewaan ini biasanya menjadi saluran pemasaran beberapa
produk perusahaan.
• Leveraged Lease
Jenis transaksi leasing ini setidaknya melibatkan tiga pihak,
yaitu lessee, perusahaan leasing, dan kreditur jangka panjang
yang membiayai sebagian besar transaksi leasing.

2.2 Akuntansi untuk Lessee


Jika penyewa (lessee) mengkapitalisasi sewa (lease) Aktiva dan kewajiban
akan dicatat sama dengan nilai sekarang sesuai pembayaran sewa, lessor yang
telah memindahkan seluruh manfaat dan risiko kepemilikan, mengakui
penjualan dengan mengeluarkan aktiva dari neraca dan menggantinya dengan
piutang. Diasumsikan peralatan yang di sewakan dan dikapitalisasi maka
jurnalnya sebagai berikut:

Lessee Lessor
Peralatan yang disewa Rp. xxx Piutang sewa Rp. Xxx
Kewajiban sewa Rp. xxx peralatan Rp. Xxx
6

Setelah terkapitalisasi, leasse akan mencatat penyusutan aset sewaan. Lessee


dan lessor memperlakukan pembayaran sewa dengan pembayaran pokok dan
bunga.

2.2.1 Kriteria kapitalisasi (capitalization criteria)


Sewa diklasifikasikan tidak hanya didasarkan pada kegiatan transaksi
dan bentuknya, penentuan ini memerlukan seorang ahli yang dapat menilai
risiko dan manfaat terkait dengan kepemilikan aset yang disewakan.
Transaksi termasuk sewa pembiayaan apabila dapat memenuhi empat
kriteria kapitalisasi :

Gambar 2.1

Diagram Kriteria Lessee untuk Klasifikasi Lease

Sumber : (Akuntansi Keuangan Menengah, 2018)

1. Uji pengalihan kepemilikan


Pengalihan kepemilikan aset ke Iessee, kriteria ini tidak kontroversial dan
mudah diimplementasikan dalam praktiknya.

2. Uji opsi tawar-menawar pembelian (bargain-purchase-option)


Opsi tawar-menawar pembelian ini memungkinkan lessee membeli properti
sewaan dengan harga yang signifikan lebih rendah dibandingkan dengan
nilai wajar properti pada tanggal opsi mulai dapat dilaksanakan.

3. Uji umur ekonomis


Masa sewa adalah sebagian umur ekonomis aset, lessor mengalihkan
sebagian besar risiko dan manfaat kepemilikan kepada lessee. Dalam
praktiknya mengikuti kriteria U.S. GAAP, yang memiliki ambang batas
(threshold) umur ekonomis 75 persen untuk pengujian.
7

Masa sewa (lease term) pada umumnya dianggap tetap dan tidak dapat
dibatalkan, namun dalam opsi tawar-menawar pembaharuan periode tersebut
dapat diperpanjang. Sehingga dapat memungkinkan lessee memperbaharui
sewa dengan harga yang lebih rendah daripada sewa wajarnya.

4. Uji pemulihan investasi


Apabila nilai sekarang dari pembayaran sewa minimum secara substansial
sama dengan atau melebihi keseluruhan nilai wajar aset, maka lessee seperti
perusahaan Air France harus mengkapitalisasi aset sewaan tersebut. Jika
nilai sekarang dari pembayaran sewa minimum mendekati nilai wajar
pesawat terbang, maka dapat dikatakan bahwa perusahaan Air France secara
efektif membeli aset tersebut.

Dalam praktiknya menggunakan kriteria U.S. GAAP, yang memiliki


ambang batas nilai wajar 90 persen untuk menilai uji pemulihan investasi.
lessee dan lessor harus mempertimbangkan faktor yang relevan saat
mengevaluasi kriteria klasifikasi sewa.

Penentuan nilai sekarang dari pembayaran sewa minimum melibatkan tiga


konsep penting yaitu:

⚫ pembayaran sewa minimum


Perusahaan Air france berkewajiban untuk melakukan pembayaran sewa
minimum sehubung dengan aset sewaan, dengan pembayaran rental
minimum berdasarkan perjanjian sewa. Namun, pembayaran sewa
minimum mungkin juga termasuk estimasi nilai wajar aset sewaan pada
akhir masa sewa (nilai-residu yang dijamin), penalti atas kegagalan
pembaharuan atau perpanjangan sewa, serta opsi tawar-menawar dengan
memberikan opsi harga yang cukup rendah dibandingkan nilai wajar yang
diharapkan.

⚫ biaya eksekusi (pelaksanaan)


Sebagaimana aset lainnya, aset berwujud yang disewakan akan dikenakan
biaya asuransi, pemeliharaan, serta pajak. Biaya eksekusi ini akan terus
8

dibebankan selama umur ekonomis aset tersebut. Jika lessor memiliki


tanggung jawab untuk membayar biaya jenis kepemilikan, maka ada
pengecualian, dalam menghitung nilai sekarang dari pembayaran sewa
minimum, bagian dari setiap pembayaran sewa yang mencerminkan biaya
pelaksana. Biaya pelaksana tidak mencerminkan pembayaran atau
pengurangan kewajiban. Banyak perjanjian sewa yang mensyaratkan
bahwa lessee harus langsung membayar

⚫ tingkat diskonto
Lessee menghitung nilai sekarang dari pembayaran sewa minimum dengan
menggunakan suku bunga implisit (implicit interest rate). dalam
perusahaan Air France misalnya mereka tidak dapat menentukan suku
bunga implisit dari lessor sehingga harus menggunakan suku bunga
inkremental yang lebih tinggi. Namun, dalam banyak kasus, perusahaan
Air France dapat membuat perkiraan yang mendekati suku bunga implisit
yang digunakan oleh ILFC. Penentuan apakah perkiraan yang wajar dapat
dilakukan akan memerlukan penilaian (judgment). terutama saat hasil dari
penggunaan suku bunga pinjaman inkremental mendekati untuk memenuhi
uji nilai wajar. Oleh karena itu perusahaan Air France tidak boleh
mengkapitalisasi aset sewaan melebihi nilai wajarnya, maka perusahaan
Air France tidak dapat menggunakan tingkat diskonto yang terlalu rendah.

Sewa operasi (Operating lease)

Suatu transaksi termasuk dalam operating lease apabila tidak dapat


memenuhi kriteria kapitalisasi, serta dalam operating lease point 3 dan 4 tidak
berlaku apabila jangka waktu sewa terjadi dalam 25% terakhir dari taksiran
umur ekonomis aset yang disewakan. Sehingga biaya yang timbul dari
operating lease dibebankan sebagai biaya pada waktu terhutang. Pembayaran
sebagai biaya ke setiap periode menggunakan metode garis lurus.
9

2.2.2 Perbedaan perlakuan akuntansi


Dalam transaksi sewa pembiayaan, ILFC membiayai transaksi dengan
menyediakan modal investasi melalui aset sewaan. Lessee melakukan
pembayaran sewa dengan angsuran. Oleh karena itu selama umur aset disewa
tersebut pembayaran sewa ke ILFC merupakan pembayaran pokok ditambah
bunga.

1. Pencatatan aset dan liabilities dicatat secara berbeda


Dalam metode sewa pembiayaan,perlakuan transaksi sewa seolah-olah
membeli aset dalam transaksi pembayaran. Artinya perusahaan
mengakuisisi aset yang menimbulkan kewajiban. Oleh karena itu leassee
mencatat sewa pembiayaan sebagai aset dan liabilitas pada :

a.) nilai sekarang dari pembayaran sewa minimum (tidak termasuk biaya
pelaksanaan).
b.) nilai wajar aset sewaan pada awal sewa. Alasan untuk pendekatan ini
adalah perusahaan tidak boleh mencatat aset sewaan melebihi nilai
wajarnya.

2. Periode penyusutan
Penyusutan aset sewaan dikapitalisasi terkait dengan periode penyusutan.
Jika perjanjian sewa pengalihan kepemilikan aset kepada lessee (kriteria 1)
atau berisi opsi tawar-menawar pembelian (kriteria 2), maka lessee
menyusutkan aset secara konsisten dengan kebijakan penyusutan normal
untuk aset lainnya, dengan menggunakan umur ekonomis aset. Di sisi lain,
jika sewa tidak mengalihkan kepemilikan atau tidak berisi opsi tawar-
menawar pembelian, maka lessee menyusutkan aset selama masa sewa.
Dalam hal ini, aset tersebut dikembalikan kepada ILFC setelah jangka
waktu tertentu

3. Metode Bunga Efektif (effective-interest method)


Selama masa sewa, pada perusahaan Air France menggunakan metode
bunga efektif (effective-interest method) untuk mengalokasikan setiap
pembayaran sewa antara pokok dan bunga Metode ini menghasilkan beban
10

bunga periodik yang sama dengan persentase konstan dari nilai tercatat
kewajiban sewa. Ketika menerapkan metode bunga efektif untuk membiayai
sewa. Perusahaan Air France harus menggunakan tingkat diskonto yang
sama untuk menentukan nilai sekarang dari pembayaran sewa minimum.

4. Konsep penyusutan
Meskipun pada perusahaan Air France menghitung jumlah yang awalnya
dikapitalisasi sebagai aset dan dicatat sebagai kewajiban sebesar nilai yang
sama, penyusutan pesawat terbang dan penghapusan kewajiban merupakan
proses akuntansi yang independen selama masa sewa. Air France harus
menyusutkan aset sewaan dengan menerapkan metode penyusutan
konvensional: garis lurus, jumlah angka tahun, saldo menurun, unit
produksi, dan lain-lain.

2.2.3 Metode sewa pembiayaan

Contoh soal :
Perusahaan CBD capital (NLD) merupakan entitas anak CBD global
dan Roogi Ltd. (CHN). menandatangani perjanjian sewa pada tertanggal 1
Januari 2016 mensyaratkan CBD untuk menyewakan peralatan kepada
Roogi mulai tanggal 1 Januari 2016. syarat dan ketentuan perjanjian sewa
dan data terkait lainnya, adalah sebagai berikut:

⚫ Jangka waktu sewa adalah 5 tahun, dan perjanjian sewa tidak dapat
dibatalkan, serta mengharuskan pembayaran sewa yang sama sebesar
$25.981,62 pada setiap awal tahun (dasar anuitas jatuh tempo).
⚫ Peralatan tersebut memiliki nilai wajar pada awal sewa sebesar $100.000
dengan estimasi umur ekonomis 5 tahun tanpa nilai residu.
⚫ Roogi membayar seluruh biaya pelaksanaan secara langsung kepada pihak
ketiga kecuali untuk pajak properti sebesar $2.000 per tahun, yang
dimasukkan dalam pembayaran tahunan kepada CBD.
⚫ Perjanjian sewa ini tidak mencakup opsi pembaharuan, dan peralatan
kembali menjadi milik CBD pada akhir masa sewa.
11

⚫ Suku bunga pinjaman inkremental Sterling adalah 11% per tahun.


⚫ Roogi menyusutkan peralatan serupa miliknya atas dasar garis lurus.
⚫ CBD menetapkan sewa tahunan untuk memperoleh tingkat pengembalian
atas investasi sebesar 10% per tahun Roogi mengetahui fakta ini

Analisis Soal :
Perjanjian sewa antara CBD Company dan Roogi telah memenuhi kriteria
yang diklasifikasikan sebagai sewa pembiayaan karena jangka waktu sewa
sama dengan umur ekonomis peralatan (memenuhi uji umur ekonomis), dan
nilai sekarang dari pembayaran sewa minimum ($100.000 dalam perhitungan)
sama dengan nilai wajar peralatan ($100.000).

Jumlah yang dikapitalisasi = ($25.981,62 - $2.000)*nilai sekarang


anuitas atuh tempo dari 1-5 periode
sebesar 10% (tabel 6-5)
= $23.981,62*4,16989
= $100.000

Pembayaran sewa minimum = $23.981,62*5


= $119.908,10

Roogi mencatat sewa pembiayaan

1 januari 2016 peralatan yang disewakan $100.000


Liabilities sewa $100.000

Roogi mencatat pembayaran sewa pertama

1 januari 2016 peralatan yang disewakan $2.000


Liabilities sewa $23.981,62
Kas $25.981,62
12

Setiap pembayaran sewa sebesar $25.981,62 terdiri dari unsur pengurangan


kewajiban sewa, biaya bunga, dan biaya pajak pelaksanaan. Total biaya bunga
selama masa sewa adalah $119.908,10 jumlah ini merupakan selisih antara nilai
sekarang dari pembayaran $100.000 dan kas sbenarnya dicairkan setelah dikurangi
biaya pelaksanaan $119.908,10 beban bunga tahunan dengan menetapkan metode
bunga efektif merupakan fungsi liabilitas yang beredar.

Roogi .ltd
Daftar amortisasi sewa
Dasar anuitas jatuh tempo
tanggal Pembayaran Biaya Bunga 10% Penguranga Liabilitas
sewa tahunan pelaksanaa atas n liabilitas sewa
n liabilitas sewa
(a) (b) (c) (d) (e)
1/1/16 $ 100.000
1/1/16 $ 25.981,62 $ 2.000 $ 23.981,62 $ 76.018,38
1/1/17 $ 25.981,62 $ 2.000 $ 7.601,84 $ 16.379,78 $59.638,60
1/1/18 $ 25.981,62 $ 2.000 $ 5.963,86 $ 18.017,76 $41.620,54
1/1/19 $ 25.981,62 $ 2.000 $ 4.162,08 $ 19.819,54 $21.801,30
1/1/20 $ 25.981,62 $ 2.000 $ 2.180.32* $ 21.801,30 $0
$ 129.908,10 $ 10.000 $ 19.908,10 $ 100.000

Keterangan :
(a) Pembayaran sewa sesuai dengan persyaratan sewa
(b) Biaya pelaksanaan termasuk dalam biaya sewa
(c) Sepuluh persen dari saldo awal (e) kecuali 1/1/16 karena merupakan anuitas
jatuh tempo
(d) (a)-(b) dan c
(e) Saldo awal - (d)
*pembulatan 19 sen
13

Pada akhir tahun fiskal 31 desember 2016 Roogi mencatat bung yang masih harus
dibayarkan

31januari 2016 Beban bunga $7.601,84


Utang bunga $7.601,84

Penyusutan peralatan yang disewakan selama 5 tahun dengan menerapkan


kebijakan penyusutan normal (metode garis lurus) jurnal Roogi

31 januari 2016 Beban penyusutan-sewa pembiayaan $20.000


Akuntansi penyusutan- sewa $20.000
pembiayaan
*100.000/5

Pada tanggal 31 Desember 2016, Roogi secara terpisah mengidentifikasi


aset yang dicatat dalam sewa pembiayaan pada laporan posisi keuangan. Demikian
pula secara terpisah mengidentifikasi kewajiban terkait. Roogi mengklasifikasikan
bagian jatuh tempo dalam satu tahun atau siklus operasi, mana yang lebih lama,
sebaga liabilitas jangka pendek, dan lainnya sebagai liabilitas jangka Misal bagian
lancar dari total kewajiban sebesar $76,018,38 pada 31 Desember 2016 dalam
daftar amortisasi Roogi adalah jumlah pengurangan kewajiban pada tahun 2017
atau sebesar $16.379,78.

jangka panjang Liabilitas sewa ($76.018,38 - $16.376,78) $59.638,60

Liabilitas jangka pendek Utang bunga $7.601,84


Liabilitas sewa $16.379,78

Jurnal untuk mencatat pembayaran sewa :

1 januari 2017 beban pajak properti $2.000


Utang bunga $7.601,84
Liabilitas sewa $16.379,78
Kas $ 25.981,6
14

Jurnal sampai 2020 akan mengikuti pola di atas. Roogi mencatat biaya
pelaksana lainnya (asuransi dan pemeliharaan) dengan cara yang serupa dengan
pencatatan biaya operasional lainnya yang dikeluarkan pada aset yang dimilikinya.

Setelah berakhirnya sewa. Roogi telah sepenuhnya menyusutkan jumlah


yang dikapitalisasi sebagai peralatan yang disewa. Perusahaan juga telah
sepenuhnya melunasi kewajiban sewanya. Jika Roogi tidak membeli peralatan,
maka akan mengembalikan peralatan kepada CBD. victory kemudian menghapus
peralatan yang disewa dan akun akumulasi penyusutan dari pembukuannya.

Jika Roogi membeli peralatan pada akhir sewa dengan harga $5,000 dan
estimasi unsur manfaat peralatan berubah dari lima menjadi tujuh tahun, maka
perusahaan membuat jurnal sebagai berikut:

Peralatan ($100.000+$5.000) $105.000


Akumulasi penyusutan-sewa pembiayaan $100.000
Peralatan yang disewakan $100.000
Akumulasi penyusutan-peralatan $100.000
Kas $5.000

2.2.4 Metode sewa operasi


Berdasarkan metode sewa operasi, beban sewa (dan liabilitas terkait) diakui
dari hari ke hari oleh lessee karena menggunakan properti tersebut. Lessee
mengalokasikan sewa pada periode yang menguntungkan dari penggunaan
aset, dan mengabaikan secara akuntansi setiap komitmen untuk melakukan
pembayaran di masa mendatang. Lessor membuat akrual atau penangguhan
yang sesuai jika periode akuntansi berakhir antara tanggal pembayaran kas.

Misalnya, asumsikan bahwa sewa pembiayaan yang diilustrasikan pada


bagian sebelumnya tidak memenuhi syarat sebagai sewa pembiayaan. Oleh
karena itu, Roogi mencatatnya sebagai sewa operasi.
15

Beban operasi tahun pertama pada saat ini adalah $25.981,62, sebesar
jumlah pembayaran sewa. Roogi mencatat pembayaran

1 januari 2020 beban sewa $25.981,62,


kas $25.981,62,

Roogi tidak melaporkan aset dan setiap liabilitas jangka panjang terkait
pembayaran sewa dimasa depan, pada laporan posisi keuangan Roogi melaporkan
beban sewa pada laporan laba rugi. Roogi harus mengungkapkan semua sewa
operasi yang memiliki sewa yang tidak dapat dibatalkan lebih dari satu tahun.

2.3 Akuntansi untuk Lessor


Terdapat tiga manfaat penting bagi lessor di antaranya sebagai berikut:

1. Pendapatan bunga
Leasing merupakan salah satu bentuk pembiayaan, sehingga lembaga
keuangan dan perusahaan leasing melihat bahwa transaksi leasing
menguntungkan karena memberikan margin bunga yang kompetitif.

2. Insentif pajak
Perusahaan yang melakukan sewa tidak dapat menggunakan manfaat pajak
dari asetnya, tetapi leasing memberikan peluang untuk mengalihkan
manfaat pajak tersebut kepada pihak lain (lessor) dengan imbalan berupa
tarif sewa yang lebih rendah atas aset sewa.
3. Nilai residu yang tinggi
Keuntungan lain bagi lessor adalah pengembalian aset pada akhir masa
sewa. Nilai residu menghasilkan keuntungan yang sangat besar. Tetapi jika
nilai residu menurun, lessor juga dapat mengalami kerugian pada saat aset
sewaan yang kurang berharga dikembalikan pada akhir masa sewa.

2.3.1 Ekonomi Leasing


Lessor dapat menentukan jumlah sewa, hal tersebut berdasarkan tingkat
imbal hasil (rate of return)-suku bunga implisit-yang dibutuhkan untuk
menjustifikasi leasing aktiva. Dalam menetapkan tingkat imbal hasil, hal
16

yang perlu dipertimbangkan adalah posisi kredit lessee, lamanya sewa,


dan status nilai residu (dijamin versus tidak dijamin).

Apabila terdapat nilai residu (apakah dijamin atau tidak), lessor tidak
harus memulihkan nilai residu dari pembayaran sewa. Oleh karena itu,
pembayaran sewa akan menjadi berkurang.

2.3.2 Klasifikasi
Untuk tujuan akuntansi, dapat diklasifikasikan sewa sebagai sewa
operasi atau sewa pembiayaan. Sewa pembiayaan bisa juga dibagi menjadi
pembiayaan langsung dan tipe penjualan.

Perbedaan antara sewa pembiayaan langsung dan sewa tipe


penjualan bagi lessor yaitu ada atau tidak adanya keuntungan (atau
kerugian) pabrikan atau dealer: sewa tipe penjualan meliputi keuntungan
dari pabrikan atau dealer, dan untuk sewa pembiayaan langsung tidak
meliputi keuntungan tersebut.

Sewa tipe penjualan timbul pada saat pabrikan atau dealer


menggunakan leasing sebagai alat untuk memasarkan produknya.
Sedangkan sewa pembiayaan langsung, hasil dari perjanjian dengan lessor
yang terlibat dalam operasi pembiayaan.

Lessor melakukan klasifikasi dan mencatat semua sewa yang tidak


memenuhi syarat sebagai sewa pembiayaan langsung atau sewa tipe
penjualan sebagai sewa operasi. Dibawah ini merupakan diagram yang
dapat menunjukkan keadaan di mana lessor mengklasifikasikan sewa
sebagai operasi, pembiayaan langsung, atau tipe penjualan.
17

Gambar 2.2

Diagram Kriteria Lessor untuk Klasifikasi Lease

Sumber : (Akuntansi Keuangan Menengah, 2018)

2.3.3 Metode pembiayaan langsung (Lessor)


Sewa pembiayaan langsung (direct-financing leases) merupakan
pembiayaan untuk pembelian aset oleh lessee. Lessor mencatat piutang
usaha (lease receivable) dan bukan aset sewaan. Lessor mencatat nilai
residu yang dijamin atau tidak dijamin. Serta apabila lessor membayar biaya
pelaksana, maka harus mengurangi pembayaran sewa dengan jumlah
tersebut. Berikut contoh soal yang menggambarkan perlakuan akuntansi
untuk sea pembiayaan langsung.

• Jangka waktu sewa adalah 5 tahun mulai 1 Januari 2016, tidak dapat
dibatalkan, serta mengharuskan pembayaran sewa yang sama sebesar
$25.981,62 pada setiap awal tahun. Pembayaran termasuk biaya
pelaksana sebesar $2.000 (pajak properti).
• Peralatan (front-end loader) seharga $100.000 bagi CBD, nilai wajar
pada awal sewa sebesar $100.000, diperkirakan umur ekonomisnya 5
tahun, dan ada nilai residu.
• CBD tidak mengeluarkan biaya langsung awal pada negosiasi serta
penutupan transaksi sewa.
• Sewa tidak berisikan opsi perpanjangan. Peralatan akan dialihkan
18

kembali pada CBD saat akhir masa sewa.


• CBD mengatur pembayaran sewa tahunan untuk memastikan tingkat
imbal hasilnya 10% (suku bunga implisit) pada investasi.
Sewa yang memenuhi syarat untuk diklasifikasikan sebagai sewa
pembiayaan langsung karena ada 2 alasan: (1) jangka waktu sewa sama
dengan estimasi umur ekonomis peralatan, serta (2) nilai sekarang dari
pembayaran sewa sama dengan nilai wajar peralatan. Sewa ini bukan
sewa tipe penjualan karena tidak adanya selisih antara nilai wajar loader
($100.000) serta biaya yang dikeluarkan CBD ($100.000).

Nilai Wajar peralatan yang disewakan $ 100.000


Dikurangi : nilai sekarang dari sisa residu -0-
Jumlah yang harus dipulihkan oleh lessor melalui $ 100.000
pembayaran sewa
Lima pembayaran sewa awal tahun yang
menghasilakanimbalan hasil 10%
($100.000/4,16986) $23.981,62
Pv dari anuitas jatuh tempo dari 1 selama 5 tahun
pada suku bunga 10% (tabel 6-5)
Piutang sewa merupakan nilai sekarang dari pembayaran sewa
minimum (tidak termasuk biaya pelaksana yang berupa pajak properti
sebesar $2.000). CBD menghitung sebagai berikut.

Piutang = ($25.981,62 - $2.000) × Nilai sekarang dari anuitas jatuh


sewa tempo dari 1 selama 5 periode pada suku bunga 10%
= $23.981,62 × 4,16986
= $100.000

CBD mencatat sewa atas aset dan piutang yang dihasilkan pada 1 Januari
2012 (awal masa sewa), sebagai berikut:
Piutang Sewa 100.000
Peralatan 100.000
19

Perusahaan melaporkan piutang sewa sebagai investasi neto dalam sewa


pembiayaan, diklasifikasikan menjadi lancar dan tidak lancar tergantung
pada pemulihan investasi neto. CBD merubah investasinya (front-end
loader) yang disewakan dengan perolehan $100.000) dengan piutang sewa.
Pada cara yang sama dengan perlakuan Roogi atas bunga, CBD menerapkan
metode bunga efektif dan mengakui pendapatan bunga sebagai fungsi dari
saldo piutang sewa.

CBD CAPITAL
Daftar amortisasi sewa
Dasar anuitas jatuh tempo
Tanggal Pembayaran Biaya Bunga 10% Pemulihan Piutang
sewa pelaksan atas piutang piutang sewa
tahunan aan sewa sewa
(a) (b) (c) (d) (e)
1/1/16 $ 25.981,62 $ 100.000
1/1/16 $ 25.981,62 $ 2.000 $-0 $ 23.981,62 $ 76.018,38
1/1/17 $ 25.981,62 $ 2.000 $ 7.601,84 $ 16.379,78 $59.638,60
1/1/18 $ 25.981,62 $ 2.000 $ 5.963,86 $ 18.017,76 $41.620,84
1/1/19 $ 25.981,62 $ 2.000 $ 4.162,08 $ 19.819,54 $21.801,30
1/1/20 $ 25.981,62 $ 2.000 $ 2.180.32* $ 21.801,30 $0
$ 129.908,10 $ 10.000 $ 19.908,10 $ 100.000
Keterangan :
(a) Sewa tahunan memberikan imbalan hasil atas investasi neto sebesar 10%
(b) Biaya pelaksanaan termasuk dalam biaya sewa
(c) 10% dari saldo sebelumnya dari kolom (e) kecuali 1/1/16 karena
(d) (a)-(b) dan c
(e) Saldo sebelumnya - (d)
*pembulatan 19 sen
20

Pada 1 Januari 2016, CBD mencatat penerimaan pembayaran sewa tahun


pertama sebegai berikut.

Kas 25.981,62
Piutang Sewa 23.981,62
Beban Pajak Properti/Utang 2.000,00
Pajak Properti
Pada 31 Desember 2016, CBD mengakui pendapatan bunga yang diperoleh
selama tahun pertama dengan mencatat jurnal sebagai berikut.

Piutang Bunga 7.601,84


Pendapatan Bunga-Sewa 7.601,84
Pada 31 Desember 2016, CBD melaporkan piutang sewa sebagai aset lancar
dan aset tidak lancar. Laporan ini mengklasifikasikan jatuh tempo dalam
satu tahun atau siklus operasi, mana yang lebih lama sebagai aset lancar atau
aset tidak lancar.

Berikut bagian aset yang berkaitan dengan transaksi sewa pada 31 Desember
2016.

Aset tidak lancar (investasi)


Piutang sewa ($76.018,38 - $ 59.638,60
$16.379,78)
Aset lancar
Piutang bunga $ 7.601,84
Piutang bunga $ 16.379,78
21

Jurnal untuk mencatat pembayaran sewa tahun kedua dan pengakuan


bunganya.

1 Januari 2017
Kas 25.981,62
Piutang Sewa 16.379,78
Piutang Bunga 7.601,84
Beban Pajak Properti/Utang 2.000,00
Pajak Properti
31 Desember 2017
Piutang Bunga 5.963,86
Pendapatan Bunga-Sewa 5.963,86
Jurnal sampai tahun 2020 mengikuti cara yang sama, kecuali CBD mencatat
adanya jurnal pada tahun 2020 atas bunga yang didapat. Karena perusahaan
menagih secara penuh pada 1 Januari 2020, maka tidak ada saldo investasi
yang beredar. Sehingga CBD tidak mencatat penyusutan. Apabila Roogi
membeli loader seharga $5.000 saat berakhirnya sewa, maka CBD
mengakui adanya penjualan peralatan.

Kas 5.000
Keuntungan atas Penjualan Peralatan 5.000
yang Disewakan

2.3.4 Metode operasi (Lessor)


Dalam metode ini, lessor mencatat setiap penerimaan sewa sebagai
pendapatan sewa. Lessor juga menyusutkan aset sewaan dengan cara yang
normal, caranya beban penyusutan pada periode yang berkaitan dengan
pendapatan sewa. Jumlah pendapatan yang diakui pada setiap periode
akuntansi yaitu jumlah penerimaan (dasar garis lurus) tanpa memandang
ketentuan penerimaan sewanya, kecuali ada dasar lain yang sistematis dan
rasional yang lebih mencerminkan pola waktu di mana penggunaan manfaat
aset sewaan menurun.
22

Tidak hanya beban penyusutan, lessor juga membebankan biaya


pemeliharaan dan biaya jasa lain yang diberikan berdasarkan penyisihan
sewa yang berkaitan dengan periode akuntansi berjalan. Lessor akan
mengamortisasikan setiap biaya yang dibayarkan kepada pihak ketiga yang
independen selama umur sewa.

Apabila diasumsikan sewa pembiayaan langsung tidak memenuhi


syarat sebagai sewa pembiayaan, maka CBD mencatatnya sebagai sewa
operasi. Perusahaan mencatat penerimaan kas untuk sewa sebagai berikut.

Kas 25.981,62
Pendapatan Sewa 25.981,62
Lessor mencatat penyusutan dengan metode garis lurus, sebagai berikut.

Beban Penyusutan-Sewa Pembiayaan 20.000


Akumulasi Penyusutan-Sewa 20.000
Pembiayaan
Apabila lessor membayar pajak properti, asuransi, pemeliharaan, dan
biaya operasi lainnya selama tahun berjalan, maka perusahaan akan
mencatatnya sebagai biaya yang dibebankan terhadap pendapatan sewa
bruto.

Apabila lessor memiliki aset tetap yang digunakan selain yang


disewakan kepala orang lain, maka perusahaan secara terpisah
mengklasifikasikan peralatan yang disewakan beserta akumulasi
penyusutannya sebagai peralatan yang disewakan kepada pihak lain.

2.4 PSAK 73 Sewa


Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan 73 (PSAK 73) sewa
menetapkan prinsip pengakuan, pengukuran, penyajian, dan pengungkapan
sewa. Tujuannya untuk memastikan bahwa penyewa dan pesewa
menyediakan informasi yang relevan yang mempresentasikan dengan tepat
transaksi tersebut.
23

Sewa ditetapkan untuk berlaku efektif per 1 Januari 2020, dengan opsi
penerapan dini diperkenankan untuk entitas yang juga telah menerapkan

PSAK 72: Pendapatan dari Kontrak dengan Pelanggan pada atau sebelum
tanggal penerapan awal PSAK 73.

PSAK 73: Sewa akan menggantikan:

a. PSAK 30: Sewa;


b. ISAK 8: Penentuan Apakah Suatu Perjanjian Mengandung Suatu Sewa;
c. ISAK 23: Sewa Operasi – Insentif;
d. ISAK 24: Evaluasi Substansi Beberapa Transaksi yang Melibatkan
Suatu Bentuk Legal Sewa; dan
e. ISAK 25: Hak atas Tanah.

Sewa Penyewaan merupakan aktivitas penting untuk banyak entitas.


Penyewaan merupakan cara untuk mendapatkan akses atas aset, untuk
memperoleh pembiayaan, dan untuk mengurangi eksposur entitas terhadap
risiko kepemilikan aset. Prevalensi penyewaan ini penting bagi pengguna
laporan keuangan untuk memperoleh gambaran yang lengkap dan terpahami
mengenai aktivitas penyewaan yang dilakukan entitas. Model akuntansi
sewa sebelumnya mensyaratkan pada penyewa dan pesewa untuk
mengklasifikasikan sewanya sebagai sewa pembiayaan atau sewa operasi
dan untuk mencatat kedua jenis sewa tersebut secara berbeda. Sehingga,
model tersebut tidak mampu memenuhi kebutuhan pengguna laporan
keuangan karena tidak selalu memberikan representasi yang tepat atas
transaksi penyewaan. Khususnya, model tersebut tidak mensyaratkan
penyewa untuk mengakui aset dan liabilitas yang timbul dari sewa operasi.

Sehingga, model tersebut tidak mampu memenuhi kebutuhan pengguna


laporan keuangan karena tidak selalu memberikan representasi yang tepat
atas transaksi penyewaan. Khususnya, model tersebut tidak mensyaratkan
penyewa untuk mengakui aset dan liabilitas yang timbul dari sewa operasi.
24

2.4.1 Ruang lingkup PSAK 73


PSAK 73 mengatur mengenai sewa termasuk sewa aset hak-guna dalam
subsewa masuk ke dalam lingkup PSAK 73 sendiri, kecuali:
a. Sewa dalam rangka eksplorasi atau penambangan mineral, minyak, gas
alam, dan sumber daya serupa yang tidak dapat diperbaharui, (PSAK 64)
b. Sewa aset biologis (PSAK 69)
c. Perjanjian konsesi jasa (ISAK 16)
d. Lisensi kekayaan intelektual (PSAK 72)
e. Hak yang dimiliki oleh penyewa dalam perjanjian lisensi (PSAK 19) untuk
item seperti contoh film, rekaman video, hak paten, dan hak cipta.

2.4.2 Pengecualian pengakuan


Penyewa dapat memilih tidak menerapkan persyaratan dalam paragraf 29
s.d 49 untuk:
a. Sewa jangka pendek (kurang lebih atau sama dengan 12 bulan dan tidak
mengandung opsi beli)
b. Pemilihan sewa jangka pendek sendiri dibuat berdasarkan kelas asset
pendasar yang terkait dengan hak guna. Pemilihan untuk sewa yang asset
pendasarnya bernilai rendah dapat dilakukan atas dasar adanya sewa-per-
sewa.
c. Sewa yang asset pendasarnya bernilai rendah dengan (kurang dari atau
sama dengan 5000 USD):
1. Tidak memiliki ketergantungan atau interelasi dengan aset lain rendah.
2. Bernilai rendah secara absolut, tanpa memperhatikan materialistis.
3. Ketika aset baru bernilai material, maka penilaian dari aset baru.
4. Ketika aset disubsewakan maka tidak memenuhi aset bernilai rendah.
Contoh: Laptop dan Furniture.

Jika menerapkan opsi pengecualian, maka beban sewa diakui sebagai beban
baik dengan straight-line method ataupun dengan metode-metode yang
lainnya selama itu mempresentasikan pola manfaat penyewa. Entitas
biasanya akan mempertimbangkan sebagai sewa baru jika terdapat
modifikasi sewa ataupun juga jika adanya perubahan dalam masa sewa.
25

2.4.3 Klasifikasi sewa


Sewa adalah suatu perjanjian lessor memberikan kepada lessee hak untuk
menggunakan suatu asset selama periode waktu yang disepakati. Sebagai
imbalannya, maka lessee melakukan serangkaian pembayaran kepada
lessor. Sewa diklasifikasikan atas:
a. Sewa Operasi / operating lease
1. Sewa jangka pendek
2. Alat dapat digunakan oleh penyewa namun aset tetap dimiliki oleh
pihak yang menyewakan (tidak terjadi pengalihan kepemilikan aset
di akhir masa sewa)
3. Asset tidak boleh diubah (dimodifikasi)
4. Penyajian dalam laporan keuangan :
a) Diakui dan disajikan sebagai beban sewa dalam laporan laba
rugi komprehensif.
b) Tidak ada pencatatan aset, utang dan beban depresiasi (off
balance sheet) sehingga dapat meningkatkan risiko keuangan
(efesiensi dan leverage)
b. Sewa Pembiayaan / financial lease
1. Merupakan bentuk pendanaan dalam jangka panjang
2. Dapat mengalihkan kepemilikan aset kepada pihak lessee pada
akhir masa sewa
3. Lessee memiliki opsi untuk membeli asset
4. Aset sewaan bersifat khusus dan hanya lessee yang dapat
menggunakannya tanpa perlu untuk modifikasi secara material
5. Pengakuan :
a) Pencatatan aset dan amortisasi oleh lesse
b) Pencatatan utang dan beban bunga atas kontrak pembayaran
jangka panjang
c) Lessor tidak lagi mengakui aset
d) Piutang dan pendapatan bunga akan diakui oleh pihak Lessor
Namun, pada PSAK 73, semua lease diperlakukan sebagai financial
lease kecuali sewa yang kurang dari 1 tahun atau yang bernilai renda
26

2.4.4 Identifikasi sewa


Suatu kontrak merupakan suatu sewa jika kontrak tersebut memberikan
hak untuk mengendalikan penggunaan aset identifikasian selama suatu janga
waktu untuk dipertukarkan dengan imbalan (PP09-PP31).
Asset biasanya dapat diidentifikasikan, antara lain :
a. Ditetapkan secara eksplisit atau secara implisit
b. Pemasok (supplier tidak memiliki hak substitusi substantive)
c. Bagian kapasitas aset secara fisik dapat dibedakan

2.5 Masalah akuntansi khusus

2.5.1 Nilai Residu


Akuntansi untuk nilai residu sangat kompleks dan mungkin merupakan
bagian yang sulit untuk dipahami dari akuntansi lease, sehingga
pembahasan mengenai nilai residu belum dilakukan dalam rangka
mengembangkan masalah akuntansi dasar untuk lessee dan akuntansi
lessor.
Nilai residu merupakan estimasi nilai wajar dari aset yang dilease pada
akhir masa lease. Nilai residu yang besar terjadi pada akhir masa lease,
terutama ketika umur ekonomis aset yang dilease melebihi jangka waktu
lease. Apabila jangka waktu lease dan umur ekonomis tidak sama, maka
nilai residu dan nilai sisa aset juga mungkin berbeda. Untuk
menyederhanakannya, diasumsikan bahwa nilai residu dan nilai sisa adalah
sama, meskipun umur ekonomis dan jangka waktu lease berbeda.
Nilai residu yang dijamin memiliki jaminan realisasi yang lebih besar
daripada nilai residu yang tidak dijamin. Akibatnya, lessor dapat
menyesuaikan pembayaran lease karena kepastian pemulihan semakin
meningkat.
Asumsi data yang sama dengan ilustrasi sebelumnya kecuali bahwa nilai
residu sebesar $5.000 diestimasi pada akhir masa lease 5 tahun, ROI sebesar
10%, nilai residu akan dijamin atau tidaknya dengan cara menghitung
jumlah pembayaran lease sebagai berikut.
27

PERHITUNGAN PEMBAYARAN LEASE OLEH LESSOR (ROI 10%)


NILAI RESIDU DIJAMIN ATAU TIDAK DIJAMIN
(DASAR ANUITAS JATUH TEMPO, TERMASUK NILAI RESIDU)
Nilai pasar wajar aktiva yang dilease bagi lessor $100.000,00
Dikurangi: nilai sekarang dari nilai residu ($5.000 x 0,62092) 3.104.60
Jumlah yang dipulihkan oleh lessor melalui pembayaran lease $ 96.895,40
Lima pembayaran lease periodik ($96.895,40 : 4,16986) $ 23.237,09

2.5.2 Lessee jenis penjualan


Lease jenis penjualan, lessor mencatat harga jual aset terkait, biaya
barang terjual dan pengurangan persediaan yang terkait, serta piutang lease.
Untuk mencatat lease jenis penjualan yaitu sebagai berikut.
a. Piutang lease atau investasi bersih. Nilai sekarang pembayaran lease
minimum ditambah nilai residu yang tidak dijamin. Piutang
pembayaran lease menyertakan nilai sekarang dari nilai residu, baik
dijamin maupun tidak.
b. Harga jual aset. Nilai sekarang dari pembayaran lease minimum.
c. Harga pokok penjualan. Biaya perolehan aktiva bagi lessor dikurangi
nilai sekarang dam nilai residu yang tidak dijamin.

Nilai sekarang dari nilai residu yang tidak dijamin dikurangkan dari
pendapatan penjualan dan harga pokok penjualan karena dua alasan: (1)
kriteria untuk pengakuan pendapatan belum terpenuhi dan (2) penandingan
antara bebun dengan pendapatan yang belum daskui tidak tepat.
Kriteria pengakuan pendapatan belum dipenuhi karena ketidakpastian
yang realisasi nilai residu yang tidak dijamin Ayat jurnal Caterpillar untuk
mencatat transaksi ini per 1 Januari 2008, dan penerimaan nilai residu pada
akhir masa lease disajikan dalam trani 21-300.
28

2.5.3 Opsi pembelian dengan harga khusus


Opsi pembelian dengan harga khusus memungkinkan lessee untuk
membeli properti yang dilease dengan harga yang jauh di bawah perkiraan
nilai wajar properti di masa depan. Jika terdapat opsi pembelian dengan
harga khusus, maka lessee harus menambahkan nilai sekarang dari
pembayaran lease minimum dengan nilai sekarang dari harga opsi.
Perbedaan perlakuan akuntansi untuk opsi pembelian dengan harga
khusus dan nilai residu yang dijamin dalam jumlah serta situasi yang sama
terletak pada perhitungan penyusutan tahunan.

2.5.4 Biaya langsung awal


Terdapat dua jenis biaya langsung awal (initial direct costs), yaitu.
a. Biaya langsung inkremental (incremental direct costs), yaitu biaya-biaya
yang dibayarkan kepada pihak ketiga yang independen, yang terjadi pada
awal perjanjian lease. Contohnya biaya pengecekan kredit pihak luar
lessee atau honor broker untuk mendapatkan lessee.
b. Biaya langsung internal (internal direct costs), yaitu biaya-biaya yang
secara langsung berhubungan dengan kegiatan khusus yang dilaksanakan
oleh lessor pada lease tertentu. Contoh, mengevaluasi kondisi keuangan
calon lessee, menegosiasikan jangka waktu lease. Biaya langsung
berhubungan dengan waktu pegawai yang digunakan untuk melakukan
transaksi lease khusus juga dianggap biaya langsung awal.

2.5.5 Lancar vs tidak lancar


Klasikan kewajiban lease/investasi bersih telah dipresentankan
sebelas dalam situasi anuitas jatuh tempo (annuity due) Sebagaimana
dindikasikan dalam Ilustrasi 21-8. kewajiban lancar lessee adalah
pembayaran ($23.981,62) yang harus dilakukan pada tanggal 1 Januari
tahun berikutnya. Demikian juga, sebagain ditunjukkan dalam ilustrasi 21-
16, aset lancar Caterpillar adalah jumlah yang akan ditagih ($23.981,62)
pada tanggal 1 Januari tahun berikutnya. Dalam kedua contoh anuitas jatuh
29

tempo itu, tanggal neraca adalah 31 Desember dan tanggal jatuh tempo
pembayaran lease adalah 1 Januari (kurang dari 1 tahun), sehing nilai
sekarang ($23.981,62) dari pembayaran yang jatuh tempo tanggal 1 Januari
berikutnya adalah sama dengan pembayaran sewa ($23.981,62).
Jika situasinya terjadi dalam anisitas biasa (ordinary annuity) dan
bukan anuitas jatuh tempo. Sebagai contoh, misalnya bahwa sewa dibayar
pada akhir tahun 01 Desember) dan bukan pada awal tahun (1 Januari),
FASB Statement No 13 tidak mengindikasikan cara untuk mengukur jumlah
lancar dan tidak lancer pernyataan ini mengharuskan bahwa kewajiban
lessee harus diidentifikasi secara terpisah dalam neraca sebagai kewajiban
menurut lease modal dan harus dianggap dalam beberapa situasi, sebagai
kewajiban lainnya ketika mengklasifikasikannya sebagai utang lancar dan
tidak lancar pada neraca berklasifikasi. Metode yang paling umum untuk
mengukur bagian utang lancar dalam lease anuitas biasa adalah perubahan
metode nilai sekarang.
Untuk mengilustrasikan perubahan metode nilai sekarang, asumsikan
situasi anuitas biasa dengan data-data yang sama seperti kasus
Caterpillar/Sterling, tidak termasuk biaya executory sebesar $2.000. Karena
sewa dibayar pada akhir periode dan bukan pada awal periode, maka kelima
sewa ditetapkan sebesar $26.379,73 untuk mendapatkan suku bunga efektif
10%. Skedul amortisasi anuitas bast disajikan pada lustrasi 21-31.
Bagian lancar dari kewajiban lease/investasi bersih menurut
perubahan metode nilai sekarang per 31 Desember 2008 adalah $1801770
(583.62027-565602,57%).
STERLING / CATERPILLAR
SKEDUL AMORTISASI LEASE
(DASAR ANUITAS BIASA)
Pengurangan Saldo
Pembayaran
Utang/ Utang/
Tanggal Lease Bunga 10%
Piutang Piutang
Tahunan
Lease Lease
30

1/1/08 $ 100.000,00
31/12/08 26.379,73 $ 10.000,00 $ 16.379,73
31/12/09 26.379,73 8.362,03 18.017,70 83.620,27
31/12/10 26.379,73 6.560,26 19.819,47
31/12/11 26.379,73 4.578,31 21.801,42 65.602,57
31/12/12 26.379,73 2.398,05 23.981,68
$131.898,65 $31.898,65 $100.000,00 45.783,10

29.981,68
*Dibulatkan sebesar 12 sen

Periode 31 Desember 2009 adalah $19.819.47 ($65.602,57-$45.783.10).


Bagian ke wajiban lease/investasi bersih tidak lancar juga diklasifikasikan
demikian yaitu 365600.57 merupakan bagian tidak lancar pada tanggal 31
Desember 2008.
Jadi, baik anuitas jatuh tempo maupun anuitas biasa melaporkan
pengurangan pokok untuk periode berikutnya sebagai utang lancar/aset lancar.
Dalam anasi anuitas jatuh tempo, bunga diakrualkan selama tahun berjalan tetapi
belum abayar sampai periode berikutnya. Sebagai akibatnya, kewajiban
lancar/aktiva Lancar dihasilkan oleh pengurangan pakak dan bunga yang telah
terjadi/diperoleh dalam periode sebelumnya.
Dalam situasi anuitas biasa, bunga aktual selama satu periode juga
dibayarkan pada periode yang sama jadi hanya pengurangan pokok yang
ditunjukkan sebagai utang lancar/aset lancar.

2.5.6 Pengungkapan
FASB mengharuskan baha informasi berikut ini yang berhubungan dengan lease
diungkapkan dalam laporan keuangan lessee atau dalam catatan. Persyaratan ini
dapat bervariasi menurut jenis lease (modal atau operasi) dan menurut siapa yang
melaporkannya (lessor atau lessee). Persyaratan pengungkapan ini menyediakan
bagi para investor dengan informasi, seperti berikut.
a. Deskripsi umum mengenai sifat perjanjian lease.
31

b. Sifat, waktu, dan jumlah tunai masuk dan tunai keluar terkait lease, mencakup
pembayaran yang akan dibayar atau diterima dalam tiap tahun dari lima tahun
ke depan.
c. Jumlah pemasukan dan pengeluaran lease yang dilaporkan dalam laporan laba
rugi setiap periode.
d. Deskripsi dan jumlah aset lease menurut klasifikasi umum posisi keuangan dan
utang yang terkait.
e. Jumlah piutang dan jumlah pemasukan belum didapat yang sesuai perjanjian
lease.
Contoh laporan keuangan dari Laporan Tahunan Tasty Company tahun
2017 dengan menampilkan laporan dan pengungkapan catatan yang umum bagi
lessee yang memili baik lease modal maupun lease operasi.
Contoh penyajian catatan pengungkapan lease Laporan tahunan Hewlett-
Packard Compaby tahun 2004 yang mengilustrasikan pengungkapan oleh lessor.
Tasty Baking
(jumlah dolar dalam ribuan)

Utang Lancar 2017 2016


Utang Lancar dalam Lease Modal $731 $634

Utang Tidak Lancar


Utang Jangka Panjang dalam Lease 4.159 4.705
Modal dikurangi bagian lancar

Catatan: komitmen dan kontijensi


Perusahaan lease pabrik dan fasilitas distribusi, mesin, serta peralatan
otomotif tertentu menurut perjanjian lease tak terbatalkan. Perusahaan
memiliki harapan, sesuai daur hidup bisnis yang normal nahwa, pada
akhir masanya, lease akan diperbarui atau diganti dengan lease lain.
Poferti, pabrik, dan peralatan terkait lease modal bernilai $5.965 terhitung
25 Desember 2004 dan $8.310 terhitung 27 Desember 2007, dengan
akumulasi amortisasi berturut-turut $1.019 dan $2.303. penyusutan dan
32

amortisasi aset yang tercatat dalam lease modal bernilai $690 terhitung
tahun 2004 dan $261 terhitung tahun 2003.
Berikut ini skedul pembayaran minimum lease pada masa depan terhitung
25 Desember 2004.

Lease modal Lease operasi yang belum dibatalkan


2005 $1.142 $1.747
2006 1.142 1.440
2007 1.089 701
2008 581 487
2009 561 146
Tahun tahun berikutnya 2.525 4
Total pembayaran lease minimum $7.040 $ 4.525
Dikurangi bagian pembayaran bunga 2.168
Nilai sekarang pembayaran minimum lease di masa depan $4.872

Pengeluaran rental bernilai sekitar $2.474 pada tahun 2004 dan $2.194
pada tahun 2003.
BAB III
PENUTUPAN

3.1 Kesimpulan
Sewa Guna Usaha (Leasing) merupakan perjanjian kontraktual antara
lessor dan lessee yang memberikan hak kepada lessee untuk menggunakan aset
tertentu milik lessor untuk jangka waktu tertentu dengan membayar sejumlah
tertentu (sewa), biasanya dilakukan secara berkala atau periodik sesuai dengan
waktu yang telah disepakati. Terkait sewa (leasing) telah diatur dalam PSAK
73 tentang sewa. PSAK 73 ditetapkan untuk berlaku efektif per 1 Januari 2020,
yang menggantikan PSAK 30, ISAK 8, ISAK 23, ISAK 24 dan ISAK 25.
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan 73 (PSAK 73) sewa menetapkan
prinsip pengakuan, pengukuran, penyajian, dan pengungkapan sewa.

Pada leasing, terdapat beberapa jenis antara lain: sewa guna usaha
pembiayaan (finance lease), sewa menyewa biasa (operating lease), sewa guna
usaha penjualan (sale-type lease) dan leveraged lease. Jika diklasifikasikan
sewa terbagi menjadi dua yaitu sewa operasi dan sewa pembiayaan. Pada sewa,
terdapat karakteristik perjanjian lease yang mengakibatkan masalah akuntansi
yang unik seperti nilai residu, lease jenis penjualan (Lessor), opsi pembelian
dengan harga khusus, biaya langsung awal, perbandingan lancar dan tidak
lancar serta pengungkapan

3.2 Saran
Setelah mempelajari materi ini secara tuntas, baik penulis maupun pembaca
diharapkan mampu melaksanakan kegiatan Leasing ini secara baik dan benar sesuai
dengan ketentuan yang berla

33
DAFTAR PUSTAKA

Kieso, Donald E.,Jerry J. Weygandt, Terry D. Warfield. 2018. Intermediate


Accounting, Volume 2. IFRS Edition. United States of
America:Quad/Graphic,Inc.

Donald E. Kieso, Jerry J. Weygant, dan Terry D. Warfield, 2018, Akuntansi


Keuangan Menengah : IFRS Edition, Salemba Empat, Jakarta.

Dwi Martani, dkk, 2019. Akuntansi Keuanagan Menengah Berbasis PSAK.


Jakarta : Salemba Empat.

34

Anda mungkin juga menyukai